HADITS TENTANG AGEN JUAL BELI (SIMSAR) & MENIMBUN (IHTIKAR
1. HADITS TENTANG AGEN JUAL
BELI (SIMSAR) & MENIMBUN
(IHTIKAR)
Nurul Agustina
150602003
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Dosen Pembimbing:
Siti Mukhafifah Marisa Lc.,Mus
5. Simsar merupakan orang
yang menjadi perantara
antara pihak penjual dan
pembeli guna melancarkan
transaksi jual beli.
6. Simsar adalah orang yang
menjadi perantara antara
pihak penjual dan pembeli
guna melancarkan transaksi
jual beli
HADITS
7. Ibnu Abbas berkata :
َم يِف ُهْنَع ُهللا َي ِضَر ٍَّاسبَع ِنْبا ِنَعَلاَق ِارَسْمَّسال َىنْع:ََل
َذَكِب َبْوَّثال اَذَه ْعِب َلْوُقَي نَأ َسْأَبَكَل َوُهَف َداَز اَمَف ا(رواه
البخارى)
“Dari Ibnu Abbas r.a.,dalam perkara simsar ia
berkata tidak apa-apa, kalau seseorang berkata
jualah kain ini dengan harga sekian, lebih dari
penjualan harga itu adalah untuk engkau” (H.R.
Bukhari).
8. Keterangan hadits:
Hadits Shahih yang di riwayatkan
Bukhari mengenai jual beli via perantara
(simsar) tersebut menjelaskan bahwa
berdagang secara simsar dibolehkan
berdasarkan hadits di atas asal dalam
pelaksanaannya tidak terjadi penipuan
dari satu terhadap yang lain
10. Abdullah bin Abbas adalah sahabat kelima yang banyak
meriwayatkan hadist sesudah Sayyidah Aisyah, ia meriwayatkan 1.660
hadits. Dia adalah putera Abbas bin Abdul Mutthalib bin Hasyim, paman
Rasulullah dan ibunya adalah Ummul Fadl Lababah binti harits saudari
ummul mukminin Maimunah. Beliau adalah saudara sepupu Rasulullah
Sahabat yang mempunyai kedudukan yang sangat terpandang ini
dijuluki dengan Informan Umat Islam. Beliaulah asal silsilah khalifah
Daulat Abbasiah. Beliau lahir pada tahun kesepuluh kenabian atau tiga
tahun sebelum hijrah. Dan sejak umur 6 tahun, ia sudah tinggal bersama
Rasulullah dan menjadi sahabat kecil kesayangan Rasulullah.
Beliau dilahirkan di Mekah dan besar di saat munculnya Islam,
di mana beliau terus mendampingi Rasulullah sehingga beliau
mempunyai banyak riwayat hadis shahih dari Rasulullah. Beliau ikut di
barisan Ali bin Abi Thalib dalam perang Jamal dan perang Shiffin.
Beliau ini adalah pakar fikih, genetis Arab, peperangan dan sejarah.
Di akhir hidupnya dia mengalami kebutaan, sehingga dia
tinggal di Taif sampai akhir hayatnya. Ia wafat di Thaif pada tahun 68 H.
13. Pendapat ulama mengenai hukum jual beli via perantara :
brahim, Ibn Sirin, dan 'Atha` membolehkan samsarah/wasathah
secara multlak
Ulama Hanafiah membolehkan samsarah/wasathah dengan
syarat ditentukan dengan jelas jangka waktunya.
Ulama Malikiah membolehkan samsarah atau wasathah dengan
syarat ditentukan dengan jelas jangka waktunya, jenis ataupun
bentuk perbuataannya, dan jumlah ujrah (upah) yang berhak
diterima perantara.
Ulama Syafi'iah membolehkan samsarah/wasathah dengan
syarat perantara (wasith) melakukan pekerjaan tertentu (tidak
boleh tidak melakukan apa-apa).
14.
15. Jual beli via perantara (makelar) yang
diharamkan ialah melakukan praktek-praktek
yang merugikan
Contohnya :
menjual dan mencari minuman keras
sebagai pesanan dari orang, mencari
rumah sebagai tempat bermaksiat atau
berjudi, dan menjual atau mencari
narkotika sebagai pesanan dari orang
tertentu.
18. Ihtikar yaitu menimbun barang
saat harga melambung, kemudian
menjualnya dengan harga yang
lebih tinggi, ketika barang
tersebut sangat dibutuhkan
19. Simsar adalah orang yang
menjadi perantara antara
pihak penjual dan pembeli
guna melancarkan transaksi
jual beli
HADITS
20. ْنَعَحُي ِبَّيَسُمْال ُْنب ُديِعَسَق َلاَق اًرَمْعَم َّنَأ ُثِدَلا
ْيَلَع ُ َّاَّلل ىَّلَص ِ َّاَّلل ُلوُسَرَرَكَتْحا ِنَم َمَّلَسَو ِهَوُهَف
ٌئِطَاخ
dari Sa'id dari Sa'id bin Musayyab ia meriwayatkan:
Bahwa Ma'mar, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda,
'Barangsiapa menimbun barang, maka ia berdosa'," (HR
Muslim)
21. Keterangan Hadits :
Hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Muslim ini sudah
jelas mengatakan menimbun barang seperti ini dilarang dan
hukumnya adalah haram, karena perbuatan demikian
didorong oleh nafsu serakah, loba dan tamak, serta
mementingkan diri sendiri dengan merugikan orang banyak.
Selain itu juga menunjukan bahwa pelakunya mempunyai
moral dan mental yang rendah.
23. Nama lengkapnya adalah Ma’mar bin Rasyid al-
Azdi al-Huddani, Abu ‘Urwah bin Abi ‘Amr al-Bashri. Ia
termasuk golongan tābi’īn besar. Namanya sering
dinisbatkan kepada al-Azdi al-Bashri. Laqab beliau
adalah Abu ‘Urwah. Tinggal di Yaman dan wafat pada
tahun 154 H.
Ia adalah pribadi yang sangat gemar menuntut
ilmu, tak heran jika ia memiliki ilmu yang sangat luas.
Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa Ma’mar adalah
orang yang paling berilmu pada zamannya. Dalam
meriwatkan hadis, kapasitas beliau tidak diragukan lagi.
Hal ini terlihat jelas dari kritik para ulama yang
dilontarkan kepadanya.
24.
25. Para ulama berbeda pendapat tentang hukum ihtikar. Diantara
perbedaan hukum ihtikar tersebut adalah sebagai berikut :
Menurut ulama Maliki ihtikar hukumnya haram secara mutlah (tidak
dikhususkan bahan makanan saja)
Mazhab Hanafi secara umum berpendapat, ihtikar hukumnya makruh
tahrim.
Ulama Mazhab Hanafi tidak secara tegas menyatakan haram dalam
menetapkan hukum ihtikar
Menurut Ulama Syafi’i ihtikar hukumnya haram, berdasarkan hadits
Nabi dan ayat al-Qur’an yang melarangnya melakukan ihtikar.
Ulama Mazhab Hanbali juga mengatakan ihtikar diharamkaan syariat
karena membawa mudharat yang besar terhadap masyarakat dan negara,
karena Nabi SAW telah melarang melakukan ihtikar terhadap kebutuhan
manusia.
27. Para ulama berbeda pendapat mengenai
objek yang ditimbun yaitu :
Kelompok yang pertama mendefinisikan ihtikar
sebagai penimbunan yang hanya terbatas pada bahan
makanan pokok (primer) saja.
Kelompok yang kedua pertama mendefinisikan
ihtikar yaitu menimbun segala barang-barang
keperluan manusia baik primer maupun sekunder.
29. Imam Nawawi menjelaskan hikmah dari
larangan ihtikar adalah mencegah hal-hal yang
menyulitkan manusia secara umum, oleh
karenanya para ulama sepakat apabila ada orang
memiliki makanan lebih, sedangkan manusia
yang sedang kelaparan dan tidak ada makanan
kecuali yang ada pada orang tadi, maka wajib
bagi orang tersebut menjual atau memberikan
dengan cuma-cuma makanannya kepada
manusia supaya manusia tidak kesulitan.
30. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Ali. 2004. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (figh muamalat),
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ya'qub, Hamzah. 1992. Kode Etik Dagang Menurut Islam: Pola Pembinaan Hidup
Dalam Perekonomian, Bandung: CV. Diponegoro
Al-Alhani, Muhammad Nashiruddin. 2006. Shahih Sunan Tirmidzi, Seleksi Hadits
Shahih dari Kitab Sunan Tirmidzi, Jakarta: Pustaka Azzam
Ad-Duwaisyi dan Ahmad bin Abdurrazaq. 2004. Kumpulan Fatwa-fatwa Jual Beli.
Bogor:Pustaka Imam Asy-Syafi’i
Zuhaili, Wahbah. 2010. Fiqih Iman Syafi’i, diterjemahkan oleh Muhammad Afifi
dan Abdu Hafiz. Jakarta timur: Penerbit Almahira
Karim, Adiwarman. 2000. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta : IIIT Indonesia
Al-Muslim. Shahih Musim, Jus II. Beirut : Dar Ihya’Turats al-Araby
Dahlan, Abdul Aziz. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta : PT. Ikhtiar Baru
Sabiq, Sayyid. 1996. Fiqh Sunnah, jilid 12, Bandung: PT Al-Ma'rif
Mardani. 2014. Ayat-ayat dan Hadits Ekonomi Syariah. Jakarta: Rajawali Pers
Dzahabi, Adz. 1985 Siyar ‘Alam Nubala, Muassasah Risalah Beirut, Jilid 3
Bakry, Nazar. 1994. Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam. Jakarta: Cipta
Prakarsa
Ali, Ahmad. 2013. Buku Besar Al-Bukhari & Muslim. Jakarta : Alita Aksara Media
31.
32. KESIMPULAN
Jual Samsarah (simsar) adalah perantara perdagangan (orang yang menjualkan
barang atau mencarikan pembeli), atau perantara antara penjual dan pembeli untuk
memudahkan jual beli.
Iman Bukhari berkata : “Ibnu Sirin, Artha, Ibrahim dan Hasan memandang bahwa
jual beli via perantara (simsar) boleh.
Ihtikar yaitu menimbun barang saat harga melambung, kemudian menjualnya dengan
harga yang lebih tinggi, ketika barang tersebut sangat dibutuhkan.
Ulama yang mengharamkan Ihtikar :Maliki, Ulama Syafi’i dan Mazhab Hanbali
Para ulama berbeda pendapat mengenai objek yang ditimbun yaitu :
Kelompok yang pertama mendefinisikan ihtikar sebagai penimbunan yang hanya
terbatas pada bahan makanan pokok (primer) saja.
Kelompok yang kedua pertama mendefinisikan ihtikar yaitu menimbun segala
barang-barang keperluan manusia baik primer maupun sekunder.