Penelitian ini meneliti hubungan antara kemiskinan, status berat badan, dan asupan makanan pada remaja di Inggris. Hasilnya menunjukkan bahwa remaja laki-laki dan perempuan yang hidup dalam kemiskinan lebih cenderung mengalami kelebihan berat badan dan obesitas dibandingkan dengan yang tidak hidup dalam kemiskinan. Remaja yang hidup dalam kemiskinan juga dilaporkan lebih sering mengonsumsi makanan
5. •Menurut WHO, sebanyak 1,4 miliar orang menderita berat badan
berlebih dengan 200 juta diantaranya menderita obesitas di tahun
2008.
•Pada tahun 2015, angka kejadian berat badan berlebih meningkat
menjadi 2,3 miliar orang dengan 700 juta diantaranya menderita
obesitas.
•Masalah obesitas tak hanya terjadi pada negara berpendapatan
tinggi, namun juga pada negara berkembang dengan tingkat
ekonomi rendah.
6. •Hal ini tentu menimbulkan sebuah paradoks hubungan antara
obesitas dan kemiskinan.
•Paradoks ini berhubungan dengan kondisi ketersediaan
makanan olahan yang tidak memiliki nilai gizi dan tidak
mengandung kalori yang dijual dengan harga murah sehingga
mudah didapat.
•selain itu terdapat beberapa faktor lain seperti : pendidikan
rendah, pengangguran meningkat, konsumsi pangan tidak
sehat, hingga kebiasaan olahraga yang buruk.
8. Ringkasan Penelitian
Lokasi Penelitian
United Kingdom
Tahun Penelitian
2018
Nama Penulis
Robert J. Noonan
Judul Artikel
Poverty, Weight Status, and
Dietary Intake among
UK Adolescents
9. Ringkasan penelitian
Populasi dan Sampel Metode Penelitian Karakteristik Subjek
Sampel dalam
penelitian ini adalah
anak-anak Inggris
yang mewakili secaral
ahir antara
September 2000 dan
Januari
2002.
Data berasal dari gelombang
enam Studi Kelompok
Milenium Inggris. Tinggi dan
berat
badan remaja diukur. Indeks
massa tubuh dihitung (kg/m2)
dan digunakan untuk
mengklasifikasikan kelebihan
berat badan dan obesitas.
Pendapatan keluarga dan
kemiskinan
ditentukan dengan
menggunakan pendapatan
rumah tangga yang disamakan.
Analisis regresi
logistik dan multinomial yang
disesuaikan dilakukan.
Penelitian ini melibatkan peserta
yang memiliki data lengkap etnis,
pendapatan keluarga, status berat
badan, dan asupan makanan pada
usia 14 tahun
10. Ringkasan penelitian
Hasil Penelitian
1. Anak laki-laki yang hidup
dalam kemiskinan
mengkonsumsi lebih banyak
buah, minuman manis, dan
makanan cepat saji daripada
anak perempuan yang hidup
dalam kemiskinan. Demikian
pula, anak laki-laki yang
tidak hidup dalam
kemiskinan mengonsumsi
lebih banyak minuman manis
dan makanan cepat saji
dibandingkan dengan anak
perempuan yang tidak hidup
dalam kemiskinan.
2.Anak laki-laki (Rasio
Odds; OR = 1,39, 2,04; p
<0,001) dan anak
perempuan yang hidup
dalam kemiskinan (OR =
1,55, 2,24; p <0,001) lebih
cenderung diklasifikasikan
sebagai kelebihan berat
badan dan obesitas
dibandingkan dengan anak
laki-laki dan perempuan
yang tidak hidup dalam
kemiskinan masing-
masing.
3.Dibandingkan dengan remaja yang
tidak hidup dalam kemiskinan,
remaja yang hidup dalam
kemiskinan dilaporkan lebih sering
mengonsumsi minuman manis dan
makanan cepat saji dan lebih jarang
mengonsumsi buah dan sayuran
(OR = 1,92-3,61; p <0,001). Besarnya
perbedaan status berat badan dan
hasil asupan makanan antara
remaja yang hidup dan tidak hidup
dalam kemiskinan secara konsisten
lebih besar untuk anak perempuan
(OR = 1,55-3,62; p <0,001)
dibandingkan dengan anak laki-laki
(OR = 1,39-3,60; p <0,001).
4..Remaja berpenghasilan
terendah lebih
cenderung mengalami
kelebihan berat badan
dan obesitas
dibandingkan dengan
remaja kedua hingga
terendah (OR = 1,18,
1,27;terendah p < 0,001),
dan remaja
berpenghasilan tertinggi
(OR = 2,10, 4,11; p <
0,001).
13. “ Penelitian yang dilakukan pada remaja di Inggris
ini menunjukkan adanya hubungan antara
kemiskinan, status berat badan, dan asupan makanan
terhadap terjadinya penyakit obesistas.”