SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
2 
Uraian Materi 
Tahukah Anda masalah kesehatan ibu 
saat ini? Sekarang tuliskan jawaban 
Anda pada kotak berikut: 
Bagaimana? apakah Anda sudah 
selesai menulis jawabannya, jika sudah 
sekarang cocokkan jawaban anda 
dengan uraian berikut ini. 
Konsep pelayanan kesehatan 
primer atau PHC merupakan pelayanan 
kesehatan essensial yang dibuat 
dan bisa terjangkau secara universal 
oleh individu dan keluarga di dalam 
masyarakat. Fokus dari pelayanan 
kesehatan primer luas jangkauannya 
dan merangkum berbagai aspek 
masyarakat dan kebutuhan kesehatan. 
PHC merupakan pola penyajian 
pelayanan kesehatan dimana konsumen 
pelayanan kesehatan menjadi mitra 
dengan profesi dan ikut serta mencapai 
tujuan umum kesehatan yang lebih 
baik. Dan strategi yang dapat dipakai 
untuk menjamin tingkat minimal dari 
pelayanan kesehatan untuk semua 
penduduk. 
Pelayanan kesehatan tingkat 
pertama adalah pelayanan kesehatan 
pokok (basic health services) yang 
berdasarkan kepada metoda dan 
teknologi praktis, ilmiah dan sosial 
yang dapat diterima secara umum baik 
oleh individu maupun keluarga dalam 
masyarakat, melalui partisipasi mereka 
sepenuhnya, serta dengan biaya yang 
dapat terjangkau oleh masyarakat 
dan negara untuk memelihara setiap 
tingkat perkembangan mereka dalam 
semanggat untuk hidup mandiri (Self 
reliance) dan menentukan nasib sendiri 
(self Determination). Pada umumnya 
pelayanan kesehatan tingkat pertama 
bersifat rawat jalan (ambulatory/out 
patient services). 
Masalah kesehatan ibu 
merupakan masalah yang kompleks 
dan perlu peningkatan penanganan 
secara lintas program, lintas sektor dan 
disiplin ilmu serta memperbaiki faktor 
sosial budaya, tanpa kerjasama yang 
dan pemantapan dengan organisasi 
profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, dll), serta 
stake holder permasalahan tidak akan 
terselesaikan. 
1. Kematian ibu 
Angka Kematian Ibu (AKI) 
terus menurun, namun perlu upaya 
dan kerja keras untuk mencapai 
target MDGs sebesar 102 per 100.000 
Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
3 
kelahiran hidup pada tahun 2015. 
Angka Kematian Ibu menurun dari 
390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 
100.000 kelahiran hidup pada tahun 
2007 (SDKI). WHO memperkirakan 
bahwa 15-20 persen ibu hamil baik 
di negara maju maupun berkembang 
akan mengalami risiko tinggi dan/atau 
komplikasi. Penyebab kematian ibu 
diantaranya adalah perdarahan (42%), 
eklampsia (13%), Aborsi (11%), infeksi 
(10%), partus lama (9%), dan lain-lain. 
Salah satu cara yang paling 
efektif untuk menurunkan angka 
kematian ibu adalah dengan 
meningkatkan pertolongan persalinan 
oleh tenaga kesehatan terlatih. 
Persentase persalinan yang ditolong 
oleh tenaga kesehatan terlatih 
meningkat dari 66,7 persen pada tahun 
2002 menjadi 77,34 persen pada tahun 
2009 (Susenas). Angka tersebut terus 
meningkat menjadi 82,3 persen pada 
tahun 2010. 
Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada 
gambar 1 berikut ini: 
Gambar 1. Kecenderungan nasional dan proyeksi Angka Kematian Ibu (1991- 
2025) 
Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
4 
2. Pertolongan persalinan 
Disparitas pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih antarwilayah masih 
merupakan masalah. Data Susenas tahun 2009 menunjukkan capaian tertinggi 
sebesar 98,14 persen di DKI Jakarta sedangkan terendah sebesar 42,48 persen di 
Maluku. 
Gambar 2.Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, 
menurut Provinsi tahun 2009 
Pertolongan persalinan di 
fasilitas kesehatan terus meningkat 
secara bertahap. Pada tahun 2007, 
pertolongan persalinan di fasilitas 
kesehatan mencapai 46,1 persen dari 
total persalinan (SDKI, 2007). Angka 
tersebut meningkat menjadi 59,4 
persen pada tahun 2010. Namun 
demikian, masih terjadi disparitas 
antarwilayah, antar kota-desa, antara 
tingkat pendidikan dan tingkat 
ekonomi. Disparitas antarwilayah, 
tertinggi di Bali sebesar 90,8 persen dan 
terendah di Sulawesi Tenggara sebesar 
8,4 persen. Persentase persalinan di 
fasilitas kesehatan (pemerintah dan 
swasta) lebih tinggi di daerah perkotaan 
(70,3 persen) dibanding di daerah 
perdesaan (28,9 persen). Ibu dengan 
tingkat pendidikan rendah cenderung 
bersalin di rumah dibandingkan 
dengan ibu yang berpendidikan lebih 
tinggi (masing-masing 81,4 dibanding 
28,2 persen). Ibu dengan pendapatan 
tingkat pengeluaran terendah hampir 
lima kali lebih besar melakukan 
persalinan di rumah dibandingkan 
dengan ibu dengan pendapatan 
tingkat pengeluaran tertinggi (masing-masing 
84,8 dan 15,5 persen). 
3. Pelayanan antenatal (antenatal care/ 
ANC) 
Pelayanan antenatal penting 
untuk memastikan kesehatan ibu 
selama kehamilan dan menjamin 
Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
5 
ibu untuk melakukan persalinan di 
fasiltas kesehatan. Para ibu yang tidak 
mendapatkan pelayanan antenatal 
cenderung bersalin di rumah (86,7 
persen) dibandingkan dengan ibu 
yang melakukan empat kali kunjungan 
pelayanan antenatal atau lebih (45,2 
persen). Sekitar 93 persen ibu hamil 
memperoleh pelayanan antenatal dari 
tenaga kesehatan profesional selama 
masa kehamilan. Terdapat 81,5 persen 
ibu hamil yang melakukan paling sedikit 
empat kali kunjungan pemeriksaan 
selama masa kehamilan, namun yang 
melakukan empat kali kunjungan 
sesuai jadwal yang dianjurkan baru 
mencapai 65,5 persen. 
Meski cakupan ANC cukup 
tinggi, diperlukan perhatian khusus 
karena penurunan angka kematian 
ibu masih jauh dari target. Salah satu 
aspek yang perlu dipertimbangkan 
adalah kualitas layanan ANC untuk 
memastikan diagnosis dini dan 
perawatan yang tepat, di samping 
pendekatan kesehatan ibu hamil yang 
terpadu dan menyeluruh. Continuum 
care merupakan serangkaian upaya 
terpadu dalam pencapaian target 
kesehatan ibu, bayi dan anak. Selama 
periode pra-kehamilan, pelayanan 
konstrasepsi dan kesehatan reproduksi 
menjadi upaya penting untuk 
ditingkatkan. 
Gambar 3. Pelayanan antenatal K1 dan K4 di Indonesia tahun 1991 - 2007 
Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
6 
Gambar 4.1 Kecenderungan CPR pada perempuan menikah usia 15-49 tahun, 
tahun 1991-2007 
4. Pemakaian kontrasepsi 
Angka pemakaian kontrasepsi 
(Contraceptive Prevalence Rate-CPR) 
menunjukkan peningkatan dalam 5 
tahun terakhir. Capaian CPR semua 
cara secara nasional meningkat 
dari 49,7 persen pada tahun 1991 
menjadi 61,4 persen pada tahun 2007. 
Sementara itu, untuk CPR cara modern 
meningkat dari 47,1 persen pada tahun 
1991 menjadi 57,4 persen pada tahun 
2007 (SDKI). Selanjutnya, di antara CPR 
cara modern, KB suntik merupakan 
cara yang paling banyak digunakan 
(32 persen), diikuti pil KB sebesar 13 
persen (SDKI, 2007). 
Angka pemakaian kontrasepsi 
bervariasi antarprovinsi, antar tingkat 
pendidikan, dan antar tingkat sosial-ekonomi. 
Angka CPR terendah untuk 
semua cara terdapat di Maluku (34,1 
persen) dan terendah untuk cara 
modern terdapat di Papua (24,5 
persen). Sementara itu, CPR tertinggi 
untuk semua cara dan cara modern 
terdapat di Bengkulu, masing-masing 
sebesar 74,0 persen dan 70,4 persen. 
Masih tingginya disparitas CPR tersebut 
mencerminkan cakupan program 
keluarga berencana yang belum 
merata di seluruh daerah (Gambar 4.2) 
Pemakaian kontrasepsi di 
daerah perkotaan sedikit lebih tinggi 
daripada di perdesaan (masing-masing 
sebesar 63 dan 61 persen). SDKI 2007 
menunjukkan bahwa penggunaan 
KB cara modern relatif sama di kedua 
daerah tersebut (masing-masing 
sebesar 57 dan 58 persen). Angka 
pemakaian kontrasepsi secara umum 
meningkat seiring dengan makin 
tingginya tingkat pendidikan dan 
tingkat sosial ekonomi, demikian 
pula dengan CPR cara modern yang 
berbanding lurus dengan tingkat 
pendidikan, kecuali untuk penggunaan 
implan. 
Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
7 
Gambar 4.2 Contraceptive Prevalence Rate menurut cara, menurut Provinsi 
Tahun 2007 
5. Unmet need 
Jumlah pasangan usia subur 
yang ingin menjarangkan kehamilan 
atau membatasi jumlah anak, tetapi 
tidak menggunakan kontrasepsi 
(unmet need) saat ini mencapai 9,1 
persen, terdiri dari 4,3 persen untuk 
menjarangkan kelahiran dan 4,7 persen 
untuk membatasi kelahiran (SDKI 2007). 
Persentase penurunan unmet need 
tersebut relatif stagnan sejak tahun 
1997. Data SDKI 2007 menunjukkan 60 
persen perempuan menikah dengan 2 
anak, 75 persen perempuan menikah 
dengan 3-4 anak, dan 80 persen 
perempuan menikah dengan 5 anak 
atau lebih; tidak ingin menambah 
anak lagi, namun tidak seluruhnya 
menggunakan alat kontrasepsi. 
Unmet need cenderung bervariasi 
antarprovinsi, antardaerah dan 
antarstatus sosial-ekonomi. Unmet 
need terendah terdapat di Bangka 
Belitung (3,2 persen) dan tertinggi di 
Maluku (22,4 persen). Unmet need di 
perdesaan (9,2 persen) lebih tinggi 
dibandingkan di perkotaan (8,7 persen). 
Unmet need pada perempuan dengan 
tingkat pendidikan rendah lebih tinggi 
dibandingkan dengan perempuan 
dengan tingkat pendidikan tinggi 
(11 persen berbanding 8 persen). 
Unmet need pada perempuan dengan 
pendapatan terendah lebih tinggi 
dibandingkan dengan perempuan 
dengan pendapatan tertinggi (13 
persen berbanding 8 persen). Hal ini 
mengindikasikan bahwa semakin tinggi 
tingkat pendidikan dan kesejahteraan, 
maka akan semakin tinggi pula akses 
akan informasi dan layanan keluarga 
berencana dan kesehatan reproduksi. 
Tingginya unmet need 
Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
8 
Gambar 5.1 Kecenderungan Unmet need tahun 1991-2007 
disebabkan oleh ketakutan terhadap 
efek samping dan ketidaknyamanan 
dalam penggunaan kontrasepsi. 
Sebesar 12,3 persen perempuan usia 
15-19 tahun tidak ingin menggunakan 
alat/obat kontrasepsi karena takut efek 
samping, 10,1 persen karena masalah 
kesehatan dan 3,1 persen karena 
dilarang oleh suami. 
Unmet need dan CPR akan 
berpengaruh pada angka kelahiran 
total/Total Fertility Rate (TFR), 
demikian pula terhadap peningkatan 
angka kematian ibu, yang diperkirakan 
6-16 persen disebabkan oleh praktik 
aborsi yang tidak aman. Tidak 
terpenuhinya kebutuhan akan layanan 
KB menyebabkan terjadinya kehamilan 
yang tidak diinginkan sehingga memicu 
pada tindakan aborsi. Di Indonesia, 
aborsi termasuk tindakan yang ilegal 
sehingga para ibu yang hamil di luar 
rencana memilih menggunakan cara 
aborsi yang tidak aman. Selanjutnya, 
tidak terpenuhinya kebutuhan akan 
layanan KB ditandai pula dengan 
tingginya tingkat kehamilan pada 
usia remaja di Indonesia, terutama di 
daerah perdesaan. 
TANTANGAN 
1. Terbatasnya akses masyarakat 
terhadap fasilitas pelayanan 
kesehatan yang berkualitas, 
terutama bagi penduduk miskin 
di daerah tertinggal, terpencil, 
perbatasan dan kepulauan (DTPK). 
Penyediaan fasilitas pelayanan 
obstetrik neonatal emergensi 
komprehensif (PONEK), pelayanan 
obstetrik neonatal emergensi 
dasar (PONED), posyandu dan 
unit transfusi darah belum merata 
dan belum seluruhnya terjangkau 
oleh seluruh penduduk. Sistem 
rujukan dari rumah ke puskesmas 
dan ke rumah sakit juga belum 
berjalan dengan optimal. Ditambah 
Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
9 
Gambar 5.2 Unmet Need menurut tujuan penggunaan, menurut Provinsi, 
tahun 2007 
lagi, dengan kendala geografi s, 
hambatan transportasi, dan faktor 
budaya. 
2. Terbatasnya ketersediaan tenaga 
kesehatan baik dari segi jumlah, 
kualitas dan persebarannya, 
terutama bidan. Petugas 
kesehatan di DTPK sering kali 
tidak memperoleh pelatihan yang 
memadai dan kadang-kadang 
kekurangan peralatan kesehatan, 
obat-obatan, dan persediaan darah 
yang diperlukan untuk menangani 
keadaan darurat persalinan. 
3. Masih rendahnya pengetahuan 
dan kesadaran masyarakat akan 
pentingnya menjaga kesehatan 
dan keselamatan ibu. Beberapa 
indikator sosial ekonomi seperti 
tingkat ekonomi dan pendidikan 
yang rendah serta determinan 
faktor lainnya dapat mempengaruhi 
tingkat pemanfaatan pelayanan 
serta berkontribusi pada angka 
kemaƟ  an ibu  di Indonesia. 
4. Masih rendahnya status gizi dan 
kesehatan ibu hamil. Persentase 
perempuan usia subur (15-45 tahun) 
yang mengalami kurang energi 
kronis masih cukup tinggi yaitu 
mencapai 13,6 persen (Riskesdas 
2007). Rendahnya status gizi, selain 
meningkatkan risiko kesehatan bagi 
ibu hamil juga menjadi salah satu 
penyebab bayi lahir dengan berat 
badan rendah (BBLR). 
5. Masih rendahnya angka pemakaian 
kontrasepsi dan tingginya unmet 
need. Tingginya angka kematian ibu 
melahirkan dipengaruhi oleh usia ibu 
(terlalu tua; terlalu muda), tingginya 
angka aborsi, dan rendahnya angka 
pemakaian kontrasepsi. 
Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 
10 
6. Pengukuran AKI masih belum tepat, 
karena sistem pencatatan penyebab 
kematian ibu masih belum adekuat. 
Sejak tahun 1994, AKI diperoleh 
dari perkiraan usia spesifik yang 
bersifat langsung terkait kematian 
ibu yang didapat dari laporan dari 
saudara kandung ibu yang masih 
hidup (SDKI). Untuk mendapatkan 
angka kematian ibu yang akurat 
dan penyebab kematian yang 
tepat dengan model statistik vital 
lengkap, (dapat dilakukan melalui 
registrasi kematian ataupun sensus 
penduduk) perlu segera diterapkan. 
Rangkuman 
Selamat, Anda telah 
menyelesaikan KB 1 tentang masalah 
kesehatan ibu. Dengan demikian 
Anda yang bertugas sebagai 
bidan telah mengetahui dan dapat 
mengidentifikasi masalah kesehatan 
ibu. Hal-hal penting yang telah Anda 
pelajari dalam masalah kesehatan ibu 
adalah sebagai berikut: 
Konsep pelayanan kesehatan 
primer atau PHC merupakan pelayanan 
kesehatan essensial yang dibuat 
dan bisa terjangkau secara universal 
oleh individu dan keluarga di dalam 
masyarakat. Masalah kesehatan ibu 
merupakan masalah yang kompleks 
dan perlu peningkatan penanganan 
secara lintas program, lintas sektor dan 
disiplin ilmu serta memperbaiki faktor 
sosial budaya, tanpa kerjasama yang 
dan pemantapan dengan organisasi 
profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, dll), serta 
stake holder permasalahan tidak akan 
terselesaikan. 
Masalah kesehatan ibu antara 
lain: kematian ibu, pertolongan 
persalianan, pelayanan antenatal, 
pemakaian kontrasepsi, unmet need 
dan tantangan yang dihadapi dalam 
masalah kesehatan ibu . 
Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri

More Related Content

What's hot

1052 2111-1-pb
1052 2111-1-pb1052 2111-1-pb
1052 2111-1-pbTiwiCaDok
 
hubungan pengetahuan dan status gizi
hubungan pengetahuan dan status gizihubungan pengetahuan dan status gizi
hubungan pengetahuan dan status giziMuhammad Abu Dzar
 
Paper UAS Final_Tadzkia Dara Ayunda
Paper UAS Final_Tadzkia Dara AyundaPaper UAS Final_Tadzkia Dara Ayunda
Paper UAS Final_Tadzkia Dara AyundaTadzkia Dara Ayunda
 
Bonus demografi
Bonus demografiBonus demografi
Bonus demografi하린 박
 
Info Kita Online Maret
Info Kita Online MaretInfo Kita Online Maret
Info Kita Online Maretppidkemenkes
 
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinanAanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinanSafira Sahida
 
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopause
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopauseFaktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopause
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopausewawan kurniawan
 
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMILPERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMILnrukmana rukmana
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitanrukmana rukmana
 
jikmh2.2artikel09
jikmh2.2artikel09jikmh2.2artikel09
jikmh2.2artikel09mediahusada
 
Angka kematian ibu
Angka kematian ibuAngka kematian ibu
Angka kematian ibuFionna Pohan
 
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukanBuku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukannunida11novpurnamasukma
 

What's hot (19)

13. bab i
13. bab i13. bab i
13. bab i
 
1052 2111-1-pb
1052 2111-1-pb1052 2111-1-pb
1052 2111-1-pb
 
Bab i edit
Bab i editBab i edit
Bab i edit
 
hubungan pengetahuan dan status gizi
hubungan pengetahuan dan status gizihubungan pengetahuan dan status gizi
hubungan pengetahuan dan status gizi
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
KTI BBLR
KTI BBLRKTI BBLR
KTI BBLR
 
Paper UAS Final_Tadzkia Dara Ayunda
Paper UAS Final_Tadzkia Dara AyundaPaper UAS Final_Tadzkia Dara Ayunda
Paper UAS Final_Tadzkia Dara Ayunda
 
Bonus demografi
Bonus demografiBonus demografi
Bonus demografi
 
Info Kita Online Maret
Info Kita Online MaretInfo Kita Online Maret
Info Kita Online Maret
 
300-1134-1-PB.pdf
300-1134-1-PB.pdf300-1134-1-PB.pdf
300-1134-1-PB.pdf
 
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinanAanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
Aanalisis Jurnal Obesitas dan kemiskinan
 
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopause
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopauseFaktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopause
Faktor faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang menopause
 
Prakarsa policy oktober rev3-1
Prakarsa policy oktober rev3-1Prakarsa policy oktober rev3-1
Prakarsa policy oktober rev3-1
 
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMILPERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK  BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PRAKTIK BUDAYA SUNDA PADA IBU HAMIL
 
faktor stunting
faktor stuntingfaktor stunting
faktor stunting
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
 
jikmh2.2artikel09
jikmh2.2artikel09jikmh2.2artikel09
jikmh2.2artikel09
 
Angka kematian ibu
Angka kematian ibuAngka kematian ibu
Angka kematian ibu
 
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukanBuku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
 

Viewers also liked

Standar Pelayanan Kebidanan
Standar Pelayanan KebidananStandar Pelayanan Kebidanan
Standar Pelayanan Kebidananpjj_kemenkes
 
Istilah dan Ukuran-UkuranEpidemiologi
Istilah dan Ukuran-UkuranEpidemiologiIstilah dan Ukuran-UkuranEpidemiologi
Istilah dan Ukuran-UkuranEpidemiologipjj_kemenkes
 
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
Perencanaan, Pelaksanaan dan EvaluasiPerencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasipjj_kemenkes
 
Pertolongan Persalinan Sungsang
Pertolongan Persalinan SungsangPertolongan Persalinan Sungsang
Pertolongan Persalinan Sungsangpjj_kemenkes
 
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLPenatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLpjj_kemenkes
 
Konsep Pencatatan dan Pelaporan Kesmas
Konsep Pencatatan dan Pelaporan KesmasKonsep Pencatatan dan Pelaporan Kesmas
Konsep Pencatatan dan Pelaporan Kesmaspjj_kemenkes
 
Anamnesa Pada Ibu Hamil
Anamnesa Pada Ibu HamilAnamnesa Pada Ibu Hamil
Anamnesa Pada Ibu Hamilpjj_kemenkes
 
Masalah Kebidanan Akibat Kesehatan Lingkungan
Masalah Kebidanan Akibat Kesehatan LingkunganMasalah Kebidanan Akibat Kesehatan Lingkungan
Masalah Kebidanan Akibat Kesehatan Lingkunganpjj_kemenkes
 
Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan
Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan
Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan pjj_kemenkes
 
Faktor–faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Faktor–faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan  masyarakat.Faktor–faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan  masyarakat.
Faktor–faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.pjj_kemenkes
 
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ibu HamilPendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamilpjj_kemenkes
 
Ruang Lingkup Jaminan Mutu
Ruang Lingkup Jaminan MutuRuang Lingkup Jaminan Mutu
Ruang Lingkup Jaminan Mutupjj_kemenkes
 
Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan
Konsep Dasar Mutu Pelayanan KesehatanKonsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan
Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatanpjj_kemenkes
 
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam KebidananTeknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidananpjj_kemenkes
 
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
 

Viewers also liked (19)

Konsep Penelitian
Konsep PenelitianKonsep Penelitian
Konsep Penelitian
 
Standar Pelayanan Kebidanan
Standar Pelayanan KebidananStandar Pelayanan Kebidanan
Standar Pelayanan Kebidanan
 
Istilah dan Ukuran-UkuranEpidemiologi
Istilah dan Ukuran-UkuranEpidemiologiIstilah dan Ukuran-UkuranEpidemiologi
Istilah dan Ukuran-UkuranEpidemiologi
 
Alat peraga
Alat peragaAlat peraga
Alat peraga
 
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
Perencanaan, Pelaksanaan dan EvaluasiPerencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
 
Pertolongan Persalinan Sungsang
Pertolongan Persalinan SungsangPertolongan Persalinan Sungsang
Pertolongan Persalinan Sungsang
 
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLPenatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
 
Konsep Pencatatan dan Pelaporan Kesmas
Konsep Pencatatan dan Pelaporan KesmasKonsep Pencatatan dan Pelaporan Kesmas
Konsep Pencatatan dan Pelaporan Kesmas
 
Anamnesa Pada Ibu Hamil
Anamnesa Pada Ibu HamilAnamnesa Pada Ibu Hamil
Anamnesa Pada Ibu Hamil
 
Masalah Kebidanan Akibat Kesehatan Lingkungan
Masalah Kebidanan Akibat Kesehatan LingkunganMasalah Kebidanan Akibat Kesehatan Lingkungan
Masalah Kebidanan Akibat Kesehatan Lingkungan
 
Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan
Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan
Konsep Dasar Standar Mutu Pelayanan Kebidanan
 
Faktor–faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Faktor–faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan  masyarakat.Faktor–faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan  masyarakat.
Faktor–faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
 
Uji Hipotesis
Uji HipotesisUji Hipotesis
Uji Hipotesis
 
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ibu HamilPendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
 
Ruang Lingkup Jaminan Mutu
Ruang Lingkup Jaminan MutuRuang Lingkup Jaminan Mutu
Ruang Lingkup Jaminan Mutu
 
Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan
Konsep Dasar Mutu Pelayanan KesehatanKonsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan
Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kesehatan
 
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam KebidananTeknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
 
Konsep Surveilans
Konsep SurveilansKonsep Surveilans
Konsep Surveilans
 
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
 

Similar to MASALAH IBU HAMIL

Modul 5 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanModul 5 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanUwes Chaeruman
 
A new measurement for optimal antenatal care
A new measurement for optimal antenatal careA new measurement for optimal antenatal care
A new measurement for optimal antenatal careFatimata Sari
 
cakupan kunjungan nifas
cakupan kunjungan nifascakupan kunjungan nifas
cakupan kunjungan nifasINDRAPRATAMA74
 
Contoh proposal penelitian hub
Contoh proposal penelitian hubContoh proposal penelitian hub
Contoh proposal penelitian hubbarondna09
 
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas pjj_kemenkes
 
Pendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia beratPendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia beratMidwife Wahyuni
 
652-Article Text-12395-1-10-20190516 (1).pdf
652-Article Text-12395-1-10-20190516 (1).pdf652-Article Text-12395-1-10-20190516 (1).pdf
652-Article Text-12395-1-10-20190516 (1).pdfDian631634
 
Sik sriwahyuni murti
Sik sriwahyuni murtiSik sriwahyuni murti
Sik sriwahyuni murtiyunkuyun05
 
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docx
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docxEPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docx
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docxDian631634
 
Bab6 peningkatan aksesibilitas dan
Bab6 peningkatan aksesibilitas danBab6 peningkatan aksesibilitas dan
Bab6 peningkatan aksesibilitas danahmadainulyakin
 
Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer (2).pptx
Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer (2).pptxKebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer (2).pptx
Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer (2).pptxGekSintaManuaba
 
Makalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakatMakalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakatZelitania
 
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdfPPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdfAkunAlissa
 
BAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKebBAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKebIndra Suardi
 
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Dimaz LawLiedth
 
Bab I oleh indra S
Bab I oleh indra SBab I oleh indra S
Bab I oleh indra SIndra Suardi
 

Similar to MASALAH IBU HAMIL (20)

Proposal & thesis
Proposal & thesisProposal & thesis
Proposal & thesis
 
Pedoman Internal KIA
Pedoman Internal KIAPedoman Internal KIA
Pedoman Internal KIA
 
Modul 5 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanModul 5 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
 
Modul 1
Modul 1Modul 1
Modul 1
 
5. meningkatkan kesehatan ibu
5. meningkatkan kesehatan ibu5. meningkatkan kesehatan ibu
5. meningkatkan kesehatan ibu
 
A new measurement for optimal antenatal care
A new measurement for optimal antenatal careA new measurement for optimal antenatal care
A new measurement for optimal antenatal care
 
cakupan kunjungan nifas
cakupan kunjungan nifascakupan kunjungan nifas
cakupan kunjungan nifas
 
Contoh proposal penelitian hub
Contoh proposal penelitian hubContoh proposal penelitian hub
Contoh proposal penelitian hub
 
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
 
Pendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia beratPendahuluan asfiksia berat
Pendahuluan asfiksia berat
 
652-Article Text-12395-1-10-20190516 (1).pdf
652-Article Text-12395-1-10-20190516 (1).pdf652-Article Text-12395-1-10-20190516 (1).pdf
652-Article Text-12395-1-10-20190516 (1).pdf
 
Sik sriwahyuni murti
Sik sriwahyuni murtiSik sriwahyuni murti
Sik sriwahyuni murti
 
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docx
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docxEPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docx
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT.docx
 
Bab6 peningkatan aksesibilitas dan
Bab6 peningkatan aksesibilitas danBab6 peningkatan aksesibilitas dan
Bab6 peningkatan aksesibilitas dan
 
Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer (2).pptx
Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer (2).pptxKebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer (2).pptx
Kebijakan Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer (2).pptx
 
Makalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakatMakalah ilmu kesehatan masyarakat
Makalah ilmu kesehatan masyarakat
 
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdfPPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
PPT Kel.8_Imunisasi Dasar Lengkap.pdf
 
BAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKebBAB I oleh Indra S., AmdKeb
BAB I oleh Indra S., AmdKeb
 
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
Babi 141116004714-conversion-gate01 (1)
 
Bab I oleh indra S
Bab I oleh indra SBab I oleh indra S
Bab I oleh indra S
 

More from pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Recently uploaded

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 

Recently uploaded (20)

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 

MASALAH IBU HAMIL

  • 1. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 2 Uraian Materi Tahukah Anda masalah kesehatan ibu saat ini? Sekarang tuliskan jawaban Anda pada kotak berikut: Bagaimana? apakah Anda sudah selesai menulis jawabannya, jika sudah sekarang cocokkan jawaban anda dengan uraian berikut ini. Konsep pelayanan kesehatan primer atau PHC merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. Fokus dari pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut serta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik. Dan strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan pokok (basic health services) yang berdasarkan kepada metoda dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semanggat untuk hidup mandiri (Self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self Determination). Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama bersifat rawat jalan (ambulatory/out patient services). Masalah kesehatan ibu merupakan masalah yang kompleks dan perlu peningkatan penanganan secara lintas program, lintas sektor dan disiplin ilmu serta memperbaiki faktor sosial budaya, tanpa kerjasama yang dan pemantapan dengan organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, dll), serta stake holder permasalahan tidak akan terselesaikan. 1. Kematian ibu Angka Kematian Ibu (AKI) terus menurun, namun perlu upaya dan kerja keras untuk mencapai target MDGs sebesar 102 per 100.000 Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 3 kelahiran hidup pada tahun 2015. Angka Kematian Ibu menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI). WHO memperkirakan bahwa 15-20 persen ibu hamil baik di negara maju maupun berkembang akan mengalami risiko tinggi dan/atau komplikasi. Penyebab kematian ibu diantaranya adalah perdarahan (42%), eklampsia (13%), Aborsi (11%), infeksi (10%), partus lama (9%), dan lain-lain. Salah satu cara yang paling efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih. Persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih meningkat dari 66,7 persen pada tahun 2002 menjadi 77,34 persen pada tahun 2009 (Susenas). Angka tersebut terus meningkat menjadi 82,3 persen pada tahun 2010. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini: Gambar 1. Kecenderungan nasional dan proyeksi Angka Kematian Ibu (1991- 2025) Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 4 2. Pertolongan persalinan Disparitas pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih antarwilayah masih merupakan masalah. Data Susenas tahun 2009 menunjukkan capaian tertinggi sebesar 98,14 persen di DKI Jakarta sedangkan terendah sebesar 42,48 persen di Maluku. Gambar 2.Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, menurut Provinsi tahun 2009 Pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan terus meningkat secara bertahap. Pada tahun 2007, pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan mencapai 46,1 persen dari total persalinan (SDKI, 2007). Angka tersebut meningkat menjadi 59,4 persen pada tahun 2010. Namun demikian, masih terjadi disparitas antarwilayah, antar kota-desa, antara tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi. Disparitas antarwilayah, tertinggi di Bali sebesar 90,8 persen dan terendah di Sulawesi Tenggara sebesar 8,4 persen. Persentase persalinan di fasilitas kesehatan (pemerintah dan swasta) lebih tinggi di daerah perkotaan (70,3 persen) dibanding di daerah perdesaan (28,9 persen). Ibu dengan tingkat pendidikan rendah cenderung bersalin di rumah dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan lebih tinggi (masing-masing 81,4 dibanding 28,2 persen). Ibu dengan pendapatan tingkat pengeluaran terendah hampir lima kali lebih besar melakukan persalinan di rumah dibandingkan dengan ibu dengan pendapatan tingkat pengeluaran tertinggi (masing-masing 84,8 dan 15,5 persen). 3. Pelayanan antenatal (antenatal care/ ANC) Pelayanan antenatal penting untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan dan menjamin Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 5 ibu untuk melakukan persalinan di fasiltas kesehatan. Para ibu yang tidak mendapatkan pelayanan antenatal cenderung bersalin di rumah (86,7 persen) dibandingkan dengan ibu yang melakukan empat kali kunjungan pelayanan antenatal atau lebih (45,2 persen). Sekitar 93 persen ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal dari tenaga kesehatan profesional selama masa kehamilan. Terdapat 81,5 persen ibu hamil yang melakukan paling sedikit empat kali kunjungan pemeriksaan selama masa kehamilan, namun yang melakukan empat kali kunjungan sesuai jadwal yang dianjurkan baru mencapai 65,5 persen. Meski cakupan ANC cukup tinggi, diperlukan perhatian khusus karena penurunan angka kematian ibu masih jauh dari target. Salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan adalah kualitas layanan ANC untuk memastikan diagnosis dini dan perawatan yang tepat, di samping pendekatan kesehatan ibu hamil yang terpadu dan menyeluruh. Continuum care merupakan serangkaian upaya terpadu dalam pencapaian target kesehatan ibu, bayi dan anak. Selama periode pra-kehamilan, pelayanan konstrasepsi dan kesehatan reproduksi menjadi upaya penting untuk ditingkatkan. Gambar 3. Pelayanan antenatal K1 dan K4 di Indonesia tahun 1991 - 2007 Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 6 Gambar 4.1 Kecenderungan CPR pada perempuan menikah usia 15-49 tahun, tahun 1991-2007 4. Pemakaian kontrasepsi Angka pemakaian kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate-CPR) menunjukkan peningkatan dalam 5 tahun terakhir. Capaian CPR semua cara secara nasional meningkat dari 49,7 persen pada tahun 1991 menjadi 61,4 persen pada tahun 2007. Sementara itu, untuk CPR cara modern meningkat dari 47,1 persen pada tahun 1991 menjadi 57,4 persen pada tahun 2007 (SDKI). Selanjutnya, di antara CPR cara modern, KB suntik merupakan cara yang paling banyak digunakan (32 persen), diikuti pil KB sebesar 13 persen (SDKI, 2007). Angka pemakaian kontrasepsi bervariasi antarprovinsi, antar tingkat pendidikan, dan antar tingkat sosial-ekonomi. Angka CPR terendah untuk semua cara terdapat di Maluku (34,1 persen) dan terendah untuk cara modern terdapat di Papua (24,5 persen). Sementara itu, CPR tertinggi untuk semua cara dan cara modern terdapat di Bengkulu, masing-masing sebesar 74,0 persen dan 70,4 persen. Masih tingginya disparitas CPR tersebut mencerminkan cakupan program keluarga berencana yang belum merata di seluruh daerah (Gambar 4.2) Pemakaian kontrasepsi di daerah perkotaan sedikit lebih tinggi daripada di perdesaan (masing-masing sebesar 63 dan 61 persen). SDKI 2007 menunjukkan bahwa penggunaan KB cara modern relatif sama di kedua daerah tersebut (masing-masing sebesar 57 dan 58 persen). Angka pemakaian kontrasepsi secara umum meningkat seiring dengan makin tingginya tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi, demikian pula dengan CPR cara modern yang berbanding lurus dengan tingkat pendidikan, kecuali untuk penggunaan implan. Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 7 Gambar 4.2 Contraceptive Prevalence Rate menurut cara, menurut Provinsi Tahun 2007 5. Unmet need Jumlah pasangan usia subur yang ingin menjarangkan kehamilan atau membatasi jumlah anak, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi (unmet need) saat ini mencapai 9,1 persen, terdiri dari 4,3 persen untuk menjarangkan kelahiran dan 4,7 persen untuk membatasi kelahiran (SDKI 2007). Persentase penurunan unmet need tersebut relatif stagnan sejak tahun 1997. Data SDKI 2007 menunjukkan 60 persen perempuan menikah dengan 2 anak, 75 persen perempuan menikah dengan 3-4 anak, dan 80 persen perempuan menikah dengan 5 anak atau lebih; tidak ingin menambah anak lagi, namun tidak seluruhnya menggunakan alat kontrasepsi. Unmet need cenderung bervariasi antarprovinsi, antardaerah dan antarstatus sosial-ekonomi. Unmet need terendah terdapat di Bangka Belitung (3,2 persen) dan tertinggi di Maluku (22,4 persen). Unmet need di perdesaan (9,2 persen) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (8,7 persen). Unmet need pada perempuan dengan tingkat pendidikan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dengan tingkat pendidikan tinggi (11 persen berbanding 8 persen). Unmet need pada perempuan dengan pendapatan terendah lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dengan pendapatan tertinggi (13 persen berbanding 8 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan, maka akan semakin tinggi pula akses akan informasi dan layanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Tingginya unmet need Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 8 Gambar 5.1 Kecenderungan Unmet need tahun 1991-2007 disebabkan oleh ketakutan terhadap efek samping dan ketidaknyamanan dalam penggunaan kontrasepsi. Sebesar 12,3 persen perempuan usia 15-19 tahun tidak ingin menggunakan alat/obat kontrasepsi karena takut efek samping, 10,1 persen karena masalah kesehatan dan 3,1 persen karena dilarang oleh suami. Unmet need dan CPR akan berpengaruh pada angka kelahiran total/Total Fertility Rate (TFR), demikian pula terhadap peningkatan angka kematian ibu, yang diperkirakan 6-16 persen disebabkan oleh praktik aborsi yang tidak aman. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan layanan KB menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan sehingga memicu pada tindakan aborsi. Di Indonesia, aborsi termasuk tindakan yang ilegal sehingga para ibu yang hamil di luar rencana memilih menggunakan cara aborsi yang tidak aman. Selanjutnya, tidak terpenuhinya kebutuhan akan layanan KB ditandai pula dengan tingginya tingkat kehamilan pada usia remaja di Indonesia, terutama di daerah perdesaan. TANTANGAN 1. Terbatasnya akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas, terutama bagi penduduk miskin di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK). Penyediaan fasilitas pelayanan obstetrik neonatal emergensi komprehensif (PONEK), pelayanan obstetrik neonatal emergensi dasar (PONED), posyandu dan unit transfusi darah belum merata dan belum seluruhnya terjangkau oleh seluruh penduduk. Sistem rujukan dari rumah ke puskesmas dan ke rumah sakit juga belum berjalan dengan optimal. Ditambah Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 9 Gambar 5.2 Unmet Need menurut tujuan penggunaan, menurut Provinsi, tahun 2007 lagi, dengan kendala geografi s, hambatan transportasi, dan faktor budaya. 2. Terbatasnya ketersediaan tenaga kesehatan baik dari segi jumlah, kualitas dan persebarannya, terutama bidan. Petugas kesehatan di DTPK sering kali tidak memperoleh pelatihan yang memadai dan kadang-kadang kekurangan peralatan kesehatan, obat-obatan, dan persediaan darah yang diperlukan untuk menangani keadaan darurat persalinan. 3. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan keselamatan ibu. Beberapa indikator sosial ekonomi seperti tingkat ekonomi dan pendidikan yang rendah serta determinan faktor lainnya dapat mempengaruhi tingkat pemanfaatan pelayanan serta berkontribusi pada angka kemaƟ an ibu di Indonesia. 4. Masih rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil. Persentase perempuan usia subur (15-45 tahun) yang mengalami kurang energi kronis masih cukup tinggi yaitu mencapai 13,6 persen (Riskesdas 2007). Rendahnya status gizi, selain meningkatkan risiko kesehatan bagi ibu hamil juga menjadi salah satu penyebab bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). 5. Masih rendahnya angka pemakaian kontrasepsi dan tingginya unmet need. Tingginya angka kematian ibu melahirkan dipengaruhi oleh usia ibu (terlalu tua; terlalu muda), tingginya angka aborsi, dan rendahnya angka pemakaian kontrasepsi. Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 10 6. Pengukuran AKI masih belum tepat, karena sistem pencatatan penyebab kematian ibu masih belum adekuat. Sejak tahun 1994, AKI diperoleh dari perkiraan usia spesifik yang bersifat langsung terkait kematian ibu yang didapat dari laporan dari saudara kandung ibu yang masih hidup (SDKI). Untuk mendapatkan angka kematian ibu yang akurat dan penyebab kematian yang tepat dengan model statistik vital lengkap, (dapat dilakukan melalui registrasi kematian ataupun sensus penduduk) perlu segera diterapkan. Rangkuman Selamat, Anda telah menyelesaikan KB 1 tentang masalah kesehatan ibu. Dengan demikian Anda yang bertugas sebagai bidan telah mengetahui dan dapat mengidentifikasi masalah kesehatan ibu. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam masalah kesehatan ibu adalah sebagai berikut: Konsep pelayanan kesehatan primer atau PHC merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. Masalah kesehatan ibu merupakan masalah yang kompleks dan perlu peningkatan penanganan secara lintas program, lintas sektor dan disiplin ilmu serta memperbaiki faktor sosial budaya, tanpa kerjasama yang dan pemantapan dengan organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, dll), serta stake holder permasalahan tidak akan terselesaikan. Masalah kesehatan ibu antara lain: kematian ibu, pertolongan persalianan, pelayanan antenatal, pemakaian kontrasepsi, unmet need dan tantangan yang dihadapi dalam masalah kesehatan ibu . Kembali ke: Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif Tugas Mandiri