SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
TINJAUAN PUSTAKA



Sekilas Mengenai Sirsak

       Sirsak (Annona mucurata L) berasal dari daerah tropis Amerika Selatan.

Sosok tanaman sirsak berupa pohon yang ukurannya tidak begitu besar dengan

tinggi pohon antara 3 - 8 m. daunnya berwarna hijau tua, tampak mengkilat dan

kaku. Ukuran buahnya agak besar, berat rata-rata 0,2 – 2 kg, produksi rata-rata per

pohon sekitar 25 buah. Buahnya yang sudah tua memiliki tanda-tanda : jarak daun

renggang, tangkai buah menguning, aroma lebih harum dan menusuk

(Widyastuti dan Paimin, 1993).

       Buah sirsak mengandung serat dan vitamin, setiap buah sirsak masing-

masing mengandung komposisi rata-rata 67,5 % daging buah yang dapat dimakan,

20 % kulit buah, 8,5 % biji dan 4 % hati atau empelur. Selain mengandung

vitamin A, B, C juga mengandung sukrosa 2,54 %, dekstrosa 5,05 % dan

levulosa 0,04 % (Radi, 1997).

       Dalam bentuk segar, daging buah sirsak mengandung vitamin C yang

cukup tinggi. Selain itu daun dan bijinya dapat digunakan sebagai obat pengusir

nyamuk. Selain dikonsumsi dalam bentuk segar buah ini dapat diolah dalam

bentuk lain (Widyastuti dan Paimin, 1993).

       Buah sirsak kaya akan vitamin C yakni 20 mg / 100 g daging buah dan

vitamin B. Daging buah mempunyai aroma dan flavour yang baik sekali, sehingga

sering digunakan untuk pengharum es krim. Dalam industri sari buah, buah sirsak

merupakan bahan yang sangat penting (Ashari, 1995).




                                                          Universitas Sumatera Utara
Setiap 100 g sirsak mengandung 65 kalori, 1 g protein, 0,3 g lemak dan

16,3 g karbohidrat, selain itu juga mengandung kalsium, fosfor, besi, vitamin A,

vitamin    B,    dan   vitamin   C.    Sirsak     juga     mengandung     senyawa

caffeine hydrocyanic acid, myricyl alcohol dan sterol, sedangkan daun dan

batangnya mengandung senyawa tanin, fitosterol, Ca-oksalat dan alkaloid

murisine (Paimin, 2001).

       Secara umum komposisi kimia dari buah sirsak dapat dilihat pada Tabel 1

di bawah ini :

Tabel 1. Komposisi Kimia Buah Sirsak
          Komposisi                                      Jumlah

                                             *                        **
Kalori (cal)                               0                         65
Protein (g)                                 1.0                       1.0
Lemak (g)                                  0.2                        0.3
Karbohidrat (g)                           15.1                       16.3
Kalsium (mg)                              14.0                       14.0
Fosfor (mg)                               21.0                       27.0
Besi (mg)                                   0.5                       0.6
Vitamin A (SI)                                -                      10.0
Vitamin B1 (mg)                            0.08                       0.07
Vitamin C (mg/100 gr bahan)               18                         20
* Sumber Yaacob (1980)
** Sumber Depkes RI (1996)


Bahan Penstabil

       Secara umum bahan-bahan pengental dan pembentuk gel yang larut dalam

air disebut gum. Pentingnya gum dalam bentuk bahan pangan adalah berdasarkan

ciri suka air (hidrofilik) yang mempengaruhi struktur pangan dan sifat yang

berkaitan dengan ciri tersebut. Gum yang sebagian besar terdapat pada bahan

pangan alami dibutuhkan sebagai bahan tambahan yang penting yang dapat

berfungsi sebagai pengental, pembentuk gel dan pembentuk lapisan tipis serta




                                                           Universitas Sumatera Utara
penggunaan       lain    yang      berfungsi     dengan       fungsi     tersebut

(Winarno dan Rahayu, 1994).

       Gum dipakai secara luas dalam industri makanan sebagai bahan pengental,

pemantap, dan pensuspensi. Senyawa dalam golongan ini berasal dari sumber

yang berlainan dan dapat mencakup senyawa alam dan turunannya, seperti gum

eksudat, gum rumput laut, gum biji, gum mikroba dan turunan pati dan selulosa.

Sifat molekul sangat mempengaruhi sifat berbagai gum. Gum molekul

polisakarida rantai lurus menempati lebih banyak ruangan dan lebih kental

daripada molekul yang sangat bercabang dengan bobot molekul yang sama

(deMan, 1997).


Xanthan gum

       Xanthan gum dihasilkan melalui fermentasi dekstrose dengan bakteri

Xanthomonas compestris. Xanthan gum berupa bubuk berwarna krem yang

dengan cepat larut dalam air panas atau air dingin membentuk larutan kental yang

tidak tiksotrofik. Xanthan gum pada konsentrasi rendah larutannya kental, pada

perubahan suhu terjadi sedikit perubahan kekentalannya, mantap pada rentangan

pH yang luas, mantap pada keadaan beku. Xanthan gum dinyatakan aman

digunakan dalam pangan sebagai pemantap, pengemulsi, pengental, dan

pendorong buih pada pangan (Tranggono, dkk, 1989).

       Telah dilakukan pengembangan formulasi suspensi rifampisin yang

mengandung 100 mg/5 ml, menggunakan serbuk kristal - rifampisin dengan

rentang ukuran partikel 5 - 20 um. Zat pengental terbaik yang digunakan adalah

agar 0,15% dan xanthan gum 0,2%. Hasil evaluasi stabilitas secara fisik

menunjukkan bahwa suspensi yang menggunakan xanthan gum lebih baik




                                                          Universitas Sumatera Utara
daripada suspensi dengan agar. Hasil uji ketersediaan hayati terbanding kedua

suspensi terhadap suspensi yang beredar di pasaran adalah 84,0% untuk suspensi

dengan       xanthan   gum   dan     88,36%   untuk   suspensi   dengan    agar

(Haryadi, dalam Tranggono, 1989).

         Xanthan gum dapat membentuk larutan kental pada konsentrasi rendah

(0,1% – 0,2%). Pada konsentrasi 2% - 3% terbentuk gel. Xanthan gum dapat

dicampur dengan protein atau polisakarida lain. Xanthan gum ini membentuk film

yang liat dan lentur (deMan, 1997)


Bahan Aditif

         Bahan aditif dapat diartikan sebagai bahan yang ditambahkan dengan

sengaja dan kemudian terdapat dalam makanan sebagai akibat dari berbagai tahap

budidaya, pengolahan, penyimpanan maupun pengemasan.

Adapun tujuan dari penggunaan bahan tambahan adalah :

         -   Mempertahankan atau memperbaiki nilai-nilai gizi makanan

         -   Mempertahankan kesegaran bahan, terutama untuk menghambat

             kerusakan bahan oleh mikroorganisme

         -   Membantu mempermudah pengolahan dan persiapan

         -   Membantu memperbaiki kenampakan atau aroma makanan


Gula

         Untuk industri-industri makanan biasanya digunakan sukrosa dalam

bentuk kristal halus atau kasar dan dalam jumlah yang banyak dipergunakan

dalam bentuk cairan sukrosa (sirup). Pada pembuatan sirup gula pasir (sukrosa)




                                                        Universitas Sumatera Utara
dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi

glukosa dan sukrosa disebut gula invert (Winarno, 1995).

       Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan makanan dalam konsentrasi

yang tinggi (paling sedikit 40 %) padatan terlarut sebagian dari air yang ada

menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (Aw)

dari bahan pangan berkurang sedangkan pada konsentrasi mencapai 65 % gula

akan menyebabkan sel-sel mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan

akan mengalami dehidrasi atau plasmolisis (Buckle, dkk, 1987).

       Mekanisme gula sebagai bahan pengawet yaitu menghasilkan tekanan

osmosis yang tinggi sehingga cairan sel mikroorganisme terserap keluar,

akibatnya menghambat sitoplasma menurun sehingga terjadi plasmolisis yang

menyebabkan kematian sel (Winarno, 1984).


Benzoat

       Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas

penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan yang asam. Bahan ini

digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif

pada pH 2,5 – 4,0. Karena kelarutan garamnya lebih besar maka bisa digunakan

dalam bentuk garam natrium benzoat. Dalam bahan garam benzoat terurai

menjadi   bentuk   efektif,   yaitu   bentuk   asam benzoat     yang   terdisosiasi

(Winarno, 1995).

       Penggunaan asam benzoat dibatasi hampir dalam semua produk buah-

buahan dan sering digunakan bersama-sama dengan belerang oksida. Asam

benzoat lebih efektif pada khamir dan bakteri dari pada kapang pada konsentrasi

diatas 25 mg/l, asam yang tidak terurai akan menghambat pertumbuhan kapang.




                                                           Universitas Sumatera Utara
Asam benzoat akan ditolak pada konsentrasi diatas 400 mg/l dan tidak

mempunyai pengaruh pada pencoklatan enzimatik (Buckle, dkk, 1987).

         Aktivitas anti mikroba asam benzoat dan garamnya tergantung pada pH

substrat sangat menentukan banyaknya asam yang tidak terdisosiasi. Asam

benzoat mempunyai penghambatan mikrobia optimal pada pH 2,5 – 4,0

(Winarno, 1984).

         Natrium benzoat lebih efektif menghambat khamir dan bakteri dari pada

jamur dan mempertahankan keasaman makanan seperti jam, sirup, jelly, pickle,

sosis, marmalade dan sari buah (Hughes, 1987).

         Sirup   buah   dengan   keasaman   tinggi   dapat   diawetkan   dengan

0,1% (1000 ppm) natrium benzoat tetapi sekalipun digunakan 0,2% tidak akan

dapat mengawetkan produk dengan keasaman rendah. Natrium benzoat kurang

efektif dalam suatu bahan pangan yang mempunyai pH 7,0 dibandingkan dengan

bahan pangan yang asam yang mempunyai pH mendekati 3,0. pH optimum dari

natrium benzoat sebagai pertumbuhan mikroba adalah 2,5-4,0 lebih rendah dari

pada asam sorbat dan asam propionat (Furia, 1972).

         Menurut Tressler and Joslyn (1971), penggunaan natrium benzoat dalam

sirup buah dengan konsentrasi 0,05% sampai 0,1% tidak berpengaruh terhadap

flavour sirup buah.


Sulfit

         SO2 lebih efektif dalam bahan-bahan pangan asam (pH 2,5 – 4,0) dimana

pengaruhnya disebabkan karena molekul SO2 bebas. Bahan ini akan lebih

menghambat bakteri daripada khamir, suatu sifat yang digunakan misalnya dalam

pembuatan anggur. Dalam konsentrasi tinggi SO2 akan ditolak oleh rasanya dan




                                                        Universitas Sumatera Utara
akan bergabung dengan komponen aldehid dan keton dari beberapa bahan pangan,

terutama dalam minuman menjadi tidak tersedia sebagai anti mikroorganisme

(Buckle, dkk, 1987).

         Zat pengawet anorganik yang sering dimanfaatkan sebagai campuran

dalam olahan, diantaranya senyawa sulfit dalam bentuk gas SO2 garam

natrium/kalium sulfit, bisulfit dan metabisulfit. Sulfit biasanya digunakan dalam

bentuk garam sulfit yang dilarutkan dalam air. Lalu larutan ini digunakan untuk

merendam bahan yang akan diawetkan (Fachruddin, 1998).


Asam Sitrat

         Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (C6H8O7), yang diperoleh

dari ekstraksi buah-buahan, terutama jeruk. Asam sitrat biasanya ditambahkan

pada sirup minuman, jam dan jelly untuk menembah cita rasa dan sebagai bahan

pengawet (Frazeir and Westhoff, 1979).

         Asam sitrat digunakan sebagai bahan pemberi derajat keasaman cukup

baik karena kelarutannya dalam air tinggi. Asam sitrat dapat digunakan sebagai

“Flavoring Agent”, menurunkan pH dan sebagai “Chelating Agent”. Pada proses

pengalengan dapat menggunakan asam sitrat untuk menurunkan pH sampai 4,

atau lebih rendah (Furia, 1972).

         Asam sitrat bersifat “Chelating Agent” yaitu dapat mengikat atau

mencengkram logam-logam bivalen seperti Mn, Mg dan Fe yang sangat

dibutuhkan sebagai katalisator dalam reaksi-reaksi biologis, karena itu reaksi-

reaksi    biologis     dapat   dihambat   dengan    penambahan     asam     sitrat

(Winarno dan Laksmi, 1974).




                                                         Universitas Sumatera Utara
Siklamat

       Siklamat merupakan garam Na dari asam siklamat dengan rumus molekul

C6H11NHSO3Na. Na-Siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang

disenangi. Sangat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisannya sekitar 30 x

tingkat kemanisan tebu murni. Rasa manis siklamat masih dapat dirasakan sampai

pengenceran 1 : 10.000. pH larutan siklamat 10 % terletak antara 5,5 sampai 7,5.

Na-Siklamat dalam industri makanan dipakai sebagai bahan pemanis non industri

sebagai pengganti sukrosa (Sudarmadji,1984).


Pembuatan Sirup Sirsak

       Sirup adalah bahan minuman dari sari buah dengan kadar gula minimal

55%. Ke dalam sirup dapat ditambahkan bahan-bahan pengental, pengawet dan

cita rasa. Sari buah yang dipergunakan disini adalah cairan buah yang tidak

mengalami fermentasi yang diperoleh dari hasil pengepresan buah. Untuk

mendapatkan sari buah yang baik, perlu dipisahkan dari bagian-bagian yang tidak

larut dengan penyaringan (Makfoeld, 1982).

       Pembuatan sirup pada garis besarnya meliputi tahap-tahap sortasi,

pencucian, pengupasan, pemotongan daging buah, pengisian ke dalam wadah,

penutupan, pasteurisasi, pendinginan dan penyimpanan (Kylwe et al., 1956).

       Pengolahan sari buah sirsak menjadi sirup ditujukan untuk menaikkan

nilai ekonomis buah sirsak. Selain itu juga ditujukan untuk menganekaragamkan

bahan minuman dari sirsak dan sekaligus memperpanjang masa simpan. Syarat

utama yang penting dan perlu mendapat perhatian dalam pembuatan sirup mulai

dari bahan mentah sampai menjadi sirup yang dikonsumsi adalah jenis dan

kualitas bahan mentah yang digunakan, kebersihan bahan dan alat, metode dan




                                                        Universitas Sumatera Utara
keefektifan    pengolahan      dan     perlakuan     mekanis   terhadap    produk

(Desrosier, 1988).


Ekstraksi Sari Buah

         Sari buah diperoleh dengan cara memasukkan daging buah yang telah

dipisahkan dari kulit, biji, dan serat ke dalam blender.


Penyaringan

         Pemisahan dilakukan dengan penyaringan sari buah yang bertujuan untuk

memisahkan serat, biji atau benda asing lainnya. Penyaringan sebaiknya

dilakukan bertahap. Tahap pertama dimaksudkan untuk menghilangkan partikel

kasar, selanjutnya untuk menghilangkan partikel yang lebih halus      (Braverman,

1949).


Pembotolan

         Gelas sebagai alat pengemasan, saat ini masih merupakan jenis kemasan

yang sangat penting dan untuk kemasan yang biasa digunakan adalh botol. Sifat

kimia dari gelas adalah inert, tetapi korosif pada bagian tutupnya dan mudah

pecah karena tekanan dari dalam, berbenturan atau perbedaan panas yang

mendadak. Oleh karena itu gelas harus dipanaskan secara perlahan-lahan dan

tidak boleh langsung pada suhu tinggi karena dapat pecah jika terjadi perbedaan

panas yang cepat. Dalam penggunaannya botol harus disterilisasi terlebih dahulu

pada suhu sekitar 750C selama 24 jam, dimana sterilisasi ini bertujuan untuk

membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang ada dalam botol

(Winarno, 1984).




                                                           Universitas Sumatera Utara
Pasteurisasi

       Pasteurisasi bertujuan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme

dan mencegah aktivitas enzim. Suhu dan lamanya pasteurisasi yang digunakan

tergantung dari jumlah dan resistensi mikrobia yang terdapat di dalam bahan

pangan serta kepekaan bahan terhadap panas. Pasteurisasi dilakukan dengan

menggunakan suhu dibawah 1000C (Houghton, 1984).


Perubahan-Perubahan Selama Penyimpanan

       Bila ditinjau dari penyebab kerusakan pada bahan-bahan hasil pertanian

buah dalam bentuk hasil olahan, kerusakan dapat terjadi oleh kerusakan

mikrobiologis (Winarno dan Rahayu, 1994).

       Kerusakan mikrobiologis yang terjadi pada daging buah sirsak adalah

disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada daging buah dan

pertumbuhan mikrobia selama penyimpanan. Adapun yang mempengaruhi

pertumbuhan mikrobia tersebut adalah waktu, pH, temperatur, air, tersedianya

oksigen, cahaya dan faktor-faktor kimia yang terdapat selama penyimpanan

(Buckle, dkk, 1987).


Perubahan Asam Organik

       Asam organik banyak terdapat dalam buah-buahan. Khamir dan kapang

dapat mencegah asam yang terdapat dalam bahan makanan. Asam organik ini

merupakan substrat bagi kelangsungan aktivitas mikrobia sebagai sumber energi.

Jumlah asam pada sari buah dapat juga disebabkan oleh adanya mikrobia yang

menggunakan asam organik untuk pertumbuhannya (Frazeir and Westhoff, 1979).




                                                      Universitas Sumatera Utara
Asam organik yang banyak terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran

adalah asam sitrat dan asam malat. Asam sitrat merupakan asam organik terutama

pada buah jeruk, jambu biji, markisa, dan lain-lain. Sedangkan asam malat

merupakan asam organik utama pada buah apel, pisang, dan lain-lain. Asam sitrat

dapat dirombak oleh Lactobacillus yang mungkin terdapat pada daging buah

menjadi asam suksinat (Frazeir and Westhoff, 1979).

       Perombakan asam sitrat menjadi asam suksinat oleh Lactobacillus dapat

dilihat pada gambar dibawah ini :

        CH2     COOH                        CH2       COOH

 HO – C         COOH        Lactobacilli                        + 2CO2

        CH2     COOH                        CH2       COOH
       Asam sitrat                             Asam suksinat


 HO     CH      COOH                        CH3       CH        COOH

                            Lactobacilli                                 + CO2

        CH2      COOH                                 OH
      Asam malat                                  Asam laktat

Gambar 1. Reaksi Metabolisme Asam Sitrat Menjadi Asam Sukinat dan
          Asam Malat Menjadi Asam Laktat


Perubahan Kandungan Vitamin C

       Pada umumnya buah merupakan sumber vitamin C yang penting, sehingga

stabilitas vitamin C dalam pengolahan dan penyimpanan buah serta hasil

pengolahannya merupakan masalah yang paling penting diperhatikan. Dalam

pengolahan dan penyimpanan sering terjadi kehilangan kandungan vitamin C

karena vitamin C tidak tahan terhadap panas dan mudah teroksidasi. Asam




                                                       Universitas Sumatera Utara
askorbat dan garam natriumnya sangat stabil dalam keadaan tanpa air, tetapi

dalam keadaan ada air dan oksigen atau bahan pengoksidasi lainnya maka asam

askorbat menjadi sangat labil (Hulme, 1977).

           Vitamin C mudah rusak karena adanya oksigen terutama pada suhu tinggi

dan vitamin ini mudah hilang selama pengolahan dan penyimpanan. Peristiwa

oksidasi asam askorbat dipercepat dengan adanya cahaya, enzim sebagai

katalisator, logam seperti Cu, Fe, dan Mg di dalam wadah. Asam askorbat

mempunyai sifat pereduktif yang kuat dimana terdapat gugus hidroksin pada atom

karbon yang berikatan rangkap sehingga dengan cepat dapat dioksidasi oleh udara

(Apandi, 1984).

           Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam L-dehidroaskorbat

yang secara kimia sangat labil dan mengalami perubahan-perubahan lebih lanjut

menjadi asam L-diketoglukonat, yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi.

Dan jika oksidasi berlanjut terus, akan terbentuk asam oksalat dan asam treonat

(Winarno, 1995).

           Reaksi metabolisme vitamin C adalah sebagai berikut :

O =    C                   O =     C                              COOH

HO     C                   O =     C                      O   = C

HO     C       O   +       O =     C       O     +        O   = C

H      C                  H        C                     H        C        OH

HO     C       H         HO        C       H          HO          C        H

       CH2OH                       CH2OH                          CH2OH
Asam L-Askorbat        Asam L-dehidro Askorbat       Asam L-deketoglukonat

                                                              COOH

                                       COOH      +   H        C       OH

                                       COOH          HO       C       H

                                                           CH2OH
                                 Asam Oksalat        Asam L-Treonat

Gambar 2. Perubahan Asam Askorbat (Winarno, 1984).




                                                                            Universitas Sumatera Utara

More Related Content

What's hot

6 pengaturan-dan-penggunaan-btp
6 pengaturan-dan-penggunaan-btp6 pengaturan-dan-penggunaan-btp
6 pengaturan-dan-penggunaan-btpOdy Sanchez
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Presentasi zat additive
Presentasi zat additivePresentasi zat additive
Presentasi zat additiveRiska Dadong
 
Laporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum SelaiLaporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum SelaiErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum Foaming Buah Naga
Laporan Praktikum Foaming Buah NagaLaporan Praktikum Foaming Buah Naga
Laporan Praktikum Foaming Buah NagaErnalia Rosita
 
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...Asvif Ma'rufah
 
Laporan Praktikum Kamaboko
Laporan Praktikum KamabokoLaporan Praktikum Kamaboko
Laporan Praktikum KamabokoErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuLaporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum TahuLaporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum TahuErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum TempeLaporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum TempeErnalia Rosita
 

What's hot (20)

6 pengaturan-dan-penggunaan-btp
6 pengaturan-dan-penggunaan-btp6 pengaturan-dan-penggunaan-btp
6 pengaturan-dan-penggunaan-btp
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Mentega - UNPAS
 
Presentasi zat additive
Presentasi zat additivePresentasi zat additive
Presentasi zat additive
 
Makalah tphp
Makalah tphpMakalah tphp
Makalah tphp
 
mekanikal
mekanikalmekanikal
mekanikal
 
Laporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum SelaiLaporan Praktikum Selai
Laporan Praktikum Selai
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
 
Laporan Praktikum Foaming Buah Naga
Laporan Praktikum Foaming Buah NagaLaporan Praktikum Foaming Buah Naga
Laporan Praktikum Foaming Buah Naga
 
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
 
Laporan Praktikum Kamaboko
Laporan Praktikum KamabokoLaporan Praktikum Kamaboko
Laporan Praktikum Kamaboko
 
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 1 Penepungan - UNPAS
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
 
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi SusuLaporan Praktikum Kokristalisasi Susu
Laporan Praktikum Kokristalisasi Susu
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Yoghurt - UNPAS
 
Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum Penepungan
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Selai - UNPAS
 
Laporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum TahuLaporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum Tahu
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sorbet - UNPAS
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
 
Laporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum TempeLaporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum Tempe
 

Similar to ini menggunakan kata kunci utama "Tinjauan Pustaka Sirsak

MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWETMAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWETHani Ani
 
Bahan tambahan pangan
Bahan tambahan panganBahan tambahan pangan
Bahan tambahan panganDona Dika
 
Bahan tambahan pangan
Bahan tambahan panganBahan tambahan pangan
Bahan tambahan panganDona Dika
 
Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan
Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan
Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan Ernalia Rosita
 
Pengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora file
Pengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora filePengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora file
Pengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora fileDionisius Souhoka
 
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makananPENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makananpsychologica
 
Chapter ii destilasi
Chapter ii destilasiChapter ii destilasi
Chapter ii destilasiandersen_123
 
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptdanangpamungkas11
 
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptHilmanAnbari2
 
Perubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitas
Perubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitasPerubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitas
Perubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitasYandi Novia (Debu Yandi)
 
Potensi limbah ikan tuna sebagai silase dan pupuk
Potensi limbah ikan tuna sebagai silase dan pupukPotensi limbah ikan tuna sebagai silase dan pupuk
Potensi limbah ikan tuna sebagai silase dan pupuksakinha
 
Karya tulis ilmiah 3
Karya tulis ilmiah 3Karya tulis ilmiah 3
Karya tulis ilmiah 3BBPP_Batu
 
Karya tulis ilmiah 2
Karya tulis ilmiah 2Karya tulis ilmiah 2
Karya tulis ilmiah 2BBPP_Batu
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempebrawijaya university
 

Similar to ini menggunakan kata kunci utama "Tinjauan Pustaka Sirsak (20)

MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWETMAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
MAKALAH TEKNOLOGI PANGAN PEMANIS DAN PENGAWET
 
Bahan tambahan pangan
Bahan tambahan panganBahan tambahan pangan
Bahan tambahan pangan
 
Bahan tambahan pangan
Bahan tambahan panganBahan tambahan pangan
Bahan tambahan pangan
 
AKL MAKANAN 2.pdf
AKL MAKANAN 2.pdfAKL MAKANAN 2.pdf
AKL MAKANAN 2.pdf
 
Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan
Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan
Iradiasi Hewani dan Bahan Tambahan Pangan
 
Zat berbahaya
Zat berbahayaZat berbahaya
Zat berbahaya
 
12887906.ppt
12887906.ppt12887906.ppt
12887906.ppt
 
Pengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora file
Pengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora filePengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora file
Pengawetan makanan menggunakan bahan kimia ibu kejora file
 
Makalah uuk
Makalah uukMakalah uuk
Makalah uuk
 
P15-16 Final.pptx
P15-16 Final.pptxP15-16 Final.pptx
P15-16 Final.pptx
 
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makananPENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan
 
Chapter ii destilasi
Chapter ii destilasiChapter ii destilasi
Chapter ii destilasi
 
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
 
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.pptipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
ipa-terpadu-viii-bab-7-zat-aditif-dan-zat-adiktif-psikotro.ppt
 
Perubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitas
Perubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitasPerubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitas
Perubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitas
 
Potensi limbah ikan tuna sebagai silase dan pupuk
Potensi limbah ikan tuna sebagai silase dan pupukPotensi limbah ikan tuna sebagai silase dan pupuk
Potensi limbah ikan tuna sebagai silase dan pupuk
 
Karya tulis ilmiah 3
Karya tulis ilmiah 3Karya tulis ilmiah 3
Karya tulis ilmiah 3
 
Karya tulis ilmiah 2
Karya tulis ilmiah 2Karya tulis ilmiah 2
Karya tulis ilmiah 2
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
 
Laporan
LaporanLaporan
Laporan
 

ini menggunakan kata kunci utama "Tinjauan Pustaka Sirsak

  • 1. TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Mengenai Sirsak Sirsak (Annona mucurata L) berasal dari daerah tropis Amerika Selatan. Sosok tanaman sirsak berupa pohon yang ukurannya tidak begitu besar dengan tinggi pohon antara 3 - 8 m. daunnya berwarna hijau tua, tampak mengkilat dan kaku. Ukuran buahnya agak besar, berat rata-rata 0,2 – 2 kg, produksi rata-rata per pohon sekitar 25 buah. Buahnya yang sudah tua memiliki tanda-tanda : jarak daun renggang, tangkai buah menguning, aroma lebih harum dan menusuk (Widyastuti dan Paimin, 1993). Buah sirsak mengandung serat dan vitamin, setiap buah sirsak masing- masing mengandung komposisi rata-rata 67,5 % daging buah yang dapat dimakan, 20 % kulit buah, 8,5 % biji dan 4 % hati atau empelur. Selain mengandung vitamin A, B, C juga mengandung sukrosa 2,54 %, dekstrosa 5,05 % dan levulosa 0,04 % (Radi, 1997). Dalam bentuk segar, daging buah sirsak mengandung vitamin C yang cukup tinggi. Selain itu daun dan bijinya dapat digunakan sebagai obat pengusir nyamuk. Selain dikonsumsi dalam bentuk segar buah ini dapat diolah dalam bentuk lain (Widyastuti dan Paimin, 1993). Buah sirsak kaya akan vitamin C yakni 20 mg / 100 g daging buah dan vitamin B. Daging buah mempunyai aroma dan flavour yang baik sekali, sehingga sering digunakan untuk pengharum es krim. Dalam industri sari buah, buah sirsak merupakan bahan yang sangat penting (Ashari, 1995). Universitas Sumatera Utara
  • 2. Setiap 100 g sirsak mengandung 65 kalori, 1 g protein, 0,3 g lemak dan 16,3 g karbohidrat, selain itu juga mengandung kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Sirsak juga mengandung senyawa caffeine hydrocyanic acid, myricyl alcohol dan sterol, sedangkan daun dan batangnya mengandung senyawa tanin, fitosterol, Ca-oksalat dan alkaloid murisine (Paimin, 2001). Secara umum komposisi kimia dari buah sirsak dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Komposisi Kimia Buah Sirsak Komposisi Jumlah * ** Kalori (cal) 0 65 Protein (g) 1.0 1.0 Lemak (g) 0.2 0.3 Karbohidrat (g) 15.1 16.3 Kalsium (mg) 14.0 14.0 Fosfor (mg) 21.0 27.0 Besi (mg) 0.5 0.6 Vitamin A (SI) - 10.0 Vitamin B1 (mg) 0.08 0.07 Vitamin C (mg/100 gr bahan) 18 20 * Sumber Yaacob (1980) ** Sumber Depkes RI (1996) Bahan Penstabil Secara umum bahan-bahan pengental dan pembentuk gel yang larut dalam air disebut gum. Pentingnya gum dalam bentuk bahan pangan adalah berdasarkan ciri suka air (hidrofilik) yang mempengaruhi struktur pangan dan sifat yang berkaitan dengan ciri tersebut. Gum yang sebagian besar terdapat pada bahan pangan alami dibutuhkan sebagai bahan tambahan yang penting yang dapat berfungsi sebagai pengental, pembentuk gel dan pembentuk lapisan tipis serta Universitas Sumatera Utara
  • 3. penggunaan lain yang berfungsi dengan fungsi tersebut (Winarno dan Rahayu, 1994). Gum dipakai secara luas dalam industri makanan sebagai bahan pengental, pemantap, dan pensuspensi. Senyawa dalam golongan ini berasal dari sumber yang berlainan dan dapat mencakup senyawa alam dan turunannya, seperti gum eksudat, gum rumput laut, gum biji, gum mikroba dan turunan pati dan selulosa. Sifat molekul sangat mempengaruhi sifat berbagai gum. Gum molekul polisakarida rantai lurus menempati lebih banyak ruangan dan lebih kental daripada molekul yang sangat bercabang dengan bobot molekul yang sama (deMan, 1997). Xanthan gum Xanthan gum dihasilkan melalui fermentasi dekstrose dengan bakteri Xanthomonas compestris. Xanthan gum berupa bubuk berwarna krem yang dengan cepat larut dalam air panas atau air dingin membentuk larutan kental yang tidak tiksotrofik. Xanthan gum pada konsentrasi rendah larutannya kental, pada perubahan suhu terjadi sedikit perubahan kekentalannya, mantap pada rentangan pH yang luas, mantap pada keadaan beku. Xanthan gum dinyatakan aman digunakan dalam pangan sebagai pemantap, pengemulsi, pengental, dan pendorong buih pada pangan (Tranggono, dkk, 1989). Telah dilakukan pengembangan formulasi suspensi rifampisin yang mengandung 100 mg/5 ml, menggunakan serbuk kristal - rifampisin dengan rentang ukuran partikel 5 - 20 um. Zat pengental terbaik yang digunakan adalah agar 0,15% dan xanthan gum 0,2%. Hasil evaluasi stabilitas secara fisik menunjukkan bahwa suspensi yang menggunakan xanthan gum lebih baik Universitas Sumatera Utara
  • 4. daripada suspensi dengan agar. Hasil uji ketersediaan hayati terbanding kedua suspensi terhadap suspensi yang beredar di pasaran adalah 84,0% untuk suspensi dengan xanthan gum dan 88,36% untuk suspensi dengan agar (Haryadi, dalam Tranggono, 1989). Xanthan gum dapat membentuk larutan kental pada konsentrasi rendah (0,1% – 0,2%). Pada konsentrasi 2% - 3% terbentuk gel. Xanthan gum dapat dicampur dengan protein atau polisakarida lain. Xanthan gum ini membentuk film yang liat dan lentur (deMan, 1997) Bahan Aditif Bahan aditif dapat diartikan sebagai bahan yang ditambahkan dengan sengaja dan kemudian terdapat dalam makanan sebagai akibat dari berbagai tahap budidaya, pengolahan, penyimpanan maupun pengemasan. Adapun tujuan dari penggunaan bahan tambahan adalah : - Mempertahankan atau memperbaiki nilai-nilai gizi makanan - Mempertahankan kesegaran bahan, terutama untuk menghambat kerusakan bahan oleh mikroorganisme - Membantu mempermudah pengolahan dan persiapan - Membantu memperbaiki kenampakan atau aroma makanan Gula Untuk industri-industri makanan biasanya digunakan sukrosa dalam bentuk kristal halus atau kasar dan dalam jumlah yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa (sirup). Pada pembuatan sirup gula pasir (sukrosa) Universitas Sumatera Utara
  • 5. dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan sukrosa disebut gula invert (Winarno, 1995). Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan makanan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40 %) padatan terlarut sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (Aw) dari bahan pangan berkurang sedangkan pada konsentrasi mencapai 65 % gula akan menyebabkan sel-sel mikroorganisme yang terdapat dalam bahan pangan akan mengalami dehidrasi atau plasmolisis (Buckle, dkk, 1987). Mekanisme gula sebagai bahan pengawet yaitu menghasilkan tekanan osmosis yang tinggi sehingga cairan sel mikroorganisme terserap keluar, akibatnya menghambat sitoplasma menurun sehingga terjadi plasmolisis yang menyebabkan kematian sel (Winarno, 1984). Benzoat Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan yang asam. Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif pada pH 2,5 – 4,0. Karena kelarutan garamnya lebih besar maka bisa digunakan dalam bentuk garam natrium benzoat. Dalam bahan garam benzoat terurai menjadi bentuk efektif, yaitu bentuk asam benzoat yang terdisosiasi (Winarno, 1995). Penggunaan asam benzoat dibatasi hampir dalam semua produk buah- buahan dan sering digunakan bersama-sama dengan belerang oksida. Asam benzoat lebih efektif pada khamir dan bakteri dari pada kapang pada konsentrasi diatas 25 mg/l, asam yang tidak terurai akan menghambat pertumbuhan kapang. Universitas Sumatera Utara
  • 6. Asam benzoat akan ditolak pada konsentrasi diatas 400 mg/l dan tidak mempunyai pengaruh pada pencoklatan enzimatik (Buckle, dkk, 1987). Aktivitas anti mikroba asam benzoat dan garamnya tergantung pada pH substrat sangat menentukan banyaknya asam yang tidak terdisosiasi. Asam benzoat mempunyai penghambatan mikrobia optimal pada pH 2,5 – 4,0 (Winarno, 1984). Natrium benzoat lebih efektif menghambat khamir dan bakteri dari pada jamur dan mempertahankan keasaman makanan seperti jam, sirup, jelly, pickle, sosis, marmalade dan sari buah (Hughes, 1987). Sirup buah dengan keasaman tinggi dapat diawetkan dengan 0,1% (1000 ppm) natrium benzoat tetapi sekalipun digunakan 0,2% tidak akan dapat mengawetkan produk dengan keasaman rendah. Natrium benzoat kurang efektif dalam suatu bahan pangan yang mempunyai pH 7,0 dibandingkan dengan bahan pangan yang asam yang mempunyai pH mendekati 3,0. pH optimum dari natrium benzoat sebagai pertumbuhan mikroba adalah 2,5-4,0 lebih rendah dari pada asam sorbat dan asam propionat (Furia, 1972). Menurut Tressler and Joslyn (1971), penggunaan natrium benzoat dalam sirup buah dengan konsentrasi 0,05% sampai 0,1% tidak berpengaruh terhadap flavour sirup buah. Sulfit SO2 lebih efektif dalam bahan-bahan pangan asam (pH 2,5 – 4,0) dimana pengaruhnya disebabkan karena molekul SO2 bebas. Bahan ini akan lebih menghambat bakteri daripada khamir, suatu sifat yang digunakan misalnya dalam pembuatan anggur. Dalam konsentrasi tinggi SO2 akan ditolak oleh rasanya dan Universitas Sumatera Utara
  • 7. akan bergabung dengan komponen aldehid dan keton dari beberapa bahan pangan, terutama dalam minuman menjadi tidak tersedia sebagai anti mikroorganisme (Buckle, dkk, 1987). Zat pengawet anorganik yang sering dimanfaatkan sebagai campuran dalam olahan, diantaranya senyawa sulfit dalam bentuk gas SO2 garam natrium/kalium sulfit, bisulfit dan metabisulfit. Sulfit biasanya digunakan dalam bentuk garam sulfit yang dilarutkan dalam air. Lalu larutan ini digunakan untuk merendam bahan yang akan diawetkan (Fachruddin, 1998). Asam Sitrat Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (C6H8O7), yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan, terutama jeruk. Asam sitrat biasanya ditambahkan pada sirup minuman, jam dan jelly untuk menembah cita rasa dan sebagai bahan pengawet (Frazeir and Westhoff, 1979). Asam sitrat digunakan sebagai bahan pemberi derajat keasaman cukup baik karena kelarutannya dalam air tinggi. Asam sitrat dapat digunakan sebagai “Flavoring Agent”, menurunkan pH dan sebagai “Chelating Agent”. Pada proses pengalengan dapat menggunakan asam sitrat untuk menurunkan pH sampai 4, atau lebih rendah (Furia, 1972). Asam sitrat bersifat “Chelating Agent” yaitu dapat mengikat atau mencengkram logam-logam bivalen seperti Mn, Mg dan Fe yang sangat dibutuhkan sebagai katalisator dalam reaksi-reaksi biologis, karena itu reaksi- reaksi biologis dapat dihambat dengan penambahan asam sitrat (Winarno dan Laksmi, 1974). Universitas Sumatera Utara
  • 8. Siklamat Siklamat merupakan garam Na dari asam siklamat dengan rumus molekul C6H11NHSO3Na. Na-Siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang disenangi. Sangat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisannya sekitar 30 x tingkat kemanisan tebu murni. Rasa manis siklamat masih dapat dirasakan sampai pengenceran 1 : 10.000. pH larutan siklamat 10 % terletak antara 5,5 sampai 7,5. Na-Siklamat dalam industri makanan dipakai sebagai bahan pemanis non industri sebagai pengganti sukrosa (Sudarmadji,1984). Pembuatan Sirup Sirsak Sirup adalah bahan minuman dari sari buah dengan kadar gula minimal 55%. Ke dalam sirup dapat ditambahkan bahan-bahan pengental, pengawet dan cita rasa. Sari buah yang dipergunakan disini adalah cairan buah yang tidak mengalami fermentasi yang diperoleh dari hasil pengepresan buah. Untuk mendapatkan sari buah yang baik, perlu dipisahkan dari bagian-bagian yang tidak larut dengan penyaringan (Makfoeld, 1982). Pembuatan sirup pada garis besarnya meliputi tahap-tahap sortasi, pencucian, pengupasan, pemotongan daging buah, pengisian ke dalam wadah, penutupan, pasteurisasi, pendinginan dan penyimpanan (Kylwe et al., 1956). Pengolahan sari buah sirsak menjadi sirup ditujukan untuk menaikkan nilai ekonomis buah sirsak. Selain itu juga ditujukan untuk menganekaragamkan bahan minuman dari sirsak dan sekaligus memperpanjang masa simpan. Syarat utama yang penting dan perlu mendapat perhatian dalam pembuatan sirup mulai dari bahan mentah sampai menjadi sirup yang dikonsumsi adalah jenis dan kualitas bahan mentah yang digunakan, kebersihan bahan dan alat, metode dan Universitas Sumatera Utara
  • 9. keefektifan pengolahan dan perlakuan mekanis terhadap produk (Desrosier, 1988). Ekstraksi Sari Buah Sari buah diperoleh dengan cara memasukkan daging buah yang telah dipisahkan dari kulit, biji, dan serat ke dalam blender. Penyaringan Pemisahan dilakukan dengan penyaringan sari buah yang bertujuan untuk memisahkan serat, biji atau benda asing lainnya. Penyaringan sebaiknya dilakukan bertahap. Tahap pertama dimaksudkan untuk menghilangkan partikel kasar, selanjutnya untuk menghilangkan partikel yang lebih halus (Braverman, 1949). Pembotolan Gelas sebagai alat pengemasan, saat ini masih merupakan jenis kemasan yang sangat penting dan untuk kemasan yang biasa digunakan adalh botol. Sifat kimia dari gelas adalah inert, tetapi korosif pada bagian tutupnya dan mudah pecah karena tekanan dari dalam, berbenturan atau perbedaan panas yang mendadak. Oleh karena itu gelas harus dipanaskan secara perlahan-lahan dan tidak boleh langsung pada suhu tinggi karena dapat pecah jika terjadi perbedaan panas yang cepat. Dalam penggunaannya botol harus disterilisasi terlebih dahulu pada suhu sekitar 750C selama 24 jam, dimana sterilisasi ini bertujuan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang ada dalam botol (Winarno, 1984). Universitas Sumatera Utara
  • 10. Pasteurisasi Pasteurisasi bertujuan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan mencegah aktivitas enzim. Suhu dan lamanya pasteurisasi yang digunakan tergantung dari jumlah dan resistensi mikrobia yang terdapat di dalam bahan pangan serta kepekaan bahan terhadap panas. Pasteurisasi dilakukan dengan menggunakan suhu dibawah 1000C (Houghton, 1984). Perubahan-Perubahan Selama Penyimpanan Bila ditinjau dari penyebab kerusakan pada bahan-bahan hasil pertanian buah dalam bentuk hasil olahan, kerusakan dapat terjadi oleh kerusakan mikrobiologis (Winarno dan Rahayu, 1994). Kerusakan mikrobiologis yang terjadi pada daging buah sirsak adalah disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada daging buah dan pertumbuhan mikrobia selama penyimpanan. Adapun yang mempengaruhi pertumbuhan mikrobia tersebut adalah waktu, pH, temperatur, air, tersedianya oksigen, cahaya dan faktor-faktor kimia yang terdapat selama penyimpanan (Buckle, dkk, 1987). Perubahan Asam Organik Asam organik banyak terdapat dalam buah-buahan. Khamir dan kapang dapat mencegah asam yang terdapat dalam bahan makanan. Asam organik ini merupakan substrat bagi kelangsungan aktivitas mikrobia sebagai sumber energi. Jumlah asam pada sari buah dapat juga disebabkan oleh adanya mikrobia yang menggunakan asam organik untuk pertumbuhannya (Frazeir and Westhoff, 1979). Universitas Sumatera Utara
  • 11. Asam organik yang banyak terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran adalah asam sitrat dan asam malat. Asam sitrat merupakan asam organik terutama pada buah jeruk, jambu biji, markisa, dan lain-lain. Sedangkan asam malat merupakan asam organik utama pada buah apel, pisang, dan lain-lain. Asam sitrat dapat dirombak oleh Lactobacillus yang mungkin terdapat pada daging buah menjadi asam suksinat (Frazeir and Westhoff, 1979). Perombakan asam sitrat menjadi asam suksinat oleh Lactobacillus dapat dilihat pada gambar dibawah ini : CH2 COOH CH2 COOH HO – C COOH Lactobacilli + 2CO2 CH2 COOH CH2 COOH Asam sitrat Asam suksinat HO CH COOH CH3 CH COOH Lactobacilli + CO2 CH2 COOH OH Asam malat Asam laktat Gambar 1. Reaksi Metabolisme Asam Sitrat Menjadi Asam Sukinat dan Asam Malat Menjadi Asam Laktat Perubahan Kandungan Vitamin C Pada umumnya buah merupakan sumber vitamin C yang penting, sehingga stabilitas vitamin C dalam pengolahan dan penyimpanan buah serta hasil pengolahannya merupakan masalah yang paling penting diperhatikan. Dalam pengolahan dan penyimpanan sering terjadi kehilangan kandungan vitamin C karena vitamin C tidak tahan terhadap panas dan mudah teroksidasi. Asam Universitas Sumatera Utara
  • 12. askorbat dan garam natriumnya sangat stabil dalam keadaan tanpa air, tetapi dalam keadaan ada air dan oksigen atau bahan pengoksidasi lainnya maka asam askorbat menjadi sangat labil (Hulme, 1977). Vitamin C mudah rusak karena adanya oksigen terutama pada suhu tinggi dan vitamin ini mudah hilang selama pengolahan dan penyimpanan. Peristiwa oksidasi asam askorbat dipercepat dengan adanya cahaya, enzim sebagai katalisator, logam seperti Cu, Fe, dan Mg di dalam wadah. Asam askorbat mempunyai sifat pereduktif yang kuat dimana terdapat gugus hidroksin pada atom karbon yang berikatan rangkap sehingga dengan cepat dapat dioksidasi oleh udara (Apandi, 1984). Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam L-dehidroaskorbat yang secara kimia sangat labil dan mengalami perubahan-perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketoglukonat, yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi. Dan jika oksidasi berlanjut terus, akan terbentuk asam oksalat dan asam treonat (Winarno, 1995). Reaksi metabolisme vitamin C adalah sebagai berikut : O = C O = C COOH HO C O = C O = C HO C O + O = C O + O = C H C H C H C OH HO C H HO C H HO C H CH2OH CH2OH CH2OH Asam L-Askorbat Asam L-dehidro Askorbat Asam L-deketoglukonat COOH COOH + H C OH COOH HO C H CH2OH Asam Oksalat Asam L-Treonat Gambar 2. Perubahan Asam Askorbat (Winarno, 1984). Universitas Sumatera Utara