2. GENDER
Pembedaan peranan, status, pembagian kerja yang
dibuat suatu masyarakat berdasarkan jenis
kelamin
Perbedaan peran dan kesempatan antara
laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat sebagai hasil konstruksi sosial
yang dapat berubah dan diubah sesuai perubahan
zaman
3. ISU GENDER
Pada dasarnya isu gender bukan hanya sekadar menyangkut permasalahan
hubungan laki-laki dan perempuan, tetapi juga berkaitan erat dengan masalah
kependudukan.
Konferensi Kependudukan dan Pembangunan Internasional (ICPD) di Cairo pada
tahun 1994 merupakan bukti penting dari komitmen masyarakat Internasional
tentang isu-isu gender, kependudukan dan pembangunan dengan paradigma baru.
Tujuan dari kesepakatan yang dicapai pada ICPD ini adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan umat manusia, dan meningkatkan upaya
pengembangan sumberdaya manusia melalui pengakuan adanya hubungan timbal balik
antara kependudukan dengan kebijaksanaan dan program-program pembangunan
terutama sektor ekonomi dan sosial.
4. KONSEP GENDER
Gender berasal dari kata “gender” (bahasa Inggris) yang
diartikan sebagai jenis kelamin. Namun jenis kelamin di sini
bukan seks secara biologis, melainkan sosial budaya dan
psikologis
Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh
perbedaan kelamin seperti halnya peran kodrati Peran gender juga dapat
berubah dari masa ke masa, karena pengaruh kemajuan : pendidikan,
teknologi, ekonomi, dan lain-lain
5. PERILAKU GENDER DALAM LINGKUNGAN
KELUARGA
Posisi perempuan dalam keluarga pada umumnya dan
di masyarakat Indonesia pada khususnya, masihlah berada di
bawah laki – laki.
Seperti kasus istri yang bekerja di luar rumah harus
mendapat persetujuan dari suami, namun pada umumnya
meskipun istri bekerja, haruslah tidak boleh
memiliki penghasilan dan posisi lebih tinggi dari suaminya
6. Ketidaksetaraan Gender di Lingkungan
Keluarga
Kekerasan pada rumah tangga (KDRT)
Kekerasan dalam rumah tangga (disingkat KDRT) adalah kekerasan yang
dilakukan di dalam rumah tangga baik oleh suami maupun oleh istri.
Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), KDRT adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga
7. Tanda Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga
1. Terburu-buru mengambil keputusan
2. Selalu ingin mengendalikan
3. Cemburu berlebihan
4. Keras terhadap orang lain
5. Kekerasan fisik
6. Kekerasan emosional
7. Kekerasan verbal
8. Harapan tidak realistis
8. BENTUK-BENTUK KEKERASAN TERHADAP ISTRI
1.Kekerasan fisik
Kekerasan Fisik adalah suatu tindakan kekerasan seperti
memukul, menendang, mencekik dan lain-lain yang
mengakibatkan rasa sakit, luka, cacat pada tubuh bahkan
sampai mengakibatkan kematian.
2.Kekerasan psikis
Bentuk kekerasan jenis yang ini biasanya berhubungan
dengan penyiksaan secara verbal seperti:
menghina, berkata kasar & kotor yang mengakibatkan
menurunnya rasa percaya diri,meningkatkan rasa takut,
hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tak berdaya.
Kekerasan psikis apabila terjadi terus-menerus akan
mengakibatkan si istri semakin tergantung kepada suami
meskipun selalu menderita. Tak jarang pula
mengakibatkan rasa dendam di dalam hati si istri.
9. 3.Kekerasan Ekonomi
Bentuk Kekerasan Fisik maupun Psikis banyak sekali yang bermula dari
masalah ekonomi dalam keluarga. Masalah ekonomi yang kerap terjadi dapat
menimbulkan kekerasan ekonomi seperti:
- suami membatasi istri untuk bekerja di dalam/luar rumah untuk
menghasilkan uang/barang
- suami mengeksploitasi istri untuk bekerja sedangkan suami tidak
memenuhi kebutuhan keluarga
- suami tidak memberikan gajinya kepada istri karena istrinya
berpenghasilan
- suami menyembunyikan gajinya
- suami mengambil harta istri
- suami tidak memberi uang belanja yg mencukupi/tidak memberi uang
belanja sama sekali
- suami menuntut istri untuk memperoleh penghasilan lebih banyak
- suami tidak mengijinkan istri untuk meningkatkan karirnya
11. Gambaran Kasus KDRT pada Ibu Rumah Tangga/ Anak di Indonesia
Komnas Perempuan mencatat jumlah sejak tahun 2001 terdapat 3.169 kasus
KDRT. Jumlah tersebut meningkat 61% pada tahun 2002 (5.163 kasus). Pada
tahun 2003, kasus meningkat kembali 66% menjadi 7.787 kasus, lalu tahun 2004
meningkat 56% (14.020) dan tahun 2005 meningkat 69% (20.391 kasus). Pada
tahun 2006 penambahan diperkirakan 70%.
Propinsi Jawa timur sendiri secara nasional menduduki peringkat 3 terbesar
jumlah kasus KDRT setelah Jawa Barat dan Kalimantan. Selama tahun 2009
kasus KDRT di Jawa Timur mencapai 1200 kasus.
13. Peraturan Perundang - Undangan KDRT
1. kekerasan baik kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual maupun
penelantaran rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya
(Pasal 5 UU KDRT)
2. Kekerasan fisik yang dimaksud pasal tersebut adalah perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat (Pasal 6 UU KDRT)
3. Kewajiban masyarakat untuk turut serta dalam pencegahan KDRT ini diatur
dalam Pasal 15 UU KDRT
4. Ancaman pidana terhadap kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga ini
adalah pidana penjara pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda
paling banyak Rp15 juta (Pasal 44 ayat [1] UU KDRT).
5. KDRT yang dilakukan oleh suami terhadap istri yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencaharian atau kegiatan sehari-hari, ancaman pidananya adalah pidana
penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp5
juta (Pasal 44 ayat [4] UU KDRT).
14. Tanda-Tanda Potensi Pelaku KDRT Sebelum Menikah
1. Cenderung kasar pada semua orang
2. Dalam keluarganya, kita melihat kebiasaan kekerasan, kurang peduli pada
orang lain, mau menang sendiri, tidak mau berbagi.
3. Ia mungkin egois dan selalu memikirkan kepentingannya sendiri, enggan
berbagi.
4. Ia tidak terlihat kasar saat pergaulan sehari-hari, tetapi terkesan tidak
dapat mengendalikan diri saat kecewa atau marah.
5. Ia mudah curiga pada orang lain, mudah menyalahkan, banyak berpikiran
buruk, khususnya perilaku pasangan
6. Ia posesif dan tidak memberikan ruang pribadi bagi kita.
7. Ia cenderung meyakini pembagian peran gender yang kaku, menempatkan
laki-laki sebagai penentu.
8. Ia tidak menunjukkan penyesalah setelah berbuat salah atau menyakiti orang
lain.
9. Ia malah mempersalahkan orang lain atas kekasaran yang dilakukannya.
10. Ia senang berjudi, minum dan mabuk, terlibat penggunaan obat-obatan
bahkan hingga kecanduan.
15. Faktor-faktor Kekerasan pada Rumah Tangga (KDRT)
1. Sosial Budaya
Masyarakat Indonesia pada umumnya masih mempertahankan budaya
timur dengan kuat, dimana mereka akan selalu enggan untuk terbuka
dengan segala sesuatu yang menurut mereka bersifat pribadi
2. Tingkat Pendidikan
Berbagai bentuk kekerasan yang dilakukan oleh suami dalam rumah
tangga, selain dilatarbelakangi oleh “budaya” buruk seperti
disebutkan sebelumnya, disamping itu juga disebabkan oleh
minimnya pengetahuan kedua pasangan suami istri tersebut
3. Sosial Ekonomi
Adanya budaya dalam masyarakat kita bahwa istri bergantung
sepenuhnya kepada suami. Istri hanya bertugas untuk mengurus
suami, anak-anak dan rumah.
4. Strata Sosial
Perbedaan status sosial antara suami dan istri juga menjadi hal yang
mendasar dari timbulnya kekerasan dalam rumah tangga
16. Tindak Kekerasan Terhadap Istri Terjadi Karena Beberapa Faktor
1. Budaya Patriarki.
Budaya yang mendudukan laki-laki sebagai makhluk superior dan
perempuan sebagai makhluk inferior (lemah), selain itu pemahaman yang
keliru terhadap ajaran agama sehingga menganggap laki-laki boleh
menguasai perempuan
2. Interpretasi yang keliru terhadap ajaran agama.
Sering kali ajaran agama yang menempatkan laki-laki sebagai pemimpin
perempuan di interpretasikan sebagai pembolehan dalam mengontrol dan
menguasai istrinya, secara berlebihan atau tidak sewajarnya
3. Pengaruh Role Model Laki-laki
sebagai pelaku sering kali mengekspresikan kemarahan mereka dengan
melakukan tindak kekerasan karena pengalaman yang diperoleh dari
keluarga asalnya
17. Contoh Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Dari sebuah jurnal yang dibuat oleh beberapa peneliti di provinsi
Riau, Pekanbaru pada tahun 2008. Terdapat korban kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) lebih dominan terhadap perempuan (97,5%)
dengan umur rata-rata 31-40 tahun (39,2%) dan bekerja sebagai Ibu
rumah tangga (83,5%). Jumlah luka yang terdapat pada penderita
lebih dari satu luka (56,1%) dan jumlah lokasi luka bukan hanya di
satu lokasi tetapi banyak lokasi (57%). Kekerasan fisik yang dominan
yaitu kekerasan tumpul (91,6%).
18. Contoh paling tragis seperti kasus Lisa yang disiram air keras oleh
suaminya. Apakah anda korban KDRT atau anda adalah anggota
masyarakat yang masih awam dengan KDRT? Apapun jawaban
anda....sebaiknya anda tetap perlu mengetahui informasi penting ini.
Ini salah satu bukti adanya KDRT
Lisa....sebelum dan sesudah dioperasi
19. Kesetaraan Peran Gender Pada KDRT
Isu sentral tentang paparan kekerasan dalam rumah tangga
masih berkisar pada kurang terbangunnya kesadaran akan kesetaraan
peran gender .
Salah satu upaya intervensi kepada perempuan korban kekerasan
adalah dengan memberikan layanan konseling krisis yang bertujuan untuk
membangun perasaan aman, kepercayaan diri dan harga diri. Inti dari
konseling berperspektif gender adalah hubungan yang setara (Jill
E.Rader,2003;CarolynZ.E., 2004; Barbara Brown, 2006).
Kesetaraan diciptakan melalui pendekatan dasar humanistik yaitu
dengan mendengar secara empatik, dorongan tak bersyarat (unconditional
support), mutual respect, membantu membuka ketertutupan konseli secara
tepat.
20. Solusi Untuk Mencegah KDRT Antara Lain:
1. Membangun kesadaran bahwa persoalan KDRT adalah persoalan sosial
bukan individual dan merupakan pelanggaran hukum yang terkait dengan HAM.
2. Sosialiasasi pada masyarakat tentang KDRT adalah tindakan yang tidak
dapat dibenarkan dan dapat diberikan sangsi hukum. Dengan cara mengubah
pondasi KDRT di tingkat masyarakat pertama – tama dan terutama
membutuhkan.
3. Adanya konsensus bahwa kekerasan adalah tindakan yang tidak dapat
diterima.
4. Mengkampanyekan penentangan terhadap penayangan kekerasan di media
yang mengesankan kekerasan sebagai perbuatan biasa, menghibur dan patut
menerima penghargaan.
21. 5. Peranan Media massa. Media cetak, televisi, bioskop, radio dan internet
adalah macrosystem yang sangat berpengaruh untuk dapat mencegah dan
mengurangi kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT). Peran media massa sangat
berpengaruh besar dalam mencegah KDRT bagaimana media massa dapat
memberikan suatu berita yang bisa merubah suatu pola budaya KDRT adalah
suatu tindakan yang dapat melanggar hukum dan dapat dikenakan hukuman
penjara sekecil apapun bentuk dari penganiayaan.
6. Mendampingi korban dalam menyelesaikan persoalan (konseling) serta
kemungkinan menempatkan dalam shelter (tempat penampungan) sehingga para
korban akan lebih terpantau dan terlindungi serta konselor dapat dengan cepat
membantu pemulihan secara spikis.