SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018
1
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA, KACANG-KACANGAN DAN
HASIL PERKEBUNAN
TEMPE
Rahma Sagistiva Sari1
Yunika Rahayu2
1)Praktikan TPP Kelompok E Meja 4
2)Asisten LaboratoriumTPP
Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan, Program Studi Teknologi Pangan Universitas Pasundan, Bandung.
E-mail : rahmasagistiva@gmail.com
Praktikum : 04 April 2018; Pengumpulan : 11 April 2018
Abstrak
Tempe adalah salah satu produk fermentasi yang umumnya berbahan baku kedelai yang difermentasi dan mempunyai
nilai gizi yang baik. Tujuan dari pembuatan tempe adalah untuk menambah nilai ekonomis produk, diversifikasi produk
olahan kedelai, dan mengetahui cara pembuatan tempe. Prinsip pembuatan tempe adalah berdasarkan pada proses
fermentasi kacang kedelai oleh kapang Rhizopus Oligosporus dimana setelah di inkubasi selama 1 hari kacang kedelai
akan ditutupi oleh misselium dari kapang. Berdasarkan hasil yang didapat pengolahan tempe dengan basis 200 gram,
didapatkan produk sebanyak 172 gram (86%) dengan sifat organoleptik meliputi warna putih, rasa tawar, aroma khas
tempe, tekstur padat dan kenampakannya tidak menarik.
Abstract
Tempe is one of the fermentation products which are generally made from raw fermented soybean and have good
nutritional value. The purpose of making tempe is to increase the economic value of the product, diversification of
soybean processed products, and know the way of making tempe. The principle of making tempe is based on the
process of fermentation of soybean by Rhizopus Oligosporus mold where after in incubation for 1 day soybean will be
covered by misselium from mold. Based on the results obtained by processing 200 gram of tempe, ob tained 172 grams
of products (86%) with organoleptic properties include white color, fresh taste, tempe typical aroma, solid texture and
unattractive appearance.
Keyword : Tempe, Soybean, Rhizopus oligosporus
1. Bahan, Alat dan Metode Percobaan
Pada percobaan ini, bahan yang digunakan yaitu
kacang kedelai, dekstrin, kapang.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan,
wajan, panci, kompor, spatula, baki, plastik, sealer,
sendok, wadah dan inkubator.
Pada pembuatan tempe, mula-mula kedelai
dilakukan perendaman selama 24 jam. Setelah itu
dilakukan trimming dengan memisahkan kulit ari dan
dagingnya, kemudian kedelai direbus selama 1 jam.
Selanjutnya, ditiriskan sebentar lalu dilakukan
pengukusan selama 15 menit. Setelah dikukus,
dilakukan penirisan kembali sampai kedelai tidak terlalu
basah. Kemudian ditambahkan dekstrin dan ragi.
Campuran tersebut kemudian dimasukan ke dalam
plastik, padatkan lalu dilakukan sealing. Plastik
dilubangi secukupnya dengan menggunakan lidi atau
semacamnya, setelah itu disimpan ke dalam inkubator
pada suhu 37-40 oC selama 48 jam.
Tempe yang telah jadi kemudian ditimbang, lalu
hitung % produk dengan menggunakan rumus berikut:
Keterangan :
W bahan = Berat bahan (gram)
W basis = Berat basis (gram)
W bahan =
% π‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘›
100
Γ— W basis
% Produk=
W produk
W basis
Γ— 100
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018
2
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Tempe
2. Hasil dan Pembahasan
Data hasil percobaan dan dokumentasi proses
pembuatan tempe dapat dilihat pada Tabel 1 dan
Lampiran 1.
Tabel 1. Hasil Pembuatan Tempe
No Analisa Hasil pengamatan
1. Nama Produk Tempe
2. Basis 200 gram
3. Bahan Utama Kacang Kedelai 95,24%
4. Bahan Tambahan - Dekstrin 3,81%
- Kapang 0,95%
5. Berat Produk 172 gram
6. % Produk 86%
7.
Organoleptik :
ο‚· Warna
ο‚· Rasa
ο‚· Aroma
ο‚· Tekstur
ο‚· Kenampakan
Putih
Tawar
Khas tempe
Padat
Tidak menarik
(Rahma Sagistiva S., Kelompok E, Meja 4, 2018)
Berdasarkan hasil yang didapat pengolahan tempe
dengan basis 200 gram, didapatkan produk sebanyak
172 gram (86%) dengan sifat organoleptik meliputi
warna putih, rasa tawar, aroma khas tempe, tekstur
padat dan kenampakannya tidak menarik.
Fungsi perlakuan selama pembuatan tempe
diantaranya yaitu, perendaman, untuk hidrasi biji
kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi asam
laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi, kemudian
perebusan berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar
biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin. perebusan
juga dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai,
pengukusan, dilakukan untuk melunakan kacang kedelai
dan mengeluarkan air yang berlebih saat perebusan.
Penirisan, penirisan dilakukan untuk menurunkan suhu
dari kacang kedelai yang sudah dikukus sehingga dapat
masuk ketahap selanjutnya. Pencampuran dilakukan
untuk mencampurkan kapang tempe dan tepung tapioka
agar tercampur merata. Pengemasan, pembungkusan
kedelai yang sudah diberi ragi. Pembungkusan bisa
dengan media dau pisa atau plastik dan lain lain. Untuk
pembungkusan dalam plastik atau daun maka perlu
dikasih lubang udara supaya kapang ragi mendapatkan
udara selama fermetasi Fermentasi kedelai yang sudah
dibungkus dalam suhu kamar atau suhu udara yang
hangat agar proses fermentasi berjalan efektif. Proses ini
membutuhkaan waktu sekitar sehari semalam atau 24
jam. Setelah proses pemeraman tahap akhir adalah
tempe yang sudah diperam diangin anginkan atau diberi
udara bebas.
Fungsi dari bahan yang digunakan dalam
pembuatan tempe yaitu, kacang kedelai, merupakan
bahan utama dalam pembuatan tempe. Ragi yang
tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa
kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah
dicerna oleh manusia. Dekstrin, sebagai medium untuk
pertumbuhan ragi sehingga nanti terbentuk miselium-
miselium putih di permukaan kedelai, berfungsi sebagai
sparing agent. Sparing agent adalah bahan yang
ditambahkan pada pembuatan tempe untuk mencegah
mikroorganisme lain menguraikan protein pada kacang
kedelai. Sebelum mikroorganisme tersebut menguraikan
protein pada kacang kedelai, maka akan terlebih dahulu
menguraikan karbohidrat dari dekstrin.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
pembuatan tempe adalah sebagai berikut:
1. Oksigen, dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang.
Aliran udara yang terlalu cepat menyebabkan
proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga
dihasilkan panas yang dapat merusak pertumbuhan
kapang. Oleh karena itu apabila digunakan
kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya
maka sebaiknya pada kantong tersebut diberi
lubang dengan jarak antara lubang yang satu
dengan lubang lainnya sekitar 2 cm (Kurnia,
2014).
2. Uap Air, yang berlebihan akan menghambat
pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan karena
setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum
untuk pertumbuhannya (Kurnia, 2014).
3. Suhu, kapang tempe dapat digolongkan kedalam
mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat
tumbuh baik pada suhu ruang (25-27oC). Oleh
karena itu, maka pada waktu pemeraman, suhu
ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan
(Kurnia, 2014).
4. Keaktifan Laru, laru yang disimpan pada suatu
periode tertentu akan berkurang keaktifannya.
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018
3
Karena itu pada pembuatan tempe sebaiknya
digunakan laru yang belum terlalu lama disimpan
agar dalam pembuatan tempe tidak mengalami
kegagalan (Kurnia, 2014).
Critical control point pada pembuatan tempe
adalah pada proses pengukusan uap air yang berlebihan
akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini
disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai Aw
optimum untuk pertumbuhannya, proses fermentasi
Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba
yang bersifat mesofilik, yaitu dapattumbuh baik pada
suhu ruang (25-27oC). Oleh karena itu, maka pada
waktu pemeraman,suhu ruangan tempat pemeraman
perlu diperhatikan (Suprihatin, 2010).
Selama proses fermentasi, kedelai akan mengalami
perubahan baik fisik maupun kimianya. Protein kedelai
dengan adanya aktivitas proteolitik kapang akan
diuraikan menjadi asam-asam amino, sehingga
nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan.
Denganadanya peningkatan dari nitrogen terlarut maka
pH juga akan mengalami peningkatan. Nilai pH untuk
tempe yang baik berkisar antara 6,3 sampai 6,5. Kedelai
yang telah difermentasimenjadi tempe akan lebih mudah
dicerna. Selama proses fermentasi karbohidrat dan
proteinakan dipecah oleh kapang menjadi bagianbagian
yang lebih mudah larut, mudah dicerna (Suprihatin.
2010).
Beberapa jenis kapang yang sering digunakan
dalam pengolahan pangan adalah sebagaii berikut :
1. Rhizopus
Rhizopus sering disebut kapang roti karena sering
tumbuh dan menyebabkan kerusakan pada roti.
Selain itu kapang ini juga tumbuh pada sayuran,
dan buah-buahan. Spesies rhizopus yang umum
ditemukan pada roti yaitu Rhizopus stolonifer dan
Rhizopus nigricans. Selain merusak makanan
sebagian Rhizopus digunakan untuk beberapa
makanan fermentasi tradisional seperti, Rhizopus
oligosporus dan Rhzopus orizae yang digunakan
dalam pembuatan berbagai macam tempe dan
oncom hitam. Ciri-ciri Rhizopus adalah:
a. Hifa nonseptat
b. Mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya
gelap jika sudah tua
c. Sporangiopora tumbuh pada noda dimana
terbentuk juga rhizoid
d. Sporangia biasanya besar dan berwarna hitam,
e. Kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk
seperti cangkir
f. Tidak mempunyai sporangiola
g. Pertumbuhannya cepat, membentuk miselium
seperti kapas
(Chaniago, 2012).
2. Aspergillus
Kapang ini mampu tumbuh baik pada substrat
dengan konsentrasi gula dan garam tinggi.
Aspergillus orizae digunakan dalam fermentasi
makanan tahap pertama dalam pembuatan kecap
dan tauco. Konidia kelompok ini berwarna kuning
sampai hijau. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a. Koloni berkelompok
b. Konidiofora septet atau nonseptat
c. Beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 37
derajat celcius atau lebih,
d. Konidia membentuk rantai yang berwarna
hijau, coklat atau hitam.
(Chaniago, 2012).
3. Penicillum
Penicillium menyebabkan kerusakan pada bahan
sayuran, buah-buahan, dan serealia. Selain itu
digunakan untuk industri, misalkan memproduksi
antibiotic penisilin yang diproduksi oleh
Penicillium notatum dan Penicillium chysogenum.
Kegunaan lain untuk pematangan keju, misalnya
keju camembert oleh Penicillium camemberti yang
konidianya berwarna abu-abu dll. Ciri-cirinya
adalah sebagai berikut:
a. Hifa septet, miselium bercabang biasanya
berwarna
b. Konidiopore septet dan muncul bercabang atu
tidak bercabang
c. Konodia membentuk rantai karena muncul satu
persatu dari sterigmata
d. Konidia waktu masih muda berwarna hijau,
kemudian berubah menjadi kebiru-biruan atau
kecoklatan
(Chaniago, 2012).
Cita rasa tempe kedelai ditentukan oleh jenis
kedelainya dan ditentukan juga oleh jenis pembungkus
yang digunakan selama fermentasi. Selama ini
digunakan tiga jenis pembungkus tempe, yaitu plastik,
daun pisang dan daun jati. Kemasan plastik memiliki
kelebihan yaitu kuat, ringan, tidak karatan serta dapat
diberi warna, sedangkan kelemahannya adalah molekul
kecil yang terkandung dalam plastik yang dapat
melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang
dikemas. Daun pisang memiliki kelebihan pembungkus
alami yang tidak mengandung bahan kimia, mudah
ditemukan, mudah di lipat dan memberi aroma sedap.
Di samping itu juga memiliki kekurangan, antara lain
mudah sobek dan kebersihan kurang (Winarno, 1994).
3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat pengolahan tempe
dengan basis 200 gram, didapatkan produk sebanyak
172 gram (86%) dengan sifat organoleptik meliputi
warna putih, rasa tawar, aroma khas tempe, tekstur
padat dan kenampakannya tidak menarik.
4. Saran
Sebaiknya praktikan lebih memahami prosedur
percobaan sehingga tidak terjadi kesalahan pada saat
melakukan percobaan. Selain itu, dalam mengerjakan
setiap proses pengolahan, praktikan harus lebih
memperhatikan kebersihan bahan dan alat yang
digunakan.
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018
4
Daftar Pustaka
1. Chaniago, Delzamaridhi. 2012. Kapang.
<teckhnologyproductagricultural.blogspot.co.id>
Diakses : 9 April 2018
2. Kurnia, Evi. 2014. Fermentasi Tempe. <
www.academia.edu/10031708/FERMENTASI_TE
MPE> Diakses : 9 April 2018
3. Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. Surabaya:
UNESA University Press.
4. Winarno. 1994. Sterilisasi Komersial Produk –
Produk pangan. Jakarta : Gramedia.
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018
5
LAMPIRAN
I. Dokumentasi Proses Pembuatan Tempe
Kacang Kedelai Perendaman Perebusan
PengukusanPenirisanPencampuran
Pengemasan Tempe
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018
6
LAMPIRAN
II. Perhitungan Tempe
Basis 200 gram
ο‚· Kedelai 95,24%
95,24
100
Γ— 200 = 190,48 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š
ο‚· Dekstrin 3,81%
3,81
100
Γ— 200 = 7,12 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š
ο‚· Kapang 0,95%
0,95
100
Γ— 200 = 1,9 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š
% Produk =
π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘ƒπ‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘’π‘˜
π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π΅π‘Žπ‘ π‘–π‘ 
π‘₯ 100
=
172
200
π‘₯ 100 = 86%
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018
7
LAMPIRAN
III. SNI Tempe
(Sumber : SNI 3144:2015)
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018
8
LAMPIRAN
IV. Tugas Diskusi
1. Sering kali penambahan bahan tambahan yang tidak food grade ditambahkan kedalam makanan,
dengan beberapa tujuan. Salah satu contohnya pada produk tahu, karena tahu merupakan produk
yang mempunyai kadar air tinggi sehingga cepat rusak, maka sebagai mahasiswa teknologi pangan
mengetahui:
a. Tanda- tanda kerusakan tahu, jelaskam (minimal 5) !
b. Jelaskan jenis-jenis koagulan yang boleh digunakan (minimal 3), dan jelaskan batas pH yang
sesuai untuk semua koagulan!
Jawab :
a. Tanda-tanda kerusakan tahu adalah apabila mengeluarkan bau asam sampai dengan busuk. Selain
itu permukaan tahu berlendir, tekstur menjadi melunak, kekompakkan berkurang, warna dan
penampakkan menjadi tidak cerah, kadang-kadang berjamur pada permukaannya.
b. Terdapat beberapa jenis koagulan yang biasa dipakai dalam pembuatan tahu, diantaranya adalah
CaCl2, CaSO4, asam asetat, whey, Glucono Delta Lactone, dan beberapa jenis lainnya. Menurut
keterangan yang tertera pada kemasan tahu yang ada di pasaran, kebanyakan diantaranya
menggunakan GDL, CaSO4 dan MgCl2 sebagai bahan penggumpal.
2. Apa yang dimaksud dengan titik isoelektrik dalam proses pembutan tahu?
Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul bermuatan nol akibat
bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama
dengan titik isoelektrik, maka sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang selama
proses ionisasi terjadi. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka matan partikel
koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik isoelektrik maka muatan
koloid akan berubah menjadi netral atau bahkan menjadi negatif.
Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018
9
LAMPIRAN
V. Kuis
1. Mekanisme pembuatan bakal tahu?
Kacang kedelai yang ditambahkan asam dengan pH isoelektrik akan mengalami proses
penggumpalan karena protein yang terdapat pada kacang kedelai mengalami proses denaturasi
yang menyebabkan kacang kedelai menggumpal dan menghasilkan curd atau bakal tahu yang
apabila dilakukan proses pemanasan dan pencetakan akan menghasilkan produk tahu.
2. Fungsi STPP pada pembuatan mie instan?
Yaitu digunakan sebagai pengenyal, selain itu dengan adanya gugus fosfat dapat meningkatkan
porositas sehingga meningkatkan daya serap air dengan membentuk rongga pada mie.
3. Ciri-ciri tempe yang baik?
ο‚· Tekstur bulatan tempe kompak dan seragam
ο‚· Memiliki bau yang khas dari kedelai dan dilapisi dengan selaput putih dari fermentasi tempe
ο‚· Tidak terlalu panas saat dipegang, jika panas berarti tempe sedang mengalami fermentasi
yang berlebihan dan akan mempercepat tempe menjadi rusak/busuk
ο‚· Memiliki warna yang khas seperti kedelai rebus, tidak terlalu cerah (akibat penambahan zat
warna) atau terlalu suram (akan menjadi rusak)
ο‚· Saat diiris tempe tidak hancur, utuh dengan warna yang baik. Tempe yang bagus saat
digoreng akan menghasilkan tekstur yang halus dengan aroma yang mantap khas kedelai.
4. Apa yang dimaksud dengan pangan darurat?
Pangan darurat atau Emergency Food Product (EFP) adalah makanan yang memiliki energi dan
densitas zat gizi yang tinggi untuk korban bencana alam yang dapat dikonsumsi segera pada
keadaan darurat. Penggunaan pangan darurat dapat dilakukan selama 3 sampai 7 hari dan
maksimal 15 hari. Produk ini bisa digunakan pada daerah yang memiliki iklim ekstrim dari
kutub utara sampai tropis
5. Sebutkan jenis tepung terigu berdasarkan kadar protein!
ο‚· Hard Wheat (Terigu protein tinggi). Tepung terigu ini mempunyai kadar protein yang paling
tinggi di antara 3 macam tepung terigu lainnya. Kandungan proteinnya mencapai 11-13%.
Jenis tepung ini paling cocok digunakan dalam pembuatan roti. Tepung ini mempunyai kadar
gluten yang tinggi.
ο‚· Medium Wheat (Terigu protein sedang). Tepung terigu ini mempunyai kadar protein 9-10%,
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tepung terigu jenis hard wheat. Tepung ini cocok
dalam pembuatan aneka cake, bolu dan kue basah lainnya.
ο‚· Soft Wheat (Terigu protein rendah). Jenis tepung ini mempunyai kadar protein paling rendah
yaitu sekitar 7-8%. Tepung ini cocok untuk pembuatan kue kering.

More Related Content

What's hot

Penanganan Limbah Industri Pangan
Penanganan Limbah Industri PanganPenanganan Limbah Industri Pangan
Penanganan Limbah Industri PanganIda Ayu Lochana Dewi
Β 
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalLaporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalErnalia Rosita
Β 
Penentuan kadar vitamin c
Penentuan kadar vitamin cPenentuan kadar vitamin c
Penentuan kadar vitamin cBun Yamin
Β 
PENETAPAN KADAR LEMAK
PENETAPAN KADAR LEMAKPENETAPAN KADAR LEMAK
PENETAPAN KADAR LEMAKMutiara Nanda
Β 
Argentometri adalah
Argentometri adalahArgentometri adalah
Argentometri adalahaji indras
Β 
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayur
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayurPengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayur
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayurHappinessa Brilliant
Β 
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaSistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaJoy Irman
Β 
Biokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoedBiokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoedanishamidah
Β 
PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)
PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)
PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)Mutiara Nanda
Β 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINFransiska Puteri
Β 
Teknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan panganTeknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan panganAgnescia Sera
Β 
1. bentuk dan ukuran revisi 2
1. bentuk dan ukuran   revisi 21. bentuk dan ukuran   revisi 2
1. bentuk dan ukuran revisi 2Noer Azza
Β 
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPASLaporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Presentasi Karet
Presentasi KaretPresentasi Karet
Presentasi KaretAgam Real
Β 
Laporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum TempeLaporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum TempeErnalia Rosita
Β 
53678527 sintesis-asam-oksalat
53678527 sintesis-asam-oksalat53678527 sintesis-asam-oksalat
53678527 sintesis-asam-oksalatAsep Nazmi
Β 
Penggulaan, penggaraman, pengasaman
Penggulaan, penggaraman, pengasamanPenggulaan, penggaraman, pengasaman
Penggulaan, penggaraman, pengasamanAgnescia Sera
Β 

What's hot (20)

Penanganan Limbah Industri Pangan
Penanganan Limbah Industri PanganPenanganan Limbah Industri Pangan
Penanganan Limbah Industri Pangan
Β 
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalLaporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan Tradisional
Β 
Penentuan kadar vitamin c
Penentuan kadar vitamin cPenentuan kadar vitamin c
Penentuan kadar vitamin c
Β 
analisis protein
analisis protein analisis protein
analisis protein
Β 
PENETAPAN KADAR LEMAK
PENETAPAN KADAR LEMAKPENETAPAN KADAR LEMAK
PENETAPAN KADAR LEMAK
Β 
Destilasi Vakum
Destilasi VakumDestilasi Vakum
Destilasi Vakum
Β 
Argentometri adalah
Argentometri adalahArgentometri adalah
Argentometri adalah
Β 
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayur
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayurPengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayur
Pengetahuan Bahan Pangan Buah dan sayur
Β 
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaSistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Kimia
Β 
Biokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoedBiokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoed
Β 
PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)
PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)
PENETAPAN KADAR MINYAK (BILANGAN-BILANGAN)
Β 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Β 
Teknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan panganTeknik pengolahan pangan
Teknik pengolahan pangan
Β 
1. bentuk dan ukuran revisi 2
1. bentuk dan ukuran   revisi 21. bentuk dan ukuran   revisi 2
1. bentuk dan ukuran revisi 2
Β 
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPASLaporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Nugget - UNPAS
Β 
Presentasi Karet
Presentasi KaretPresentasi Karet
Presentasi Karet
Β 
Leukosit 2
Leukosit 2Leukosit 2
Leukosit 2
Β 
Laporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum TempeLaporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum Tempe
Β 
53678527 sintesis-asam-oksalat
53678527 sintesis-asam-oksalat53678527 sintesis-asam-oksalat
53678527 sintesis-asam-oksalat
Β 
Penggulaan, penggaraman, pengasaman
Penggulaan, penggaraman, pengasamanPenggulaan, penggaraman, pengasaman
Penggulaan, penggaraman, pengasaman
Β 

Similar to Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS

Teknologi Fermentasi pada tempe
Teknologi Fermentasi pada tempeTeknologi Fermentasi pada tempe
Teknologi Fermentasi pada tempeNuruliswati
Β 
Teknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeTeknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeNuruliswati
Β 
Pembuatan Tempe
Pembuatan TempePembuatan Tempe
Pembuatan TempeAdhea Tanlar
Β 
Bioteknologi pembuatan tempe
Bioteknologi pembuatan tempe Bioteknologi pembuatan tempe
Bioteknologi pembuatan tempe Anisa Mu'asomah
Β 
Bioteknologi
Bioteknologi Bioteknologi
Bioteknologi Anisa II
Β 
Laporan 6
Laporan 6Laporan 6
Laporan 6Niko Utomo
Β 
Pengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & Kecap
Pengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & KecapPengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & Kecap
Pengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & KecapDreitsohn Franklyn Purba
Β 
bioteknologipembuatantempekel-161125205757.pptx
bioteknologipembuatantempekel-161125205757.pptxbioteknologipembuatantempekel-161125205757.pptx
bioteknologipembuatantempekel-161125205757.pptxwinnygardiani
Β 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempeAncela Rebeka
Β 
Budidaya jamurtiram
Budidaya jamurtiramBudidaya jamurtiram
Budidaya jamurtiramradikalzen
Β 
Budidaya jamurtiram
Budidaya jamurtiramBudidaya jamurtiram
Budidaya jamurtiramradikalzen
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Pembuatan Tahu dan Tempe
Pembuatan Tahu dan TempePembuatan Tahu dan Tempe
Pembuatan Tahu dan TempeEko Mardianto
Β 
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1Nuruliswati
Β 

Similar to Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS (20)

Ppt.pembuatan tempe
Ppt.pembuatan tempePpt.pembuatan tempe
Ppt.pembuatan tempe
Β 
Teknologi Fermentasi pada tempe
Teknologi Fermentasi pada tempeTeknologi Fermentasi pada tempe
Teknologi Fermentasi pada tempe
Β 
Tugas pembuatan tempe
Tugas pembuatan tempeTugas pembuatan tempe
Tugas pembuatan tempe
Β 
Teknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeTeknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempe
Β 
Pembuatan Tempe
Pembuatan TempePembuatan Tempe
Pembuatan Tempe
Β 
Bioteknologi pembuatan tempe
Bioteknologi pembuatan tempe Bioteknologi pembuatan tempe
Bioteknologi pembuatan tempe
Β 
Bioteknologi
Bioteknologi Bioteknologi
Bioteknologi
Β 
Laporan 6
Laporan 6Laporan 6
Laporan 6
Β 
Pengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & Kecap
Pengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & KecapPengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & Kecap
Pengolahan Kedelai: Tempe, Tahu, Kembang Tahu, & Kecap
Β 
Lap3 pembuatan tempe
Lap3  pembuatan tempeLap3  pembuatan tempe
Lap3 pembuatan tempe
Β 
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptxPPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
Β 
bioteknologipembuatantempekel-161125205757.pptx
bioteknologipembuatantempekel-161125205757.pptxbioteknologipembuatantempekel-161125205757.pptx
bioteknologipembuatantempekel-161125205757.pptx
Β 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempe
Β 
Budidaya jamurtiram
Budidaya jamurtiramBudidaya jamurtiram
Budidaya jamurtiram
Β 
Budidaya jamurtiram
Budidaya jamurtiramBudidaya jamurtiram
Budidaya jamurtiram
Β 
Tape Ketan Hitam
Tape Ketan HitamTape Ketan Hitam
Tape Ketan Hitam
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Food Bars - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tahu - UNPAS
Β 
Pembuatan Tahu dan Tempe
Pembuatan Tahu dan TempePembuatan Tahu dan Tempe
Pembuatan Tahu dan Tempe
Β 
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1
Kelompok tempe. (itp, fp, uho) 1
Β 

More from Rahma Sagistiva Sari

Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPASLaporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPASLaporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPASLaporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASRahma Sagistiva Sari
Β 

More from Rahma Sagistiva Sari (19)

Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPASLaporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPASLaporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPASLaporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mayonaise - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Hard Candy - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Mie Instan - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying  - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Foam-Matt Drying - UNPAS
Β 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Β 

Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS

  • 1. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018 1 TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA, KACANG-KACANGAN DAN HASIL PERKEBUNAN TEMPE Rahma Sagistiva Sari1 Yunika Rahayu2 1)Praktikan TPP Kelompok E Meja 4 2)Asisten LaboratoriumTPP Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan, Program Studi Teknologi Pangan Universitas Pasundan, Bandung. E-mail : rahmasagistiva@gmail.com Praktikum : 04 April 2018; Pengumpulan : 11 April 2018 Abstrak Tempe adalah salah satu produk fermentasi yang umumnya berbahan baku kedelai yang difermentasi dan mempunyai nilai gizi yang baik. Tujuan dari pembuatan tempe adalah untuk menambah nilai ekonomis produk, diversifikasi produk olahan kedelai, dan mengetahui cara pembuatan tempe. Prinsip pembuatan tempe adalah berdasarkan pada proses fermentasi kacang kedelai oleh kapang Rhizopus Oligosporus dimana setelah di inkubasi selama 1 hari kacang kedelai akan ditutupi oleh misselium dari kapang. Berdasarkan hasil yang didapat pengolahan tempe dengan basis 200 gram, didapatkan produk sebanyak 172 gram (86%) dengan sifat organoleptik meliputi warna putih, rasa tawar, aroma khas tempe, tekstur padat dan kenampakannya tidak menarik. Abstract Tempe is one of the fermentation products which are generally made from raw fermented soybean and have good nutritional value. The purpose of making tempe is to increase the economic value of the product, diversification of soybean processed products, and know the way of making tempe. The principle of making tempe is based on the process of fermentation of soybean by Rhizopus Oligosporus mold where after in incubation for 1 day soybean will be covered by misselium from mold. Based on the results obtained by processing 200 gram of tempe, ob tained 172 grams of products (86%) with organoleptic properties include white color, fresh taste, tempe typical aroma, solid texture and unattractive appearance. Keyword : Tempe, Soybean, Rhizopus oligosporus 1. Bahan, Alat dan Metode Percobaan Pada percobaan ini, bahan yang digunakan yaitu kacang kedelai, dekstrin, kapang. Peralatan yang digunakan adalah timbangan, wajan, panci, kompor, spatula, baki, plastik, sealer, sendok, wadah dan inkubator. Pada pembuatan tempe, mula-mula kedelai dilakukan perendaman selama 24 jam. Setelah itu dilakukan trimming dengan memisahkan kulit ari dan dagingnya, kemudian kedelai direbus selama 1 jam. Selanjutnya, ditiriskan sebentar lalu dilakukan pengukusan selama 15 menit. Setelah dikukus, dilakukan penirisan kembali sampai kedelai tidak terlalu basah. Kemudian ditambahkan dekstrin dan ragi. Campuran tersebut kemudian dimasukan ke dalam plastik, padatkan lalu dilakukan sealing. Plastik dilubangi secukupnya dengan menggunakan lidi atau semacamnya, setelah itu disimpan ke dalam inkubator pada suhu 37-40 oC selama 48 jam. Tempe yang telah jadi kemudian ditimbang, lalu hitung % produk dengan menggunakan rumus berikut: Keterangan : W bahan = Berat bahan (gram) W basis = Berat basis (gram) W bahan = % π‘π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘› 100 Γ— W basis % Produk= W produk W basis Γ— 100
  • 2. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018 2 Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Tempe 2. Hasil dan Pembahasan Data hasil percobaan dan dokumentasi proses pembuatan tempe dapat dilihat pada Tabel 1 dan Lampiran 1. Tabel 1. Hasil Pembuatan Tempe No Analisa Hasil pengamatan 1. Nama Produk Tempe 2. Basis 200 gram 3. Bahan Utama Kacang Kedelai 95,24% 4. Bahan Tambahan - Dekstrin 3,81% - Kapang 0,95% 5. Berat Produk 172 gram 6. % Produk 86% 7. Organoleptik : ο‚· Warna ο‚· Rasa ο‚· Aroma ο‚· Tekstur ο‚· Kenampakan Putih Tawar Khas tempe Padat Tidak menarik (Rahma Sagistiva S., Kelompok E, Meja 4, 2018) Berdasarkan hasil yang didapat pengolahan tempe dengan basis 200 gram, didapatkan produk sebanyak 172 gram (86%) dengan sifat organoleptik meliputi warna putih, rasa tawar, aroma khas tempe, tekstur padat dan kenampakannya tidak menarik. Fungsi perlakuan selama pembuatan tempe diantaranya yaitu, perendaman, untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi, kemudian perebusan berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin. perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai, pengukusan, dilakukan untuk melunakan kacang kedelai dan mengeluarkan air yang berlebih saat perebusan. Penirisan, penirisan dilakukan untuk menurunkan suhu dari kacang kedelai yang sudah dikukus sehingga dapat masuk ketahap selanjutnya. Pencampuran dilakukan untuk mencampurkan kapang tempe dan tepung tapioka agar tercampur merata. Pengemasan, pembungkusan kedelai yang sudah diberi ragi. Pembungkusan bisa dengan media dau pisa atau plastik dan lain lain. Untuk pembungkusan dalam plastik atau daun maka perlu dikasih lubang udara supaya kapang ragi mendapatkan udara selama fermetasi Fermentasi kedelai yang sudah dibungkus dalam suhu kamar atau suhu udara yang hangat agar proses fermentasi berjalan efektif. Proses ini membutuhkaan waktu sekitar sehari semalam atau 24 jam. Setelah proses pemeraman tahap akhir adalah tempe yang sudah diperam diangin anginkan atau diberi udara bebas. Fungsi dari bahan yang digunakan dalam pembuatan tempe yaitu, kacang kedelai, merupakan bahan utama dalam pembuatan tempe. Ragi yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Dekstrin, sebagai medium untuk pertumbuhan ragi sehingga nanti terbentuk miselium- miselium putih di permukaan kedelai, berfungsi sebagai sparing agent. Sparing agent adalah bahan yang ditambahkan pada pembuatan tempe untuk mencegah mikroorganisme lain menguraikan protein pada kacang kedelai. Sebelum mikroorganisme tersebut menguraikan protein pada kacang kedelai, maka akan terlebih dahulu menguraikan karbohidrat dari dekstrin. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan tempe adalah sebagai berikut: 1. Oksigen, dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu cepat menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu apabila digunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya maka sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang satu dengan lubang lainnya sekitar 2 cm (Kurnia, 2014). 2. Uap Air, yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk pertumbuhannya (Kurnia, 2014). 3. Suhu, kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat tumbuh baik pada suhu ruang (25-27oC). Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman, suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan (Kurnia, 2014). 4. Keaktifan Laru, laru yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang keaktifannya.
  • 3. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018 3 Karena itu pada pembuatan tempe sebaiknya digunakan laru yang belum terlalu lama disimpan agar dalam pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan (Kurnia, 2014). Critical control point pada pembuatan tempe adalah pada proses pengukusan uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk pertumbuhannya, proses fermentasi Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapattumbuh baik pada suhu ruang (25-27oC). Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman,suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan (Suprihatin, 2010). Selama proses fermentasi, kedelai akan mengalami perubahan baik fisik maupun kimianya. Protein kedelai dengan adanya aktivitas proteolitik kapang akan diuraikan menjadi asam-asam amino, sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan. Denganadanya peningkatan dari nitrogen terlarut maka pH juga akan mengalami peningkatan. Nilai pH untuk tempe yang baik berkisar antara 6,3 sampai 6,5. Kedelai yang telah difermentasimenjadi tempe akan lebih mudah dicerna. Selama proses fermentasi karbohidrat dan proteinakan dipecah oleh kapang menjadi bagianbagian yang lebih mudah larut, mudah dicerna (Suprihatin. 2010). Beberapa jenis kapang yang sering digunakan dalam pengolahan pangan adalah sebagaii berikut : 1. Rhizopus Rhizopus sering disebut kapang roti karena sering tumbuh dan menyebabkan kerusakan pada roti. Selain itu kapang ini juga tumbuh pada sayuran, dan buah-buahan. Spesies rhizopus yang umum ditemukan pada roti yaitu Rhizopus stolonifer dan Rhizopus nigricans. Selain merusak makanan sebagian Rhizopus digunakan untuk beberapa makanan fermentasi tradisional seperti, Rhizopus oligosporus dan Rhzopus orizae yang digunakan dalam pembuatan berbagai macam tempe dan oncom hitam. Ciri-ciri Rhizopus adalah: a. Hifa nonseptat b. Mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua c. Sporangiopora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid d. Sporangia biasanya besar dan berwarna hitam, e. Kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk seperti cangkir f. Tidak mempunyai sporangiola g. Pertumbuhannya cepat, membentuk miselium seperti kapas (Chaniago, 2012). 2. Aspergillus Kapang ini mampu tumbuh baik pada substrat dengan konsentrasi gula dan garam tinggi. Aspergillus orizae digunakan dalam fermentasi makanan tahap pertama dalam pembuatan kecap dan tauco. Konidia kelompok ini berwarna kuning sampai hijau. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: a. Koloni berkelompok b. Konidiofora septet atau nonseptat c. Beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 37 derajat celcius atau lebih, d. Konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat atau hitam. (Chaniago, 2012). 3. Penicillum Penicillium menyebabkan kerusakan pada bahan sayuran, buah-buahan, dan serealia. Selain itu digunakan untuk industri, misalkan memproduksi antibiotic penisilin yang diproduksi oleh Penicillium notatum dan Penicillium chysogenum. Kegunaan lain untuk pematangan keju, misalnya keju camembert oleh Penicillium camemberti yang konidianya berwarna abu-abu dll. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: a. Hifa septet, miselium bercabang biasanya berwarna b. Konidiopore septet dan muncul bercabang atu tidak bercabang c. Konodia membentuk rantai karena muncul satu persatu dari sterigmata d. Konidia waktu masih muda berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kebiru-biruan atau kecoklatan (Chaniago, 2012). Cita rasa tempe kedelai ditentukan oleh jenis kedelainya dan ditentukan juga oleh jenis pembungkus yang digunakan selama fermentasi. Selama ini digunakan tiga jenis pembungkus tempe, yaitu plastik, daun pisang dan daun jati. Kemasan plastik memiliki kelebihan yaitu kuat, ringan, tidak karatan serta dapat diberi warna, sedangkan kelemahannya adalah molekul kecil yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. Daun pisang memiliki kelebihan pembungkus alami yang tidak mengandung bahan kimia, mudah ditemukan, mudah di lipat dan memberi aroma sedap. Di samping itu juga memiliki kekurangan, antara lain mudah sobek dan kebersihan kurang (Winarno, 1994). 3. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang didapat pengolahan tempe dengan basis 200 gram, didapatkan produk sebanyak 172 gram (86%) dengan sifat organoleptik meliputi warna putih, rasa tawar, aroma khas tempe, tekstur padat dan kenampakannya tidak menarik. 4. Saran Sebaiknya praktikan lebih memahami prosedur percobaan sehingga tidak terjadi kesalahan pada saat melakukan percobaan. Selain itu, dalam mengerjakan setiap proses pengolahan, praktikan harus lebih memperhatikan kebersihan bahan dan alat yang digunakan.
  • 4. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018 4 Daftar Pustaka 1. Chaniago, Delzamaridhi. 2012. Kapang. <teckhnologyproductagricultural.blogspot.co.id> Diakses : 9 April 2018 2. Kurnia, Evi. 2014. Fermentasi Tempe. < www.academia.edu/10031708/FERMENTASI_TE MPE> Diakses : 9 April 2018 3. Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. Surabaya: UNESA University Press. 4. Winarno. 1994. Sterilisasi Komersial Produk – Produk pangan. Jakarta : Gramedia.
  • 5. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018 5 LAMPIRAN I. Dokumentasi Proses Pembuatan Tempe Kacang Kedelai Perendaman Perebusan PengukusanPenirisanPencampuran Pengemasan Tempe
  • 6. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018 6 LAMPIRAN II. Perhitungan Tempe Basis 200 gram ο‚· Kedelai 95,24% 95,24 100 Γ— 200 = 190,48 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š ο‚· Dekstrin 3,81% 3,81 100 Γ— 200 = 7,12 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š ο‚· Kapang 0,95% 0,95 100 Γ— 200 = 1,9 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š % Produk = π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π‘ƒπ‘Ÿπ‘œπ‘‘π‘’π‘˜ π΅π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘‘ π΅π‘Žπ‘ π‘–π‘  π‘₯ 100 = 172 200 π‘₯ 100 = 86%
  • 7. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018 7 LAMPIRAN III. SNI Tempe (Sumber : SNI 3144:2015)
  • 8. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018 8 LAMPIRAN IV. Tugas Diskusi 1. Sering kali penambahan bahan tambahan yang tidak food grade ditambahkan kedalam makanan, dengan beberapa tujuan. Salah satu contohnya pada produk tahu, karena tahu merupakan produk yang mempunyai kadar air tinggi sehingga cepat rusak, maka sebagai mahasiswa teknologi pangan mengetahui: a. Tanda- tanda kerusakan tahu, jelaskam (minimal 5) ! b. Jelaskan jenis-jenis koagulan yang boleh digunakan (minimal 3), dan jelaskan batas pH yang sesuai untuk semua koagulan! Jawab : a. Tanda-tanda kerusakan tahu adalah apabila mengeluarkan bau asam sampai dengan busuk. Selain itu permukaan tahu berlendir, tekstur menjadi melunak, kekompakkan berkurang, warna dan penampakkan menjadi tidak cerah, kadang-kadang berjamur pada permukaannya. b. Terdapat beberapa jenis koagulan yang biasa dipakai dalam pembuatan tahu, diantaranya adalah CaCl2, CaSO4, asam asetat, whey, Glucono Delta Lactone, dan beberapa jenis lainnya. Menurut keterangan yang tertera pada kemasan tahu yang ada di pasaran, kebanyakan diantaranya menggunakan GDL, CaSO4 dan MgCl2 sebagai bahan penggumpal. 2. Apa yang dimaksud dengan titik isoelektrik dalam proses pembutan tahu? Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu makromolekul bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama dengan titik isoelektrik, maka sebagian atau semua muatan pada partikelnya akan hilang selama proses ionisasi terjadi. Jika pH berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka matan partikel koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi netral atau bahkan menjadi negatif.
  • 9. Food Processing Technology Laboratory Report, Modul II, No.4, 2018 9 LAMPIRAN V. Kuis 1. Mekanisme pembuatan bakal tahu? Kacang kedelai yang ditambahkan asam dengan pH isoelektrik akan mengalami proses penggumpalan karena protein yang terdapat pada kacang kedelai mengalami proses denaturasi yang menyebabkan kacang kedelai menggumpal dan menghasilkan curd atau bakal tahu yang apabila dilakukan proses pemanasan dan pencetakan akan menghasilkan produk tahu. 2. Fungsi STPP pada pembuatan mie instan? Yaitu digunakan sebagai pengenyal, selain itu dengan adanya gugus fosfat dapat meningkatkan porositas sehingga meningkatkan daya serap air dengan membentuk rongga pada mie. 3. Ciri-ciri tempe yang baik? ο‚· Tekstur bulatan tempe kompak dan seragam ο‚· Memiliki bau yang khas dari kedelai dan dilapisi dengan selaput putih dari fermentasi tempe ο‚· Tidak terlalu panas saat dipegang, jika panas berarti tempe sedang mengalami fermentasi yang berlebihan dan akan mempercepat tempe menjadi rusak/busuk ο‚· Memiliki warna yang khas seperti kedelai rebus, tidak terlalu cerah (akibat penambahan zat warna) atau terlalu suram (akan menjadi rusak) ο‚· Saat diiris tempe tidak hancur, utuh dengan warna yang baik. Tempe yang bagus saat digoreng akan menghasilkan tekstur yang halus dengan aroma yang mantap khas kedelai. 4. Apa yang dimaksud dengan pangan darurat? Pangan darurat atau Emergency Food Product (EFP) adalah makanan yang memiliki energi dan densitas zat gizi yang tinggi untuk korban bencana alam yang dapat dikonsumsi segera pada keadaan darurat. Penggunaan pangan darurat dapat dilakukan selama 3 sampai 7 hari dan maksimal 15 hari. Produk ini bisa digunakan pada daerah yang memiliki iklim ekstrim dari kutub utara sampai tropis 5. Sebutkan jenis tepung terigu berdasarkan kadar protein! ο‚· Hard Wheat (Terigu protein tinggi). Tepung terigu ini mempunyai kadar protein yang paling tinggi di antara 3 macam tepung terigu lainnya. Kandungan proteinnya mencapai 11-13%. Jenis tepung ini paling cocok digunakan dalam pembuatan roti. Tepung ini mempunyai kadar gluten yang tinggi. ο‚· Medium Wheat (Terigu protein sedang). Tepung terigu ini mempunyai kadar protein 9-10%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tepung terigu jenis hard wheat. Tepung ini cocok dalam pembuatan aneka cake, bolu dan kue basah lainnya. ο‚· Soft Wheat (Terigu protein rendah). Jenis tepung ini mempunyai kadar protein paling rendah yaitu sekitar 7-8%. Tepung ini cocok untuk pembuatan kue kering.