Dokumen ini membahas tentang persaingan antara Portugis dan Spanyol di Maluku pada abad ke-16. Perlawanan rakyat Maluku kemudian terjadi di bawah pimpinan Sultan Khaerun/Hairun melawan Portugis pada 1565. Puncak perlawanan terjadi pada 1575 ketika Portugis berhasil diusir dari Ternate. Perlawanan terus terjadi melawan Portugis dan VOC karena kebijakan monopoli dan tindakan kejam mereka. Pangeran Nuku kemudian memimpin per
2. Anggota kelompok :
Alvan A. (04)
Alfa Riski A (03)
Ezra Been P. (16)
Febriana Rizka Dwi R. (17)
Ulva susanti (33)
3. Portugis berhasil memasuki Kepulauan Maluku pada tahun 1521 yang
berpusat di Ternate. Tidak lama kemudian orang-orang Spanyol juga memasuki
Kepulauan Maluku dengan memusatkan kedudukannya di Tidore. Dari situ
terjadilah persaingan antara kedua belah pihak. Persaingan itu semakin tajam
setelah Portugis berhasil menjalin persekutuan dengan Ternate dan Spanyol
bersahabat dengan Tidore.
Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore melawan Portugis. Dalam
perang ini Portugis mendapat dukungan dari Ternate dan Bacan. Akhirnya
Portugis mendapat kemenangan.Upaya monopoli terus dilakukan.
Dalam menyelesaikan persaingan antara Portugis dan Spanyol dilaksanakan
perjanjian damai yaitu Perjanjian Saragosa pada tahun 1534. Dengan adanya
Perjanjian Saragosa kedudukan Portugis di Maluku semakin kuat.
5. Pada tahun 1565 muncul perlawanan rakyat Ternate di bawah pimpinan
Sultan Khaerun/Hairun. Portugis mulai kewalahan dan menawarkan perundingan
kepada Sultan Khaerun. Perundingan dilaksanakan pada tahun 1570 bertempat di
Benteng Sao Paolo. Ternyata semua ini hanyalah tipu muslihat Portugis. Pada saat
perundingan sedang berlangsung, Sultan Khaerun ditangkap dan dibunuh.
Setelah Sultan Khaerun dibunuh, perlawanan dilanjutkan di bawah pimpinan
Sultan Baabullah (putera Sultan Khaerun). Seluruh rakyat Maluku berhasil
dipersatukan termasuk Ternate dan Tidore untuk melancarkan serangan besar-
besaran terhadap Portugis. Akhirnya Portugis dapat didesak dan pada tahun 1575
berhasil diusir dari Ternate. Orang-orang Portugis kemudian melarikan diri dan
menetap di Ambon sampai tahun 1605. Tahun itu Portugis dapat diusir oleh VOC
dari Ambon dan kemudian menetap di Timor Timur.
6. Serangkaian perlawanan terus terjadi terhadap Portugis
maupun VOC yang melakukan tindakan kejam dan sewenang-
wenang kepada rakyat. Namun berbagai serangan itu selalu
dapat dipatahkan oleh kekuatan VOC yang memiliki peralatan
senjata lebih lengkap. Rakyat terus mengalami penderitaan
akibat kebijakan monopoli rempah-rempah yang disertai
dengan Pelayaran Hongi. Pada tahun 1680, VOC memaksakan
sebuah perjanjian baru dengan penguasa Tidore.
7. Kerajaan Tidore yang semula
sebagai sekutu turun statusnya menjadi
vassal VOC. Penempatan Tidore
sebagai vassal atau daerah kekuasaan
VOC telah menimbulkan protes keras
dari Pangeran Nuku. Akhirnya Nuku
memimpin perlawanan rakyat.
Timbullah perang hebat antara rakyat
Maluku di bawah pimpinan Pangeran
Nuku melawan kekuatan kompeni
Belanda (tentara VOC).
Bahkan dalam perlawanan ini
Inggris juga memberi dukungan
terhadap Sultan Nuku. Belanda
kewalahan dan tidak mampu
membendung ambisi Nuku untuk
lepas dari dominasi Belanda.
Akhirnya Sultan Nuku berhasil
mengembangkan pemerintahan yang
berdaulat dan melepaskan diri dari
dominasi Belanda di Tidore sampai
akhir hayatnya (tahun 1805).
Sultan Nuku mendapat dukungan
rakyat, bukan hanya rakyat Maluku saja
tetapi rakyat didaerah lainnya. Sultan Nuku
juga berhasil meyakinkan Sultan Aharal dan
Pangeran Ibrahim dari Ternate untuk
bersama-sama melawan VOC.