SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diskursus tentang kekerasan terhadap perempuan dewasa ini,
merupakan suatu hal yang menarik karena banyak diperpincangkan
oleh kalangan praktisi,lembaga swadaya masyarakat (LSM), akademisi
dan masyarakat luas. Hal itudilatar belakangi adanya tuntutan peren
perempuan yang semakin komplek seiring dengan perkembangan
jaman yang cendrung lebih memperhatikan hak-hak asasi manusia
(HAM) tanpa melihat atau membedakan jenis kelamin.Kekrasan
terhadap perempuan merupakam timdakan pelanggaran HAM yang
paling kejam yang dialami perempuan. Oleh karenanya tidak salah
apabila tindak kekerasan terhadap perempuan tersebut oleh organisasi
perserikatan bangsa-bangsa (PBB) disebut sebuah kejahatan
kemanusiaan.Serangkaian data yang dikeluarkan UNIFEM (dana PBB
untuk perempuan) tentang kekerasan menunjukan bahwa di Turk jumlah
perempuan yang mengalami kekerasan oleh pasangannya mencapai
57,9 % pada taun 1998.di India, jumlahnya mencapai 49% pada tahun
1999, di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 22,1 %. Di Banglades,
laporan terakhir tahun 2000 menyebutkan 60 % perempuan kawin
mengalami kekerasan oleh suami. Di Indonesia sendiri, sekitar 24 juta
perempuan atau 11,4 % dari total penduduk indonesia pernah
mengalami tindak kekerasan ,Kekerasan terhadap perempuan dewasa
ini tidak saja merupakan masalah individu, melainkan juga merukapan
masalah nasional dan bahkan sudah merupakan masalah global. Dalam
hal-hal tertentu kekerasan terhadap perempuan dapat dikatakan
sebagai masalah transnasional. Dikatakan masalah global dapat dilihat
dari ditetapkan hukum internasional yang menyangkut fenomena
tersebut seperti ditegaskan olh Muladi sebagai berikut:
A. Viena Declaration.
Convention on the Elimination of All Forms Discrimination Against Women
(1979).
B. Declaration on the Elimination of Violence Against Woman (1993).
C. Bejing Declaration and Platform for Action (1994).
Kekerasan terhadap perempuan sebagai masalah global, sudah
mencemaskan setiap negara di dunia, tidak saja negara-negara yang
sedang berkembang tetapi juga termasuk negara-negara maju yang
dikatakan sangat menghagai dan peduli terhadap HAM seperti Amerika
Serikat. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang,
menyandang predikat buruk dalam masalah pelanggaran HAM.
Pelanggaran HAM yang salah satu diantaranya pelanggaran HAM
perempuan.
Pelanggaran ham perempuan tersebut dapat digolongkan sebagai
tindak kekerasan terhadap perempuan .Kekerasan terhadap perempuan
dapat terjadi di mana saja (di tempat umum, di tempat kerja,
dilingkungan keluarga (rumah tangga) dan lain-lainnya.Dapat dilakukan
oleh siapa saja (orang tua, saudara laki-laki ataupun perempuan dan lain-
lainnya dan dapat terjadi kapan saja (siang dan malam). Kekerasan
terhadap perempuan yang menjadi sorortan tulisan ini yakni kekerasan
terhadap perempuan yang lokusnya dala rumah tangga.Dewasa ini
kekerasan terhadap perempuan sangat mencemaskan banyak kalangan
terutama kalangan yang peduli terhadap perempuan. Walaupun sejak
tahun 1993 sudah ada deklarasi penghapusan kekerasan terhadap
perempuan namun kekerasan terhadap perempuan tetap ada dan
bahkan cendrung meningkat.
Hal tersebut dapat diketahui dari pemberitaan di mass media baik
media cetak maupun media elektronik.Mengingat luasnya kontek
kekerasan terhadap perempuan, namun dalam tulisan ini dibatasi hanya
kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga dalam
kedudukannya sebagai istri.Dari latar belakang tersebut di atas maka
timbulah permasalahan sebagai berikut : faktor-faktor apakah yang
menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dan
bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap perempuan korbam
kekerasan dalam rumah tangga?
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN DAN BENTUK-BENTUK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN.
1.PENGERTIAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
Kekerasan terhadap perempuan merupakan konsep baru, yang
diangkat pada konferensi dunia wanita III di nairobi, yang berhasil
menggalang konsesus internasional atas pentingnya mencegah
berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dalam kehidupan
sehari-hari di seluruh masyarakat dan bantuan terhadap perempuan
koban kekerasan. Oleh karena kekerasan terhadap perempuan
merupakan konsep baru, maka mengenai definisi atau batasan
kekerasan terhadap perempau (baca:istri) dalam rumah tangga
anampaknya belum ada definisi tunggal dan jelas dari para ahli atau
pemerhati maslah-masalah perempuan. Walaupun demikian kirannya
perlu dikemukakan beberapa pendapat mengenai hal tersebut.
Tindak kekerasan adalah melakukan kontrol, kekerasan dan
pemaksaan meliputi tindakan seksual, psikologis, fisik danekonomi yang
dilakukan individu terhadap individu yang lain dalam hubungan rumah
tangga atau hubungan intim (karib).Kemala Candrakirana
mengemukakan kekerasan dalam rumah tangga adalah perbuatan yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan termasuk
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan penelantaran .Termasuk
juga ancaman yang menghasilkan kesengsaraan di dalam lingkup rumah
tangga
Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, Undang-
Undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (PKDRT).Di dalam KUHP, pengertian kekerasan diatur
dalam Pasal 89 KUHP yang menyatakan bahwa”membuat orang pingsan
atau tidak berdaya disamakan denganmenggunakan
kekerasan”.Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan,
pada Pasal 1 menegaskan mengenai apa yang dimaksud dengan
“kekerasan terhadap perempuan”
yaitu setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelami yang berakibat
atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan
perempuansecara fisik, s eksual atau psikologis kekerasan dalam rumah
tangga tetapi pada bagian akhir kalimat disebutkan ... atau dalam
kehidupan pribadi. Kehidupan pribadi dapat dimaksudkan sebagai
kehidupan dalam rumah tangga. U U No. 23 Tahun 2004, secara tegas
mengatur pengertian kekerasandalam rumah tangga pada Pasal 1 butir
1. Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulmya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum
dalam ruang lingkup rumah tangga.
2. BENTUK-BENTUK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN.
Mencermati pendapat dari para ahli mengenai istilah-istilah yang
dipakaiuntuk menyatakan bentuk-bentuk kekerasan terhadap
perempuan nampaknya belaum ada kesamaan istilah, ada yang
memakai bentuk-bentuk, ada yang memakai jenis-jenis. Dalam kaitan itu
penulis condong memakai bentuk-bentuksesuai dalam U U No. 23 Tahun
2004.Kristi E Purwandari dalam Archie Sudiarti Luhulima mengemukakan
beberapa bentuk kekerasan sebagai berikut:
A. Kekerasan fisik , seperti : memukul, menampar, mencekik dan
sebagainya
B. Kekerasan psikologis, seperti : berteriak, menyumpah,
mengancam,melecehkan dan sebagainya.
C. Kekerasan seksual, seperti : melakukan tindakan yang
mengarahkeajakan/desakan seksual seperti menyentuh, mencium,
memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan korban dan lain
sebagainya.
D. Kekerasan finansial, seperti : mengambil barang korban, menahan atau
tidak memberikan pemenuhan kebutuhan finansial dan sebagainya.
E. Kekerasan spiritual, seperti : merendahkan keyakinan dan
kepercayaankorban, memaksa korban mempraktekan ritual dan
keyakinan tertentu
Berkaitan dengan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan, Sukerti
dalam laporan penelitiannya di Kota Denapasar mengatakan sebagai
berikut
1. Kekerasan fisik. Contoh : dipukul dengan tangan, dipukul
dengansendok, ditentang, dicekik, dijambak, dicukur paksa,
kepaladibentukan ke tembok.
2. Kekerasan psikologis. Contoh : diancam, disumpah, pendapat korban
tidak pernah dihagai, dilarang bergaul, tidak pernah diajak
timabangpendapat, direndahkan dengan mengucapkan kata-kata yang
sifatnya merendahkan posisi perempua
Kekerasan ekonomi. Contoh : membebankan biaya rumah tangga
sepenuhnya kepada istri (istri yang bekerja secara formal) atau tidak
memberikan pemenuhan finansial kepada istri. Jadi menelantarkanrumah
tangga
B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM
RUMAH TANGGA.
Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi tanpa membedakan
latar belakang ekonomi, pendidikan, pekerjaan, etnis, usia, lama
perkawinan, atau bentuk fisik korban Kekerasan adalah sebuah
fenomena lintas sektoral dan tidak berdiri sendiri atau terjadi begitu saja.
Secara prinsip ada akibat tentu ada penyebabnya. Dalam kaitan itu
Fathul Djannah mengemukakan beberapa faktornya yaitu
1. Kemandirian ekonomi istri. Secara umum ketergantungan istri
terhadapsuami dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan, akan
tetapi tidak sepenuhnya demikian karena kemandirian istri juga dapat
menyebabkan istri menerima kekerasan oleh suami.
2. Karena pekerjaan istri. Istri bekerja di luar rumah dapat menyebabkan
istri menjadi korban kekerasan.
3. Perselingkuhan suami. Perselingkuhan suami dengan perempuan lain
atau suami kawin lagi dapat melakukan kekerasan terhadap istri.
4. Campur tangan pihak ketiga. Campur tangan anggota keluarga
daripihak suami, terutama ibu mertua dapat menyebabkan suami
melakukan kekerasan terhadap istri.
5. Pemahaman yang salah terhadap ajaran agama. Pemahaman
ajaranagama yang salah dapat menyebabkan timbulnya kekerasan
terhadap perempuan dalam rumah tangga.
6. Karena kebiasaan suami, di mana suami melakukan kekerasan
terhadap istri secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan
Sementara itu Aina Rumiati Azis mengemukakan faktor-faktor penyebab
terjadinya kekerasan terhadap perempuan yaitu
1. Budaya patriarki yang mendudukan laki—laki sebagai mahluk superior
dan perempuan sebagai mahluk interior.
2. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama sehingga
menganggap laki-laki boleh menguasai perempuan.
3. Peniruan anak laki-laki yang hidup bersama ayah yang suka
memukul,biasanya akan meniru perilaku ayahnya
Berkaitan dengan faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan
terhadap perempuan, Sukerti mengemukakan sebagai berikut :
1. Karena suami cemburu
2. Suami merasa berkuasa.
3. Suami mempunyai selingkuhan dan kawin lagi tanpa ijin.
4. Ikut campurnya pihak ketiga (mertua).
5. Suami memang suka berlaku kasar (faktor keturunan).
6. Karena suami suka berjudi .
Dari beberapa faktor penyebab terjadi kekerasan terhadap perempuan
seperti telah disebutkan di atas faktor yang paling dominan adalah
budaya patriarki. Budaya patriarki ini mempengaruhi budaya hukum
masyarakat.Kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga dapat
berakibat buruk terutama terhadap si korban, anak-nank yakni dapat
berpengaruh terhadap kejiwaan korban dan perkembangan kejiwaan si
anak dan juga berdampak pada lingkungan sosial. Di samping itu
dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga yaitu
dampak medis, seperti memerlukan biaya pengobatan.
Dampak emosional seperti depresi, penyalahan obat-obatan dan alkohol,
setres pasca trauma, rendahnya kepercayaan diri. Dampak pribadi
seperti anak-anak yang hidup dalam lingkungan kekerasan berpeluag
lebih besar bahwa hidupnya akan dibimbing oleh kekerasan, anak yang
menjadi saksi kekerasan akan menjadi trauma termasuk di dalam perilaku
anti sosial dan depresi.
C. KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DARI PERSPEKTIF GENDER
Faham gender memunculkan perbedaan laki-laki dan perempuan,
yang sementara diyakini sebagai kodrat Tuhan. Sebagai kodrat Tuhan
akibatnya tidak dapat dirubah. Oleh karena gender bagaimana
seharusnya perempuan dan laki-laki berfikir dan berperilaku dalam
masyarakat. Perbedaan perempuan dan laki-lakiakibat gender ternyata
melahirkan ketidak adilan dalam bentuk sub-ordinasi,dominasi,
diskriminasi, marginalisasi, stereotype. Bentuk ketidak adilan tersebut
merupakan sumber utama terjadinya kekerasan terhadap perempuan.Hal
tersebut di atas terjadi karena adanya keyakinan bahwa kodrat
perempuan itu halus dan posisinya di bawah laki-laki, bersifat melayani
dan tidak sebagai kepala rumah tangga.
Dengan demikian maka perempuan disamakan dengan barang
(properti) milik laki-laki sehingga dapat diperlakukan sewenang-
wenang.Pola hubungan demikian membentuk sistem patriarki. Sistem ini
hidup mulai dari tingkat kehidupan masyarakat kelas bawah, kelas
menengah dan bahkan sampai pada tingkat kelas tinggi. Mulai dari
individu, keluarga,masyarakat dan negara. Negara mempunyai
kepentingan untuk mengatur posisi perempuan dengan mencantumkan
pasal poligami dalam U U No. 1 Tahun 1974.
Kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga dapat juga
dikaji berdasarkan Teori Class dari Marx. Marx mengatakan bahwa ada
dua kelompoknyang berada pada posisi yang berbeda yaitu kelompok
kapitalis di satu sisi dan kaum buruh di sisi lainnya. Kaum kapitalis adalah
kaum yang menekan kaum buruh, kaum buruh berada pada posisi sub-
ordinat dan tidak diuntungkan.
Berdasarkan Teori Marx tersebut dapat diasumsikan bahwa kaum laki-
laki itu adalah kaum kapitalis yang berada pada posisi lebih tinggi,
menentukan dan diuntungkan sedangkan kaum perempuan adalah
kaum buruh yang berada pada posisi lebih rendah dan tidak diuntungkan
D.PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN
DALAM RUMAH TANGGA
Akar kekerasan terhadap perempuan karena adanya budaya
dominasi lakilakiterhadap perempuan atau budaya patriarki. Dalam
struktur dominasi laki-laki ini kekerasan seringkali digunakan oleh laki-laki
untuk memenangkan perbedaan pendapat, untuk menyatakan rasa
tidak puas dan kadangkala untuk mendemontrasikan dominasi semata-
mata.Kekerasan terhadap perempuan sering tidak dinggap sebagai
masalah besar atau masalah sosial karena hal itu merupakan urusan
rumah tangga yang bersangkutan dan orang lain tidak perlu ikut campur
tangan. Dalam kaitan itu
sesuai dengan pendapat Susan L. Miler, yang mengatakan bahwa
kejahatan dari kekerasan rumah tangga sudah merupakan suatu yang
rahasia, dianggap sesuatu yang sifatnya pribadi dan bukan merupakan
masalah sosial.Walaupun adanya pandangan seperti tersebut di atas
tidak berarti menjadikan alasan untuk tidak memberikan perlindungan
hukum yang memadai terhadap perempuan yang menjadi korban
kekerasan dalam rumah tangga
Perlindungan hukum adalah setiap usaha yang dilakukan oleh pihak-
pihak untuk menanggulangi kekerasan terhadap perempuan, kekerasan
dalam bentuk fisik, psikologis, seksual dan kekerasan ekonomi.
Pihak-pihak yang dapat melakukan perlindungan hukum bagi perempuan
korban kekerasan dalam rumah tangga, bisa siapa saja misalnya dapat
dilakukan oleh keluarga korban, tetangga korban, tokoh masyarakat,
aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim), lembaga sosial dan lain
sebagainya. Yang jelas pihak-pihak dimaksud dapat memberikan rasa
aman terhadap istri korban kekerasan suami. Perempuan korban
kekerasan dalam rumah tangga sering tidak dapat berbuat banyak atau
dalam keadaan binggung, karena tidak tahu harus mengadu ke mana,
ke rumah asal belum tentu diterima. Hal ini disebabkan oleh adanya
budaya di mana perempuan yang sudah kawin menjadi tanggung jawab
suaminya Sehingga apabila terjadi kekerasan terhadap perempuan
dalam rumah tangga sering tidak terungkap kepermukaan karena masih
dianggap membuka aib keluarga. Dengan sulit terungkapnya kekerasan
terhadap perempuan dalam rumah tangga, ini berarti perempuan korban
kekerasan ikut melindungi kejahatan dalam rumah tangga.
BAB III
P E N U T U P
KESIMPULAN
Dari keseluruhan paparan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan
dalam
Rumah tangga yaitu budaya patriarki, pemahaman ajaran agama yang
Keliru, kemandirian ekonomi istri, perselingkuhan suami, cemburu,
Berjudi, keturunan dan ikut campurnya pihak ketiga.
2. Perlindungan hukum terhadap perempuan korban kekerasan dalam
rumah
Tangga diatur dalam KUHP, kuhperdata, U U no. 1 tahun 1974, U U
No. 7 tahun 1984, U U no. 39 tahun 1999 dan U U no. 23 tahun 2004.

More Related Content

What's hot

Persamaan dan perbedaan teori martha e roger dengan dorothea orem
Persamaan dan perbedaan teori martha e roger dengan dorothea oremPersamaan dan perbedaan teori martha e roger dengan dorothea orem
Persamaan dan perbedaan teori martha e roger dengan dorothea oremReni Setia Gustina
 
Asuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasienAsuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasienMha Agistiani
 
KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)
KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)
KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)Uwes Chaeruman
 
Resume hd tn.y
Resume hd tn.yResume hd tn.y
Resume hd tn.yDINARIZ
 
Tugas alin sandra tfukain
Tugas alin sandra tfukainTugas alin sandra tfukain
Tugas alin sandra tfukainAlin Sandra
 
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITISASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITISBaskoro Abdiansyah
 
Asuhan keperawatan keluarga pada tn. i
Asuhan keperawatan keluarga pada tn. iAsuhan keperawatan keluarga pada tn. i
Asuhan keperawatan keluarga pada tn. iIsti Amalia
 
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014Winda Darpianur
 
Standar Pelayanan Kebidanan
Standar Pelayanan KebidananStandar Pelayanan Kebidanan
Standar Pelayanan Kebidananpjj_kemenkes
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAmalia Senja
 
Mobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasiMobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasirudi mirino
 
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJAL
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJALASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJAL
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJALpjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)Nenell 'kovalen' Miraldy
 
Seksualitas
SeksualitasSeksualitas
Seksualitasrakkas
 

What's hot (20)

Makalah Biolistrik
Makalah BiolistrikMakalah Biolistrik
Makalah Biolistrik
 
Persamaan dan perbedaan teori martha e roger dengan dorothea orem
Persamaan dan perbedaan teori martha e roger dengan dorothea oremPersamaan dan perbedaan teori martha e roger dengan dorothea orem
Persamaan dan perbedaan teori martha e roger dengan dorothea orem
 
Asuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasienAsuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasien
 
KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)
KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)
KB 5 Perawatan Paliatif Orang Dengan Hiv Aids (ODHA)
 
Resume hd tn.y
Resume hd tn.yResume hd tn.y
Resume hd tn.y
 
Tugas alin sandra tfukain
Tugas alin sandra tfukainTugas alin sandra tfukain
Tugas alin sandra tfukain
 
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITISASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
 
Asuhan keperawatan keluarga pada tn. i
Asuhan keperawatan keluarga pada tn. iAsuhan keperawatan keluarga pada tn. i
Asuhan keperawatan keluarga pada tn. i
 
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
Analisa kasus berdasarkan UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014
 
Standar Pelayanan Kebidanan
Standar Pelayanan KebidananStandar Pelayanan Kebidanan
Standar Pelayanan Kebidanan
 
Analisa data
Analisa dataAnalisa data
Analisa data
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
 
Mobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasiMobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasi
 
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJAL
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJALASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJAL
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJAL
 
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital (Vital Sign)
 
SDKI,SLKI dan SIKI
SDKI,SLKI dan SIKISDKI,SLKI dan SIKI
SDKI,SLKI dan SIKI
 
Makalah pandangan islam tentang hiv
Makalah pandangan islam tentang hivMakalah pandangan islam tentang hiv
Makalah pandangan islam tentang hiv
 
Konsep keluarga ppt
Konsep keluarga pptKonsep keluarga ppt
Konsep keluarga ppt
 
Seksualitas
SeksualitasSeksualitas
Seksualitas
 
Intervensi keperawatan stenosis aorta
Intervensi keperawatan stenosis aortaIntervensi keperawatan stenosis aorta
Intervensi keperawatan stenosis aorta
 

Viewers also liked

Villanova lean six sigma curriculm
Villanova lean six sigma curriculmVillanova lean six sigma curriculm
Villanova lean six sigma curriculmJohn Francolini
 
Herramientas innovadoras (1)
Herramientas innovadoras (1)Herramientas innovadoras (1)
Herramientas innovadoras (1)segarralinet
 
Trabajo en power point
Trabajo en power pointTrabajo en power point
Trabajo en power pointnuvianis
 
Live theatre event analysis form
Live theatre event analysis formLive theatre event analysis form
Live theatre event analysis form01061960
 
Subjectline Optimization: The Motivational Segmentation Way
Subjectline Optimization: The Motivational Segmentation WaySubjectline Optimization: The Motivational Segmentation Way
Subjectline Optimization: The Motivational Segmentation WayFlorent Diverchy
 
Steel flanges stainless,Forged flanges
Steel flanges stainless,Forged flangesSteel flanges stainless,Forged flanges
Steel flanges stainless,Forged flangesMechwell Fittings
 
ONLINE STORYTELLING and measuring marketing effects
ONLINE STORYTELLING and measuring marketing effectsONLINE STORYTELLING and measuring marketing effects
ONLINE STORYTELLING and measuring marketing effectsFlorent Diverchy
 
Inbox Zero is Not a Unicorn - Here's How to Get There
Inbox Zero is Not a Unicorn - Here's How to Get ThereInbox Zero is Not a Unicorn - Here's How to Get There
Inbox Zero is Not a Unicorn - Here's How to Get ThereShawn Collins
 
English Writer's Festival - EJOSS
English Writer's Festival - EJOSSEnglish Writer's Festival - EJOSS
English Writer's Festival - EJOSSElizabeth Joss
 
Omaxe india trade tower fresh booking mullanpur
Omaxe india trade tower fresh booking mullanpurOmaxe india trade tower fresh booking mullanpur
Omaxe india trade tower fresh booking mullanpurFuture Estates
 
Literator December 2008
Literator December 2008Literator December 2008
Literator December 2008Elizabeth Joss
 

Viewers also liked (14)

Maldives tourism
Maldives tourismMaldives tourism
Maldives tourism
 
Villanova lean six sigma curriculm
Villanova lean six sigma curriculmVillanova lean six sigma curriculm
Villanova lean six sigma curriculm
 
Herramientas innovadoras (1)
Herramientas innovadoras (1)Herramientas innovadoras (1)
Herramientas innovadoras (1)
 
Trabajo en power point
Trabajo en power pointTrabajo en power point
Trabajo en power point
 
Live theatre event analysis form
Live theatre event analysis formLive theatre event analysis form
Live theatre event analysis form
 
Subjectline Optimization: The Motivational Segmentation Way
Subjectline Optimization: The Motivational Segmentation WaySubjectline Optimization: The Motivational Segmentation Way
Subjectline Optimization: The Motivational Segmentation Way
 
Steel flanges stainless,Forged flanges
Steel flanges stainless,Forged flangesSteel flanges stainless,Forged flanges
Steel flanges stainless,Forged flanges
 
ONLINE STORYTELLING and measuring marketing effects
ONLINE STORYTELLING and measuring marketing effectsONLINE STORYTELLING and measuring marketing effects
ONLINE STORYTELLING and measuring marketing effects
 
Inbox Zero is Not a Unicorn - Here's How to Get There
Inbox Zero is Not a Unicorn - Here's How to Get ThereInbox Zero is Not a Unicorn - Here's How to Get There
Inbox Zero is Not a Unicorn - Here's How to Get There
 
English Writer's Festival - EJOSS
English Writer's Festival - EJOSSEnglish Writer's Festival - EJOSS
English Writer's Festival - EJOSS
 
Ch01
Ch01Ch01
Ch01
 
My community 2nd
My community  2ndMy community  2nd
My community 2nd
 
Omaxe india trade tower fresh booking mullanpur
Omaxe india trade tower fresh booking mullanpurOmaxe india trade tower fresh booking mullanpur
Omaxe india trade tower fresh booking mullanpur
 
Literator December 2008
Literator December 2008Literator December 2008
Literator December 2008
 

Similar to SEBAB KEKERASAN

Similar to SEBAB KEKERASAN (20)

kesehsatan reproduksi
kesehsatan reproduksi kesehsatan reproduksi
kesehsatan reproduksi
 
Kespro
KesproKespro
Kespro
 
Isu gender dan kdrt
Isu gender dan kdrtIsu gender dan kdrt
Isu gender dan kdrt
 
fdfgh
fdfghfdfgh
fdfgh
 
Makalah kekerasan dalam rumah tangga coy
Makalah kekerasan dalam rumah tangga coyMakalah kekerasan dalam rumah tangga coy
Makalah kekerasan dalam rumah tangga coy
 
Kdrt1
Kdrt1Kdrt1
Kdrt1
 
Kekerasaan dalam Rumah Tangga
Kekerasaan dalam Rumah TanggaKekerasaan dalam Rumah Tangga
Kekerasaan dalam Rumah Tangga
 
Document1
Document1Document1
Document1
 
Modul 6 kb 2
Modul 6 kb 2Modul 6 kb 2
Modul 6 kb 2
 
Kekerasan
KekerasanKekerasan
Kekerasan
 
Kdrt
KdrtKdrt
Kdrt
 
Pencegahan kdrt
Pencegahan kdrtPencegahan kdrt
Pencegahan kdrt
 
POLICY BRIEF KEJAHATAN SEKSUAL.pdf
POLICY BRIEF KEJAHATAN SEKSUAL.pdfPOLICY BRIEF KEJAHATAN SEKSUAL.pdf
POLICY BRIEF KEJAHATAN SEKSUAL.pdf
 
Kekerasan Dalam Pacaran
Kekerasan Dalam PacaranKekerasan Dalam Pacaran
Kekerasan Dalam Pacaran
 
Psi koran solidaritas 10
Psi koran solidaritas 10Psi koran solidaritas 10
Psi koran solidaritas 10
 
PENYULUHAN PENCEGAHAN KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK.pptx
PENYULUHAN PENCEGAHAN KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK.pptxPENYULUHAN PENCEGAHAN KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK.pptx
PENYULUHAN PENCEGAHAN KEKERASAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK.pptx
 
PPT SOSIO KLPK 2.pptx
PPT SOSIO KLPK 2.pptxPPT SOSIO KLPK 2.pptx
PPT SOSIO KLPK 2.pptx
 
Makalah kdrt
Makalah kdrtMakalah kdrt
Makalah kdrt
 
Gender & Kesetaraan.ppsx
Gender & Kesetaraan.ppsxGender & Kesetaraan.ppsx
Gender & Kesetaraan.ppsx
 
Ppm iswi-kdrt
Ppm iswi-kdrtPpm iswi-kdrt
Ppm iswi-kdrt
 

More from Rizki Gumilar

Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Rizki Gumilar
 
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri Rizki Gumilar
 
Transgender menurut pandangan hukum islam
Transgender menurut pandangan hukum islamTransgender menurut pandangan hukum islam
Transgender menurut pandangan hukum islamRizki Gumilar
 
Sejarah, pengertian dan lingkup perburuhan
Sejarah, pengertian dan lingkup perburuhanSejarah, pengertian dan lingkup perburuhan
Sejarah, pengertian dan lingkup perburuhanRizki Gumilar
 
Lingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum Ketenagakerjaan
Lingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum KetenagakerjaanLingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum Ketenagakerjaan
Lingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum KetenagakerjaanRizki Gumilar
 
Istilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhan
Istilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhanIstilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhan
Istilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhanRizki Gumilar
 
Hukum Perburuhan “hubungan kerja dan hubungan industrial”
Hukum Perburuhan “hubungan kerjadan hubungan industrial”Hukum Perburuhan “hubungan kerjadan hubungan industrial”
Hukum Perburuhan “hubungan kerja dan hubungan industrial”Rizki Gumilar
 
Slide Ruang terbuka hijau kab. Garut
Slide Ruang terbuka hijau kab. GarutSlide Ruang terbuka hijau kab. Garut
Slide Ruang terbuka hijau kab. GarutRizki Gumilar
 
Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Rizki Gumilar
 
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di Indonesia
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di IndonesiaHak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di Indonesia
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di IndonesiaRizki Gumilar
 
Cultural universal pada masyarakat yogyakarta
Cultural universal pada masyarakat yogyakartaCultural universal pada masyarakat yogyakarta
Cultural universal pada masyarakat yogyakartaRizki Gumilar
 
Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)
Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)
Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)Rizki Gumilar
 
Pengakuan hukum internasional
Pengakuan hukum internasionalPengakuan hukum internasional
Pengakuan hukum internasionalRizki Gumilar
 
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifPoligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifRizki Gumilar
 

More from Rizki Gumilar (18)

Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1
 
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
 
Transgender menurut pandangan hukum islam
Transgender menurut pandangan hukum islamTransgender menurut pandangan hukum islam
Transgender menurut pandangan hukum islam
 
Sejarah, pengertian dan lingkup perburuhan
Sejarah, pengertian dan lingkup perburuhanSejarah, pengertian dan lingkup perburuhan
Sejarah, pengertian dan lingkup perburuhan
 
Lingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum Ketenagakerjaan
Lingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum KetenagakerjaanLingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum Ketenagakerjaan
Lingkup Dan Pengaturan Operasional Hukum Ketenagakerjaan
 
Istilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhan
Istilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhanIstilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhan
Istilah-Istilah dan Ruang lingkup hukum perburuhan
 
Hukum Perburuhan “hubungan kerja dan hubungan industrial”
Hukum Perburuhan “hubungan kerjadan hubungan industrial”Hukum Perburuhan “hubungan kerjadan hubungan industrial”
Hukum Perburuhan “hubungan kerja dan hubungan industrial”
 
Slide Ruang terbuka hijau kab. Garut
Slide Ruang terbuka hijau kab. GarutSlide Ruang terbuka hijau kab. Garut
Slide Ruang terbuka hijau kab. Garut
 
Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah
 
Presentation kps
Presentation kpsPresentation kps
Presentation kps
 
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di Indonesia
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di IndonesiaHak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di Indonesia
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di Indonesia
 
Cultural universal pada masyarakat yogyakarta
Cultural universal pada masyarakat yogyakartaCultural universal pada masyarakat yogyakarta
Cultural universal pada masyarakat yogyakarta
 
Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)
Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)
Analisis penempatan ruang tempat pembuangan akhir (tpa)
 
Pengakuan hukum internasional
Pengakuan hukum internasionalPengakuan hukum internasional
Pengakuan hukum internasional
 
Hukum humaniter
Hukum humaniterHukum humaniter
Hukum humaniter
 
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positifPoligami menurut hukum islam dan hukum positif
Poligami menurut hukum islam dan hukum positif
 
Hk.pidana
Hk.pidanaHk.pidana
Hk.pidana
 
Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
 

SEBAB KEKERASAN

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diskursus tentang kekerasan terhadap perempuan dewasa ini, merupakan suatu hal yang menarik karena banyak diperpincangkan oleh kalangan praktisi,lembaga swadaya masyarakat (LSM), akademisi dan masyarakat luas. Hal itudilatar belakangi adanya tuntutan peren perempuan yang semakin komplek seiring dengan perkembangan jaman yang cendrung lebih memperhatikan hak-hak asasi manusia (HAM) tanpa melihat atau membedakan jenis kelamin.Kekrasan terhadap perempuan merupakam timdakan pelanggaran HAM yang paling kejam yang dialami perempuan. Oleh karenanya tidak salah apabila tindak kekerasan terhadap perempuan tersebut oleh organisasi perserikatan bangsa-bangsa (PBB) disebut sebuah kejahatan
  • 2. kemanusiaan.Serangkaian data yang dikeluarkan UNIFEM (dana PBB untuk perempuan) tentang kekerasan menunjukan bahwa di Turk jumlah perempuan yang mengalami kekerasan oleh pasangannya mencapai 57,9 % pada taun 1998.di India, jumlahnya mencapai 49% pada tahun 1999, di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 22,1 %. Di Banglades, laporan terakhir tahun 2000 menyebutkan 60 % perempuan kawin mengalami kekerasan oleh suami. Di Indonesia sendiri, sekitar 24 juta perempuan atau 11,4 % dari total penduduk indonesia pernah mengalami tindak kekerasan ,Kekerasan terhadap perempuan dewasa ini tidak saja merupakan masalah individu, melainkan juga merukapan masalah nasional dan bahkan sudah merupakan masalah global. Dalam hal-hal tertentu kekerasan terhadap perempuan dapat dikatakan sebagai masalah transnasional. Dikatakan masalah global dapat dilihat dari ditetapkan hukum internasional yang menyangkut fenomena tersebut seperti ditegaskan olh Muladi sebagai berikut:
  • 3. A. Viena Declaration. Convention on the Elimination of All Forms Discrimination Against Women (1979). B. Declaration on the Elimination of Violence Against Woman (1993). C. Bejing Declaration and Platform for Action (1994). Kekerasan terhadap perempuan sebagai masalah global, sudah mencemaskan setiap negara di dunia, tidak saja negara-negara yang sedang berkembang tetapi juga termasuk negara-negara maju yang dikatakan sangat menghagai dan peduli terhadap HAM seperti Amerika Serikat. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, menyandang predikat buruk dalam masalah pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM yang salah satu diantaranya pelanggaran HAM perempuan.
  • 4. Pelanggaran ham perempuan tersebut dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan terhadap perempuan .Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi di mana saja (di tempat umum, di tempat kerja, dilingkungan keluarga (rumah tangga) dan lain-lainnya.Dapat dilakukan oleh siapa saja (orang tua, saudara laki-laki ataupun perempuan dan lain- lainnya dan dapat terjadi kapan saja (siang dan malam). Kekerasan terhadap perempuan yang menjadi sorortan tulisan ini yakni kekerasan terhadap perempuan yang lokusnya dala rumah tangga.Dewasa ini kekerasan terhadap perempuan sangat mencemaskan banyak kalangan terutama kalangan yang peduli terhadap perempuan. Walaupun sejak tahun 1993 sudah ada deklarasi penghapusan kekerasan terhadap perempuan namun kekerasan terhadap perempuan tetap ada dan bahkan cendrung meningkat.
  • 5. Hal tersebut dapat diketahui dari pemberitaan di mass media baik media cetak maupun media elektronik.Mengingat luasnya kontek kekerasan terhadap perempuan, namun dalam tulisan ini dibatasi hanya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga dalam kedudukannya sebagai istri.Dari latar belakang tersebut di atas maka timbulah permasalahan sebagai berikut : faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dan bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap perempuan korbam kekerasan dalam rumah tangga?
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A.PENGERTIAN DAN BENTUK-BENTUK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. 1.PENGERTIAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Kekerasan terhadap perempuan merupakan konsep baru, yang diangkat pada konferensi dunia wanita III di nairobi, yang berhasil menggalang konsesus internasional atas pentingnya mencegah berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dalam kehidupan sehari-hari di seluruh masyarakat dan bantuan terhadap perempuan koban kekerasan. Oleh karena kekerasan terhadap perempuan merupakan konsep baru, maka mengenai definisi atau batasan kekerasan terhadap perempau (baca:istri) dalam rumah tangga anampaknya belum ada definisi tunggal dan jelas dari para ahli atau pemerhati maslah-masalah perempuan. Walaupun demikian kirannya perlu dikemukakan beberapa pendapat mengenai hal tersebut.
  • 7. Tindak kekerasan adalah melakukan kontrol, kekerasan dan pemaksaan meliputi tindakan seksual, psikologis, fisik danekonomi yang dilakukan individu terhadap individu yang lain dalam hubungan rumah tangga atau hubungan intim (karib).Kemala Candrakirana mengemukakan kekerasan dalam rumah tangga adalah perbuatan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan termasuk penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan penelantaran .Termasuk juga ancaman yang menghasilkan kesengsaraan di dalam lingkup rumah tangga Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, Undang- Undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT).Di dalam KUHP, pengertian kekerasan diatur dalam Pasal 89 KUHP yang menyatakan bahwa”membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan denganmenggunakan kekerasan”.Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, pada Pasal 1 menegaskan mengenai apa yang dimaksud dengan “kekerasan terhadap perempuan”
  • 8. yaitu setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelami yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuansecara fisik, s eksual atau psikologis kekerasan dalam rumah tangga tetapi pada bagian akhir kalimat disebutkan ... atau dalam kehidupan pribadi. Kehidupan pribadi dapat dimaksudkan sebagai kehidupan dalam rumah tangga. U U No. 23 Tahun 2004, secara tegas mengatur pengertian kekerasandalam rumah tangga pada Pasal 1 butir 1. Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulmya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam ruang lingkup rumah tangga.
  • 9. 2. BENTUK-BENTUK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Mencermati pendapat dari para ahli mengenai istilah-istilah yang dipakaiuntuk menyatakan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan nampaknya belaum ada kesamaan istilah, ada yang memakai bentuk-bentuk, ada yang memakai jenis-jenis. Dalam kaitan itu penulis condong memakai bentuk-bentuksesuai dalam U U No. 23 Tahun 2004.Kristi E Purwandari dalam Archie Sudiarti Luhulima mengemukakan beberapa bentuk kekerasan sebagai berikut: A. Kekerasan fisik , seperti : memukul, menampar, mencekik dan sebagainya B. Kekerasan psikologis, seperti : berteriak, menyumpah, mengancam,melecehkan dan sebagainya. C. Kekerasan seksual, seperti : melakukan tindakan yang mengarahkeajakan/desakan seksual seperti menyentuh, mencium, memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan korban dan lain sebagainya. D. Kekerasan finansial, seperti : mengambil barang korban, menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan finansial dan sebagainya.
  • 10. E. Kekerasan spiritual, seperti : merendahkan keyakinan dan kepercayaankorban, memaksa korban mempraktekan ritual dan keyakinan tertentu Berkaitan dengan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan, Sukerti dalam laporan penelitiannya di Kota Denapasar mengatakan sebagai berikut 1. Kekerasan fisik. Contoh : dipukul dengan tangan, dipukul dengansendok, ditentang, dicekik, dijambak, dicukur paksa, kepaladibentukan ke tembok. 2. Kekerasan psikologis. Contoh : diancam, disumpah, pendapat korban tidak pernah dihagai, dilarang bergaul, tidak pernah diajak timabangpendapat, direndahkan dengan mengucapkan kata-kata yang sifatnya merendahkan posisi perempua Kekerasan ekonomi. Contoh : membebankan biaya rumah tangga sepenuhnya kepada istri (istri yang bekerja secara formal) atau tidak memberikan pemenuhan finansial kepada istri. Jadi menelantarkanrumah tangga
  • 11. B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA. Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi tanpa membedakan latar belakang ekonomi, pendidikan, pekerjaan, etnis, usia, lama perkawinan, atau bentuk fisik korban Kekerasan adalah sebuah fenomena lintas sektoral dan tidak berdiri sendiri atau terjadi begitu saja. Secara prinsip ada akibat tentu ada penyebabnya. Dalam kaitan itu Fathul Djannah mengemukakan beberapa faktornya yaitu 1. Kemandirian ekonomi istri. Secara umum ketergantungan istri terhadapsuami dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan, akan tetapi tidak sepenuhnya demikian karena kemandirian istri juga dapat menyebabkan istri menerima kekerasan oleh suami. 2. Karena pekerjaan istri. Istri bekerja di luar rumah dapat menyebabkan istri menjadi korban kekerasan. 3. Perselingkuhan suami. Perselingkuhan suami dengan perempuan lain atau suami kawin lagi dapat melakukan kekerasan terhadap istri.
  • 12. 4. Campur tangan pihak ketiga. Campur tangan anggota keluarga daripihak suami, terutama ibu mertua dapat menyebabkan suami melakukan kekerasan terhadap istri. 5. Pemahaman yang salah terhadap ajaran agama. Pemahaman ajaranagama yang salah dapat menyebabkan timbulnya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga. 6. Karena kebiasaan suami, di mana suami melakukan kekerasan terhadap istri secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan Sementara itu Aina Rumiati Azis mengemukakan faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan yaitu 1. Budaya patriarki yang mendudukan laki—laki sebagai mahluk superior dan perempuan sebagai mahluk interior. 2. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama sehingga menganggap laki-laki boleh menguasai perempuan. 3. Peniruan anak laki-laki yang hidup bersama ayah yang suka memukul,biasanya akan meniru perilaku ayahnya
  • 13. Berkaitan dengan faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan, Sukerti mengemukakan sebagai berikut : 1. Karena suami cemburu 2. Suami merasa berkuasa. 3. Suami mempunyai selingkuhan dan kawin lagi tanpa ijin. 4. Ikut campurnya pihak ketiga (mertua). 5. Suami memang suka berlaku kasar (faktor keturunan). 6. Karena suami suka berjudi . Dari beberapa faktor penyebab terjadi kekerasan terhadap perempuan seperti telah disebutkan di atas faktor yang paling dominan adalah budaya patriarki. Budaya patriarki ini mempengaruhi budaya hukum masyarakat.Kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga dapat berakibat buruk terutama terhadap si korban, anak-nank yakni dapat berpengaruh terhadap kejiwaan korban dan perkembangan kejiwaan si anak dan juga berdampak pada lingkungan sosial. Di samping itu dampak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga yaitu dampak medis, seperti memerlukan biaya pengobatan.
  • 14. Dampak emosional seperti depresi, penyalahan obat-obatan dan alkohol, setres pasca trauma, rendahnya kepercayaan diri. Dampak pribadi seperti anak-anak yang hidup dalam lingkungan kekerasan berpeluag lebih besar bahwa hidupnya akan dibimbing oleh kekerasan, anak yang menjadi saksi kekerasan akan menjadi trauma termasuk di dalam perilaku anti sosial dan depresi. C. KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DARI PERSPEKTIF GENDER Faham gender memunculkan perbedaan laki-laki dan perempuan, yang sementara diyakini sebagai kodrat Tuhan. Sebagai kodrat Tuhan akibatnya tidak dapat dirubah. Oleh karena gender bagaimana seharusnya perempuan dan laki-laki berfikir dan berperilaku dalam masyarakat. Perbedaan perempuan dan laki-lakiakibat gender ternyata melahirkan ketidak adilan dalam bentuk sub-ordinasi,dominasi, diskriminasi, marginalisasi, stereotype. Bentuk ketidak adilan tersebut merupakan sumber utama terjadinya kekerasan terhadap perempuan.Hal tersebut di atas terjadi karena adanya keyakinan bahwa kodrat perempuan itu halus dan posisinya di bawah laki-laki, bersifat melayani dan tidak sebagai kepala rumah tangga.
  • 15. Dengan demikian maka perempuan disamakan dengan barang (properti) milik laki-laki sehingga dapat diperlakukan sewenang- wenang.Pola hubungan demikian membentuk sistem patriarki. Sistem ini hidup mulai dari tingkat kehidupan masyarakat kelas bawah, kelas menengah dan bahkan sampai pada tingkat kelas tinggi. Mulai dari individu, keluarga,masyarakat dan negara. Negara mempunyai kepentingan untuk mengatur posisi perempuan dengan mencantumkan pasal poligami dalam U U No. 1 Tahun 1974. Kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga dapat juga dikaji berdasarkan Teori Class dari Marx. Marx mengatakan bahwa ada dua kelompoknyang berada pada posisi yang berbeda yaitu kelompok kapitalis di satu sisi dan kaum buruh di sisi lainnya. Kaum kapitalis adalah kaum yang menekan kaum buruh, kaum buruh berada pada posisi sub- ordinat dan tidak diuntungkan. Berdasarkan Teori Marx tersebut dapat diasumsikan bahwa kaum laki- laki itu adalah kaum kapitalis yang berada pada posisi lebih tinggi, menentukan dan diuntungkan sedangkan kaum perempuan adalah kaum buruh yang berada pada posisi lebih rendah dan tidak diuntungkan
  • 16. D.PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Akar kekerasan terhadap perempuan karena adanya budaya dominasi lakilakiterhadap perempuan atau budaya patriarki. Dalam struktur dominasi laki-laki ini kekerasan seringkali digunakan oleh laki-laki untuk memenangkan perbedaan pendapat, untuk menyatakan rasa tidak puas dan kadangkala untuk mendemontrasikan dominasi semata- mata.Kekerasan terhadap perempuan sering tidak dinggap sebagai masalah besar atau masalah sosial karena hal itu merupakan urusan rumah tangga yang bersangkutan dan orang lain tidak perlu ikut campur tangan. Dalam kaitan itu sesuai dengan pendapat Susan L. Miler, yang mengatakan bahwa kejahatan dari kekerasan rumah tangga sudah merupakan suatu yang rahasia, dianggap sesuatu yang sifatnya pribadi dan bukan merupakan masalah sosial.Walaupun adanya pandangan seperti tersebut di atas tidak berarti menjadikan alasan untuk tidak memberikan perlindungan hukum yang memadai terhadap perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga
  • 17. Perlindungan hukum adalah setiap usaha yang dilakukan oleh pihak- pihak untuk menanggulangi kekerasan terhadap perempuan, kekerasan dalam bentuk fisik, psikologis, seksual dan kekerasan ekonomi. Pihak-pihak yang dapat melakukan perlindungan hukum bagi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, bisa siapa saja misalnya dapat dilakukan oleh keluarga korban, tetangga korban, tokoh masyarakat, aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim), lembaga sosial dan lain sebagainya. Yang jelas pihak-pihak dimaksud dapat memberikan rasa aman terhadap istri korban kekerasan suami. Perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga sering tidak dapat berbuat banyak atau dalam keadaan binggung, karena tidak tahu harus mengadu ke mana, ke rumah asal belum tentu diterima. Hal ini disebabkan oleh adanya budaya di mana perempuan yang sudah kawin menjadi tanggung jawab suaminya Sehingga apabila terjadi kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga sering tidak terungkap kepermukaan karena masih dianggap membuka aib keluarga. Dengan sulit terungkapnya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga, ini berarti perempuan korban kekerasan ikut melindungi kejahatan dalam rumah tangga.
  • 18. BAB III P E N U T U P KESIMPULAN Dari keseluruhan paparan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam Rumah tangga yaitu budaya patriarki, pemahaman ajaran agama yang Keliru, kemandirian ekonomi istri, perselingkuhan suami, cemburu, Berjudi, keturunan dan ikut campurnya pihak ketiga. 2. Perlindungan hukum terhadap perempuan korban kekerasan dalam rumah Tangga diatur dalam KUHP, kuhperdata, U U no. 1 tahun 1974, U U No. 7 tahun 1984, U U no. 39 tahun 1999 dan U U no. 23 tahun 2004.