5. PERTEMPUAN PERTEMPURAN PERTEMPURAN
AWAL SAPARUA BANJAR ACEH
PERTEMPURAN SAPARUA, BANJAR, DAN
ACEH
OLEH
ALWAN HARDIANTO
ANDI YULIAWAN
ANGGIT LIPURING ARDIKORO
6. TAHUN 1453 MASEHI, KOTA KONSTANTINOPEL JATUH KE TANGAN TURKI
USMANI. AKIBATNYA, PERDAGANGAN DILAUT TENGAH MACET KARENA PIHAK
TURKI MELARANG BANGSA EROPA BERDAGANG DI KOTA TERSEBUT.
7. BANGSA EROPA AKHIRNYA MENCARI JALAN AGAR BISA LANGSUNG KE ASIA
DENGAN CARA PENJELAJAHAN SAMUDERA
8. DENGAN SEGALA USAHA, MEREKA DAPAT SAMPAI DI ASIA DAN
DIMULAILAH KOLONIALISME DAN IMPERALISME ATAS KEPENDUDUKAN
BANGSA EROPA DI ASIA
10. Sejak abad 17 Masehi, VOC menguasai Maluku. Sebelumnya telah ada
“negeri” yang terletak di wilayah pantai di Maluku Tengah.
Masyarakat Ambon mendapat hak atas tanah (dati) untuk
perkebunan-perkebunan cengkih selain tanah milik sendiri.
Cengkih tiap dati dijual kepada VOC dan hasil dari tanah pribadi
digunakan sendiri.
Sistem pemerintahan negeri dan pendidikan dikembangkan pula oleh
VOC.
Semua itu adalah beberapa dampak baik hadirnya VOC di Maluku.
11. Akan tetapi, banyak juga tindakan VOC yang menyeleweng
diantaranya:
Ekspedisi Hongi
Korupsi
Tindakan Gubernur Yang Semena-mena
Paksaan untuk menjadi soldadu (seradadu) ke Jawa
kepada penduduk Maluku.
12. Tindakan Belanda yang sewenang-wenang ini
mendapat reaksi keras dari para penduduk pribumi
Maret 1817 diadakan sebuah pertemuan antar
kelompok penduduk Maluku untuk membahas
penyerahan kedaulatan dari Inggris ke Belanda.
Pertemuan juga bermaksud membahas rencana
penyerangan ke arah kedudukan Belanda.
13. 15 Mei 1817, terjadi serangan
terhadap kedudukan Belanda di
benteng Duurstde.
Serangan diawali dengan
pembongkaran “orombai post”
(perahu pemrintah) yang
bermuatan kayu.
Residen Van De Berg ditangkap
tetapi dapat ditengahi dan
residen dapat dikembalikan
pulang ke Benteng Duurstde.
14. Setelah kejadian tersebut, terjadi baku tembak di
depan Benteng Duurstde.
Awalnya, pasukan Maluku kalah, tetapi karena
tembakan dari arah Benteng habis, maka Belanda pun
menyerah.
Prajurit beserta Residen Van Den Berg dan
keluarganya dibunh kecuali seorang anak usia 5 tahun.
15. 20 Mei 1817, Belanda melakukan serangan balasan yang dipimpin oleh
Mayor Betjes.
Dengan susah payah, pasukan ini dapat mendarat di Pulau Haruku dan
bermarkas di Benteng Zeelandia.
Dari Zeelandia, pasukan Betjes menyeberang ke Saparua dan berhasil
mendarat di Pualau Wasisil yang terletak disenelah barat Duurstde.
Pendaratan ini mendapat tembakan gencar dari pasukan Pattimura
dan pasukan Betjes menderita kekalahan.
Dari benteng Duurstde, Pattimura kemudian menyerang Pulau
Haruku dan Jazirah Hitu.
16. Kemenangan demi kemenangan pattimura terhenti ketika Jazirah Hitu
dapat kembali diduduki oleh Belanda.
Dari Hitu, Belanda menyerang Haruku dan pualu tersebut dapt
kembali dikuasai Belanda.
Dari Haruku, serangan dilanjutkan ke Saparua. Karena Belanda juga
menyerang dengan kapal perangnya, Pasukan Pattimura kalah dan
melarikan diri ke pegunungan.
17. Desember 1817, Pattimura dan pemimpin perang
lainnya tertangkap.
Pattimura mendapat hukuman pancung di Benteng
Victoria.
Dengan begitu, pertempuran dapat diredam oleh
Belanda.
BACK TO MAIN MENU
18. Pertempuran Banjar
berlangsung hampir 50 tahun
(1859-1905).
Konflik disebabkan karena
dominasi Belanda atas
perkebunan dan pertambangan
di Banjar.
Selain itu, Belanda juga selalu
mengintervensi urusan Kerajaan
Banjar.
19. Karena faktor tersebut, Pangeran Antasari
memobilisasi 3.000 orang pasuka untuk menyerang
pos Belanda.
28 April 1859, pos Belanda di Martapura dan Pengaron
diserang.
Ketika Pengaron menyerang, pasukan Kiai Demagn
Leman dan Haji Masrun menyerbu pos di istana
Martapura
20. 27 September 1859, terjadi pertmpuran di Gunung
Lawak. Karena jumlah pasukan tak
sebanding, pasukan Antasari melarikan diri ke hutan.
Disamping itu, kekosongan pemerintahan kesultanan
menjadi alasan Belanda untuk memasukkan Banjar ke
Hindia Belanda.
Akibatnya, timbul perlawanan baru di Hulu
Sungai, Kapas Laut, Barito, dan Kapuas Kahayan.
21. Serangan Belanda terus dilakukan dengan bergerilya.
Dan untuk meredam pertempuran ini, Belanda
melakukan aksi teror terhadap pihak Banjar dengan
cara membunuh para pemimpin Banjar.
Hal ini dilakukan untuk melemahkan moral pasukan
Banjar.
Pertempuran mulai melemah ketika Pangeran
Antasari dan Pangeran Hidayatullah meninggal.
BACK TO MAIN MENU
22. Pertempuran Aceh merupakan
pertempuran terlama dan terberat
yang pernah dialami Belanda (1873-
1904).
Pertempuran ini dimulai ketika
Belanda Sibolga dan Tapanuli
diduduki oleh Belanda.
Aceh merasa terancam karena letak
Belanda berada tepat di garis
perbatasan.
1824, diadakan perjanjian antara
Inggris dan Belanda yang isinya
Inggris diberi hak untuk menjajah
Malaya sedangkan Belanda
diperbolehkan menjajah Indonesia.
Selain itu, kedua belah pihak harus
mengakui dan menghormati
kesultanan Aceh.
23. Keadaan menjadi berubah ketika ditandatanginya Traktat Sumatera
yang isinya Belanda diberi keleluasaan untuk melebarkan kekuasaan
sampai Aceh.
7 Maret 1873, Komisaris Pemerintah Belanda untuk Aceh F.N
Nieuwenhusen berangkat ke Aceh dengan kapal Citadel van Anterwn.
Sesampainya di perairan Aceh, van Nieuwenhusen mengirimkan
utusan kepada Sultan Aceh agar mengakui kedaulatan Belanda atas
Aceh.
Tetapi utusan tersebut ditolak oleh Sultan.
26 Maret 1873, Belanda mengumumkan perang terhadap Aceh dan
Aceh pun bersiap menyambut kedatangan pasukan Belanda.
24. Aceh terus mempersiapkan pasukan. Dibangun kuta disepanjang
pantai Aceh Besar.
Selain itu, pertahanan di kota teus diperkuat. Persedian senjata Aceh
mencapai 5.000 peti mesiu dan 1.394 senapan yang didukung oleh
3.000 pasukan penjaga pantai serta 4.000 seradadu bersiap
mempertahankan istana.
5 April 1873, Belanda menyerang dengan kekekuatan 3.000 pasukan
dengan pimpinan Mayjend Kohler. Pertempuran pun berkecamuk di
pantai.
Karena kapal Belanda turut menembakkan meriam, maka pasukan
Aceh pun terpaksa mundur.
25. 18 Maret 1873, Masjid Raya dikuasai Belanda. Tetapi, Kohler tewas
ditembak oleh tentara Aceh.
Dari Masjid Raya, serangan dilanjutkan ke Istana tetapi Belanda
menemui kegagalan.
9 Desember 1873, Belanda kembali menyerang dengan pimpinan J. Van
Swieten. Serangan dikonsentrasikan ke istana.
Panglima Polem berusaha sekuat tenaga mempertahankan kota. 24
Januari 1874, Istana dapat dikuasai Belanda. Van Siweten
mengumumkan kekalahan pasukan Aceh. Akibatnya, ibulota Aceh ke
Indragiri.
26. Mendekati akhir abad 19, pertempuran masih berlangsung. Semangat
prajurit Aceh juga dilandasi dengan semangat jihad.
April 1874, Jenderal Peel (pengganti van swieten) membangun pos-pos
pertahanan di Kutaraja, Krueng Aceh, dan Meuraksa sebanyak 38 buah
yang berfungsi sebagai garis pembentung (afsluithings linie). Total
2.700 pasukan disebar di pos-pos ini.
27. Menjelang abad 20, posis Belanda di Aceh semakin tidak
menguntungkan. Biaya yang dikeluarkan untuk perang ini sangat
besar.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Belanda mengirim Snouck
Horgonje untuk menyelidiki kelemahan masyarakat Aceh dari
perspektif sosial-budaya.
Hasilnya, Snouck menjelaskan melalui buku yang berjudul “De
Atjehers”.
Isinya, Aceh dapat dilumpuhkan dengan cara pecah belah.
Kaum ulama dihadapi dengan kekerasan senjata, sedangkan kaum
bangsawan dan anak-anaknya diberi kesempatan untuk masuk di
korps pegawai kerajaan Belanda
28. Strategi ini ternyata cukup efektif. Terbukti Teuku Umar yang semula
menentang Belanda justru sempat keluar dari perjuangan dan masuk
di dinas militer Belanda.
Atas anjuran Cut Nya’ Dien (istrinya) dia keluar dari dinas militer dan
kembali berjuang.
29. Serangan terakhir yang dilakukan Belanda ialah penyerangan atas
Pidie. Belanda menyerang kota itu karena diperkirakan Sultan, Teuku
Umar, dan Panglima Polim diyakini ada disana.
Penyerbuan Belanda ini dapat menewaskan Teuku Umar pada tanggal
11 Februari 1899.
Cut Nya’ Din ditangkap dan pada tahun 1906 dibuang ke Cianjur.
Sultan Aceh, Alaudin Muhamad Daud menyerah terhadap Belanda
pada 20 Januari 1903.
30. Panglima Polim mendapat tekanan berupa penangkapan atas
istri, ibu, dan anak-anaknya.
Akhirnya, Panglima Polim menyerah terhadap Belanda beserta 150
orang sisa pasukannya pada 6 September 1903.
Dengan demikian berakhirlah perlawanan rakyat Aceh. Meskipun
begitu, perlawanan tetapada di abad 20 meskipun tak sekuat dulu.