Transaksi jual beli valuta asing (valas) pada perbankan syariah harus memenuhi prinsip-prinsip syariah, yaitu pertukaran secara tunai dan tidak untuk spekulasi. Jenis transaksi yang dibenarkan hanyalah transaksi spot saja, sedangkan transaksi forward, swap, dan option tidak dibenarkan. Selisih antara kurs jual dan beli pada bank syariah merupakan kewajaran untuk menutup biaya operasional bank.
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Valas
1. PENERAPAN AKAD AS-SHARF
DALAM TRANSAKSI VALAS PADA BANK SYARIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Instrumen Keuangan Syariah
Disusun oleh:
Dini Amalia (125144007)
Indi Rahma Fauzia (125144011)
Rahma Nuri Barka (125144016)
PROGRAM STUDI D4-KEUANGAN SYARIAH
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Pada dasarnya uang diciptakan karena kebutuhan untuk mempertukarkan barang. Pada
awalnya ketika kehidupan masih sederhana dan jumlah barang yang dapat diproduksi masih kecil
pula kebutuhan orang akan kebutuhan uang sebagai alat tukar menukar. Kegiatan jual beli valuta
asing ataupun penukaaran valuta asing sebenarnya sudah sejak dahulu terjadi sebelum adanya
bank-bank seperti sekarang ini. Namun karena perkembangan zaman dan semakin pentingnya
perhubungan dunia luar maka seharusnyalah jual beli valuta asing dilakukan dan ditangani bank
bank konvensional atau bank Islam lainnya.
Pada umumnya valuta asing memperdagangkan mata uang, mata uang diperdagangkan
secara berpasangan melalui broker atau dealer. Valas bersifat interbank karena waktu
perdagangannya secara kontinyu mengikuti waktu perdagangan masing-masing negara dan bisa
diasumsikan bahwa pasar valas dibuka 24 jam. Praktik jual beli valuta dilakukan dengan
berbagai ketentuan dan haruslah memenuhi syarat-syarat yang berlaku sehingga tidak
dikategorikan illegal.
Pada jual beli valuta asing terdapat kegiatan tukar menukar dan jual beli, namun
berdasarkan prinsip syariah tidak diperbolehkan melakukan transaksi jual beli uang karena uang
bukan sebagai komoditas melainkan sebagai alat tukar. Pada kenyataannya ada oknum-oknum
yang bertujuan melakukan spekulasi dalam menjalankan jual beli valas karena tertarik akan
fluktuasi antara kurs beli dan kurs jual. Oleh karena itu bank syariah menetapkan batasan-batasan
dalam transaksi ini.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana praktik Jual Beli Valuta Asing (As Sharf) pada perbankan syariah?
2. Bagaimana hukum adanya selisih antara kurs jual dan kurs beli di Perbankan Syariah?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penerapan transaksi jual beli valas pada perbankan syariah.
3. 2. Untuk mengetahui posisi selisih kurs jual dan kurs beli pada perbankan syariah.
1.4 TINJAUAN TEORI
Pengertian Al-Sharf
Al-Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Atau sharf (money
changing) adalah menjual nilai sesuatu dengan nilai sesuatu yang lain, meliputi emas dengan
emas, perak dengan perak, dan emas dengan perak. Dalam kamus istilah fiqh disebutkan bahwa
Ba'i Sharf adalah menjual mata uang dengan mata uang (emas dengan emas). Diriwayatkan oleh
Abu Said al-Khudri Rasulallah SAW bersabda :
َي ٍدَيِب ٍلَثَمِب ًالَثَم ِلحِالمِب ُحْلِالم َو ُِّربالِب ُُّربال َو ِةّضِفالِب ُةَّضِفال َو ِبَهَّالذِب ُبَهَذالدَقَف َدا َزَتاس َو َدا َز نَمَف اًد
َوُد ِخَالا ٌءا َوَسىِعطُمىالَبرَا
Artinya : “emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, garam dengan
garam sama-sama dari tangan ke tangan, siapa yang menambahkan atau minta ditambahkan
sungguh ia telah berbuat riba, pengambil dan pemberi sama.”(HRAhmaddanBukhari)
.
2. Dasar Hukum Al-Sharf
Fuqoha mengatakan bahwa kebolehan praktek al-Sharf didasarkan pada sejumlah hadis
Nabi antara lain pendapat Jumhur yang diriwayatkan oleh Imam Malik dari Nafi', dari Abu Sa'id
al-Khudri ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
على والتثفوابعضها ،بمثل إالمثال بالذهب الذهب التبيعوا :وسلم عليه هللا صلى هللا رسول ان .الخدري سعيد ابي عن
ئب غا شيئا منها تبيعوا وال ،بعض على والتثفوابعضها ،بمثل إالمثال بالفضة الفضة والتبيعوا ،بعض)علية (مثفق .ابناجز
Artinya: "Dari Abu Said al Khudzriy ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kamu
menjual emas dengan emas kecuali dengan seimbang dan janganlah kamu memberikan
sebagainya atas yang lain. Janganlah kamu menjual perak dengan perak kecuali dengan
seimbang, dan janganlah kamu memberikan sebagainya atas yang lain. Janganlah kamu
4. menjual dari padanya sesuatu yang tidak ada dengan sesuatu yang tunai (ada)". (H. Muttafaq
Alaihi).[8]
Dalam hukum syariah diterangkan adanya enam macam jenis yang tidak boleh dijual
kecuali dengan sama timbangannya dan tunai:
1. Emas dijual dengan emas
2. Perak dengan perak
3. Gandum dengan gandum
4. Jagung centel dengan jagung centel
5. Kurma dengan kurma
6. Garam dengan garam
3. Syarat-Syarat Al-Sharf
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam akad al-Sharf adalah:
1. Pertukaran tersebut harus dilaksanakan secara tunai (spot) artinya masing-masing pihak harus
menerima atau menyerahkan masing-masing mata uang pada saat yang bersamaan.
2. Motif pertukaran adalah dalam rangka mendukung transaksi komersial, yaitu transaksi
perdagangan barang dan jasa antar bangsa.
3. Harus dihindari jual beli bersyarat, misalnya A setuju membeli barang dari B haru ini dengan
syarat B harus membelinya kembali pada tanggal tertentu dimasa yang akan datang.
4. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini mampu menyediakan
valuta asing yang dipertukarkan.
5. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau jual beli tanpa hak kepemilikan
(bai al-alfudhuli).[13]
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
Fatwa DSN 28/DSN-MUI/III/2002: Jual Beli Mata Uang (al-Sharf)
1.KetentuanUmum
Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut:
5. a. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)
b. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan)
c. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara
tunai (at-taqabudh).
d. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat
transaksi dilakukan dan secara tunai.
2.Jenis-jenisTransaksiValutaAsing
a. Transaksi Spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing (valas) untuk penyerahan
pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari.
Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai
proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari (ماَّمِ اال َّدبِ هْن)م dan merupakan transaksi
internasional.
b. Transaksi Forward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan
pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai
dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang
diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada
waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan
dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah).
c. Transaksi Swap, yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang
dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga forward.
Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).
d. Transaksi Option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk
menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu
atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).
3. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di:
Jakarta, Tanggal: 14 Muharram 1423 H / 28 Maret 2002.
6. APLIKASI JUAL BELI SHARF DI PERBANKAN SYARIAH
Perdagangan valuta asing dapat dianalogikan dengan pertukaran antara emas dan
perak.[10] Dalam aplikasinya diperbankan syariah, sharf merupakan pelayanan jasa bank kepada
nasabahnya untuk melakukan transaksi valuta asing menurut prinsip yang dibenarkan syariah.
Kebutuhan transaksi valas semakin menguat karena volume transaksi pembayaran internasional
kian meningkat. Di bank syariah, transaksi valas pun harus memenuhi prinsip pertukaran secara
spot, berlangsung dengan tunai dan tidak mengandung unsur spekulasi.
Prinsip utama dalam melakukan perjanjian (akad) sharf adalah pertukaran mata uang secara
spot, tunai dan tidak untuk spekulasi. Sharf membenarkan transaksi yang dilakukan untuk
berjaga-jaga atau dalam bentuk simpanan. Namun, ada syarat yang harus dipenuhi untuk
melakukan transaksi sharf. Bila transaksi dilakukan untuk mata uang yang sejenis, maka nilai
nominal harus sama dan secara tunai (taqabudh). Untuk transaksi mata uang yang berbeda, maka
harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi berlaku. Jenis
transaksi valuta asing dalam perbankan ini terbagi dalam empat kelompok yaitu spot, forward,
swap dan option.
Pertama, transaksi spot dimana penyelesaian paling lambat dua hari. Kedua, transaksi
forward dengan harga waktu mendatang lebih dari dua hari. Ketiga, transaksi swap dimana
kontrak pembelian dan penjualan dengan harga tertentu yang dikombinasikan. Jenis transaksi
terakhir adalah option, dimana merupakan kontrak untuk memperoleh hak untuk membeli atau
menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit pada harga dan jangka waktu tertentu.
Dari keempat jenis transaksi tersebut, sharf hanya memperbolehkan transaksi spot saja
karena transaksi tunai. Sedangkan untuk ketiga transaksi lainnya tidak dibenarkan dalam sharf,
karena menggunakan harga yang diperjanjikan (muwa’adah) dan penyerahan dilakukan di
kemudian hari.
7. Contoh produk jual beli valas di bank syariah adalah Produk Bank Syariah Tukar Bank
Note ke Rupiah atau Tukar Rupiah ke TT (Valas).
Pada dasarnya transaksi jual beli valas di bank syariah dilakukan karena adanya kebutuhan
masyarakat atas transaksi/hubungan dengan pihak luar negeri seperti jasa travel karena uang
bukan sebagai komoditas yang diperjual belikan namun hanya sebagai alat tukar dalam
bertransaksi, Oleh karena itu haram hukumnya apabila diniatkan untuk berspekulasi karena
terdapat untung-untungan.
KEDUDUKAN SELISIH PADA KURS JUAL DAN KURS BELI PADA PERBANKAN
SYARIAH
Kurs Jual adalah harga jual mata uangvaluta asing oleh bank atau money changer. Sedangkan
kurs beli adalah kurs yang diberlakukan bank jika melakukan pembelian mata uang valuta asing.
Dalam transaksi valas terdapat selisih antara kurs jual dan kurs beli, pada bank konvensional hal
tersebut termasuk pada keuntungan bank, namun pada prinsip syariah apabila adanya nilai
tambah pada tukar menukar uang maka termasuk riba dan hukumnya haram.
Namun seiring dengan keharusan bank syariah untuk memfasilitasi nasabah dalam transaksi
valas dengan tujuan sebagai alat tukar menukar, maka selisih antara kurs jual dan kurs beli
dikategorikan sebagai nilai imbal jasa atas jasa yang telah dikeluarkan oleh bank syariah. Hal
tersebut tidak dimasukkan terhadap niat untuk mendapatkan hasil/keuntungan dari transaksi
valas tersebut.
KESIMPULAN
Jual beli sharf (money changing) adalah menjual nilai sesuatu dengan nilai sesuatu yang
lain, meliputi emas dengan emas, perak dengan perak, dan emas dengan perak. Yang dimaksud
dengan nilai adalah sesuatu yang diciptakan sebagai patokan harga. Termasuk juga menjual
perhiasan dengan perhiasan dengan uang.
Berdasarkan hadis nabi SAW, para ulama membolehkan praktek jual beli sharf dengan
syarat-syarat tertentu. Syarat keabshan jual beli sharf adalah bahwa penerimaanya harus di
8. tempat transaksi, dan harus secara tunai serta tidak boleh ada penambahan pada dua barang yang
sejenis untuk menghindari terjadinya riba.
Kemudian berdasarkan Fatwa DSN 28/DSN-MUI/III/2002, bahwa jual beli sharf pada
prinsipnya boleh dengan ketentuan-ketentuan: Tidak untuk spekulasi (untung-untungan), Ada
kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan), Apabila transaksi dilakukan terhadap
mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudh)., dan Apabila
berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat
transaksi dilakukan dan secara tunai.
Kemudian mengenai aplikasi jual beli sharf ini, sebagai lembaga keuangan yang
memfasilitasi perdagangan internasional, perbankan syariah pun tidak dapat menghindarkan diri
dari keterlibatannya pada pasar valuta asing. Perbankan syariah harus menyusun pedoman kerja
operasional bagi dirinya agar juga mempunyia akses yang luas ke pasar valuta asing tanpa harus
terlibat pada mekanisme perdagangan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Sedangkan al-Sharf agar hukumnya sah harus memenuhi syarat-syaratnya terlebih dahulu
yaitu harus sama timbangan, takarannya dan sama nilainya sekalipun keduanya berbeda kualitas
atau model cetakannya, pertukaran tersebut harus dilakukan secara spontan artinya seketika itu
juga dan secara tunai