SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
A. DEFINISI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
KDRT terhadap istri adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami
terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi,
termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau
keluarga. Selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai dengan penyiksaan secara
verbal, tidak adanya kehangatan emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan
untuk mengendalikan istri. Setelah membaca definisi di atas, tentu pembaca sadar bahwa
kekerasan pada istri bukan hanya terwujud dalam penyiksaan fisik, namun juga
penyiksaan verbal yang sering dianggap remeh namun akan berakibat lebih fatal dimasa
yang akan datang.
B. GEJALA-GEJALA KEKERASAN TERHADAP ISTRI
Gejala-gejala istri yang mengalami kekerasan adalah merasa rendah diri, cemas, penuh
rasa takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua dari usianya, sering merasa sakit kepala,
mengalami kesulitan tidur, mengeluh nyeri yang tidak jelas penyebabnya, kesemutan,
nyeri perut, dan bersikap agresif tanpa penyebab yang jelas. Jika anda membaca gejala-
gejala di atas, tentu anda akan menyadari bahwa akibat kekerasan yang paling fatal
adalah merusak kondisi psikologis yang waktu penyembuhannya tidak pernah dapat
dipastikan.
C. BENTUK-BENTUK KEKRASAN DALAM RUMAH TANGGA
Bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri tersebut, antara lain:
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah suatu tindakan kekerasan (seperti: memukul, menendang, dan
lain-lain) yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh istri hingga
menyebabkan kematian.
2. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti: menghina,
berkata kasar dan kotor) yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri,
meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya.
Kekerasan psikis ini, apabila sering terjadi maka dapat mengakibatkan istri semakin
tergantung pada suami meskipun suaminya telah membuatnya menderita. Di sisi lain,
kekerasan psikis juga dapat memicu dendam dihati istri.
3. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah suatu perbuatan yang berhubungan dengan memaksa istri
untuk melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau bahkan
tidak memenuhi kebutuhan seksual istri.
4. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ekonomi adalah suatu tindakan yang membatasi istri untuk bekerja di
dalam atau di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang, termasuk membiarkan
istri yang bekerja untuk di-eksploitasi, sementara si suami tidak memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga. Sebagian suami juga tidak memberikan gajinya pada istri karena
istrinya berpenghasilan, suami menyembunyikan gajinya,mengambil harta istri, tidak
memberi uang belanja yang mencukupi, atau tidak memberi uang belanja sama sekali,
menuntut istri memperoleh penghasilan lebih banyak, dan tidak mengijinkan istri
untuk meningkatkan karirnya.
D. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan suami terhadap istri,
antara lain:
1) Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa
anak laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran.
2) Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.
3) Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus ditutup karena
merupakan masalah keluarga dan bukan masalah sosial.
4) Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri,
kepatuhan istri pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi
bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan.
5) Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi.
6) Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.
7) Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak.
8) Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.
9) Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang
sering melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya.
10) Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan dari masyarakat
sendiri yang enggan untuk melaporkan permasalahan dalam rumah tangganya,
maupun dari pihak- pihak yang terkait yang kurang mensosialisasikan tentang
kekerasan dalam rumah tangga, sehingga data kasus tentang (KDRT) pun, banyak
dikesampingkan ataupun dianggap masalah yang sepele. Masyarakat ataupun pihak
yang tekait dengan KDRT, baru benar- benar bertindak jika kasus KDRT sampai
menyebabkan korban baik fisik yang parah dan maupun kematian, itupun jika
diliput oleh media massa. Banyak sekali kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT)
yang tidak tertangani secara langsung dari pihak yang berwajib, bahkan kasus kasus
KDRT yang kecil pun lebih banyak dipandang sebelah mata daripada kasus – kasus
lainnya.
11) Masalah budaya, Masyarakat yang patriarkis ditandai dengan pembagian kekuasaan
yang sangat jelas antara laki –laki dan perempuan dimana laki –laki mendominasi
perempuan. Dominasi laki – laki berhubungan dengan evaluasi positif terhadap
asertivitas dan agtresivitas laki – laki, yang menyulitkan untuk mendorong
dijatuhkannya tindakan hukum terhadap pelakunnya. Selain itu juga pandangan
bahwa cara yang digunakan orang tua untuk memperlakukan anak – anaknya , atau
cara suami memperlakukan istrinya, sepenuhnya urusan mereka sendiri dapat
mempengaruhi dampak timbulnya kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT).
12) Faktor Domestik Adanya anggapan bahwa aib keluarga jangan sampai diketahui
oleh orang lain. Hal ini menyebabkan munculnya perasaan malu karena akan
dianggap oleh lingkungan tidak mampu mengurus rumah tangga. Jadi rasa malu
mengalahkan rasa sakit hati, masalah Domestik dalam keluarga bukan untuk
diketahui oleh orang lain sehingga hal ini dapat berdampak semakin menguatkan
dalam kasus KDRT.
Lingkungan. Kurang tanggapnya lingkungan atau keluarga terdekat untuk merespon
apa yang terjadi, hal ini dapat menjadi tekanan tersendiri bagi korban. Karena bisa saja
korban beranggapan bahwa apa yang dialaminya bukanlah hal yang penting karena tidak
direspon lingkungan, hal ini akan melemahkan keyakinan dan keberanian korban untuk
keluar dari masalahnya.
Selain itu, faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap istri berhubungan dengan
kekuasaan suami/istri dan diskriminasi gender di masyarakat. Dalam masyarakat, suami
memiliki otoritas, memiliki pengaruh terhadap istri dan anggota keluarga yang lain,
suami juga berperan sebagai pembuat keputusan. Pembedaan peran dan posisi antara
suami dan istri dalam masyarakat diturunkan secara kultural pada setiap generasi, bahkan
diyakini sebagai ketentuan agama. Hal ini mengakibatkan suami ditempatkan sebagai
orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi daripada istri. Kekuasaan suami
terhadap istri juga dipengaruhi oleh penguasaan suami dalam sistem ekonomi, hal ini
mengakibatkan masyarakat memandang pekerjaan suami lebih bernilai. Kenyataan juga
menunjukkan bahwa kekerasan juga menimpa pada istri yang bekerja, karena keterlibatan
istri dalam ekonomi tidak didukung oleh perubahan sistem dan kondisi sosial budaya,
sehingga peran istri dalam kegiatan ekonomi masih dianggap sebagai kegiatan
sampingan.
E. DAMPAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Kekerasan terhadap istri menimbulkan berbagai dampak yang merugikan. Diantaranya
adalah :
Dampak kekerasan terhadap istri yang bersangkutan itu sendiri adalah: mengalami
sakit fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa
tidak berdaya, mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya,
mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.
Dampak kekerasan terhadap pekerjaan si istri adalah kinerja menjadi buruk, lebih
banyak waktu dihabiskan untuk mencari bantuan pada Psikolog ataupun Psikiater, dan
merasa takut kehilangan pekerjaan.
Dampaknya bagi anak adalah: kemungkinan kehidupan anak akan dibimbing dengan
kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang kejam pada anak-anak akan lebih tinggi,
anak dapat mengalami depresi, dan anak berpotensi untuk melakukan kekerasan pada
pasangannya apabila telah menikah karena anak mengimitasi perilaku dan cara
memperlakukan orang lain sebagaimana yang dilakukan oleh orang tuanya.
F. SOLUSI UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Untuk menurunkan kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga maka masyarakat
perlu digalakkan pendidikan mengenai HAM dan pemberdayaan perempuan;
menyebarkan informasi dan mempromosikan prinsip hidup sehat, anti kekerasan terhadap
perempuan dan anak serta menolak kekerasan sebagai cara untuk memecahkan masalah;
mengadakan penyuluhan untuk mencegah kekerasan; mempromosikan kesetaraan jender;
mempromosikan sikap tidak menyalahkan korban melalui media.
Sedangkan untuk pelaku dan korban kekerasan sendiri, sebaiknya mencari bantuan
pada Psikolog untuk memulihkan kondisi psikologisnya.
Bagi suami sebagai pelaku, bantuan oleh Psikolog diperlukan agar akar permasalahan
yang menyebabkannya melakukan kekerasan dapat terkuak dan belajar untuk berempati
dengan menjalani terapi kognitif. Karena tanpa adanya perubahan dalam pola pikir suami
dalam menerima dirinya sendiri dan istrinya maka kekerasan akan kembali terjadi.
Sedangkan bagi istri yang mengalami kekerasan perlu menjalani terapi kognitif dan
belajar untuk berperilaku asertif. Selain itu, istri juga dapat meminta bantuan pada LSM
yang menangani kasus-kasus kekerasan pada perempuan agar mendapat perlidungan.
Suami dan istri juga perlu untuk terlibat dalam terapi kelompok dimana masing-
masing dapat melakukan sharing sehingga menumbuhkan keyakinan bahwa hubungan
perkawinan yang sehat bukan dilandasi oleh kekerasan namun dilandasi oleh rasa saling
empati. Selain itu, suami dan istri perlu belajar bagaimana bersikap asertif dan me-
manage emosi sehingga jika ada perbedaan pendapat tidak perlu menggunakan kekerasan
karena berpotensi anak akan mengimitasi perilaku kekerasan tersebut. Oleh karena itu,
anak perlu diajarkan bagaimana bersikap empati dan memanage emosi sedini mungkin
namun semua itu harus diawali dari orangtua.
Mengalami KDRT membawa akibat – akibat negatif yang berkemungkinan
mempengaruhi perkembangan korban di masa mendatang dengan banyak cara. Dengan
demikian, perhatian utama harus diarahkan pada pengembangan berbagai strategi untuk
mencegah terjadi penganiayaan dan meminimalkan efeknya yang merugikan ada
beberapa solusi untuk mencegah KDRT antara lain :
1. Membangun kesadaran bahwa persoalan KDRT adalah persoalan sosial bukan
individual dan merupakan pelanggaran hukum yang terkait dengan HAM.
2. Sosialiasasi pada masyarakat tentang KDRT adalah tindakan yang tidak dapat
dibenarkan dan dapat diberikan sangsi hukum. Dengan cara mengubah pondasi
KDRT di tingkat masyarakat pertama – tama dan terutama membutuhkan.
3. Adanya konsensus bahwa kekerasan adalah tindakan yang tidak dapat diterima.
4. Mengkampanyekan penentangan terhadap penayangan kekerasan di media yang
mengesankan kekerasan sebagai perbuatan biasa, menghibur dan patut menerima
penghargaan.
5. Peranan Media massa. Media cetak, televisi, bioskop, radio dan internet adalah
macrosystem yang sangat berpengaruh untuk dapat mencegah dan mengurangi
kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT). Peran media massa sangat berpengaruh
besar dalam mencegah KDRT bagaimana media massa dapat memberikan suatu
berita yang bisa merubah suatu pola budaya KDRT adalah suatu tindakan yang dapat
melanggar hukum dan dapat dikenakan hukuman penjara sekecil apapun bentuk dari
penganiayaan.
6. Mendampingi korban dalam menyelesaikan persoalan (konseling) serta kemungkinan
menempatkan dalam shelter (tempat penampungan) sehingga para korban akan lebih
terpantau dan terlindungi serta konselor dapat dengan cepat membantu pemulihan
secara psikis.
G. MODUL KONSELING DAN TERAPI PERILAKU BAGI PELAKU KDRT
PENGANTAR:
• Modul intervensi merupakan tindak lanjut dari hasil assesment
• Modul intervensi seyogyanya “tailor made” , rasional dan mampu laksana
• Modul intervensi diupayakan serasi budaya dan menjaring dukungan komunitas
• Modul intervensi sebaiknya disertai mekanisme supervisi perubahan perilaku di luar
sesi konseling
TUJUAN:
• Klien memahami tentang KDRT serta dampaknya dan konsekuensi hukum
• Klien memahami tentang HAM dan Kesetaraan gender
• Klien Menyadari KDRT adalah perilaku salah à klien menyadari memiliki kekuatan
untuk berubah
• Klien mampu mengolah konflik dengan cara tanpa kekerasan
• Klien mampu mengenali emosi/pikiran negatifnya yang relevan dengan KDRT
RUANG LINGKUP:
• Psikoedukasi tentang KDRT & Kesetaraan Gender
• Konseling /MET: à membangkitkan motivasi untuk berubah
• Pendekatan Kognitif & Perilaku :
– 1. Mengenali pikiran/emosi negatif
– 2.Mengenali dan mengelola situasi konflik
– 3. Mengenali dan mengelola amarah
• Terapi relaksasi singkat:
– 1. relaksasi otot progresif singkat
– 2. mengatur nafas lambat
BAHAN:
Terdiri dari 5 sub modul/sesi, yaitu:
Konseling
Mengelola Pikiran/Emosi Negatif
Mengelola Konflik
Mengelola Amarah
Tehnik Relaksasi
LANGKAH-LANGKAH:
Penjelasan singkat “pesan dasar” Topik
Ilustrasi kasus KDRTà bahas
Mengisi lembar penilain diri
Permainan “tema KDRT”
Pekerjaan Rumah
Monitoring perilaku di luar program
KONSELING
PENGERTIAN:
Konseling adalah hubungan antara dua orang (konselor dan klien) yang bersifat
saling membantu, untuk menyelesaikan masalah tertentu
Konseling merupakan proses kolaborasi yang bertujuan memberdayakan klien dalam
menanggapi masalah kehidupan
Konseling bertujuan mengembangkan mekanisme koping yang efektif dalam
menghadapi masalah kehidupan
Dasar Pendekatan Konseling adalah pendekatan humanistik , yaitu keyakinan bahwa
seseorang mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menentukan bagi
dirinya, mempunyai potensi untuk berkembang yang pada dasarnya baik
Konselor berperan sebagai fasilitator yang mendorong diwujudkannya potensi yang
baik itu, dan ia menghargai klien sebagai individu yang unik dan bebas serta
bertanggung jawab
TUJUAN:
• Klien bersama konselor mampu mengatasi suasana krisis kejiwaan.
• Klien bersama konselor mampu mengenali kekeliruannya di masa lampau dan
memotivasi diri untuk bangkit
• Klien mampu menerima situasi yang tak mungkin berubah dan terus berjuang
mengubah yang bisa diubah
• Tujuan akhir adalah klien mempunyai motivasi kuat untuk merubah perilakunya
METODE:
• 1. Pelatih memaparkan ilustrasi kasus KDRT
• 2. Klien diminta memahami dan berempati terhadap kasus tersebut
• 3. Klien diandaikan dalam posisi kasus
• 4. Langkah langkah apa yang akan klien lakukan
• Diskusikan
• Bermain peran saling tukar peran dengan konselornya
MENGELOLA PIKIRAN & EMOSI NEGATIF:
PENGERTIAN:
• Pikiran negatif atau persepsi salah terhadap kejadian disekitar kehidupan kita akan
mempengaruhi suasana emosi dan tindakan kita.
• Pikiran yang salah, memicu emosi dan tindakan yang tidak rasional, misalnya;
KDRT
• Belajar mengenali pikiran salah lantas mengelolanya menjadi enerji positif
bermanfaat untuk mencegah KDRT
• Pendekatan terapi kognitif perilaku sangat bermanfaat membantu proses perubahan
TUJUAN:
• Klien semakin bisa mengenali perilaku KDRT, siklus KDRT, faktor pemicu, dan
dampaknya
• Klien terlatih untuk mengenali pikiran negatif dan motif yang mendorong
tindakannya (KDRT)
• Klien mampu mengubah perilakunya dengan melalui perubahan pada pola pikirnya
terhadap masalah
METODE:
• Mengenali pemikiran-pemikiran (kognisi) yang salah/keliru
• Kognisi tersebut merefleksikan bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri,
kehidupan/dunia mereka, masa lalu & masa depan mereka.
• Mengganti/mengoreksi distorsi kognisi tersebut dengan kognisi yang fungsional,
realistik, sehingga akan menuju kepada perbaikan klinis.
ILUSTRASI:
MODEL A-B-C PEMBENTUKAN PERILAKU
A à B à C
A = Peristiwa/kejadian
B = Pikiran otomatis dari diri kita mengenai A
C = Perubahan emosi dan perilaku
Kebanyakan orang berpikir bahwa A menyebabkan C. Yang sebenarnya terjadi adalah
à B,
yaitu pemikiran dari diri sendirilah yang memiliki pengaruh lebih besar.
LANGKAH LANGKAH:
TAHAP 1: Mengumpulkan data/fakta-fakta
• Secara singkat menggambarkan peristiwa/kejadian yang tidak
menyenangkan/traumatis dari masa lalu, saat ini, atau masa depan, & rasa yang
dihasilkan.
• Nilai intensitas dari perasaan-perasaan tersebut (nilai dari 1-10)
• Ingatlah, menghadapi secara langsung perasaan yang mengganggu adalah suatu
cara untuk menghentikan mereka dari mengendalikan kita.
TAHAP 2: Analisis pikiran
• Buat daftar pikiran-pikiran otomatis
• Mengenali distorsi/kekeliruan dari pikiran-pikiran tersebut
• Berusaha untuk merespon, atau mendiskusikan tiap pikiran otomatis yang keliru
tersebut
TAHAP 3: Menilai hasil
• Menilai hasil, yakni menyadari bahwa perubahan persepsi kognitif terhadap suatu
peristiwa telah menghasilkan perubahan respons emosi dan perilaku.
Structured Problem Solving à 6 steps
Step 1: Tuliskan daftar masalah yang seringkali memicu kemarahan/tindak kekerasan
Step 2: Pikirkan beberapa alternatif cara penyelesaian masalah
Step 3: Tuliskan keuntungan dan kerugian masing masing alternative tersebut
Step 4: Tentukan pilihan yang terbaik dan termungkin dari berbagai alternative tadi
Step 5: Buat daftar langkah langkah yang akan ditempuh untuk melaksanakan
alternative
solusi yang dipilih
Step 6:Evaluasi perkembangan
MENGELOLA KONFLIK
PENGERTIAN:
• Konflik dalam kehidupan keluarga, konflik sering dijadikan kambing hitam untuk
mengesahkan tindakan KDRT oleh suami terhadap istri
• Konflik dalam kehidupan berkeluarga dapat melanggengkan KDRT
• Mengelola konflik yang terjadi dalam kehidupan keluarga merupakan salah satu cara
untuk mengurangi risiko KDRT
TUJUAN:
• Mengubah pola relasi yang penuh konflik menjadi pola relasi yang saling
menghargai
• Mengadopsi pola beradaptasi terhadap masalah interpersonal yang penuh
pertentangan menjadi kerjasama
METODE:
• Ilustrasi Kasus KDRT & Konflik Keluarga
• Diskusi
• Bermain Peran
• PR
MENGELOLA AMARAH
PENGERTIAN:
• Amarah atau sifat tempramental sering dijadikan kambing hitam untuk mengesahkan
terjadinya tindak kekerasan
• Mengesahkan bahwa memang perilaku tempramentalnya yang menyebabkan klien
melakukan KDRT adalah keliru dan tidak bertanggung jawab
• Tapi walau bagaimanapun latihan mengelola amarah tetap merupakan bagian
penting yang perlu dilatihkan pada pelaku KDRT
TUJUAN:
• Klien memiliki keterampilan mengelola amarah dengan cara sederhada dan efektif
• Klien menyadari bahwa ledakan kemarahan membawa konsekuensi luas
• Terbentuk suatu pola sehat dalam proses kognitif klien dalam merespon situasi yang
biasanya mencetuskan ledakan kemarahan
METODE
• Ilustrasi Kasus
• Penjelasan teknik mengelola amarah
• Bermain peran
• Diskusi
• PR
TEKNIK RELAKSASI
PENGERTIAN:
• Melatih relaksasi berarti melatih mengontrol diri
• Melatih relaksasi berarti menerima diri apa adanya
• Melatih relaksasi membantu berpikir jenih
• Relaksasi dapat mengendalikan berbagai bentuk manivestasi dari stres
• Pada akhirnya relaksasi bermanfaat untuk mengontrol dorongan perilaku
berkekerasan
TUJUAN:
• Klien mampu melakukan tehnik nafas lambat sebagai salah satu alat pereda
ketegangan
• Klien mampu melalukan relaksasi progresif singkat untuk menumbuhkan perasaan
tenang dan terkendali
METODE:
• Penjelasan tentang tehnik relaksasi
• Demonstrasi tehnik bernafas lambat
Tutup mata anda dan carilah posisi yang paling nyaman. Sepanjang proses relaksasi
anda boleh saja menggerakkan tubuh sepanjang hal tersebut membuat anda merasa
nyaman. Bantu tubuh anda untuk memulai relaksasi dengan bernafas lambat dan
dalam. Ambil nafas perlahan melalui hidung sepanjang tiga hitungan, kemudian
hembuskan pelan pelan lewat mulut sepanjang lima hitungan. Sambil
menghembuskan nafas bayangkan bahwa anda melepas beban di pikiran anda lewat
mulut. Ulangi lagi prosedur di atas beberapa kali sampai anda mendapatkan irama
nafas yang paling nyaman. Lakukan latihan nafas lambat ini selama sepuluh menit
setiap sebelum tidur dan bangun tidur.
• Demonstrsi tehnik relaksasi progresif singkat
• Simulasi & Praktek
• Diskusi
H. CONTOH KASUS
1. Aniaya Bocah dengan Disetrika
indosiar.com, Karawang - Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) kembali terjadi di
Karawang, Jawa Barat. Kali ini dilakukan sepasang suami istri (pasutri) yang tega
menganiaya bocah perempuan berusia 10 tahun dengan berbagai pukulan benda tumpul serta
menggunakan setrika panas. Korban terpaksa dilarikan ke rumah sakit dengan sejumlah luka,
sementara pelaku kini mendekam di sel tahanan kepolisian.
Marni Barus, warga Perumnas Bumi Teluk Jambi, Kecamatan Teluk Jambi Timur, Karawang
hanya bisa bertunduk dan menangis saat digiring polisi ke ruang pemeriksaan. Perempuan
yang memiliki tiga orang anak ini ditangkap petugas akibat penganiayaan yang dilakukan
bersama suaminya.
Aksi kekerasan sendiri dilakukan tersangka Marni terhadap Ayu Wandira, bocah perempuan
berusia 10 tahun yang selama ini tinggal dan dipekerjakan di rumahnya. Menurut tersangka,
tindakannya yang membuat dirinya harus berurusan dengan kepolisian terjadi lantaran khilaf.
Korban dinilai sering berbohong, tidak menuruti perintahnya serta mengambil makanan tanpa
seijinya. Akibat perbuatannya Ayu mengalami sejumlah luka di tubuh. Luka tersebut akibat
pukulan hingga cubitan dan tamparan. Bahkan luka akibat setrikaan hingga kini masih
membekas dibagian lengan dan punggungnya.
Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya tersangka Marni harus mendekam di sel
tahanan Mapolres Karawang. Namun polisi membebaskan Sembiring, suami Marni lantaran
tidak cukup bukti. Sementara itu Ayu Wandira yang mengalami luka penganiayaan hingga
kini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang. (Zaenal
Arifin/Sup)
2. Istri Usia 15 Tahun Disiksa Suami
indosiar.com, Garut - Reni Rismayanti (15 tahun) warga Kecamatan Leles, Kabupaten Garut
ini, hanya bisa merintih kesakitan saat dibopong petugas dari dalam mobil menuju tempat
pengobatan alternatif.
Wanita muda yang baru sebulan menikah ini, kerap disiksa suaminya. Akibat penyiksaan
tersebut, tulang pinggang belakang Reni patah hingga tak bisa berjalan.
Menurut Reni, awalnya ia hanya menegur suaminya yang pulang malam dalam keadaan
mabuk. Namun suaminya itu malah tak terima dan menyiksa Reni. Reni juga diancam akan
dibunuh Rendi, jika melapor kepada orang tuanya.
Korban mengaku tindak penganiayaan itu, bukan yang pertama. Ia sering ditonjok, ditendang
bahkan disundut rokok oleh suaminya itu, serta pernah disekap selama satu minggu didalam
kamar, dengan makan seadanya.
Karena tak kuat lagi menahan penyiksaan, korban Reni bersama ibunya melapor ke polisi.
Sementara suami korban yang kabur melarikan diri, usai menyiksa istrinya itu, masih dalam
kejaran petugas.(Deni Muhammad Arif/Ijs)
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar psikologi Klinis yang dibimbing
oleh Ibu Diantini Ida Viatrie)
Oleh:
Baquandi
Karina wisnu
Asmaul khusnah
Deska tri ismiani
Fakul hidayah
Yesi sevien marita
Kunto
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING DAN PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
Oktober 2009

More Related Content

What's hot

Presentation2 (elm)
Presentation2 (elm)Presentation2 (elm)
Presentation2 (elm)claomitz
 
Materi tentang Pacaran oleh PIK R SMANSAKA 2018
Materi tentang Pacaran oleh PIK R SMANSAKA 2018Materi tentang Pacaran oleh PIK R SMANSAKA 2018
Materi tentang Pacaran oleh PIK R SMANSAKA 2018Mustofa Hidayat
 
Norma dan Praktik Budaya Kekerasan dalam Rumah Tangga
Norma dan Praktik Budaya Kekerasan dalam Rumah Tangga Norma dan Praktik Budaya Kekerasan dalam Rumah Tangga
Norma dan Praktik Budaya Kekerasan dalam Rumah Tangga pjj_kemenkes
 
review jurnal keganasan rumah tangga
review jurnal keganasan rumah tanggareview jurnal keganasan rumah tangga
review jurnal keganasan rumah tangganur fara
 
Norma dan Praktik Budaya Pernikahan Dini di Indonesia
Norma dan Praktik Budaya Pernikahan Dini di Indonesia Norma dan Praktik Budaya Pernikahan Dini di Indonesia
Norma dan Praktik Budaya Pernikahan Dini di Indonesia pjj_kemenkes
 
Pelanggaran hak
Pelanggaran hakPelanggaran hak
Pelanggaran hakVero Nika
 
Ancaman tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak bagi
Ancaman tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak bagiAncaman tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak bagi
Ancaman tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak bagidinajenawawi
 
Kekerasan pada anak
Kekerasan pada anakKekerasan pada anak
Kekerasan pada anakAlex Susanto
 
PPT PELECEHAN SEKSUAL.pptx
PPT PELECEHAN SEKSUAL.pptxPPT PELECEHAN SEKSUAL.pptx
PPT PELECEHAN SEKSUAL.pptxssuser68b930
 
Penderaan kanak kanak
Penderaan kanak kanakPenderaan kanak kanak
Penderaan kanak kanakArra Asri
 
Power point 3b ict umum
Power point 3b ict umumPower point 3b ict umum
Power point 3b ict umumnoraini267
 
definisi sexs bebas (perkembangan peserta didik)
definisi sexs bebas (perkembangan peserta didik)definisi sexs bebas (perkembangan peserta didik)
definisi sexs bebas (perkembangan peserta didik)Alan Almaulani
 
ekonomi kependudukan
ekonomi kependudukanekonomi kependudukan
ekonomi kependudukanDissa MeLina
 

What's hot (20)

Pencegahan kdrt
Pencegahan kdrtPencegahan kdrt
Pencegahan kdrt
 
Presentation2 (elm)
Presentation2 (elm)Presentation2 (elm)
Presentation2 (elm)
 
Materi tentang Pacaran oleh PIK R SMANSAKA 2018
Materi tentang Pacaran oleh PIK R SMANSAKA 2018Materi tentang Pacaran oleh PIK R SMANSAKA 2018
Materi tentang Pacaran oleh PIK R SMANSAKA 2018
 
Simulasi kdrt
Simulasi kdrtSimulasi kdrt
Simulasi kdrt
 
Norma dan Praktik Budaya Kekerasan dalam Rumah Tangga
Norma dan Praktik Budaya Kekerasan dalam Rumah Tangga Norma dan Praktik Budaya Kekerasan dalam Rumah Tangga
Norma dan Praktik Budaya Kekerasan dalam Rumah Tangga
 
review jurnal keganasan rumah tangga
review jurnal keganasan rumah tanggareview jurnal keganasan rumah tangga
review jurnal keganasan rumah tangga
 
Penderaan
PenderaanPenderaan
Penderaan
 
Norma dan Praktik Budaya Pernikahan Dini di Indonesia
Norma dan Praktik Budaya Pernikahan Dini di Indonesia Norma dan Praktik Budaya Pernikahan Dini di Indonesia
Norma dan Praktik Budaya Pernikahan Dini di Indonesia
 
Modul 6 kb 2
Modul 6 kb 2Modul 6 kb 2
Modul 6 kb 2
 
Pelanggaran hak
Pelanggaran hakPelanggaran hak
Pelanggaran hak
 
Ancaman tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak bagi
Ancaman tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak bagiAncaman tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak bagi
Ancaman tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak bagi
 
Akta Keganasan Rumahtangga 1994
Akta Keganasan Rumahtangga 1994Akta Keganasan Rumahtangga 1994
Akta Keganasan Rumahtangga 1994
 
Kekerasan pada anak
Kekerasan pada anakKekerasan pada anak
Kekerasan pada anak
 
5. kdrt
5. kdrt5. kdrt
5. kdrt
 
Kanak kanak traumatik
Kanak kanak traumatikKanak kanak traumatik
Kanak kanak traumatik
 
PPT PELECEHAN SEKSUAL.pptx
PPT PELECEHAN SEKSUAL.pptxPPT PELECEHAN SEKSUAL.pptx
PPT PELECEHAN SEKSUAL.pptx
 
Penderaan kanak kanak
Penderaan kanak kanakPenderaan kanak kanak
Penderaan kanak kanak
 
Power point 3b ict umum
Power point 3b ict umumPower point 3b ict umum
Power point 3b ict umum
 
definisi sexs bebas (perkembangan peserta didik)
definisi sexs bebas (perkembangan peserta didik)definisi sexs bebas (perkembangan peserta didik)
definisi sexs bebas (perkembangan peserta didik)
 
ekonomi kependudukan
ekonomi kependudukanekonomi kependudukan
ekonomi kependudukan
 

Viewers also liked

Ceramah Pernak Pernik Kdrt
Ceramah Pernak Pernik KdrtCeramah Pernak Pernik Kdrt
Ceramah Pernak Pernik KdrtPeople Power
 
Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2Afrizal Bob
 
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Afrizal Bob
 
Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Andy Susanto
 
Materi perlindungan anak
Materi perlindungan anakMateri perlindungan anak
Materi perlindungan anakAzka Sudrajat
 
Seks education, pengenalan seks sejak dini pada anak
Seks education, pengenalan seks sejak dini pada anakSeks education, pengenalan seks sejak dini pada anak
Seks education, pengenalan seks sejak dini pada anakAdriani Hasyim
 
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptKEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptmasriani mahmud
 

Viewers also liked (8)

Ceramah Pernak Pernik Kdrt
Ceramah Pernak Pernik KdrtCeramah Pernak Pernik Kdrt
Ceramah Pernak Pernik Kdrt
 
KDRT
KDRTKDRT
KDRT
 
Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2Perlindungan perempuan 2
Perlindungan perempuan 2
 
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13
 
Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)Makalah perlindungan anak (traficing child)
Makalah perlindungan anak (traficing child)
 
Materi perlindungan anak
Materi perlindungan anakMateri perlindungan anak
Materi perlindungan anak
 
Seks education, pengenalan seks sejak dini pada anak
Seks education, pengenalan seks sejak dini pada anakSeks education, pengenalan seks sejak dini pada anak
Seks education, pengenalan seks sejak dini pada anak
 
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptKEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
 

Similar to Kdrt

Makalah kekerasan dalam rumah tangga coy
Makalah kekerasan dalam rumah tangga coyMakalah kekerasan dalam rumah tangga coy
Makalah kekerasan dalam rumah tangga coySeptian Muna Barakati
 
dr. Jans Goldman Wattimena_Absen 12_Nosis 1995 11 022 060_Tugas Binmas_Penyul...
dr. Jans Goldman Wattimena_Absen 12_Nosis 1995 11 022 060_Tugas Binmas_Penyul...dr. Jans Goldman Wattimena_Absen 12_Nosis 1995 11 022 060_Tugas Binmas_Penyul...
dr. Jans Goldman Wattimena_Absen 12_Nosis 1995 11 022 060_Tugas Binmas_Penyul...BobyWattimena
 
Makalah kekerasan dalam rumah tangga
Makalah kekerasan dalam rumah tanggaMakalah kekerasan dalam rumah tangga
Makalah kekerasan dalam rumah tanggaarnoldjansen10
 
PERMASALAHAN_KESEHATAN_WANITA_DALAM_DIME-58187801.ppt
PERMASALAHAN_KESEHATAN_WANITA_DALAM_DIME-58187801.pptPERMASALAHAN_KESEHATAN_WANITA_DALAM_DIME-58187801.ppt
PERMASALAHAN_KESEHATAN_WANITA_DALAM_DIME-58187801.pptLilaArlina
 
Dimensi sosial wanita dan permasalahannya new
Dimensi sosial wanita dan permasalahannya newDimensi sosial wanita dan permasalahannya new
Dimensi sosial wanita dan permasalahannya newSilVhya Saidah
 
Menginteraksikan gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
Menginteraksikan   gender dan kesehatan reproduksi di.pptMenginteraksikan   gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
Menginteraksikan gender dan kesehatan reproduksi di.pptIntructuresTIK
 
Ham kekerasan terhadap perempuan
Ham kekerasan terhadap perempuanHam kekerasan terhadap perempuan
Ham kekerasan terhadap perempuanRizki Gumilar
 
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten munaPenyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten munaOperator Warnet Vast Raha
 
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten munaPenyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten munaOperator Warnet Vast Raha
 
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten munaPenyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten munaOperator Warnet Vast Raha
 
Domestic Abuse ditinjau dari aspek psikologis_dr hera .pptx
Domestic Abuse ditinjau dari aspek psikologis_dr hera .pptxDomestic Abuse ditinjau dari aspek psikologis_dr hera .pptx
Domestic Abuse ditinjau dari aspek psikologis_dr hera .pptxNurAzizahcica1
 
Kekerasaan dalam Rumah Tangga
Kekerasaan dalam Rumah TanggaKekerasaan dalam Rumah Tangga
Kekerasaan dalam Rumah Tanggaangelaxmi
 
Penyebab Kasus Bullying di Indonesia.pdf
Penyebab Kasus Bullying di Indonesia.pdfPenyebab Kasus Bullying di Indonesia.pdf
Penyebab Kasus Bullying di Indonesia.pdfThe Best
 

Similar to Kdrt (20)

Makalah kekerasan dalam rumah tangga coy
Makalah kekerasan dalam rumah tangga coyMakalah kekerasan dalam rumah tangga coy
Makalah kekerasan dalam rumah tangga coy
 
Makalah kdrt
Makalah kdrtMakalah kdrt
Makalah kdrt
 
Makalah kdrt 2
Makalah kdrt 2Makalah kdrt 2
Makalah kdrt 2
 
dr. Jans Goldman Wattimena_Absen 12_Nosis 1995 11 022 060_Tugas Binmas_Penyul...
dr. Jans Goldman Wattimena_Absen 12_Nosis 1995 11 022 060_Tugas Binmas_Penyul...dr. Jans Goldman Wattimena_Absen 12_Nosis 1995 11 022 060_Tugas Binmas_Penyul...
dr. Jans Goldman Wattimena_Absen 12_Nosis 1995 11 022 060_Tugas Binmas_Penyul...
 
Makalah kekerasan dalam rumah tangga
Makalah kekerasan dalam rumah tanggaMakalah kekerasan dalam rumah tangga
Makalah kekerasan dalam rumah tangga
 
PERMASALAHAN_KESEHATAN_WANITA_DALAM_DIME-58187801.ppt
PERMASALAHAN_KESEHATAN_WANITA_DALAM_DIME-58187801.pptPERMASALAHAN_KESEHATAN_WANITA_DALAM_DIME-58187801.ppt
PERMASALAHAN_KESEHATAN_WANITA_DALAM_DIME-58187801.ppt
 
fdfgh
fdfghfdfgh
fdfgh
 
128898397 analisis-kebenaran-keadilan
128898397 analisis-kebenaran-keadilan128898397 analisis-kebenaran-keadilan
128898397 analisis-kebenaran-keadilan
 
Dimensi sosial wanita dan permasalahannya new
Dimensi sosial wanita dan permasalahannya newDimensi sosial wanita dan permasalahannya new
Dimensi sosial wanita dan permasalahannya new
 
Menginteraksikan gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
Menginteraksikan   gender dan kesehatan reproduksi di.pptMenginteraksikan   gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
Menginteraksikan gender dan kesehatan reproduksi di.ppt
 
Ham kekerasan terhadap perempuan
Ham kekerasan terhadap perempuanHam kekerasan terhadap perempuan
Ham kekerasan terhadap perempuan
 
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten munaPenyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
 
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten munaPenyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
 
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten munaPenyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
Penyebab perceraian pada masyarakat kabupaten muna
 
Domestic Abuse ditinjau dari aspek psikologis_dr hera .pptx
Domestic Abuse ditinjau dari aspek psikologis_dr hera .pptxDomestic Abuse ditinjau dari aspek psikologis_dr hera .pptx
Domestic Abuse ditinjau dari aspek psikologis_dr hera .pptx
 
Kekerasan Dalam Pacaran
Kekerasan Dalam PacaranKekerasan Dalam Pacaran
Kekerasan Dalam Pacaran
 
PPT ARAP.pptx
PPT ARAP.pptxPPT ARAP.pptx
PPT ARAP.pptx
 
PPT MIRANDA ISU2 KEL 1.pptx
PPT MIRANDA ISU2 KEL 1.pptxPPT MIRANDA ISU2 KEL 1.pptx
PPT MIRANDA ISU2 KEL 1.pptx
 
Kekerasaan dalam Rumah Tangga
Kekerasaan dalam Rumah TanggaKekerasaan dalam Rumah Tangga
Kekerasaan dalam Rumah Tangga
 
Penyebab Kasus Bullying di Indonesia.pdf
Penyebab Kasus Bullying di Indonesia.pdfPenyebab Kasus Bullying di Indonesia.pdf
Penyebab Kasus Bullying di Indonesia.pdf
 

Kdrt

  • 1. A. DEFINISI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA KDRT terhadap istri adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau keluarga. Selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan istri. Setelah membaca definisi di atas, tentu pembaca sadar bahwa kekerasan pada istri bukan hanya terwujud dalam penyiksaan fisik, namun juga penyiksaan verbal yang sering dianggap remeh namun akan berakibat lebih fatal dimasa yang akan datang. B. GEJALA-GEJALA KEKERASAN TERHADAP ISTRI Gejala-gejala istri yang mengalami kekerasan adalah merasa rendah diri, cemas, penuh rasa takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua dari usianya, sering merasa sakit kepala, mengalami kesulitan tidur, mengeluh nyeri yang tidak jelas penyebabnya, kesemutan, nyeri perut, dan bersikap agresif tanpa penyebab yang jelas. Jika anda membaca gejala- gejala di atas, tentu anda akan menyadari bahwa akibat kekerasan yang paling fatal adalah merusak kondisi psikologis yang waktu penyembuhannya tidak pernah dapat dipastikan. C. BENTUK-BENTUK KEKRASAN DALAM RUMAH TANGGA Bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri tersebut, antara lain: 1. Kekerasan Fisik Kekerasan fisik adalah suatu tindakan kekerasan (seperti: memukul, menendang, dan lain-lain) yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh istri hingga menyebabkan kematian. 2. Kekerasan Psikis Kekerasan psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti: menghina, berkata kasar dan kotor) yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya. Kekerasan psikis ini, apabila sering terjadi maka dapat mengakibatkan istri semakin tergantung pada suami meskipun suaminya telah membuatnya menderita. Di sisi lain, kekerasan psikis juga dapat memicu dendam dihati istri. 3. Kekerasan Seksual
  • 2. Kekerasan seksual adalah suatu perbuatan yang berhubungan dengan memaksa istri untuk melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau bahkan tidak memenuhi kebutuhan seksual istri. 4. Kekerasan Ekonomi Kekerasan ekonomi adalah suatu tindakan yang membatasi istri untuk bekerja di dalam atau di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang, termasuk membiarkan istri yang bekerja untuk di-eksploitasi, sementara si suami tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sebagian suami juga tidak memberikan gajinya pada istri karena istrinya berpenghasilan, suami menyembunyikan gajinya,mengambil harta istri, tidak memberi uang belanja yang mencukupi, atau tidak memberi uang belanja sama sekali, menuntut istri memperoleh penghasilan lebih banyak, dan tidak mengijinkan istri untuk meningkatkan karirnya. D. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan suami terhadap istri, antara lain: 1) Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa anak laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran. 2) Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat. 3) Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus ditutup karena merupakan masalah keluarga dan bukan masalah sosial. 4) Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri, kepatuhan istri pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan. 5) Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi. 6) Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil. 7) Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak. 8) Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior. 9) Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang sering melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya. 10) Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan dari masyarakat sendiri yang enggan untuk melaporkan permasalahan dalam rumah tangganya, maupun dari pihak- pihak yang terkait yang kurang mensosialisasikan tentang kekerasan dalam rumah tangga, sehingga data kasus tentang (KDRT) pun, banyak
  • 3. dikesampingkan ataupun dianggap masalah yang sepele. Masyarakat ataupun pihak yang tekait dengan KDRT, baru benar- benar bertindak jika kasus KDRT sampai menyebabkan korban baik fisik yang parah dan maupun kematian, itupun jika diliput oleh media massa. Banyak sekali kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT) yang tidak tertangani secara langsung dari pihak yang berwajib, bahkan kasus kasus KDRT yang kecil pun lebih banyak dipandang sebelah mata daripada kasus – kasus lainnya. 11) Masalah budaya, Masyarakat yang patriarkis ditandai dengan pembagian kekuasaan yang sangat jelas antara laki –laki dan perempuan dimana laki –laki mendominasi perempuan. Dominasi laki – laki berhubungan dengan evaluasi positif terhadap asertivitas dan agtresivitas laki – laki, yang menyulitkan untuk mendorong dijatuhkannya tindakan hukum terhadap pelakunnya. Selain itu juga pandangan bahwa cara yang digunakan orang tua untuk memperlakukan anak – anaknya , atau cara suami memperlakukan istrinya, sepenuhnya urusan mereka sendiri dapat mempengaruhi dampak timbulnya kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT). 12) Faktor Domestik Adanya anggapan bahwa aib keluarga jangan sampai diketahui oleh orang lain. Hal ini menyebabkan munculnya perasaan malu karena akan dianggap oleh lingkungan tidak mampu mengurus rumah tangga. Jadi rasa malu mengalahkan rasa sakit hati, masalah Domestik dalam keluarga bukan untuk diketahui oleh orang lain sehingga hal ini dapat berdampak semakin menguatkan dalam kasus KDRT. Lingkungan. Kurang tanggapnya lingkungan atau keluarga terdekat untuk merespon apa yang terjadi, hal ini dapat menjadi tekanan tersendiri bagi korban. Karena bisa saja korban beranggapan bahwa apa yang dialaminya bukanlah hal yang penting karena tidak direspon lingkungan, hal ini akan melemahkan keyakinan dan keberanian korban untuk keluar dari masalahnya. Selain itu, faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap istri berhubungan dengan kekuasaan suami/istri dan diskriminasi gender di masyarakat. Dalam masyarakat, suami memiliki otoritas, memiliki pengaruh terhadap istri dan anggota keluarga yang lain, suami juga berperan sebagai pembuat keputusan. Pembedaan peran dan posisi antara suami dan istri dalam masyarakat diturunkan secara kultural pada setiap generasi, bahkan diyakini sebagai ketentuan agama. Hal ini mengakibatkan suami ditempatkan sebagai orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi daripada istri. Kekuasaan suami terhadap istri juga dipengaruhi oleh penguasaan suami dalam sistem ekonomi, hal ini
  • 4. mengakibatkan masyarakat memandang pekerjaan suami lebih bernilai. Kenyataan juga menunjukkan bahwa kekerasan juga menimpa pada istri yang bekerja, karena keterlibatan istri dalam ekonomi tidak didukung oleh perubahan sistem dan kondisi sosial budaya, sehingga peran istri dalam kegiatan ekonomi masih dianggap sebagai kegiatan sampingan. E. DAMPAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Kekerasan terhadap istri menimbulkan berbagai dampak yang merugikan. Diantaranya adalah : Dampak kekerasan terhadap istri yang bersangkutan itu sendiri adalah: mengalami sakit fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa tidak berdaya, mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya, mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri. Dampak kekerasan terhadap pekerjaan si istri adalah kinerja menjadi buruk, lebih banyak waktu dihabiskan untuk mencari bantuan pada Psikolog ataupun Psikiater, dan merasa takut kehilangan pekerjaan. Dampaknya bagi anak adalah: kemungkinan kehidupan anak akan dibimbing dengan kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang kejam pada anak-anak akan lebih tinggi, anak dapat mengalami depresi, dan anak berpotensi untuk melakukan kekerasan pada pasangannya apabila telah menikah karena anak mengimitasi perilaku dan cara memperlakukan orang lain sebagaimana yang dilakukan oleh orang tuanya. F. SOLUSI UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Untuk menurunkan kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga maka masyarakat perlu digalakkan pendidikan mengenai HAM dan pemberdayaan perempuan; menyebarkan informasi dan mempromosikan prinsip hidup sehat, anti kekerasan terhadap perempuan dan anak serta menolak kekerasan sebagai cara untuk memecahkan masalah; mengadakan penyuluhan untuk mencegah kekerasan; mempromosikan kesetaraan jender; mempromosikan sikap tidak menyalahkan korban melalui media. Sedangkan untuk pelaku dan korban kekerasan sendiri, sebaiknya mencari bantuan pada Psikolog untuk memulihkan kondisi psikologisnya. Bagi suami sebagai pelaku, bantuan oleh Psikolog diperlukan agar akar permasalahan yang menyebabkannya melakukan kekerasan dapat terkuak dan belajar untuk berempati dengan menjalani terapi kognitif. Karena tanpa adanya perubahan dalam pola pikir suami dalam menerima dirinya sendiri dan istrinya maka kekerasan akan kembali terjadi.
  • 5. Sedangkan bagi istri yang mengalami kekerasan perlu menjalani terapi kognitif dan belajar untuk berperilaku asertif. Selain itu, istri juga dapat meminta bantuan pada LSM yang menangani kasus-kasus kekerasan pada perempuan agar mendapat perlidungan. Suami dan istri juga perlu untuk terlibat dalam terapi kelompok dimana masing- masing dapat melakukan sharing sehingga menumbuhkan keyakinan bahwa hubungan perkawinan yang sehat bukan dilandasi oleh kekerasan namun dilandasi oleh rasa saling empati. Selain itu, suami dan istri perlu belajar bagaimana bersikap asertif dan me- manage emosi sehingga jika ada perbedaan pendapat tidak perlu menggunakan kekerasan karena berpotensi anak akan mengimitasi perilaku kekerasan tersebut. Oleh karena itu, anak perlu diajarkan bagaimana bersikap empati dan memanage emosi sedini mungkin namun semua itu harus diawali dari orangtua. Mengalami KDRT membawa akibat – akibat negatif yang berkemungkinan mempengaruhi perkembangan korban di masa mendatang dengan banyak cara. Dengan demikian, perhatian utama harus diarahkan pada pengembangan berbagai strategi untuk mencegah terjadi penganiayaan dan meminimalkan efeknya yang merugikan ada beberapa solusi untuk mencegah KDRT antara lain : 1. Membangun kesadaran bahwa persoalan KDRT adalah persoalan sosial bukan individual dan merupakan pelanggaran hukum yang terkait dengan HAM. 2. Sosialiasasi pada masyarakat tentang KDRT adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan dan dapat diberikan sangsi hukum. Dengan cara mengubah pondasi KDRT di tingkat masyarakat pertama – tama dan terutama membutuhkan. 3. Adanya konsensus bahwa kekerasan adalah tindakan yang tidak dapat diterima. 4. Mengkampanyekan penentangan terhadap penayangan kekerasan di media yang mengesankan kekerasan sebagai perbuatan biasa, menghibur dan patut menerima penghargaan. 5. Peranan Media massa. Media cetak, televisi, bioskop, radio dan internet adalah macrosystem yang sangat berpengaruh untuk dapat mencegah dan mengurangi kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT). Peran media massa sangat berpengaruh besar dalam mencegah KDRT bagaimana media massa dapat memberikan suatu berita yang bisa merubah suatu pola budaya KDRT adalah suatu tindakan yang dapat melanggar hukum dan dapat dikenakan hukuman penjara sekecil apapun bentuk dari penganiayaan.
  • 6. 6. Mendampingi korban dalam menyelesaikan persoalan (konseling) serta kemungkinan menempatkan dalam shelter (tempat penampungan) sehingga para korban akan lebih terpantau dan terlindungi serta konselor dapat dengan cepat membantu pemulihan secara psikis. G. MODUL KONSELING DAN TERAPI PERILAKU BAGI PELAKU KDRT PENGANTAR: • Modul intervensi merupakan tindak lanjut dari hasil assesment • Modul intervensi seyogyanya “tailor made” , rasional dan mampu laksana • Modul intervensi diupayakan serasi budaya dan menjaring dukungan komunitas • Modul intervensi sebaiknya disertai mekanisme supervisi perubahan perilaku di luar sesi konseling TUJUAN: • Klien memahami tentang KDRT serta dampaknya dan konsekuensi hukum • Klien memahami tentang HAM dan Kesetaraan gender • Klien Menyadari KDRT adalah perilaku salah à klien menyadari memiliki kekuatan untuk berubah • Klien mampu mengolah konflik dengan cara tanpa kekerasan • Klien mampu mengenali emosi/pikiran negatifnya yang relevan dengan KDRT RUANG LINGKUP: • Psikoedukasi tentang KDRT & Kesetaraan Gender • Konseling /MET: à membangkitkan motivasi untuk berubah • Pendekatan Kognitif & Perilaku : – 1. Mengenali pikiran/emosi negatif – 2.Mengenali dan mengelola situasi konflik – 3. Mengenali dan mengelola amarah • Terapi relaksasi singkat: – 1. relaksasi otot progresif singkat – 2. mengatur nafas lambat BAHAN: Terdiri dari 5 sub modul/sesi, yaitu: Konseling Mengelola Pikiran/Emosi Negatif Mengelola Konflik Mengelola Amarah
  • 7. Tehnik Relaksasi LANGKAH-LANGKAH: Penjelasan singkat “pesan dasar” Topik Ilustrasi kasus KDRTà bahas Mengisi lembar penilain diri Permainan “tema KDRT” Pekerjaan Rumah Monitoring perilaku di luar program KONSELING PENGERTIAN: Konseling adalah hubungan antara dua orang (konselor dan klien) yang bersifat saling membantu, untuk menyelesaikan masalah tertentu Konseling merupakan proses kolaborasi yang bertujuan memberdayakan klien dalam menanggapi masalah kehidupan Konseling bertujuan mengembangkan mekanisme koping yang efektif dalam menghadapi masalah kehidupan Dasar Pendekatan Konseling adalah pendekatan humanistik , yaitu keyakinan bahwa seseorang mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menentukan bagi dirinya, mempunyai potensi untuk berkembang yang pada dasarnya baik Konselor berperan sebagai fasilitator yang mendorong diwujudkannya potensi yang baik itu, dan ia menghargai klien sebagai individu yang unik dan bebas serta bertanggung jawab TUJUAN: • Klien bersama konselor mampu mengatasi suasana krisis kejiwaan. • Klien bersama konselor mampu mengenali kekeliruannya di masa lampau dan memotivasi diri untuk bangkit • Klien mampu menerima situasi yang tak mungkin berubah dan terus berjuang mengubah yang bisa diubah • Tujuan akhir adalah klien mempunyai motivasi kuat untuk merubah perilakunya METODE: • 1. Pelatih memaparkan ilustrasi kasus KDRT • 2. Klien diminta memahami dan berempati terhadap kasus tersebut • 3. Klien diandaikan dalam posisi kasus • 4. Langkah langkah apa yang akan klien lakukan
  • 8. • Diskusikan • Bermain peran saling tukar peran dengan konselornya MENGELOLA PIKIRAN & EMOSI NEGATIF: PENGERTIAN: • Pikiran negatif atau persepsi salah terhadap kejadian disekitar kehidupan kita akan mempengaruhi suasana emosi dan tindakan kita. • Pikiran yang salah, memicu emosi dan tindakan yang tidak rasional, misalnya; KDRT • Belajar mengenali pikiran salah lantas mengelolanya menjadi enerji positif bermanfaat untuk mencegah KDRT • Pendekatan terapi kognitif perilaku sangat bermanfaat membantu proses perubahan TUJUAN: • Klien semakin bisa mengenali perilaku KDRT, siklus KDRT, faktor pemicu, dan dampaknya • Klien terlatih untuk mengenali pikiran negatif dan motif yang mendorong tindakannya (KDRT) • Klien mampu mengubah perilakunya dengan melalui perubahan pada pola pikirnya terhadap masalah METODE: • Mengenali pemikiran-pemikiran (kognisi) yang salah/keliru • Kognisi tersebut merefleksikan bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri, kehidupan/dunia mereka, masa lalu & masa depan mereka. • Mengganti/mengoreksi distorsi kognisi tersebut dengan kognisi yang fungsional, realistik, sehingga akan menuju kepada perbaikan klinis. ILUSTRASI: MODEL A-B-C PEMBENTUKAN PERILAKU A à B à C A = Peristiwa/kejadian B = Pikiran otomatis dari diri kita mengenai A C = Perubahan emosi dan perilaku Kebanyakan orang berpikir bahwa A menyebabkan C. Yang sebenarnya terjadi adalah à B, yaitu pemikiran dari diri sendirilah yang memiliki pengaruh lebih besar. LANGKAH LANGKAH:
  • 9. TAHAP 1: Mengumpulkan data/fakta-fakta • Secara singkat menggambarkan peristiwa/kejadian yang tidak menyenangkan/traumatis dari masa lalu, saat ini, atau masa depan, & rasa yang dihasilkan. • Nilai intensitas dari perasaan-perasaan tersebut (nilai dari 1-10) • Ingatlah, menghadapi secara langsung perasaan yang mengganggu adalah suatu cara untuk menghentikan mereka dari mengendalikan kita. TAHAP 2: Analisis pikiran • Buat daftar pikiran-pikiran otomatis • Mengenali distorsi/kekeliruan dari pikiran-pikiran tersebut • Berusaha untuk merespon, atau mendiskusikan tiap pikiran otomatis yang keliru tersebut TAHAP 3: Menilai hasil • Menilai hasil, yakni menyadari bahwa perubahan persepsi kognitif terhadap suatu peristiwa telah menghasilkan perubahan respons emosi dan perilaku. Structured Problem Solving à 6 steps Step 1: Tuliskan daftar masalah yang seringkali memicu kemarahan/tindak kekerasan Step 2: Pikirkan beberapa alternatif cara penyelesaian masalah Step 3: Tuliskan keuntungan dan kerugian masing masing alternative tersebut Step 4: Tentukan pilihan yang terbaik dan termungkin dari berbagai alternative tadi Step 5: Buat daftar langkah langkah yang akan ditempuh untuk melaksanakan alternative solusi yang dipilih Step 6:Evaluasi perkembangan MENGELOLA KONFLIK PENGERTIAN: • Konflik dalam kehidupan keluarga, konflik sering dijadikan kambing hitam untuk mengesahkan tindakan KDRT oleh suami terhadap istri • Konflik dalam kehidupan berkeluarga dapat melanggengkan KDRT • Mengelola konflik yang terjadi dalam kehidupan keluarga merupakan salah satu cara untuk mengurangi risiko KDRT TUJUAN: • Mengubah pola relasi yang penuh konflik menjadi pola relasi yang saling menghargai
  • 10. • Mengadopsi pola beradaptasi terhadap masalah interpersonal yang penuh pertentangan menjadi kerjasama METODE: • Ilustrasi Kasus KDRT & Konflik Keluarga • Diskusi • Bermain Peran • PR MENGELOLA AMARAH PENGERTIAN: • Amarah atau sifat tempramental sering dijadikan kambing hitam untuk mengesahkan terjadinya tindak kekerasan • Mengesahkan bahwa memang perilaku tempramentalnya yang menyebabkan klien melakukan KDRT adalah keliru dan tidak bertanggung jawab • Tapi walau bagaimanapun latihan mengelola amarah tetap merupakan bagian penting yang perlu dilatihkan pada pelaku KDRT TUJUAN: • Klien memiliki keterampilan mengelola amarah dengan cara sederhada dan efektif • Klien menyadari bahwa ledakan kemarahan membawa konsekuensi luas • Terbentuk suatu pola sehat dalam proses kognitif klien dalam merespon situasi yang biasanya mencetuskan ledakan kemarahan METODE • Ilustrasi Kasus • Penjelasan teknik mengelola amarah • Bermain peran • Diskusi • PR TEKNIK RELAKSASI PENGERTIAN: • Melatih relaksasi berarti melatih mengontrol diri • Melatih relaksasi berarti menerima diri apa adanya • Melatih relaksasi membantu berpikir jenih • Relaksasi dapat mengendalikan berbagai bentuk manivestasi dari stres • Pada akhirnya relaksasi bermanfaat untuk mengontrol dorongan perilaku
  • 11. berkekerasan TUJUAN: • Klien mampu melakukan tehnik nafas lambat sebagai salah satu alat pereda ketegangan • Klien mampu melalukan relaksasi progresif singkat untuk menumbuhkan perasaan tenang dan terkendali METODE: • Penjelasan tentang tehnik relaksasi • Demonstrasi tehnik bernafas lambat Tutup mata anda dan carilah posisi yang paling nyaman. Sepanjang proses relaksasi anda boleh saja menggerakkan tubuh sepanjang hal tersebut membuat anda merasa nyaman. Bantu tubuh anda untuk memulai relaksasi dengan bernafas lambat dan dalam. Ambil nafas perlahan melalui hidung sepanjang tiga hitungan, kemudian hembuskan pelan pelan lewat mulut sepanjang lima hitungan. Sambil menghembuskan nafas bayangkan bahwa anda melepas beban di pikiran anda lewat mulut. Ulangi lagi prosedur di atas beberapa kali sampai anda mendapatkan irama nafas yang paling nyaman. Lakukan latihan nafas lambat ini selama sepuluh menit setiap sebelum tidur dan bangun tidur. • Demonstrsi tehnik relaksasi progresif singkat • Simulasi & Praktek • Diskusi H. CONTOH KASUS 1. Aniaya Bocah dengan Disetrika indosiar.com, Karawang - Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) kembali terjadi di Karawang, Jawa Barat. Kali ini dilakukan sepasang suami istri (pasutri) yang tega menganiaya bocah perempuan berusia 10 tahun dengan berbagai pukulan benda tumpul serta menggunakan setrika panas. Korban terpaksa dilarikan ke rumah sakit dengan sejumlah luka, sementara pelaku kini mendekam di sel tahanan kepolisian. Marni Barus, warga Perumnas Bumi Teluk Jambi, Kecamatan Teluk Jambi Timur, Karawang hanya bisa bertunduk dan menangis saat digiring polisi ke ruang pemeriksaan. Perempuan yang memiliki tiga orang anak ini ditangkap petugas akibat penganiayaan yang dilakukan bersama suaminya.
  • 12. Aksi kekerasan sendiri dilakukan tersangka Marni terhadap Ayu Wandira, bocah perempuan berusia 10 tahun yang selama ini tinggal dan dipekerjakan di rumahnya. Menurut tersangka, tindakannya yang membuat dirinya harus berurusan dengan kepolisian terjadi lantaran khilaf. Korban dinilai sering berbohong, tidak menuruti perintahnya serta mengambil makanan tanpa seijinya. Akibat perbuatannya Ayu mengalami sejumlah luka di tubuh. Luka tersebut akibat pukulan hingga cubitan dan tamparan. Bahkan luka akibat setrikaan hingga kini masih membekas dibagian lengan dan punggungnya. Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya tersangka Marni harus mendekam di sel tahanan Mapolres Karawang. Namun polisi membebaskan Sembiring, suami Marni lantaran tidak cukup bukti. Sementara itu Ayu Wandira yang mengalami luka penganiayaan hingga kini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang. (Zaenal Arifin/Sup) 2. Istri Usia 15 Tahun Disiksa Suami indosiar.com, Garut - Reni Rismayanti (15 tahun) warga Kecamatan Leles, Kabupaten Garut ini, hanya bisa merintih kesakitan saat dibopong petugas dari dalam mobil menuju tempat pengobatan alternatif. Wanita muda yang baru sebulan menikah ini, kerap disiksa suaminya. Akibat penyiksaan tersebut, tulang pinggang belakang Reni patah hingga tak bisa berjalan. Menurut Reni, awalnya ia hanya menegur suaminya yang pulang malam dalam keadaan mabuk. Namun suaminya itu malah tak terima dan menyiksa Reni. Reni juga diancam akan dibunuh Rendi, jika melapor kepada orang tuanya. Korban mengaku tindak penganiayaan itu, bukan yang pertama. Ia sering ditonjok, ditendang bahkan disundut rokok oleh suaminya itu, serta pernah disekap selama satu minggu didalam kamar, dengan makan seadanya. Karena tak kuat lagi menahan penyiksaan, korban Reni bersama ibunya melapor ke polisi. Sementara suami korban yang kabur melarikan diri, usai menyiksa istrinya itu, masih dalam kejaran petugas.(Deni Muhammad Arif/Ijs)
  • 13. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar psikologi Klinis yang dibimbing oleh Ibu Diantini Ida Viatrie) Oleh: Baquandi Karina wisnu Asmaul khusnah Deska tri ismiani Fakul hidayah Yesi sevien marita Kunto UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BIMBINGAN KONSELING DAN PSIKOLOGI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Oktober 2009