Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan episode makan berlebih diikuti perilaku kompensasi seperti muntah untuk mengeluarkan makanan. Dokumen ini membahas pengertian, gejala, kriteria diagnosis, dan pengaruh bulimia nervosa terhadap sistem tubuh khususnya sistem pencernaan dan imunitas.
1. ANALISIS PENYAKIT BULIMIA NERVOSA
M. ARIF IRWANSYAH WAN MISNAWATI
PARMAN SRI JUMIATI
PANGESTU CHAESAR S. RIMA SAGITA RIZA
ASTRI FITRIANI RAHMATAN AINI
INGE PRATIWI NURAZIZAH
KELAS : 1B. KEPERAWATAN
KELOMPOK : 4
MAKALAH BIOKIMIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
T A N J U N G P I N A N G
2013
2. ANALISIS PENYAKIT BULIMIA NERVOSA
M. ARIF IRWANSYAH WAN MISNAWATI
PARMAN SRI JUNIATI
PANGESTU CHAESAR S. RIMA SAGITA RIZA
ASTRI FITRIANI RAHMATAN AINI
INGE PRATIWI NURAZIZAH
KELAS : 1B. KEPERAWATAN
KELOMPOK : 4
MAKALAH BIOKIMIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
T A N J U N G P I N A N G
2013
3. KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah “Biokimia”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan
kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Biokimia dengan juadul
“ANALISIS PENYAKIT BULIMIA NERVOSA”. Selanjutnya penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Hevi Horiza M.Si selaku dosen
mata kuliah Biokimia dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan
serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan
dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tanjungpinang, Mei 2013
Tim Penyusun
4. BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Bulimia nervosa merupakan kondisi psikiatri yang mempengaruhi banyak
remaja danwanita dewasa muda. Gangguan tersebut adalah karakeristik
makan sebanyak-banyaknya dantahap akhir dari proses makannya dengan
memuntahkan apa yang dimakan dan dapatmenyebabkan komplikasi medis.
Dengan demikian, pasien dengan bulimia nervosa sering hadirdalam keadaan
perawatan primer. Penanda bulimia nervosa yang berguna dalam
membuatdiagnosis yaitu pemeriksaan fisik dan laboratorium. Di Amerika Serikat,
gangguan makanmempengaruhi 5 sampai 10 juta orang, terutama wanita muda
antara usia 14 dan 40 tahun.Namun, bulimia nervosa adalah gangguan umum yang
lebih sulit untuk mengidentifikasi dalampengaturan perawatan primer. Pada artikel
ini, kami memberikan tinjauan tentang bulimianervosa, terkait uji fisik dan
laboratorium, temuan, dan diagnostik strategi yang berkaitan dengan praktek
perawatan primer.
Dahulu bulimia nervosa termasuk dari varian anoreksia nervosa (Russell
pada tahun 1979). Namun, karena lebih banyak penelitian telah dilakukan dan lebih
pasien yang menderita bulimianervosa telah diidentifikasi, bulimia nervosa dan
anorexia nervosa yang sekarang dikenalsebagai 2 sindrom yang berbeda. Menurut
Diagnostik dan Statistik Manual untuk GangguanMental, Edisi Keempat (DSM-IV),
bulimia nervosa ditandai dengan episode berulang dari pestamakan diikuti dengan 1
atau lebih perilaku kompensasi untuk menghilangkan kalori (muntah,obat pencahar,
puasa, dll) yang terjadi rata-rata minimal dua kali seminggu selama 3 bulan
5. ataulebih. pasien yang tidak memenuhi kriteria frekuensi atau panjang dapat
didiagnosis dengan DSM IV gangguan makan yang tidak disebutkan secara spesifik.
Bulimia nervosa juga digambarkan menjadi 2 subtipe yang berbeda:
pembersihan dan tidak dibersihkan. Dengan subtipe membersihkan, pasien
melakukan beberapa metode untuk menghilangkan makanan binged dari tubuh
mereka. Hal ini yang paling sering dilakukan dengan menginduksi diri agar muntah
tetapi bisa termasuk penyalahgunaan laksatif, enema, atau diuretik. Bulimia
nonpurging menggunakan latihan puasa atau berlebihan sebagai kompensasi utama
untuk binges tetapi tidak secara teratur membersihkan. terlepas dari subtipe, pasien
penderita bulimia memiliki evaluasi negatif sel, menempatkan kepentingan tidak
pantas di berat badan dan citra tubuh
2.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bulimia Nervosa ?
2. bagaimana kecukupan zat gizi dan keadaan status gizi penderita
bulimia nervosa?
3. Bagaimana mekanisme penurunan sistem imunitas tubuh yang terjadi
pada penderita bulimia nervosa?
4. Bagaimana proses biologi terhadap penyakit Bulimia Nervosa ?
6. 2.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
yaitu
1. mengetahui apa yang dimaksud dengan Bulimia Nervosa
2. menjelaskan kecukupan zat gizi dan keadaan status gizi penderita
bulimia nervosa;
3. menjelaskan mekanisme penurunan sistem imunitas tubuh yang
terjadi pada penderita bulimia nervosa.
4. mengetahui bagaimana proses biologi penyakit Bulimia Nervosa ?
7. BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa didefinisikan sebagai kebiasaan makan di mana
penderitanya mengkonsumsi sejumlah makanan dalam jumlah sangat besar,
kemudian mengeluarkan kembali makanan yang telah dikonsumsi dengan cara
memuntahkan kembali atau dengan cara lainnya untuk mengurangi jumlah kalori
makanan yang telah masuk ke dalam tubuhnya.
Menurut kamus kesehatan, Bulimia Nervosa adalah suatu penyakit di mana
ada episode makan berlebihan tidak terkontrol yang biasanya diikuti dengan
pembersihan (muntah disengaja), penyalahgunaan laksatif, enema, atau obat yang
menyebabkan peningkatan produksi urin, puasa, atau olahraga berlebihan untuk
mengendalikan berat badan.
2. Gejala dan Penyebab Bulimia Nervosa
Sebagian besar penderita bulimia nervosa adalah kelompok usia belasan
akhir dan 20an awal. Bulimia nervosa dapat ditemukan pada semua kelas sosial.
Sangat jarang penderita bulimia nervosa yang mengkonsumsi makanan dalam porsi
normal. Ketika sedang berada di tempat umum, penderita bulimia cenderung akan
mengkonsumsi makanan dalam jumlah sangat sedikit, namun ketika sedang berada
dalam periode makan banyak (binge episode), mereka dapat mengasup makanan
dalam jumlah besar mulai dari 1000 hingga 50.000 kkal. Jenis makanan yang
dikonsumsi cenderung tinggi lemak dan karbohidrat, seperti es krim, donat, cake,
cookies, milkshake dan cokelat. Mereka mengkonsumsi makanan dengan tujuan
8. untuk memenuhi keinginan makan (memenuhi keinginan secara emosional saja),
tanpa mempertimbangkan nilai gizi makanan tersebut.
Beberapa hal yang menyebabkan penderita bulimia nervosa mengkonsumsi
makanan dalam jumlah banyak yaitu kondisi depresi, stress, frustrasi, kebosanan
serta bisa juga disebabkan karena melihat makanan yang dapat meningkatkan
keinginannya untuk makan. Setelah mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak,
penderita bulimia cenderung akan merasa gelisah, depresi dan merasa bersalah
sehingga mereka akan melakukan berbagai cara untuk kembali mengeluarkan
makanan yang telah dikonsumsi dalam jumlah banyak tadi.
Salah satu cara yang paling sering digunakan yaitu dengan memuntahkan
makanan yang telah dikonsumsi. Namun tidak jarang juga ada yang menggunakan
obat laxative dan diuretik. Beberapa penderita bulimia berusaha melakukan diet
ketat selama beberapa hari hingga beberapa minggu, di sela-sela kebiasaan
makannya yang berlebih. Namun ketika diet ketat gagal dilakukan, penderita bulimia
ini cenderung akan kembali mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak dan
berlebihan.
3. Kriteria Diagnosis
Ada 3 kriteria yang bisa digunakan untuk mendiagnosis bulimia nervosa menurut
DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder), 1994 1,8:
a. persentasi frekuensi makan dalam jumlah besar serta ketidakmampuan
penderita untuk mengontrol kebiasaan makannya dalam jumlah banyak. Biasanya
antara 1000-2000 kkal;
b. frekuensi perilaku yang dilakukan untuk mengontrol berat badan dan bentuk
tubuh dengan cara mengeluarkan makanan yang telah dikonsumsi, seperti
9. penggunaan obat laxative, diuretik atau dengan memuntahkan makanan. Minimal
kebiasaan tersebut dilakukan dua kali dalam seminggu selama 3 bulan;
c. melihat kebiasaan/perilaku yang dilakukan untuk mengontrol berat badan
(selain dengan mengeluarkan makanan) yaitu dengan melakukan aktivitas
fisik/olahraga serta berpuasa secara berlebihan.
Menurut DSM IV, terdapat 2 macam bulimia yaitu purging bulimia dan non-
purging bulimia. Purging bulimia ditandai dengan penggunaan bahan kimia untuk
mengosongkan lambung dan mengeluarkan makanan dari dalam tubuhnya, seperti
penggunaan obat laxative dan diuretik, sedangkan non-purging bulimia cenderung
menggunakan cara-cara alami seperti dengan berpuasa atau olahraga secara
berlebihan.
4. Pengaruh Bulimia Nervosa terhadap Fisiologis Tubuh
Komplikasi fisiologis pada penderita bulimia nervosa dapat mempengaruhi
hampir di setiap sistem dalam tubuh. Mulai dari masalah terkecil seperti luka pada
jari tangan yang disebabkan karena seringnya digunakan untuk merangsang
memuntahkan makanan hingga masalah besar yang bersifat sistemik seperti
gangguan elektrolit dalam tubuh akibat dari kebiasaan mengeluarkan makanan yang
terus menerus.
Kebiasaan mengonsumsi makanan dengan porsi besar dalam waktu singkat
pada penderita bulimia dapat menyebabkan terjadinya pembesaran ukuran lambung
secara akut, yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Hal ini juga akan
mengakibatkan terjadinya inflamasi pada pankreas, luka pada daerah bagian perut
dan terjadi peregangan ukuran perut, serta peningkatan kecepatan detak jantung
karena pankreas harus bekerja ekstra keras untuk mencernakan makanan dalam
jumlah banyak sekaligus.
10. Kebiasaan memuntahkan makanan menyebabkan terjadinya luka dan
pengikisan pada esophagus karena pengaruh asam lambung, menyebabkan
pengikisan lapisan gigi, memicu gangguan pada gusi dan proses menelan karena
akan berpengaruh terhadap produksi air liur (saliva). Akibat lainnya yaitu dapat
menyebabkan kehilangan cairan tubuh, dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit. Penderita bulimia juga dapat merasakan haus yang berlebihan disertai
dengan penurunan jumlah pengeluaran urin dari dalam tubuh, hal ini akan
menyebabkan terjadinya pembengkakan (edema) karena adanya resistensi
(penahanan) air di dalam tubuh. Seringnya memuntahkan makanan juga dapat
mengakibatkan kehilangan ion natrium, kalium dan klor dari dalam tubuh yang dapat
menimbulkan gangguan jantung. Kematian yang disebabkan karena bulimia nervosa
diperkirakan sekitar 3%. Sering juga terdapat keluhan terjadi penurunan sensitivitas
indera pengecap, hal ini disebabkan karena seringnya reseptor pengecap terpapar
oleh asam lambung yang ikut keluar saat penderita bulimia memuntahkan
makanannya, sehingga fungsi kerjanya ikut menurun.
Penggunaan laxative dalam waktu lama dapat menyebabkan penurunan
fungsi kolon. Selain itu, penggunaan obat-obatan laxative dan diuretic juga dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh, keseimbangan
elektrolit, dehidrasi, malabsorpsi, kram pada perut dan kram otot.
B. Sistem Imunitas
1. Pengertian
Imunitas adalah adanya resistensi terhadap penyakit, terutama penyakit
infeksi. Sistem imun merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan
terhadap resistensi infeksi. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan
11. keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam
lingkungan hidup.
2. Klasifikasi Sistem Imun
Secara umum, sistem imun terdiri atas sistem imun alamiah (nonspesifik) dan sistem
imun didapat (spesifik).
a. Sistem Imun Nonspesifik
Sistem imun ini selalu ada pada tubuh yang normal dan sehat, siap
mencegah mikroba yang akan masuk ke dalam tubuh dengan cepat. Disebut
nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap
berfungsi sejak lahir. Tidak menunjukkan kekhususan terhadap bahan asing tertentu
dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial. Terdiri atas
sistem pertahanan fisik, biokimia, humoral, dan selular.
- Sistem pertahanan fisik : kulit, selaput lendir, silia (rambut getar), saluran
nafas, batuk dan bersin;
- Sistem pertahanan biokimia : pH asam dari keringat dan berbagai asam
lemak yang dilepas oleh kulit yang dapat mendenaturasikan protein mikroba, lisozim
dalam keringat, air ludah (saliva), air mata, ASI, asam lambung, pH yang rendah
pada vagina, spermin dalam sperma dan mukus kental;
- Pertahanan humoral : komplemen, interferon dan protein fase akut
- Pertahanan selular : fagosit, makrofag, sel natural killer (NK) dan sel mast
yang berperan dalam reaksi alergi
12. b. Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan mengenal benda yang
dianggap asing. Disebut spesifik karena sistem imun ini hanya dapat menyingkirkan
benda asing yang sudah dikenal sebelumnya. Benda asing yang pertama kali masuk
ke dalam tubuh akan segera dikenali oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi
sensitasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan ulang
akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan. Sistem imun spesifik terbagi
menjadi 2 bagian, yaitu sistem imun spesifik humoral dan sistem imun spesifik
selular.
1. Sistem imun spesifik humoral
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau
sel B. Bila sel B dirangsang oleh benda asing, sel tersebut akan berproliferasi,
berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibody.
Fungsi utama antibody ini adalah pertahanan terhadap infeksi infeksi ekstraselular,
virus dan bakteri serta menetralisir toksinnya.
2. Sistem imun spesifik selular
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik selular. Fungsi
utama sistem Imun spesifik selular ialah untuk pertahanan terhadap bakteri yang
hidup intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel yang berperan pada
imunitas selular adalah sel CD4+ yang mengaktifkan sel Th1 agar mengaktifkan
makrofag untuk menghancurkan mikroba. Selain itu, terdapat pula sel CD8+ yang
berperan untuk memusnahkan sel terinfeksi.
13. a. Peran Zat Gizi dalam Pembentukan Sistem Imunitas Tubuh
Sistem imun berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, jamur
dan parasit yang berasal dari lingkungan serta berbagai zat berbahaya lainnya. Zat
gizi memiliki peranan penting dalam pembentukan sistem imun tubuh. Pada orang
yang mengalami masalah gizi kurang (undernutrisi), baik defisiensi zat gizi makro,
seperti defisiensi energi, maupun zat gizi mikro, terjadi penurunan fungsi imun di
dalam tubuhnya.
Malnutrisi disebabkan karena adanya defisiensi berbagai zat gizi. Defisiensi
salah satu zat gizi makro saja dapat berakibat pada defisiensi zat gizi lainnya,
seperti vitamin dan mineral. Beberapa vitamin yang berperan dalam pembentukan
sistem imun tubuh yaitu vitamin A, beta karoten, asam folat, vitamin B6, vitamin B12,
vitamin C, vitamin E, vitamin B2, zat besi, seng dan selenium. Salah satu komponen
zat gizi yang terpenting dalam pembentukan sistem imun adalah lipid (lemak). Asam
lemak berperan dalam pembentukan limfosit dan sel-sel imun lainnya. Kini, banyak
terapi yang menggunakan berbagai jenis lemak makanan sebagai terapi untuk
mengatasi penyakit yang terkait dengan proses inflamasi, seperti penyakit autoimun.
Zat gizi yang mengandung antioksidan berperan dalam menyeimbangkan oksidan di
dalam sel-sel imun sehingga melindungi sel dari stress oksidatif. Defisiensi energi
dan protein juga dapat menurunkan jumlah dan kemampuan kerja sel leukosit
polymorfonuklear.
b. Kecukupan Zat Gizi dan Keadaan Status Gizi Penderita Bulimia Nervosa
Kecukupan zat gizi penderita bulimia nervosa jelas lebih rendah bila
dibandingkan dengan keadaan orang normal, hal ini disebabkan karena pada
penderita bulimia, makanan yang telah masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan
kembali sebelum sempat dicerna oleh tubuh. Akibatnya kebutuhan tubuh akan zat
14. gizi tidak dapat terpenuhi dengan baik. Keadaan status gizi penderita bulimia
nervosa diukur dengan melakukan pengukuran antropometri seperti pengukuran
tinggi badan, berat badan, berat badan ideal, persentasi berat badan ideal dan
indeks massa tubuh (IMT). Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa terdapat
perbedaan yang cukup signifikan antara hasil pengukuran antropometri penderita
bulimia nervosa dengan orang normal. Rata-rata IMT penderita bulimia masuk
dalam kategori nilai normal, namun cenderung mendekati batas minimal IMT normal.
Kebiasaan memuntahkan atau mengeluarkan kembali makanan dari dalam
tubuh pada penderita bulimia nervosa dapat menyebabkan terjadinya kehilangan
cairan tubuh, dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Gangguan
keseimbangan elektrolit disebabkan karena kehilangan ion natrium, kalium dan klor
dari dalam tubuh yang dapat menimbulkan gangguan jantung.
c. Mekanisme Penurunan Sistem Imunitas Tubuh pada Penderita Bulimia
Nervosa.
Seperti yang telah diketahui, pada penderita bulimia nervosa, makanan yang
telah dikonsumsi dikeluarkan kembali dengan beberapa cara seperti dimuntahkan,
menggunakan obat laxative maupun obat diuretic. Selain itu, beberapa penderita
bulimia nervosa juga sering menggunakan cara alami seperti sengaja berpuasa
dalam waktu lama maupun melakukan olahraga secara berlebihan untuk
menghilangkan rasa bersalah karena telah mengkonsumsi makanan dalam jumlah
banyak. Secara tidak langsung, semua usaha yang dilakukan oleh penderita bulimia
nervosa akan mempengaruhi jumlah asupan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.
Kekurangan zat gizi akan mengganggu berbagai proses metabolisme di dalam
tubuh, mulai dari mengganggu fungsi kerja sistem organ, hingga tingkat sel bahkan
15. komponen genetik. Pengukuran status gizi pada penderita bulimia dapat dilakukan
melalui pengukuran antropometri. Salah satu pengukuran antropometri yang baik
untuk digunakan yaitu pengukuran indeks massa tubuh (IMT).
Pada sebuah penelitian yang dilakukan terhadap penderita bulimia nervosa
dengan membedakan efek kategori IMT dan periode muntah terhadap status gizi
dan status imunitasnya, ditemukan bahwa pada penderita bulimia nervosa yang
memiliki nilai IMT normal, tidak ditemukan kejadian malnutrisi, kecuali penderita
bulimia yang memang memiliki berat badan rendah (IMT <19 kg/m2). Nilai limfosit
pada penderita bulimia nervosa yang mengeluarkan makanan dengan cara muntah
lebih rendah dibandingkan dengan penderita bulimia yang mengeluarkan makanan
tidak dengan muntah. Pada penderita bulimia dengan IMT< 19 memiliki nilai CD57
sebesar 22% sedangkan pada kelompok IMT normal (>19), nilai CD57 sebesar 55%.
Penderita bulimia dengan IMT<19 memiliki nilai CD4 yang lebih rendah
dibandingkan dengan penderita bulimia dengan IMT>19. Nilai limfosit dan neutrofil
pada kelompok bulimia nervosa dengan berat badan rendah juga lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok bulimia nervosa dengan berat badan ideal.
Vitamin A, beta karoten, asam folat, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C,
vitamin E, vitamin B2, zat besi, seng dan selenium merupakan beberapa zat gizi
yang berperan dalam pembentukan sistem imun tubuh. Pada penderita bulimia
nervosa, adanya defisiensi beberapa zat gizi tersebut sangat mungkin terjadi. Hal ini
disebabkan karena pada penderita bulimia, makanan dikeluarkan kembali sebelum
sempat dicerna oleh tubuh. Akibatnya sel-sel pembentuk sistem imunitas tubuh akan
kekurangan “bahan baku”, dan pembentukan imunitas menjadi tidak optimal.
Menurunnya status imunitas pada penderita bulimia nervosa menyebabkan
penderita bulimia menjadi mudah terkena infeksi. Dalam kondisi seperti ini, terjadi
16. mekanisme yang cukup kompleks antara sitokin, sistem hormon dan sistem saraf
pusat dalam rangka beradaptasi terhadap kondisi keterbatasan asupan gizi di dalam
tubuh penderita bulimia, yang berakibat pada keterbatasan melindungi tubuh dari
gejala infeksi.
d. Proses faktor Biologi penyakit Bulimia Nervosa
Gangguan makan mengalir dalam suatu keluarga dan tampaknya memiliki
gangguan genetik (Strober, 2002). Hsu (1990) memiliki spekulasi bahwa cirri
kepribadian nonspesifik seperti ketidakstabilan emosi dan pengendalian impuls
buruk mungkin bersifat warisan. Kemudian Strober (2002) juga mengatakan
seseorang mungkin mewarisi kecenderungan untuk bersifat responsif secara
emosional terhadap hal-hal atau kejadian- kajadian yang stressful, dan sebagai
konsekuensinya, mungkin makan secara kompulsif sebagai usahanya untuk
mengurangi stres dan kecemasannya. Sampai sekarang para peneliti belum
menemukan penyebab yang pasti antara fungsi-fungsi neurobiologist terhadap
gangguan makan tersebut. Akan tetapi peneliti hanya menemukan gangguan yang
merupakan hasil atau akibat dari siklus makan tersebut.
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pada penderita bulimia yang parah, kadar
neurotransmiternya (pengantar kimia pada otak), terutama serotonin -- yang
berhubungan dengan depresi dan gangguan obsesif-kompulsif cenderung lebih
rendah. Bahan kimia tersebut mengontrol tubuh dalam pembuatan hormon.
Penderita bulimia memiliki kadar neurotransmitter serotonin dan norepinephrine
yang sangat rendah. Keduanya berperan penting dalam mendorong kelenjar pituitari
untuk membuat dan melepaskan hormon yang mengontrol sistem neuroendokrin
yang mengatur emosi, perkembangan fisik, ingatan dan detak jantung. Ketika
hormon tidak terbentuk, kerja beberapa fungsi tubuh tersebut menjadi terganggu.
Penelitian lain menemukan rendahnya kadar asam amino triptofan dalam darah.
17. Asam amino triptofan merupakan sejenis zat dalam makanan yang penting untuk
produksi serotonin, yang bisa menyebabkan depresi dan mendorong terjadinya
bulimia.
18. BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan :
1. Zat gizi memiliki peranan penting dalam pembentukan sistem imunitas dalam tubuh
manusia. Beberapa jenis zat gizi yang berperan antara lain lemak, vitamin A, beta
karoten, asam folat, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, vitamin E, vitamin B2, zat
besi, seng dan selenium.
2. Penderita bulimia nervosa dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu bulimia dengan
berat badan di bawah normal (IMT<19) dan berat badan normal (IMT>19). Tidak
ditemukan status malnutrisi pada penderita bulimia nervosa dengan IMT>19.
3. Mekanisme penurunan sistem imun tubuh pada penderita bulimia nervosa terjadi
karena kurangnya zat gizi yang masuk ke dalam tubuh akibat kebiasaan
mengeluarkan kembali makanan yang telah dikonsumsi sebelum dapat dicerna dan
diabsorpsi oleh tubuh. Hal ini akan mengurangi pasokan zat gizi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sistem imun tubuh, akibatnya terjadi penurunan staus imunitas,
di antaranya mempengaruhi nilai limfosit, netrofil, CD 57, dan kegagalan fungsi
sitokin.
19. DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja,Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke-7. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
http://muhliskreasi.blogspot.com/2011/05/gangguan-anoreksia-nervosa-dan-bulimia_21.html
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/nutrition/2337406-gannguan-perilaku-makan-aneroxia-
dan/
http://ratihpurwan.blogspot.com/2013/02/bulimia-nervosa_8263.html
http://id.scribd.com/doc/97428618/A-makalah-Jurnal-bulimia-nervosa
http://kamuskesehatan.com/arti/bulimia-nervosa/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bulimia_nervosa
http://ardiazazhar.blogspot.com/2012/12/bulimia-nervosa-penyebab-gejala-akibat.html