1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman Rasulullah, kita mengenal istilah barter. Kegiatan barter disaat itu ialah
saling menukarkan milik pribadi dengan milik orang lain yang bernilai sama guna
memenuhi kebutuhan hidup.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan
terlepas dari hubungan terhadap sesama manusia. Tanpa hubungan dengan orang lain,
tidak mungkin berbagai kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Dalam kehidupan
masyarakat, senantiasa terjadi kerjasama, didorong oleh keinginan untuk saling
tolong menolong dalam hal kebaikan dan keuntungan bersama.
Terkait dengan hal ini maka perlu diciptakan suasana yang baik terhadap sesama
manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan akad syirkah dengan
pihak lain. Selain pembahasan tentang syirkah, dalam makalah ini juga mempaparkan
penjelasan mengenai ji’alah
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian serta dasar hukum dari Syirkah dan Ji’alah?
b. Apa saja rukun dan syarat Syirkah dan Ji’alah?
c. Bagaimana hikmah dari Syirkah dan Jialah?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai Syirkah dan Ji’alah.
1
2. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SYIRKAH
2.1.1 Pengertian Syirkah
Menurut bahasa syirkah artinya: persekutuan, kerjasama atau bersama-sama.
Menurut istilah, para fuqaha memiliki pendapat yang berbeda mengenai
pengertian syirkah sebagai berikut:
1. Menurut Hanafiayah
Syirkah adalah sesuatu ungkapan tentang akad (perjanjian) antara dua orang
berserikat di dalam modal dan keuntungan
2. Menurut Malikiyah
Syirkah adalah persetujuan untuk melakukan tasarruf bagi keduanya beserta diri
mereka, yakni setiap orang yang berserikat memberikan persetujuan kepada teman
serikatnya untuk melakukan tasarruf terhadap harta keduanya di samping masih
tetapnya hak tasarruf bagi masing-masing peserta.
3. Menurut Syafi’iyah
Syirkah adalah suatu ungkapan tentang tetapnya hak atas suatu barang bagi dua
orang atau lebih secara bersama-sama.
4. Menurut Hanabilah
2
3. Syirkah adalah berkumpul atau bersama-sama dalam kepemilikan atau hak atau
tasarruf.
Setelah diketahui definisi-definisi di atas, maka yang dimaksud dengan syirkah
secara istilah adalah suatu akad dalam bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih
dalam bidang modal atau jasa, untuk mendapatkan keuntungan.
Syirkah atau kerjasama ini sangat baik kita lakukan karena sangat banyak
manfaatnya, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan bersama. Kerjasama itu ada
yang sifatnya antar pribadi, antar group bahkan antar Negara.
Bagaimana firman Allah SWT. dalam Surah Al Maidah ayat 2:
… …
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa,
dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”
2.1.2 Dasar Hukum Syirkah
Adapun yang dijadikan dasar hukum syirkah oleh para ulama adalah:
a. Surah An-Nisa ayat 12, yang artinya:
“Tetapi jika saudara-saudara seibu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam
yang sepertiga itu.”
b. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abi Hurairah dari Nabi Saw.
Dari Abu Hurairah, ia merafa’kannya kepada nabi, beliau bersabda: Saya adalah
pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, selagi salah satunya tidak mengkhianati
temannya. Apabila ia berkhianat kepada temannya, maka saya akan keluar dari antara
keduanya. (HR. Abu Dawud)
3
4. Dari Al-Qur’an dan Sunnah tersebut, jelaslah bahwa syirkah merupakan akad
yang dibolehkan oleh syara’. Namun apabila terjadi penyimpangan oleh anggota
syarikat, maka hal ini sudah tidak benar.
2.1.3 Rukun dan Syarat Syirkah
Rukun dan syarat syirkah dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Anggota yang berserikat, dengan syarat : baligh, berakal sehat, atas kehendak
sendiri dan baligh, berakal sehat, atas kehendak sendiri dan mengetahui pokok-pokok
perjanjian.
2. Pokok-pokok perjanjian syaratnya :
– Modal pokok yang dioperasikan harus jelas.
– Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga harus jelas.
– Yang disyarikat kerjakan (obyeknya) tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syari’at Islam.
3. Sighat, dengan Syarat : Akad kerjasama harus jelas sesuai dengan perjanjian.
Sedangkan menurut ulama Hanafiyah rukun syirkah ada dua, yaitu ijab dan
Kabul. Sebab ijab kabul (akad) yang menentukan adanya syirkah.1
Syarat-syarat yang berhubungan dengan syirkah menurut Hanafiyah dibagi
menjadi empat:
1. Sesuatu yang bertalian dengan sebuah bentuk syirkah baik dengan harta
maupun dengan yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua syarat, yaitu yang pertama
yang berkenaan dengan benda yang diakadkan adalah harus dapat diterima sebagai
1
Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 127.
4
5. perwakilan, yang kedua adalah yang berkenaan dengan keuntungan, yaitu pembagian
keuntungan harus jelas dan dapat diketahui dua pihak.
2. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal (harta), dalam hal ini terdapat dua
perkara yang harus dipenuhi yaitu yang pertama, bahwa modal yang dijadikan objek
akad syirkah adalah dari alat pembayaran, seperti rupiah, yang kedua adalah yang
dijadikan modal (harta pokok) ada ketika akad syirkah dilakukan, baik jumlahnya
sama maupun bebeda.
3. Sesuatu yang bertalian dengan syarikat mufawadhah, bahwa dalam
mufawadhah disyaratkan yang pertama yaitu modal (pokok harta) dalam syirkah
muwafadhah harus sama, yang kedua bagi yang bersyirkah ahli untuk kafalah, yang
ketiga adalah bagi yang dijadikan objek akad disyaratkan syirkah umum, yakni pada
semua macam jual beli atau perdagangan.
4. Adapun syarat yang bertalian dengan syirkah inan sama dengan syarat-syarat
syirkah mufawadhah.
2.1.4 Macam-Macam Syirkah
Secara garis besar syirkah dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Syirkah amlak (Syirkah kepemilikan): Syirkah amlak ini terwujud karena wasiat
atau kondisi lain yang menyebabkan kepemilikan suatu asset oleh dua orang atau
lebih.
2. Syirkah uqud (Syirkah kontrak atau kesepakatan): Syirkah uqud ini terjadi karena
kesepakatan dua orang atau lebih kerjasama dalam syarikat modal untuk usaha,
keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. Syirkah uqud dibedakan menjadi
empat macam :
5
6. a. Syirkah ‘inan (harta)
Syirkah harta adalah akad kerjasama dalam bidang permodalan sehingga
terkumpul sejumlah modal yang memadai untuk diniagakan supaya mendapat
keuntungan.
Sabda Nabi SAW. dari Abu Hurairah ra.:
Rasulullah SAW. bersabda: Firman Allah SWT. Saya adalah pihak ketiga dari
dua orang yang berserikat selama seorang diantaranya tidak mengkhianati yang
lain. Maka apabila berkhianat salah seorang diantara keduanya, saya keluar dari
perserikatannya itu” (HR. Abu Daud dan Hakim menshohihkannya).
b. Syirkah a’mal (serikat kerja/ syirkah ‘abdan)
Syirkah a’mal adalah suatu bentuk kerjasama dua orang atau lebih yang
bergerak dalam bidang jasa atau pelayanan pekerjaan dan keuntungan dibagi
menurut kesepakatan. Contoh: CV, NP, Firma, Koperasi dan lain-lain.
c. Syirkah Muwafadah
Syirkah Muwafadah adalah kontrak kerjasama dua orang atau lebih, dengan
syarat kesamaan modal, kerja, tanggung jawab, beban hutang dan kesamaan laba
yang didapat.
d. Syirkah Wujuh (Syirkah keahlian)
Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki
reputasi baik serta ahli dalam bisnis.
6
7. 2.1.5 Hikmah Syirkah
Mengenai hikmah syirkah dapat dikemukakan disini sebagai berikut :
1. Dapat meningkatkan daya saing produksi, karena ada tambahan modal yang
besar.
2. Dapat meningkatkan hubungan kerja sama antar kelompok sosial dan hubungan
bilateral antar negara.
3. Dapat memberi kesempatan kepada pihak yang lemah ekonominya untuk
bekerjasama dengan pihak ekonomi yang lebih kuat.
4. Jika usaha berkembang dengan baik, jangkauan operasi rasionalnya semakin
meluas, maka dengan sendirinya membutuhkan tenaga kerja yang banyak, ini
berarti syirkah akan menampung banyak tenaga kerja sehingga dapat
mensejahterakan sebagian masyarakat.
2.2 JI’ALAH
2.2.1 Pengertian Ji’alah
Menurut bahasa Ji’alah artinya upah atau pemberian. Sedangkan secara istilah
artinya upah yang diberikan kepada seseorang atas keberhasilannya dalam memenuhi
keinginan pemberi upah.
Bagi seseorang yang kehilangan sesuatu yang berharga menurut pendapatnya,
tentu akan berupaya menemukan kembali benda-benda yang hilang. Salah satu cara
mencari benda-benda yang hilang dan boleh menurut para ulama adalah dengan
pengumuman, baik melalui media massa, radio, pamflet-pamflet, maupun yang
lainnya. Pengumuman ini biasanya dibarengi dengan imbalan (memberikan imbalan)
bagi penemunya sebagai daya tarik .
7
8. Al-Ji’alah boleh juga diartikan sebagai sesuatu yang mesti diberikan sebagai
pengganti suatu pekerjaan dan padanya terdapat suatu jaminan, meskipun jaminan itu
tidak dinyatakan, al-ji’alah dapat diartikan pula sebagai upah mencari benda-benda
yang hilang.
Contohnya: seorang yang kehilangan kudanya, dia berkata: “Barang siapa yang
mendapatkan kudaku dan dia kembalikan kuda itu, maka akan aku berikan upah
sebesar (sekian).”
2.2.2 Dasar Hukum Ji’alah
Ji’alah hukumnya mubah (Boleh), dasar hukumnya bermula dari Firman Allah SWT.:
Artinya: “Penyeru-penyeru itu berkata :”Kami kehilangan Piala Raja dan barang
siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat)
beban unta, dan akan menjanjikan terhadapnya“ (QS. Yusuf : 72).
2.2.3 Rukun dan Syarat Ji’alah
1. Lafazd (akad) Ji’alah, dengan syarat :
a. Lafazd dapat dimengerti isi dan maksudnya.
b. Mengandung izin untuk melakukan apa yang diharapkan oleh pembuat lafazd.
c. Ada batas tertentu dalam melakukan sayembara.
2. Orang yang menjanjikan upah, syaratnya:
a. Orang yang punya hak memberikan sayembara.
b. Orang yang dibenarkan secara hukum menyelenggarakan sayembara.
8
9. 3. Pekerjaan (sesuatu yang harus dilakukan), syaratnya:
a. Pekerjaan itu memungkinkan untuk dilakukan oleh manusia.
b. Pekerjaan itu adalah pekerjaan yang tidak mengandung unsur maksiat.
4. Upah, syaratnya diketahui terlebih dahulu sebelum pekerjaan itu dilaksanakan.
2.2.4 Hikmah Ji’alah
Hikmah ji’alah diantaranya ialah:
1. Dapat memacu prestasi seseorang dalam suatu bidang yang disayembarakan
(dilombakan).
2. Menumbuhkan sikap saling tolong menolong antar sesama manusia. Mungkin
memang awalnya seorang menolong hanya karena mengharapkan hadiah yang
ditawarkan, tetapi dengan seperti itu orang tersebut juga menolong orang lain
yang sangat membutuhkan pertolongan.
3. Adanya penghargaan terhadap suatu prestasi dari pekerjaan yang
dilaksanakan. Memberikan pelajaran kepada semua orang bahwa orang yang
telah berusaha dan bekerja keras perlu untuk diberikan apresiasi baik berupa
hadiah atau semacamnya. Karena dengan hal tersebut akan
mendorong/membiasakan seseorang untuk terus melakukan kebaikan.
9
10. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan sebelumnya dapat di tarik kesimpulan, bahwa syirkah adalah
suatu akad dalam bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih dalam bidang modal
atau jasa, untuk mendapatkan keuntungan.
Syirkah atau kerjasama ini sangat baik kita lakukan karena sangat banyak
manfaatnya, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan bersama. Kerjasama itu ada
yang sifatnya antar pribadi, antar group bahkan antar Negara. Biasanya syirkah
dilakukan di perusahaan, yang mana dari mereka ada yang mempunyai saham dan
ada yang menjalankan saham.
Syirkah akan berlaku jika masing-masing pihak berakad untuk melakukan syikrah
itu. Syarat-syarat syirkah pun harus terpenuhi dengan jelas, agar syirkah tersebut sah.
Hukumnya sangat dianjurkan jika kedua belah pihak saling amanah. Dan haram jika
keduanya saling berkhianat. Syirkah dinyatakan sah jika memenuhi rukun dan syarat.
Sedangkan ji’alah adalah upah yang diberikan kepada seseorang atas
keberhasilannya dalam memenuhi keinginan pemberi upah. Contohnya, jika
seseorang kehilangan harta miliknya atau semacamnya dan melakukan sayembara
bahwa bagi siapapun yang menemukan milik orang tersebut akan diberikan imbalan
berupa hadiah. Ji’alah pada dasarnya adalah mubah (boleh).
10