Perang Aceh melawan Portugis dan Belanda berlangsung lama karena semangat perlawanan rakyat Aceh yang kuat. Aceh berhasil mengusir Portugis dari Malaka pada abad ke-17 melalui serangan Sultan Iskandar Muda, meskipun upaya serupa untuk mengusir Belanda pada abad ke-19 dan awal ke-20 menemui kegagalan setelah strategi baru seperti intelijen dan taktik psikologis yang diterapkan Belanda.
5. Penyebab terjadinya perang Aceh melawan Portugis
Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun
1511, justru membawa hikmah bagi Aceh. Banyak para
pedagang Islam yang menyingkir dari Malaka ke Aceh.
Dengan demikian perdagangan di Aceh berkembang
menjadi bandar dan pusat perdagangan. Perkembangan
Aceh yang begitu pesat ini dipandang oleh Portugis
sebagai ancaman. Oleh karena itu, Portugis berkehendak
untuk menghancurkan Aceh .
6. Tahun 1523 Portugis menyerang Aceh di bawah pimpinan
Henrigues
Tahun 1524 Portugis menyerang di bawah pimpinan de
Sauza.
Beberapa serangan Portugis terhadap Aceh ini sering
mengalami kegagalan.
Pada tahun 1525 Portugis memburu kapal-kapal Aceh yang
sedang berlayar di Laut Merah. Tindakan Portugis tersebut
telah mendorong munculnya perlawanan Rakyat Aceh.
Setelah berbagai bantuan berdatangan, Aceh segera
melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Portugis
harus mengerahkan semua kekuatannya sehingga serangan
Aceh ini dapat digagalkan. Sebagai tindakan balasan pada
tahun 1569 Portugis balik menyerang Aceh, tetapi serangan
Portugis di Aceh ini juga dapat digagalkan oleh pasukan
Aceh.
Kronologi Perang Aceh dengan Portugis
Francisco Félix
de Sauza
D Afonso
Henriques
7. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639),
semangat juang mempertahankan tanah air dan mengusir penjajahan
asing semakin meningkat. Iskandar Muda berusaha untuk
melipatgandakan kekuatan pasukannya. Sementara untuk
mengamankan wilayahnya yang semakin luas ditempatkan para
pengawas di jalur-jalur perdagangan.
Setelah mempersiapkan pasukannya, pada tahun 1629 Iskandar
Muda melancarkan serangan ke Malaka. Menghadapi serangan kali ini
Portugis sempat kewalahan. Portugis harus mengerahkan semua
kekuatan tentara dan persenjataan untuk menghadapi pasukan Iskandar
Muda. Namun, serangan Aceh kali ini juga tidak berhasil mengusir
Portugis dari Malaka.
Hubungan Aceh dan Portugis semakin memburuk. Bentrokan-
bentrokan antara kedua belah pihak masih sering terjadi, tetapi Portugis
tetap tidak berhasil menguasai Aceh dan begitu juga Aceh tidak
berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Yang berhasil mengusir
Portugis dari Malaka adalah VOC pada tahun 1641.
Sultan Iskandar Muda
Kronologi Perang Aceh dengan Portugis
8.
9. Penyebab terjadinya perang Aceh melawan
Belanda
Sebab umum :
Belanda ingin memantapkan pelaksanaan Pax Netherlandica
Aceh merupakan tempat yang strategis setelah dibukanya
Terusan Suez
Semakin berkembangnya imperalisme modern
Politik ekspansi Belanda akibat Traktat Sumatra yang berisi
Inggris mengizinkan Belanda menguasai seluruh Pulau Sumatra
termasuk Aceh
Sebab Khusus :
Adanya tuntutan Belanda agar tidak berhubungan dengan
pedagang lain selain Belanda
10. Strategi Siasat Belanda
Untuk mengalahkan pertahanan & perlawan Aceh, Belanda memakai tenaga ahli
Dr. Christiaan Snouck Hurgronje yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman
Aceh untuk meneliti kemasyarakatan & ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu
dibukukan dengan judul Rakyat Aceh [De Acehers]. Dalam buku itu disebutkan
strategi bagaimana untuk menaklukkan Aceh. Usulan strategi Snouck Hurgronje
kepada Gubernur Militer van Heutsz yaitu :
Supaya golongan Keumala [yaitu Sultan yang berkedudukan di Keumala]
dengan pengikutnya dikesampingkan dahulu
Tetap menyerang terus & menghantam terus kaum ulama.
Jangan mau berunding dengan pimpinan- pimpinan gerilya.
Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya.
Menunjukkan niat baik Belanda kepada rakyat Aceh, dengan cara mendirikan
langgar, masjid, memperbaiki jalan-jalan irigasi & membantu pekerjaan
sosial rakyat Aceh.
Dr. Christiaan Snouck
Hurgronje
11. Perang Aceh Pertama [1873-1874]
Dipimpin oleh Panglima Polim & Sultan Mahmud Syah melawan
Belanda yang dipimpin Köhler. Köhler dengan 3000 serdadunya dapat
dipatahkan, dimana Köhler sendiri tewas pada tanggal 14 April 1873. Sepuluh
hari kemudian, perang berkecamuk di mana-mana. Yang paling besar saat
merebut kembali Masjid Raya Baiturrahman, yang dibantu oleh beberapa
kelompok pasukan yang berdatangan dari daerah lain.
Perang Aceh Pertama ialah ekspedisi Belanda terhadap Aceh pada tahun
1873 yang bertujuan mengakhiri Perjanjian London 1871, yang
menindaklanjuti traktat dari tahun 1859 [diputuskan oleh Jan van Swieten].
Melalui pengesahan Perjanjian Sumatera, Belanda berhak mendapatkan pantai
utara Sumatera. Komisaris Pemerintah Nicolas Nieuwenhuijzen yang mengatur
Aceh mencoba mengadakan perundingan dengan Sultan Aceh namun tak
mendapatkan apa yang diharapkan sehingga ia menyatakan perang pada Aceh
atas saran GubJen James Loudon.
Panglima Polim
Sultan Mahmud
Syah
Köhler
James Loudon
Kronologi Perang Aceh Melawan Belanda
12. Sesudah kematian Kohler tugasnya digantikan oleh Kolonel Eldert
Christian van Dalen. Dalam ekspedisi tersebut dipergunakan senapan
Beaumont untuk pertama kalinya namun ekspedisi tersebut berakhir dengan
kembalinya pasukan Belanda ke Jawa. Tak dapat disangkal bahwa Masjid
Raya Baiturrahman direbut 2 kali.
Di bawah pimpinan Mayor F. P. Cavaljé Terjadi serbuan beruntun ke
istana namun tak dapat menduduki lebih lanjut karena keulungan orang Aceh
serta banyaknya serdadu yang tewas & terluka. Serdadu Belanda tak cukup
persiapan yang harus ada untuk serangan tersebut. Sehingga harus menarik diri
dari pesisir & atas petunjuk Komisaris F. N. Nieuwenhuijzen [yang menjalin
komunikasi dengan GubJen Loudon] & kembali ke Pulau Jawa
Kronologi Perang Aceh Melawan Belanda
13. Perang Aceh Kedua [1874-1880]
Di bawah Jendral Jan van Swieten, Belanda berhasil
menduduki Keraton & dijadikan sebagai pusat pertahanan
Belanda. 31 Januari 1874 Jenderal Van Swieten
mengumumkan bahwa seluruh Aceh jadi bagian dari Kerajaan
Belanda. Ketika Sultan Machmud Syah wafat digantikan oleh
Tuanku Muhammad Dawood yang dinobatkan sebagai Sultan
di masjid Indragiri. Perang Aceh Kedua diumumkan oleh
KNIL terhadap Aceh pada tanggal 20 November 1873 sesudah
kegagalan serangan pertama. Pada saat itu, Belanda sedang
mencoba menguasai seluruh Nusantara. Ekspedisi dipimpin
oleh Jan van Swieten pasukan. Pasukan Belanda & Aceh
sama-sama menderita kolera. Setelah Banda Aceh
ditinggalkan, Belanda bergerak pada bulan Januari 1874 &
berpikir mereka telah menang perang.
Kronologi Perang Aceh Melawan Belanda
Jan van Swieten
14. Mereka mengumumkan bahwa Kesultanan Aceh
dibubarkan & dianeksasi. Namun, masih ada serangan
yang dilancarkan oleh pihak Aceh. Sultan Mahmud Syah
& pengikutnya menarik diri ke bukit, & sultan meninggal
di sana akibat kolera. Pihak Aceh mengumumkan cucu
muda Tuanku Ibrahim yang bernama Tuanku Muhammad
Daud Syah, sebagai Sultan Ibrahim Mansur Syah [ 1874-
1903].
Perang dilanjutkan secara gerilya & dikobarkan
perang fisabilillah. Dimana sistem perang gerilya ini
dilangsungkan sampai tahun 1904. Perang gerilya ini
pasukan Aceh di bawah Teuku Umar bersama Panglima
Polim & Sultan. Pada tahun 1899 ketika terjadi serangan
mendadak dari pihak Van der Dussen di Meulaboh, Teuku
Umar gugur. Tetapi Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar
kemudian tampil menjadi komandan perang gerilya.
Kronologi Perang Aceh Melawan Belanda
Teuku Umar
15. Kronologi Perang Aceh Melawan Belanda
Perang Aceh Ketiga [1896-1910]
Perang ketiga ialah erang gerilya kelompok & perorangan dengan
perlawanan, penyerbuan, penghadangan & pembunuhan tanpa komando
dari pusat pemerintahan Kesultanan. Taktik gerilya Aceh ditiru oleh Van
Heutz, dimana dibentuk pasukan maréchaussée yang dipimpin oleh Hans
Christoffel dengan pasukan Colone Macan yang telah mampu &
menguasai pegunungan- pegunungan, hutan-hutan rimba raya Aceh untuk
mencari & mengejar gerilyawan-gerilyawan Aceh.
Taktik berikutnya yang dilakukan Belanda ialah dengan cara
penculikan anggota keluarga gerilyawan Aceh. Misalnya Christoffel
menculik permaisuri Sultan & Tengku Putroe [1902]. Van der Maaten
menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim. Akibatnya, Sultan menyerah
pada tanggal 5 Januari 1902 ke Sigli & berdamai.
Van Heutz
16. Van der Maaten dengan diam-diam menyergap Tangse kembali,
Panglima Polim dapat meloloskan diri, tetapi sebagai gantinya ditangkap
putera Panglima Polim, Cut Po Radeu saudara perempuannya & beberapa
keluarga terdekatnya. Akibatnya Panglima Polim meletakkan senjata &
menyerah ke Lhokseumawe pada Desember 1903.
Setelah Panglima Polim menyerah, banyak penghulu- penghulu rakyat
yang menyerah mengikuti jejak Panglima Polim. Taktik selanjutnya,
pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yang dilakukan di bawah
pimpinan Gotfried Coenraad Ernst van Daalen yang menggantikan Van
Heutz. Seperti pembunuhan di Kuta Reh dimana 2. 922 orang dibunuhnya.
Taktik terakhir menangkap Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar yang masih
melakukan perlawanan secara gerilya, dimana akhirnya Cut Nya Dien
dapat ditangkap & diasingkan ke Sumedang.
Kronologi Perang Aceh Melawan Belanda
Cut Nyak Dhien
17. Selama perang Aceh, Van Heutz telah menciptakan surat
pendek [korte verklaring, Traktat Pendek] tentang
penyerahan yg harus ditandatangani oleh para pemimpin
Aceh yg telah tertangkap & menyerah. Di mana isi dari surat
pendek :
Raja [Sultan] mengakui daerahnya sebagai bagian dari
daerah Hindia Belanda
Raja berjanji tak akan mengadakan hubungan dengan
kekuasaan di luar negeri
Berjanji akan mematuhi seluruh perintah-perintah yang
ditetapkan Belanda.
Perjanjian pendek ini menggantikan perjanjian-
perjanjian terdahulu yg rumit & panjang dengan para
pemimpin setempat. Walau demikian, wilayah Aceh tetap tak
bisa dikuasai Belanda seluruhnya, dikarenakan pada saat itu
tetap saja terjadi perlawanan terhadap Belanda meskipun
dilakukan oleh sekelompok orang [masyarakat]. Hal ini
berlanjut sampai Belanda enyah dari Nusantara & diganti
kedatangan penjajah baru yakni Jepang
Traktat Pendek