SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
MAKALAH
RIBA dan BUNGA
Dosen Pengampu:
Bakhrul Huda, M.E.I
Penyusun:
Muhammad Samsul Mu’arif (G04219041)
Nabila Rasya Annisa (G04219051)
Naufal Hanif Ginang Wijnana (G04219057)
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas limpahan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah sesuai dengan rencana. Shalawat serta salam semoga tetap
terhaturkan kepada Rasulullah Muhammad Saw yang telah membawa umatnya dari kegelapan
menuju jalan terang benderang berupa agama Islam.
Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perbangkan Syariah Di
Indonesia dengan judul “Riba Dan Bunga”. Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1) Allah Swt karena hanya dengan seizin-Nya makalah ini dapat terselesaikan.
2) Bakhrul Huda, M.E.I Selaku dosen pembimbing mata kuliah Perbangkan Syariah Di
Indonesia.
3) Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini
4) Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas makalah
ini. Oleh karena itu mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan
penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Amin
Surabaya, 17 Febuari 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Depan........................................................................................................................
Kata Pengantar..........................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
A. Pengertian Riba dan Bunga...........................................................................................
B. Perbedaan dan Persamaan Riba dan Bunga..................................................................
C. Beberapa Tokoh yang Berasumsi Bahwa Bunga itu Riba............................................
D. Beberapa Tokoh yang Berasumsi Bahwa Bunga Bukan Riba ....................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Riba telah berkembang dari zaman jahiliyah sampai saat ini. Di Indonesia telah menjadi
perdebatan hangat mengenai bunga bank adalah riba, riba sendiri merupakan pendapatan
yang diperoleh secara tidak adil. Karena pada hakekatnya, riba atau pinjaman yang salah
penerapannya akan berakibat pada peningkatan harga barang normal menjadi sangat
tinggi. Sehingga berpengaruh besar terhadap neraca pembayaran antar bangsa, kemudian
mengakibatkan laju inflasi melejit.
Pelanggaran riba (prohibition of riba) dalam riba secara tegas dinyatakan haram seperti
khamar. Dalam perspektif ekonomi, pengharaman riba disebabkan oleh 4 faktor utama
yaitu: pertama, Karena riba menimbulkan ketidakadilan. Kedua karena riba menjadi
penyebab utama berlakunya ketidakseimbangan antara pemodal dan peminjam. Ketiga,
riba menjadi penghambat investasi karena semakin tinggi tingkat bunga maka semakin
kecil kecenderungan masyarakat untuk berinvestasi di sektor rill. Keempat, bunga dianggap
sebagai tambahan biaya produksi.
Dalam perekonomian modern, pada dasarnya bank adalah lembaga perantara dan
penyalur dana antara pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.
Peran ini disebut “Financial Intermediary”. Dalam melaksanakan tugasnya yang paling
menonjol sebagai financial intermediary itu, bank dapat dikatakan membeli uang dari
masyarakat pemilik dana ketika ia menerima simpanan, dan menjual uang kepada
masyarakat yang memerlukan dana ketika ia memberi pinjaman kepada mereka. Dalam
kegiatan ini muncul apa yang disebut bunga. Sri Edi Swasano, seorang pakar muslim dalam
disipilin ilmu ekonomi, berpendapat bahwa bunga adalah harga uang dalam transaksi jual-
beli tersebut. Dengan demikian, bunga yang ditarik oleh bank dari pemakai jasa, merupakan
ongkos adminitrasi dan ongkos sewa. Sehingga dari sini kelihatan bahwa penyimpanan
uang di bank akan mendapat bagian keuntungan dari bank berupa bunga yang diambilkan
dari bunga yang diterima oleh bank (Zuhri, 1996). Kapan sebenarnya manusia mulai
mempraktekkan riba? Tak ada catatan pasti tentang ini. Yang jelas, pada masa Nabi Musa
AS. orang- orang Yahudi dilarang mempraktekkan bunga. Larangan ini, terdapat di Old
Testament (Perjanjian Lama) dan UU Talmud. Di antaranya, Kitab Deuteronomy
(Ulangan) pasal 23 ayat 19: “Janganlah engkau membungakan kepada saudaramu, baik
uang maupun bahan makanan atau apa pun yang dapat dibungakan Ibnu Abi Zayd (w 136
H754 M) mengungkapkan bahwa praktek riba juga melanda bangsa Arab pra-Islam, di
mana riba dilakukan dengan berlipat ganda baik terhadap uang maupun berbagai macam
komoditi, serta perbedaan umur berlaku bagi binatang ternak. Apabila sudah mencapai
jatuh tempo, pihak piutang (kreditur) akan menanyakan kepada pihak yang berutang
(debitur), apakah engkau akan melunasi sekarang atau menambah pembayaran jumlah
utang yang engkau pinjam? Jika pihak debitur mempunyai sesuatu maka ia akan
membayarkannya, tetapi jika hutangnya berupa binatang ternak, maka umurnya dapat
meningkat (pada waktu pembayarannya).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian riba dan bunga ?
2. Apa perbedaan dan persamaan antara riba dan bunga?
3. Siapakah tokoh-tokoh yang menyatakan bahwa bunga adalah riba?
4. Siapakah tokoh-tokoh yang menyatakan bunga bukan riba?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami pengertian riba dan bunga.
2. Mengetahui dan memahami perbedaan maupun persamaan antara riba dan bunga.
3. Mengetahui tokoh-tokoh yang menyatakan bahwa bunga adalah riba.
4. Mengetahui tokoh-tokoh yang menyatakan bunga bukan riba.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN RIBA DAN BUNGA
Riba dalam bahasa arab adalah ziyadah yang berarti tambahan.dapat diartikan juga
secara linguistic riba juga berarti tumbuh dan membesar. Dalam bahasa Inggris, adalah
usury, yang artinya suku bunga yang lebih dari biasanya atau suku bunga yang mencekik.
Menurut para Fuqaha riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal
secara bathil baik dalam utang piutang maupun jual beli. Zuhaili menyebutkan bahwa arti
riba secara etimologi adalah tambahan.1 Imam Sarkhasi (bermazhab Hanafi)
mendefinisikan riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi jual beli tanpa
adanya iwadh (padanan).2 Ekonom muslim menyatakan riba adalah pengambilan tambahan
yang harus dibayarkan, baik dalam transaski jual beli maupun dalam pinjam meminjam.3
Ada beberapa pendapat yang dapat menjelaskan pengertian riba, Namun secara umum
terdapat benang merah yang menegaskan riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam
transaksi jual–beli maupun pinjam– meminjam secara bathil atau bertentangan dengan
prinsip muamalat dalam islam. Secara garis besar penghapusan riba dapat dimaknai sebagai
penghapusan segala bentuk praktik ekonomi yang dapat menimbulkan kezaliman atau
ketidakadilan. Berbicara mengenai bunga bank, maka tidak bisa lepas dari yang namanya
riba. Dan kata riba itu sendiri dari bahasa Arab yang secara etimologis berarti “tambahan”
(az-Ziyadah)” (Nasution, 1996) atau “kelebihan”(Zuhdi, 1998), yakni tambahan
pemabayaran atas uang pokok d pinjaman. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa riba
merupakan kelebihan sepihak yang dilakukan oleh salah satu dari orang yang sedang
bertransaksi.
Riba tidak hanya dipahami dan direduksi pada masalah bunga bank saja. Tetapi dapat
diartikan riba dapat hidup laten atau poten di dalam sistem ekonomi yang diskriminatori,
eksploitatori, dan predatori yang berarti dapat hidup di dalam suatu sistem ekonomi
1 Zuhaili,Tafsir al- Munir fi al-Aqidah wa as-Syariah wa al-Manhaj(Bierut:Dar al-Fikr al-Muashir,1998),hal.84
2 As-Sarkhasi,Al-Mabsut,(Mauqi al-Islam,tanpa tahun), Vol 14, Hal 461
3 Al-Jurjani,at-Ta’rifat(Mesir:Mustafa al_Babi al-Halabi wa Auladuh,1938),p.97.
subordinasi, kapitalistik, neoliberalistik dan hemogemonik imperialistik, yang tidak bisa
dibatasi dari segi perbankan saja4
Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba hutang piutang (yad)
dan riba jual beli (bai’). Riba hutang – piutang (yad) terbagi menajdi dua yaitu: Riba qardh
dan riba jahiliyah. Sedangkan riba jual beli atau (bai’) terbagi dua juga yaitu: Riba fadhl
dan riba nasi’ah. Berikut penjelasanya 5 :
1. Riba Hutang Piutang (yad):
a) Riba Qardh yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang diisyaratkan
terhadap yang berhutang (muqtaridh).
b) Riba Jahiliyah adalah hutang dibayar lebih dari pokonya , Karena si peminjam tidak
mampu membayar hutangnya pada waktu yang di tetapkan .
2. Riba Jual Beli (Bai’):
a) Riba Fadhl adalah pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang
berbeda , sedangkan barang yang di pertukarkan itu termasuk dalam jenis barang
ribawi.
b) Riba Nasi’ah adalah penangguhan penyerahaan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang di pertukarkan dengan jenis barang ribawi lainya. Riba dalam nasi’ah
muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang
diserahkan saat ini dengan yang di serahkan kemudian.
Prinsip – prinsip untuk menentukan adanya riba di dalam transaksi kredit atau barter
yang diambil dari sabda Rasulullah SAW:
1. Pertukaran barang yang sama jenis dan nilainya, tetapi berbeda jumlahnya, baik
secara kredit maupun tunai dan mengandung unsur riba.
Contoh: adanya unsur riba di dalam pertukaran satu ons emas dengan setengah ons
emas.
2. Pertukaran barang yang sama jenis dan jumlahnya, tetapi berbeda niali atau
harganya dan dilakukan secara kredit serta mengandung unsur riba. Pertukaran
semacam ini akan terbebas dari unsur riba apabila di jalankan dari tangan ke tangan
secara tunai.
4 Sri-Edi Swasono,”Ekonomi IslamdalamPancasila”,Makalah Interntional Seminar on Implementation of
IslamicEconomics,dalamrangka Annual Meetingf of Indonesian Economics Experts Association UNAIR
(Surabaya,18-17 Februari 2020),h. 22-23.
A. 5 Antonio Syafii ,Bank Syariah dari Teori ke Praktik , Geman Insani Perss ,2001 h 41.
3. Pertukaran barang yang sama nilai dan harganya tetapi berbeda jenis dan
kuantitasnya, serta dilakukan secara kredit dan mengandung unsur riba. Tetapi
apabila pertukaran ini dilakukan dari tangan ke tangan secara tunai, maka
pertukaran tersebut bebas dari riba.
4. Pertukaran barang yang berbeda jenis, nilai dan kuantitasnya, baik secara kredit dari
tangan ke tangan, terbebas dari riba, sehingga di perbolehkan.
5. Jika barang itu dicampurkan yang mengubah jenis dan nilainya, pertukaran dengan
kuantitas yang berbeda baik secara kredit maupun dari tangan terbebas dari unsur
riba sehingga sah.
6. Di dalam perekonomian yang berasaskan uang, harga barang ditentukan dengan
standar mata uang suatu negara, pertukaran suatu barang yang sama dengan
kuantitas berbeda, baik secara kredit maupun dari tangan ke tangan, Keduanya
terbebas dari riba, dan oleh karenanya di perbolehkan.
Menurut imam syafi’i jenis barang yang masuk ke dalam barang ribawi ialah: pertama,
Mata uang emas dan perak, baik itu dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainnya.
Kedua, bahan makanan pokok, seperti: beras, gandum, dan jagung serta bahan makanan
tambahan, seperti: sayur-sayuran, buah-buahan.
Di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah terdapat beberapa ayat yang membicarakan riba
secara eksplisit di antaranya adalah: 1. Firman Allah SWT:
a. Surat Ali Imran (30): 130 ‫تقلحون‬ ‫لعلكم‬ ‫هللا‬ ‫واتقوا‬ ‫مضفة‬ ‫اضعافا‬ ‫الربوا‬ ‫كلوا‬ ‫تا‬ ‫ال‬ ‫امنوا‬ ‫یایھاالدین‬
b. Surat Al Baqarah (2): 275 ‫الربوا‬ ‫وحرم‬ ‫البیع‬ ‫هللا‬ ‫واحل‬
c. Surat Al Baqarah (2): 278 - 279 ‫من‬ ‫بقي‬ ‫ما‬ ‫روا‬ ‫ود‬ ‫هللا‬ ‫اتقوا‬ ‫امنوا‬ ‫الدین‬ ‫یاایھا‬.‫مؤمنین‬ ‫كنتم‬ ‫ان‬ ‫بوا‬ ‫الر‬
‫والتظلمون‬ ‫التظلمون‬ ‫اموالكم‬ ‫رءوس‬ ‫فلكم‬ ‫تبتم‬ ‫وان‬ ‫ورسولھ‬ ‫هللا‬ ‫من‬ ‫بحرب‬ ‫نوا‬ ‫فاد‬ ‫تفعلوا‬ ‫لم‬ ‫فان‬
Dari beberapa ayat dan hadis yang telah disebutkan tadi jelaslah bahwa riba itu betul-
betul dilarang dalam agama Islam. Muncul sebuah pertanyaan, apakah semua riba termasuk
dalam katagori arti atau maksud dari ayat dan hadits di atas?. Jawaban dari pertanyaan
tersebut adalah ada beberapa pendapat dari para ulama. Di sini dijelaskan riba nasi’ah
jelasjelas dilarang karena ayat tersebut diturunkan karenanya (kejadian di masa jahiliyah).
Jadi, dengan kata lain, turunnya ayat itu karena adanya riba nasi’ah.
bayaran; apabila terlambat lagi, ditambah pula terus-menerus, tiap keterlambatan wajib
ditambah lagi, sampai utang yang asalnya seratus rupiah akhirnya menjadi beribu-ribu.
Kalau dengan gadai, barang yang tergadai juga tetap tergadai”(Rasjid, 1997) Menurut Ibnu
Qayyim dalam kitab ‘Ilami al-Muwaqi’in, sebagaimana dikutip Sulaiman Rasjid,
mengatakan, bahwa “riba nasi’ah adalah riba yang dilakukan oleh kaum jahili di masa
jahiliyah. Mereka menta-khirkan utang dari waktu yang semestinya dengan
menambahSecara leksial, Bunga sebagai terjemahan dari kata interest. Secara istilah
sebagaimana diungkapkan dalam suatu kamus dinyatakan, bahwa interest is a charge for a
financial loan, ussualy a percentage of the amount loaned. Pendapat lain menyatakan
“interest yaitu sejumlah uang yang dibayar atau dikalkulasi untuk penggunaan modal.
Jumlah tersebut misalnya dinyatakan degan satu tingkat atau prosentase modal yang
bersangkut paut dengan itu yang sekarang sering dikenal dengan suku bunga modal”
(Muhammad, 2000). Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang yang biasanya
dinyatakan dengan prosentase dari uang yang dipinjamkan. Pendapat lain menyatakan
interest yaitu sejumlah uang yang dibayar atau dikalkulasi untuk penggunaan modal.
Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau prosentase modal yang
bersangkut paut dengan itu yang dinamakan suku bunga modal.
Hakikat pelarangan tersebut adalah tegas, mutlak, dan tidak mengandung perdebatan.
Tidak ada ruang untuk mengatakan bahwa riba mengacu sekedar pada pinjaman dan bukan
bunga, karena Nabi melarang mengambil, meskipun kecil, pemberian jasa atau kebaikan
sebagai syarat pinjaman, sebagai tambahan dari uang pokok. Meskipun demikian, jika
pemgembalian pinjaman pokok dapat bersifat positif atau negatif tergantung pada hasil
akhir suatu bisnis, yang tidak diketahui terlebih dahulu. Ini diperbolehkan asal ditanggung
bersama menurut prinsip- prinsip keadilan yang ditetapkan dalam syari’ah.
Bunga dapat dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu:
1. Bunga tetap: Tingkat suku bunga akan berubah selama satu periode tertentu sesuai
kesepakatan. Jika suku bunga pasar berubah, maka bank akan tetap konsisten pada suku
bunga yang telah menjadi kesepakatan.
2. Bunga mengambang: dalam system ini tingkat suku bunga akan mengikuti naik
turunnya suku bunga pasar. Sistem kredit ini ditetapkan untuk jangka panjang.
Contohnya: kredit kepemilikan bunga.
3. Bunga Flat: pada system ini, jumlah pembayaran pokok dan bunga kredit besarnya
sama setiap bulan.
4. Bunga Efektif: perhitungan beban bunga dihitung setiap akhir periode pembayaran
angsuran bedasarkan saldo pokok. Beban bunga akan berkurang seiring dengan cicilian
pada setiap bulannya.
5. Bunga Anuitas: cara kerja bunga anuitas hampir sama dengan bunga efektif. Namun
terdapat rumus anuitas didalam perhitungan beban bunga anuitas yang bisa menetapkan
besarnya cicilan sama secara terus menerus.
Dampak dari riba yang dapat dirasakan oleh masyarakat adalah
Semua agama samawi (revealed relegion) telah melarang praktek bunga bank, karena
dapat menimbulkan dampak bagi masyarakat pada umumnya dan bagi mereka yang terlibat
langsung pada praktek riba pada khususnya. Adapun dampak akibat dari praktek riba
adalah: 1. Menyebabkan eksploitasi (pemerasan) oleh si kaya terhadap si miskin. 2. Uang
modal besar yang dikuasai oleh the haves tidak disalurkan ke dalam usaha-usaha yang
produktif, misalnya pertanian, perkebunan, industri, dan sebagainya yang dapat ciptakan
lapangan kerja banyak, yang sangat bermanfaat bagi masyarakat dan juga bagi pemilik
modal itu sendiri, tetapi modal besar itu justru disalurkan dalam perkreditan berbunga yang
belum produktif. 3. Bisa menyebabkan kebangkrutan usaha dan pada gilirannya bisa
mengakibatkan keretakan rumah tangga, jika si peminjam itu tidak mampu untuk
mengembalikan pinjaman dan bunganya (Zuhdi, 1997). 4. Riba dapat menimbulkan
permusuhan antara pribadi dan mengurangi semangat kerja sama atau saling menolong
dengan sesama manusia, dengan mengenakan tambahan kepada peminjam akan
menimbulkan prasaan bahwa peminjam tidak tahu kesulitan dan tidak mau tahu penderitaan
orang lain. 5. Riba merupakan salah satu bentuk penjajahan. Kreditur yang meminjamkan
modal dengan menenutut pembayaran lebih kepada peminjam dengan nilai yang telah
disepakati bersama menjadikan kreditur mempunyai legitimasi untuk melakukan
tindakantindakan yang tidak baik untuk menuntut keasepakatan tersebut. Karena dalam
kesepakatan kreditur telah memperhitungkan keuntungan yang telah diperoleh dari
kelibahan bunga yang akan didapat, dan itu sebenarnya hanya berupa pengharapan dan
belum terwujud.
B. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN RIBA DAN BUNGA
Pada dasarnya segala jenis riba dalam pandangan islam hukumnya haram. Definisi ini
sudah sangat jelas, sepanjang sejarah bahwa riba adalah dilarang tanpa diragukan lagi.
Namun pertanyaan yang seringkali muncul adalah apa yang dimaksud riba?. Di antara
mazhab pemikiran Islam berpendapat bahwa riba mencakup bunga (intrest) dalam segala
bentuknya.6 Tetapi, beberapa ulama tidak serta merta menerima pendapat yang menyatakan
6 M. Umer Chapra,The Future Of Economics: An Islmic Perspective,terj. Amdiar Amir dkk. (Jakarta:Penerbit
Shariah Economic and BankingInstitute(SEBI), 2001), hlm. 264.
bahwa bunga bank termasuk riba. Kontroversi mengenai hal ini terus terjadi perdebatan,
baik dikalangan mahasiswa, para ulama maupun para ekonom muslim. Ada beberapa
pendapat ulama terkait dengan perdebatan riba dan bunga bank. Pertama, mayoritas ulama
salaf dan khalaf, termasuk al-A’immah al-Mujtahidin dari kalangan Sunni dan Syi’i.
sedangkan dari kelompok neo- revevalis, seperti Abu A’la al-Maududi, melihat riba dari
segi dampak yang ditimbulkan. Mereka sepakat bahwa hukum riba an-nasiah adalah haram
berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 275-278. Jenis riba an-nasi’ah adalah praktek riba yang
terjadi pada masa Jahiliyyah pra-Islam. Terkait perdebatan apakah bunga bank sama
dengan riba atau tidak, Al- Maududi menyatakan bahwa bunga bank adalah termasuk riba
yang dilarang.7 Pernyataan al-Maududi adalah sesuai dengan Fatwa Majlis Ulama
Indonesia yang berpendapat bahwa bunga bank adalah haram. Menurut Adiwarman Karim,
bunga bank dalam perbankkan konvensional termasuk riba an-nasi’ah. Praktek ini
seringkali muncul dalam pembayaran bunga deposito, tabungan, giro dan lainlain. Karim
menjelaskan lebih jauh bahwa keharaman bunga bank karena bank sebagai kreditur
mensyaratkan pembayaran bunga yang besarnya tetap dan ditentukan terlebih dahulu
diawal transaksi. Padahal bisa jadi nasabah yang mendapatkan pinjaman tersebut belum
tentu untung, tetapi ia harus membayar bunganya ke bank, dan bank tidak mau tahu apakah
nasabah tersebut untung atau rugi.
Disinilah adanya unsur saling mendhalimi dan ketidakadilannya. Unsur-unsur yang
seperti ini tidak diperbolehkan dalam Islam.8 Pendapat kedua, menurut ulama modernis,
seperti Muhammad Abduh dan Rasyaid Ridha, berpendapat bahwa bunga bank dapat
dikategorikan riba jika bunga tersebut berlipat ganda.9 Pendapat ini didasarkan pada ayat
al- Qur’an Surat Ali Imran (3): 130. Konsekwensinya adalah Abduh membolehkan bunga
bank dengan alasan bahwa, pertama, bunga bank adalah tidak bersifat menindas, justru
mendorong kemajuan ekonomi; kedua, menabung di bank pada dasarnya merupakan
perkongsian (mudharabah), walaupun tidak sama persis dengan yang diformalkan dalam
fikih; dan ketiga, sebagai konsekwensi alasan pertama, yaitu perbankkan dapat mendorong
kemajuan dalam bidang- bidang lain, disamping ekonomi. Pendapat ini juga oleh pendapat
Ahmad Hasan dan Umer Chapra yang menyatakan bahwa riba diharamkan karena berlipat
ganda dan eksploitatif. Sehingga ia berpendapat bahwa hukum bunga lembaga-lembaga
7 Abu al-A’la al-Maududi,ar-Riba(Beirut:Dar al-Fikr;t.t), p. 40-2,82, 113-9 dan al-Maududi,Islamdan Delema
Ekonomi, penerj. Rifyal Ka’bah (Jakarta:Menoret, t.t ), p.70. lihatjuga Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah ,hlm.
278-279.
8 Habib Nazir dan Muhammad Hasanuddin,InseklopediEkonomi Dan Perbankkan Syariah…,hal.564.
9 Muhammad Abduh, Tafsir al-Manar,cet.2 (Bierut: Dar Ma’rifah li at-Taba’ah wa an-Nasyr,t.t.) III.114.
keuangan modern adalah tidak haram karena tidak sama dengan riba pada zaman Jahiliyyah
yang berlipat ganda dan eksploitatif.10
Kemudhorotan system bunga sehingga di kelompokkan sebagai riba, antara lain
adalah:
1. Mengakumulasi dana untuk kehidupan pribadi
2. Bunga adalah tanggungan yang diberikan kepada penanggung selanjutnya
3. Menyalurkan hanya kepada mereka yang mampu
4. Penanggung terakhir adalah masyarakat
5. Terjadi kesenjangan yang tidak ada habisnya.
C. BEBERAPA TOKOH YANG BERASUMSI BAHWA BUNGA ADALAH RIBA
Beberapa tokoh berbeda pendapat tentang riba yang diharamkan adalah riba yang
bersifat ’afatan atau berlipat ganda. Pendapat ini dikemukakan oleh Abdullah Yusuf Ali
dan Muhammad Asad, yang menafsirkan riba sebagai usury yang berarti suku bunga yang
lebih dari biasanya atau suku bunga yang tinggi dan bukan interest (bunga yang rendah).
Adanya perbedaan penafsiran terhadap interest dan usury ini membawa konsekwensi
problem konseptual yang serius sehingga timbul perbedaan pendapat terhadap kategori riba
yang diharamkan. Jika merujuk kepada pendapat tafsiran Abdullah Yusuf Ali dan
Muhammad Asad maka bunga bank tidak termasuk riba yang diharamkan.11
Senada dengan pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad Abduh, Muhammad
Rashid Rida, Abd al-Wahab Khallaf, Mahmud Shaltut.12 Mereka berpendapat bahwa riba
yang diharamkan adalah riba yang berlipat ganda dan tidak termasuk riba yang kadarnya
rendah. Mereka memahami sesuai dengan konteks ayat riba yang mengharamkan riba yang
berlipat ganda. Sanhuri juga menganggap sebagaimana yang dikutip oleh Abdullah Saeed,
bahwa bunga yang rendah atas modal adalah halal atas dasar kebutuhan. Ia menambahkan
bahwa hukum harus menentukan batas-batas suku bunga, metode pembayaran dan total
bunga yang harus dibayar. Namun pendapat terakhir ini mempunyai beberapa kelemahan,
karena sepanjang sejarah tingkat (kadar) suku bunga berbeda-beda (fluktuatif) mengikuti
keadaan, baik dari segi waktu dan tempat. Oleh karena itu sukar untuk menentukan tingkat
suku bunga yang tinggi atau yang rendah berdasarkan waktu dan tempat.
10 Umar Chapra,The Future of Economics: An Islamic Perspective,terj.(Jakarta: SEBI, 2001), hal.265.dan juga
lihatAbdul Mungits, Ketidakpastian Jenis dan KriteriaHukumRiba,hal.50.
11 1 M. Umer Chapra,The Future of Economics: An Islamic Perspective,h.2001: 222-223.
12 Ab. Mumin Ab. Ghani & Fadillah Mansor(Penyunting),DinamismeKewangan Islamdi Malaysia,39.Abdullah
Saeed, Islamic Bankingand Interest, 42-44.
Mohammad Hatta. Mantan Wakil Presiden RI, sebagaimana dikutip oleh Masjfuk
Zuhdi menerangkan bahwa riba adalah untuk pinjaman yang bersifat kosumtif, sedangkan
rente adalah untuk pinjaman yang bersifat produktif, demikian pula istilah usury dan
interest, bahwa usury ialah bunga pinjaman yang sangat tinggi, sehingga melampaui suku
bunga yang diperbolehkan oleh hokum. yang dianggap wajar. Namun setelah mapannya
lembaga dan pasar keuangan, kedua istilah itu menjadi hilang. Dalam pandangan sebagian
mufassir, kata sandang (definite article alif lam), berarti menunjuk kasus tertentu
(ma’rifah). Maka makna kata ar- riba yang dimaksud adalah praktek pengambilan untung
dari debitur yang sudah biasa di kalangan orang-orang Arab pra-Islam ketika al-Qur’an
belum diturunkan, dengan pemahaman ini, kesimpulan awal yang barangkali sangat
penting untuk dicatat, bahwa untuk bisa memahami ayat secara lebih tepat dan mengena,
seorang harus mengetahui sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat (asbab an-Nuzul),
barulah kemudian dapat diketahui apa arti riba sebenarnya (Nasution, 1996). Abu zaheah,
abu’ala al-maududi Abdullah al- ‘arabi dan yusuf Qardhawa mengatakan bahwa bunga
bank itu termasuk riba nasiah yang dilarang oleh islam. Pendapat ini dikuatkan oleh Al-
Syirbashi, menurut beliau bahwa bunga bank yang diperoleh seseorang yang menyimpan
uang di bank termasuk jenis riba,baik sedikit maupun banyak.
Pendapat ketiga, menurut pendapat Fazlurrahman (1984), Muhammad Asad (1984),
dan Said Najjar (1989) bahwa riba dikatakan haram karena eksploitatif. Mereka memahami
ayat-ayat riba lebih melihat pada aspek moral dari pada legal-formalnya. Sehingga mereka
berpendapat bahwa hukum bunga bank menjadi fleksibel dan relatif. Jadi bunga bank yang
dilarang adalah yang dalam prakteknya ada unsur eksploitasi terhadap debitur. Jika tidak,
maka bunga bank tidak dilarang. Douallibi (Syiria) membedakan antara pinjaman produktif
dan konsumtif. Ia berpendapat bahwa dalam pinjaman produktif diperbolehkan ada bunga,
sedangkan dalam pinjaman konsumtif tidak diperbolehkan karena ada unsur eksploitasi
terhadap orang lemah.
Argumen lainnya yang menyatakan bahwa karena bunga yang diberikan oleh institusi
keuangan saat ini tidak sama dengan riba yang dipraktekkan pada zaman jahiliah. Tetapi
argumen ini, tidak mampu menggoyangkan pendapat para fuqaha dan mayoritas ekonom
muslim modern yang menjunjung konsensus historis tentang riba, yang banyak mendapat
dukungan.18 Pendapat mereka, istilah riba mengandung arti bunga dalam segala
manifestasinya tanpa membedakan antara pinjaman untuk konsumtif maupun produktif,
antara pinjaman bersifat personal maupun komersial, atau apakah peminjam itu
pemerintah, individu swasta atau perusahaan dan tidak membedakan antara suku bunga
rendah maupun tinggi. Hal ini jelas terangkum pada Q.S. al-Baqarah [2]: 275-279.
Argumen bagi kalangan yang mencari celah untuk membolehkan bunga, bahwa bunga
dilarang karena pada zaman Rasulullah Saw hanya ada pinjaman konsumtif dan bunga yang
disertakan dalam pinjaman tersebut termasuk pemerasan. Tetapi pendapat ini tidak tepat
dan bertentangan dengan fakta. Sebab secara historis, pada periode Nabi Saw masyarakat
muslim telah terbiasa dengan cara hidup yang sederhana dan tidak melakukan praktek
konsumsi mencolok, oleh karena itu, tidak ada alasan untuk meminjam uang untuk tujuan
pamer diri dan untuk keperluan konsumsi yang tidak penting. Kalaupun diasumsikan ada,
praktek pinjaman ini pasti sangat terbatas pada kalangan tertentu dan jumlahnya pun sedikit
sehingga dapat dipenuhi lewat qard al-hasan
D. BEBERAPA TOKOH YANG BERASUMSI BAHWA BUNGA BUKAN RIBA
Mufti besar Mesir Muhammad Abduh dan muridnya, Rasyid Rida, memahami larangan
riba dalam al-Qur’an karena melipatgandakan kelebihan/keuntungan setelah jatuh tempo.
Menurut keduanya, kelebihan (atau bunga) yang disepakati dalam akad pertama tidaklah
haram. Yang haram itu ialah jika setelah jatuh tempo dibuat akad lain dengan
melipatgandakan bunga karena si peminjam tidak mampu membayar. Mufti besar Mesir
Muhammad Abduh dan muridnya, Rasyid Rida, memahami larangan riba dalam al-Qur’an
karena melipatgandakan kelebihan/keuntungan setelah jatuh tempo. Menurut keduanya,
kelebihan (atau bunga) yang disepakati dalam akad pertama tidaklah haram. Yang haram
itu ialah jika setelah jatuh tempo dibuat akad lain dengan melipatgandakan bunga karena si
peminjam tidak mampu membayar.
Suatu tingkat bunga simpanan akan dikatakan menarik manakalah: Pertama, lebih
tinggi dari tingkat inflasi, karena pada tingkat bunga yang lebih renda, dana yang disimpan
nilainya akan dikikis inflasi. Kedua, lebih tinggi dari tingkat bunga riil di luar negeri karena
pada tingkat bunga yang lebih rendah dengan dianutnya sistem devisa bebas, dana-dana
besar akan lebih menguntugkan untuk disimpan (diinvestasikan) di luar negeri. Ketiga,
lebih bersaing di dalam negeri, karena penyimpanan dana akan memilih bank yang paling
tinggi menawarkan tingkat bunga simpanannya dan memberikan berbagai jenis bonus atau
hadiah. Kemudian pada sisi penyaluran dana tingkat bunga simpanan itu ditambah dengan
prosentasi tertentu untuk spread yang terdiri dari; Biaya operasional, Cadangan kredit
macet, Cadangan wajib, dan Profit marjin, dibebankan kepada peminjam dana. Artinya
peminjam dana-lah yang sebenarnya membayar bunga simpanan dan spread bagi bank
tersebut.
Dari beberapa ulama dapat kita simpulkan bahwa:
1. Dalam keadaan darurat bunga halal haramnya, hanya bunga yang berlipat ganda
saja yang dilarang. Adapun suku bunga yang “wajar” dan tidak mendholimi
diperkenankan
2. Lembaga Keuangan Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank sebagai Lembaga
“hukum”tidak termasuk dalam territorial hukum ta’lif.
3. Hanya kredit yang bersifat konsumtif sajalah yang pengambilan bunganya dilarang,
adapun yang produktif tidak demikian
4. Bunga diberikan sebagai ganti rugi atas hilangnya kesempatan untuk memperoleh
keuntungan dari pengelola tersebut.
5. Uang dapat dianggap sebagai komoditi sebagaimana barang-barang lainnya
sehingga dapat disewakan atau mengambil upah atas barang tersebut.
6. Jumlah uang masa kini memiliki nilai yang lebih tinggi dari jumlah yang sama pada
suatu nanti, oleh karena itu bunga diberikanb untuk mengimbangi penurunan nilai
atau daya beli uang ini.
7. Bunga diberikan untuk mengimbangi laju inflasi yang mengakibatkan menyusutnya
nilai uang atau daya beli uang itu.
8. Bunga diberikan sebagai imbalan atas pengorbanan tidak atau berpantang
menggunakan pendapatan yang diperoleh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan elaborasi dan analisis dapat disimpulkan bahwa hukum riba dalam
Alqur’an dengan tegas dinyatakan haram. Esensi pelarangan riba (usurios) dalam Islam
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan moral dan kemanusiaan sebab esensi
pelarangan riba adalah penghapusan segala bentuk praktik ekonomi yang menimbulkan
kezaliman dan ketidakadilan.
Beberapa tokoh berbeda pendapat tentang riba yang diharamkan adalah riba yang
bersifat ’afatan atau berlipat ganda. Pendapat ini dikemukakan oleh Abdullah Yusuf Ali
dan Muhammad Asad, yang menafsirkan riba sebagai usury yang berarti suku bunga yang
lebih dari biasanya atau suku bunga yang tinggi dan bukan interest (bunga yang rendah).
Mufti besar Mesir Muhammad Abduh dan muridnya, Rasyid Rida, memahami larangan
riba dalam al-Qur’an karena melipatgandakan kelebihan/keuntungan setelah jatuh tempo.
Menurut keduanya, kelebihan (atau bunga) yang disepakati dalam akad pertama tidaklah
haram.
DAFTAR PUSTAKA
Saeed Abdullah Islamic Bankking Interest a study of riba, Lahore: Arif Maftuhin,
2004
Zulkifli Sunarto Panduan Peraktis Transaksi Perbangkan Syariah, Penerbit Zikrul
Hakim, 2007
Sumar’in Konsep Kelemabgaan Bank Syariah, Graha Ilmu, 2012
Muhamad, Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Ancaman,
Penerbit Ekonisia, 2004
Ayyub, Muhammad, Understanding Islamic Finance, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2009
Marwini, 2017, Kontroversi Riba Dalam Perbankan Konvensional Dan
Dampaknya Terhadap Perekonomian, Vol 9, No 1 http://ejournal.uin-
suka.ac.id/syariah/azzarqa/article/view/1428
Fahruddin, Fuad M., 1985, Riba dalam Bank: Koperasi, Perseroan dan Asuransi,
Bandung: al-Ma’arif
Khoirul Hadi al-Asy’ari, Riba Dan Bunga Bank Dalam Pandangan Ibnu Qayyim
Jurnal Syari’ah Vol. II, No. II, Oktober 2014

More Related Content

What's hot

Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)Khusnul Kotimah
 
FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)
FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)
FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)Marlinn Marlinn
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMiftah Iqtishoduna
 
agen jual beli (simsar) dan menimbun (ihtikar)
agen jual beli (simsar) dan menimbun (ihtikar)agen jual beli (simsar) dan menimbun (ihtikar)
agen jual beli (simsar) dan menimbun (ihtikar)nurul agustina
 
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2Marhamah Saleh
 
Akad Wakalah dalam Aplikasi Flip
Akad Wakalah dalam Aplikasi FlipAkad Wakalah dalam Aplikasi Flip
Akad Wakalah dalam Aplikasi FlipNefianti Aliah
 
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)Dede Adi Nugraha
 
Syirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahSyirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahayusl268
 
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh
Kes kajian Jual Beli Di Tamu KianggehKes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggehezz_ally
 

What's hot (20)

Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
Jual Beli, Khiyar dan Riba (Fiqih Muamalah)
 
FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)
FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)
FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
 
Riba Bank dan Asuransi
Riba Bank dan AsuransiRiba Bank dan Asuransi
Riba Bank dan Asuransi
 
Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)
 
Fiqih praktis hutang
Fiqih praktis hutangFiqih praktis hutang
Fiqih praktis hutang
 
Riba&Bank
Riba&Bank Riba&Bank
Riba&Bank
 
agen jual beli (simsar) dan menimbun (ihtikar)
agen jual beli (simsar) dan menimbun (ihtikar)agen jual beli (simsar) dan menimbun (ihtikar)
agen jual beli (simsar) dan menimbun (ihtikar)
 
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
 
Akad Wakalah dalam Aplikasi Flip
Akad Wakalah dalam Aplikasi FlipAkad Wakalah dalam Aplikasi Flip
Akad Wakalah dalam Aplikasi Flip
 
Hadis tentang simsar/calo
Hadis tentang simsar/caloHadis tentang simsar/calo
Hadis tentang simsar/calo
 
07 HUKUM RAHN (GADAI)
07 HUKUM RAHN (GADAI)07 HUKUM RAHN (GADAI)
07 HUKUM RAHN (GADAI)
 
Ar rahn
Ar rahnAr rahn
Ar rahn
 
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
 
Sharf
SharfSharf
Sharf
 
Kel.7 sharf
Kel.7 sharfKel.7 sharf
Kel.7 sharf
 
Syirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alahSyirkah dan Ji'alah
Syirkah dan Ji'alah
 
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh
Kes kajian Jual Beli Di Tamu KianggehKes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh
 
Valas
ValasValas
Valas
 
Bai Al- Tawarruq
Bai Al- TawarruqBai Al- Tawarruq
Bai Al- Tawarruq
 

Similar to Makalah kelompok 3

Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)Marhamah Saleh
 
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdfKB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdfmuhamadizlis
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12Marhamah Saleh
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Trie Nakita Sabrina
 
Bab 12 riba, bank dan asuransi
Bab 12 riba, bank dan asuransiBab 12 riba, bank dan asuransi
Bab 12 riba, bank dan asuransiwahyudinia112
 
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptx
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptxPresentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptx
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptxagussalimmjl
 
Ekonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang ribaEkonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang ribanadhifarahma
 
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasiRiba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasiSetiono Winardi
 
Riba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransiRiba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransifawaida
 
Ppt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptx
Ppt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptxPpt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptx
Ppt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptxNabilaSuhendra1
 
mudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsmudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsAlalan Tanala
 
Riba dan bunga (kelompok 3)
Riba dan bunga (kelompok 3)Riba dan bunga (kelompok 3)
Riba dan bunga (kelompok 3)nabilarasya
 
Riba haram dalam islam. Allah halalkan jual beli dan Allah haramkan riba.ppt
Riba haram dalam islam. Allah halalkan jual beli dan Allah haramkan riba.pptRiba haram dalam islam. Allah halalkan jual beli dan Allah haramkan riba.ppt
Riba haram dalam islam. Allah halalkan jual beli dan Allah haramkan riba.pptMuhammadAkmalulRizal
 

Similar to Makalah kelompok 3 (20)

Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
 
Hk perbankan syari’ah
Hk perbankan syari’ahHk perbankan syari’ah
Hk perbankan syari’ah
 
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdfKB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
 
Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 
Bab 12 riba, bank dan asuransi
Bab 12 riba, bank dan asuransiBab 12 riba, bank dan asuransi
Bab 12 riba, bank dan asuransi
 
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
 
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptx
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptxPresentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptx
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptx
 
Ekonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang ribaEkonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang riba
 
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasiRiba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
 
Riba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransiRiba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransi
 
Ppt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptx
Ppt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptxPpt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptx
Ppt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptx
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
 
Bank, rente dan fee
Bank, rente dan feeBank, rente dan fee
Bank, rente dan fee
 
mudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsmudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran hadits
 
Riba dan bunga (kelompok 3)
Riba dan bunga (kelompok 3)Riba dan bunga (kelompok 3)
Riba dan bunga (kelompok 3)
 
Riba
RibaRiba
Riba
 
Riba haram dalam islam. Allah halalkan jual beli dan Allah haramkan riba.ppt
Riba haram dalam islam. Allah halalkan jual beli dan Allah haramkan riba.pptRiba haram dalam islam. Allah halalkan jual beli dan Allah haramkan riba.ppt
Riba haram dalam islam. Allah halalkan jual beli dan Allah haramkan riba.ppt
 

Recently uploaded

Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxzulfikar425966
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).pptAchmadHasanHafidzi
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 

Recently uploaded (20)

Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 

Makalah kelompok 3

  • 1. MAKALAH RIBA dan BUNGA Dosen Pengampu: Bakhrul Huda, M.E.I Penyusun: Muhammad Samsul Mu’arif (G04219041) Nabila Rasya Annisa (G04219051) Naufal Hanif Ginang Wijnana (G04219057) PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2019
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas limpahan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah sesuai dengan rencana. Shalawat serta salam semoga tetap terhaturkan kepada Rasulullah Muhammad Saw yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju jalan terang benderang berupa agama Islam. Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perbangkan Syariah Di Indonesia dengan judul “Riba Dan Bunga”. Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1) Allah Swt karena hanya dengan seizin-Nya makalah ini dapat terselesaikan. 2) Bakhrul Huda, M.E.I Selaku dosen pembimbing mata kuliah Perbangkan Syariah Di Indonesia. 3) Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini 4) Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh karena itu mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amin Surabaya, 17 Febuari 2020 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI Halaman Depan........................................................................................................................ Kata Pengantar.......................................................................................................................... Daftar Isi................................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... A. Latar Belakang.............................................................................................................. B. Rumusan Masalah......................................................................................................... C. Tujuan Penulisan........................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... A. Pengertian Riba dan Bunga........................................................................................... B. Perbedaan dan Persamaan Riba dan Bunga.................................................................. C. Beberapa Tokoh yang Berasumsi Bahwa Bunga itu Riba............................................ D. Beberapa Tokoh yang Berasumsi Bahwa Bunga Bukan Riba .................................... BAB III PENUTUP.................................................................................................................. A. Kesimpulan.................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Riba telah berkembang dari zaman jahiliyah sampai saat ini. Di Indonesia telah menjadi perdebatan hangat mengenai bunga bank adalah riba, riba sendiri merupakan pendapatan yang diperoleh secara tidak adil. Karena pada hakekatnya, riba atau pinjaman yang salah penerapannya akan berakibat pada peningkatan harga barang normal menjadi sangat tinggi. Sehingga berpengaruh besar terhadap neraca pembayaran antar bangsa, kemudian mengakibatkan laju inflasi melejit. Pelanggaran riba (prohibition of riba) dalam riba secara tegas dinyatakan haram seperti khamar. Dalam perspektif ekonomi, pengharaman riba disebabkan oleh 4 faktor utama yaitu: pertama, Karena riba menimbulkan ketidakadilan. Kedua karena riba menjadi penyebab utama berlakunya ketidakseimbangan antara pemodal dan peminjam. Ketiga, riba menjadi penghambat investasi karena semakin tinggi tingkat bunga maka semakin kecil kecenderungan masyarakat untuk berinvestasi di sektor rill. Keempat, bunga dianggap sebagai tambahan biaya produksi. Dalam perekonomian modern, pada dasarnya bank adalah lembaga perantara dan penyalur dana antara pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Peran ini disebut “Financial Intermediary”. Dalam melaksanakan tugasnya yang paling menonjol sebagai financial intermediary itu, bank dapat dikatakan membeli uang dari masyarakat pemilik dana ketika ia menerima simpanan, dan menjual uang kepada masyarakat yang memerlukan dana ketika ia memberi pinjaman kepada mereka. Dalam kegiatan ini muncul apa yang disebut bunga. Sri Edi Swasano, seorang pakar muslim dalam disipilin ilmu ekonomi, berpendapat bahwa bunga adalah harga uang dalam transaksi jual- beli tersebut. Dengan demikian, bunga yang ditarik oleh bank dari pemakai jasa, merupakan ongkos adminitrasi dan ongkos sewa. Sehingga dari sini kelihatan bahwa penyimpanan uang di bank akan mendapat bagian keuntungan dari bank berupa bunga yang diambilkan dari bunga yang diterima oleh bank (Zuhri, 1996). Kapan sebenarnya manusia mulai mempraktekkan riba? Tak ada catatan pasti tentang ini. Yang jelas, pada masa Nabi Musa AS. orang- orang Yahudi dilarang mempraktekkan bunga. Larangan ini, terdapat di Old Testament (Perjanjian Lama) dan UU Talmud. Di antaranya, Kitab Deuteronomy
  • 5. (Ulangan) pasal 23 ayat 19: “Janganlah engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan atau apa pun yang dapat dibungakan Ibnu Abi Zayd (w 136 H754 M) mengungkapkan bahwa praktek riba juga melanda bangsa Arab pra-Islam, di mana riba dilakukan dengan berlipat ganda baik terhadap uang maupun berbagai macam komoditi, serta perbedaan umur berlaku bagi binatang ternak. Apabila sudah mencapai jatuh tempo, pihak piutang (kreditur) akan menanyakan kepada pihak yang berutang (debitur), apakah engkau akan melunasi sekarang atau menambah pembayaran jumlah utang yang engkau pinjam? Jika pihak debitur mempunyai sesuatu maka ia akan membayarkannya, tetapi jika hutangnya berupa binatang ternak, maka umurnya dapat meningkat (pada waktu pembayarannya). B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian riba dan bunga ? 2. Apa perbedaan dan persamaan antara riba dan bunga? 3. Siapakah tokoh-tokoh yang menyatakan bahwa bunga adalah riba? 4. Siapakah tokoh-tokoh yang menyatakan bunga bukan riba? C. TUJUAN PENULISAN 1. Memahami pengertian riba dan bunga. 2. Mengetahui dan memahami perbedaan maupun persamaan antara riba dan bunga. 3. Mengetahui tokoh-tokoh yang menyatakan bahwa bunga adalah riba. 4. Mengetahui tokoh-tokoh yang menyatakan bunga bukan riba.
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN RIBA DAN BUNGA Riba dalam bahasa arab adalah ziyadah yang berarti tambahan.dapat diartikan juga secara linguistic riba juga berarti tumbuh dan membesar. Dalam bahasa Inggris, adalah usury, yang artinya suku bunga yang lebih dari biasanya atau suku bunga yang mencekik. Menurut para Fuqaha riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil baik dalam utang piutang maupun jual beli. Zuhaili menyebutkan bahwa arti riba secara etimologi adalah tambahan.1 Imam Sarkhasi (bermazhab Hanafi) mendefinisikan riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi jual beli tanpa adanya iwadh (padanan).2 Ekonom muslim menyatakan riba adalah pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaski jual beli maupun dalam pinjam meminjam.3 Ada beberapa pendapat yang dapat menjelaskan pengertian riba, Namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual–beli maupun pinjam– meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam islam. Secara garis besar penghapusan riba dapat dimaknai sebagai penghapusan segala bentuk praktik ekonomi yang dapat menimbulkan kezaliman atau ketidakadilan. Berbicara mengenai bunga bank, maka tidak bisa lepas dari yang namanya riba. Dan kata riba itu sendiri dari bahasa Arab yang secara etimologis berarti “tambahan” (az-Ziyadah)” (Nasution, 1996) atau “kelebihan”(Zuhdi, 1998), yakni tambahan pemabayaran atas uang pokok d pinjaman. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa riba merupakan kelebihan sepihak yang dilakukan oleh salah satu dari orang yang sedang bertransaksi. Riba tidak hanya dipahami dan direduksi pada masalah bunga bank saja. Tetapi dapat diartikan riba dapat hidup laten atau poten di dalam sistem ekonomi yang diskriminatori, eksploitatori, dan predatori yang berarti dapat hidup di dalam suatu sistem ekonomi 1 Zuhaili,Tafsir al- Munir fi al-Aqidah wa as-Syariah wa al-Manhaj(Bierut:Dar al-Fikr al-Muashir,1998),hal.84 2 As-Sarkhasi,Al-Mabsut,(Mauqi al-Islam,tanpa tahun), Vol 14, Hal 461 3 Al-Jurjani,at-Ta’rifat(Mesir:Mustafa al_Babi al-Halabi wa Auladuh,1938),p.97.
  • 7. subordinasi, kapitalistik, neoliberalistik dan hemogemonik imperialistik, yang tidak bisa dibatasi dari segi perbankan saja4 Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba hutang piutang (yad) dan riba jual beli (bai’). Riba hutang – piutang (yad) terbagi menajdi dua yaitu: Riba qardh dan riba jahiliyah. Sedangkan riba jual beli atau (bai’) terbagi dua juga yaitu: Riba fadhl dan riba nasi’ah. Berikut penjelasanya 5 : 1. Riba Hutang Piutang (yad): a) Riba Qardh yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang diisyaratkan terhadap yang berhutang (muqtaridh). b) Riba Jahiliyah adalah hutang dibayar lebih dari pokonya , Karena si peminjam tidak mampu membayar hutangnya pada waktu yang di tetapkan . 2. Riba Jual Beli (Bai’): a) Riba Fadhl adalah pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda , sedangkan barang yang di pertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi. b) Riba Nasi’ah adalah penangguhan penyerahaan atau penerimaan jenis barang ribawi yang di pertukarkan dengan jenis barang ribawi lainya. Riba dalam nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dengan yang di serahkan kemudian. Prinsip – prinsip untuk menentukan adanya riba di dalam transaksi kredit atau barter yang diambil dari sabda Rasulullah SAW: 1. Pertukaran barang yang sama jenis dan nilainya, tetapi berbeda jumlahnya, baik secara kredit maupun tunai dan mengandung unsur riba. Contoh: adanya unsur riba di dalam pertukaran satu ons emas dengan setengah ons emas. 2. Pertukaran barang yang sama jenis dan jumlahnya, tetapi berbeda niali atau harganya dan dilakukan secara kredit serta mengandung unsur riba. Pertukaran semacam ini akan terbebas dari unsur riba apabila di jalankan dari tangan ke tangan secara tunai. 4 Sri-Edi Swasono,”Ekonomi IslamdalamPancasila”,Makalah Interntional Seminar on Implementation of IslamicEconomics,dalamrangka Annual Meetingf of Indonesian Economics Experts Association UNAIR (Surabaya,18-17 Februari 2020),h. 22-23. A. 5 Antonio Syafii ,Bank Syariah dari Teori ke Praktik , Geman Insani Perss ,2001 h 41.
  • 8. 3. Pertukaran barang yang sama nilai dan harganya tetapi berbeda jenis dan kuantitasnya, serta dilakukan secara kredit dan mengandung unsur riba. Tetapi apabila pertukaran ini dilakukan dari tangan ke tangan secara tunai, maka pertukaran tersebut bebas dari riba. 4. Pertukaran barang yang berbeda jenis, nilai dan kuantitasnya, baik secara kredit dari tangan ke tangan, terbebas dari riba, sehingga di perbolehkan. 5. Jika barang itu dicampurkan yang mengubah jenis dan nilainya, pertukaran dengan kuantitas yang berbeda baik secara kredit maupun dari tangan terbebas dari unsur riba sehingga sah. 6. Di dalam perekonomian yang berasaskan uang, harga barang ditentukan dengan standar mata uang suatu negara, pertukaran suatu barang yang sama dengan kuantitas berbeda, baik secara kredit maupun dari tangan ke tangan, Keduanya terbebas dari riba, dan oleh karenanya di perbolehkan. Menurut imam syafi’i jenis barang yang masuk ke dalam barang ribawi ialah: pertama, Mata uang emas dan perak, baik itu dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainnya. Kedua, bahan makanan pokok, seperti: beras, gandum, dan jagung serta bahan makanan tambahan, seperti: sayur-sayuran, buah-buahan. Di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah terdapat beberapa ayat yang membicarakan riba secara eksplisit di antaranya adalah: 1. Firman Allah SWT: a. Surat Ali Imran (30): 130 ‫تقلحون‬ ‫لعلكم‬ ‫هللا‬ ‫واتقوا‬ ‫مضفة‬ ‫اضعافا‬ ‫الربوا‬ ‫كلوا‬ ‫تا‬ ‫ال‬ ‫امنوا‬ ‫یایھاالدین‬ b. Surat Al Baqarah (2): 275 ‫الربوا‬ ‫وحرم‬ ‫البیع‬ ‫هللا‬ ‫واحل‬ c. Surat Al Baqarah (2): 278 - 279 ‫من‬ ‫بقي‬ ‫ما‬ ‫روا‬ ‫ود‬ ‫هللا‬ ‫اتقوا‬ ‫امنوا‬ ‫الدین‬ ‫یاایھا‬.‫مؤمنین‬ ‫كنتم‬ ‫ان‬ ‫بوا‬ ‫الر‬ ‫والتظلمون‬ ‫التظلمون‬ ‫اموالكم‬ ‫رءوس‬ ‫فلكم‬ ‫تبتم‬ ‫وان‬ ‫ورسولھ‬ ‫هللا‬ ‫من‬ ‫بحرب‬ ‫نوا‬ ‫فاد‬ ‫تفعلوا‬ ‫لم‬ ‫فان‬ Dari beberapa ayat dan hadis yang telah disebutkan tadi jelaslah bahwa riba itu betul- betul dilarang dalam agama Islam. Muncul sebuah pertanyaan, apakah semua riba termasuk dalam katagori arti atau maksud dari ayat dan hadits di atas?. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah ada beberapa pendapat dari para ulama. Di sini dijelaskan riba nasi’ah jelasjelas dilarang karena ayat tersebut diturunkan karenanya (kejadian di masa jahiliyah). Jadi, dengan kata lain, turunnya ayat itu karena adanya riba nasi’ah. bayaran; apabila terlambat lagi, ditambah pula terus-menerus, tiap keterlambatan wajib ditambah lagi, sampai utang yang asalnya seratus rupiah akhirnya menjadi beribu-ribu. Kalau dengan gadai, barang yang tergadai juga tetap tergadai”(Rasjid, 1997) Menurut Ibnu Qayyim dalam kitab ‘Ilami al-Muwaqi’in, sebagaimana dikutip Sulaiman Rasjid,
  • 9. mengatakan, bahwa “riba nasi’ah adalah riba yang dilakukan oleh kaum jahili di masa jahiliyah. Mereka menta-khirkan utang dari waktu yang semestinya dengan menambahSecara leksial, Bunga sebagai terjemahan dari kata interest. Secara istilah sebagaimana diungkapkan dalam suatu kamus dinyatakan, bahwa interest is a charge for a financial loan, ussualy a percentage of the amount loaned. Pendapat lain menyatakan “interest yaitu sejumlah uang yang dibayar atau dikalkulasi untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan degan satu tingkat atau prosentase modal yang bersangkut paut dengan itu yang sekarang sering dikenal dengan suku bunga modal” (Muhammad, 2000). Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang yang biasanya dinyatakan dengan prosentase dari uang yang dipinjamkan. Pendapat lain menyatakan interest yaitu sejumlah uang yang dibayar atau dikalkulasi untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau prosentase modal yang bersangkut paut dengan itu yang dinamakan suku bunga modal. Hakikat pelarangan tersebut adalah tegas, mutlak, dan tidak mengandung perdebatan. Tidak ada ruang untuk mengatakan bahwa riba mengacu sekedar pada pinjaman dan bukan bunga, karena Nabi melarang mengambil, meskipun kecil, pemberian jasa atau kebaikan sebagai syarat pinjaman, sebagai tambahan dari uang pokok. Meskipun demikian, jika pemgembalian pinjaman pokok dapat bersifat positif atau negatif tergantung pada hasil akhir suatu bisnis, yang tidak diketahui terlebih dahulu. Ini diperbolehkan asal ditanggung bersama menurut prinsip- prinsip keadilan yang ditetapkan dalam syari’ah. Bunga dapat dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu: 1. Bunga tetap: Tingkat suku bunga akan berubah selama satu periode tertentu sesuai kesepakatan. Jika suku bunga pasar berubah, maka bank akan tetap konsisten pada suku bunga yang telah menjadi kesepakatan. 2. Bunga mengambang: dalam system ini tingkat suku bunga akan mengikuti naik turunnya suku bunga pasar. Sistem kredit ini ditetapkan untuk jangka panjang. Contohnya: kredit kepemilikan bunga. 3. Bunga Flat: pada system ini, jumlah pembayaran pokok dan bunga kredit besarnya sama setiap bulan. 4. Bunga Efektif: perhitungan beban bunga dihitung setiap akhir periode pembayaran angsuran bedasarkan saldo pokok. Beban bunga akan berkurang seiring dengan cicilian pada setiap bulannya.
  • 10. 5. Bunga Anuitas: cara kerja bunga anuitas hampir sama dengan bunga efektif. Namun terdapat rumus anuitas didalam perhitungan beban bunga anuitas yang bisa menetapkan besarnya cicilan sama secara terus menerus. Dampak dari riba yang dapat dirasakan oleh masyarakat adalah Semua agama samawi (revealed relegion) telah melarang praktek bunga bank, karena dapat menimbulkan dampak bagi masyarakat pada umumnya dan bagi mereka yang terlibat langsung pada praktek riba pada khususnya. Adapun dampak akibat dari praktek riba adalah: 1. Menyebabkan eksploitasi (pemerasan) oleh si kaya terhadap si miskin. 2. Uang modal besar yang dikuasai oleh the haves tidak disalurkan ke dalam usaha-usaha yang produktif, misalnya pertanian, perkebunan, industri, dan sebagainya yang dapat ciptakan lapangan kerja banyak, yang sangat bermanfaat bagi masyarakat dan juga bagi pemilik modal itu sendiri, tetapi modal besar itu justru disalurkan dalam perkreditan berbunga yang belum produktif. 3. Bisa menyebabkan kebangkrutan usaha dan pada gilirannya bisa mengakibatkan keretakan rumah tangga, jika si peminjam itu tidak mampu untuk mengembalikan pinjaman dan bunganya (Zuhdi, 1997). 4. Riba dapat menimbulkan permusuhan antara pribadi dan mengurangi semangat kerja sama atau saling menolong dengan sesama manusia, dengan mengenakan tambahan kepada peminjam akan menimbulkan prasaan bahwa peminjam tidak tahu kesulitan dan tidak mau tahu penderitaan orang lain. 5. Riba merupakan salah satu bentuk penjajahan. Kreditur yang meminjamkan modal dengan menenutut pembayaran lebih kepada peminjam dengan nilai yang telah disepakati bersama menjadikan kreditur mempunyai legitimasi untuk melakukan tindakantindakan yang tidak baik untuk menuntut keasepakatan tersebut. Karena dalam kesepakatan kreditur telah memperhitungkan keuntungan yang telah diperoleh dari kelibahan bunga yang akan didapat, dan itu sebenarnya hanya berupa pengharapan dan belum terwujud. B. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN RIBA DAN BUNGA Pada dasarnya segala jenis riba dalam pandangan islam hukumnya haram. Definisi ini sudah sangat jelas, sepanjang sejarah bahwa riba adalah dilarang tanpa diragukan lagi. Namun pertanyaan yang seringkali muncul adalah apa yang dimaksud riba?. Di antara mazhab pemikiran Islam berpendapat bahwa riba mencakup bunga (intrest) dalam segala bentuknya.6 Tetapi, beberapa ulama tidak serta merta menerima pendapat yang menyatakan 6 M. Umer Chapra,The Future Of Economics: An Islmic Perspective,terj. Amdiar Amir dkk. (Jakarta:Penerbit Shariah Economic and BankingInstitute(SEBI), 2001), hlm. 264.
  • 11. bahwa bunga bank termasuk riba. Kontroversi mengenai hal ini terus terjadi perdebatan, baik dikalangan mahasiswa, para ulama maupun para ekonom muslim. Ada beberapa pendapat ulama terkait dengan perdebatan riba dan bunga bank. Pertama, mayoritas ulama salaf dan khalaf, termasuk al-A’immah al-Mujtahidin dari kalangan Sunni dan Syi’i. sedangkan dari kelompok neo- revevalis, seperti Abu A’la al-Maududi, melihat riba dari segi dampak yang ditimbulkan. Mereka sepakat bahwa hukum riba an-nasiah adalah haram berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 275-278. Jenis riba an-nasi’ah adalah praktek riba yang terjadi pada masa Jahiliyyah pra-Islam. Terkait perdebatan apakah bunga bank sama dengan riba atau tidak, Al- Maududi menyatakan bahwa bunga bank adalah termasuk riba yang dilarang.7 Pernyataan al-Maududi adalah sesuai dengan Fatwa Majlis Ulama Indonesia yang berpendapat bahwa bunga bank adalah haram. Menurut Adiwarman Karim, bunga bank dalam perbankkan konvensional termasuk riba an-nasi’ah. Praktek ini seringkali muncul dalam pembayaran bunga deposito, tabungan, giro dan lainlain. Karim menjelaskan lebih jauh bahwa keharaman bunga bank karena bank sebagai kreditur mensyaratkan pembayaran bunga yang besarnya tetap dan ditentukan terlebih dahulu diawal transaksi. Padahal bisa jadi nasabah yang mendapatkan pinjaman tersebut belum tentu untung, tetapi ia harus membayar bunganya ke bank, dan bank tidak mau tahu apakah nasabah tersebut untung atau rugi. Disinilah adanya unsur saling mendhalimi dan ketidakadilannya. Unsur-unsur yang seperti ini tidak diperbolehkan dalam Islam.8 Pendapat kedua, menurut ulama modernis, seperti Muhammad Abduh dan Rasyaid Ridha, berpendapat bahwa bunga bank dapat dikategorikan riba jika bunga tersebut berlipat ganda.9 Pendapat ini didasarkan pada ayat al- Qur’an Surat Ali Imran (3): 130. Konsekwensinya adalah Abduh membolehkan bunga bank dengan alasan bahwa, pertama, bunga bank adalah tidak bersifat menindas, justru mendorong kemajuan ekonomi; kedua, menabung di bank pada dasarnya merupakan perkongsian (mudharabah), walaupun tidak sama persis dengan yang diformalkan dalam fikih; dan ketiga, sebagai konsekwensi alasan pertama, yaitu perbankkan dapat mendorong kemajuan dalam bidang- bidang lain, disamping ekonomi. Pendapat ini juga oleh pendapat Ahmad Hasan dan Umer Chapra yang menyatakan bahwa riba diharamkan karena berlipat ganda dan eksploitatif. Sehingga ia berpendapat bahwa hukum bunga lembaga-lembaga 7 Abu al-A’la al-Maududi,ar-Riba(Beirut:Dar al-Fikr;t.t), p. 40-2,82, 113-9 dan al-Maududi,Islamdan Delema Ekonomi, penerj. Rifyal Ka’bah (Jakarta:Menoret, t.t ), p.70. lihatjuga Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah ,hlm. 278-279. 8 Habib Nazir dan Muhammad Hasanuddin,InseklopediEkonomi Dan Perbankkan Syariah…,hal.564. 9 Muhammad Abduh, Tafsir al-Manar,cet.2 (Bierut: Dar Ma’rifah li at-Taba’ah wa an-Nasyr,t.t.) III.114.
  • 12. keuangan modern adalah tidak haram karena tidak sama dengan riba pada zaman Jahiliyyah yang berlipat ganda dan eksploitatif.10 Kemudhorotan system bunga sehingga di kelompokkan sebagai riba, antara lain adalah: 1. Mengakumulasi dana untuk kehidupan pribadi 2. Bunga adalah tanggungan yang diberikan kepada penanggung selanjutnya 3. Menyalurkan hanya kepada mereka yang mampu 4. Penanggung terakhir adalah masyarakat 5. Terjadi kesenjangan yang tidak ada habisnya. C. BEBERAPA TOKOH YANG BERASUMSI BAHWA BUNGA ADALAH RIBA Beberapa tokoh berbeda pendapat tentang riba yang diharamkan adalah riba yang bersifat ’afatan atau berlipat ganda. Pendapat ini dikemukakan oleh Abdullah Yusuf Ali dan Muhammad Asad, yang menafsirkan riba sebagai usury yang berarti suku bunga yang lebih dari biasanya atau suku bunga yang tinggi dan bukan interest (bunga yang rendah). Adanya perbedaan penafsiran terhadap interest dan usury ini membawa konsekwensi problem konseptual yang serius sehingga timbul perbedaan pendapat terhadap kategori riba yang diharamkan. Jika merujuk kepada pendapat tafsiran Abdullah Yusuf Ali dan Muhammad Asad maka bunga bank tidak termasuk riba yang diharamkan.11 Senada dengan pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad Abduh, Muhammad Rashid Rida, Abd al-Wahab Khallaf, Mahmud Shaltut.12 Mereka berpendapat bahwa riba yang diharamkan adalah riba yang berlipat ganda dan tidak termasuk riba yang kadarnya rendah. Mereka memahami sesuai dengan konteks ayat riba yang mengharamkan riba yang berlipat ganda. Sanhuri juga menganggap sebagaimana yang dikutip oleh Abdullah Saeed, bahwa bunga yang rendah atas modal adalah halal atas dasar kebutuhan. Ia menambahkan bahwa hukum harus menentukan batas-batas suku bunga, metode pembayaran dan total bunga yang harus dibayar. Namun pendapat terakhir ini mempunyai beberapa kelemahan, karena sepanjang sejarah tingkat (kadar) suku bunga berbeda-beda (fluktuatif) mengikuti keadaan, baik dari segi waktu dan tempat. Oleh karena itu sukar untuk menentukan tingkat suku bunga yang tinggi atau yang rendah berdasarkan waktu dan tempat. 10 Umar Chapra,The Future of Economics: An Islamic Perspective,terj.(Jakarta: SEBI, 2001), hal.265.dan juga lihatAbdul Mungits, Ketidakpastian Jenis dan KriteriaHukumRiba,hal.50. 11 1 M. Umer Chapra,The Future of Economics: An Islamic Perspective,h.2001: 222-223. 12 Ab. Mumin Ab. Ghani & Fadillah Mansor(Penyunting),DinamismeKewangan Islamdi Malaysia,39.Abdullah Saeed, Islamic Bankingand Interest, 42-44.
  • 13. Mohammad Hatta. Mantan Wakil Presiden RI, sebagaimana dikutip oleh Masjfuk Zuhdi menerangkan bahwa riba adalah untuk pinjaman yang bersifat kosumtif, sedangkan rente adalah untuk pinjaman yang bersifat produktif, demikian pula istilah usury dan interest, bahwa usury ialah bunga pinjaman yang sangat tinggi, sehingga melampaui suku bunga yang diperbolehkan oleh hokum. yang dianggap wajar. Namun setelah mapannya lembaga dan pasar keuangan, kedua istilah itu menjadi hilang. Dalam pandangan sebagian mufassir, kata sandang (definite article alif lam), berarti menunjuk kasus tertentu (ma’rifah). Maka makna kata ar- riba yang dimaksud adalah praktek pengambilan untung dari debitur yang sudah biasa di kalangan orang-orang Arab pra-Islam ketika al-Qur’an belum diturunkan, dengan pemahaman ini, kesimpulan awal yang barangkali sangat penting untuk dicatat, bahwa untuk bisa memahami ayat secara lebih tepat dan mengena, seorang harus mengetahui sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat (asbab an-Nuzul), barulah kemudian dapat diketahui apa arti riba sebenarnya (Nasution, 1996). Abu zaheah, abu’ala al-maududi Abdullah al- ‘arabi dan yusuf Qardhawa mengatakan bahwa bunga bank itu termasuk riba nasiah yang dilarang oleh islam. Pendapat ini dikuatkan oleh Al- Syirbashi, menurut beliau bahwa bunga bank yang diperoleh seseorang yang menyimpan uang di bank termasuk jenis riba,baik sedikit maupun banyak. Pendapat ketiga, menurut pendapat Fazlurrahman (1984), Muhammad Asad (1984), dan Said Najjar (1989) bahwa riba dikatakan haram karena eksploitatif. Mereka memahami ayat-ayat riba lebih melihat pada aspek moral dari pada legal-formalnya. Sehingga mereka berpendapat bahwa hukum bunga bank menjadi fleksibel dan relatif. Jadi bunga bank yang dilarang adalah yang dalam prakteknya ada unsur eksploitasi terhadap debitur. Jika tidak, maka bunga bank tidak dilarang. Douallibi (Syiria) membedakan antara pinjaman produktif dan konsumtif. Ia berpendapat bahwa dalam pinjaman produktif diperbolehkan ada bunga, sedangkan dalam pinjaman konsumtif tidak diperbolehkan karena ada unsur eksploitasi terhadap orang lemah. Argumen lainnya yang menyatakan bahwa karena bunga yang diberikan oleh institusi keuangan saat ini tidak sama dengan riba yang dipraktekkan pada zaman jahiliah. Tetapi argumen ini, tidak mampu menggoyangkan pendapat para fuqaha dan mayoritas ekonom muslim modern yang menjunjung konsensus historis tentang riba, yang banyak mendapat dukungan.18 Pendapat mereka, istilah riba mengandung arti bunga dalam segala manifestasinya tanpa membedakan antara pinjaman untuk konsumtif maupun produktif, antara pinjaman bersifat personal maupun komersial, atau apakah peminjam itu pemerintah, individu swasta atau perusahaan dan tidak membedakan antara suku bunga
  • 14. rendah maupun tinggi. Hal ini jelas terangkum pada Q.S. al-Baqarah [2]: 275-279. Argumen bagi kalangan yang mencari celah untuk membolehkan bunga, bahwa bunga dilarang karena pada zaman Rasulullah Saw hanya ada pinjaman konsumtif dan bunga yang disertakan dalam pinjaman tersebut termasuk pemerasan. Tetapi pendapat ini tidak tepat dan bertentangan dengan fakta. Sebab secara historis, pada periode Nabi Saw masyarakat muslim telah terbiasa dengan cara hidup yang sederhana dan tidak melakukan praktek konsumsi mencolok, oleh karena itu, tidak ada alasan untuk meminjam uang untuk tujuan pamer diri dan untuk keperluan konsumsi yang tidak penting. Kalaupun diasumsikan ada, praktek pinjaman ini pasti sangat terbatas pada kalangan tertentu dan jumlahnya pun sedikit sehingga dapat dipenuhi lewat qard al-hasan D. BEBERAPA TOKOH YANG BERASUMSI BAHWA BUNGA BUKAN RIBA Mufti besar Mesir Muhammad Abduh dan muridnya, Rasyid Rida, memahami larangan riba dalam al-Qur’an karena melipatgandakan kelebihan/keuntungan setelah jatuh tempo. Menurut keduanya, kelebihan (atau bunga) yang disepakati dalam akad pertama tidaklah haram. Yang haram itu ialah jika setelah jatuh tempo dibuat akad lain dengan melipatgandakan bunga karena si peminjam tidak mampu membayar. Mufti besar Mesir Muhammad Abduh dan muridnya, Rasyid Rida, memahami larangan riba dalam al-Qur’an karena melipatgandakan kelebihan/keuntungan setelah jatuh tempo. Menurut keduanya, kelebihan (atau bunga) yang disepakati dalam akad pertama tidaklah haram. Yang haram itu ialah jika setelah jatuh tempo dibuat akad lain dengan melipatgandakan bunga karena si peminjam tidak mampu membayar. Suatu tingkat bunga simpanan akan dikatakan menarik manakalah: Pertama, lebih tinggi dari tingkat inflasi, karena pada tingkat bunga yang lebih renda, dana yang disimpan nilainya akan dikikis inflasi. Kedua, lebih tinggi dari tingkat bunga riil di luar negeri karena pada tingkat bunga yang lebih rendah dengan dianutnya sistem devisa bebas, dana-dana besar akan lebih menguntugkan untuk disimpan (diinvestasikan) di luar negeri. Ketiga, lebih bersaing di dalam negeri, karena penyimpanan dana akan memilih bank yang paling tinggi menawarkan tingkat bunga simpanannya dan memberikan berbagai jenis bonus atau hadiah. Kemudian pada sisi penyaluran dana tingkat bunga simpanan itu ditambah dengan prosentasi tertentu untuk spread yang terdiri dari; Biaya operasional, Cadangan kredit macet, Cadangan wajib, dan Profit marjin, dibebankan kepada peminjam dana. Artinya peminjam dana-lah yang sebenarnya membayar bunga simpanan dan spread bagi bank tersebut.
  • 15. Dari beberapa ulama dapat kita simpulkan bahwa: 1. Dalam keadaan darurat bunga halal haramnya, hanya bunga yang berlipat ganda saja yang dilarang. Adapun suku bunga yang “wajar” dan tidak mendholimi diperkenankan 2. Lembaga Keuangan Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank sebagai Lembaga “hukum”tidak termasuk dalam territorial hukum ta’lif. 3. Hanya kredit yang bersifat konsumtif sajalah yang pengambilan bunganya dilarang, adapun yang produktif tidak demikian 4. Bunga diberikan sebagai ganti rugi atas hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari pengelola tersebut. 5. Uang dapat dianggap sebagai komoditi sebagaimana barang-barang lainnya sehingga dapat disewakan atau mengambil upah atas barang tersebut. 6. Jumlah uang masa kini memiliki nilai yang lebih tinggi dari jumlah yang sama pada suatu nanti, oleh karena itu bunga diberikanb untuk mengimbangi penurunan nilai atau daya beli uang ini. 7. Bunga diberikan untuk mengimbangi laju inflasi yang mengakibatkan menyusutnya nilai uang atau daya beli uang itu. 8. Bunga diberikan sebagai imbalan atas pengorbanan tidak atau berpantang menggunakan pendapatan yang diperoleh.
  • 16. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan elaborasi dan analisis dapat disimpulkan bahwa hukum riba dalam Alqur’an dengan tegas dinyatakan haram. Esensi pelarangan riba (usurios) dalam Islam berdasarkan pertimbangan-pertimbangan moral dan kemanusiaan sebab esensi pelarangan riba adalah penghapusan segala bentuk praktik ekonomi yang menimbulkan kezaliman dan ketidakadilan. Beberapa tokoh berbeda pendapat tentang riba yang diharamkan adalah riba yang bersifat ’afatan atau berlipat ganda. Pendapat ini dikemukakan oleh Abdullah Yusuf Ali dan Muhammad Asad, yang menafsirkan riba sebagai usury yang berarti suku bunga yang lebih dari biasanya atau suku bunga yang tinggi dan bukan interest (bunga yang rendah). Mufti besar Mesir Muhammad Abduh dan muridnya, Rasyid Rida, memahami larangan riba dalam al-Qur’an karena melipatgandakan kelebihan/keuntungan setelah jatuh tempo. Menurut keduanya, kelebihan (atau bunga) yang disepakati dalam akad pertama tidaklah haram.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Saeed Abdullah Islamic Bankking Interest a study of riba, Lahore: Arif Maftuhin, 2004 Zulkifli Sunarto Panduan Peraktis Transaksi Perbangkan Syariah, Penerbit Zikrul Hakim, 2007 Sumar’in Konsep Kelemabgaan Bank Syariah, Graha Ilmu, 2012 Muhamad, Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Ancaman, Penerbit Ekonisia, 2004 Ayyub, Muhammad, Understanding Islamic Finance, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009 Marwini, 2017, Kontroversi Riba Dalam Perbankan Konvensional Dan Dampaknya Terhadap Perekonomian, Vol 9, No 1 http://ejournal.uin- suka.ac.id/syariah/azzarqa/article/view/1428 Fahruddin, Fuad M., 1985, Riba dalam Bank: Koperasi, Perseroan dan Asuransi, Bandung: al-Ma’arif Khoirul Hadi al-Asy’ari, Riba Dan Bunga Bank Dalam Pandangan Ibnu Qayyim Jurnal Syari’ah Vol. II, No. II, Oktober 2014