Modul ini membahas tentang norma dan praktik budaya kekerasan dalam rumah tangga. Topik yang dibahas antara lain definisi kekerasan terhadap perempuan, bentuk-bentuk kekerasan, faktor penyebab, dampak terhadap kesehatan reproduksi, dan implikasi untuk pencegahan kekerasan. Modul ini menjelaskan bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah serius yang memerlukan tanggapan hukum dan sosial.
Norma dan Praktik Budaya Kekerasan dalam Rumah Tangga
1. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
Kegiatan Belajar II
Norma dan Praktik Budaya Kekerasan
dalam Rumah Tangga
Kali ini kita akan mengkaji modul 6 Kegiatan belajar 6.2. yaitu “Norma dan
praktek budaya Kekerasan dalam rumah tangga”. Sebelumnya Anda sudah mem-pelajari
modul 6 Kegiatan belajar 6.1. Bagaimana hasilnya?. Apakah ada kesulitan?
bisa difahami ... ? Jika masih ada yang belum difahami sebaiknya coba ulangi lagi,
karena kegiatan belajar tersebut memiliki hubungan dengan modul 6 kegiatan
belajar 6.2 yang akan dibahas berikut ini.
Uraian Materi
Tindak kekerasan di dalam ru-mah
tangga (domestic violence) mer-upakan
jenis kejahatan yang kurang
mendapatkan perhatian dan jangkau-an
hukum. Tindak kekerasan di dalam
rumah tangga pada umumnya melibat-kan
pelaku dan korban diantara ang-gota
keluarga di dalam rumah tangga,
sedangkan bentuk tindak kekerasan
bisa berupa kekerasan fisik dan ke-kerasan
verbal (ancaman kekerasan).
Pelaku dan korban tindak kekerasan
didalam rumah tangga bisa menimpa
siapa saja, tidak dibatasi oleh strata,
status sosial, tingkat pendidikan, dan
suku bangsa.
Tindak kekerasan pada istri da-lam
rumah tangga merupakan masalah
sosial yang serius, akan tetapi kurang
mendapat tanggapan dari masyarakat
dan para penegak hukum karena be-berapa
alasan, pertama: ketiadaan
statistik kriminal yang akurat, kedua:
tindak kekerasan pada istri dalam ru-mah
tangga memiliki ruang lingkup
sangat pribadi dan terjaga privacynya
berkaitan dengan kesucian dan ke-harmonisan
rumah tangga (sanctitive
of the home), ketiga: tindak kekerasan
pada istri dianggap wajar karena hak
suami sebagai pemimpin dan kepala
keluarga, keempat: tindak kekerasan
pada istri dalam rumah tangga terjadi
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
dalam lembaga legal yaitu perkawinan.
(Hasbianto, 1996), dikatakan secara
psikologi tindak kekerasan pada istri
dalam rumah tangga menyebabkan
gangguan emosi, kecemasan, depresi
yang secara konsekuensi logis dapat
mempengaruhi kesehatan reproduk-sinya.
Ke-kerasan
terhadap
Untuk lebih memahami masalah terse-but,
berikut ini akan disajikan pemba-hasan
mengenai Norma dan prak-tek
budaya kekerasan dalam rumah
tangga dengan topik pembahasan
yaitu: 1. Kekerasan Terhadap Perempu-an,
2) Bentuk-bentuk Kekerasan Terha-dap
Perempuan, 3. Faktor-faktor yang
mendorong terjadi tindak kekerasan
pada istri dalam rumah tangga, 4)
Dampak Kekerasan Terhadap Kese-hatan
Reproduksi, 5)Implikasi asuhan
kebidanan yang dapat diberikan untuk
menolong kaum perempuan dari tin-dak
kekerasan dalam rumah tangga.
Jelaskan Apa
persepsi Anda
terhadap gambar
di samping, dan
tuliskan secara
singkat persep-si
tersebut pada
kolom berikut ini
...................................
...................................
...................................
...................................
..............................................................................
.............................................................................
......................................................…………………
………………………………………………………
Setelah mencermati gambar di atas,
sekarang apa yang ada dalam pikiran
Anda hubungannya dengan kekerasan
terhadap perempuan
Komnas Perempuan (2001) menyata-kan
bahwa kekerasan terhadap perem-puan
adalah segala tindakan kekerasan
yang dilakukan terhadap perempuan
yang berakibat atau kecenderungan
untuk mengakibatkan kerugian dan
penderitaan fisik, seksual, maupun psi-kologis
terhadap perempuan, baik pe-rempuan
dewasa atau anak perempu-an
dan remaja. Termasuk didalamnya
ancaman, pemaksaan maupun secara
sengaja meng-kungkung kebebasan
perempuan. Tindakan kekerasan fisik,
seksual, dan psikologis dapat terjadi
dalam lingkungan keluarga atau mas-yarakat,
sedangkan Kekerasan dalam
rumah tangga menurut Undang-un-dang
RI no. 23 tahun 2004 adalah se-tiap
perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau pender-itaan
secara fisik, seksual, psikologis,
dan atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau pe-ram-pasan
kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.
Tindakan kekerasan terha-
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 2
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
dap istri dalam rumah tangga merupa-kan
salah satu bentuk kekerasan yang
seringkali terjadi pada perempuan dan
terjadi di balik pintu tertutup. Tinda-kan
ini seringkali dikaitkan dengan
penyiksaan baik fisik maupun psikis
yang dilakukan oleh orang yang mem-punyai
hubungan yang dekat.
Tindak kekerasan terhadap istri da-lam
rumah tangga terjadi dikarenakan
telah diyakini bahwa masyarakat atau
budaya yang mendominasi saat ini
adalah patriarkhi, dimana laki-laki
adalah superior dan perempuan in-ferior
sehingga laki-laki dibenarkan
untuk menguasai dan mengontrol
perempuan. Hal ini menjadikan per-empuan
tersubordinasi.
Di samping itu, terdapat interpretasi
yang keliru terhadap stereotipi jender
yang tersosialisasi amat lama dimana
perempuan dianggap lemah, sedang-kan
laki-laki, umumnya lebih kuat.
bahwa menguasai atau memukul istri
sebenarnya merupakan manifestasi
dari sifat superior laki-laki terhadap
perempuan.
Kecenderungan tindak kekerasan da-lam
rumah tangga terjadinya karena
faktor dukungan sosial dan kultur (bu-daya)
dimana istri di persepsikan orang
nomor dua dan bisa diperlakukan den-gan
cara apa saja. Hal ini muncul kare-na
transformasi pengetahuan yang di-peroleh
dari masa lalu, istri harus nurut
kata suami, bila istri mendebat suami,
dipukul. Kultur di masyarakat suami
lebih dominan pada istri, ada tindak
kekerasan dalam rumah tangga diang-gap
masalah privasi, masyarakat tidak
boleh ikut campur
Saat ini dengan berlakunya un-dang-
undang anti kekerasan dalam
rumah tangga disetujui tahun 2004,
maka tindak kekerasan dalam rumah
tangga bukan hanya urusan suami is-tri
tetapi sudah menjadi urusan publik.
Keluarga dan masyarakat dapat ikut
mencegah dan mengawasi bila terjadi
kekerasan dalam rumah tangga
Menurut Undang-Undang No. 23 Ta-hun
2004 tindak kekerasan terhadap
istri dalam rumah tangga dibedakan
kedalam 4 (empat) macam :
1. Kekerasan fisik
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 3
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat. Prilaku kekerasan
yang termasuk dalam golongan ini an-tara
lain adalah menampar, memukul,
meludahi, menarik rambut (menjam-bak),
menendang, menyudut den-gan
rokok, memukul/melukai dengan
senjata, dan sebagainya. Biasanya
perlakuan ini akan nampak seperti bi-lur-
bilur, muka lebam, gigi patah atau
bekas luka lainnya.
2. Kekerasan psikologis / emosional
Kekerasan psikologis atau emosional
adalah perbuatan yang mengakibat-kan
ketakutan, hilangnya rasa percaya
diri, hilangnya kemampuan untuk ber-tindak,
rasa tidak berdaya dan / atau
penderitaan psikis berat pada seseo-rang.
Perilaku kekerasan yang termasuk pen-ganiayaan
secara emosional adalah
penghinaan, komentar-komentar yang
menyakitkan atau merendahkan har-ga
diri, mengisolir istri dari dunia luar,
mengancam atau ,menakut-nakuti se-bagai
sarana memaksakan kehendak.
3. Kekerasan seksual
Kekerasan jenis ini meliputi pengisola-sian
(menjauhkan) istri dari kebutuhan
batinnya, memaksa melakukan hubun-gan
seksual, memaksa selera seksual
sendiri, tidak memperhatikan kepua-san
pihak istri.
4. Kekerasan ekonomi
Setiap orang dilarang menelantarkan
orang dalam lingkup rumah tanggan-ya,
padahal menurut hukum yang ber-laku
baginya atau karena persetujuan
atau perjanjian ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan atau pemeli-haraan
kepada orang tersebut. Contoh
dari kekerasan jenis ini adalah tidak
memberi nafkah istri, bahkan mengh-abiskan
uang istri
Faktor-faktor yang mendorong terjad-inya
tindak kekerasan dalam rumah
tangga
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 4
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Jelaskan Apa persepsi Anda terhadap
gambar di atas, dan tuliskan secara
singkat persepsi tersebut pada kolom
berikut ini !
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
.............................................................................
.............................................................................
......................................................………………...
Setelah mencermati gambar di atas,
sekarang apa yang ada dalam pikiran
Anda hubungannya dengan kekerasan
dalam rumah tangga.
Strauss A. Murray mengidentifikasi hal
dominasi pria dalam konteks struktur
masyarakat dan keluarga, yang memu-ngkinkan
terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga sebagai berikut:
1. Pembelaan atas kekuasaan laki-la-ki
Laki-laki dianggap sebagai superiori-tas
sumber daya dibandingkan dengan
wanita, sehingga mampu mengatur
dan mengendalikan wanita.
2. Diskriminasi dan pembatasan
dibidang ekonomi
Diskriminasi dan pembatasan kesem-patan
bagi wanita untuk bekerja men-gakibatkan
wanita (istri) ketergantun-gan
terhadap suami, dan ketika suami
kehilangan pekerjaan maka istri men-galami
tindakan kekerasan.
3. Beban pengasuhan anak
Istri yang tidak bekerja, menjadikannya
menanggung beban sebagai penga-suh
anak. Ketika terjadi hal yang tidak
diharapkan terhadap anak, maka sua-mi
akan menyalah-kan istri sehingga
tejadi kekerasan dalam rumah tangga.
4. Wanita sebagai anak-anak
konsep wanita sebagai hak milik bagi
laki-laki menurut hukum, mengakibat-kan
kele-luasaan laki-laki untuk men-gatur
dan mengendalikan segala hak
dan kewajiban wanita. Laki-laki merasa
punya hak untuk melakukan kekerasan
sebagai seorang bapak melakukan ke-kerasan
terhadap anaknya agar menja-di
tertib.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 5
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
5. Orientasi peradilan pidana pada
laki-laki
Posisi wanita sebagai istri di dalam ru-mah
tangga yang mengalami kekera-san
oleh suaminya, diterima sebagai
pelanggaran hukum, sehingga penye-lesaian
kasusnya sering ditunda atau
ditutup. Alasan yang lazim dikemuka-kan
oleh penegak hukum yaitu adanya
legitimasi hukum bagi suami melaku-kan
kekerasan sepanjang bertindak
dalam konteks harmoni keluarga.
Dampak Kekerasan Terhadap Kese-hatan
Reproduksi
Jelaskan Apa persepsi Anda terhadap
gambar di atas, dan tuliskan secara
singkat persepsi tersebut pada kolom
berikut ini !
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
Setelah mencermati gambar di atas,
sekarang apa yang ada dalam pikiran
Anda hubungannya dengan dampak
kekerasan terhadap kesehatan re-produksi.
Kesehatan reproduksi adalah suatu
keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial secara utuh, tidak semata-ma-ta
bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam semua hal yang berkaitan den-gan
sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya.
Efek psikologis penganiayaan
bagi banyak perempuan lebih parah
dibanding efek fisiknya. Rasa takut, ce-mas,
letih, kelainan stress post traumat-ic,
serta gangguan makan dan tidur
merupakan reaksi panjang dari tindak
kekerasan. Namun, tidak jarang akibat
tindak kekerasan terhadap istri juga
meng-akibatkan kesehatan reproduksi
terganggu secara biologis yang pada
akhirnya meng-akibatkan terganggun-ya
secara sosiologis. Istri yang teraniaya
sering mengisolasi diri dan menarik
diri karena berusaha menyembunyikan
bukti penganiayaan mereka.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 6
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Sehubungan dengan dampak tindak
kekerasan terhadap kehidupan seksual
dan repro-duksi perempuan, kekerasan
dan dominasi laki-laki dapat membata-si
dan membentuk kehidupan seksual
dan reproduksi perempuan. Selain itu,
laki-laki juga sangat berpengaruh da-lam
pengambilan keputusan tentang
alat kontrasepsi yang dipakai oleh pas-angannya.
Selanjutnya penelitian yang
dilakukan di Norwegia oleh Schei dan
Bakketeig (1989) yang dikutip oleh
Heise, Moore dan Toubia (1995) juga
menyatakan bahwa perempuan yang
tinggal dengan pasangan yang suka
melakukan tindak kekerasan menun-jukkan
masalah-masalah ginekologis
yang lebih berat ketim-bang dengan
yang tinggal dengan pasangan/suami
normal ; bahkan problem gineko-logis
ini bisa berlanjut dalam rasa sakit terus
menerus.
Tindak kekerasan terhadap istri
perlu diungkap untuk mencari alterna-tif
pemberdayaan bagi istri agar terhin-dar
dari tindak kekerasan yang tidak
semestinya terjadi demi terwujudnya
hak perempuan untuk memperoleh
kesehatan reproduksi yang sehat.
Di seluruh dunia satu diantara em-pat
perempuan hamil mengalami ke-kerasan
fisik dan seksual oleh pas-angannya.
Pada saat hamil, dapat
terjadi keguguran / abortus, persalinan
imatur dan bayi meninggal dalam ra-him.
Pada saat bersalin, perempuan akan
mengalami penyulit persalinan seperti
hilangnya kontraksi uterus, persalinan
lama, persalinan dengan alat bahkan
pembedahan. Hasil dari kehamilan
dapat melahirkan bayi dengan BBLR,
terbelakang mental, bayi lahir cacat
fisik atau bayi lahir mati.
Dampak lain yang juga mempengaruhi
kesehatan organ reproduksi istri da-lam
rumah tangga diantaranya ada-lah
perubahan pola fikir, emosi dan
ekonomi keluarga. Dampak terhadap
pola fikir istri. Tindak kekerasan juga
berakibat mempengaruhi cara berfikir
korban, misalnya tidak mampu ber-fikir
secara jernih karena selalu mera-sa
takut, cenderung curiga (paranoid),
sulit mengambil keputusan, tidak bisa
percaya kepada apa yang terjadi. Istri
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 7
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
yang menjadi korban kekerasan memi-liki
masalah kesehatan fisik dan mental
dua kali lebih besar dibandingkan yang
tidak menjadi korban termasuk tekanan
mental, gangguan fisik, pusing, nyeri
haid, terinfeksi penyakit menular
Dampak terhadap ekonomi keluarga.
Dampak lain dari tindakan kekerasan
meskipun tidak selalu adalah perso-alan
ekonomi, menimpa tidak saja
perempuan yang tidak bekerja tetapi
juga perempuan yang mencari nafkah.
Seperti terputusnya akses ekono-mi
secara mendadak, kehilangan kendali
ekonomi rumah tangga, biaya tak ter-duga
untuk hunian, kepindahan, pen-gobatan
dan terapi serta ongkos per-kara.
Dampak terhadap status emosi istri.
Istri dapat mengalami depresi, peny-alahgunaan
/ pemakaian zat-zat ter-tentu
(obat-obatan dan alkohol), kece-masan,
percobaan bunuh diri, keadaan
pasca trauma dan rendahnya keper-cayaan
diri.
1. Memberikan pendampingan psi-kologis
dan pelayanan pengobatan
fisik korban. Disini bidan dapat
berperan dengan fokus mening-katkan
harga diri korban, mem-fasilitasi
ekspresi perasaan korban,
dan meningkatkan lingkungan so-sial
yang memungkinkan. Bidan
berperan penting dalam upaya
membantu korban kekerasan di-antaranya
melalui upaya pencega-han
primer terdiri dari konseling
keluarga, modifikasi lingkungan
sosial budaya dan pembinaan spir-itual,
upaya pencegahan sekunder
dengan penerapan asuhan keper-awatan
sesuai permasalah-an yang
dihadapi klien, dan pencegaha ter-tier
melalui pelatihan/pendidikan,
pem-bentukan dan proses kelom-pok
serta pelayanan rehabilitasi.
2. Memberikan pendampingan hu-kum
dalam acara peradilan.
3. Melatih kader-kader (LSM) untuk
mampu menjadi pendampingan
korban kekerasan.
4. Mengadakan pelatihan mengenai
perlindungan pada korban tindak
kekerasan dalam rumah tangga
sebagai bekal bidan untuk men-dampingi
korban.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 8