SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
MAKALAH PERBANKAN SYARIAH
DI INDONESIA
“RIBA DAN BUNGA”
DOSEN PENGAMPU :
Bakhrul Huda, M.E.I
OLEH KELOMPOK 3 :
1. Muhammad Hamam Hasbunnur (G04215024)
2. Ayu Ika Lestari (G04219013)
3. Erlina Sintiya Ningseh (G94219143)
KELAS A
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah perbankan syariah di Indonesia
tentang riba dan bunga dengan baik. Walaupun masih banyak kekurangan, kejanggalan kata-
kata, dan hambatan dalam menyelesaikan makalah ini..
Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang mendukung terselesaikannya
makalah ini. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan juga kepada orang
tua, dosen dan teman-teman yang telah memberikan masukan dan bantuannya sehingga
makalah ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami berharap kepada semua pihak dan pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan lebih lanjut terhadap makalah ini.
Surabaya, 15 Februari 2020
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Pengertian Riba dan Bunga ........................................................................................3
B. Persamaan Riba dan Bunga......................................................................................10
C. Perbedaan Riba dan Bunga ......................................................................................11
D. Tokoh yang menyatakan Bunga adalah Riba ............................................................12
E. Tokoh yang menyatakan Bunga bukan Riba.............................................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................iv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank
yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
produkny. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah
(yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank
(nasabah yang memperoleh pinjaman)1
.
Pendapat lain menyatakan interest yaitu sejumlah uang yang dibayar atau
dikalkulasikan untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan
satu tingkat atau peersentase modal yang bersangkut-paut dengan itu yang dinamakan
suku bunga modal.
Dalam sistem ekonomi konvensional, bunga merupakan harga uang (price of
capital). Dimana dalam literatur-literatur ekonomi moneter banyak disebutkan bahwa
tinggi rendahnya permintaan dan penawaran akan uang tergantung pada tingkat tingkat
bunga. Dalam mekanisme ini bunga akan memiliki perilaku seperti harga sebagaimana
pada pasar barang. Pada masa sekarang, masyarakat dihadapkan pada masalah bank, yang
dalam prakteknya memberlakukan sistem bunga pada siapa saja yang terlibat transaksi di
dalamnya. Melakukan transaksi dengan bank sama melakukan perbuatan riba.
Akan tetapi, di masa sekarang ini bunga bank menjadi suatu permasalahan yang
tidak dapat dihindari oleh banyak orang yang melakukan tindakan ekonomi, khususnya
yang bergerak dalam bidang perbankan. Persoalan halal tidaknya bunga bank sebagai
instrumen keuangan sudah merupakan hal yang kontroversial dalam dunia Islam sejak
lama. Kontroversi tersebut berkaitan dengan penafsiran ayat-ayat Al-Quran yang
melarang praktek riba. Berdasarkan penafsirannya, ada sebagian kaum muslimin yang
menyimpulkan bahwa kontrak pinjaman adalah perbuatan yang tidak bermoral, tidak sah
dan haram.
Dengan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membahas dan
mendalami lebih lanjut mengenai permasalahan bunga bank dan riba.
1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), hlm. 114.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari riba dan bunga?
2. Apa persamaan riba dengan bunga?
3. Apa saja perbedaan antara riba dan bunga?
4. Siapa saja tokoh yang menyatakan bahwa bunga adalah riba?
5. Siapa saja tokoh yang menyatakan riba bukan bunga?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari riba dan bunga.
2. Untuk mengetahui persamaan riba dengan bunga.
3. Untuk memahami perbedaan antara riba dengan bunga.
4. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang menyatakan bahwa bunga adalah riba.
5. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang menyatakan bahwa bunga bukan riba.
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Riba dan Bunga
a. Riba
Perktek riba telah dikenal di kalangan bangsa-bangsa kuno seperti bangsa Mesir
kuno, Yunani, Romawi dan bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa Arab jauh sebelum
Islam, ketika mereka jenuh dengan praktek riba yang mereka jalankan, mereka lalu
sepakat membuat aturannya, kemudian aturan itu kembali diabaikan karena tuntutan
transaksi ekonomi yang bekembang.2
Riba secara bahasa berarti penambahan, pertumbuhan, kenaikan, dan
ketinggian. Allah SWT berfirman Q.S al-Hajj [22]: 5
ُ‫ك‬ ْ‫ن‬ ِ‫م‬ ْ‫ت‬َ‫ت‬َ‫ب‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ْ‫ت‬َ‫ب‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ ْ‫ت‬ َّ‫ز‬َ‫ت‬ْ‫ه‬‫ا‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ل‬ َ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬َ‫ز‬ ِ‫ل‬َ‫ب‬ ٍ‫ج‬ ْ‫و‬ٍ‫يج‬ِ‫ه‬
Artinya: Kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, niscaya bumi
itu subur dan menumbuhkan (Q.S al-Hajj [22]: 5)
Artinya naik dan tinggi. Allah juga berfirman dalam Q.S An-Nahl (16): 92
…..ٍ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ْ‫ن‬ ِ‫م‬ ٰ‫ى‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ َ‫ي‬ِ‫ه‬ ٌ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ َ‫ن‬‫ُو‬‫ك‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬
Artinya: Disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari
golongan yang lain (Q.S An-Nahl (16): 92)3
Pengertian riba secara teknis menurut para fuqaha adalah pengambilan tambahan
dari harta pokok atau modal secara batil baik dalam utang piutang maupun jual beli.
Kata riba dalam bahasa Inggris diartikan dengan usury, yang berarti suku bunga
yang lebih dari biasanya atau suku bunga yang mencekik. Sedangkan dalam bahasa
Arab berarti tambahan atau kelebihan meskipun sedikit, atas jumlah pokok yang yang
dipinjamkan.4
Abdul Rahman Al-Jaziri mengemukakan pendapatnya tentang pengertian riba
sebagai berikut. Riba adalah akad yang terjadi dengan pertukaran tertentu, tidak
2
Amiruddin M., Riba dalam Alquran, Jurnal Hukum Diktum, Vol. 10. No. 1, Januari 2012, Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAIN) Parepare, hlm. 74.
3
Abdul Aziz Muhammad Azam, Fiqhi Muamalat: Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam (Jakarta: Amzah,
2010), hlm. 215
4
Ummi Kalsum, “Riba dan Bunga Bank dalam Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya terhadap
Perekonomian Umat)”, Jurnal Al-‘Adl, Vol. 7 No. 2, Juli 2014, Ekonomi Islam Jurusan Syariah dan Ekonomi
Islam STAIN Kendari, hlm. 68-69.
4
diketahui sama atau tidak menurut syara‟ atau terlambat salah satunya. Sedangkan
menurut pendapat Syeikh Muhammad Abduh bahwa pengertian riba adalah
penambahan-penambahan yang disyaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada
orang yang meminjam hartanya (uangnya), karena pengunduran janji pembayaran oleh
peminjam dari waktu yang telah ditentukan.5
Menurut pandangan para ahli tafsir al-Qur’an dan para fuqaha Islam tentang riba
yang dikutip oleh Muhammad Sharif Chadhry, diantaranya adalah menurut:
1. Muhammad Asad
Di dalam terminologi al-Qur’an, istilah riba itu menunjukkan tambahan
haram apapun, melalui bunga, terhadap sejumlah uang atau barang yang
dipinjamkan oleh seseorang atau lembaga kepada orang atau lembaga lain.
2. Syed Abul A’la al-Maududi
Riba digunakan untuk menyebut sejumlah tambahan yang dikenakan oleh
kreditur kepada debitur secara tetap pada pokok utang yang ia pinjamkan, yakni
bunga.
3. Afzalur Rahman
Afzalur Rahman menjelaskan riba secara rinci berdasarkan pendapat
beberapa fuqaha Islam klasik sebagai berikut;
1) Menurut Allamah al-Hasan Taunki, riba berarti kelebihan atau kenaikan, dan
didalam kontrak barter (pertukaran barang dengan barang), kelebihan suatu
barang diminta untuk ditukar dengan barang yang persis sama, maka itu riba
2) Menurut Shah Waliyullah dari Delhi, unsur riba terletak di dalam utang yang
diberikan dengan syarat si pengutang akan membayar lebih banyak atau lebih
baik daripada apa yang ia terima dari pemberi utang.
3) Menurut pandangan Imam ar-Razi, adalah kebiasan di masa pra-Islam bahwa
mereka meminjamkan uang kepada seseorang selama suatu jangka waktu
tertentu lalu menerima darinya suatu suatu jumlah uang tertentu sebagai bunga;
jika waktu jatuh tempo tiba, maka pengutang akan diminta melunasi utangnya;
5
Haris, Muhammad Tho’in, Agung Wahyudi, “Sistem Ekonomi Perbankan Berlandaskan Bunga (Analisis
Perdebatan Bunga Bank termasuk Riba atau Tidak)”, Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 13. No. 01, Juli 2012,
hlm. 25.
5
jika ia tidak dapat membayar, maka ia diberi perpanjangan waktu dan bunganya
pun dinaikkan pula.6
Dengan demikian, riba menurut istilah ahli fiqh adalah penambahan pada salah
satu dari dua ganti yang sejenis tampa ada ganti dari tambahan ini. Namun tidak
semua tambahan dianggap dengan riba, karena tambahan terkadang dihasilkan dalam
sebuah perdagangan dan tidak ada riba didalamnya hanya saja tambahan yang
diistilahkan dengan nama ʺribaʺ al-Qur’an datang menerangkan pengharamnya adalah
tambahan yang diambil sebagai ganti dari tempo.7
Mengenai hal ini, Allah mengingatkan dalam al-Qur`an surat An-Nissa`: 29.
....... ِ‫ل‬ِ‫َاط‬‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫َأ‬‫ت‬ َ‫َل‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil.....” (An-Nisaa`: 29).
Allah SWT, melarang hamba-hamba-Nya yang beriman memakan harta
sebagian dari mereka atas sebagian yang lain dengan cara yakni yang batil, yakni
melalui usaha yang tidak diakui oleh syariat, seperti dengan cara riba dan judi serta
cara-cara lainnya yang termasuk kedalam kategori tersebut menggunakan berbagai
macam tipuan dan pengelabuhan. Sekalipun secara lahiriahnya cara-cara tersebut
memakai cara yang diakui oleh hukum syara’, tetapi Allah lebih mengetahui bahwa
sesungguhnya pada pelakunya hanyalah semata-mata menjalankan riba, tetapi dengan
cara hailah (tipu muslihat).8
Riba jangan hanya dipahami dan direduksi pada masalah bunga bank saja.
Tetapi secara luas riba bisa hidup laten atau poten di dalam sistem ekonomi yang
diskriminatori, eksploitatori dan predatori yang berarti dapat hidup di dalam suatu
sistem ekonomi subordinasi, kapitalistik, neoliberalistik dan hegemonik imperialistik,
yang tidak bisa dibatasi dari segi perbankan saja.9
Dalam Islam, riba didefinisikan sebagai “premi” yang harus dibayar dari si
peminjam kepada yang meminjamkan bersama dengan jumlah pokoknya sebagai
6
Muhammad Syarif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012),
hlm. 224-228
7
Abdul Aziz, Op. Cit, hlm. 217
8
Siti Mu’alifah, “Studi Komparatif Pemikiran Muhammad Syafi’i Antonio dan Abdullah Saeet tentang Riba”,
Skripsi, Institut Agama Islam Neger Ponorogo, hlm. 11-12.
9
Ummi, Op. Cit, hlm. 69.
6
kondisi dari jatuh tempo atau berakhir.10
Riba dalam Al Quran dinyatakan sebagai
sesuatu yang dilarang dan merupakan salah satu permasalahan yang berkaitan dengan
perekonomian. Sebab, riba sangat mempengaruhi perkembangan masyarakat terutama
dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa tak terkecuali terhadap dunia muslim.
Oleh karena itu, praktik-praktik riba dianggap dapat menghalangi langkah maju
ekonomi yang mana riba dapat menarik seluruh pendapatan masyarakat.11
Riba merupakan kegiatan eksploitasi dan tidak memakai konsep etika atau
moralitas. Allah SWT mengharamkan transaksi yang mengandung unsur ribawi, hal
ini disebabkan menzalimi orang lain dan adanya unsur ketidakadilan (unjustice).12
Pelarangan riba (prohibition of riba) dalam Islam secara tegas dinyatakan baik dalam
Alquran maupun Hadis yang diwahyukan secara berangsur-angsur seperti halnya
pengharaman khamar. Dalam perspektif ekonomi, pengharaman riba setidaknya
disebabkan empat faktor, yaitu: pertama, sistem ekonomi ribawi menimbulkan
ketidakadilan. Karena pemilik modal secara pasti akan dapat keuntungan tanpa
mempertimbangkan hasil usaha yang dijalankan oleh peminjam. Jika peminjam dana
tidak memperoleh keuntungan atau bangkrut usahanya, dia tetap membayar kembali
modal yang dipinjamnya plus bunganya. Dalam kondisi seperti ini, peminjam sudah
bangkrut ibarat sudah jatuh tertimpa tangga lagi dan tidak jarang penerapan bunga
bukannya membantu usaha kreditor, justru menambah persoalan baginya. Di sinilah
muncul ketidakadilannya.
Kedua, sistem ekonomi ribawi merupakan penyebab utama berlakunya
ketidakseimbangan antara pemodal dengan peminjam. Keuntungan besar yang
diperoleh para peminjam yang biasanya terdiri dari golongan industri raksasa (para
konglomerat) hanya diharuskan membayar pinjaman modal plus bunganya dalam
jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan keuntungan yang mereka peroleh.
Sementara bagi penabung di bank-bank umum terdiri dari rakyat golongan menengah
10
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economic: Ekonomi Syariah Bukan Opsi, Tetapi Solusi (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009 ), hlm. 508.
11
Muhammad Subekhi, ”Bunga Bank dalam Pandangan Abdullah Saeed”, Skripsi, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. 3.
12
Elpianti Sahara Pakpahan, “Pengharaman Riba dalam Islam”, Jurnal Al-Hadi, Vol. 4, No. 02, Januari-Juni
2019, hlm. 875.
7
ke bawah tidak memperoleh keuntungan yang seimbang dari dana yang mereka
simpan di bank.13
Ketiga, sistem ekonomi ribawi akan menghambat investasi karena semakin
tinggi tingkat bunga maka semakin kecil kecenderungan masyarakat untuk
berinvestasi di sektor riil. Masyarakat lebih cenderung untuk menyimpan uangnya di
bank karena keuntungan yang lebih besar disebabkan tingginya tingkat suku bunga.
Keempat, bunga dianggap sebagai tambahan biaya produksi. Biaya produksi
yang tinggi akan menyebabkan naiknya harga barang-barang (produk). Naiknya
tingkat harga, pada gilirannya akan mengundang terjadinya inflasi sebagai akibat
lemahnya daya beli masyarakat.14
Kriteria atau batasan yang dimaksud dengan riba adalah dititikberatkan pada
penentuan sebelumnya, kelebihan yang diperoleh dari modal dasar yang dihitungkan
atau diinvestasikan pada orang lain, sedikit atau banyak. Jadi, kelebihan dari modal
dasar yang tidak ditentukan sebelumnya atau berdasarkan untung rugi (produktif) tidak
dikategorikan riba. Tetapi yang dikategorikan riba adalah penentuan jumlah kelebihan
yang harus diberikan atau didapat tanpa mengindahkan apakah si peminjam itu untung
atau rugi dalam usahanya.15
Ibnu Qayyim sebagaimana dikutip oleh Abdurrahman Isa menerangkan bahwa
riba ada dua jenis, yaitu:
1. Riba yang jelas diharamkan karena keadaannya sendiri, yaitu riba nasi’ah (riba
yang terjadi karena adanya penundaan pembayaran utang). Riba Nasi’ah ini
hanya diperbolehkan dalam keadaan darurat (terpaksa).
2. Riba yang samar, yang disamarkan karena sebab lain, Riba Fadhal (riba yang
terjadi karena adanya tambahan pada jual beli benda/bahan yang sejenis). Riba
fadhal ini diharamkan karena untuk mencegah timbulnya riab nasi’ah, jadi
bersifat preventif. Sebagian ulama ada yang membedakan antara ruba nasi’ah
dengan riba fadhal seperti membedakan antara berbuat zina dengan
memandang atau memegang wanita yang bukan istri atau mahramnya dengan
nafsu syahwat, memandang dan memegang wanita seperti itu diharamkan
karena untuk menghindari perbuatan zina. Dan riba fadhal ini diperbolehkan
13
Ummi, Op. Cit, hlm. 70.
14
Ibid.
15
Heny Larasatii, Perbedaan riba dengan Bunga, https://www.slideshare.net/ichalrm/perbedaan-riba-dengan-
bunga, diakses pada 16 Februari 2020, pukul: 9.04 WIB.
8
apabila dalam keadaan darurat atau hajah (emergency atau necessity) sesuai
dengan kaidah fikih. Hajah (keperluan yang mendesak/penting) itu menempati
di tempat terpaksa, sedangkan keadaan darurat itu menyebabkan boleh
melakukan hal-hal yang dilarang.16
b. Bunga
Secara etimologis, bunga dalam The American Heritage Dictionary of the
English Language didefinisikan sebagai interest is a charge for a financial loan,
usually a percentage of the amount loaned. Definisi senada dapat ditemukan dalam
Oxford English Dictionary diartikan sebagai money paid for use of money lent (the
principal) or for forbearance of a debt, according to a fixed ratio (rate per cent).
Dalam the Legal Encyclopedia for Home and Business didefinisikan sebagai
compensation for use of money which is due. Bunga adalah tanggungan pada
pinjaman uang yang biasanya dinyatakan dalam persentase dari uang yang
dipinjamkan atau sejumlah uang yang dijumblahkan atau dikalkulasikan untuk
penggunaan modal yang dinyatakan dengan persentase dan kaitanya dengan suku
bunga.17
Bunga bank sendiri dapat diartikan berupa ketetapan nilai mata uang oleh bank
yang memiliki tempo/tenggang waktu, untuk kemudian pihak bank memberikan
kepada pemiliknya atau menarik dari si peminjam sejumlah bunga (tambahan) tetap
sebesar beberapa persen, seperti lima atau sepuluh persen.
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada pihak
nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh pihak nasabah
kepada bank (nasabah yang mendapatkan pinjaman).18
Dengan kata lain, bunga bank adalah sebuah sistem yang diterapkan oleh bank-
bank konvensional (non islam) sebagai suatu lembaga keuangan yang mana fungsi
utamanya menghimpun dana untuk kemudan disalurkan kepada yang memerlukan
16
Gibtiah, Fikih Kontemporer, Jakarta: Prenada Media, 2016, hlm. 75-76.
17
Nurhadi, “Bunga Bank antara Halal dan Haram”, Nur El-Islam,Volume 4, Nomor 2, Oktober 2017, Sekolah
Tinggi Agama Islam Al-Azhar Pekanbaru, hlm. 54.
18
Abdul Haris, Muhammad Tho’in, Agung Wahyudi, “Sistem Ekonomi Perbankan Berlandaskan Bunga
(Analisis Perdebatan Bunga Bank termasuk Riba atau Tidak)”, Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 13. No. 01, Juli
2012, hlm. 24.
9
dana (penandaan), baik perorangan maupun badan usaha, yang berguna untuk
investasi produktif dan lain-lain.19
Secara sederhana bunga adalah balas jasa atas pemakaian dana dalam
perbankan. Dalam rangka balas jasa / bunga kepada kepada penyimpan (penabung),
maka bank akan meminjamkan dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang
membutuhkan tambahan modal usaha (bukan modal awal) untuk Investasi, Modal
Kerja, maupun Perdagangan. Atas keuntungan usaha yang diperoleh debitur dengan
memakai/ mempergunakan kredit dari bank, maka debitur menunjukkan tindakan yang
terpuji dengan memberikan balas jasa / bunga atas pemakaian dana tersebut kepada
bank yang bersangkutan. Selisih bunga yang diterima bank dari debitur dengan bunga
yang dibayarkan kepada penyimpan dana di Bank, itulah yang menjadi keuntungan
Bank, inilah yang dipergunakan membiayai operasional bank secara keseluruhan.20
Secara umum, nilai bunga terbagi empat tingkatan, yaitu: pinjaman biasa (6% -
18%), pinjaman properti (6%-12%), pinjaman antarkota (7%-12%), dan pinjaman
perdagangan dan industri (12%-18%).21
Penerapan bunga yang terdapat pada bank konvensional dapat dipisahkan
menjadi dua jenis yaitu:
1. Bunga simpanan
Bunga simpanan merupakan tingkat harga tertentu yang dibayarkan oleh bank
kepada nasabah atas simpanan yang dilakukannya. Bunga simpanan ini
diberikan oleh bank untuk memberikan rangsangan kepada nasabah penyimpan
dana agar menempatkan dananya di bank. Beberapa bank memberikan
tambahan bunga kepada nasabah yang menempatkan dananya dalam bentuk
deposito sejumlah tertentu. Hal ini dilakukan agar nasabah akan selalu
meningkatkan simpanan dananya.
2. Bunga pinjaman
Bunga pinjaman atau bunga kredit merupakan harga tertentu yang harus
dibayar oleh nasabah kepada bank atas pinjaman yang diperolehnya. Bagi
bank, bunga pinjaman merupakan harga jual yang dibebankan kepada nasabah
yang membutuhkan dana. Untuk memperoleh keuntungan, maka bank akan
19
Sudirman, Fiqh Kontemporer (Contemporary Studies of Fiqh), Yogyakarta: Deepublish, 2018, hlm. 382.
20
Nurhadi, Op. Cit, hlm. 54-55.
21
Ibid, hlm. 57.
10
menjual dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga beli. Artinya,
bunga kredit lebih tinggi dibanding bunga simpanan.22
B. Persamaan Riba dan Bunga
Jika dilihat dari definisi bunga dan riba, terlihat jelas bahwa “interest” dan
“usury” yang kita kenal saat ini pada hakikatnya adalah sama. Maka persamaan antara
bunga bank dengan riba keduanya sama-sama bermakna tambahan uang (harga),
umumnya dalam persentase (suku bunga sekian persen).23
Dan keduanya juga sama-sama
memberatkan bagi peminjam.24
Bunga bank dan riba memiliki kesamaan pada tambahan yang didapat oleh salah
satu pihak dalam sebuah transaksi jual beli atau bisnis. Hal ini yang menjadikan polemik
bagi umat Islam, yang mendasari hal ini karena bunga bank tidak memiliki nas hukum
dalam al-quran maupun as-sunah. Pada akhirnya tiap muslim yang ingin mengetahui
pemecahan dari problematika ini akan kembali pada terminologi keduanya.25
Bunga bank termasuk kategori riba, sebab esensinya adalah sama, yaitu adanya
tambahan nilai sebagaimana penundaan tempo pembayaran hutang. Mengingat kita
dalam kehidupan tidak mungkin menghindari dari praktek bank konvensional, maka
hukmnya boleh jika dalam keadaan darurat. Sejalan dengan kaidah al dharurat tubihu al
mahdzurat. Hal ini sejalan dengan pendapat Rasyid Ridha dan Abu Zahra (Ali dan Daud,
1995: 217).
Bunga bank dan riba sama-sama timbul dari hutang piutang atau pinjam-
meminjam. Oleh karena itu, pinjam meminjam uang atau berhutang-piutang dapat
dipandang sebagai suatu pokok pengkal bagi timbulnya bunga dan riba. Hal ini sekaligus
mempunyai persamaan lahiriahnya bunga bank dan riba, yaitu keduanya sama-sama
merupakan keuntungan bagi pemilik uang pokoknya, yang diperoleh tanpa jerih payah,
kecuali hanya lantaran meminjamkan uang itu saja (Harahap, 1984: 79).26
22
Ismail, Manajemen Perbankan, Jakarta: Prenamedia group, 2018, hlm. 134.
23
Op. Cit, hlm. 63-64.
24
Sudirman, Op. Cit, hlm. 382.
25
Fatwa MUI , No. 1 Tahun 2004; Tentang Bunga (Interest/Fa`idah), hlm. 11.
26
Muhammad Julianto, Membangun Keberagaman Mencerahkan dan Mensejahterakan, Yogyakarta:
Deepublish, 2015, hlm. 227-228.
11
Kemudhoratan system bunga sehingga dikategorikan sebagai riba, antara lain
adalah Mengakumulasikan dana untuk keuntungannya sendiri, bunga adalah konsep
biaya yang digeserkan kepada penanggung berikutnya, menyalurkan hanya kepada
mereka yang mampu, penanggung terakhir adalah masyarakat, memandulkan kebijakan
stabilitas ekonomi dan investasi, dan terjadi kesenjangan yang tidak akan ada habisnya.27
C. Perbedaan Riba dan Bunga
Pengertian riba dan bunga bank, tentunya keduanya ada perbedaan. Kalau riba
sistemnya menggandakan uang tetapi cenderung untuk keperluan pribadi dan tidak sah
menurut hukum, seperti rintenir (memperkaya diri sendiri). Sedangkan bunga bank
sistemnya untuk membantu masyarakat (tolong-menolong) kemudian kuntungan tersebut
dibagi hasil (bagi hasil kerjasama/musyarakah) oleh anggotanya (nasabah) dan sah
menurut hukum (legal), seperti bunga BNI, BRI, BCA dsb.28
Dalam buku lain juga dijelaskan bahwa riba dan bunga jelas berbeda. Riba adalah
untuk pinjaman yang bersifat konsumtif, sedangkan bunga adalah untuk pinjaman yang
bersifat produktif.29
Pakar ekonomi Islam, Prof Dr Ugi Suharto menjelaskan, Riba
merupakan hal yang haram, sedangkan bunga ada yang diharamkan, ada juga yang
tidak.30
Hal senada juga diungkapkan oleh Abdul Mannan, yang mengatakan bahwa jika
terdapat perbedaan antara riba dalam Alquran dengan bunga dalam masyarakat kapitalis,
hal itu hanya merupakan perbedaan tingkat, bukan perbedaan jenis, karena baik riba
maupun bunga merupakan ekses atas modal yang dipinjam. Walaupun riba dianggap
tidak canggih dibandingkan dengan bunga, tetapi menyebut riba dengan nama bunga
tidak akan pernah bisa mengubah sifatnya, yaitu adanya tambahan atas modal (Hannan,
1997:120).31
27
Heny, Op. Cit, (diakses pada 16 Februari 2020, pukul: 9.04 WIB).
28
Nurhadi, Op. Cit, hlm. 64.
29
Sudirman, Op. Cit, hlm. 382.
30
Adi Prawiranegara, Riba dan Bunga, Sama?, https://wartapilihan.com/riba-dan-bunga-sama/, diakses 16
Februari 2020, pukul: 8.52 WIB.
31
Muhammad Syarif Hasyim, “Bunga Bank: antara Paradigma Tekstual dan Kontekstual”, Jurnal Hunafa,
Vol. 5, No. 1, April 2008, STAIN Datokarama Palu, hlm. 51-52.
12
D. Tokoh yang menyatakan Bunga adalah Riba
Bunga bank termasuk kategori riba, sebab esensinya adalah sama, yaitu adanya
tambahan nilai sebagaimana penundaan tempo pembayaran hutang. Mengingat kita
dalam kehidupan tidak mungkin menghindari dari praktek bank konvensional, maka
hukmnya boleh jika dalam keadaan darurat. Sejalan dengan kaidah al dharurat tubihu al
mahdzurat. Hal ini sejalan dengan pendapat Rasyid Ridha dan Abu Zahra (Ali dan Daud,
1995: 217).32
Wahbah Zuhaylî dalam (Mas'adi, 2002:166), mengkategorikan bunga bank
sebagai riba nasî’ah, karena merupakan kelebihan atau tambahan yang dipungut dengan
tidak disertai imbalan, melainkan semata-mata karena penundaan tenggang waktu
pembayaran. Demikian pula dengan pemahaman Adiwarman Karim, praktisi perbankan
Islam yang sangat concern mengembangkan konsep ekonomi Islam dan perbankan
syari’ah, Ia mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Muslihun (1994:124) bahwa bunga
bank masuk dalam kategori riba nasî'ah. Sebab keberadaan bunga disebabkan adanya
perbedaan kualitas, perubahan waktu atau tambahan jumlah antara barang yang
diserahkan hari ini dengan barang yang diserahkan kemudian. Jadi, al-ghurm (untung)
muncul tanpa adanya al-ghurm (resiko), sementara hasil usaha (al-kharaj) muncul tanpa
adanya biaya (daman). Artinya, untung dan hasil usaha muncul hanya karena berjalannya
waktu. Padahal dalam bisnis, selalu ada kemungkinan untung dan rugi."33
Dewan Studi Islam AlAzhar, Cairo, mengatakan bahwa Bunga dalam segala
bentuk pinjaman adalah riba yang diharamkan. (Konferensi DSI AlAzhar, Muharram
1385 H/ Mei 1965 M). Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Syirbashi, menurut beliau bahwa
bunga bank yang diperoleh seseorang yang menyimpan uang di bank termasuk jenis riba,
baik sedikit maupun banyak.Namun yang terpaksa, maka agama itu membolehkan
meminjam uang di bank itu dengan bunga.34
E. Tokoh yang menyatakan Bunga bukan Riba
Adapun dengan permasalahan bunga bank termasuk pada kategori riba atau
bukan, masih terdapat perselisihan. Bunga diberbagai lembaga keuangan sebagai
32
Muhammad Julianto, Op. Cit, hlm. 227.
33
Muhammad Syarif, Op. Cit, hlm. 52.
34
Veri Mei Hafnizal, “Bunga Bank (Riba) dalam Pandangan Hukum Islam”, Jurnal At-Tasyri’, Vol. 9, No. 1,
Januari-Juni 2017, Universitas Muhammadiyyah Aceh, hlm. 52.
13
konsekensi utang piutang, satu pihak terperangkap dalam formulasi riba, akan tetapi disisi
lain mendatangkan keuntungan menjadi masalah serius dalam kajian hukum Islam. Para
fuqaha’ yang membolehkan bunga bank berpendapat bahwa yang dilarang dalam Islam
adalah riba, bukan bunga. Sedangkan sebagian lagi berpendapat bahwa bunga bank sama
dengan riba.
Dalam hal riba dan bunga bank, ulama tafsir berbeda pendapat. Sebagian
berpendapat bahwa bunga bank adalah riba, dan sebagian yang lain berpendapat bahwa
bunga bank bukan riba. Dalam hal ini, Muhammadiyah (salah satu organisasi Islam di
Indonesia) menyadari bahwa sistem perbankan belum pernah ada di jaman awal Islam,
karena itu masalah bunga bank dianggap masalah “Ijtihadiyah” yang erat kaitannya
dengan riba. Muhammadiyah memiliki pandangan bahwa hakekat riba yang dilarang Al-
Qur’an adalah riba yang mengarah kepada pemerasan (dlulm) terhadap debitur. Hal ini
terlihat dalam konsideran putusan majlis tarjih tentang bunga bank sebagai berikut:
“bahwa Nash-Nash Al-Qur’an dan Sunnah tentang haramnya riba terkesan adanya ‘illat
(sebab) terjadinya pemerasan (dlulm) oleh pihak yang kuat oleh pihak yang lemah.”35
Para ulama kontemporer yang menyatakan bahwa bunga bank bukanlah riba
menjadikan QS. An-Nisa 04: 29 sebagai landasannya.
‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬{َ‫ب‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫َأ‬‫ت‬ َ‫َل‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬ِ‫اط‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫َل‬َ‫ار‬َ‫ج‬ِ‫ت‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ك‬َ‫ت‬}ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ٍ‫م‬ ٍ‫اض‬ َ‫َر‬‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ة‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu”.
Pada ayat di atas terdapat larangan Allah untuk memakan harta dengan cara yang
batil. Mencuri, menggasab, merampok, dan melakukan riba termasuk perkara batil yang
dilarang oleh Allah. Namun Allah juga menyatakan bahwa halal melakukan perniagaan
dengan jalan saling rida, bukan dengan cara curang. Lalu keridaan kedua pihak yang
bertransaksi untuk menentukan besara keuntungan di awal, sebagaimana terjadi di bank,
bukanlah riba.36
35
Kasman Singodimedjo, Ibid, Tulisan Syafruddin dapat dilihat dalam Polemik Reaktualisasi Ajaran Islam,
Jakarta: PustakaPanjimas, 1998, hlm. 36-37
36
Syaltut, Mahmud, Al-Fatawa, (Dar Al-Syuruq-Kairo), Cetakan XVIII, 2012. Hal.304.
14
Segelintir ulama di negara-negara Timur Tengah dan beberapa orang pakar
ekonomi di negara sekuler, berpendapat bahwa riba tidaklah sama dengan bunga bank.
Seperti Mufti Mesir Sayid Thantawi, yang berfatwa tentang bolehnya sertifikat obligasi
yang dikeluarkan Bank Nasional Mesir yang secara total masih menggunakan sistem
bunga, dan ahli lain seperti Ibrahim Abdullah an-Nashir. Ibrahim dalam buku Sikap
Syariah Islam terhadap Perbankan mengatakan, “Perkataan yang benar bahwa tidak
mungkin ada kekuatan islam tanpa ditopang dengan kekuatan perekonomian, dan tidak
ada kekuatan perekonomian tanpa ditopang perbankan, sedangkan tidak ada perbuatan
tanpa riba.” Ia juga mengatakan, “Sistem ekonomi perbankan ini memiliki perbedaan
yang jelas dengan amal-amal ribawi yang dilarang Al-Qur’an yang Mulia. Karena bunga
bank adalah muamalah baru, yang hukumnya tidak tunduk terhadap nash-nash yang pasti
yang terdapat dalam Al-Qur’an tentang pengharaman riba.”
Di Indonesia pendapat yang mengemukakan adalah pendapat pakar ekonomi yang
juga mantan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, Syafruddin
Prawiranegara. Dalam bukunya Benarkah Bunga Bank Riba (1993) yang diterbitkan
penerbit Ramadhan. Syafruddin berkata, “Jika bunga, walaupun dalam bentuk yang
masuk akal atau ringan, tidak dibolehkan bagi pedagang muslim, maka larangan ini akan
menempatkannya pada suatu posisi yang sangat kaku, janggal, dan tidak menguntungkan
apabila dihadapkan kepada lawannya dari Barat dan Timur Tengah. Hal ini akan
memaksa dia untuk mengikuti cara-cara yang dibuat-buat dalam melakukan transaksi
atau memberikan nama lainnya kepada bunga seperti ongkos administrasi, hanya untuk
menghindari kata riba.”37
Mohammad Hatta berpendapat, bunga bank untuk kepentingan produktif
bukanlah riba, tetapi untuk kepentingan konsumtif. Mr. Kasman Singodimedjo
berpendapat, sistem perbankan modern diperbolehkan karena tidak mengandung unsur
eksploitasi yang dzalim, oleh karenanya tidak perlu didirikan bank tanpa bunga. A. Hasan
Bangil, tokoh Persatuan Islam (PERSIS), secara tegas menyatakan bunga bank itu halal
karena tidak ada unsur lipat gandanya. Nurcholis Majdid berpendapat bahwa riba
mengandung unsur eksploitasi satu pihak kepada pihak lain, sementara dalam perbankan
37
Sudirman, Op.Cit, hlm. 389.
15
(konvensional) tidaklah seperti itu. Alwi Shihab dalam wawancaranya dengan Metro TV
sekitar tahun 2004 lalu, juga berpendapat bunga bank bukanlah riba.38
Sebagian sarjana Muslim merujuk pada kenyataan dunia ekonomi yang
memungkinkan terjadinya inflasi, sehingga menganggap penetapan bunga sebagai
sesuatu yang wajar. Syauqi Dunya, misalnya, membedakan antara pinjaman barang dan
uang. Jika Anda pinjam satu gram emas, maka harus mengembalikan satu gram emas.
Tapi, kalau Anda pinjam seratus ribu rupiah, tidaklah adil jika setelah setahun berikutnya
Anda mengembalikan seratus ribu karena nilainya berubah. Dunya merujuk pada
pandangan mazhab Hanafi (juga pendapat Ibnu Taimiyah), bahwa perbedaan “nilai uang”
saat peminjaman harus dibayarkan.
Argumen-argumen yang dikembangkan beberapa ulama Muslim di atas
membuktikan jawaban atas pertanyaan “apakah bunga bank termasuk riba atau tidak”
dapat diperdebatkan karena tidak ada dalil qath‘i sebagai kata pemutus. Meminjam
bahasa KH Ibrahim Hosen, terkait lembaga perbankan “yang melakukan riba yang
dikenal dengan istilah bunga, masalahnya adalah maskut ‘anhu [tak ada ketegasan,
teksnya “diam”], tidak termasuk dalam cakupan ayat yang melarang riba.”39
38
Ibid, hlm. 390.
39
Kasman, Op. Cit, hlm. 40-41.
16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Riba dan bunga memang selalu menjadi isu yang mendominasi kajian ekonomi
islam. Riba merupakan pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil
baik dalam hutang piutang maupun jual beli. Sedangkan bunga merupakan tanggungan
pada pinjaman uang yang biasanya dinyatakan dalam persentase dari uang yang
dipinjamkan atau sejumlah uang yang dijumlahkan atau dikalkulasikan untuk penggunaan
modal yang dinyatakan dengan persentase dan kaitanya dengan suku bunga.
Dalam pembahasan tersebut, baik riba maupun bunga tidak hanya memiliki
persamaan tetapi keduanya juga memiliki perbedaan yang sangat menonjol. Salah satu
persamaan yang sangat menonjol dari keduanya yaitu sama-sama ada tambahan nilai,
uang (harga) dan timbul dari proses pinjam-meminjam dan hutang-piutang. Sedang
perbedaan dari keduanya yaitu terlihat pada hukum dari keduanya yang dijelaskan oleh
Pakar ekonomi Islam, Prof Dr Ugi Suharto. Riba merupakan hal yang haram, namun
untuk bunga ada yang diharamkan, ada juga yang tidak.
Hal ini dilatarbelakangi oleh perbedaan penafsiran dari beberapa tokoh ekonomi
maupun para ulama yang menyatakan dua pendapat yang berbeda. Ada yang menyatakan
bahwa bunga dapat dikategorikan sebagai riba, dan ada pula beberapa pendapat yang
menyatakan bahwa bunga tidak dapat dikategorikan sebaga riba. Seperti pendapat yang
disampaikan oleh Rasyid Ridha dan Abu Zahra yang menyatakan bahwa bunga adalah
riba. Mereka berpendapat keduanya terdapat tembahan nilai sebagai penundaan tempo
pembayaran hutang. Sedangkan bunga yang tidak dapat dikategorikan sebagai riba
dikemukakan oleh salah satu tokoh Indonesia yaitu Mohammad Hatta. Beliau
berpendapat bahwa tujuan dari bunga adalah untuk kepentingan produktif dan bukanlah
riba, sedang riba sendiri memiliki tujuan hanya untuk kepentingan konsumtif. Pendapat
lain juga mengatakan bahwa bunga bank itu halal karena tidak ada unsur berlipat ganda,
namun dalam hal riba, harus bersifat berlipat ganda (tidak wajar), seperti yang dijelaskan
oleh A. Hasan Bangil, tokoh Persatuan Islam (PERSIS).
17
B. Saran
Sebagai akhir kata dari makalah ini, penulis berharap agar pembaca dapat
mengetahui dan memahami materi mengenai riba dan bunga, baik dalam hal pengertian,
persamaan, perbedaan dari keduanya, tokoh-tokoh yang menyatakan bahwa bunga itu
adalah riba maupun tokoh-tokoh yang menyatakan bahwa bunga tidak dapat
dikategorikan sebagai riba, agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis
juga berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca maupun penulis bahwa riba dan bunga merupakan hal yang sangat penting dan
sangat berpengaruh bagi perekonomian masyarakat.
Dalam makalah tersebut, penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah tersebut masih terdapat banyak kesalahan
kata maupun ejaannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan lebih lanjut.
iv
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Muhammad Azam, Fiqhi Muamalat: Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam, (Jakarta: Amzah, 2010).
Abdul Haris, Muhammad Tho’in, Agung Wahyudi, “Sistem Ekonomi Perbankan Berlandaskan Bunga (Analisis
Perdebatan Bunga Bank termasuk Riba atau Tidak)”, Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 13. No. 01, Juli
2012.
Adi Prawiranegara, Riba dan Bunga, Sama?, https://wartapilihan.com/riba-dan-bunga-sama/, diakses 16
Februari 2020, pukul: 8.52 WIB.
Amiruddin M., Riba dalam Alquran, Jurnal Hukum Diktum, Vol. 10. No. 1, Januari 2012, Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAIN) Parepare.
Elpianti Sahara Pakpahan, “Pengharaman Riba dalam Islam”, Jurnal Al-Hadi, Vol. 4, No. 02, Januari-Juni 2019.
Fatwa MUI , No. 1 Tahun 2004; Tentang Bunga (Interest/Fa`idah).
Gibtiah, Fikih Kontemporer, Jakarta: Prenada Media, 2016, hlm. 75-76.
Haris, Muhammad Tho’in, Agung Wahyudi, “Sistem Ekonomi Perbankan Berlandaskan Bunga (Analisis
Perdebatan Bunga Bank termasuk Riba atau Tidak)”, Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 13. No. 01, Juli
2012.
Heny Larasatii, Perbedaan riba dengan Bunga, https://www.slideshare.net/ichalrm/perbedaan-riba-dengan-
bunga, diakses pada 16 Februari 2020, pukul: 9.04 WIB.
Ismail, Manajemen Perbankan, Jakarta: Prenamedia group, 2018.
KasmanSingodimedjo, Ibid, TulisanSyafruddindapatdilihatdalamPolemikReaktualisasiAjaran Islam, Jakarta:
PustakaPanjimas, 1998.
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012).
Muhammad Julianto, Membangun Keberagaman Mencerahkan dan Mensejahterakan, Yogyakarta: Deepublish,
2015.
Muhammad Subekhi, ”Bunga Bank dalam Pandangan Abdullah Saeed”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Muhammad Syarif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012).
Muhammad Syarif Hasyim, “Bunga Bank: antara Paradigma Tekstual dan Kontekstual”, Jurnal Hunafa, Vol. 5,
No. 1, April 2008, STAIN Datokarama Palu.
Nurhadi, “Bunga Bank antara Halal dan Haram”, Nur El-Islam,Volume 4, Nomor 2, Oktober 2017, Sekolah
Tinggi Agama Islam Al-Azhar Pekanbaru.
Siti Mu’alifah, “Studi Komparatif Pemikiran Muhammad Syafi’i Antonio dan Abdullah Saeet tentang Riba”,
Skripsi, Institut Agama Islam Neger Ponorogo.
Sudirman, Fiqh Kontemporer (Contemporary Studies of Fiqh), Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Syaltut, Mahmud, Al-Fatawa, (Dar Al-Syuruq-Kairo), Cetakan XVIII, 2012.
Ummi Kalsum, “Riba dan Bunga Bank dalam Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya terhadap Perekonomian
Umat)”, Jurnal Al-‘Adl, Vol. 7 No. 2, Juli 2014, Ekonomi Islam Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam
STAIN Kendari.
v
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economic: Ekonomi Syariah Bukan Opsi, Tetapi Solusi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009 ).
Veri Mei Hafnizal, “Bunga Bank (Riba) dalam Pandangan Hukum Islam”, Jurnal At-Tasyri’, Vol. 9, No. 1,
Januari-Juni 2017, Universitas Muhammadiyyah Aceh.

More Related Content

What's hot

Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan MudharabahAkuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabahlutfiahanna
 
Makalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahMakalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahHana Rosmawati
 
04 ekonomi mikro rancang bangun ekonomi islam
04 ekonomi mikro     rancang bangun ekonomi islam04 ekonomi mikro     rancang bangun ekonomi islam
04 ekonomi mikro rancang bangun ekonomi islamNurdin Al-Azies
 
wakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalahwakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalahMarhamah Saleh
 
Riba dan Bunga Bank
Riba dan Bunga BankRiba dan Bunga Bank
Riba dan Bunga BankDwi Rizkita
 
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAMfissilmikaffah1
 
Produk Perbankan Syariah
Produk Perbankan SyariahProduk Perbankan Syariah
Produk Perbankan SyariahPhuji Maisaroh
 
Tugas perbankan syariah UAS
Tugas perbankan syariah UASTugas perbankan syariah UAS
Tugas perbankan syariah UASDevia13
 
Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)DifaFairuz
 
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)Anto Apriyanto, M.E.I.
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Trie Nakita Sabrina
 
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihadMakalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihadInternet Explorer
 
Mengenal fiqih muamalat kontemporer
Mengenal fiqih muamalat kontemporerMengenal fiqih muamalat kontemporer
Mengenal fiqih muamalat kontemporerEkanaluky Anggono
 

What's hot (20)

Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan MudharabahAkuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
 
Makalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariahMakalah Perbankan syariah
Makalah Perbankan syariah
 
04 ekonomi mikro rancang bangun ekonomi islam
04 ekonomi mikro     rancang bangun ekonomi islam04 ekonomi mikro     rancang bangun ekonomi islam
04 ekonomi mikro rancang bangun ekonomi islam
 
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syakMakalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
 
Maqashid Syariah
Maqashid SyariahMaqashid Syariah
Maqashid Syariah
 
wakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalahwakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalah
 
Riba dan Bunga Bank
Riba dan Bunga BankRiba dan Bunga Bank
Riba dan Bunga Bank
 
Bank, rente dan fee
Bank, rente dan feeBank, rente dan fee
Bank, rente dan fee
 
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
 
Produk Perbankan Syariah
Produk Perbankan SyariahProduk Perbankan Syariah
Produk Perbankan Syariah
 
Tugas perbankan syariah UAS
Tugas perbankan syariah UASTugas perbankan syariah UAS
Tugas perbankan syariah UAS
 
Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)Makalah ijarah (kelompok 7)
Makalah ijarah (kelompok 7)
 
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
Materi kuliah ayat dan hadits ekonomi islam (1)
 
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
 
8 qowaid fiqhiyah
8 qowaid fiqhiyah8 qowaid fiqhiyah
8 qowaid fiqhiyah
 
Keuangan Syariah
Keuangan SyariahKeuangan Syariah
Keuangan Syariah
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 
Sistem ekonomi islam
Sistem ekonomi islamSistem ekonomi islam
Sistem ekonomi islam
 
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihadMakalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
 
Mengenal fiqih muamalat kontemporer
Mengenal fiqih muamalat kontemporerMengenal fiqih muamalat kontemporer
Mengenal fiqih muamalat kontemporer
 

Similar to Makalah Riba dan Bunga Bank

Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3nabilarasya
 
Solusi Riba Melalui Peer to Peer Pinjaman Qardhul Hasan.pdf
Solusi Riba Melalui Peer to Peer Pinjaman Qardhul Hasan.pdfSolusi Riba Melalui Peer to Peer Pinjaman Qardhul Hasan.pdf
Solusi Riba Melalui Peer to Peer Pinjaman Qardhul Hasan.pdfmarifah87
 
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)Marhamah Saleh
 
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdfKB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdfmuhamadizlis
 
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAH
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAHTEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAH
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAHabdou hamadah
 
mudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsmudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsAlalan Tanala
 
Ekonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang ribaEkonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang ribanadhifarahma
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalahMulyanah
 
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasiRiba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasiSetiono Winardi
 
Legitimasi hukum bunga bank dalam perbankan
Legitimasi hukum bunga bank dalam perbankanLegitimasi hukum bunga bank dalam perbankan
Legitimasi hukum bunga bank dalam perbankanSarda Rafika
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12Marhamah Saleh
 
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2Marhamah Saleh
 

Similar to Makalah Riba dan Bunga Bank (20)

Modul 7 kb 3
Modul 7 kb 3Modul 7 kb 3
Modul 7 kb 3
 
Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3
 
Solusi Riba Melalui Peer to Peer Pinjaman Qardhul Hasan.pdf
Solusi Riba Melalui Peer to Peer Pinjaman Qardhul Hasan.pdfSolusi Riba Melalui Peer to Peer Pinjaman Qardhul Hasan.pdf
Solusi Riba Melalui Peer to Peer Pinjaman Qardhul Hasan.pdf
 
Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)
 
Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)
 
Hk perbankan syari’ah
Hk perbankan syari’ahHk perbankan syari’ah
Hk perbankan syari’ah
 
Ar rahn
Ar rahnAr rahn
Ar rahn
 
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
 
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdfKB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
 
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAH
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAHTEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAH
TEORI RIBA DAN PERMASALAHANNYA DALAM FIQIH MUAMALAH
 
mudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran haditsmudharabah dlm quran hadits
mudharabah dlm quran hadits
 
Ekonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang ribaEkonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang riba
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalah
 
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasiRiba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
 
Bunga bank
Bunga bankBunga bank
Bunga bank
 
Legitimasi hukum bunga bank dalam perbankan
Legitimasi hukum bunga bank dalam perbankanLegitimasi hukum bunga bank dalam perbankan
Legitimasi hukum bunga bank dalam perbankan
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
 
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
 
Riba&Bank
Riba&Bank Riba&Bank
Riba&Bank
 
Sharf
SharfSharf
Sharf
 

Recently uploaded

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 

Recently uploaded (20)

Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 

Makalah Riba dan Bunga Bank

  • 1. MAKALAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA “RIBA DAN BUNGA” DOSEN PENGAMPU : Bakhrul Huda, M.E.I OLEH KELOMPOK 3 : 1. Muhammad Hamam Hasbunnur (G04215024) 2. Ayu Ika Lestari (G04219013) 3. Erlina Sintiya Ningseh (G94219143) KELAS A EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2020
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah perbankan syariah di Indonesia tentang riba dan bunga dengan baik. Walaupun masih banyak kekurangan, kejanggalan kata- kata, dan hambatan dalam menyelesaikan makalah ini.. Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang mendukung terselesaikannya makalah ini. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan juga kepada orang tua, dosen dan teman-teman yang telah memberikan masukan dan bantuannya sehingga makalah ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami berharap kepada semua pihak dan pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan lebih lanjut terhadap makalah ini. Surabaya, 15 Februari 2020 Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii DAFTAR ISI........................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1 A. Latar Belakang...........................................................................................................1 B. Rumusan Masalah......................................................................................................2 C. Tujuan........................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3 A. Pengertian Riba dan Bunga ........................................................................................3 B. Persamaan Riba dan Bunga......................................................................................10 C. Perbedaan Riba dan Bunga ......................................................................................11 D. Tokoh yang menyatakan Bunga adalah Riba ............................................................12 E. Tokoh yang menyatakan Bunga bukan Riba.............................................................12 BAB III PENUTUP.............................................................................................................16 A. Kesimpulan..............................................................................................................16 B. Saran........................................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................iv
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produkny. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman)1 . Pendapat lain menyatakan interest yaitu sejumlah uang yang dibayar atau dikalkulasikan untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau peersentase modal yang bersangkut-paut dengan itu yang dinamakan suku bunga modal. Dalam sistem ekonomi konvensional, bunga merupakan harga uang (price of capital). Dimana dalam literatur-literatur ekonomi moneter banyak disebutkan bahwa tinggi rendahnya permintaan dan penawaran akan uang tergantung pada tingkat tingkat bunga. Dalam mekanisme ini bunga akan memiliki perilaku seperti harga sebagaimana pada pasar barang. Pada masa sekarang, masyarakat dihadapkan pada masalah bank, yang dalam prakteknya memberlakukan sistem bunga pada siapa saja yang terlibat transaksi di dalamnya. Melakukan transaksi dengan bank sama melakukan perbuatan riba. Akan tetapi, di masa sekarang ini bunga bank menjadi suatu permasalahan yang tidak dapat dihindari oleh banyak orang yang melakukan tindakan ekonomi, khususnya yang bergerak dalam bidang perbankan. Persoalan halal tidaknya bunga bank sebagai instrumen keuangan sudah merupakan hal yang kontroversial dalam dunia Islam sejak lama. Kontroversi tersebut berkaitan dengan penafsiran ayat-ayat Al-Quran yang melarang praktek riba. Berdasarkan penafsirannya, ada sebagian kaum muslimin yang menyimpulkan bahwa kontrak pinjaman adalah perbuatan yang tidak bermoral, tidak sah dan haram. Dengan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membahas dan mendalami lebih lanjut mengenai permasalahan bunga bank dan riba. 1 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), hlm. 114.
  • 5. 2 B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari riba dan bunga? 2. Apa persamaan riba dengan bunga? 3. Apa saja perbedaan antara riba dan bunga? 4. Siapa saja tokoh yang menyatakan bahwa bunga adalah riba? 5. Siapa saja tokoh yang menyatakan riba bukan bunga? C. Tujuan 1. Untuk memahami pengertian dari riba dan bunga. 2. Untuk mengetahui persamaan riba dengan bunga. 3. Untuk memahami perbedaan antara riba dengan bunga. 4. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang menyatakan bahwa bunga adalah riba. 5. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang menyatakan bahwa bunga bukan riba.
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Riba dan Bunga a. Riba Perktek riba telah dikenal di kalangan bangsa-bangsa kuno seperti bangsa Mesir kuno, Yunani, Romawi dan bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa Arab jauh sebelum Islam, ketika mereka jenuh dengan praktek riba yang mereka jalankan, mereka lalu sepakat membuat aturannya, kemudian aturan itu kembali diabaikan karena tuntutan transaksi ekonomi yang bekembang.2 Riba secara bahasa berarti penambahan, pertumbuhan, kenaikan, dan ketinggian. Allah SWT berfirman Q.S al-Hajj [22]: 5 ُ‫ك‬ ْ‫ن‬ ِ‫م‬ ْ‫ت‬َ‫ت‬َ‫ب‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ْ‫ت‬َ‫ب‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ ْ‫ت‬ َّ‫ز‬َ‫ت‬ْ‫ه‬‫ا‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ل‬ َ‫ز‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬َ‫ز‬ ِ‫ل‬َ‫ب‬ ٍ‫ج‬ ْ‫و‬ٍ‫يج‬ِ‫ه‬ Artinya: Kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, niscaya bumi itu subur dan menumbuhkan (Q.S al-Hajj [22]: 5) Artinya naik dan tinggi. Allah juga berfirman dalam Q.S An-Nahl (16): 92 …..ٍ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ْ‫ن‬ ِ‫م‬ ٰ‫ى‬َ‫ب‬ ْ‫ر‬َ‫أ‬ َ‫ي‬ِ‫ه‬ ٌ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ َ‫ن‬‫ُو‬‫ك‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ Artinya: Disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain (Q.S An-Nahl (16): 92)3 Pengertian riba secara teknis menurut para fuqaha adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil baik dalam utang piutang maupun jual beli. Kata riba dalam bahasa Inggris diartikan dengan usury, yang berarti suku bunga yang lebih dari biasanya atau suku bunga yang mencekik. Sedangkan dalam bahasa Arab berarti tambahan atau kelebihan meskipun sedikit, atas jumlah pokok yang yang dipinjamkan.4 Abdul Rahman Al-Jaziri mengemukakan pendapatnya tentang pengertian riba sebagai berikut. Riba adalah akad yang terjadi dengan pertukaran tertentu, tidak 2 Amiruddin M., Riba dalam Alquran, Jurnal Hukum Diktum, Vol. 10. No. 1, Januari 2012, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Parepare, hlm. 74. 3 Abdul Aziz Muhammad Azam, Fiqhi Muamalat: Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 215 4 Ummi Kalsum, “Riba dan Bunga Bank dalam Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya terhadap Perekonomian Umat)”, Jurnal Al-‘Adl, Vol. 7 No. 2, Juli 2014, Ekonomi Islam Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Kendari, hlm. 68-69.
  • 7. 4 diketahui sama atau tidak menurut syara‟ atau terlambat salah satunya. Sedangkan menurut pendapat Syeikh Muhammad Abduh bahwa pengertian riba adalah penambahan-penambahan yang disyaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya (uangnya), karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan.5 Menurut pandangan para ahli tafsir al-Qur’an dan para fuqaha Islam tentang riba yang dikutip oleh Muhammad Sharif Chadhry, diantaranya adalah menurut: 1. Muhammad Asad Di dalam terminologi al-Qur’an, istilah riba itu menunjukkan tambahan haram apapun, melalui bunga, terhadap sejumlah uang atau barang yang dipinjamkan oleh seseorang atau lembaga kepada orang atau lembaga lain. 2. Syed Abul A’la al-Maududi Riba digunakan untuk menyebut sejumlah tambahan yang dikenakan oleh kreditur kepada debitur secara tetap pada pokok utang yang ia pinjamkan, yakni bunga. 3. Afzalur Rahman Afzalur Rahman menjelaskan riba secara rinci berdasarkan pendapat beberapa fuqaha Islam klasik sebagai berikut; 1) Menurut Allamah al-Hasan Taunki, riba berarti kelebihan atau kenaikan, dan didalam kontrak barter (pertukaran barang dengan barang), kelebihan suatu barang diminta untuk ditukar dengan barang yang persis sama, maka itu riba 2) Menurut Shah Waliyullah dari Delhi, unsur riba terletak di dalam utang yang diberikan dengan syarat si pengutang akan membayar lebih banyak atau lebih baik daripada apa yang ia terima dari pemberi utang. 3) Menurut pandangan Imam ar-Razi, adalah kebiasan di masa pra-Islam bahwa mereka meminjamkan uang kepada seseorang selama suatu jangka waktu tertentu lalu menerima darinya suatu suatu jumlah uang tertentu sebagai bunga; jika waktu jatuh tempo tiba, maka pengutang akan diminta melunasi utangnya; 5 Haris, Muhammad Tho’in, Agung Wahyudi, “Sistem Ekonomi Perbankan Berlandaskan Bunga (Analisis Perdebatan Bunga Bank termasuk Riba atau Tidak)”, Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 13. No. 01, Juli 2012, hlm. 25.
  • 8. 5 jika ia tidak dapat membayar, maka ia diberi perpanjangan waktu dan bunganya pun dinaikkan pula.6 Dengan demikian, riba menurut istilah ahli fiqh adalah penambahan pada salah satu dari dua ganti yang sejenis tampa ada ganti dari tambahan ini. Namun tidak semua tambahan dianggap dengan riba, karena tambahan terkadang dihasilkan dalam sebuah perdagangan dan tidak ada riba didalamnya hanya saja tambahan yang diistilahkan dengan nama ʺribaʺ al-Qur’an datang menerangkan pengharamnya adalah tambahan yang diambil sebagai ganti dari tempo.7 Mengenai hal ini, Allah mengingatkan dalam al-Qur`an surat An-Nissa`: 29. ....... ِ‫ل‬ِ‫َاط‬‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ‫وا‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫َأ‬‫ت‬ َ‫َل‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ Artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil.....” (An-Nisaa`: 29). Allah SWT, melarang hamba-hamba-Nya yang beriman memakan harta sebagian dari mereka atas sebagian yang lain dengan cara yakni yang batil, yakni melalui usaha yang tidak diakui oleh syariat, seperti dengan cara riba dan judi serta cara-cara lainnya yang termasuk kedalam kategori tersebut menggunakan berbagai macam tipuan dan pengelabuhan. Sekalipun secara lahiriahnya cara-cara tersebut memakai cara yang diakui oleh hukum syara’, tetapi Allah lebih mengetahui bahwa sesungguhnya pada pelakunya hanyalah semata-mata menjalankan riba, tetapi dengan cara hailah (tipu muslihat).8 Riba jangan hanya dipahami dan direduksi pada masalah bunga bank saja. Tetapi secara luas riba bisa hidup laten atau poten di dalam sistem ekonomi yang diskriminatori, eksploitatori dan predatori yang berarti dapat hidup di dalam suatu sistem ekonomi subordinasi, kapitalistik, neoliberalistik dan hegemonik imperialistik, yang tidak bisa dibatasi dari segi perbankan saja.9 Dalam Islam, riba didefinisikan sebagai “premi” yang harus dibayar dari si peminjam kepada yang meminjamkan bersama dengan jumlah pokoknya sebagai 6 Muhammad Syarif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012), hlm. 224-228 7 Abdul Aziz, Op. Cit, hlm. 217 8 Siti Mu’alifah, “Studi Komparatif Pemikiran Muhammad Syafi’i Antonio dan Abdullah Saeet tentang Riba”, Skripsi, Institut Agama Islam Neger Ponorogo, hlm. 11-12. 9 Ummi, Op. Cit, hlm. 69.
  • 9. 6 kondisi dari jatuh tempo atau berakhir.10 Riba dalam Al Quran dinyatakan sebagai sesuatu yang dilarang dan merupakan salah satu permasalahan yang berkaitan dengan perekonomian. Sebab, riba sangat mempengaruhi perkembangan masyarakat terutama dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa tak terkecuali terhadap dunia muslim. Oleh karena itu, praktik-praktik riba dianggap dapat menghalangi langkah maju ekonomi yang mana riba dapat menarik seluruh pendapatan masyarakat.11 Riba merupakan kegiatan eksploitasi dan tidak memakai konsep etika atau moralitas. Allah SWT mengharamkan transaksi yang mengandung unsur ribawi, hal ini disebabkan menzalimi orang lain dan adanya unsur ketidakadilan (unjustice).12 Pelarangan riba (prohibition of riba) dalam Islam secara tegas dinyatakan baik dalam Alquran maupun Hadis yang diwahyukan secara berangsur-angsur seperti halnya pengharaman khamar. Dalam perspektif ekonomi, pengharaman riba setidaknya disebabkan empat faktor, yaitu: pertama, sistem ekonomi ribawi menimbulkan ketidakadilan. Karena pemilik modal secara pasti akan dapat keuntungan tanpa mempertimbangkan hasil usaha yang dijalankan oleh peminjam. Jika peminjam dana tidak memperoleh keuntungan atau bangkrut usahanya, dia tetap membayar kembali modal yang dipinjamnya plus bunganya. Dalam kondisi seperti ini, peminjam sudah bangkrut ibarat sudah jatuh tertimpa tangga lagi dan tidak jarang penerapan bunga bukannya membantu usaha kreditor, justru menambah persoalan baginya. Di sinilah muncul ketidakadilannya. Kedua, sistem ekonomi ribawi merupakan penyebab utama berlakunya ketidakseimbangan antara pemodal dengan peminjam. Keuntungan besar yang diperoleh para peminjam yang biasanya terdiri dari golongan industri raksasa (para konglomerat) hanya diharuskan membayar pinjaman modal plus bunganya dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan keuntungan yang mereka peroleh. Sementara bagi penabung di bank-bank umum terdiri dari rakyat golongan menengah 10 Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economic: Ekonomi Syariah Bukan Opsi, Tetapi Solusi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009 ), hlm. 508. 11 Muhammad Subekhi, ”Bunga Bank dalam Pandangan Abdullah Saeed”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. 3. 12 Elpianti Sahara Pakpahan, “Pengharaman Riba dalam Islam”, Jurnal Al-Hadi, Vol. 4, No. 02, Januari-Juni 2019, hlm. 875.
  • 10. 7 ke bawah tidak memperoleh keuntungan yang seimbang dari dana yang mereka simpan di bank.13 Ketiga, sistem ekonomi ribawi akan menghambat investasi karena semakin tinggi tingkat bunga maka semakin kecil kecenderungan masyarakat untuk berinvestasi di sektor riil. Masyarakat lebih cenderung untuk menyimpan uangnya di bank karena keuntungan yang lebih besar disebabkan tingginya tingkat suku bunga. Keempat, bunga dianggap sebagai tambahan biaya produksi. Biaya produksi yang tinggi akan menyebabkan naiknya harga barang-barang (produk). Naiknya tingkat harga, pada gilirannya akan mengundang terjadinya inflasi sebagai akibat lemahnya daya beli masyarakat.14 Kriteria atau batasan yang dimaksud dengan riba adalah dititikberatkan pada penentuan sebelumnya, kelebihan yang diperoleh dari modal dasar yang dihitungkan atau diinvestasikan pada orang lain, sedikit atau banyak. Jadi, kelebihan dari modal dasar yang tidak ditentukan sebelumnya atau berdasarkan untung rugi (produktif) tidak dikategorikan riba. Tetapi yang dikategorikan riba adalah penentuan jumlah kelebihan yang harus diberikan atau didapat tanpa mengindahkan apakah si peminjam itu untung atau rugi dalam usahanya.15 Ibnu Qayyim sebagaimana dikutip oleh Abdurrahman Isa menerangkan bahwa riba ada dua jenis, yaitu: 1. Riba yang jelas diharamkan karena keadaannya sendiri, yaitu riba nasi’ah (riba yang terjadi karena adanya penundaan pembayaran utang). Riba Nasi’ah ini hanya diperbolehkan dalam keadaan darurat (terpaksa). 2. Riba yang samar, yang disamarkan karena sebab lain, Riba Fadhal (riba yang terjadi karena adanya tambahan pada jual beli benda/bahan yang sejenis). Riba fadhal ini diharamkan karena untuk mencegah timbulnya riab nasi’ah, jadi bersifat preventif. Sebagian ulama ada yang membedakan antara ruba nasi’ah dengan riba fadhal seperti membedakan antara berbuat zina dengan memandang atau memegang wanita yang bukan istri atau mahramnya dengan nafsu syahwat, memandang dan memegang wanita seperti itu diharamkan karena untuk menghindari perbuatan zina. Dan riba fadhal ini diperbolehkan 13 Ummi, Op. Cit, hlm. 70. 14 Ibid. 15 Heny Larasatii, Perbedaan riba dengan Bunga, https://www.slideshare.net/ichalrm/perbedaan-riba-dengan- bunga, diakses pada 16 Februari 2020, pukul: 9.04 WIB.
  • 11. 8 apabila dalam keadaan darurat atau hajah (emergency atau necessity) sesuai dengan kaidah fikih. Hajah (keperluan yang mendesak/penting) itu menempati di tempat terpaksa, sedangkan keadaan darurat itu menyebabkan boleh melakukan hal-hal yang dilarang.16 b. Bunga Secara etimologis, bunga dalam The American Heritage Dictionary of the English Language didefinisikan sebagai interest is a charge for a financial loan, usually a percentage of the amount loaned. Definisi senada dapat ditemukan dalam Oxford English Dictionary diartikan sebagai money paid for use of money lent (the principal) or for forbearance of a debt, according to a fixed ratio (rate per cent). Dalam the Legal Encyclopedia for Home and Business didefinisikan sebagai compensation for use of money which is due. Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang yang biasanya dinyatakan dalam persentase dari uang yang dipinjamkan atau sejumlah uang yang dijumblahkan atau dikalkulasikan untuk penggunaan modal yang dinyatakan dengan persentase dan kaitanya dengan suku bunga.17 Bunga bank sendiri dapat diartikan berupa ketetapan nilai mata uang oleh bank yang memiliki tempo/tenggang waktu, untuk kemudian pihak bank memberikan kepada pemiliknya atau menarik dari si peminjam sejumlah bunga (tambahan) tetap sebesar beberapa persen, seperti lima atau sepuluh persen. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada pihak nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh pihak nasabah kepada bank (nasabah yang mendapatkan pinjaman).18 Dengan kata lain, bunga bank adalah sebuah sistem yang diterapkan oleh bank- bank konvensional (non islam) sebagai suatu lembaga keuangan yang mana fungsi utamanya menghimpun dana untuk kemudan disalurkan kepada yang memerlukan 16 Gibtiah, Fikih Kontemporer, Jakarta: Prenada Media, 2016, hlm. 75-76. 17 Nurhadi, “Bunga Bank antara Halal dan Haram”, Nur El-Islam,Volume 4, Nomor 2, Oktober 2017, Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhar Pekanbaru, hlm. 54. 18 Abdul Haris, Muhammad Tho’in, Agung Wahyudi, “Sistem Ekonomi Perbankan Berlandaskan Bunga (Analisis Perdebatan Bunga Bank termasuk Riba atau Tidak)”, Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 13. No. 01, Juli 2012, hlm. 24.
  • 12. 9 dana (penandaan), baik perorangan maupun badan usaha, yang berguna untuk investasi produktif dan lain-lain.19 Secara sederhana bunga adalah balas jasa atas pemakaian dana dalam perbankan. Dalam rangka balas jasa / bunga kepada kepada penyimpan (penabung), maka bank akan meminjamkan dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang membutuhkan tambahan modal usaha (bukan modal awal) untuk Investasi, Modal Kerja, maupun Perdagangan. Atas keuntungan usaha yang diperoleh debitur dengan memakai/ mempergunakan kredit dari bank, maka debitur menunjukkan tindakan yang terpuji dengan memberikan balas jasa / bunga atas pemakaian dana tersebut kepada bank yang bersangkutan. Selisih bunga yang diterima bank dari debitur dengan bunga yang dibayarkan kepada penyimpan dana di Bank, itulah yang menjadi keuntungan Bank, inilah yang dipergunakan membiayai operasional bank secara keseluruhan.20 Secara umum, nilai bunga terbagi empat tingkatan, yaitu: pinjaman biasa (6% - 18%), pinjaman properti (6%-12%), pinjaman antarkota (7%-12%), dan pinjaman perdagangan dan industri (12%-18%).21 Penerapan bunga yang terdapat pada bank konvensional dapat dipisahkan menjadi dua jenis yaitu: 1. Bunga simpanan Bunga simpanan merupakan tingkat harga tertentu yang dibayarkan oleh bank kepada nasabah atas simpanan yang dilakukannya. Bunga simpanan ini diberikan oleh bank untuk memberikan rangsangan kepada nasabah penyimpan dana agar menempatkan dananya di bank. Beberapa bank memberikan tambahan bunga kepada nasabah yang menempatkan dananya dalam bentuk deposito sejumlah tertentu. Hal ini dilakukan agar nasabah akan selalu meningkatkan simpanan dananya. 2. Bunga pinjaman Bunga pinjaman atau bunga kredit merupakan harga tertentu yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank atas pinjaman yang diperolehnya. Bagi bank, bunga pinjaman merupakan harga jual yang dibebankan kepada nasabah yang membutuhkan dana. Untuk memperoleh keuntungan, maka bank akan 19 Sudirman, Fiqh Kontemporer (Contemporary Studies of Fiqh), Yogyakarta: Deepublish, 2018, hlm. 382. 20 Nurhadi, Op. Cit, hlm. 54-55. 21 Ibid, hlm. 57.
  • 13. 10 menjual dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga beli. Artinya, bunga kredit lebih tinggi dibanding bunga simpanan.22 B. Persamaan Riba dan Bunga Jika dilihat dari definisi bunga dan riba, terlihat jelas bahwa “interest” dan “usury” yang kita kenal saat ini pada hakikatnya adalah sama. Maka persamaan antara bunga bank dengan riba keduanya sama-sama bermakna tambahan uang (harga), umumnya dalam persentase (suku bunga sekian persen).23 Dan keduanya juga sama-sama memberatkan bagi peminjam.24 Bunga bank dan riba memiliki kesamaan pada tambahan yang didapat oleh salah satu pihak dalam sebuah transaksi jual beli atau bisnis. Hal ini yang menjadikan polemik bagi umat Islam, yang mendasari hal ini karena bunga bank tidak memiliki nas hukum dalam al-quran maupun as-sunah. Pada akhirnya tiap muslim yang ingin mengetahui pemecahan dari problematika ini akan kembali pada terminologi keduanya.25 Bunga bank termasuk kategori riba, sebab esensinya adalah sama, yaitu adanya tambahan nilai sebagaimana penundaan tempo pembayaran hutang. Mengingat kita dalam kehidupan tidak mungkin menghindari dari praktek bank konvensional, maka hukmnya boleh jika dalam keadaan darurat. Sejalan dengan kaidah al dharurat tubihu al mahdzurat. Hal ini sejalan dengan pendapat Rasyid Ridha dan Abu Zahra (Ali dan Daud, 1995: 217). Bunga bank dan riba sama-sama timbul dari hutang piutang atau pinjam- meminjam. Oleh karena itu, pinjam meminjam uang atau berhutang-piutang dapat dipandang sebagai suatu pokok pengkal bagi timbulnya bunga dan riba. Hal ini sekaligus mempunyai persamaan lahiriahnya bunga bank dan riba, yaitu keduanya sama-sama merupakan keuntungan bagi pemilik uang pokoknya, yang diperoleh tanpa jerih payah, kecuali hanya lantaran meminjamkan uang itu saja (Harahap, 1984: 79).26 22 Ismail, Manajemen Perbankan, Jakarta: Prenamedia group, 2018, hlm. 134. 23 Op. Cit, hlm. 63-64. 24 Sudirman, Op. Cit, hlm. 382. 25 Fatwa MUI , No. 1 Tahun 2004; Tentang Bunga (Interest/Fa`idah), hlm. 11. 26 Muhammad Julianto, Membangun Keberagaman Mencerahkan dan Mensejahterakan, Yogyakarta: Deepublish, 2015, hlm. 227-228.
  • 14. 11 Kemudhoratan system bunga sehingga dikategorikan sebagai riba, antara lain adalah Mengakumulasikan dana untuk keuntungannya sendiri, bunga adalah konsep biaya yang digeserkan kepada penanggung berikutnya, menyalurkan hanya kepada mereka yang mampu, penanggung terakhir adalah masyarakat, memandulkan kebijakan stabilitas ekonomi dan investasi, dan terjadi kesenjangan yang tidak akan ada habisnya.27 C. Perbedaan Riba dan Bunga Pengertian riba dan bunga bank, tentunya keduanya ada perbedaan. Kalau riba sistemnya menggandakan uang tetapi cenderung untuk keperluan pribadi dan tidak sah menurut hukum, seperti rintenir (memperkaya diri sendiri). Sedangkan bunga bank sistemnya untuk membantu masyarakat (tolong-menolong) kemudian kuntungan tersebut dibagi hasil (bagi hasil kerjasama/musyarakah) oleh anggotanya (nasabah) dan sah menurut hukum (legal), seperti bunga BNI, BRI, BCA dsb.28 Dalam buku lain juga dijelaskan bahwa riba dan bunga jelas berbeda. Riba adalah untuk pinjaman yang bersifat konsumtif, sedangkan bunga adalah untuk pinjaman yang bersifat produktif.29 Pakar ekonomi Islam, Prof Dr Ugi Suharto menjelaskan, Riba merupakan hal yang haram, sedangkan bunga ada yang diharamkan, ada juga yang tidak.30 Hal senada juga diungkapkan oleh Abdul Mannan, yang mengatakan bahwa jika terdapat perbedaan antara riba dalam Alquran dengan bunga dalam masyarakat kapitalis, hal itu hanya merupakan perbedaan tingkat, bukan perbedaan jenis, karena baik riba maupun bunga merupakan ekses atas modal yang dipinjam. Walaupun riba dianggap tidak canggih dibandingkan dengan bunga, tetapi menyebut riba dengan nama bunga tidak akan pernah bisa mengubah sifatnya, yaitu adanya tambahan atas modal (Hannan, 1997:120).31 27 Heny, Op. Cit, (diakses pada 16 Februari 2020, pukul: 9.04 WIB). 28 Nurhadi, Op. Cit, hlm. 64. 29 Sudirman, Op. Cit, hlm. 382. 30 Adi Prawiranegara, Riba dan Bunga, Sama?, https://wartapilihan.com/riba-dan-bunga-sama/, diakses 16 Februari 2020, pukul: 8.52 WIB. 31 Muhammad Syarif Hasyim, “Bunga Bank: antara Paradigma Tekstual dan Kontekstual”, Jurnal Hunafa, Vol. 5, No. 1, April 2008, STAIN Datokarama Palu, hlm. 51-52.
  • 15. 12 D. Tokoh yang menyatakan Bunga adalah Riba Bunga bank termasuk kategori riba, sebab esensinya adalah sama, yaitu adanya tambahan nilai sebagaimana penundaan tempo pembayaran hutang. Mengingat kita dalam kehidupan tidak mungkin menghindari dari praktek bank konvensional, maka hukmnya boleh jika dalam keadaan darurat. Sejalan dengan kaidah al dharurat tubihu al mahdzurat. Hal ini sejalan dengan pendapat Rasyid Ridha dan Abu Zahra (Ali dan Daud, 1995: 217).32 Wahbah Zuhaylî dalam (Mas'adi, 2002:166), mengkategorikan bunga bank sebagai riba nasî’ah, karena merupakan kelebihan atau tambahan yang dipungut dengan tidak disertai imbalan, melainkan semata-mata karena penundaan tenggang waktu pembayaran. Demikian pula dengan pemahaman Adiwarman Karim, praktisi perbankan Islam yang sangat concern mengembangkan konsep ekonomi Islam dan perbankan syari’ah, Ia mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Muslihun (1994:124) bahwa bunga bank masuk dalam kategori riba nasî'ah. Sebab keberadaan bunga disebabkan adanya perbedaan kualitas, perubahan waktu atau tambahan jumlah antara barang yang diserahkan hari ini dengan barang yang diserahkan kemudian. Jadi, al-ghurm (untung) muncul tanpa adanya al-ghurm (resiko), sementara hasil usaha (al-kharaj) muncul tanpa adanya biaya (daman). Artinya, untung dan hasil usaha muncul hanya karena berjalannya waktu. Padahal dalam bisnis, selalu ada kemungkinan untung dan rugi."33 Dewan Studi Islam AlAzhar, Cairo, mengatakan bahwa Bunga dalam segala bentuk pinjaman adalah riba yang diharamkan. (Konferensi DSI AlAzhar, Muharram 1385 H/ Mei 1965 M). Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Syirbashi, menurut beliau bahwa bunga bank yang diperoleh seseorang yang menyimpan uang di bank termasuk jenis riba, baik sedikit maupun banyak.Namun yang terpaksa, maka agama itu membolehkan meminjam uang di bank itu dengan bunga.34 E. Tokoh yang menyatakan Bunga bukan Riba Adapun dengan permasalahan bunga bank termasuk pada kategori riba atau bukan, masih terdapat perselisihan. Bunga diberbagai lembaga keuangan sebagai 32 Muhammad Julianto, Op. Cit, hlm. 227. 33 Muhammad Syarif, Op. Cit, hlm. 52. 34 Veri Mei Hafnizal, “Bunga Bank (Riba) dalam Pandangan Hukum Islam”, Jurnal At-Tasyri’, Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2017, Universitas Muhammadiyyah Aceh, hlm. 52.
  • 16. 13 konsekensi utang piutang, satu pihak terperangkap dalam formulasi riba, akan tetapi disisi lain mendatangkan keuntungan menjadi masalah serius dalam kajian hukum Islam. Para fuqaha’ yang membolehkan bunga bank berpendapat bahwa yang dilarang dalam Islam adalah riba, bukan bunga. Sedangkan sebagian lagi berpendapat bahwa bunga bank sama dengan riba. Dalam hal riba dan bunga bank, ulama tafsir berbeda pendapat. Sebagian berpendapat bahwa bunga bank adalah riba, dan sebagian yang lain berpendapat bahwa bunga bank bukan riba. Dalam hal ini, Muhammadiyah (salah satu organisasi Islam di Indonesia) menyadari bahwa sistem perbankan belum pernah ada di jaman awal Islam, karena itu masalah bunga bank dianggap masalah “Ijtihadiyah” yang erat kaitannya dengan riba. Muhammadiyah memiliki pandangan bahwa hakekat riba yang dilarang Al- Qur’an adalah riba yang mengarah kepada pemerasan (dlulm) terhadap debitur. Hal ini terlihat dalam konsideran putusan majlis tarjih tentang bunga bank sebagai berikut: “bahwa Nash-Nash Al-Qur’an dan Sunnah tentang haramnya riba terkesan adanya ‘illat (sebab) terjadinya pemerasan (dlulm) oleh pihak yang kuat oleh pihak yang lemah.”35 Para ulama kontemporer yang menyatakan bahwa bunga bank bukanlah riba menjadikan QS. An-Nisa 04: 29 sebagai landasannya. ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬{َ‫ب‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫َأ‬‫ت‬ َ‫َل‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬ِ‫اط‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫َل‬َ‫ار‬َ‫ج‬ِ‫ت‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ك‬َ‫ت‬}ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ٍ‫م‬ ٍ‫اض‬ َ‫َر‬‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ة‬ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu”. Pada ayat di atas terdapat larangan Allah untuk memakan harta dengan cara yang batil. Mencuri, menggasab, merampok, dan melakukan riba termasuk perkara batil yang dilarang oleh Allah. Namun Allah juga menyatakan bahwa halal melakukan perniagaan dengan jalan saling rida, bukan dengan cara curang. Lalu keridaan kedua pihak yang bertransaksi untuk menentukan besara keuntungan di awal, sebagaimana terjadi di bank, bukanlah riba.36 35 Kasman Singodimedjo, Ibid, Tulisan Syafruddin dapat dilihat dalam Polemik Reaktualisasi Ajaran Islam, Jakarta: PustakaPanjimas, 1998, hlm. 36-37 36 Syaltut, Mahmud, Al-Fatawa, (Dar Al-Syuruq-Kairo), Cetakan XVIII, 2012. Hal.304.
  • 17. 14 Segelintir ulama di negara-negara Timur Tengah dan beberapa orang pakar ekonomi di negara sekuler, berpendapat bahwa riba tidaklah sama dengan bunga bank. Seperti Mufti Mesir Sayid Thantawi, yang berfatwa tentang bolehnya sertifikat obligasi yang dikeluarkan Bank Nasional Mesir yang secara total masih menggunakan sistem bunga, dan ahli lain seperti Ibrahim Abdullah an-Nashir. Ibrahim dalam buku Sikap Syariah Islam terhadap Perbankan mengatakan, “Perkataan yang benar bahwa tidak mungkin ada kekuatan islam tanpa ditopang dengan kekuatan perekonomian, dan tidak ada kekuatan perekonomian tanpa ditopang perbankan, sedangkan tidak ada perbuatan tanpa riba.” Ia juga mengatakan, “Sistem ekonomi perbankan ini memiliki perbedaan yang jelas dengan amal-amal ribawi yang dilarang Al-Qur’an yang Mulia. Karena bunga bank adalah muamalah baru, yang hukumnya tidak tunduk terhadap nash-nash yang pasti yang terdapat dalam Al-Qur’an tentang pengharaman riba.” Di Indonesia pendapat yang mengemukakan adalah pendapat pakar ekonomi yang juga mantan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, Syafruddin Prawiranegara. Dalam bukunya Benarkah Bunga Bank Riba (1993) yang diterbitkan penerbit Ramadhan. Syafruddin berkata, “Jika bunga, walaupun dalam bentuk yang masuk akal atau ringan, tidak dibolehkan bagi pedagang muslim, maka larangan ini akan menempatkannya pada suatu posisi yang sangat kaku, janggal, dan tidak menguntungkan apabila dihadapkan kepada lawannya dari Barat dan Timur Tengah. Hal ini akan memaksa dia untuk mengikuti cara-cara yang dibuat-buat dalam melakukan transaksi atau memberikan nama lainnya kepada bunga seperti ongkos administrasi, hanya untuk menghindari kata riba.”37 Mohammad Hatta berpendapat, bunga bank untuk kepentingan produktif bukanlah riba, tetapi untuk kepentingan konsumtif. Mr. Kasman Singodimedjo berpendapat, sistem perbankan modern diperbolehkan karena tidak mengandung unsur eksploitasi yang dzalim, oleh karenanya tidak perlu didirikan bank tanpa bunga. A. Hasan Bangil, tokoh Persatuan Islam (PERSIS), secara tegas menyatakan bunga bank itu halal karena tidak ada unsur lipat gandanya. Nurcholis Majdid berpendapat bahwa riba mengandung unsur eksploitasi satu pihak kepada pihak lain, sementara dalam perbankan 37 Sudirman, Op.Cit, hlm. 389.
  • 18. 15 (konvensional) tidaklah seperti itu. Alwi Shihab dalam wawancaranya dengan Metro TV sekitar tahun 2004 lalu, juga berpendapat bunga bank bukanlah riba.38 Sebagian sarjana Muslim merujuk pada kenyataan dunia ekonomi yang memungkinkan terjadinya inflasi, sehingga menganggap penetapan bunga sebagai sesuatu yang wajar. Syauqi Dunya, misalnya, membedakan antara pinjaman barang dan uang. Jika Anda pinjam satu gram emas, maka harus mengembalikan satu gram emas. Tapi, kalau Anda pinjam seratus ribu rupiah, tidaklah adil jika setelah setahun berikutnya Anda mengembalikan seratus ribu karena nilainya berubah. Dunya merujuk pada pandangan mazhab Hanafi (juga pendapat Ibnu Taimiyah), bahwa perbedaan “nilai uang” saat peminjaman harus dibayarkan. Argumen-argumen yang dikembangkan beberapa ulama Muslim di atas membuktikan jawaban atas pertanyaan “apakah bunga bank termasuk riba atau tidak” dapat diperdebatkan karena tidak ada dalil qath‘i sebagai kata pemutus. Meminjam bahasa KH Ibrahim Hosen, terkait lembaga perbankan “yang melakukan riba yang dikenal dengan istilah bunga, masalahnya adalah maskut ‘anhu [tak ada ketegasan, teksnya “diam”], tidak termasuk dalam cakupan ayat yang melarang riba.”39 38 Ibid, hlm. 390. 39 Kasman, Op. Cit, hlm. 40-41.
  • 19. 16 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Riba dan bunga memang selalu menjadi isu yang mendominasi kajian ekonomi islam. Riba merupakan pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil baik dalam hutang piutang maupun jual beli. Sedangkan bunga merupakan tanggungan pada pinjaman uang yang biasanya dinyatakan dalam persentase dari uang yang dipinjamkan atau sejumlah uang yang dijumlahkan atau dikalkulasikan untuk penggunaan modal yang dinyatakan dengan persentase dan kaitanya dengan suku bunga. Dalam pembahasan tersebut, baik riba maupun bunga tidak hanya memiliki persamaan tetapi keduanya juga memiliki perbedaan yang sangat menonjol. Salah satu persamaan yang sangat menonjol dari keduanya yaitu sama-sama ada tambahan nilai, uang (harga) dan timbul dari proses pinjam-meminjam dan hutang-piutang. Sedang perbedaan dari keduanya yaitu terlihat pada hukum dari keduanya yang dijelaskan oleh Pakar ekonomi Islam, Prof Dr Ugi Suharto. Riba merupakan hal yang haram, namun untuk bunga ada yang diharamkan, ada juga yang tidak. Hal ini dilatarbelakangi oleh perbedaan penafsiran dari beberapa tokoh ekonomi maupun para ulama yang menyatakan dua pendapat yang berbeda. Ada yang menyatakan bahwa bunga dapat dikategorikan sebagai riba, dan ada pula beberapa pendapat yang menyatakan bahwa bunga tidak dapat dikategorikan sebaga riba. Seperti pendapat yang disampaikan oleh Rasyid Ridha dan Abu Zahra yang menyatakan bahwa bunga adalah riba. Mereka berpendapat keduanya terdapat tembahan nilai sebagai penundaan tempo pembayaran hutang. Sedangkan bunga yang tidak dapat dikategorikan sebagai riba dikemukakan oleh salah satu tokoh Indonesia yaitu Mohammad Hatta. Beliau berpendapat bahwa tujuan dari bunga adalah untuk kepentingan produktif dan bukanlah riba, sedang riba sendiri memiliki tujuan hanya untuk kepentingan konsumtif. Pendapat lain juga mengatakan bahwa bunga bank itu halal karena tidak ada unsur berlipat ganda, namun dalam hal riba, harus bersifat berlipat ganda (tidak wajar), seperti yang dijelaskan oleh A. Hasan Bangil, tokoh Persatuan Islam (PERSIS).
  • 20. 17 B. Saran Sebagai akhir kata dari makalah ini, penulis berharap agar pembaca dapat mengetahui dan memahami materi mengenai riba dan bunga, baik dalam hal pengertian, persamaan, perbedaan dari keduanya, tokoh-tokoh yang menyatakan bahwa bunga itu adalah riba maupun tokoh-tokoh yang menyatakan bahwa bunga tidak dapat dikategorikan sebagai riba, agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca maupun penulis bahwa riba dan bunga merupakan hal yang sangat penting dan sangat berpengaruh bagi perekonomian masyarakat. Dalam makalah tersebut, penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah tersebut masih terdapat banyak kesalahan kata maupun ejaannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan lebih lanjut.
  • 21. iv DAFTAR PUSTAKA Abdul Aziz Muhammad Azam, Fiqhi Muamalat: Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam, (Jakarta: Amzah, 2010). Abdul Haris, Muhammad Tho’in, Agung Wahyudi, “Sistem Ekonomi Perbankan Berlandaskan Bunga (Analisis Perdebatan Bunga Bank termasuk Riba atau Tidak)”, Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 13. No. 01, Juli 2012. Adi Prawiranegara, Riba dan Bunga, Sama?, https://wartapilihan.com/riba-dan-bunga-sama/, diakses 16 Februari 2020, pukul: 8.52 WIB. Amiruddin M., Riba dalam Alquran, Jurnal Hukum Diktum, Vol. 10. No. 1, Januari 2012, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Parepare. Elpianti Sahara Pakpahan, “Pengharaman Riba dalam Islam”, Jurnal Al-Hadi, Vol. 4, No. 02, Januari-Juni 2019. Fatwa MUI , No. 1 Tahun 2004; Tentang Bunga (Interest/Fa`idah). Gibtiah, Fikih Kontemporer, Jakarta: Prenada Media, 2016, hlm. 75-76. Haris, Muhammad Tho’in, Agung Wahyudi, “Sistem Ekonomi Perbankan Berlandaskan Bunga (Analisis Perdebatan Bunga Bank termasuk Riba atau Tidak)”, Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol. 13. No. 01, Juli 2012. Heny Larasatii, Perbedaan riba dengan Bunga, https://www.slideshare.net/ichalrm/perbedaan-riba-dengan- bunga, diakses pada 16 Februari 2020, pukul: 9.04 WIB. Ismail, Manajemen Perbankan, Jakarta: Prenamedia group, 2018. KasmanSingodimedjo, Ibid, TulisanSyafruddindapatdilihatdalamPolemikReaktualisasiAjaran Islam, Jakarta: PustakaPanjimas, 1998. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012). Muhammad Julianto, Membangun Keberagaman Mencerahkan dan Mensejahterakan, Yogyakarta: Deepublish, 2015. Muhammad Subekhi, ”Bunga Bank dalam Pandangan Abdullah Saeed”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Muhammad Syarif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012). Muhammad Syarif Hasyim, “Bunga Bank: antara Paradigma Tekstual dan Kontekstual”, Jurnal Hunafa, Vol. 5, No. 1, April 2008, STAIN Datokarama Palu. Nurhadi, “Bunga Bank antara Halal dan Haram”, Nur El-Islam,Volume 4, Nomor 2, Oktober 2017, Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhar Pekanbaru. Siti Mu’alifah, “Studi Komparatif Pemikiran Muhammad Syafi’i Antonio dan Abdullah Saeet tentang Riba”, Skripsi, Institut Agama Islam Neger Ponorogo. Sudirman, Fiqh Kontemporer (Contemporary Studies of Fiqh), Yogyakarta: Deepublish, 2018. Syaltut, Mahmud, Al-Fatawa, (Dar Al-Syuruq-Kairo), Cetakan XVIII, 2012. Ummi Kalsum, “Riba dan Bunga Bank dalam Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya terhadap Perekonomian Umat)”, Jurnal Al-‘Adl, Vol. 7 No. 2, Juli 2014, Ekonomi Islam Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Kendari.
  • 22. v Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economic: Ekonomi Syariah Bukan Opsi, Tetapi Solusi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009 ). Veri Mei Hafnizal, “Bunga Bank (Riba) dalam Pandangan Hukum Islam”, Jurnal At-Tasyri’, Vol. 9, No. 1, Januari-Juni 2017, Universitas Muhammadiyyah Aceh.