Dokumen ini membahas pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. M usia 27 tahun di Puskesmas Oenopu secara berkesinambungan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir hingga KB dengan menggunakan pendekatan Continuity of Care untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan ini dilakukan dari Februari hingga April 2019 dengan hasil ibu dan bayi dalam keadaan sehat
1. 1
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, BERSALIN, NIFAS,
BAYI BARU LAHIR DAN KB PADA Ny. M UMUR 27 TAHUN,
DI PUSKEMAS OENOPU
TAHUN 2019
Hilaria Mafenat2
, Kristina A. Nahak3
ABSTRAK
Continuity of Care merupakan paradigma baru dalam upaya menurunkan angka
kematian ibu, bayi dan anak. Puskesmas Oenopu merupakan salah satu puskesmas yang ada di
wilayah kerja kecamatan Biboki Tan Pah. Berdasarkan laporan tahun 2018 kematian ibu tidak ada, dan
kematian bayi sebanyak 4 orang. Meskipun kematian ibu tidak ada namun komplikasi saat kehamilan
sampai KB masih rentan terjadi disebabkan karena penanganan kebidanan yang terlaksana belum
maksimal secara berkesinambungan hal ini dibuktikan bahwa terdapat kunjungan K1 murni 134 orang,
K4 berjumlah 128 orang.
Tujuan Mampu menerapkan dan memberikan pelayanan Asuhan Kebidanan Komprehensif
Kehamilan, bersalin, Nifas, Bayi Baru Lahir Dan KB pada Ny. M Umur 27 Tahun di Puskesmas
Oenopu Tahun 2019
Metode yang digunakan adalah Continuity of Care. Continuity of Care merupakan paradigma
baru dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak.
Berdasarkan asuhan yang telah diberikan pada Ny. M diperoleh ibu dan bayi baik, kehamilan,
persalinan dan masa nifas ibu berjalan dengan lancar dan tidak ada komplikasi serta tanda bahaya, ibu
menyusui secara eksklusif, dan saat ini Ny. M menggunakan KB Implan.
Kesimpulan: Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. M umur 27 tahun telah dilakukan
dengan baik dan dipantau secara sistematis hingga pada penggunaan KB Pascasalin.
Kata Kunci: Kehamilan, Bersalin, Nifas, BBL, KB
ABSTRACT
Background : Oenopu Health Center is one of the health centers in the Biboki Tan Pah sub-district
working area. Based on the 2018 report there were no maternal deaths in 2018, and infant death only
4. Although there were no maternal deaths but complications during pregnancy to family planning
were still susceptible to because the sustainability midwifery handling was not maximally carried out
as it was proven by only 134 KI visitation and 128 K4.
Aim: Able to apply and provide Comprehensive Midwifery Care service in Pregnancy, Maternity,
Postpartum, Newborns and Family Planning in Ny. M Age 27 at Oenopu Health Center in 2019.
Method: The method used is Continuity of Care. Continuity of Care is a new paradigm in an effort to
reduce maternal, infant and child mortality.
Result: Based on care given to Mrs. M is obtained by both mother and baby, pregnancy, labor and
postpartum period run smoothly and there are no complications and danger signs, exclusively
breastfeeding mothers, and currently Mrs. M uses Implant KB.
Conclusion: Comprehensive midwifery care for Mrs. The age of 27 years has been done well and
systematically monitored until the use of postpartum family planning.
Keywords: Pregnancy, Labor, Postpartum, Newborns, Family Planning
2. 2
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan pada sektor
kesehatan ditentukan berdasarkan indikator
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
Hal ini juga menggambarkan kualitas ibu dan
anak di Indonesia. Tingginya AKI, AKB dan
AKABA termasuk tantangan paling berat untuk
mencapai target pemerintah (Pusdiklatnakes &
Gavi, 2015).
SDG’s merupakan komitmen nasional dan
global dalam upaya menurunkan angka kematian
ibu dan anak, dengan target sistem kesehatan
nasional yaitu pada goals ke 3 menerangkan
bahwa pada 2030, mengurangi angka kematian
ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran
hidup, mengakhiri kematian bayi dan balita yang
dapat dicegah, dengan seluruh Negara berusaha
menurunkan Angka Kematian Neonatal
setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup
dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000
kelahiran hidup, mengurangi sepertiga kematian
premature akibat penyakit tidak menular melalui
pencegahan dan perawatan, serta mendorong
kesehatan dan kesejahteraan mental, pada 2030
menjamin akses semesta kepada pelayanan
kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk
keluarga berencana (KB), informasi dan edukasi,
serta integrasi kesehatan reproduksi kedalam
strategi dan program nasional (Kemenkes RI,
2015).
Menurut Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2015 Angka Kematian
Ibu (AKI) adalah 305 per 100.000 KH, ini
merupakan angka tertinggi di ASEAN. Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di
Indonesia masih tergolong tinggi hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor. Pada ibu
terdapat dua penyebab yaitu penyebab langsung
obstetri kematian ibu yang berhubungan dengan
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas
(hipertensi pada kehamilan 32%, komplikasi
puerperium 31%, perdarahan postpartum 20%,
lain- lain 7%, abortus 4%, perdarahan antepartum
3%, kelainan amnion 2% dan partus lama 1%)
sedangkan penyebab tidak langsung yaitu
kematian ibu yang disebabkan oleh penyakit dan
bukan karena kehamilan dan persalinannya
(Penyakit TBC, anemia, malaria, sifilis, HIV,
AIDS, dan lain- lain) yang dapat memperberat
kehamilan dan meningkatkan risiko terjadinya
kesakitan dan kematian, selain itu disebabkan
oleh 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu sering,
terlalu pendek jarak kehamilan, terlalu tua) dan 3
Terlambat (terlambat deteksi tanda bahaya,
terlambat mencapai fasilitas, dan terlambat
mendapatkan pertolongan yang adekuat),
sedangkan penyebab utama kematian neonatal
adalah asfiksia, BBLR dan infeksi, penyebab
kematian balita pada umumnya adalah diare dan
gizi (Pusdiklatnakes & Gavi, 2015). Menurut
Dinkes Provinsi NTT jumlah kematian ibu
sebesar 120/100.000 KH, dan kabupaten TTU
jumlah kematian ibu sebesar 7 jiwa.
Sedangkan angka kematian bayi di
Indonesia sebesar 24/1000 KH, neonatus 15/1000
KH dan angka kematian balita sebesar 32/1000
KH (Kemenkes RI, 2017). Laporan dinas
kesehatan provinsi NTT tahun 2017, angka
kematian bayi 7,7/1000 KH dan angka kematian
balita sebesar 9/1000 KH dan laporan Dinas
Kesehatan Kabupaten TTU tahun 2016, angka
kematian bayi sebesar 98 jiwa, neonatus sebesar
58 jiwa dan balita sebesar 28 jiwa.
Data Profil Kesehatan Indonesia tahun
2017 tercacat jumlah ibu hamil sekitar
5.324.562 orang dan jumlah KI sebanyak
5.355.710 (100%) ibu hamil dan jumlah K4
sebanyak 4.606.215 (86,57%). Pemberian 90
Tablet Fe pada ibu hamil sebesar 40,2% dan
<90 tablet Fe sebesar 53,1%. Jumlah persalinan/
nifas sebanyak 5.082.537. Persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
sebanyak 4.222.506 (83,14%). Kunjungan nifas 3
kali sebanyak 4.315.185 (84%). Kunjungan KN1
sebanyak 4.448.532 (91,96%). Jumlah Pasangan
Usia Subur sebanyak 37.328.265, capaian peserta
KB Baru tahun 2016 sebanyak 6.663.156,
sedangkan capaian peserta KB aktif sebanyak
48.536 690 jiwa (57,2%) (Kemenkes RI, 2017).
Data laporan Provinsi NTT jumlah ibu
hamil tahun 2016 sebesar 141.800 orang,
sedangkan di tahun 2017 meningkat menjadi
149.971 orang. Kunjungan ibu hamil (K1)
sebesar 101.663 (68,44%) dan kunjungan ibu
hamil (K4) sebesar 71.413 (47,62%), Jumlah ibu
bersalin/nifas sebanyak 143.154, ditolong oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan sebanyak
74.376 (51,96%). Jumlah kunjungan nifas 3 kali
3. 3
sebanyak 83.929 (59,20%). Jumlah bayi
sebanyak 103.48, Kunjungan KN1 sebanyak
56,3%, KN lengkap sebanyak 56%. Jumlah
penanganan komplikasi kebidanan 13.532 (46
%), perkiraan Neonatal komplikasi 15.635,
jumlah penanganan komplikasi neonatal 4.817
(30,8%). Jumlah Pasangan Usia Subur sebanyak
703.754 dengan peserta KB baru sebanyak
68.093 dan peserta KB Aktif sebanyak 445.037
(63,24%) (Kemenkes RI, 2017).
Dari Uraian di atas menunjukkan bahwa
secara umum terjadi peningkatan untuk kedua
indikator, baik cakupan K1 maupun K4.
Peningkatan kecenderungan tersebut
mengindikasikan adanya perbaikan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu
hamil. Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil
K4 pada tahun 2017 telah memenuhi target
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan sebesar 76%. Namun demikian,
terdapat walaupun masih terdapat 11 provinsi
yang belum mencapai target K4 (Kemenkes RI,
2017).
Cakupan K1 di Kabupaten TTU tahun
2014 menurun menjadi 87,8%, tahun 2015
meningkat menjadi 93,2%, kemudian tahun 2016
menurun lagi menjadi 84%. Cakupan K1 ibu
hamil tertinggi terdapat di wilayah Puskesmas
Oeolo, Puskesmas Inbate, Puskesmas Tublopo
dan Puskesmas Kaubele (100%) dan yang
terendah di wilayah Puskesmas Oelolok (66,9%),
sedangkan cakupan K4 tahun 2014 65,2%, tahun
2015 67,9%, tahun 2016 menurun menjadi
64,5% (Din Kes Kab. TTU, 2016).
Berdasarkan laporan bulanan tahun 2018
di Puskesmas Oenopu data cakupan kunjungan
pertama ibu hamil (K1 akses) K1 di wilayah
kerja Puskesmas Oenopu berjumlah 157 orang,
K1 murni 134 orang sedangkan K4 berjumlah
128 orang, persalinan yang di tolong Nakes
berjumlah 137, mendapat pelayanan nifas 137
orang, dan kunjungan neonatal KN 1 berjumlah
137 dan KN lengkap berjumlah 135. Komplikasi
ibu hamil resiko tinggi KI sebesar 39, nifas
komplikasi 38 (97,4%), komplikasi yang
ditangani sebanyak 35 (89%), dan komplikasi
yang dirujuk 32 (82,05%), sedangkan data
kematian ibu di Puskesmas Oenopu tahun 2018
tidak ada, dan kematian bayi sebanyak 4 orang.
Data diatas menunjukkan bahwa kematian
ibu tidak ada, artinya ini sudah terjadi
peningkatan, namun komplikasi saat kehamilan
sampai persalinan masih rentan terjadi karena
penanganan kebidanan yang terlaksana belum
maksimal secara berkesinambungan. Hal ini
dibuktikan dengan indikator KI serta K4.
Bidan merupakan salah satu tenaga
kesehatan utama sebagai ujung tombak
pembangunan kesehatan dalam upaya percepatan
penurunan AKI dan AKB. Salah satu upaya yang
dilakukan oleh bidan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak adalah dengan
menggunakan pelayanan continuity of care.
Continuity of care merupakan paradigma baru
dalam memberikan pelayanan secara
keseluruhan mulai dari sebelum hamil,
kehamilan, persalinan, hari- hari dan tahun- tahun
kehidupan (Pusdiklatnakes & Gavi, 2015).
Berbagai upaya dilakukan untuk
menurunkan kematian ibu dan anak melalui
Program Expending Maternal and Nenatal
Survival (EMAS), yaitu dengan meningkatkan
kualitas pelayanan emergency obstetri dan bayi
baru lahir serta memperkuat sistem rujukan yang
efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah
sakit. Provinsi NTT telah melakukan terobosan
dengan Revolusi KIA dimana semua ibu
melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai
dengan capaian indikator antaranya adalah
menurunnya peran dukun dalam menolong
persalinan atau meningkatkan peran tenaga
kesehatan terampil dalam menolong persalinan.
Peraturan Daerah kabupaten TTU tentang
Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (KIBLA)
yaitu setiap persalinan harus dilakukan di sarana
kesehatan yang memadai atau minimal di
puskesmas.
Dari uraian diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan studi kasus di Puskesmas
Oenopu dengan judul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif Kehamilan, Bersalin, Nifas, Bayi
Baru Lahir Dan KB Pada Ny. M Umur 27 Tahun,
Di Puskemas Oenopu Tahun 2019”. Asuhan ini
diberikan dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan dengan 7 langkah Varney
dan metode pendokumentasian SOAP.
METODE STUDI KASUS
Jenis studi kasus adalah Continuity of
Care. Continuity of Care merupakan paradigma
baru dalam upaya menurunkan angka kematian
ibu, bayi dan anak. Studi kasus ini dilaksanakan
mulai 17 Februari- 13 April 2019 di puskesmas
Oenopu. Populasi studi kasus adalah seluruh ibu
hamil TM III sebanyak 28 orang di Puskesmas
Oenopu. Sampelnya adalah Ny. M Umur 27
4. 4
tahun GIIPIA0AHI Usia Kehamilan 37
Minggu 4 Hari Janin Tunggal Hidup
Intrauterin Di Puskesmas Oenopu Tahun
2019.
Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui observasi dan
wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh
melalui Buku KIA pasien, catatan medis, Kartu
Skor Poedji Rochjati dan Pemeriksaan
penunjang: Haemoglobin (Hb), HBsAg, dan
DDR.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil studi kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan Komprhensif Kehamilan,
Bersalin, Nifas, BBL dan KB pada Ny. M Umur
27 Tahun di Puskesmas Oenopu Tahun 2019”
maka Penulis akan membahas satu persatu mulai
dari Kehamilan, Persalinan, Nifas, BBL dan KB
dengan membandingkan antara teori dan
praktek
1. Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi
Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan atau 9 bulan menurut kalender
Internasional (Sarwono, 2014).
Pengkajian merupakan suatu langkah awal
yang dipakai dalam menerapkan asuhan
kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data
dasar dan informasi yang akurat dan lengkap
tentang klien dikumpulkan dan dianalisis unuk
mengevaluasi keadaan klien, maka pada
pengkajian difokuskan pada Data Subyektif dan
data Objektif (Wildan dan Hidayat, 2013).
Kasus ini diambil pada tanggal 23 Februari
2019, pada Ny.M umur 27 tahun. Setelah di
dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif,
serta interpretasi data telah diperoleh diagnosa:
Ny. M umur 27 tahun GIIPIA0 UK Janin
Tunggal Hidup Intrauterin dengan kehamilan
normal di Puskesmas Oenopu Tahun 2019.
Penulis memberikan asuhan kebidanan pada Ny.
M umur 27 tahun mulai Usia Kehamilan 37
Minggu 4 Hari sampai Usia Kehamilan 39
Minggu 6 Hari dengan melakukan pengkajian
data yang terdiri dari identitas ibu, keluhan
utama, riwayat kehamilan, persalinan yang lalu,
riwayat kesehatan ibu dan keluarga, pola
aktivitas ibu sehari- hari, ini dilakukan sesuai
dengan 7 langkah Varney. Sehingga diperoleh
data Ny. M yaitu ibu mengatakan hamil anak ke-
II dan tidak pernah keguguran. HPHT tanggal 05-
06- 2018. Ny. M juga mengeluh bahwa sejak
memasuki kehamilan ini, ia sering buang air
kecil 1 hari lebih dari 5 kali dan ini sangat
mengganggu aktivitas ibu. Kemudian Penulis
memberikan KIE pada pasien mengenai keluhan
yang dirasakan yaitu sering buang air kecil,
menurut teori (Hiyana, 2017) bahwa pada TM III,
kandung kencing menjadi organ abdomen dan
tertekan oleh pembesaran uterus serta penurunan
kepala sehingga menimbulkan gejala peningkatan
frekuensi buang air kecil kembali. Asuhan yang
diberikan yaitu anjurkan ibu untuk banyak
minum di siang hari dan kurangi minum pada
malam hari, mengajurkan ibu untuk kosongkan
kandung kencing secara teratur, pakai pembalut
wanita, ganti segera setelah basah, segera
laporkan jika mengalami nyeri/ rasa panas saat
B.A.K. Setelah dijelaskan, Ny.M mengerti dan
tidak cemas lagi dengan keadaanya. Berdasarkan
hal tersebut, maka tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek.
Selama melakukan pemantauan, Ny. M
melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 7
kali yaitu 1 kali trimester I, 4 kali pada trimester
ke II dan 2 kali di trimester III. Pelayanan ANC
yang diberikan pada Ny. M sesuai standar
Pelayanan ANC 10 T yaitu pengukuran tinggi
badan, Lila, Tes laboratorium (tes Hb, DDR,
HIV/AIDS, HBsAg) dilakukan pada awal
kehamilan dan pada kunjungan ini pasien
melakukan pemeriksaan Hb lagi dengan hasilnya
adalah 12 gr%. Sedangkan penimbangan berat
badan, pengukuran tekanan darah, TFU,
penentuan letak janin dan DJJ, pemberian tablet
tambah darah, diperoleh setiap kali ibu
melakukan kunjungan, penentuan status
imunisasi TT yaitu TT3 diperoleh pada tanggal
08 November 2018, temu wicara selalu
diinformasikan setiap kali ada kunjungan. Tata
laksana atau mendapat pengobatan.
Berat badan ibu ditimbang saat kunjungan
terakhir adalah 53 kg, ibu mengalami kenaikan
berat badan dari kunjungan ibu hamil yang
sebelumnya, sedangkan kenaikan berat badan ibu
selama kehamilan adalah 8 kg yaitu dari 45 kg
sebelum hamil menjadi 53 kg pada usia
5. 5
kehamilan 39 minggu 6 hari, dalam teori menurut
Sri,ddk (2016) menyatakan bahwa kenaikan berat
badan ibu yang ideal bagi ibu hamil adalah 11,5-
16 kg (untuk ibu hamil normal), 12,5-18 kg
(untuk ibu hamil kurus), dan 7,0 kg (untuk ibu
hamil gemuk), sehingga penambahan berat
badan Ny. M tergolong normal yaitu 8 kg selama
hamil sesuai dengan perhitungan indeks masa
tubuh. Maka tidak terjadi kesenjangan antara
teori dengan praktek.
Sedangkan pada kunjungan ke-II pada
tanggal 9 Maret 2019, dalam pemeriksaan
kehamilan pasien tidak mengeluh serta tidak
ditemukan kelainan atau komplikasi dan hal ini
normal. Penulis memberikan KIE sekaligus
mengingatkan kembali pasien tentang persiapan
persalinan seperti perlengkapan ibu dan bayi,
biaya persalinan, pendamping persalinan, serta
surat (BPJS, KTP dan Kartu Keluarga), tanda-
tanda persalinan seperti keluar lendir bercampur
darah dari jalan lahir atau keluar air dari jalan
lahir, perut mules- mules yang teratur, kuat
timbulnya semakin lama semakin sering maka
segera ke Puskesmas. Berdasarkan hal tersebut
maka tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktek.
2. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung selama 18
jam produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat
kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang
nampaknya tidak saling berhubungan bekerja
dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi
(Walyani, 2015).
Pada persalinan Kala I Ny.M, Penulis
melakukan pengkajian ditemukan keluhan Ny. M
yaitu nyeri pada perut bagian bawah menjalar ke
pinggang disertai keluar lendir campur darah dari
jalan lahir sejak jam 08.00 wita. Ada keluar air-
air jernih dari jalan lahir mulai pukul 14. 45 wita.
Ibu mengatakan sejak air ketuban keluar nyeri
semakin kuat dan rasa ingin mengedan.
Berdasarkan data objektif ditemukan hasil:
keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis,
tampak cemas, dan mengedan kesakitan.
Observasi tanda- tanda vital tekanan darah:
110/80 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Suhu:
36,60
C, Pernapasan: 18 x/menit, DJJ:140 x/menit
Pemeriksaan Abdomen, Inspeksi:perut tampak
tegang, His: 5 kali dalam 10 menit lama 40-45
detik, Palpasi: Leopold I : 3 jari dibawah
prosesus xifoideus, TFU = 28 cm. Pada fundus
teraba bagian yang lunak, bulat dan tidak
melenting (bokong janin). Leopold II : disebelah
kiri teraba bagian yang keras, datar, terasa ada
tahanan (punggung kiri janin), disebelah kanan
teraba tonjolan- tonjolan kecil dan tidak penuh
(ekstremitas janin), Leopold III : Presentasi
kepala, dibagian bawah teraba benda bulat keras,
melenting, dan dapat digoyangkan (kepala janin),
Leopold IV : Kepala sudah masuk panggul.
Pemeriksaan dalam : dinding vagina: licin, tidak
ada kelainan, Portio : tidak teraba, pembukaan
Servik: 9 cm, konsistensi: lembek, Ketuban:
ketuban pecah spontan pukul 14.45 wita dan
jernih, presentasi Fetus : kepala, posisi : Ubun-
ubun depan, penurunan bagian terendah : Hodge
IV.
Persalinan kala II merupakan Kala atau fase
yang dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai dengan pengeluaran bayi. Menurut
Sondakh (2013), gejala utama kala II adalah his
semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit,
dengan durasi 50 sampai 100 detik, menjelang
akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan mendadak, ketuban pecah
pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengedan akibat tertekannya pleksus
frankenhauser, kedua kekuatan his dan mengejan
lebih mendorong kepala bayi untuk membuka
pintu. Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2
jam dan multigravida 1,5-1 jam.
Persalinan kala II berlangsung selama 5
menit. Ny. M datang dari rumah dengan
pembukaan sudah lengkap (10 cm), dan ketuban
sudah pecah di rumah pada pukul 14.45 wita. Ny.
M mengatakan bahwa sakit semakin kuat dan
rasa ingin mengedan seperti ingin BAB.
Kemudian Bidan memperhatikan tanda dan
gejala kala II yaitu ibu merasa ada dorongan
untuk meneran seperti ingin BAB, tekanan anus,
perineum menonjol, dan vulva membuka.
Dilakukannya pemeriksaan dalam untuk
memastikan kemajuan persalinan, pembukaan
sudah lengkap, portio tak teraba, ketuban tidak
ada, serta mendengarkan denyut jantung janin
normal. Ibu siap dipimpin berdasarkan 60
langkah APN. Ibu dipimpin untuk mengedan
saat ada his, ketika kepala bayi tampak 5-6 cm
didepan vulva, letakkan kain dibawah bokong
ibu, kemudian pimpin ibu untuk meneran sambil
sokong kepala bayi menggunakan kain bersih,
kepala bayi lahir periksa lilitan tali pusat tidak
ada, dan tunggu hingga putaran paksi luar.
6. 6
Setelah itu pegang kepala bayi secara biparietal
untuk melahirkan bahu bayi, lahirkan seluruh
badan dengan teknik sanggah susur. Bayi lahir
spontan pukul 15.00 wita.
Kala III atau Kala uri (kala pengeluaran
placenta dan selaput ketuban). Setelah bayi lahir,
uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
diatas pusat. Menurut Sondakh (2013) proses
lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan
mempertahankan tanda- tanda sebagai berikut
uterus berbentuk bundar, uterus terdorong keatas
karena dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat
bertambah panjang, terjadi semburan darah tiba-
tiba. Pada Ny. M lahirnya plasenta pun ditandai
dengan adanya perubahan bentuk fundus uterus,
tali pusat bertambah panjang dan semburan darah
secara tiba- tiba. Sehingga berdasarkan kasus
diatas tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktek. Persalinan kala III, plasenta lahir
lengkap dalam waktu 5- 10 menit yaitu pada
pukul 15.07 wita, hal ini ini sesuai dengan teori
yaitu lepasnya plasenta terjadi dalam waktu 5-10
menit setelah bayi lahir (Ilmiah, 2015).
Kala atau fase setelah plasenta dan selaput
ketuban dilahirkan sampai dengan 2 jam post
partum (Imiah, 2015). Kala ini terutama
bertujuan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada
2 jam pertama. Observasi Kala IV pada Ny. M
hasil pemeriksaan semuanya dalam batas normal
yaitu, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 80
x/menit, suhu 36,6˚C, pernapasan 20 x/menit,
wajah tampak lelah, pada palpasi abdominal
kontraksi uterus baik, tinggi fundus uteri 2 jari di
bawah pusat, genetalia ada pengeluaran darah ±
100 cc dan ibu sudah bisa miring kanan dan kiri
dan sudah bisa turun dari tempat tidur ke kamar
mandi. Pada 2 jam postpartum asuhan yang
diberikan pada Ny M sudah sesuai dengan
standar pelayanan nifas, memberikan kepada ibu
obat Amoxicillin 3 x 500 mg, paracetamol 3 x
500 mg dan Vitamin A, memindahkan ibu dan
bayi ke ruangan nifas, dan dianjurkan ibu untuk
memberikan ASI Ekslusif.
Pada pemantauan 2 jam pertama suhu ibu
meningkat menjadi 38,60
C, dan ibu sudah
diberikan terapi berupa obat paracetamol 3 x1.
Hal ini sesuai dengan teori Nugroho (2014)
bahwa pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik
kurang lebih 0,50
C atau menjadi 380
C dari
keadaan normal. Kenaikan suhu tubuh ini akibat
dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan
cairan maupun kelelahan. Jika terjadi
peningkatan suhu 380
C yang menetap 2 hari
setelah 24 jam melahirkan maka kemungkinan
terdapat infeksi postpartum.
3. Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira- kira
6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan (Gavi, 2015).
Kunjungan nifas hari pertama, ibu mengatakan
bahwa masih nyeri pada perut bagian bawah, dan
nyeri pada daerah jahitan tidak merasa pusing,
sudah buang air kecil. Namun kondisi tersebut
merupakan kondisi yang normal karena
mules/nyeri tersebut timbul akibat dari kontraksi
uterus. Keadaan umum ibu baik, kesadaran
composmentis, kontraksi uterus baik, tinggi
fundus 2 jari bawah pusat, lochea rubra, warna
merah. Hal ini berdasarkan teori Gavi (2015) dan
Nugroho (2014) bahwa pengeluaran lochea pada
hari pertama sampai hari ke tiga adalah lochea
rubra berwarna merah kehitaman karena berisi
darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel
desidua, sisa- sisa vernix caseosa, lanugo dan
mekonium. Asuhan yang diberikan yaitu
menginformasikan kepada ibu bahwa kondisi ibu
baik, tanda vital dalam batas normal, kontraksi
uterus ibu baik dan perdarahan normal,
menganjurkan ibu untuk berkemih secara spontan
dan tidak menahan air kencing karena dapat
membuat kontraksi uterus terhambat dan dapat
menyebabkan perdarahan, menganjurkan ibu
untuk banyak air minum air putih yaitu 6 bulan
pertama 14 gelas/hari dan 6 bulan kedua 12
gelas/hari, serta memperhatikan pola makan
yang baik dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi untuk meningkatkan produksi ASI,
menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri
seperti menjaga daerah kemaluan agar tetap
bersih terutama daerah jahitan dijaga agar tetap
kering dan bersih sehingga terhindar dari infeksi
dengan mengganti pembalut sesering mungkin
apabila ibu merasa sudah tidak nyaman,
menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
yaitu saat bayi tidur ibu juga ikut istirahat,
apabila ibu tidak cukup istirahat maka dapat
menyebabkan produksi ASI berkurang,
memperlambat involusio uteri, menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan merawat bayi
sendiri, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi
tablet Fe 10 tablet 1x1, vitamin A 200.000 IU 2
tablet, paracetamol 500 gram dan Amoxicilin 500
7. 7
mg dan meminta ibu mengkonsumsi vitamin A
pada pukul 18.00 WITA dan vitamin A kapsul
berikut 24 jam setelahnya atau pukul 18.00
WITA keesokan harinya, menjelaskan tanda
bahaya masa nifas kepada ibu seperti adanya
infeksi pada jalan lahir, demam, muntah, rasa
sakit waktu berkemih, sembelit atau haemoroid,
sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri epigastrik,
darah keluar dari jalan lahir sangat banyak,
lochea bau busuk dan disertai nyeri abdomen,
putting susu lecet, bendungan ASI, edema, sakit
dan panas pada tungkai kaki, pembengkakan
diwajah atau di tangan, hilang nafsu makan
dalam waktu yang lama, dan merasa sedih atau
tidak mampu mengasuh bayi. Segera beritahu
keluarga untuk mengunjungi fasilitas kesehatan
agar segera mendapat penanganan, mengajarkan
cara menyusui yang baik dan benar agar kegiatan
menyusu ibu menjadi efektif. Pada masa nifas
penulis melakukan kunjungan sebanyak 3 kali
yaitu mulai dari tanggal 18 Maret 2019, 23 Maret
2019, dan 04 April 2019, sesuai dengan
kunjungan nifas. Selama melakukan kunjungan
penulis tidak menemukan komplikasi maupun
tanda bahaya pada ibu, sehingga tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan praktek.
4. Bayi Baru Lahir
Bayi Baru Lahir adalah bayi yang lahir dan
umur kelahiran 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat lahir 2.500 gram (Ilmiah, 2015). Pada kasus
By. Ny. M didapatkan bayi Laki- laki, lahir
spontan, pukul 15.00 wita menangis kuat, warna
kulit kemerahan, gerakan aktif, apgar score 9/10.
Segera setelah bayi lahir, letakan bayi di atas kain
bersih dan kering yang disiapkan di atas perut,
kemudian segera melakukan penilaian awal dan
hasilnya normal. Berdasarkan kasus diatas tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
Ny.M dilakukan dan diagnosa berhasil ditegakan
melalui pengkajian dan pemeriksaan fisik.
Penulis melakukan asuhan kebidanan pada
By.Ny. M yakni melakukan IMD selama satu jam
dari 15.00 – 16.00 wita, pemberian salep mata,
vit. K pada pukul 16.00 wita, dan pemberian
imunisai HB0 pada pukul 17.00 wita, dan
menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI
Ekslusif, menjaga kehangatan bayi, mengajarkan
kepada ibu cara merawat tali pusat dan
pencegahan infeksi. Asuhan tersebut diberikan
sesuai dengan teori yang seperti dikemukakan
Ilmiah (2015) yaitu yakni melakukan IMD,
pemberian imunisasi HB0, vitamin K dan salep
mata, menjaga kehangatan bayi, memberikan ASI
ekslusif, merawat tali pusat, mencegah infeksi.
Pemantuan bayi dimulai dari tanggal, 18 Maret
2019, 23 Maret 2019 dan 04 April 2015 selama
14 hari tidak ditemukan komplikasi dan tanda
bahaya, maka tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan praktek.
5. Keluarga Berencana
Keluarga berencana menurut UU No. 10
tahun 1992 adalah upaya untuk peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil dan
sejahtera (Marmi, 2016). Berdasarkan pengkajian
didapatkan ibu ingin memakai KB susuk untuk
menjarakkan kehamilannya. Menurut GAVI
(2015) Kontrasepsi Pasca- Persalinan Adalah
pemanfaatan/ penggunaan metode kontrasepsi
dalam waktu 42 hari pasca-bersalin/masa nifas.
Kemudian bidan memberikan konseling pada
awal kehamilan serta pada minggu ke dua masa
nifas tentang jenis metode kontrsepsi yang bisa
digunakan setelah persalinan. NY. M melakukan
pemasangan KB implan pada tanggal 10 April
2019. Setelah pemasangan pasien dikonseling
pasca pemasangan implan tentang perawatan luka
dirumah dan waktu kunjungan ulang yaitu
perawatan luka dirumah yaitu: luka tidak boleh
kena air, jika ada tanda-tanda infeksi seperti
seperti kemerahan, panas, bengkak dan berdarah
harus segera ke PKM dan 3 hari kemudian datang
kontrol yaitu tanggal 13 April 2019. Lalu diberi
therapy untuk mengantisipasi terjadinya infeksi
dengan amoxcilin 3x1/tab, asam mafenamat
3x1/tab, dan vitamin C. 2x1/tab. Pasien
dianjurkan untuk tidak boleh melakukan
hubungan seksual. Hal ini sesuai dengan teori
dan tidak ada kesenjangan.
KESIMPULAN
Asuhan antenatal telah diberikan pada Ny.
M pada usia kehamilan 37 minggu 4 hari sampai
39 minggu 6 hari, dan sudah sesuai dengan
standar asuhan kebidanan “10 T”. Perkembangan
kehamilan Ny. M tidak ditemukan masalah yang
serius. Ditemukan adanya keluhan yang
8. 8
dirasakan oleh pasien yaitu sering buang air kecil
terus menerus pada kehamilan akhir ini dan itu
merupakan suatu hal yang fisiologis. Keluhan
tersebut sudah teratasi dengan diberikan penkes
serta penatalaksanaan tentang sering buang air
kecil. Selama asuhan diberikan, tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
Asuhan kebidanan pada persalinan
dilakukan pada Ny. M mulai dari kala I
persalinan sampai kala IV, dilakukan sesuai 60
langkah asuhan persalinan normal. Tidak
ditemukan kesenjangan dalam melakukan asuhan
persalinan serta ibu dan bayi lahir tanpa adanya
komplikasi atau penyulit lainnya.
Asuhan kebidanan pada masa nifas Ny. M
berlangsung normal. Tidak ditemukan
kesenjangan pada Ny. M baik saat di puskesmas
maupun pada saat kunjungan rumah. Pemberian
asuhan dilakukan sebanyak 3 kali dengan tujuan
untuk memantau keadaan ibu dan bayi,
mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang
terjadi pada masa nifas. Penulis mulai melakukan
kunjungan dari 6 jam masa nifas, kemudian
dilanjutkan kunjungan nifas pada hari ke 1
minggu postpartum, dan 14 hari postpartum.
Asuhan kebidanan pada bayi Ny. M,
berjalan dengan baik serta kondisi bayi sehat.
Diberikan asuhan kebidanan mulai dari setelah
bayi lahir dengan diberikan salep mata, suntikan
vitamin K serta imunisasi HB 0, dilanjutkan
dengan pemantuan bayi di puskesmas tanggal 17
maret 2019, 21 maret 2019, dan 04 april 2019,
sedangkan di rumah mulai dari tanggal, 18 Maret
2019, 23 Maret 2019 dan 04 April 2015 selama
14 hari tidak ditemukan komplikasi dan tanda
bahaya, sehingga tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktek.
Asuhan kebidanan KB sebelumnya sudah
diberikan konseling tentang alat kontrasepsi
pasca persalinan pada awal kehamilan sehingga
pada saat kunjungan ke-3 (14 hari) masa nifas,
diberikan penkes ulang dan Ny. M setuju. Tanpa
menunggu 40 hari masa nifas, ibu sudah dipasang
KB yaitu KB Implan pada tanggal 10 April 2019
maka ini terjadi kesenjangan antara teori dengan
praktek alasannya karena ibu sudah haid dan
ingin menggunakan KB, pemasangan KB ini
berjalan dengan baik dan tidak ditemukan
komplikasi atau tanda- tanda infeksi
pascapemasangan maupun saat Ny. M melakukan
kontrol ulang pada tanggal 13 april 2019.
SARAN
Bagi pasien, Agar tetap mempertahankan
kesehatannya serta mempunyai kesadaran untuk
selalu memeriksakan kehamilannya secara teratur
di puskesmas yang terdekat, sehingga apabila
terjadi komplikasi dapat ditanggulangi secara dini
dan dapat memotivasi masyarakat khususnya ibu
hamil tentang pentingnya memeriksakan diri ke
puskesmas mulai dari awal kehamilan hingga
pada penggunaan alat kontrasepsi.
Bagi Puskesmas Oenopu, Asuhan yang
diberikan sudah cukup baik, diharapkan agar
dapat meningkatkan fasilitas kesehatan yang
memadai dan mempertahankan mutu pelayanan
dengan memberikan asuhan menyeluruh serta
mendeteksi secara dini dan mencegah terjadinya
komplikasi dalam masa kehamilan, persalinan,
nifas dan BBL.
Bagi institusi pendidikan, dapat dijadikan
refensi dan bahan bacaan di perpustakaan dan
sebagai bahan evaluasi keterampilan mahasiswa
dalam melakukan study kasus.
Bagi penulis, dengan memberikan asuhan
kebidanan pada Ny. M, penulis mengerti dan
memahami maksud dari asuhan
komprehensif/berkelanjutan (COC), sehingga
penulis mampu menganalisis pengetahuan yang
diperoleh dikampus dan diterapkan dilahan
praktek. Hal ini juga dapat menambah wawasan
berpikir penulis tentang asuhan kebidanan
komprehensif pada saat hamil, bersalin, nifas,
BBL dan KB.
DAFTAR PUSTAKA
Ainun Na'imah, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin Kala 1 Fase Aktif
Dengan Kompres Panas Guna
Mengurangi Rasa Nyeri. Stikes Pemkab
Jombang. Jurnal Ilmiah Kebidanan Vol 3
No 2 September 2017 ISSN : 2477-4383
Depkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan
No. 938/ Menkes/SK/ VIII/ 2007 Tentang
Standar Asuhan Kebidanan. Jakarta:
Depkes RI
Dewi, Vivian, N. L. 2013. Asuhan Neonatus Bayi
dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
9. 9
Dewi, Vivian, N. L.2013. Asuhan Kebidanan
pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
Dinas Kesehatan NTT. 2016. Profil Kesehatan
Propinsi NTT Tahun 2016. Kupang:
Dinkes NTT
Dinas Kesehatan NTT 2017. Profil Kesehatan
Propinsi NTT Tahun 2017. Kupang:
Dinkes NTT.
Dinas Kesehatan TTU. 2016. Profil Kesehatan
Kabupaten TTU Tahun 2016.
Kefamenanu: Dinkes TTU
Dwi Cristine. 2012. Asuhan Persalinan Normal.
Yogyakarta: Nuha Medika
Ilmiah Widia Shofa. 2015. Buku Ajar Asuhan
Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha
Medika
Jannah, Nurul. 2017. ASKEB II Persalinan
Berbasis Kompetensi. Jakarta : ECG
Kemenkes RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan
Anak Revisi terbaru 2016. Jakarta:
Kementerian Kesehatan dan Japan
International Cooperation Agency
(JICA) 1997.
Kemenkes RI. 2018 . “Pusat Data dan
Informasi Kementrian kesehatan RI” :
Jakarta.
Kuswanti, Ina & Melina F. 2013. ASKEB II
Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Laporan Bulanan . 2018. Profil Kesehatan
Puskesmas. Oenopu: 2018
Marmi. 2012. Intra Natal Care. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Marmi. 2016. Buku Ajar Pelayanan KB.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Marmi & Rahardjo. Kukuh. 2012. Asuhan
Neonatus, bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Menteri Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2017 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta:
Menkes RI.
Nugroho, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika
Palupi, Isah Eka, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Hamil Trimester Ii Fisiologis
Dengan Nyeri Punggung Di Bidan
Praktek Mandiri (Bpm) Sri Hardi, Amd.
Keb Kecamatan Sumobito Kabupaten
Jombang. Tugas Akhir. Stikes Pemkab
Jombang. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol
3 No 2 September 2017 ISSN : 2477-
4383. (Diakses tanggal: 23-01-2019,
Pukul: 20.00 Wita)
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: BPSP
Pusdinakes. GAVI- HSS. 2015. Buku Ajar
Kesehatan Ibu dan Anak- COC. Jakarta:
Pusdiknakes
Rike Galina Prastia Risti . 2016. Inisiasi Menyusu
Dini dan Efikasi Diri Menyusui.
Akademi Kebidanan Dharma Praja
Bondowoso. Jurnal Sain Med. Volume 8,
Nomor 2, Desember 2016
Rochjati, Poedji. 2014. Skrining Antenatal pada
ibu hamil. Pusat Safe Mother Hood-Lab/
SMF Obgyn RSU Dr. Sutomo/ Fakultas
Kedokteran UNAIR Surabaya
Riyadi, M & Widia L. 2016. Etika & Hukum
Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Rukiah, Ai Yeyeh, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan
II Persalinan. Jakarta: Trans Info Media
Rukiyah, A. Y., & Yulianti, L. 2013. Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
TIM
Sari, Anggrita, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan
pada Kehamilan. Bogor: In Media
Sondakh, J.S. J. 2013. Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Sutanto, V. Andina & Fitriana, Yuni. 2017.
Asuhan pada Kehamilan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press
10. 10
Tando. Marie. 2018. Asuhan Kebidanan:
Neonatus, Bayi, & Anak Balita. Jakarta:
EGC
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan
Kebidanan Pada Kehamilan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Wildan, Mohammad dan Aziz Ahmad Hidayat.
2013. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
World Healh Organization (WHO). 2014. Angka
kematian ibu.
http://www.who.int/healthinfo/statistics/p
rogramme/en/index.html. Diakses
tanggal 20 Januari 2019, Pukul; 20.10
Wita
Yuhedi L.T & Kurniawati. 2014. Buku Ajar
Kependudukan & Pelayanan KB.
Penerbit: EGC