SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
TINJAUAN PUSTAKA 
A. MIE INSTAN 
Tahukah anda jikalau mi instant yang sudah mendarah daging dan menjadi salah 
satu makanan pokok di Indonesia ternyata memiliki kandungan kadar gizi yang cukup 
banyak dan berguna bagi tubuh. Hal ini berbeda dengan omongan orang-orang yang 
mengatakan bahwa makan mie instant membuat orang kekurangan gizi. 
Hal itu memang ada benarnya karena pada mie instant memiliki nilai gizi nutrisi 
(nutrition fact) yang belum lengkap sehingga alangkah baik jika dalam mengkonsumsi 
mi instant dipadukan dengan bahan-bahan lain yang dapat memenuhi kebutuhan gizi 
tubuh kita sehari-hari. 
Berdasarkan hasil pantauan ternyata nilai gizi dari tiap rasa dalam satu merek 
yang sama punya kandungan gizi yang berbeda-beda. Contohnya pada produk Indomie 
di mana kadar gizi pada Indomie rasa soto mie berbeda jauh dengan kandungan gizi 
pada Indomie rasa baso sapi. Dari sisi energi yang bisa kita dapat dari tiap sebungkus 
mi instan pun dapat kita ketahui. 
Namun yang perlu diketahui adalah bahwa kebutuhan gizi untuk tiap-tiap orang 
adalah berbeda-beda dan dalam tiap bungkus mie instant belum tentu memiliki 
kandungan yang sama persis seperti pada informasi nilai gizi pada kemasan 
pembungkus. Dari info gizi tersebut seharusnya kita dapat melengkapi kekurangan gizi 
dari tiap bungkus mi instan dan menghindari kelebihan kadar gizi pada tubuh kita. 
Untuk menambah protein kita dapat menambahkan telur atau kornet pada mie 
instant yang dimasak. Jika ingin menambah serat kita bisa tambah sayuran seperti 
daun sawi, daun bawang, bawang goreng, dsb. Semua dapat disesuaikan dengan 
mudah untuk mendapatkan gizi yang tidak didapat dari satu bungkus mi instant. 
Proses pembuatan blok mi Indomie dilakukan secara higienis dan tidak 
menggunakan bahan pengawet apapun.Proses pengawetannya dilakukan dengan cara 
pengeringan, yaitu digoreng dalam minyak goreng bersuhu tinggi, yang dikenal 
sebagai deep frying. Atau bisa juga dengan proses pengeringan menggunakan hot air 
drying. Sebagian besar produk mi instan yang diproduksi secara komersial diawetkan 
melaui proses deep frying. 
Melalui proses pengeringan tersebut, kadar air dalam mi instan hanya sekitar 2- 
4% saja sehingga tidak memungkinakan mikroba pembusuk berkembang biak. Dengan 
alasan tersebut mi insan tidak perlu lagi ditambah dengan bahan pengawet apa pun. 
Demi keamanan, sebaiknya kita selalu memperhatikan tanggal kadaluarsa yang tertera 
pada kemasan Indomie setiap akan membeli atau mengkonsumsinya. 
KADAR ABU 
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan 
abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar 
abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. 
Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam 
yaitu : 
Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang mineral dapat terbentuk sebagai 
senyawa yang kompleks yang bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah 
mineralnya dalam bentuk aslinya adalah sangat sulit. Oleh karenanya biasanya
dilakukan dengan menentukan sisa pembakaran garam mineral tersebut yang dikenal 
dengan pengabuan. Komponen mineral dalam suatu bahan sangat bervariasi baik 
macam maupun jumlahnya. Penentuan konsistensi merupakan mineral bahan hasil 
pertanian yang dapat dibedakan menjadi dua tahapan yaitu : pengebuan total (larut dan 
tidak larut) dan penentuan individu komponen. 
1. Menentukan baik tidaknya suatu pengolahan 
Dalam penggilingan gandum, misalnya apabila masih banyak katul atau lembaga 
yang terikut maka tepung gandum tersebut akan memiliki kadar abu yang tinggi. 
2. Mengetahui jenis bahan yang digunakan 
Penentuan kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan buah 
yang digunakan dalam marmalade atau jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk 
menentukan atau membedakan fruit vinegar (asli) atau sintesis. 
3. Penentuan parameter nilai gizi pada bahan makanan 
Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi 
menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain (Fauzi (2006) 
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembkaran suatu bahan organik. Penentuan kadar 
abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan. 
Kemurnian serta kebersihan suatu bahan yag dihasilkan semakin tinggi kadar abu 
maka kebesihan suatu produk semakin berkurang. 
Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat 
organic pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500 – 600oC dan kemudian melakukan 
penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut (Sudarmadji, 
1996). 
Pengabuan yang dilakukan didalam muffle dilakukan melalui 2 tahap yaitu : 
a. Pemanasan pada suhu 300oC yang dilakukan dengan maksud untuk dapat 
melindungi kandungan bahan yang bersifat volatile dan bahan berlemak hingga 
kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis. 
b. Pemanasan pada suhu 800oC yang dilakukan agar perubahan suhu pada 
bahan maupun porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang mudah 
pecah pada perubahan suhu yang tiba-tiba. 
Setelah pengabuan selesai maka dibiarkan dalam tanur selama 1 hari. Sebelum 
dilakukan penimbangan, krus porselin dioven terlebih dahulu dengan tujuan 
mengeringkan air yang mungkin terserap oleh abu selama didinginkan dalam muffle 
dimana pada bagian atas muffle berlubang sehingga memungkinkan air masuk, 
kemudian krus dimasukkan dalam eksikator yang telah dilengkapi zat penyerap air 
berupa silica gel. Setelah itu dilakukan penimbangan dan catat sebagai bera c gram. 
Beberapa kelemahan maupun kelebihan yang terdapat pada pengabuan dengan 
cara lansung. Beberapa kelebihan dari cara langsung, antara lain : 
Sedangkan kelemahan dari cara langsung, antara lain :
Prinsip dari pengabuan cara tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia 
tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa 
ditambahkan adalah gliserol alcohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya 
dilakukan pemanasan pada suhu tunggi. Pemanasan mengakibatkan gliserol alcohol 
membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar 
dan dapat mempercepat oksidasi. Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas 
dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan 
memperbesar porositas, sehingga mempercepat proses penngabuan (Sudarmadji, 
1996). 
Beberapa kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada pengabuan cara tidak 
langsung. Kelebihan dari cara tidak langsung, meliputi : 
Sedangkan kelemahan yang terdapat pada cara tidak langsung, meliputi : 
A. KADAR SERAT KASAR 
Serat kasar mengandung senyawaan selulosa, lignin dan zat lain yang belum 
dapat diidentifikasi dengan pasti, yang disebut serat kasar adalah senyawaan yang 
tidak dapat dicerna dalam organ pencernaan manusia atau binatang. Dalam analisa 
penuntun serat kasar diperhintungkan banyaknya zat-zat yang tak larut dalam asam 
encer ataupun basa encer dengan kondisi tertentu. 
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam analisa adalah: 
1. Defathing, yaitu menghilangkan dan perhitungan lemak yang terkandung 
dalam sampel menggunakan pelarut lemak. 
2. Digestion, terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan 
pelarutan dengan basa. Kedua macam proses digesti ini dilakukan dalam keadaan 
tertutup suhu terkontrol dan bebas udara. 
Penyaringan harus segera dilakukan setelah digestion selesai, karena 
penundaan penyaringan udara dapat mengakibatkan lebih rendahnya hasil analisa, 
karena terjadi perusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai untuk bahan 
yang mengandung banyak protein, sering mengalami kesulitan dalam penyaringan, 
maka sebagian dilakukan digesti dengan enzim preteolitik. 
Residu yang diperoleh dalam pelarutan menggunakan asam dan basa 
merupakan serat kasar yang mengandung ± 97% selulosa dan lignin dan sisanya 
adalah senyawa lain yang belum dapat diidentifikasi. 
Serat kasar sangat penting ditentukan dalam penilaian kualitas bahan 
makanan, karena adanya angka ini merupakan indeks dan menentukan nilai gizi bahan 
makanan tersebut. Selain itu, kandungan serat kasar dapat dipakai untuk menentukan 
kemurnian bahan baku efisiensi suatu proses. 
Kehilangan selulosa dapat mencapai 85% sedangkan kehilangan lignin dapat 
mencapai 50%-90%, tergantung jenis tumbuhan monokotil yang lebih muda larut dalam 
larutan alkali dibandingkan unsur lignin. Berdasarkan penelitian, serat kasar tak 
mencerminkan serat sebenarnya, maksudnya karena fraksi serat ini terdiri dari selulosa,
hemiselulosa,dsb. Sedangkan perlakuan dari metode ini seperti penambahan asam 
encer panas semilulosa dan lignin lebih mudah larut dengan alignin selulosa. 
Keadaan inilah yang menyebabkan hubungan tak jelas antara serat kasar dan 
serat sebenarnya. Selain itu juga terdapat analisis lain dalam serat makanan relatif 
mudah yaitu metode couthpale. Analisis serat pada makanan mulai diperhatikan 
timbulnya berbagai macam penyakit yang disebakan oleh serat. 
Peran utama dari serat dalam makanan adalah pada kemampuannya mengikat 
air, selulosa dan pektin. Dengan adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa 
makanan melalui saluran pencernaan untuk disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat, 
feses dengan kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan 
mengalami kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan keluar karena gerakan-gerakan 
peristaltik usus besar menjadi lebih lamban. 
Mutu serat dapat dilihat dari komposisi komponen serat makanan, dimana 
komponen serat makanan terdiri dari komponen yang larut (Solube Dietary Fiber, SDF), 
dan komponen yang tidak larut (Insoluble Dietary Fiber, IDF). 
Ada beberapa metode analisis serat, antara lain metode crude fiber, metode 
deterjen, metode enzimatis yang masing-masing mempunyai keuntungan dan 
kekurangan. Data serat kasar yang ditentukan secara kimia tidak menunjukan sifat 
serat secara fisiologis, rentang kesalahan apabila menggunakan nilai serat kasar 
sebagai total serat makanan adalah antara 10-500%, kesalahan terbesar terjadi pada 
analisis serealia dan terkecil pada kotiledon tanaman. Metode analisis dengan 
menggunakan deterjen (Acid Deterjen Fiber, ADF atau Neutral Deterjen Fiber, NDF) 
merupakan metode gravimetri yang hanya dapat mengukur komponen serat makanan 
yang tidak larut. Adapun untuk mengukur komponen serat yang larut seperti pectin dan 
gum, harus menggunakan metode yang lain, selama analisis tersebut komponen serat 
larut mengalami kehilangan akibat rusak oleh adanya penggunaan asam sulfat pekat. 
Metode enzimatik yang dikembangkan oleh Asp, et al (1984) merupakan metode 
fraksinasi enzimatik, yaitu penggunaan enzim amilase, yang diikuti oleh penggunaan 
enzim pepsin pankreatik. Metode ini dapat mengukur kadar serat makanan total, serat 
makanan larut dan serat makanan tidak larut secara terpisah.

More Related Content

What's hot

Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasarPembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Firlita Nurul Kharisma
 
Makalah tape ketan
Makalah tape ketanMakalah tape ketan
Makalah tape ketan
Kurnia Wati
 
Pengawetan bahan makanan
Pengawetan bahan makananPengawetan bahan makanan
Pengawetan bahan makanan
Arya Aria
 

What's hot (20)

Materi 4 komponen dan kerusakan bahan pangan
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan panganMateri 4 komponen dan kerusakan bahan pangan
Materi 4 komponen dan kerusakan bahan pangan
 
13. kerusakan bahan pangan
13. kerusakan bahan pangan13. kerusakan bahan pangan
13. kerusakan bahan pangan
 
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasarPembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
 
Makalah tape ketan
Makalah tape ketanMakalah tape ketan
Makalah tape ketan
 
abon ayam pengol daging
abon ayam pengol dagingabon ayam pengol daging
abon ayam pengol daging
 
10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan
 
Bioteknologi
Bioteknologi Bioteknologi
Bioteknologi
 
Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)
Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)
Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)
 
Teknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeTeknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempe
 
Tape Ketan Hitam
Tape Ketan HitamTape Ketan Hitam
Tape Ketan Hitam
 
MAKALAH LAPORAN PEMBUATAN TEMPE
MAKALAH LAPORAN PEMBUATAN TEMPEMAKALAH LAPORAN PEMBUATAN TEMPE
MAKALAH LAPORAN PEMBUATAN TEMPE
 
7 proses pembuatan tempe
7 proses pembuatan tempe7 proses pembuatan tempe
7 proses pembuatan tempe
 
Jenis-jenis Kerusakan Ikan
Jenis-jenis Kerusakan IkanJenis-jenis Kerusakan Ikan
Jenis-jenis Kerusakan Ikan
 
Pengawetan bahan makanan
Pengawetan bahan makananPengawetan bahan makanan
Pengawetan bahan makanan
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS
 
Biokimia Pangan (Sayur sayuran)
Biokimia Pangan (Sayur sayuran)Biokimia Pangan (Sayur sayuran)
Biokimia Pangan (Sayur sayuran)
 
Fermentasi Oncom - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Oncom - Proses Respirasi AnaerobFermentasi Oncom - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Oncom - Proses Respirasi Anaerob
 
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPASLaporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Pengalengan/Wulan Marayani/Universitas Pasundan Kota Bandung
Pengalengan/Wulan Marayani/Universitas Pasundan Kota BandungPengalengan/Wulan Marayani/Universitas Pasundan Kota Bandung
Pengalengan/Wulan Marayani/Universitas Pasundan Kota Bandung
 

Viewers also liked

Viewers also liked (6)

Osc office 365_seminar_15th_feb_2012_public
Osc office 365_seminar_15th_feb_2012_publicOsc office 365_seminar_15th_feb_2012_public
Osc office 365_seminar_15th_feb_2012_public
 
Qr stuff
Qr stuffQr stuff
Qr stuff
 
Kanor
KanorKanor
Kanor
 
Tokyo
TokyoTokyo
Tokyo
 
Java concurrency in_practice_chap06
Java concurrency in_practice_chap06Java concurrency in_practice_chap06
Java concurrency in_practice_chap06
 
Osc share point 2010 information management seminar - 17th feb 2012 - public
Osc   share point 2010 information management seminar - 17th feb 2012 - publicOsc   share point 2010 information management seminar - 17th feb 2012 - public
Osc share point 2010 information management seminar - 17th feb 2012 - public
 

Similar to Terpadu

Similar to Terpadu (20)

Teknologi Fermentasi pada Tahu
Teknologi Fermentasi pada TahuTeknologi Fermentasi pada Tahu
Teknologi Fermentasi pada Tahu
 
Tik riska tugas 4
Tik riska tugas 4Tik riska tugas 4
Tik riska tugas 4
 
Lap.yeast
Lap.yeastLap.yeast
Lap.yeast
 
Laporan 6
Laporan 6Laporan 6
Laporan 6
 
Laporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makananLaporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makanan
 
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptxPPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
 
Ppt.pembuatan tempe
Ppt.pembuatan tempePpt.pembuatan tempe
Ppt.pembuatan tempe
 
TEKNOLOGI YANG BERKAITAN DENGAN METABOLISME MAKANAN - SMAN 17 BANDUNG
TEKNOLOGI YANG BERKAITAN DENGAN METABOLISME MAKANAN - SMAN 17 BANDUNGTEKNOLOGI YANG BERKAITAN DENGAN METABOLISME MAKANAN - SMAN 17 BANDUNG
TEKNOLOGI YANG BERKAITAN DENGAN METABOLISME MAKANAN - SMAN 17 BANDUNG
 
Uji makanan
Uji makananUji makanan
Uji makanan
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologi
 
10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan10. kerusakan bahan makanan
10. kerusakan bahan makanan
 
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptxLaporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
 
Makanan dan minuman
Makanan dan minumanMakanan dan minuman
Makanan dan minuman
 
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaanLaporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
Laporan tutorial fisiologi sistem pencernaan
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
 
Lap3 pembuatan tempe
Lap3  pembuatan tempeLap3  pembuatan tempe
Lap3 pembuatan tempe
 
Farmentasi kimia
Farmentasi   kimiaFarmentasi   kimia
Farmentasi kimia
 
Makalah etanol
Makalah etanol Makalah etanol
Makalah etanol
 
LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI.docx
LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI.docxLAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI.docx
LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI.docx
 
Produk Bioetanol Ubi Singkong Kelas 5J/Kel 3 .pptx
Produk Bioetanol Ubi Singkong Kelas 5J/Kel 3 .pptxProduk Bioetanol Ubi Singkong Kelas 5J/Kel 3 .pptx
Produk Bioetanol Ubi Singkong Kelas 5J/Kel 3 .pptx
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 

Recently uploaded (20)

RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Terpadu

  • 1. TINJAUAN PUSTAKA A. MIE INSTAN Tahukah anda jikalau mi instant yang sudah mendarah daging dan menjadi salah satu makanan pokok di Indonesia ternyata memiliki kandungan kadar gizi yang cukup banyak dan berguna bagi tubuh. Hal ini berbeda dengan omongan orang-orang yang mengatakan bahwa makan mie instant membuat orang kekurangan gizi. Hal itu memang ada benarnya karena pada mie instant memiliki nilai gizi nutrisi (nutrition fact) yang belum lengkap sehingga alangkah baik jika dalam mengkonsumsi mi instant dipadukan dengan bahan-bahan lain yang dapat memenuhi kebutuhan gizi tubuh kita sehari-hari. Berdasarkan hasil pantauan ternyata nilai gizi dari tiap rasa dalam satu merek yang sama punya kandungan gizi yang berbeda-beda. Contohnya pada produk Indomie di mana kadar gizi pada Indomie rasa soto mie berbeda jauh dengan kandungan gizi pada Indomie rasa baso sapi. Dari sisi energi yang bisa kita dapat dari tiap sebungkus mi instan pun dapat kita ketahui. Namun yang perlu diketahui adalah bahwa kebutuhan gizi untuk tiap-tiap orang adalah berbeda-beda dan dalam tiap bungkus mie instant belum tentu memiliki kandungan yang sama persis seperti pada informasi nilai gizi pada kemasan pembungkus. Dari info gizi tersebut seharusnya kita dapat melengkapi kekurangan gizi dari tiap bungkus mi instan dan menghindari kelebihan kadar gizi pada tubuh kita. Untuk menambah protein kita dapat menambahkan telur atau kornet pada mie instant yang dimasak. Jika ingin menambah serat kita bisa tambah sayuran seperti daun sawi, daun bawang, bawang goreng, dsb. Semua dapat disesuaikan dengan mudah untuk mendapatkan gizi yang tidak didapat dari satu bungkus mi instant. Proses pembuatan blok mi Indomie dilakukan secara higienis dan tidak menggunakan bahan pengawet apapun.Proses pengawetannya dilakukan dengan cara pengeringan, yaitu digoreng dalam minyak goreng bersuhu tinggi, yang dikenal sebagai deep frying. Atau bisa juga dengan proses pengeringan menggunakan hot air drying. Sebagian besar produk mi instan yang diproduksi secara komersial diawetkan melaui proses deep frying. Melalui proses pengeringan tersebut, kadar air dalam mi instan hanya sekitar 2- 4% saja sehingga tidak memungkinakan mikroba pembusuk berkembang biak. Dengan alasan tersebut mi insan tidak perlu lagi ditambah dengan bahan pengawet apa pun. Demi keamanan, sebaiknya kita selalu memperhatikan tanggal kadaluarsa yang tertera pada kemasan Indomie setiap akan membeli atau mengkonsumsinya. KADAR ABU Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu : Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang mineral dapat terbentuk sebagai senyawa yang kompleks yang bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalam bentuk aslinya adalah sangat sulit. Oleh karenanya biasanya
  • 2. dilakukan dengan menentukan sisa pembakaran garam mineral tersebut yang dikenal dengan pengabuan. Komponen mineral dalam suatu bahan sangat bervariasi baik macam maupun jumlahnya. Penentuan konsistensi merupakan mineral bahan hasil pertanian yang dapat dibedakan menjadi dua tahapan yaitu : pengebuan total (larut dan tidak larut) dan penentuan individu komponen. 1. Menentukan baik tidaknya suatu pengolahan Dalam penggilingan gandum, misalnya apabila masih banyak katul atau lembaga yang terikut maka tepung gandum tersebut akan memiliki kadar abu yang tinggi. 2. Mengetahui jenis bahan yang digunakan Penentuan kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan buah yang digunakan dalam marmalade atau jelly. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau membedakan fruit vinegar (asli) atau sintesis. 3. Penentuan parameter nilai gizi pada bahan makanan Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain (Fauzi (2006) Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembkaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan. Kemurnian serta kebersihan suatu bahan yag dihasilkan semakin tinggi kadar abu maka kebesihan suatu produk semakin berkurang. Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat organic pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500 – 600oC dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut (Sudarmadji, 1996). Pengabuan yang dilakukan didalam muffle dilakukan melalui 2 tahap yaitu : a. Pemanasan pada suhu 300oC yang dilakukan dengan maksud untuk dapat melindungi kandungan bahan yang bersifat volatile dan bahan berlemak hingga kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis. b. Pemanasan pada suhu 800oC yang dilakukan agar perubahan suhu pada bahan maupun porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang mudah pecah pada perubahan suhu yang tiba-tiba. Setelah pengabuan selesai maka dibiarkan dalam tanur selama 1 hari. Sebelum dilakukan penimbangan, krus porselin dioven terlebih dahulu dengan tujuan mengeringkan air yang mungkin terserap oleh abu selama didinginkan dalam muffle dimana pada bagian atas muffle berlubang sehingga memungkinkan air masuk, kemudian krus dimasukkan dalam eksikator yang telah dilengkapi zat penyerap air berupa silica gel. Setelah itu dilakukan penimbangan dan catat sebagai bera c gram. Beberapa kelemahan maupun kelebihan yang terdapat pada pengabuan dengan cara lansung. Beberapa kelebihan dari cara langsung, antara lain : Sedangkan kelemahan dari cara langsung, antara lain :
  • 3. Prinsip dari pengabuan cara tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan adalah gliserol alcohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu tunggi. Pemanasan mengakibatkan gliserol alcohol membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar dan dapat mempercepat oksidasi. Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan memperbesar porositas, sehingga mempercepat proses penngabuan (Sudarmadji, 1996). Beberapa kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada pengabuan cara tidak langsung. Kelebihan dari cara tidak langsung, meliputi : Sedangkan kelemahan yang terdapat pada cara tidak langsung, meliputi : A. KADAR SERAT KASAR Serat kasar mengandung senyawaan selulosa, lignin dan zat lain yang belum dapat diidentifikasi dengan pasti, yang disebut serat kasar adalah senyawaan yang tidak dapat dicerna dalam organ pencernaan manusia atau binatang. Dalam analisa penuntun serat kasar diperhintungkan banyaknya zat-zat yang tak larut dalam asam encer ataupun basa encer dengan kondisi tertentu. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam analisa adalah: 1. Defathing, yaitu menghilangkan dan perhitungan lemak yang terkandung dalam sampel menggunakan pelarut lemak. 2. Digestion, terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan pelarutan dengan basa. Kedua macam proses digesti ini dilakukan dalam keadaan tertutup suhu terkontrol dan bebas udara. Penyaringan harus segera dilakukan setelah digestion selesai, karena penundaan penyaringan udara dapat mengakibatkan lebih rendahnya hasil analisa, karena terjadi perusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai untuk bahan yang mengandung banyak protein, sering mengalami kesulitan dalam penyaringan, maka sebagian dilakukan digesti dengan enzim preteolitik. Residu yang diperoleh dalam pelarutan menggunakan asam dan basa merupakan serat kasar yang mengandung ± 97% selulosa dan lignin dan sisanya adalah senyawa lain yang belum dapat diidentifikasi. Serat kasar sangat penting ditentukan dalam penilaian kualitas bahan makanan, karena adanya angka ini merupakan indeks dan menentukan nilai gizi bahan makanan tersebut. Selain itu, kandungan serat kasar dapat dipakai untuk menentukan kemurnian bahan baku efisiensi suatu proses. Kehilangan selulosa dapat mencapai 85% sedangkan kehilangan lignin dapat mencapai 50%-90%, tergantung jenis tumbuhan monokotil yang lebih muda larut dalam larutan alkali dibandingkan unsur lignin. Berdasarkan penelitian, serat kasar tak mencerminkan serat sebenarnya, maksudnya karena fraksi serat ini terdiri dari selulosa,
  • 4. hemiselulosa,dsb. Sedangkan perlakuan dari metode ini seperti penambahan asam encer panas semilulosa dan lignin lebih mudah larut dengan alignin selulosa. Keadaan inilah yang menyebabkan hubungan tak jelas antara serat kasar dan serat sebenarnya. Selain itu juga terdapat analisis lain dalam serat makanan relatif mudah yaitu metode couthpale. Analisis serat pada makanan mulai diperhatikan timbulnya berbagai macam penyakit yang disebakan oleh serat. Peran utama dari serat dalam makanan adalah pada kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan keluar karena gerakan-gerakan peristaltik usus besar menjadi lebih lamban. Mutu serat dapat dilihat dari komposisi komponen serat makanan, dimana komponen serat makanan terdiri dari komponen yang larut (Solube Dietary Fiber, SDF), dan komponen yang tidak larut (Insoluble Dietary Fiber, IDF). Ada beberapa metode analisis serat, antara lain metode crude fiber, metode deterjen, metode enzimatis yang masing-masing mempunyai keuntungan dan kekurangan. Data serat kasar yang ditentukan secara kimia tidak menunjukan sifat serat secara fisiologis, rentang kesalahan apabila menggunakan nilai serat kasar sebagai total serat makanan adalah antara 10-500%, kesalahan terbesar terjadi pada analisis serealia dan terkecil pada kotiledon tanaman. Metode analisis dengan menggunakan deterjen (Acid Deterjen Fiber, ADF atau Neutral Deterjen Fiber, NDF) merupakan metode gravimetri yang hanya dapat mengukur komponen serat makanan yang tidak larut. Adapun untuk mengukur komponen serat yang larut seperti pectin dan gum, harus menggunakan metode yang lain, selama analisis tersebut komponen serat larut mengalami kehilangan akibat rusak oleh adanya penggunaan asam sulfat pekat. Metode enzimatik yang dikembangkan oleh Asp, et al (1984) merupakan metode fraksinasi enzimatik, yaitu penggunaan enzim amilase, yang diikuti oleh penggunaan enzim pepsin pankreatik. Metode ini dapat mengukur kadar serat makanan total, serat makanan larut dan serat makanan tidak larut secara terpisah.