1. Status imunisasi dasar lengkap pada anak dipengaruhi oleh faktor pendukung, pemungkin, dan penguat seperti karakteristik ibu, akses ke fasilitas kesehatan, dan dukungan masyarakat.
2. Cakupan imunisasi dasar lengkap menurun selama pandemi namun pemerintah berupaya meningkatkannya melalui program BIAN.
3. Berbagai tantangan pelaksanaan BIAN antara lain kesadaran masyarak
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
Mempromosikan Program Imunisasi Dasar Lengkap untuk Anak
1. KELOMPOK 8 :
Sri Mulyani Rahayu 194101077
St. Rijka Nizmala 194101080
Alissa Nurul Haq 194101082
CURRENT ISSUE PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM IMUNISASI
DASAR LENGKAP PADA
ANAK DI INDONESIA
2. Latar Belakang
Hambatan dan Tantangan
Kesimpulan
Analisis Strategi dan Sasaran
Solusi dan Inovasi
TOPIK BAHASAN
Yang akan kita bahas tentang program IDL hari ini :
4. Kematian bayi dan balita
merupakan salah satu
target SDGs (Sustainable
Development Goals)
Diperkirakan terdapat 19,4 juta bayi pada tahun
2018 di seluruh dunia tidak mendapatkan layanan
imunisasi dasar lengkap, di antaranya imunisasi
Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT).
Pada tahun 2018 target cakupan imunisasi dasar lengkap di
Indonesia sebesar 90,61%, sedangkan pencapaiannya
sebesar 57,9%
5. AKSESIBILITAS MASYARAKAT
Status imunisasi dasar lengkap dipengaruhi oleh faktor pendukung, faktor pemungkin,
dan faktor penguat.
Faktor pemungkin yaitu akses ke pelayanan kesehatan terhadap status imunisasi dasar lengkap,
Perhitungan biaya transportasi menjadi salah satu pertimbangan jika fasilitas kesehatan jauh dari tempat
tinggal.
Faktor pendukung yaitu status ekonomi keluarga. Status ekonomi keluarga berkaitan erat dengan tingkat
pendapatan yang kemudian memengaruhi kemampuan untuk mendatangi fasilitas kesehatan.
Faktor penguat yaitu pekerjaan Ibu pun berpengaruh terhadap program imunisasi dasar lengkap. Ibu
yang bekerja tidak memiliki cukup banyak waktu dalam pengasuhan dan interaksi dengan bayi
Tahun 2020-2022 faktor penyebab target cakupan imunisasi menjadi lebih sulit tercapai. Orang tua
khawatir bahwa anak mereka akan tertular COVID-19 jika pergi ke tenaga kesehatan dan fasilitas
kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit
6. Triana dalam penelitiannya di Padang
menemukan bahwa kendala dalam
kelengkapan imunisasi dasar adalah
masyarakat dengan sosiobudaya atau
keyakinan yang menganggap imunisasi
adalah hal yang tidak boleh/haram untuk
dilakukan.
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pencapaian imunisasi.
Salah satunya faktor pengetahuan yang
dapat dipengaruhi oleh faktor umur,
pendidikan dan pengalaman (Notoadmojo,
2003).
PENGETAHUAN MASYARAKAT.
Umur ibu yang relatif masih muda akan
memungkinkan untuk ibu mendapatkan suatu
pembelajaran mengenai imunisasi sehingga
dapat menyebabkan pengetahuan akan
imunisasi meningkat di kemudian hari.
Pendidikan juga dapat mempengaruhi
pengetahuan. Pada dasarnya pendidikan
merupakan salah satu proses perubahan
perilaku. Apabila seseorang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut
akan memperhitungkan tempat-tempat
pelayanan kesehatan dalam kehidupannya (Rini,
2009)
7. Gaya Hidup & PHBS
Cakupan imunisasi dipengaruhi oleh kunjungan ke Posyandu.
Kegiatan dalam posyandu terdiri dari pengukuran berat dan
panjang badan serta imunisasi, yang mana kegiatan tersebut
termasuk ke dalam tatanan PHBS.
Penelitian yang dilakukan oleh Miftahol dan Atik (2017), menunjukkan bahwa
pendidikan ibu, pengetahuan ibu, kepercayaan ibu serta sikap ibu menujukkan
hubungan yang bermakna terhadap perilaku ibu dalam imunisasi. Pengetahuan
ibu yang baik terhadap imunisasi dapat mendorong perilaku ibu untuk
melakukan imunisasi. Selain itu, ibu yang percaya dengan manfaat imunisasi
memiliki proporsi cakupan imunisasi lengkap lebih tinggi daripada ibu yang tidak
percaya dengan imunisasi. Kepercayaan ibu ini didapat dari diri sendiri atau
pengalaman pribadi serta kader, bidan dan orang tua.
8. KEADILAN DALAM PELAYANAN/PROGRAM
KESEHATAN
Untuk mendukung pelaksanaan BIAN, pemerintah meluncurkan kumpulan media
promosi BIAN.
1. Video launching strategi komunikasi nasional imunisasi 2022-2025
2. Buku strategi komunikasi nasional imunisasi 2022-2025
3. Petunjuk teknis bulan imunisasi anak nasional (BIAN)
4. Komik strip BIAN 2022
dll.
Media tersebut dapat digunakan untuk menggerakkan masyarakat. Tujuannya
agar masyarakat sadar sehingga mendapatkan pelayanan imunisasi sesuai
dengan kebutuhannya dalam periode BIAN ini.
BIAN merupakan upaya pemerintah untuk mengejar ketertinggalan cakupan imunisasi. Dua kegiatan imunisasi pada BIAN yakni
layanan imunisasi tambahan berupa pemberian satu dosis imunisasi campak dan rubela tanpa memandang status imunisasi
sebelumnya. Kedua layanan imunisasi kejar, berupa pemberian satu atau lebih jenis imunisasi untuk melengkapi status imunisasi
dasar maupun lanjutan bagi anak yang belum menerima dosis vaksin sesuai usia.
9. RESPON MASYARAKAT
Cakupan imunisasi dasar lengkap
telah menurun secara signifikan
sejak awal pandemi COVID-19, dari
84,2% pada tahun 2020 menjadi
79,6% pada tahun 2021.
Data rutin Kemenkes RI
Cakupan imunisasi dasar lengkap
baru mencapai 58,4% dari target
79,1%. Banten baru mendekati
target cakupan imunisasi dasar
lengkap yakni 78,8%. Sejumlah
daerah lain yang cakupan
imunisasi dasar lengkapnya di atas
60% antara lain Sulawesi Selatan,
Bengkulu, Sumatera Utara, Bali,
Gorontalo, Lampung, Bangka
Belitung, Jawa Timur, Jambi.
Laporan data imunisasi
rutin bulan Oktober 2021
Penurunan cakupan imunisasi rutin
disebabkan oleh berbagai faktor
termasuk gangguan rantai
pasokan, aturan pembatasan
kegiatan, dan berkurangnya
ketersediaan tenaga kesehatan,
yang menyebabkan penghentian
sebagian layanan vaksinasi pada
puncak pandemi COVID-19.
Respon masyarakat
terhadap imunisasi
menurut Kemenkes
01 02 03
10. Hambatan dan Tantangan
Pelaksanaan imunusasi harus dilakukan saat anak dalam kondisi sehat. Hal ini bertujuan
untuk meminimalisir Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
11. 1.
2.
Di Kota Blitar, kendala pelaksanaan BIAN ini banyak anak yang menderita
batuk, pilek dan demam oleh karena musim pancaroba, hingga harus ditunda
pelaksanaan imunisasinya.
PLT Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan
RI dr. Maxi Rein Rondonuwu
Kendala pelaksanaan BIAN saat ini lebih terhadap kesadaran masyarakat datang membawa anak-anak yang
divaksin. Hingga Agustus 2022, cakupan BIAN tahap 1 yang digelar sejak Mei 2022 masih di angka 63%. Oleh
karenanya, pelaksanaan BIAN tahap 1 diperpanjang hingga Agustus.
Di Kabupaten Kepulauan Selayar, sasaran anak dengan umur di atas 12
tahun tidak datang ke posyandu. Selain itu, pelaksanaan BIAN di sekolah
masih terkendala dengan sekolah yang enggan melaksanakan imunisasi
anak tanpa persetujuan orang tua. Masih banyak orang tua yang mengira
imunisasi tersebut adalah vaksin COVID-19, serta keraguan orang tua akan
kehalalan vaksin.
3.
12. SOLUSI DAN INOVASI
01
Pemerintah baik di Pusat, Provinsi maupun daerah dapat memperkuat kebijakan dan strategi
pelaksanaan program imunisasi dasar lengkap di wilayah kerjanya, serta terus melakukan program
edukasi publik untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
imunisasi dasar.
02 Pemberian pendidikan kesehatan khususnya mengenai PD3I, KIPI, fakta dan hoaks seputar
imunisasi, dan pentingnya vaksinasi perlu diprogramkan secara rutin, bekerja sama dengan
puskesmas atau pusat kesehatan terkait.
03 Partisipasi pemuda
04
Wisuda imunisasi merupakan salah satu upaya promosi kesehatan untuk mendobrak kepercayaan,
adat, dan tradisi yang membelenggu pola pikir masyarakat yang bisa merugikan pencapaian
program dan kesehatan anak mereka sendiri.
05 Pembuatan Aplikasi Imunisasi Dasar Lengkap
13. Status imunisasi dasar lengkap dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi status imunisasi dasar lengkap pada bayi diantaranya faktor pendukung yang terdiri dari
karakteristik ibu (pendidikan dan pekerjaan), pengetahuan ibu, sikap ibu, dan status ekonomi keluarga.
Faktor pemungkin terdiri dari ketersediaan sarana pelayanan kesehatan, dan akses ke pelayanan kesehatan.
Faktor penguat yang terdiri dari dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga, dan dukungan
toga/toma (tokoh agama/tokoh masyarakat).
Selama 2020-2021, cakupan imunisasi dasar lengkap menurun drastis. Cakupan yang dicapai hanya 84%,
sedangkan target pada tahun 2020 sebesar 92% dan tahun 2021 93%. Untuk itu, pemerintah berupaya untuk
mengejar ketertinggalan ini melalui BIAN (Bulan Imunisasi Anak Nasional).
Penurunan cakupan imunisasi rutin disebabkan oleh berbagai faktor termasuk gangguan rantai pasokan,
aturan pembatasan kegiatan, dan berkurangnya ketersediaan tenaga kesehatan.
KESIMPULAN