Modul ini membahas analisis masalah kesehatan reproduksi di Indonesia. Beberapa masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi antara lain tingginya angka kematian ibu dan bayi, serta berat bayi lahir rendah. Hal ini disebabkan faktor-faktor seperti status sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang rendah, keterbatasan sarana kesehatan, serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kesehatan. Modul ini menjelask
1. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Uraian Materi
Coba anda perhatian situasi kesehatan di sekeliling anda! Apakah kondisi
kesehatan ibu hamil sudah baik? Apakah bayi dan anak balita mendapat
gizi yang baik? Factor factor apa saja yang mnyebabkan kondisi ibu hamil
dan balita masuk ke dalam keadaan yang tidak baik? Coba anda diskusikan
bersama teman sekelas.
Banyak faktor yang menyebabkan kesehatan seseorang tidak baik,
dianatarnya status pendidikan, status ekonomi, sarana pelayanan kesehatan
tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam modul ini akan dijelaskan bagaimana seorang bidan melakukan
analsis masalah kesehatan. Kegiatan belajar ini sangat penting bagi seorang
bidan karena bidan harus mampu melkaukan analsisi maslaah kesehatan
agar pembangunan kesehatan masyarakat dapat terwujudkan.
PENGERTIAN
Analisis masalah adalah langkah selanjutnya dari analisis situasi yang telah
dipelajari. Analisis masalah merupakan proses sistematis untuk melihat suatu
keadaan atau masalah sosial secara obyektif dengan menempatkannya dalam
konteks sosial yang lebih luas.
Analisis masalah membantu untuk memahami dan mengidentifikasi permasalahan
kunci dalam suatu masyarakat, kaitan antar berbagai faktor sosial, potensi yang
ada, dan siapa yang memiliki akses terhadap sumber daya.
Analisis masalah dilakukan dengan mengidentifikasi masalah utama dan
mengembangkan ‘pohon masalah’ melalui analisis sebab-akibat. Cara analisis
‘pohon masalah’ akan mengurai penyebab-penyebab masalah utama hingga kita
mengetahui akar penyebabnya.
Dalam pelajaran ini isu kesehatan reproduksi menjadi contoh untuk melakukan
analisis masalah dalam asuhan kebidanan di komunitas. Sementara kerangka
determinan kesehatan dari Hendrik L. Blum digunakan dalam analisis masalah
untuk mengidentifikasi faktor penyebab langsung dan tidak langsung dari
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas 2
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
masalah kesehatan reproduksi.
Kondisi Kesehatan Reproduksi di Indonesia
Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) yang harus dicapai oleh setiap negara,
termasuk Indonesia sampai dengan tahun 2015, berkaitan dengan peningkatan
kesehatan masyarakat adalah: (1) mengurangi 2/3 dari angka tingkat kematian
anak dibawah usia lima tahun, (2) mengurangi ¾ dari angka kematian ibu, (3)
menghentikan dan mengurangi laju penyebaran HIV/AIDS, malaria serta penyakit
menular utama lainnya.
Bagi Indonesia, tantangan terberat yang harus dihadapi dalam mencapai sasaran
MDGs tahun 2015 di bidang kesehatan adalah:
1. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang umumnya rendah, sehingga menjadi
kendala untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang layak.
2. Kondisi geografis, terutama di wilayah-wilayah pedesaan yang sulit dijangkau
oleh akses pelayanan kesehatan sehingga mempengaruhi kesiapan
penempatan tenaga kesehatan (dokter dan bidan).
3. Kebijakan pemerintah di bidang kesehatan yang lebih memfokuskan pada
tindakan kuratif daripada preventif dan promotif, yang dapat dilihat dari
prioritas pendirian rumah-rumah sakit di kota-kota Kabupaten/Propinsi.
4. Konsep dan strategi kebijakan pengelolaan kesehatan yang dilakukan selama
ini lebih difokuskan pada program-program kesehatan, sementara masalah
determinan dan persoalan-persoalan riil yang terjadi di masyarakat kurang
mendapat prioritas.
Dampak dari kebijakan pengelolaan kesehatan selama ini yang berlangsung
secara top down telah mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat, dalam
mengambil peran dan inisiatif dalam sistem pengelolaan kesehatan. Dalam
banyak hal, posisi masyarakat selama ini hanya diperankan sebagai pendukung
kegiatan-kegiatan kesehatan melalui proses mobilisasi massa, misalnya pada saat
program posyandu, pekan imunisasi nasional, dan kegiatan seremonial lainnya.
Lambatnya upaya penurunan AKI danAKB, serta berbagai penyakit epidemik
lainnya di Indonesia merupakan indikator kurangnya perhatian pemerintah
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas 3
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
dan pelibatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan system pengelolaan
kesehatan. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003
AKI adalah 307 per 100.000 KH (MOH, 2007) dan berdasarkan SDKI 2007 turun
menjadi 228 per 100.000 KH. Penyebab utama kematian ibu (46,7%) disebabkan
komplikasi yang terjadi selama atau segera setelah persalinan. Semua itu akibat
65,7% ibu hamil di pedesaan yang dirawat oleh dukun bayi dan anggota keluarga
yang tidak terlatih serta tidak mendapatkan pelayanan kebidanan esensial yang
dibutuhkan. Akibat keterlambatan pertolongan ini, 27% kematian ibu disebabkan
oleh pendarahan pada masa nifas, disusul oleh eklampsia (23 %), infeksi (11%)
dan selebihnya karena penyebab lain (SDKI 2007; SKRT 2001).
Sekitar 15% dari semua kehamilan akan membutuhkan pelayanan kebidanan akibat
komplikasi yang membahayakan jiwa ibu dan bayinya. Akan tetapi, pelayanan
kesehatan dasar yang menyangkut kebidanan darurat yang komprehensif hanya
ada di rumah sakit Kabupaten dan pusat-pusat pelayanan rujukan. Puskesmas
yang merupakan pusat pelayanan kesehatan dasar yang paling dekat dengan
masyarakat sering kali tidak dilengkapi dengan pelayanan kebidanan darurat yang
komprehensif. Pengabaian fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kebidanan
darurat yang komprehensif akan berdampak pada upaya penurunan kematian
ibu di Indonesia.
Tabel 1
Persentase jenis penyakit selama kehamilan, 2002
Masa Kehamilan Masa Persalinan Masa Nifas
Penyakit Penyakit Penyakit
Pucat 9,8 Partus Lama 9,2 Deman Tinggi 7,5
Deman Tinggi 5,4 Perdarahan 4,4 Perdarahan 1
Perdarahan 2,5 Kejang-kejang 0,2
Ederma 2,5
Hipertensi 0,9
Disuria 0,7
Jaundice 0,5
Kejang-kejang 0,3
Sumber : SDKI, 2002
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas 4
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Pada tabel 1 di atas dilaporkan bahwa jenis penyakit yang sering diderita pada masa
kehamilan, persalinan dan nifas, seperti partus lama (9,2%) dan infeksi (deman
dan deman tinggi=7,5%) berhubungan dengan jenis pertolongan dan tempat
persalinan. Persalinan dengan pertolongan dukun bayi sering kali berakibat pada
deman dan infeksi akibat tidak diikutinya prosedur kelahiran yang aman.
Angka Kematian Bayi dan Anak juga tidak jauh berbeda dengan Angka Kematian
Ibu (MMR). Berdasarkan Data SDKI 2007, Angka Kematian Bayi (IMR) masih
sebesar 34 per 1000 Kelahiran Hidup. Penyebab utama dari kematian bayi adalah
tetanus neo partum (44,8%), ISPA ( 33,2%) dan selebihnya karena penyebab lain.
Sementara jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 15,6%
dari jumlah kelahiran. Penyebab utama dari BBLR adalah kekurangan gizi sebelum
dan selama masa kehamilan.
Selain persoalan kesehatan perempuan, bayi dan anak balita, penyakit lain yang
mengancam kelangsungan hidup masyarakat pedesaan pada usia produktif
adalah TBC. Pada Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2002, penyakit
TBC masih menduduki peringkat kedua penyebab kematian pada penduduk
kelompok usia 15-34 tahun. Peringkat yang sama juga terjadi pada kelompok
umur 35-44 tahun. Penyakit epidemik lainnya yang menunjukkan kecenderungan
meningkatkan kematian di berbagai wilayah di Indonesia pada tiga tahun terakhir
adalah malaria dan deman berdarah. Ironinya, banyak kasus TBC, malaria dan
deman berdarah yang tidak terdeteksi lebih dini karena kurangnya akses terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan serta biaya tes yang tinggi.
Persoalan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan perempuan di Indonesia
semakin kompleks akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, yang
dampaknya masih dirasakan sampai saat ini. Naiknya berbagai kebutuhan pokok
dan dihapusnya subsidi pelayanan kesehatan dan pendidikan akan semakin
mempersulit kehidupan masyarakat, terutama yang berada di pedesaan dengan
pendapatan di bawah $ 1 per hari.
Rendahnya derajat kesehatan masyarakat Indonesia, tampak dari posisi kesehatan
masyarakat Indonesia yang menduduki ranking 63 dari 178 negara (Kompas,
2012). Kondisi ini bila tidak segera dilakukan upaya-upaya strategis akan semakin
memperburuk keadaan, dan akan berdampak serius dalam peningkatan kualitas
hidup masyarakat dalam jangka panjang.
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas 5
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Faktor Determinan Kesehatan Reproduksi
Dalam ilmu kesehatan masyarakat kerangka pikir Hendrik L. Blum
menjadi dasar pemetaaan masalah kesehatan dan faktor-faktor determinan yang
mempengaruhinya. Masalah kesehatan terkait dengan derajat kesakitan yang
terdiri dari kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Determinan derajat
kesakitan adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya kesakitan dan kematian
yaitu (1) genetika dan kependudukan (2) lingkungan kesehatan (3) perilaku
kesehatan dan (4) program dan pelayanan kesehatan.
Lingkungan
kesehatan
DERAJAT KESEHATAN
Genetika
(keturunan)/Kependudukan
Derajat Kesehatan:
Morbiditas dan
Mortalitas
Perilaku Kesehatan
Program dan Sarana
Pelayanan Kesehatan
Derajat kesehatan menunjuk pada suatu kondisi yang diukur pada kesakitan dan
kematian. Untuk mengetahui berapa besar derajat kesehatan angka kesakitan
digunakan perhitungan kuantitaif yaitu prevalensi dan insidens.
Prevalensi = jumlah kasus baru dan lama dalam kurun waktu tertentu. Misalnya,
kalau dalam satu tahun ada 100 orang yang sakit dari jumlah
100.000 penduduk maka angka prevalens di daerah tersebut pada
adalah 0.1%
Insidens = jumlah kasus baru dalam kurun waktu tertentu (dalam persen),
misalnya, ada 50 orang yang sakit diantara 1000 penduduk selama
1 bulan, maka insidens sakit daerah tersebut adalah 5%.
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas 6
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Untuk mengetahui angka kematian, indikator kuantitatif yang biasa digunakan
adalah:
1. CDR (Crude Death Rate atau angka kematian kasar)
2. ASDR (Age Specific Death Rate atau angka kematiankelompok umur tertentu)
3. IMR (Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi=AKB)
4. MMR (Maternal Mortality Rate atau Angka Kematian Ibu = AKI)
5. DSDR (Disease Specific Death Rate atau Angka Kematian yang disebabkan
oleh penyakit tertentu)
Angka-angka tersebut dapat diperoleh melalui hasil penelitian besar atau
yang biasa dilakukan oleh BPS. Mengapa demikian, karena untuk menentukan
Angka Kematian Ibu misalnya, diperlukan angka pembagi yang sangat besar
yaitu 100.000 kelahiran, dan angka itu hanya diperoleh pada tingkat propinsi.
Permasalahannya adalah ketika diminta untuk menghitung (misal angka kematian)
di tingkat yang kecil wilayahnya seperti kabupaten, kecamatan atau bahkan desa.
Kalau ini menjadi keharusan maka yang dilakukan adalah menghitung jumlah
kematian secara absolut, artinya dihitung sejumlah yang ada. Untuk lebih melihat
ketajaman angka tersebut dan keperluan intervensi program maka dari jumlah
kematian tersebut dicari masing-masing penyebabnya.
Analisis Masalah Kesehatan Reproduksi
Dalam melakukan analisis masalah kesehatan reproduksi maka dapat digunakan
teknik ‘pohon masalah’ dengan beberapa langkah sebagai berikut:
Langkah I :
Carilah atau tentukan INTI MASALAH yang akan diatasi. Identifikasi inti masalah
diperoleh dari analisis situasi kesehatan yang telah dilakukan lebih dahulu.
Misalnya inti masalah kesehatan adalah banyaknya kasus berat bayi lahir rendah
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas 7
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
(BBLR) di suatu daerah.
Langkah II:
Carilah PENYEBAB LANGSUNG dari kasus BBLR tersebut. Gunakan kerangka
Blum tentang determinan kesehatan untuk mengidentifikasi penyebab langsung.
Misalnya kekurangan gizi saat hamil (perilaku kesehatan), kehamilan usia dini
(kependudukan) atau riwayat melahirkan lebih dari 4 kali (perilaku kesehatan).
Langkah III:
Carilah PENYEBAB TIDAK LANGSUNG dari kasus BBLR tersebut. Sebagai contoh
dalam Diagram 4.1. pendidikan rendah dan keluarga miskin adalah penyebab
tidak langsung yang terkait determinan kependudukan; tidak mengikuti program
KB dan gagal KB penyebab tidak langsung yang terkait determinan pelayanan
kesehatan; menikah dini adalah determinan perilaku kesehatan.
Langkah IV:
Carilah AKIBAT dari inti masalah kesehatan. Dalam contoh diagram masalah,
akibat dari kasus BBLR adalah kematian bayi.
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas 8
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Diagram 4.1. Masalah BBLR
Kehamilan usia
dini
Pantanga
n makan
saat
hamil
Pendidikan
rendah
Akses pendidikan
terbatas
Keterangan:
Kematian bayi
Banyaknya kasus
BBLR
Kurang gizi
saat hamil
Menikah dini
Keluarga miskin
: Penyebab langsung
: Penyebab tidak langsung
: Akibat dari inti masalah
Jarak kehamilan
terlalu dekat;
kurang dari 2
tahun
Gagal KB
Kualitas
Riwayat
melahirkan
lebih dari 4
kali
Tidak
mengikuti
program KB
Keterbatasan pelayanan KB
akses ke
posyandu/bidan
Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif Tugas 9