SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018
1
TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUAH DAN SAYUR
SAMBAL BUBUK
Rahma Sagistiva Sari1
Yunika Rahayu2
1)Praktikan TPP Kelompok E Meja 4
2)Asisten LaboratoriumTPP
Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan, Program Studi Teknologi Pangan Universitas Pasundan, Bandung.
E-mail : rahmasagistiva@gmail.com
Praktikum : 12 April 2018; Pengumpulan : 19 April 2018
Abstrak
Sambal bubuk atau cabai bubuk merupakan salah satu diversifikasi olahan cabai yang berbahan dasar cabai murni
pilihan yang segar dengan berwarna orange kemerahan dan rasa pedas yang alami. Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk mengetahui cara pembuatan sambal bubuk, sebagai diversifikasi produk olahan cabai, meningkatkan umur
simpan dan meningkatkan nilai ekonomis. Prinsip dari percobaan ini berdasarkan proses pemasakan cabai dan
pengeringan sehingga menjadi kering dan berbentuk serbuk. Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan pembuatan
sambal bubuk dengan basis 56,12 gram didapat berat produk sebesar 58,73 gram (104,65%) dengan sifat organoleptik
meliputi warna merah kecoklatan, rasa asin dengan sensasi rasa pedas, aroma khas cabai, tekstur kasar, dan
kenampakannya menarik.
Abstract
Sambal powder or chilli powder is one of the diversification of chili-based processed pure chili fresh choice with a
reddish orange color and a natural spicy flavor. The purpose of this experiment is to know how to make powdered
sambal, as a diversification of processed chili products, increase shelf life and increase economic value. The principle of
this experiment is based on the cooking process of chilli and drying so that it becomes dry and powder-shaped. Based
on the result of observation on the experiment of making powder chilli based on 56,12 gramobtained by product weight
58,73 gram (104,65%) with organoleptic properties include brownish red color, salty taste with spicy taste sensation,
chili aroma, coarse texture, and the appearance is interesting.
Keyword : Sambal, Chilli powder, Chilli
1. Bahan, Alat dan Metode Percobaan
Pada percobaan ini, bahan yang digunakan yaitu
cabai kering, bawang merah kering, dan bawang putih
kering, gula, dan garam.
Peralatan yang digunakan adalah baskom,
timbangan, wajan, spatula, sendok, pisau, pengering.
Pada pembuatan pembuatan sambal bubuk ialah
mula-mula dilakukan pencucian untuk membersihkan
dari kotoran yang menempel pada cabai, kemudian
dilakukan trimming pemisahan cabai dengan
tangkainya, lalu cabai di potong-potong untuk
mempermudah proses selanjutnya. Kemudian dilakukan
pengeringan hingga menjadi cabai kering. Setelah itu
dilakukan penghancuran menggunakan coper.
Kemudian bawang merah dan bawang putih disanggrai
hingga mengeluarkan aroma lalu tambahkan cabai
kering dan tambahkan sedikit minyak. Selama
pemanasan ini ditambahkan garam dan gula sebagai
penyedap rasa. Lalu dilanjutkan dengan pengamatan
organoleptik dan perhitungan dengan rumus sebagai
berikut :
Keterangan :
W bahan = Berat bahan (gram)
W basis = Berat basis (gram)
W bahan =
% π‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘›
100
Γ— W basis
% Produk=
W produk
W basis
Γ— 100
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018
2
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Sambal Bubuk
2. Hasil dan Pembahasan
Data hasil percobaan dan dokumentasi proses
pembuatan sambal bubuk dapat dilihat pada Tabel 1 dan
Lampiran 1.
Tabel 1. Hasil Pembuatan Sambal Bubuk
No Analisa Hasil pengamatan
1. Nama Produk Sambal Bubuk
2. Basis 56,12 gram
3. Bahan Utama Cabai kering 54,4%
4. Bahan Tambahan - Bawang merah kering
8,91%
- Bawang putih kering
8,91%
- Garam 12,22%
- Gula 15,56%
5. Berat Produk 58,73 gram
6. % Produk 104,65%
7. Organoleptik :
ο‚· Warna
ο‚· Rasa
ο‚· Aroma
ο‚· Tekstur
ο‚· Kenampakan
Merah kecoklatan
Asin, sensasirasa pedas
Khas cabai
Kasar
Menarik
(Rahma Sagistiva S., Kelompok E, Meja 4, 2018)
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan
pembuatan sambal bubuk dengan basis 56,12 gram
didapat berat produk sebesar 58,73 gram (104,65%)
dengan sifat organoleptik meliputi warna merah
kecoklatan, rasa asin dengan sensasi rasa pedas, aroma
khas cabai, tekstur kasar, dan kenampakannya menarik.
Fungsi perlakuan dalam pembuatan sambal bubuk
diantaranya pencucian untuk menghilangkan kotoran-
kotoran yang menempel di permukaan kulit cabai.
Pengupasan dilakukan untuk memisahkan antara cabai
dengan tangkai dan bijinya. Reduksi ukuran untuk
memperbesar luas permukaan bahan sehingga
mempermudah proses selanjutnya. Pengeringan yaitu
untuk mengeluarkan kadar air sehingga diperoleh
produk yang tahan lama. Penghancuran dilakukan agar
mendapatkan produk berupa serbuk. Pencampuran
dilakukan untuk menambah cita rasa dari sambal bubuk.
Lalu dilakukan pemanasan dengan cara disangrai
terlebih dahulu bawang merah, bawang putih yang telah
dikeringkan sebelumnya. Setelah mengeluarkan aroma,
kemudian ditambahkan cabai kering dan sedikit minyak
serta garam dan gula. Pemanasan ini dilakukan dalam
waktu yang tidak terlalu lama agar diperoleh sambal
bubuk atau cabai bubuk yang baik. Dilakukan
pencampuran agar semua bahan dapat tercampur
sempurna sehingga di dapat sambal bubuk.
Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan
sambal bubuk ialah cabai kering sebagai bahan utama
dalam pembuatan sambal bubuk. Garam dan gula
sebagai penambh cita rasa serta sebagai pengawet
dengan konsentrasi tertentu. Garam juga mampu
menguatkan rasa. Bawang merah dan bawang putih
sebagai penambah cita rasa dan sebagai antioksidan dan
juga merupakan pengawet alami.
Bubuk cabe adalah bahan pangan yang dibuat dari
cabe kering yang dihaluskan atau dikeringkan. Bubuk
cabe sering digunakan sebagai bumbu siap pakai dan
bahan tambahan dalam industri makanan (Maghfiroh
dkk, 2010).
Metode pengeringan dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan,
yaitu :
ο‚· Pengeringan alami dapat dilakukan dengan
penjemuran langsung dan dengan penjemuran dengan
modifikasi. Penjemuran alami secara langsung
biasanya menggunakan sarana pengeringan paling
sederhana seperti lantai jemur, jalan beraspal atau
tikar. Media pemanasnya yaitu sinar matahari dan
dibantu oleh angin (Rahayoe, 2017).
ο‚· Pengeringan buatan dilakukan dengan menggunakan
pemanasan dari hasil pembakaran. Media udara
dihembus melalui pemanas atau kontak langsung ke
produk yang dikeringkan. Pemanasan udara dapat
dilakukan secara langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect). Pada dasarnya, pengeringan
mekanis dibedakan menjadi dua macam yaitu sistem
batch (batch system) dan sistemkontinyu (continuous
system). Contoh yaitu spray dryer, tunnel dryer,
cabinet dryer, oven, dan lainnya (Rahayoe, 2017).
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari
suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan
tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti
dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap
dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018
3
absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan
kimia (pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat
mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu
dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu
absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik. Sedangkan
desorpsi adalah proses pelepasan kembali ion atau
molekul yang telah berikatan dengan gugus aktif pada
adsorben (Wahyu, 2011).
Jenis-jenis cabai berdasarkan tingkat kepedasannya
yang diukur menggunakan Scoville rating, yaitu :
ο‚· Bell pepper dengan Scoville rating : 0. Bell pepper
dikelompokkan ke dalam cabai yang kurang pedas
atau "sweet peppers" (Riyadi, 2014).
ο‚· Pimento dengan Scoville rating : 100-500 Pimento
atau cabai cheri adalah cabai yang besar, merah
berbentuk seperti hati, panjang antara 7-10 cm lebar
5-7 cm. Daging buahnya termasuk manis, berair
(Riyadi, 2014).
ο‚· Anaheim dengan Scoville rating : 500-2500. Petani
bernama Emilio Ortega yang membawa benih cabai
ini ke daerah Anaheim pada awal tahun 1900
(Riyadi, 2014).
ο‚· Jalapeno dengan Scoville rating :2500-8000. Cabai
ini sudah termasuk panas, dan sudah mendapatkan
sensasi terbakar saat memakannya (pedas). Panjang
cabai iniantara 5-9 cm (Riyadi, 2014).
ο‚· Jalapeno 2 dengan Scosiville rating : 10.000-23.000.
Cabai dari Meksiko. Rasa pedasnya menggigit, lebih
pedas dari jalapeno, dan biasanya dimakan mentah-
mentah (Riyadi, 2014).
ο‚· Cayenne dengan Scoville rating :30.000-50.000.
Cabai ini adalah cabai merah yang pedas, digunakan
untuk bumbu masakan ataupun untuk keperluan
medis. Namanya berasal dari kota Cayenne di
French Guiana (Riyadi, 2014).
ο‚· Thai Pepper atau Cabai rawit dengan Scosiville
rating : 50.000-100.000. Cabai yang biasa disebut
cabai rawit di Indonesia ini "dimakan" sehari-hari
berada di urutan ke-4 (Riyadi, 2014).
ο‚· Cuban dengan Scoville rating : 100.000-350.000.
Cabai ini adalah salah satu cabai yang amat pedas
pada genusnya, yaitu capsicum (Riyadi, 2014).
ο‚· Habanero dengan Scoville rating : 350.000-580.000.
Cabai ini adalah varietas khusus dari cabai
Harbanero yang dikembangbiakkan khusus agar
mendapat cabai yang lebih pedas, besar dan berat
(Riyadi, 2014).
ο‚· Bhut Jolokia dengan Scovilla rating : 855.000-
1.050.000. Cabai ini telah dikonfirmasikan oleh
Guiness World Record sebagai cabai terpedas di
dunia, menggantikan Red savina (Riyadi, 2014).
Perbedaan antara sambal dan saos yaitu sambal
adalah saus yang berbahan dasar cabai yang
dihancurkan sampai keluar kandungan airnya sehingga
muncul rasa pedasnya. Setelah ditambah bumbu, rasa
pedas itu akan menjelma menjadi penggugah selera
yang nikmat. Sedangkan saus ialah adalah produk
makanan berbentuk pasta yang dibuat dari bahan baku
buah atau sayuran dan mempunyai aroma serta rasa
yang merangsang. Saus yang umumnya diperjualbelikan
di Indonesia adalah saus tomat dan saus cabai adapula
yang memproduksi saus pepaya, tetapi biasanya pepaya
hanya digunakan sebagai bahan campuran (Fauzi,
2012).
Penggunaan suhu yang tinggi dan waktu
pengeringan yang lama akan mengakibatkan kandungan
pigmen karotenoid mengalami kerusakan sehingga
warna bubuk cabai menjadi gelap. Karotenoid sangat
sensitif terhadap panas terutama pada suhu tinggi,
sehingga mudah sekali mengalami kerusakan akibat
pemanasan. Waktu pengeringan yang terlalu lama dan
suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan pigmen-pigmen pada bahan mengalami
oksidasi, sehingga pigmen menjadi pucat serta dapat
menyebabkan bahan hangus. Sesuai dengan pendapat
Sudaryati dkk. (2011) bahwa proses pengeringan pada
suhu tinggi dan waktu yang terlalu lama tidak
dikehendaki, sebab akan menyebabkan terjadinya
kerusakan-kerusakan serta penurunan mutu karena
berkurangnya zat nutrisi, khususnya vitamin C, warna,
dan Ξ²- karoten pada bubuk cabai yang dikeringkan.
CPP pada pembuatan sambal bubuk ialah pada
proses pengeringan dilakukan dengan waktu dan suhu
yang tepat agar cabai tidak terlalu kering. Pada
pencucian juga diperhatikan ditakutkan masih ada
kontaminan yang menempel. Ketika pencampuran
bahan-bahan perlu diperhatikan agar proses
pencampuran ini merata.
Perubahan fisik yang terjadi pada pembuatan
sambal bubuk ialah perubahan bentuk. Dimana terjadi
reduksi ukuran serta pengeringan dan penghancuran
yang membuat fisik dari cabai ini menjadi berbentuk
serbuk dan kering. Pengeringan juga dapat membuat
warna cabai menjadi berubah menjadi lebih gelap.
Perubahan kimia yang terjadi ialah pada proses
pengeringan yang terjadi yaitu keluarnya sebagian kadar
air hingga batas tertentu sehingga cabai menjadi kering
dan awet. Perubahan biologi yaitu dengan adanya proses
pengeringan dan penambahan garam serta gula yang
membuat mikrooganisme tidak tahan akan lingkungan
tersebut sehingga produk menjadi lebih awet.
Mutu bumbu atau bubuk rempah menurut SNI 01-
3709-1995 ditentukan oleh bau, rasa, kadar air, kadar
abu, kehalusan, cemaran logam, cemaran arsen, dan
cemaran mikroba. Sambal bubuk yang dibuat di
laboratorium menghasilkan aroma dan rasa yang
normal.
Faktor kesalahan yang dapat terjadi selama
pembuatan sambal bubuk antara lain penggunaan suhu
dan lama waktu pengeringan yang kurang tepat
sehingga warna cabai terlalu gelap, pada proses
penyanggraian api terlalu besar sehingga suhu terlalu
tinggi dan setelah muncul aroma, api tidak langsung
dimatikan sehingga menimbulkan bau gosong dan
warna bertambah gelap.
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018
4
3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan
pembuatan sambal bubuk dengan basis 56,12 gram
didapat berat produk sebesar 58,73 gram (104,65%)
dengan sifat organoleptik meliputi warna merah
kecoklatan, rasa asin dengan sensasi rasa pedas, aroma
khas cabai, tekstur kasar, dan kenampakannya menarik.
4. Saran
Sebaiknya praktikan lebih memahami prosedur
percobaan. Selain itu, dalam mengerjakan setiap proses
pengolahan, praktikan harus lebih memperhatikan
kebersihan bahan dan alat yang digunakan.
Daftar Pustaka
Fauzi. 2012. Saos Sambal. ilmu-
kefarmasian.blogspot.co.id. Diakses : 18 April
2018
Maghfiroh, Nurul dkk. 2010. STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL (SPO) PENGOLAHAN CABE.
distan.jogjaprov.go.id. Diakses : 18 April 2018
Rahayoe, Sri. 2017. Teknik Pengeringan. teknik-
pengeringan.tp.ugm.ac.id. Diakses : 18 April 2018
Riyadi, Nita. 2014. Macam Cabai berdasarkan Tingkat
Kepedasannya. nitariyadi1.blogspot.co.id Diakses
: 18 April 2018
Sudaryati, Latifah, dan Donny E.H. 2011. Pembuatan
Bubuk Cabe Merah Menggunakan Variasi Jenis
Cabe dan Metode Pengeringan. Jurnal. Prodi
Tek.Pangan, FTI UPN β€œVeteran” Jawa Timur
Wahyu. 2011. Definisi Adsorpsi, Absorpsi, dan
Desorpsi. webduniakimia.blogspot.co.id. Diakses :
18 April 2018
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018
5
LAMPIRAN
I. Dokumentasi Proses Pembuatan Sambal Bubuk
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018
6
LAMPIRAN
II. Perhitungan
Basis = 56,12 gram
ο‚· Bawang merah 8,91%
8,91
100
Γ— 56,12 = 5 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š
ο‚· Garam 12,22%
12,22
100
Γ— 56,12 = 6,86 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š
ο‚· Bawang putih 8,91%
8,91
100
Γ— 56,12 = 5 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š
ο‚· Gula 15,56%
15,56
100
Γ— 56,12 = 8,73 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š
ο‚· Cabai 54,4%
54,4
100
Γ— 56,12 = 30,53 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š
ο‚· % Produk =
π‘Š.π‘π‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘’π‘˜
π‘Š.π‘π‘Žπ‘ π‘–π‘ 
Γ— 100
=
58,73
56,12
Γ— 100 = 104,65%
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018
7
LAMPIRAN
III. SNI
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018
8
LAMPIRAN
IV. Tugas Pendahuluan
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018
9
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018
10
LAMPIRAN
V. Kuis
1. Sebutkan dan jelaskan fungsi bahan pada gummy candy!
ο‚· Bubur buah berfungsi sebagai bahan utama, pemberi rasa, aroma, dan warna alami
ο‚· Gelatin berfungsi sebagai bahan pembentuk gel
ο‚· Sirup jagung berfungsi sebagai pembentuk gel, menjaga agar tidak terjadi kristalisasi
ο‚· Agar-agar berfungsi untuk mempercepat proses padatnya candy sehingga bertekstur kenyal
ο‚· Asam sitrat digunakan untuk menurunkan pH agar diperoleh kondisi yang cocok untuk
pembentukan gel
ο‚· Perisa digunakan sebagai penambah cita rasa
2. Dik : Wbubur buah = 250 g, Wair = 300 mL, Basis = 800 g, Vawal = 500 mL, Vakhir = 1000 mL.
Berapa % overrun?
% overrun =
π‘‰π‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿβˆ’π‘‰π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™
π‘‰π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™
π‘₯ 100 =
1000βˆ’500
500
π‘₯ 100 = 100%
3. Mekanisme pembentukan gel pada selai!
Mekanisme terbentuknya gel yaitu mula-mula pektin yang terdapat dalam buah ataupun yang
ditambahkan merupakan senyawa pektin tunggal yang berikatan dengan molekul air. Ketika
ditambahkan asam sitrat, menyebabkan suasana menjadi asam sehingga ikatan antara pektin
dengan molekul air merenggang. Dengan adanya penambahan sukrosa yang bersifat higroskopis
(mampu mengikat air), maka molekul air akan diikat oleh sukrosa. Pektin yang sudah terlepas dari
molekul air akan berikatan dengan pektin lainnya membentuk suatu serabut yang mampu menahan
air dan sukrosa di dalamnya dan memperbaiki tekstur selai sehingga terbentuk selai
4. Mekanisme pembentukan buih dan faktor yang mempengaruhi volume dan kestabilan buih!
ο‚· Mekanisme terbentuknya buih diawali dengan terbukanya ikatan-ikatan dalam molekul protein
sehingga rantainya menjadi lebih panjang. Tahap selanjutnya adalah proses adsorpsi yaitu
pembentukan monolayer atau film dari protein yang terdenaturasi. Udara ditangkap dan
dikelilingi oleh film dan membentuk gelembung. Pembentukan lapisan monolayer kedua
dilanjutkan di sekitar gelembung untuk mengganti bagian film yang terkoagulasi. Film protein
dari gelembung yang berdekatan akan berhubungan dan mencegah keluarnya cairan.
Terjadinya peningkatan kekuatan interaksi antara polipeptida akan menyebabkan agregasi
(pengumpulan) protein dan melemahnya permukaan film dan diikuti dengan pecahnya
gelembung buih
ο‚· Faktor yang mempengaruhi volume dan kestabilan buih putih telur adalah umur ternak,
semakin lama umur telur maka volume dan kestabilan buih putih telur ayam atau itik semakin
menurun, suhu telur juga mempengaruhi kemampuan putih telur dalam pembentukan buih.
Putih telur yang disimpan pada suhu ruang mempunyai kemampuan membentuk buih dan
tekstur lebih baik dari pada telur yang disimpan pada refrigerator karena putih telur menjadi
terlalu kental sehingga lebih sulit untuk dibuat buih
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018
11
5. Tujuan, prinsip, prosedur pembuatan saus cabai!
ο‚· Tujuannya adalah untuk mengetahui cara pembuatan sambal instan, sebagai diversifikasi
produk olahan cabai, meningkatkan umur simpan, dan meningkatkan nilai ekonomis
ο‚· Prinsipnya yaitu berdasarkan pada penghancuran sayur-sayuran dan perlakuan
pendahuluan (blanching) dan pemanasan sehingga menjadi halus dan kental
ο‚· Prosedur pembuatan saus cabai yaitu mula-mula dilakukan pencucian untuk
menghilangkan kotoran, blanching selama 5 menit. Setelah itu dilakukan pemisahan kulit
dan bijinya. Kemudian dilakukan penghancuran yang sambil ditambahkan gula, garam,
bawang merah, bawang putih, lalu dilakukan pemasakan, selanjutnya ditambahkan sedikit
cuka. Yang terakhir dilakukan pengemasan.

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis Ernalia Rosita
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Peningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi panganPeningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi panganSutyawan
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4Titin Indrawati
Β 
Laporan Praktikum Sosis
Laporan Praktikum SosisLaporan Praktikum Sosis
Laporan Praktikum SosisErnalia Rosita
Β 
Pengolahan setengah jadi serealia
Pengolahan setengah jadi serealiaPengolahan setengah jadi serealia
Pengolahan setengah jadi serealiaAgnescia Sera
Β 
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, ...
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, ...Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, ...
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, ...Uswatun Khasanah
Β 
PPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANAN
PPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANANPPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANAN
PPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANANNurainBalqis1
Β 
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANAN
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANANPENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANAN
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANANPENYULUH PERIKANAN
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananKerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananAgnescia Sera
Β 
Penilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananPenilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananAgnescia Sera
Β 
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPASLaporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Laporan Praktikum Roti Tawar dan Roti Manis
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Β 
Pengasapan
PengasapanPengasapan
Pengasapan
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Β 
Peningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi panganPeningkatan mutu gizi pangan
Peningkatan mutu gizi pangan
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Β 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
Β 
Laporan Praktikum Sosis
Laporan Praktikum SosisLaporan Praktikum Sosis
Laporan Praktikum Sosis
Β 
Pengolahan setengah jadi serealia
Pengolahan setengah jadi serealiaPengolahan setengah jadi serealia
Pengolahan setengah jadi serealia
Β 
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, ...
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, ...Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, ...
Penerapan HACCP pada pengalengan rajungan di PT. PAN PUTRA SAMUDARA Rembang, ...
Β 
Ikan
IkanIkan
Ikan
Β 
PPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANAN
PPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANANPPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANAN
PPT TEKNIK PENGOLAHAN MAKANAN
Β 
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANAN
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANANPENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANAN
PENILAIAN MUTU SECARA ORGANOLEPTIK / SENSORI PRODUK PERIKANAN
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Β 
P.4 (roti)
P.4 (roti)P.4 (roti)
P.4 (roti)
Β 
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananKerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Β 
Penilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananPenilaian mutu makanan
Penilaian mutu makanan
Β 
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPASLaporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Β 
Ca vs ma 10
Ca vs ma 10Ca vs ma 10
Ca vs ma 10
Β 

Similar to Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS

Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPASLaporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Andrew hidayat 98988-id-kualitas-organoleptik-dendeng-sapi-yang
 Andrew hidayat   98988-id-kualitas-organoleptik-dendeng-sapi-yang Andrew hidayat   98988-id-kualitas-organoleptik-dendeng-sapi-yang
Andrew hidayat 98988-id-kualitas-organoleptik-dendeng-sapi-yangAndrew Hidayat
Β 
Semhas KTI_Ayu-1.pptx
Semhas KTI_Ayu-1.pptxSemhas KTI_Ayu-1.pptx
Semhas KTI_Ayu-1.pptxyoustiana rusita
Β 
CARA MEMBUAT SUNLIGHT.pptx
CARA MEMBUAT SUNLIGHT.pptxCARA MEMBUAT SUNLIGHT.pptx
CARA MEMBUAT SUNLIGHT.pptxEndahSutriSilitonga
Β 
Prinsip tes kit
Prinsip tes kitPrinsip tes kit
Prinsip tes kitostin leo
Β 
Acara v zat warna
Acara v zat warnaAcara v zat warna
Acara v zat warnaVicky Vendy
Β 
Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan PanganBahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan PanganAdha Ningrum
Β 
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPASLaporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
PPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptx
PPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptxPPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptx
PPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptxMariahQibty1
Β 
contoh ppt sidang skripsi.pptx
contoh ppt sidang skripsi.pptxcontoh ppt sidang skripsi.pptx
contoh ppt sidang skripsi.pptxMohammad Alfatih
Β 
CONTOH PPT SEMPRO.pptx
CONTOH PPT SEMPRO.pptxCONTOH PPT SEMPRO.pptx
CONTOH PPT SEMPRO.pptxMohammad Alfatih
Β 
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan panganLaporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan panganMuhammad Ridlo
Β 

Similar to Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS (12)

Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPASLaporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Β 
Andrew hidayat 98988-id-kualitas-organoleptik-dendeng-sapi-yang
 Andrew hidayat   98988-id-kualitas-organoleptik-dendeng-sapi-yang Andrew hidayat   98988-id-kualitas-organoleptik-dendeng-sapi-yang
Andrew hidayat 98988-id-kualitas-organoleptik-dendeng-sapi-yang
Β 
Semhas KTI_Ayu-1.pptx
Semhas KTI_Ayu-1.pptxSemhas KTI_Ayu-1.pptx
Semhas KTI_Ayu-1.pptx
Β 
CARA MEMBUAT SUNLIGHT.pptx
CARA MEMBUAT SUNLIGHT.pptxCARA MEMBUAT SUNLIGHT.pptx
CARA MEMBUAT SUNLIGHT.pptx
Β 
Prinsip tes kit
Prinsip tes kitPrinsip tes kit
Prinsip tes kit
Β 
Acara v zat warna
Acara v zat warnaAcara v zat warna
Acara v zat warna
Β 
Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan PanganBahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan
Β 
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPASLaporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Β 
PPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptx
PPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptxPPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptx
PPT SEMHAS_Mari'ah Qibty.pptx
Β 
contoh ppt sidang skripsi.pptx
contoh ppt sidang skripsi.pptxcontoh ppt sidang skripsi.pptx
contoh ppt sidang skripsi.pptx
Β 
CONTOH PPT SEMPRO.pptx
CONTOH PPT SEMPRO.pptxCONTOH PPT SEMPRO.pptx
CONTOH PPT SEMPRO.pptx
Β 
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan panganLaporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Β 

More from Rahma Sagistiva Sari

Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPASLaporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 

More from Rahma Sagistiva Sari (14)

Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPASLaporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
Β 

Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS

  • 1. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018 1 TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUAH DAN SAYUR SAMBAL BUBUK Rahma Sagistiva Sari1 Yunika Rahayu2 1)Praktikan TPP Kelompok E Meja 4 2)Asisten LaboratoriumTPP Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan, Program Studi Teknologi Pangan Universitas Pasundan, Bandung. E-mail : rahmasagistiva@gmail.com Praktikum : 12 April 2018; Pengumpulan : 19 April 2018 Abstrak Sambal bubuk atau cabai bubuk merupakan salah satu diversifikasi olahan cabai yang berbahan dasar cabai murni pilihan yang segar dengan berwarna orange kemerahan dan rasa pedas yang alami. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan sambal bubuk, sebagai diversifikasi produk olahan cabai, meningkatkan umur simpan dan meningkatkan nilai ekonomis. Prinsip dari percobaan ini berdasarkan proses pemasakan cabai dan pengeringan sehingga menjadi kering dan berbentuk serbuk. Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan pembuatan sambal bubuk dengan basis 56,12 gram didapat berat produk sebesar 58,73 gram (104,65%) dengan sifat organoleptik meliputi warna merah kecoklatan, rasa asin dengan sensasi rasa pedas, aroma khas cabai, tekstur kasar, dan kenampakannya menarik. Abstract Sambal powder or chilli powder is one of the diversification of chili-based processed pure chili fresh choice with a reddish orange color and a natural spicy flavor. The purpose of this experiment is to know how to make powdered sambal, as a diversification of processed chili products, increase shelf life and increase economic value. The principle of this experiment is based on the cooking process of chilli and drying so that it becomes dry and powder-shaped. Based on the result of observation on the experiment of making powder chilli based on 56,12 gramobtained by product weight 58,73 gram (104,65%) with organoleptic properties include brownish red color, salty taste with spicy taste sensation, chili aroma, coarse texture, and the appearance is interesting. Keyword : Sambal, Chilli powder, Chilli 1. Bahan, Alat dan Metode Percobaan Pada percobaan ini, bahan yang digunakan yaitu cabai kering, bawang merah kering, dan bawang putih kering, gula, dan garam. Peralatan yang digunakan adalah baskom, timbangan, wajan, spatula, sendok, pisau, pengering. Pada pembuatan pembuatan sambal bubuk ialah mula-mula dilakukan pencucian untuk membersihkan dari kotoran yang menempel pada cabai, kemudian dilakukan trimming pemisahan cabai dengan tangkainya, lalu cabai di potong-potong untuk mempermudah proses selanjutnya. Kemudian dilakukan pengeringan hingga menjadi cabai kering. Setelah itu dilakukan penghancuran menggunakan coper. Kemudian bawang merah dan bawang putih disanggrai hingga mengeluarkan aroma lalu tambahkan cabai kering dan tambahkan sedikit minyak. Selama pemanasan ini ditambahkan garam dan gula sebagai penyedap rasa. Lalu dilanjutkan dengan pengamatan organoleptik dan perhitungan dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : W bahan = Berat bahan (gram) W basis = Berat basis (gram) W bahan = % π‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘› 100 Γ— W basis % Produk= W produk W basis Γ— 100
  • 2. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018 2 Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Sambal Bubuk 2. Hasil dan Pembahasan Data hasil percobaan dan dokumentasi proses pembuatan sambal bubuk dapat dilihat pada Tabel 1 dan Lampiran 1. Tabel 1. Hasil Pembuatan Sambal Bubuk No Analisa Hasil pengamatan 1. Nama Produk Sambal Bubuk 2. Basis 56,12 gram 3. Bahan Utama Cabai kering 54,4% 4. Bahan Tambahan - Bawang merah kering 8,91% - Bawang putih kering 8,91% - Garam 12,22% - Gula 15,56% 5. Berat Produk 58,73 gram 6. % Produk 104,65% 7. Organoleptik : ο‚· Warna ο‚· Rasa ο‚· Aroma ο‚· Tekstur ο‚· Kenampakan Merah kecoklatan Asin, sensasirasa pedas Khas cabai Kasar Menarik (Rahma Sagistiva S., Kelompok E, Meja 4, 2018) Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan pembuatan sambal bubuk dengan basis 56,12 gram didapat berat produk sebesar 58,73 gram (104,65%) dengan sifat organoleptik meliputi warna merah kecoklatan, rasa asin dengan sensasi rasa pedas, aroma khas cabai, tekstur kasar, dan kenampakannya menarik. Fungsi perlakuan dalam pembuatan sambal bubuk diantaranya pencucian untuk menghilangkan kotoran- kotoran yang menempel di permukaan kulit cabai. Pengupasan dilakukan untuk memisahkan antara cabai dengan tangkai dan bijinya. Reduksi ukuran untuk memperbesar luas permukaan bahan sehingga mempermudah proses selanjutnya. Pengeringan yaitu untuk mengeluarkan kadar air sehingga diperoleh produk yang tahan lama. Penghancuran dilakukan agar mendapatkan produk berupa serbuk. Pencampuran dilakukan untuk menambah cita rasa dari sambal bubuk. Lalu dilakukan pemanasan dengan cara disangrai terlebih dahulu bawang merah, bawang putih yang telah dikeringkan sebelumnya. Setelah mengeluarkan aroma, kemudian ditambahkan cabai kering dan sedikit minyak serta garam dan gula. Pemanasan ini dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama agar diperoleh sambal bubuk atau cabai bubuk yang baik. Dilakukan pencampuran agar semua bahan dapat tercampur sempurna sehingga di dapat sambal bubuk. Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan sambal bubuk ialah cabai kering sebagai bahan utama dalam pembuatan sambal bubuk. Garam dan gula sebagai penambh cita rasa serta sebagai pengawet dengan konsentrasi tertentu. Garam juga mampu menguatkan rasa. Bawang merah dan bawang putih sebagai penambah cita rasa dan sebagai antioksidan dan juga merupakan pengawet alami. Bubuk cabe adalah bahan pangan yang dibuat dari cabe kering yang dihaluskan atau dikeringkan. Bubuk cabe sering digunakan sebagai bumbu siap pakai dan bahan tambahan dalam industri makanan (Maghfiroh dkk, 2010). Metode pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan, yaitu : ο‚· Pengeringan alami dapat dilakukan dengan penjemuran langsung dan dengan penjemuran dengan modifikasi. Penjemuran alami secara langsung biasanya menggunakan sarana pengeringan paling sederhana seperti lantai jemur, jalan beraspal atau tikar. Media pemanasnya yaitu sinar matahari dan dibantu oleh angin (Rahayoe, 2017). ο‚· Pengeringan buatan dilakukan dengan menggunakan pemanasan dari hasil pembakaran. Media udara dihembus melalui pemanas atau kontak langsung ke produk yang dikeringkan. Pemanasan udara dapat dilakukan secara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect). Pada dasarnya, pengeringan mekanis dibedakan menjadi dua macam yaitu sistem batch (batch system) dan sistemkontinyu (continuous system). Contoh yaitu spray dryer, tunnel dryer, cabinet dryer, oven, dan lainnya (Rahayoe, 2017). Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada
  • 3. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018 3 absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik. Sedangkan desorpsi adalah proses pelepasan kembali ion atau molekul yang telah berikatan dengan gugus aktif pada adsorben (Wahyu, 2011). Jenis-jenis cabai berdasarkan tingkat kepedasannya yang diukur menggunakan Scoville rating, yaitu : ο‚· Bell pepper dengan Scoville rating : 0. Bell pepper dikelompokkan ke dalam cabai yang kurang pedas atau "sweet peppers" (Riyadi, 2014). ο‚· Pimento dengan Scoville rating : 100-500 Pimento atau cabai cheri adalah cabai yang besar, merah berbentuk seperti hati, panjang antara 7-10 cm lebar 5-7 cm. Daging buahnya termasuk manis, berair (Riyadi, 2014). ο‚· Anaheim dengan Scoville rating : 500-2500. Petani bernama Emilio Ortega yang membawa benih cabai ini ke daerah Anaheim pada awal tahun 1900 (Riyadi, 2014). ο‚· Jalapeno dengan Scoville rating :2500-8000. Cabai ini sudah termasuk panas, dan sudah mendapatkan sensasi terbakar saat memakannya (pedas). Panjang cabai iniantara 5-9 cm (Riyadi, 2014). ο‚· Jalapeno 2 dengan Scosiville rating : 10.000-23.000. Cabai dari Meksiko. Rasa pedasnya menggigit, lebih pedas dari jalapeno, dan biasanya dimakan mentah- mentah (Riyadi, 2014). ο‚· Cayenne dengan Scoville rating :30.000-50.000. Cabai ini adalah cabai merah yang pedas, digunakan untuk bumbu masakan ataupun untuk keperluan medis. Namanya berasal dari kota Cayenne di French Guiana (Riyadi, 2014). ο‚· Thai Pepper atau Cabai rawit dengan Scosiville rating : 50.000-100.000. Cabai yang biasa disebut cabai rawit di Indonesia ini "dimakan" sehari-hari berada di urutan ke-4 (Riyadi, 2014). ο‚· Cuban dengan Scoville rating : 100.000-350.000. Cabai ini adalah salah satu cabai yang amat pedas pada genusnya, yaitu capsicum (Riyadi, 2014). ο‚· Habanero dengan Scoville rating : 350.000-580.000. Cabai ini adalah varietas khusus dari cabai Harbanero yang dikembangbiakkan khusus agar mendapat cabai yang lebih pedas, besar dan berat (Riyadi, 2014). ο‚· Bhut Jolokia dengan Scovilla rating : 855.000- 1.050.000. Cabai ini telah dikonfirmasikan oleh Guiness World Record sebagai cabai terpedas di dunia, menggantikan Red savina (Riyadi, 2014). Perbedaan antara sambal dan saos yaitu sambal adalah saus yang berbahan dasar cabai yang dihancurkan sampai keluar kandungan airnya sehingga muncul rasa pedasnya. Setelah ditambah bumbu, rasa pedas itu akan menjelma menjadi penggugah selera yang nikmat. Sedangkan saus ialah adalah produk makanan berbentuk pasta yang dibuat dari bahan baku buah atau sayuran dan mempunyai aroma serta rasa yang merangsang. Saus yang umumnya diperjualbelikan di Indonesia adalah saus tomat dan saus cabai adapula yang memproduksi saus pepaya, tetapi biasanya pepaya hanya digunakan sebagai bahan campuran (Fauzi, 2012). Penggunaan suhu yang tinggi dan waktu pengeringan yang lama akan mengakibatkan kandungan pigmen karotenoid mengalami kerusakan sehingga warna bubuk cabai menjadi gelap. Karotenoid sangat sensitif terhadap panas terutama pada suhu tinggi, sehingga mudah sekali mengalami kerusakan akibat pemanasan. Waktu pengeringan yang terlalu lama dan suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pigmen-pigmen pada bahan mengalami oksidasi, sehingga pigmen menjadi pucat serta dapat menyebabkan bahan hangus. Sesuai dengan pendapat Sudaryati dkk. (2011) bahwa proses pengeringan pada suhu tinggi dan waktu yang terlalu lama tidak dikehendaki, sebab akan menyebabkan terjadinya kerusakan-kerusakan serta penurunan mutu karena berkurangnya zat nutrisi, khususnya vitamin C, warna, dan Ξ²- karoten pada bubuk cabai yang dikeringkan. CPP pada pembuatan sambal bubuk ialah pada proses pengeringan dilakukan dengan waktu dan suhu yang tepat agar cabai tidak terlalu kering. Pada pencucian juga diperhatikan ditakutkan masih ada kontaminan yang menempel. Ketika pencampuran bahan-bahan perlu diperhatikan agar proses pencampuran ini merata. Perubahan fisik yang terjadi pada pembuatan sambal bubuk ialah perubahan bentuk. Dimana terjadi reduksi ukuran serta pengeringan dan penghancuran yang membuat fisik dari cabai ini menjadi berbentuk serbuk dan kering. Pengeringan juga dapat membuat warna cabai menjadi berubah menjadi lebih gelap. Perubahan kimia yang terjadi ialah pada proses pengeringan yang terjadi yaitu keluarnya sebagian kadar air hingga batas tertentu sehingga cabai menjadi kering dan awet. Perubahan biologi yaitu dengan adanya proses pengeringan dan penambahan garam serta gula yang membuat mikrooganisme tidak tahan akan lingkungan tersebut sehingga produk menjadi lebih awet. Mutu bumbu atau bubuk rempah menurut SNI 01- 3709-1995 ditentukan oleh bau, rasa, kadar air, kadar abu, kehalusan, cemaran logam, cemaran arsen, dan cemaran mikroba. Sambal bubuk yang dibuat di laboratorium menghasilkan aroma dan rasa yang normal. Faktor kesalahan yang dapat terjadi selama pembuatan sambal bubuk antara lain penggunaan suhu dan lama waktu pengeringan yang kurang tepat sehingga warna cabai terlalu gelap, pada proses penyanggraian api terlalu besar sehingga suhu terlalu tinggi dan setelah muncul aroma, api tidak langsung dimatikan sehingga menimbulkan bau gosong dan warna bertambah gelap.
  • 4. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018 4 3. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan pembuatan sambal bubuk dengan basis 56,12 gram didapat berat produk sebesar 58,73 gram (104,65%) dengan sifat organoleptik meliputi warna merah kecoklatan, rasa asin dengan sensasi rasa pedas, aroma khas cabai, tekstur kasar, dan kenampakannya menarik. 4. Saran Sebaiknya praktikan lebih memahami prosedur percobaan. Selain itu, dalam mengerjakan setiap proses pengolahan, praktikan harus lebih memperhatikan kebersihan bahan dan alat yang digunakan. Daftar Pustaka Fauzi. 2012. Saos Sambal. ilmu- kefarmasian.blogspot.co.id. Diakses : 18 April 2018 Maghfiroh, Nurul dkk. 2010. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGOLAHAN CABE. distan.jogjaprov.go.id. Diakses : 18 April 2018 Rahayoe, Sri. 2017. Teknik Pengeringan. teknik- pengeringan.tp.ugm.ac.id. Diakses : 18 April 2018 Riyadi, Nita. 2014. Macam Cabai berdasarkan Tingkat Kepedasannya. nitariyadi1.blogspot.co.id Diakses : 18 April 2018 Sudaryati, Latifah, dan Donny E.H. 2011. Pembuatan Bubuk Cabe Merah Menggunakan Variasi Jenis Cabe dan Metode Pengeringan. Jurnal. Prodi Tek.Pangan, FTI UPN β€œVeteran” Jawa Timur Wahyu. 2011. Definisi Adsorpsi, Absorpsi, dan Desorpsi. webduniakimia.blogspot.co.id. Diakses : 18 April 2018
  • 5. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018 5 LAMPIRAN I. Dokumentasi Proses Pembuatan Sambal Bubuk
  • 6. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018 6 LAMPIRAN II. Perhitungan Basis = 56,12 gram ο‚· Bawang merah 8,91% 8,91 100 Γ— 56,12 = 5 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š ο‚· Garam 12,22% 12,22 100 Γ— 56,12 = 6,86 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š ο‚· Bawang putih 8,91% 8,91 100 Γ— 56,12 = 5 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š ο‚· Gula 15,56% 15,56 100 Γ— 56,12 = 8,73 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š ο‚· Cabai 54,4% 54,4 100 Γ— 56,12 = 30,53 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š ο‚· % Produk = π‘Š.π‘π‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘’π‘˜ π‘Š.π‘π‘Žπ‘ π‘–π‘  Γ— 100 = 58,73 56,12 Γ— 100 = 104,65%
  • 7. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018 7 LAMPIRAN III. SNI
  • 8. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018 8 LAMPIRAN IV. Tugas Pendahuluan
  • 9. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018 9
  • 10. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018 10 LAMPIRAN V. Kuis 1. Sebutkan dan jelaskan fungsi bahan pada gummy candy! ο‚· Bubur buah berfungsi sebagai bahan utama, pemberi rasa, aroma, dan warna alami ο‚· Gelatin berfungsi sebagai bahan pembentuk gel ο‚· Sirup jagung berfungsi sebagai pembentuk gel, menjaga agar tidak terjadi kristalisasi ο‚· Agar-agar berfungsi untuk mempercepat proses padatnya candy sehingga bertekstur kenyal ο‚· Asam sitrat digunakan untuk menurunkan pH agar diperoleh kondisi yang cocok untuk pembentukan gel ο‚· Perisa digunakan sebagai penambah cita rasa 2. Dik : Wbubur buah = 250 g, Wair = 300 mL, Basis = 800 g, Vawal = 500 mL, Vakhir = 1000 mL. Berapa % overrun? % overrun = π‘‰π‘Žπ‘˜β„Žπ‘–π‘Ÿβˆ’π‘‰π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ π‘‰π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ π‘₯ 100 = 1000βˆ’500 500 π‘₯ 100 = 100% 3. Mekanisme pembentukan gel pada selai! Mekanisme terbentuknya gel yaitu mula-mula pektin yang terdapat dalam buah ataupun yang ditambahkan merupakan senyawa pektin tunggal yang berikatan dengan molekul air. Ketika ditambahkan asam sitrat, menyebabkan suasana menjadi asam sehingga ikatan antara pektin dengan molekul air merenggang. Dengan adanya penambahan sukrosa yang bersifat higroskopis (mampu mengikat air), maka molekul air akan diikat oleh sukrosa. Pektin yang sudah terlepas dari molekul air akan berikatan dengan pektin lainnya membentuk suatu serabut yang mampu menahan air dan sukrosa di dalamnya dan memperbaiki tekstur selai sehingga terbentuk selai 4. Mekanisme pembentukan buih dan faktor yang mempengaruhi volume dan kestabilan buih! ο‚· Mekanisme terbentuknya buih diawali dengan terbukanya ikatan-ikatan dalam molekul protein sehingga rantainya menjadi lebih panjang. Tahap selanjutnya adalah proses adsorpsi yaitu pembentukan monolayer atau film dari protein yang terdenaturasi. Udara ditangkap dan dikelilingi oleh film dan membentuk gelembung. Pembentukan lapisan monolayer kedua dilanjutkan di sekitar gelembung untuk mengganti bagian film yang terkoagulasi. Film protein dari gelembung yang berdekatan akan berhubungan dan mencegah keluarnya cairan. Terjadinya peningkatan kekuatan interaksi antara polipeptida akan menyebabkan agregasi (pengumpulan) protein dan melemahnya permukaan film dan diikuti dengan pecahnya gelembung buih ο‚· Faktor yang mempengaruhi volume dan kestabilan buih putih telur adalah umur ternak, semakin lama umur telur maka volume dan kestabilan buih putih telur ayam atau itik semakin menurun, suhu telur juga mempengaruhi kemampuan putih telur dalam pembentukan buih. Putih telur yang disimpan pada suhu ruang mempunyai kemampuan membentuk buih dan tekstur lebih baik dari pada telur yang disimpan pada refrigerator karena putih telur menjadi terlalu kental sehingga lebih sulit untuk dibuat buih
  • 11. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul III, No.6, 2018 11 5. Tujuan, prinsip, prosedur pembuatan saus cabai! ο‚· Tujuannya adalah untuk mengetahui cara pembuatan sambal instan, sebagai diversifikasi produk olahan cabai, meningkatkan umur simpan, dan meningkatkan nilai ekonomis ο‚· Prinsipnya yaitu berdasarkan pada penghancuran sayur-sayuran dan perlakuan pendahuluan (blanching) dan pemanasan sehingga menjadi halus dan kental ο‚· Prosedur pembuatan saus cabai yaitu mula-mula dilakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran, blanching selama 5 menit. Setelah itu dilakukan pemisahan kulit dan bijinya. Kemudian dilakukan penghancuran yang sambil ditambahkan gula, garam, bawang merah, bawang putih, lalu dilakukan pemasakan, selanjutnya ditambahkan sedikit cuka. Yang terakhir dilakukan pengemasan.