Dokumen tersebut membahas tentang berat badan lahir rendah (BBLR), yang didefinisikan sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram. Dokumen juga membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR seperti paritas ibu, umur ibu, dan status gizi ibu. Data dari puskesmas Putri Ayu menunjukkan angka kejadian BBLR sebesar 360 kasus dari total 776 kelahiran pada tahun 2011.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1; Latar Belakang
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti
istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir
rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature. Prevalensi bayi
berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia
dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah (berat badan lahir rendah, 2008).
Data WHO menyebutkan 7,6 juta anak di bawah usia lima tahun
meninggal pada tahun 2010 hampir 21 000 anak setiap hari dan hampir 900
setiap jam. Kemajuan telah dibuat dalam beberapa dekade terakhir, tetapi tidak
merata antar daerah dan negara dan dalam negara.
(Sumber:http://www.who.int/research).
1
2. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
penyebab langsung kematian ibu hampir 90 persen terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan. Sementara itu, risiko kematian ibu juga makin
tinggi akibat adanya faktor keterlambatan, yang menjadi penyebab tidak
langsung kematian ibu. Ada tiga risiko keterlambatan, yaitu terlambat
mengambil keputusan untuk dirujuk (termasuk terlambat mengenali tanda
bahaya), terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat dan
terlambat memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan.
Sedangkan pada bayi, dua pertiga kematian terjadi pada masa neonatal (28
hari pertama kehidupan). Penyebabnya terbanyak adalah bayi berat lahir
rendah dan prematuritas, asfiksia (kegagalan bernapas spontan) dan
infeksi(http://www.kesehatananak.depkes.go.id).
Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu
Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015,
perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat
2
3. ini, AKI 307 per 100.000 KH dan AKB 34 per 1.000KH.
(http://www.kesehatananak.depkes.go.id).
Pembangunan kesehatan dengan meningkatkan mutu serta kemudahan
pelayanan yang terjangkau diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan derajat
kualitas hidup masyarakat.Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat ditandai dengan menurunnya Angka kematian Ibu(AKI),kematian
bayi,dan panjang umur harapan hidup.sampai saat ini angka kematian Ibu
(AKI) merupakan masalah prioritas di Indonesia(Depkes,2000).
Kematian maternal merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus
menjadi perhatian masyarakat dunia.memasuki abad dua puluh satu,189
negara menyerukan Millennium Declaration dan menyepakati Millennium
Development Goals.Salah satu tujuan pembangunan millennium(MDG) 2015
adalah perbaikan kesehatan maternal.Kematian maternal dijadikan ukuran
keberhasilan terhadap pencapaian tujuan tersebut(George,2005).
Diindonesia AKI dan AKB mengalami penurunan yang cukup significant
dari tahun 2004 sampai tahun 2007.Pada tahun 2007,AKB mencapai 26,9
persen per 1000 kelahiran hidup dan AKI berkisar 248 per 100 rIbu
kelahiran,padahal di Tahun 2004,AKI sekitar 30,8 persen 1000 kelahiran
hidup dan AKI sekitar 270 per 100 rIbu kelahiran (Supari:2007).
Departemen kesehatan menargetkan pengurangan angka kematian Ibu dari
26,9 persen menjadi 26 persen per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian
bayi berkurang dari 248 menjadi 206 per 100 rIbu kelahiran yang dicapai pada
3
4. tahun 2009.Sementara angka harapan hidup berkisar rata-rata 70,6 tahun
(Depkes,2009).
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia tercermin dari
menurunnya angka kematian bayi (AKB) dari 35 per 1.000 kelahiran hidup
pada Tahun 2003 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2007.Angka kematian Ibu(AKI) menurun dari 307 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2007.Angka Nasional Prevalensi gizi kurang dan buruk
menurun dari 18,4 persen pada tahun 2007 menjadi 19,9 persen(Riskesdas
2010).
Lebih dari 20 juta bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran,
merupakan BBLR diAsia adalah 22% (Rahayu,2009).Salah satu indikator
untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi
(AKB). Angka Kematian Bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi,
yaitu tercatat 50 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003, ini memang bukan
gambaran yang indah, karena masih terbilang tinggi bila di bandingkan
dengan Negara-negara di bagian ASEAN, dan penyebab kematian bayi
terbanyak adalah karena gangguanperinatal. Dari seluruh kematian perinatal
sekitar 2 -27% disebabkan karena BBLR. Sementara itu, prevelensi BBLR di
Indonesia saat ini di perkirakan 714% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi
(Depkes RI, 2005).
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih
besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Walaupun bayi
menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik
4
5. maupun mental. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30% (bayi berat lahir
rendah bblr, 2008). Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan
salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya
sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Anonim, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil
yang menderita energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat
berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada
penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005). Kejadian BBLR dipengaruhi oleh
faktor ibu dan faktor janin. Hal-hal yang mempengaruhi BBLR dilihat dari
faktor ibu diantaranya penyakit yang berhubungan langsung dengan
kehamilan (Toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan
fisiologis), karakteristik sosial ekonomi (pendidikan ibu yang rendah,
pekerjaan ibu, status ekonomi rendah), biomedis ibu dan riwayat persalinan
diantaranya umur ibu (< 20 tahun dan > 35 tahun), paritas (primipara dan
grandemultipara), keguguran/lahir mati dan pelayan antenatal (frekuensi
periksa hamil, tenaga periksa hamil, umur kandungan saat memeriksakan
kehamilannya). Adapun dari faktor janin BBLR disebabkan karena kehamilan
5
6. ganda, hidramnion, kelainan kromosom, cacat bawaan, dan infeksi dalam
kandungan. ( Wiknjosastro,2007)
Menurut Siti Fadilah Supari, jika bayi lahir dengan berat badan kurang
dari 2,5kg pada umur 40 th (jika dapat mencapai usia itu ) akan menderita
penyakit jantung, darah tinggi maupun diabetes. Dengan demikian setiap
tahun akan terdapat sekitar 400.000 calon-calon penderita pengakit
degeneratif. (depkes, 2004). Paritas ibu termasuk salah satu faktor yang
mempengaruhi berat badan lahir seorang bayi. Ibu yang mempunyai paritas
lebih dari 3 dapat menimbulkan resiko ibu dan bayi. Pada bayi dapat terjadi
gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan dan mengakibatkan bayi lahir
dengan berat badan lahir rendah (Sarwono, 2005).
Kecenderungan Angka kematian Ibu di propinsi jambi secara konsisten
digunakan adalah angka proyeksi dari tahun 2009 yaitu 219,8 per 100.000
kelahiran hidup,pada tahun 2001 AKI propinsi jambi sama dengan tahun
sebelumnya.sedangkan pada tahun 2004 AKI propinsi jambi adalah 215,8 per
100.000 kelahiran hidup,sama dengan tahun sebelumnya.Angka Nasional hasil
SDKI angka kematan Ibu pada tahun 2002/2003 sebesar 307 per 100.000
kelahiran hidup,ini berarti propinsi jambi dibawah angka
Nasionall(Dinkes:2008).
Puskesmas Putri Ayu merupakan puskesmas perawatan yang ada di
kota jambi . Dari pencatatan Medical Record pada tahun 2011 angka kejadian
BBLR tercatat 360 orang dari 776 kelahiran bayi normal.
6
7. Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Gambaran Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Diruangan Kebidanan Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2012”.
1.2; Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan penelitian ini
adalah bagaimana Gambaran Paritas dan Umur Ibu terhadap Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) Diruangan Kebidanan Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi Tahun 2012.
1.3; Tujuan Penelitian
1.3.1; Tujuan Umum
Untuk mengetahui Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Diruangan Kebidanan Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2012.
1.3.2; Tujuan Khusus
aF Diperoleh Distribusi Frekuensi Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Diruangan Kebidanan Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun
2012.
bF Diperoleh Distribusi Frekuensi Paritas terhadap Kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Diruangan Kebidanan Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi Tahun 2012.
cF Diperoleh Distribusi Frekuensi Umur terhadap Kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Diruangan Kebidanan Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi Tahun 2012.
1.4; Manfaat Penelitian
7
8. 1.4.1; Bagi Mahasiswa
Penerapan dari ilmu yang telah didapatkan dari perkuliahan, dan
mengembangkan wawasan, ilmu pengetahuan serta pengalaman bagi penulis
dalam melakukan penelitian.
1.4.2; Bagi Institusi
Sebagai data untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan ilmu
khususnya tentang Faktor penyebab Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Diruangan Kebidanan Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2012.
1.4.3; Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
rangka peninggkatan program pencegahan kejadian Kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Pada Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi.
1.5; Ruang Lingkup
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Juli sampai dengan 20 Juli
Tahun 2012 di Puskesmas Putri ayu untuk mengetahui Gambaran Paritas
dan umur terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Diruangan
Kebidanan Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2012.
8
9. BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1; Tinjauan Teoritis
2.1.1; Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
2.1.1.1; Pengertian
Berat badan lahir rendah menurut seminar WHO berat
badan lahir rendah sebagai kelahiran bayi dengan berat badan lahir
rendah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya (KMJC). Berat badan lahir rendah
sering disebabkan oleh karena retardasi pertumbuhan selama
perkembangannya intra uterin (Cunningham 2007).
9
10. Berat Badan Lahir Rendah di bedakan dalam :
a, Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram.
b, bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500
gram.
c, Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000
gram.
Bayi berat lahir rendah mungkin premature (kurang bulan),
mungkin juga cukup bulan (dismatur).
Beberapa penyakit yang behubungan dengan prematuritas :
a, Sindrom gangguan pernapasan idiopatik (Penyakit
membran hialin).
b, Pneomonia aspirasi, karena reflex menelan dan batuk
belum sempurna.
c, Perdarahan spontan dalam ventrikel otak lateral, akibat
anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan).
d, Hiperbilirubinemia, karna fungsi hati belum matang.
e, Hipotermia
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas:
a, Sindrom aspirasi mekoneum.
b, Hipoglikemia.
c, Hiperbilirubinemia.
d, Hipotermia.
10
11. Oleh karena itu bayi berat lahir rendah mempunyai resiko
kematian tinggi.
2.1.2; Faktor-faktor penyebab BBLR adalah :
2.1.2.1; Faktor Ibu
1, Ibu hamil yang kekurangan gizi saat hamil
2, Berat badan ibu yang rendah
3, Umur ibu hamil <20 tahun atau >35 tahun
4, Jarak kehamilan terlalu dekat
5, Paritas Ibu
6, Kebiasaan dan pola hidup.
7, Penyakit ibu :
a, Hipertensi
b, Pre-eklampasia/Eklampasia
c, Ibu Dengan Anemia
d, Penyakit Asma
e, Penyakit Jantung
2.1.2.2; Faktor Kehamilan
1, Hidramnion
2, Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu
menahan berat bayi dalam rahim)
3, Antepartum hemorrhage (perdarahan kehamilan di atas 22 minggu atau
saat persalinan)
11
12. 4, Kelainan kromosom
5, Ketuban Pecah Dini
2.1.2.3; Faktor Janin
1, Cacat Bawaan (Kelainan congenital)
2, Infeksi dalam Rahim
3, Kehamilan ganda
4, Kelainan kromosom
2.1.2.4; Faktor ibu
1, Ibu hamil yang kekurangan gizi saat hamil
Kekurangan gizi saat hamil akan berakibat buruk terhadap
janin seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran
mati atau kematian neonatal dini. Penentuan status gizi yang baik yaitu
dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat
badan selama hamil.
2, Berat badan ibu yang rendah
3, Umur ibu hamil <20 tahun atau >35 tahun
Berat badan lahir rendah juga berkolerasi dengan usia ibu. Ibu
yang terlalu muda sering kali secara emosional dan fisik belum
matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih
muda masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih
tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja
12
13. seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi
karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem
transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun
mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta
kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi
janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia
ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR
tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35
tahun.(Wiknjosastro, 2007)
4, Jarak kehamilan terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan
janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan
karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan
anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan
mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada
trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia
dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah. (Wiknjosastro, 2007)
5, Paritas Ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
janin sehingga dapat mengakibatkan BBLR dan perdarahan saat
melahirkan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
6, Kebiasaan dan pola hidup.
13
14. a, Ibu dengan perokok
Penelitian yang dilakukan oleh BMA Tobacco Control
Resource Centre menunjukkan bahwa ibu yang merokok selama
kehamilan memiliki resiko melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR) sebesar 1,5-9,9 kali dibandingkan dengan berat badan
lahir bayi dari ibu yang tidak merokok.
Radikal bebas yang terkandung dalam asap rokok dapat
menyebabkan kerusakan endotel, peningkatan vasokonstriktor, dan
penurunan vasodilator. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok
dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah. Semua hal
tersebut dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Hipertensi dapat
menyebabkan penurunan suplai makanan dan oksigen fetus.
Radikal bebas juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru
sehingga dapat terjadi PPOK. PPOK akan menyebabkan penurunan
oksigenasi fetus. Selain itu, radikal bebas juga dapat mengganggu
metabolisme asam folat. Dengan adanya gangguan metabolisme
asam folat berarti nutrisi pertumbuhan fetus akan terganggu dan
juga akan mempengaruhi ekspresi gen fetus. Akibatnya secara
tidak langsung, hipertensi, PPOK, dan defisiensi asam folat akan
menimbulkan gangguan pertumbuhan fetus yang pada akhirnya
akan dapat menyebabkan BBLR.
b, Peminum alkohol
14
15. Ibu hamil yang meminum alkohol maka janin yang dikandungnya
akan beresiko Fetal Alkohol Syndron (FAS) yang berhubungan
dengan masalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak
dalam masa kehamilannya. Saat ibu yang sedang hamil meminum
minuman beralkohol maka alkohol tersebut akan dibawa masuk ke
dalam tubuh dan dapat dengan mudah beredar hingga masuk
melalui placenta menuju janin. Janin tersebut tidak dapat
menyingkirkan alkohol yang masuk, akibatnya janin menjadi
subjek penimbunan kadar alkohol yang tinggi untuk jangka waktu
yang lama.
Konsumsi pada awal kehamilan cenderung menyebabkan
kecacatan pada otak atau tubuh. Konsumsi pada akhir kehamilan
cenderung berefek pada penyerapan nutrisi janin dan fungsi
motorik halus otak. Hal ini termasuk perkembangan kepribadian
dan kemampuan untuk belajar.
Gejala yang ditimbulkan dari FAS (fetal alkohol syndrom)yaitu:
1, Bentuk wajah abnormal, termasuk susunan rahang yang buruk
dan bibir atas serta bentuk rahang hidung rata.
2, Masalah tingkah laku, seperti pemusatan perhatian yang kurang
dan hiperaktif.
3, Keterlambatan perkembangan atau retardasi mental.
4, Epilepsi atau serangan kejang.
5, Kegagalan pertumbuhan dan keterlambatan pertumbuhan fisik.
15
16. 6, Kesulitan belajar.
7, Lahir BBLR dan ukuran lingkar kepala kecil.
8, Cacat kecil pada tangan dan kaki.
9, Kerusakan organ, termasuk penyakit jantung bawaan.
10, Kurang koordinasi fungsi motorik tubuh.
11, Kurang memiliki kemampuan mengingat-ingat.
12, Kurang dalam hal bersosialisasi dan suka berimajinasi.
13, Pengguna narkotika
14, Pernah melahirkan bayi premature sebelumnya
7 Penyakit Ibu :
a, Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler
yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau
pada permulaan persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi
penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal. Ibu
dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi
plasenta, hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan
sering terjadi kelahiran prematur. Hipertensi pada ibu hamil
merupakan gejala dini dari pre-eklamsi, eklampsi dan penyebab
gangguan pertumbuhan janin sehingga menghasilkan berat badan
lahir rendah. (Wiknjosastro, 2007)
b, Pre-eklampasia/Eklampasia
16
17. Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran
mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/eklampsia pada ibu
akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi
memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya
perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang
masuk ke janin berkurang (Wiknjosastro, 2007)
c' Ibu Dengan Anemia
Anemia Dalam kehamilan mempunyai pengaruh buruk
terhadap janin misalnya dapat terjadi kematian mudah, kematian
perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan cadangan besi kurang.
Jadi anemia dalam kehamian merupakan penyebab potensial
mortalitas ibu dan anak (Sarwono, 2009).
Teori yang dikemukakan oleh De Meeyer bahwa anemia
pada ibu hamil dapat mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen
kejaringan sehingga akan menggangu pertumbuhan janin.
Sehingga akan memperkuat resiko terjadinya BBLR (Sarwono,
2009).
d' Penyakit Asma
Pengaruh asma terhadap janin sangat tergantung dari sering
dan beratnya serangan,karena ibu dan janin akan berkurang
oksigen atau hipoksia. Keadaan ini bila tidak segera di atasi tentu
akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi kegguguran,
17
18. persalinan premature dan berat janin tidak sesuai dengan usia
kehamilan (Sarwono, 2009).
e' Penyakit Jantung
Keperluan janin yang sedang tumbuh akan oksigen dan zat-
zat makanan bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang
harus dipenuhi melalui darah ibu. Untuk itu jantung bekerja 2 kali
lebih berat agar banyak darah yang beredar bertambah. Pada ibu
dengan penyakit jantung proses ini tidak berjalan dengan baik
sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan
yang akan berakibat terjadinya berat badan lahir rendah (Sarwono,
2009).
2.1.2.1; Faktor Kehamilan
1' Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah
keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala
hidramnion terjadi semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat
penekanan uterus yang besar kepada organ-organ seputarnya.
Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan resiko tinggi
karena dapat membahayakan ibu dan anak. Prognosis anak kurang baik
karena adanya kelainan kongenital, prematuritas, prolaps funikuli dan
lain-lain
2' Ketuban Pecah Dini
18
19. Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum
proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan
oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada
persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan
setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan
masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit
kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.
3' Hamil ganda/Gemeli
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin
pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai
kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan
janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil,
mungkin karena regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran
darah plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan
kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan
tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan
kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini
ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.
4' Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas
22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan
(Saifuddin, 2002). Komplikasi utama dari perdarahan antepartum
19
20. adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang
menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang
menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada
janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian
janin intrauterin. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat
badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia.
( Wiknjosastro, 2007)
2.1.2.2; Faktor Janin
1' Cacat Bawaan (Kelainan congenital)
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang
dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan
sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital
yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu
pertama kehidupannya.
2' Infeksi Dalam Rahimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi
hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh,
sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh
karena itu, pengaruh infeksi hepatitifs menyebabkan abourtus atau
persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil
dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini
20
21. dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan
kematian janin.
3' Kehamilan ganda/gemeli
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin
pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai
kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan
janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil,
mungkin karena regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran
darah plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan
kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan
tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan
kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini
ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.
4' Kelainan kromosom
Upaya Pencegahan BBLR :
a' Melaksanakan antenatal care yang baik, segera melakukan
konsultasi dan merujuk bila terdapat kelainan.
b' Meningkatkan gizi masyarakat sehingga mencegah terjadinya
BBLR. Pada ibu hamil mengkonsumsi makan-makanan yang
bergizi. Perhatikan jenis makanan pada masa tiap trimester
kehamilan.
c' Rencanakan kehamilan sehingga sebelum terjadinya konsepsi
sudah terlebih dulu memperbaiki status gizi si ibu.
21
22. d' Mengikuti keluarga berencana.
e' Memperhatikan perawatan selama kehamilan agar terhindar dari
infeksi.
f' Lebih banyak istirahat, dan kurangi aktivitas berat.
g' Hindari alkohol, narkotika, obat-obatan yang tidak perlu, dan jamu.
h' Memperhatikan jarak kehamilan, sebaiknya >2tahun.
i' (faktor penyebab BBLR dan pencegahannya, 2010).
Penanganan bayi BBLR :
a' Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebeb itu suhu tubuh
harus dipertahankan dengan ketat.
b' Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan dengan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang
bayi.
c' Pengawasan nutrisi atau ASI
Reflek menelan BBLR belum sempurna,oleh sebab itu pemberian
nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
d' Penimbangan dengan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebeb itu
peninbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.(Sarwono
20006)
22
23. 2.1; Alur Pikir
Kerangka teori dalam pembahasan Hubungan Paritas dan umur ibu dengan Berat
badan Lahir adalah sebagai berikut:
; Usia Ibu
; Paritas
o Jarak Kehamian
o Gizi ibu
o Penyakit yang menyertai
Anemia
Variabel Independen Variabel Dependen
23
24. Berat Badan Lahir Rendah
Keterangan :
; Variabel yang di teliti
o Variabel yang tidak diteliti
(Sarwono, 2009).
2.2; Kerangka Konsep
Berdasarkan faktor penyebab kelahiran BBLR tersebut penulisan
mengembangkan kerangka konsep yang menjadi pedoman dalam analisis.
Analisis variable dependent dalam penelitian ini adalah Kejadian BBLR
24
25. sedangkan variable independen adalah paritas dan umur ibu. Kerangka
pemikiran tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
Usia Ibu
Berat Badan Lahir Rendah
Paritas
25
26. 2.3; Defenisi Operasional
Tabel 2.2
Defenisi Operasional
N
o
Variabel Defenisi Alat ukur Cara
ukur
Hasil
ukur
Skala
Ukur
1 Paritas Jumlah
kelahiran
hidup atau
mati yang
pernah di
alami ibu
Daftar
isian
Melihat
medical
record
Tidak
beresiko
1-3.
beresiko
>3
Ordinal
2 Umur ibu Lama waktu
hidup ibu atau
ada sejak di
lahirkan.
Daftar
isian
Melihat
medical
record
Beresiko
umur
<19 dan
>35
tahun
Tidak
beresiko
umur 20-
35 tahun
Ordinal
3 Berat badan
lahir
Bobot bayi
baru lahir di
ukur langsung
oleh tenaga
kesehatan
segera setelah
lahir
Daftar
isian
Melihat
medical
record
Cukup
2500-
4500
gram
Rendah
<2500
gram
Ordinal
26
28. BAB III
METODE PENELITIAN
3.1; Desain Penelitian
Penulis menggunakan metode analitik dengan desain cross sectional
study, di mana data yang menyangkut variabel independent dan variabel
dependent di kumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
3.2; Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Kebidanan Puskesmas Putri Ayu pada
tanggal 1 Juli sampai dengan 20 Juli Tahun 2012.
3.3; Populasi dan Sampel
3.3.1; Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan
di Puskesmas Putri ayu Tahun 2012 , dengan populasi sebanyak 289
orang.
3.3.2; Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara
Accidental sampling dimana menurut Notoatmodjo (1993:84),
menyatakan bahwa apabila sampel yang diteliti jelas atau tidak pasti
maka pengambilan sampel dapat dilakukan secara Accidental
28
29. sampling, yaitu metode pengambilan sampel dilakukan pada saat
dilaksanakannya penelitian.
Sampel yang diteliti adalah ibu yang mempunyai bayi BBLR
dengan kriteria :
a> Ibu yang mempunyai bayi BBLR di Puskesmas Putri Ayu Tahun
2012.
b> Berada di tempat pada saat dilaksanakannya Penelitian.
c> Bersedia menjadi responden
d> Dapat membaca dan menulis
Menurut Arikunto minimal sampel dipakai rumus :
populasix
100
15%-10
=
populasix
100
15
=
289x
100
15
=
orang43=
3.4; Jenis dan Sumber Data
3.4.1; Jenis Data
Dalam penelitian ini menggunakan jenis data skunder yang bersumber
dari Rekam Medik Puskesmas Putri Ayu Tahun 2012.
3.4.2; Sumber Data
Dalam penelitian ini datanya diperoleh dari status Medical Record
Puskesmas Putri Ayu Tahun 2012.
29
30. 3.5; Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Pengelolaan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
3.5.1; Setelah kuesioner (Editing)
Setelah kuesioner diisi dan dikembalikan oleh responden, kemudian
diperiksa untuk memastikan data yang diperoleh adalah data yang
benar, bersih dan terisi lengkap.
3.5.1.1; Pengkodean Data (Coding)
Setelah diperiksa kelengkapan data lalu dilakukan pemberian
nomor pada setiap jawaban agar memudahkan dalam
mengelola data.
3.5.1.2; Memasukkan Data (Entry)
Memasukkan data yang telah diberi kode kedalam tabel.
3.5.1.3; Pembersihan Data (Cleaning)
Setelah dientry, data diperiksa kembali, sehingga benar-benar
bersih dari kesalahan.
3.5.2; Analisa Data
3.5.2.1; Analisis Univariat
Analisa ini digunakan untuk mengetahui gambaran
distribusi frekuensi variabel independent Paritas dan Umur Ibu
dan variabel dependent kejadian BBLR pada Bayi baru lahir di
Puskesmas Putri Ayu.
Rumus :
100x
N
F
P =
Keterangan :
30
31. P : Nilai presentasi responden
F : Jumlah data yang ada
N : Jumlah seluruh responden
3.5.2.2; Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara
dua variabel dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan
rumus :
E
E)-(0
X2
Σ=
Keterangan :
X2
: Chi-square yang dicari
O : Hasil observasi
E : Nilai yang diharapkan
Untuk melihat kemaknaan 0,05 sehingga bila nilai P <
0,05 maka hasil statistik dinilai bermakna, jika P > 0,05 maka
hasil perhitungan statistik tidak bermakna.
31