SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X
Volume 6, Nomor 3 Juli 2005
Halaman: 160-163
♥ Alamat korespondensi:
Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126
Tel. & Fax.: +62-271-663375
e-mail: biology@mipa.uns.ac.id
Kajian Pembentukan Warna pada Monascus-Nata Kompleks
dengan Menggunakan Kombinasi Ekstrak Beras, Ampas Tahu
dan Dedak Padi sebagai Media
Study on coloration of Monascus-nata complex using combination of rice flour, tofu
solid waste, and rice bran extracts as the medium
TIAS HESTI KUSUMAWATI, SURANTO, RATNA SETYANINGSIH♥
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126.
Diterima: 4 Agustus 2004. Disetujui: 21 Januari 2005.
ABSTRACT
Monascus-nata complex was made up from fermented nata which was grown in the medium containing Monascus purpureus fungi, that
could be used as coloration of nata. Rice flour usually used as medium to produce pigments by M. purpureus. Tofu solid waste and rice
bran could be used to produce pigments although the colour intensity of M. purpureus pigment was lower than rice. The aims of these
research were to study colour, pH medium and weight of miselium Monascus-nata complex from the combination of rice flour with tofu solid
waste extracts and rice flour with rice bran extracts as the medium. In these research, 5% (b/v) rice flour extracts, combination of rice flour
extract : tofu solid waste extract in the ratio of 1:1, 1:2, 1:3 and rice flour : rice bran extracts in the ratio of 1:1, 1:2, 1:3 were used as the
medium. Ten nata de coco (1x1x1 cm
3
) were put in to the extracts of medium (100mL) in bottle, then inoculated with 10% (v/v) starter of M.
purpureus containing 1.3x10
7
cfu/mL and incubated at room temperature on an orbital shaker at 100 rpm for 16 days. Parameters which
were measured, i.e. colour intensity, preferable test, pH medium, weight of miselium Monascus-nata complex. Data were analyzed using
analysis of variant and followed by DMRT in 5% significations except preferable test which were analyzed using hedonic test. Combination
of rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 could be used to replace rice flour extracts on the making of Monascus-nata
complex. Orange colour intensity from rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 was higher than from rice flour extracts.
Orange colour intensity from rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 and rice flour were 0.156 and 0.123 respectively.
Red colour intensity from medium rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 approach the red colour intensity of rice flour.
Red colour intensity from medium rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 and rice flour extract were 0.088 and 0.145
respectively. All of pH value decreased from 7 to 6.82. Weight of miselium Monascus-nata complex from all medium was average 0.024 g.
 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
Key words: Monascus-nata complex, rice flour, tofu solid waste, rice bran.
PENDAHULUAN
Persaingan produk makanan di pasaran semakin
meningkat. Agar produk makanan dapat bersaing dan
dipilih oleh konsumen, produk makanan harus memiliki rasa
yang enak, warna yang menarik, nilai gizi tinggi serta
ekonomis. Pertimbangan-pertimbangan di atas menjadi
dasar digunakannya zat-zat tambahan, khususnya zat
warna baik sintetis maupun alami untuk meningkatkan
kualitas produk terutama penampakannya. Industri
makanan lebih banyak menggunakan zat warna sintetis
daripada zat warna alami karena lebih murah dan mudah
didapat. Penggunaan zat warna sintetis yang boleh
digunakan semakin berkurang karena banyak yang
menimbulkan alergi dan berbahaya bagi manusia. Kondisi
ini mendorong usaha pengembangan produk bahan
tambahan makanan terutama zat pewarna yang bersifat
alami. Menurut Sukandar (2000) sebagian besar pewarna
alami berasal dari ekstrak tumbuhan, hewan, atau dari
mikroorganisme.
Produksi bahan tambahan makanan menggunakan
mikroorganisme semakin meningkat. Salah satu
mikroorganisme yang dapat menghasilkan bahan pewarna
alami adalah Monascus purpureus. Pigmen yang dihasilkan
oleh M. purpureus sangat stabil dan aman digunakan
sebagai bahan tambahan makanan (Fabre et al., 1993;
Sheu et al., 2000). Jamur M. purpureus sudah banyak
dimanfaatkan untuk menghasilkan pigmen melalui proses
fermentasi baik pada substrat padat maupun cair. Beras
adalah media yang paling banyak digunakan dalam proses
fermentasi dan dikenal dengan nama angkak (red rice)
(Bakošová et al., 2001). Limbah industri makanan seperti
dedak padi, ampas tahu dan onggok dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan pigmen merah oleh M. purpureus
tetapi intensitas warna yang dihasilkan tidak sebaik beras.
Kombinasi dedak padi, ampas tahu dan onggok, dapat
digunakan untuk menggantikan sebagian beras yang
digunakan sebagai substrat (Jenie dkk., 1994).
Pewarnaan nata dapat memperbaiki penampakannya
sebagai bahan makanan. Sheu et al. (2000) menggunakan
M. purpureus untuk memberi warna pada nata. Nata,
selulosa bakteri yang dihasilkan oleh A. xlynum, diwarnai
dengan cara melakukan fermentasi menggunakan M.
purpureus pada media cair. Nata yang diwarnai dengan
KUSUMAWATI dkk. – Pembentukan warna pada Monascus-nata kompleks 161
cara seperti ini disebut Monascus-nata kompleks. Warna
yang tampak pada nata disebabkan pigmen yang berada di
dalam miselium M. purpureus (intraseluler) dan miselium
tersebut dapat tumbuh di dalam jaringan selulosa nata.
Sheu et al. (2000) menyatakan bahwa pewarnaan
menggunakan pigmen yang dihasilkan oleh M. purpureus
sangat stabil dan tidak mengubah rasa nata.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut di atas, maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji pembentukan
warna, pH media, berat miselia Monascus-nata kompleks
dalam media yang dibuat dari kombinasi ekstrak beras
dengan ampas tahu dan ekstrak beras dengan dedak padi.
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat
diketahui perbandingan media yang dapat digunakan dalam
pembuatan Monascus-nata kompleks.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Pembuatan nata de coco membutuhkan: gula pasir,
kecambah kacang hijau, air kelapa masak, asam asetat
25%, biakan murni A. xlynum yang diperoleh dari Lab.
Biologi Tanah Fak. Pertanian UNS Surakarta. Fermentasi
Monascus-nata kompleks membutuhkan: beras IR-28,
ampas tahu, dedak padi, biakan murni M. purpureus FNCC
6008 yang diperoleh dari Lab. Pangan dan Gizi PAU UGM,
NaOH 1M, akuades, PDA (Potato Dextrosa Agar), NH4NO3,
KH2PO4, MgSO4H2O. Ekstraksi pigmen Monascus-nata
kompleks membutuhkan: metanol.
Cara kerja
Pembuatan Nata de coco
Pembuatan kultur kerja. Kultur kerja dibuat dengan
cara menginokulasikan 1 ose kultur murni bakteri A. xlynum
ke dalam media agar miring dan diinkubasi pada suhu
kamar selama 24 jam. Komposisi media agar miring sama
dengan media fermentasi nata, tetapi ditambah agar 2%
(Rahayu dkk., 1993).
Pembuatan starter nata. Komposisi media untuk
starter sama dengan media untuk fermentasi. Media
disterilkan dengan autoclave pada suhu 121°C selama 15
menit. Sebanyak 2 mL media steril dimasukkan ke dalam
kultur kerja dan diinkubasi pada suhu kamar selama 72
jam, kemudian dipindahkan ke dalam media sebanyak 100
mL dan diinkubasi pada suhu kamar selama 72 jam. Starter
siap dipakai setelah timbul lapisan nata di permukaan
media (Rahayu dkk., 1993).
Fermentasi nata. Media fermentasi diatur pH-nya
menjadi 4 dengan cara menambahkan asam asetat 25%
sebanyak kurang lebih 18-20 mL/L, kemudian disterilkan
pada suhu 121°C selama 15 menit. Setelah dingin 10%
(v/v) starter dimasukkan ke dalam media fermentasi.
Wadah fermenter ditutup dengan kertas dan diikat dengan
karet. Fermentasi nata berlangsung selama 12 hari
(Rahayu dkk., 1993).
Pemanenan nata. Lapisan nata yang terbentuk dengan
ketebalan kurang lebih 1 cm diambil kemudian dipotong
dengan ukuran 1x1x1cm
3
. Potongan nata direndam dalam
air selama kurang lebih 3 hari dan setiap hari air diganti
(Rahayu dkk., 1993).
Pembuatan Monascus-nata kompleks
Pembuatan kultur kerja Kultur murni jamur M.
purpureus diperbanyak dengan cara menginokulasikan satu
ose kultur ke media PDA miring dan diinkubasi pada suhu
kamar selama 8 hari. Kultur siap digunakan sebagai kultur
kerja (Jenie, 1995; Sheu et al., 2000).
Pembuatan starter M. purpureus. Media diatur pH nya
menjadi netral dengan menambahkan NaOH 1M sebanyak
kurang lebih 25 mL/L, kemudian disterilisasi pada suhu
121°C selama 15 menit. Setelah dingin, media diinokulasi
dengan 5 tabung kultur kerja dan diinkubasi selama 7 hari
dengan shaker kecepatan 100 rpm pada suhu kamar.
Starter yang telah berumur 7 hari berisi 1,3x10
7
cfu/mL
(Sheu et al., 2000; Jenie, 1995)
Penyiapan media fermentasi Monascus-nata
kompleks. Media fermentasi yang digunakan adalah
ekstrak beras, ampas tahu, dedak padi. Ekstrak beras,
ampas tahu dan dedak padi dibuat dengan cara
menyiapkan tepung beras, ampas tahu dan dedak padi
terlebih dahulu, dengan komposisi 5% (b/v) tepung beras,
tepung beras:ampas tahu (1:1, 1:2, 1:3), tepung
beras:dedak padi(1:1, 1:2, 1:3) kemudian dididihkan pada
suhu 100°C selama 30 menit dan disaring. Tepung ampas
tahu dan dedak padi dibuat dengan mengeringkan ampas
tahu dan dedak padi dalam oven pada suhu 60°C selama 2
hari, kemudian dihaluskan menggunakan blender.
Pembuatan tepung beras dilakukan dengan cara mencuci
beras kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 60°C
selama 1 hari dan dihaluskan (Jenie dkk., 1994).
Fermentasi Monascus-nata kompleks. Media
fermentasi dinetralkan dengan menambahkan 1M NaOH
sebanyak kurang lebih 25 mL tiap 1 L. Sepuluh potongan
nata de coco dimasukkan ke dalam media fermentasi (100
mL) dalam botol jam. Setelah disterilisasi dalam autoclave
pada suhu 121°C selama 20 menit, kemudian didinginkan.
Setiap botol diinokulasi dengan starter sebanyak 10% (v/v).
Fermentasi berlangsung selama 16 hari dan dilakukan
dengan shaker kecepatan 100 rpm pada suhu kamar (Jenie
dkk., 1994; Sheu et al., 2000).
Ekstraksi pigmen
Monascus-nata kompleks dikeringkan pada suhu 70°C
selama 24 jam. Kompleks yang sudah kering sebanyak
0,07 g ditumbuk dengan mortar dan ditambah 10 mL
metanol sambil diaduk dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi kemudian didiamkan selama 24 jam. Campuran
kemudian disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama
30 menit. Supernatan disaring dengan kertas saring dan
merupakan pigmen intraseluler yang akan diukur intensitas
warnanya menggunakan Spektrofotometer UV-VIS (Kanoni
dan Astuti, 1988; Jenie, 1995).
Pengukuran parameter
Parameter yang diukur adalah warna Monascus-nata
kompleks meliputi intensitas warna (Kanoni dan Astuti,
1988) dan uji kesukaan warna (Kartika dkk., 1988), pH media,
berat miselia Monascus-nata kompleks. Semua parameter
diukur pada akhir fermentasi yaitu setelah hari ke-16.
Rancangan percobaan
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan satu faktor, 7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan
yang digunakan sebagai berikut:
PO= ekstrak beras
P1 = ekstrak beras: ampas tahu (1:1)
P2 = ekstrak beras: ampas tahu (1:2)
P3 = ekstrak beras: ampas tahu (1:3)
P4 = ekstrak beras: dedak padi (1:1)
P5 = ekstrak beras: dedak padi (1:2)
P6 = ekstrak beras: dedak padi (1:3)
terhadap variabel bebas yaitu kombinasi media sedangkan
variabel terikat adalah warna, pH media, berat miselia
Monascus-nata kompleks.
BIODIVERSITAS Vol. 6, No. 3, Juli 2005, hal. 160-163162
Analisis data
Data dianalisis dengan Analisis Variansi (ANAVA) untuk
mengetahui pengaruh perlakuan terhadap semua variabel
pengamatan, dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range
Test (DMRT) pada taraf 5% (Sugandi dan Sugiarto, 1994)
untuk mengetahui perlakuan media yang menunjukkan
beda nyata, sedangkan untuk uji kesukaan digunakan
Metode Hedonik (Kartika dkk., 1988).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Warna Monascus-nata kompleks
Intensitas warna
Hasil pengukuran intensitas warna (Tabel 1; Gambar 1)
menunjukkan bahwa Monascus-nata kompleks yang
menggunakan media fermentasi ekstrak beras : ekstrak
ampas tahu perbandingan 1:1 memiliki intensitas warna
merah yang paling mendekati intensitas warna merah pada
media ekstrak beras yaitu sebesar 0,088. Pada media
ekstrak beras intensitas warna merah paling tinggi yaitu
sebesar 0,145, sedangkan pada media fermentasi ekstrak
beras:dedak padi perbandingan 1:3 intensitas warna merah
terendah yaitu sebesar 0,043. Intensitas warna jingga yang
didapatkan pada media fermentasi ekstrak beras : ekstrak
ampas tahu perbandingan 1:1 sebesar 0,156 sedikit lebih
tinggi daripada yang didapatkan pada media ekstrak beras
sebesar 0,123. Intensitas warna jingga terendah didapatkan
pada media fermentasi ekstrak beras:dedak padi (1:3) yaitu
sebesar 0,065.
Menurut Lin (1973) media fermentasi yang paling baik
untuk pembentukan pigmen merah oleh Monascus
purpureus adalah bahan yang mengandung pati sebagai
sumber karbon (C). Intensitas warna merah tertinggi
didapatkan pada media ekstrak beras dikarenakan
komponen utama beras adalah pati sebagai sumber C yaitu
sebesar 80%. Pembentukan pigmen dipengaruhi oleh jenis
karbohidrat dan perbandingan C dengan N. Bila konsentrasi
C dalam media meningkat harus diimbangi dengan
peningkatan konsentrasi N yang dibutuhkan untuk
mencapai pertumbuhan maksimum dan pembentukan
pigmen (Broder dan Koehler, 1980). Kombinasi media
ekstrak beras dengan ampas tahu dan ekstrak beras
dengan dedak padi yang digunakan pada perbandingan
1:1; 1:2; 1:3, dengan bagian ekstrak ampas tahu dan dedak
padi yang semakin meningkat menghasilkan intensitas
warna merah maupun jingga yang semakin menurun.
Penurunan intensitas warna pada media ekstrak beras :
ekstrak ampas tahu dan ekstrak beras:dedak padi dengan
bagian ekstrak ampas tahu dan dedak padi yang semakin
meningkat kemungkinan disebabkan perbandingan C dan N
di dalam media tidak terdapat dalam jumlah yang seimbang
untuk mendukung pembentukan pigmen.
Jenis karbohidrat di dalam media yang digunakan
sangat mempengaruhi pembentukan pigmen. Percobaan
yang dilakukan Sheu et al. (2000) menggunakan maltosa
didapatkan Monascus-nata kompleks yang berwarna merah
tua sedangkan bila digunakan sukrosa Monascus-nata
kompleks yang didapatkan berwarna merah muda.
Perbedaan jenis karbohidrat yang terdapat di dalam media
kemungkinan menyebabkan intensitas warna jingga dan
merah juga berbeda. Perbandingan C dan N dan juga
kemungkinan adanya jenis karbohidrat yang berbeda di
dalam media diduga menyebabkan intensitas warna yang
didapatkan juga berbeda.
Tabel 1. Intensitas warna jingga (λ 400 nm) dan merah (λ 500 nm)
Monascus-nata kompleks setelah fermentasi 16 hari pada berbagai
macam media.
Intensitas warna
Perla-
kuan
Jingga
(λ 400 nm)
Merah (λ
500 nm)
Nilai
kesukaan
warna
Nilai pH
Rerata
berat
miselia (g)
PO 0,123
b
0,145
d
3,32 6,84
bc
0,026
P1 0,156
c
0,088
c
2,28 6,91
c
0,021
P2 0,093
a
0,065
b
3,07 6,93
c
0,028
P3 0,085
a
0,053
ab
3,78 6,85
bc
0,017
P4 0,088
a
0,052
ab
4,15 6,78
ab
0,022
P5 0,076
a
0,052
ab
4,65 6,67
a
0,025
P6 0,065
a
0,043
a
4,10 6,75
ab
0,029
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan tidak beda nyata berdasar DMRT 5%. Nilai
kesukaan: 1 = sangat suka, 2 = suka, 3 = biasa saja, 4 = kurang
suka, 5 = tidak suka, 6 = sangat tidak suka.
A B C D
E F G
Gambar 1. Warna Monascus-nata kompleks setelah fermentasi 16 hari, yang diperoleh dari: media ekstrak beras (A); media ekstrak beras:
ampas tahu perbandingan 1:1 (B) 1:2 (C) 1:3 (D); media ekstrak beras:dedak padi perbandingan 1:1 (E) 1:2 (F) 1:3 (G).
163
Kesukaan warna
Tabel 1 menunjukkan bahwa kesukaan panelis terhadap
warna Monascus-nata kompleks berada pada skala 2-4
yaitu antara nilai kesukaan suka sampai kurang suka. Dari
hasil ranking dan analisis uji kesukaan dapat diketahui
bahwa kesukaan terhadap warna Monascus-nata kompleks
yang didapatkan dari media ekstrak beras : ekstrak ampas
tahu perbandingan 1:1 dianggap para panelis paling disukai
karena warna jingga yang terlihat paling tajam di antara
sampel yang lain, sedangkan kompleks yang didapatkan
dari media ekstrak beras:dedak padi perbandingan 1:2
dianggap paling tidak disukai karena warnanya kurang
tajam dan merata.
Nilai pH
Hasil pengukuran pH media setelah fermentasi selama
16 hari dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai pH tertinggi
didapatkan pada media ekstrak beras : ekstrak ampas tahu
perbandingan 1:2 dan pH terendah pada media ekstrak
beras:dedak padi perbandingan 1:2. Nilai pH setelah
fermentasi selama 16 hari mengalami penurunan dari pH
awal 7 menjadi sekitar 6,82. Penurunan pH disebabkan
karena adanya dekomposisi protein pada media (Jenie,
1995). Menurut Lehninger (1993) protein dibentuk oleh
adanya asam-asam amino yang berikatan kovalen. Adanya
asam-asam amino bergugus samping (R) bermuatan (-)
dalam media campuran yang mempunyai kecenderungan
melepaskan ion H+
diduga menyebabkan penurunan pH.
Dua asam amino yang mengandung gugus R bermuatan
negatif adalah asam aspartat dan asam glutamat.
Nilai pH media di bawah 5 lebih mendukung
pembentukan pigmen merah (Jenie dkk., 1994). Pada nilai
pH yang rendah terdapat lebih banyak gugus =NH yang
berasal dari pemecahan protein. Menurut Carels dan
Shepherd (1977) pigmen merah terbentuk dari penggantian
atom oksigen pada cincin piranoid dari monascorubrin atau
rubropunctatin (pigmen jingga) dengan gugus = NH. Lebih
rendahnya intensitas warna merah dibandingkan intensitas
warna jingga dapat dikaitkan dengan pH media yaitu sekitar
6. Pada kisaran pH tersebut gugus =NH yang terdapat
dalam media tidak tersedia dalam jumlah yang cukup
banyak untuk menggantikan atom O pada cincin piranoid
dari pigmen jingga, sehingga pigmen merah yang
dihasilkan lebih sedikit.
Berat miselia
Pada pengamatan Monascus-nata kompleks menggu-
nakan SEM (Scanning Electron Microscopy) diketahui bah-
wa miselia Monascus dapat tumbuh di dalam jaringan selu-
losa nata (Sheu et al., 2000). Penghitungan berat miselia
Monascus-nata kompleks dilakukan dengan mencari selisih
berat kering sesudah dengan sebelum fermentasi. Hasil
penghitungan berat miselia dapat dilihat pada Tabel 1.
Analisis Variansi menunjukkan bahwa penggunaan media
dengan perbandingan yang berbeda tidak mempengaruhi
berat miselia yang didapatkan. di dalam Monascus-nata
kompleks, sehingga tidak dilanjutkan dengan DMRT 5%.
Berat miselia yang tidak berbeda nyata antar perlakuan
menunjukkan bahwa pertumbuhan Monascus di dalam nata
tidak dipengaruhi oleh perbandingan ampas tahu maupun
dedak padi yang berbeda.
Pembentukan pigmen Monascus dimulai pada fase
pertumbuhan lambat dan mulai meningkat pada fase
pertumbuhan stasioner (Jenie dkk., 1994). Dari pernyataan
tersebut dapat diketahui bahwa pembentukan pigmen
dimulai sesudah pertumbuhan terjadi. Nutrisi yang
terkandung pada media digunakan untuk memenuhi
pertumbuhan terlebih dahulu. Apabila pertumbuhan
mencapai maksimum, nutrisi yang tersisa pada media
digunakan untuk pembentukan pigmen. Penggunaan media
ekstrak beras : ekstrak ampas tahu dan ekstrak
beras:dedak padi pada perbandingan 1:1;1:2;1:3 tidak
mempengaruhi pertumbuhan jamur di dalam nata tetapi
mempengaruhi intensitas warna yang dihasilkan. Hal ini
kemungkinan disebabkan pada media yang digunakan,
jamur Monascus purpureus membutuhkan sejumlah nutrisi
yang hampir sama untuk mencapai pertumbuhan
maksimum. Apabila pertumbuhan maksimum tercapai,
nutrisi yang tersisa digunakan untuk pembentukan pigmen.
Kemungkinan ada-nya perbedaan jumlah nutrisi yang
tersisa menyebabkan intensitas warna yang dihasilkan juga
berbeda.
KESIMPULAN
Media ekstrak beras : ekstrak ampas tahu pada
perbandingan 1:1 dapat digunakan untuk mengganti media
ekstrak beras dalam pembuatan Monascus-nata kompleks.
Intensitas warna jingga Monascus-nata kompleks yang
didapatkan dari media ekstrak beras : ekstrak ampas tahu
(1:1) sebesar 0,156 lebih tinggi dari intensitas warna jingga
yang didapatkan dari media ekstrak beras sebesar 0,123.
Intensitas warna merah yang didapatkan pada media
ekstrak beras : ekstrak ampas tahu pada perbandingan
(1:1) sebesar 0,089 paling mendekati intensitas warna
merah yang didapatkan dari media ekstrak beras sebesar
0,145. Nilai pH pada semua media turun dari 7 menjadi
sekitar 6,82. Berat miselia Monascus-nata kompleks yang
didapatkan dari semua media sekitar 0,024.
DAFTAR PUSTAKA
Bakošová, A., D. Mate, A. Laciakova, and M. Pipova, 2001. Utilization of
Monascus purpureus in the production of foods of animal origin.
Bulletin Veterinary Institute of Pulawy 45: 111-116.
Broder, C.U., and P.E. Koehler, 1980. Pigments produced by Monascus
purpureus with regard to quality and quantity. Journal of Food Science
45: 567-569.
Carels, M. and D. Shepherd, 1977. The effect of different nitrogen sources
on pigment production and sporulation of Monascus species in
submerged, shaken culture. Canadian Journal of Microbiology 23: 1360-
1372.
Fabre, C.E., G. Goma, and P.J. Blanc. 1993. Production and food
applications of the red pigments of Monascus ruber. Journal of Food
Science 58 (5): 1099-1102.
Jenie, B.S.L. 1995. Utilization of tofu and tapioca solid wastes and rice bran
to produce red pigments by Monascus purpureus in tofu liquid waste
medium. Indonesian Food and Nutrition Progress 2 (2): 24-29.
Jenie, B.S.L., Helianti, dan S. Fardiaz, 1994. Pemanfaatan ampas tahu,
onggok dan dedak untuk produksi pigmen merah oleh Monascus
purpureus. Buletin Teknologi dan Industri Pangan 5 (2): 22-29.
Kanoni, S. dan M. Astuti, 1988. Kajian tentang Keamanan Zat Warna dari
Monascus purpureus. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.
Kartika, B., P. Hastuti, dan W. Supartono, 1988. Pedoman Uji Inderawi
Bahan Pangan. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.
Lehninger, A.L. 1993. Dasar-dasar Biokimia. Jilid I. Jakarta: Penerbit
Airlangga.
Lin, C.F. 1973. Isolation and Cultural Conditions of Monascus sp for the
Production of Pigment in a Submerged Culture. Journal of Fermentation
Technology 51: 135-142.
Rahayu, E.S., I. Retno, U.Tyas, H. Eny, dan M.N. Cahyanto, 1993. Bahan
Pangan Hasil Fermentasi. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.
Sheu, E., C.L. Wang, and Y.T. Shyu, 2000. Fermentation of Monascus
purpureus on bacterial cellulosa-nata and the color stability of
Monascus-nata complex. Journal of Food Science 65 (2): 342-345.
Sugandi dan Sugiarto, 1994. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Andi Offset.
Sukandar, U. 2000. Singkong sebagai substrat yang potensial untuk produksi
zat warna Monascus. Proseding Seminar Nasional Teknologi Proses
Kimia V. Jakarta: Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik UI.
Monascus nata kompleks

More Related Content

What's hot

Tapai dari beras jagung
Tapai dari beras jagungTapai dari beras jagung
Tapai dari beras jagungSilvi Natalia
 
Pengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putu
Pengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putuPengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putu
Pengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putuFirlita Nurul Kharisma
 
presentasi praktik pengeringan
presentasi praktik pengeringanpresentasi praktik pengeringan
presentasi praktik pengeringandanivita
 
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...Firlita Nurul Kharisma
 
Tumbuhan bahan pestisida nabati
Tumbuhan bahan pestisida nabatiTumbuhan bahan pestisida nabati
Tumbuhan bahan pestisida nabatiFachroezi Addam
 
Zenia ika, kulit_singkong_untuk_putu
Zenia ika, kulit_singkong_untuk_putuZenia ika, kulit_singkong_untuk_putu
Zenia ika, kulit_singkong_untuk_putuZenia Ika Savitri
 
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarLaporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarSusy Amelia
 
Laporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum TahuLaporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum TahuErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum TempeLaporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum TempeErnalia Rosita
 
Kajian sifat-fisik-dan-kimia-tepung-kulit-pisanghasil-pengeringan-oven-dan-jemur
Kajian sifat-fisik-dan-kimia-tepung-kulit-pisanghasil-pengeringan-oven-dan-jemurKajian sifat-fisik-dan-kimia-tepung-kulit-pisanghasil-pengeringan-oven-dan-jemur
Kajian sifat-fisik-dan-kimia-tepung-kulit-pisanghasil-pengeringan-oven-dan-jemurYoedha Syasongkho
 
Laporan akhir pembuatan pupuk
Laporan akhir pembuatan pupukLaporan akhir pembuatan pupuk
Laporan akhir pembuatan pupukafifauliya
 
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPASLaporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melalui
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melaluiEvaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melalui
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melaluiika rini
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Program Aplikasi Hasil Penelitian
Program Aplikasi Hasil PenelitianProgram Aplikasi Hasil Penelitian
Program Aplikasi Hasil PenelitianArdi Novra
 

What's hot (20)

Tapai dari beras jagung
Tapai dari beras jagungTapai dari beras jagung
Tapai dari beras jagung
 
Pengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putu
Pengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putuPengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putu
Pengolahan limbah kulit singkong dalam pembuatan kue putu
 
presentasi praktik pengeringan
presentasi praktik pengeringanpresentasi praktik pengeringan
presentasi praktik pengeringan
 
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
Pengolahan limbah kulit pisang menjadi tepung untuk berbagai bahan makanan ku...
 
Dasar teori
Dasar teoriDasar teori
Dasar teori
 
Tumbuhan bahan pestisida nabati
Tumbuhan bahan pestisida nabatiTumbuhan bahan pestisida nabati
Tumbuhan bahan pestisida nabati
 
Zenia ika, kulit_singkong_untuk_putu
Zenia ika, kulit_singkong_untuk_putuZenia ika, kulit_singkong_untuk_putu
Zenia ika, kulit_singkong_untuk_putu
 
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarLaporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
 
Laporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum TahuLaporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum Tahu
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
 
Laporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum TempeLaporan Praktikum Tempe
Laporan Praktikum Tempe
 
Kajian sifat-fisik-dan-kimia-tepung-kulit-pisanghasil-pengeringan-oven-dan-jemur
Kajian sifat-fisik-dan-kimia-tepung-kulit-pisanghasil-pengeringan-oven-dan-jemurKajian sifat-fisik-dan-kimia-tepung-kulit-pisanghasil-pengeringan-oven-dan-jemur
Kajian sifat-fisik-dan-kimia-tepung-kulit-pisanghasil-pengeringan-oven-dan-jemur
 
Laporan akhir pembuatan pupuk
Laporan akhir pembuatan pupukLaporan akhir pembuatan pupuk
Laporan akhir pembuatan pupuk
 
1.2 dsa
1.2 dsa1.2 dsa
1.2 dsa
 
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPASLaporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Bakso - UNPAS
 
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melalui
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melaluiEvaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melalui
Evaluasi mutu dan daya simpan roti manis yang dibuat melalui
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Roti Manis dan Roti Tawar - UNPAS
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Sambal Bubuk - UNPAS
 
Modul praktikum
Modul praktikumModul praktikum
Modul praktikum
 
Program Aplikasi Hasil Penelitian
Program Aplikasi Hasil PenelitianProgram Aplikasi Hasil Penelitian
Program Aplikasi Hasil Penelitian
 

Similar to Monascus nata kompleks

ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME RiaAnggun
 
artikel lepas nanas, andrian.docx
artikel lepas nanas, andrian.docxartikel lepas nanas, andrian.docx
artikel lepas nanas, andrian.docxandrianteguh1
 
TRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docx
TRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docxTRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docx
TRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docxAnggaprasetya36
 
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...dewi inne kumalasari
 
Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80Dedi Hutapea
 
PENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptx
PENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptxPENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptx
PENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptxoliviakomansilan3
 
Aplikasi Sederhana pada Pertanian Organik
Aplikasi Sederhana pada Pertanian OrganikAplikasi Sederhana pada Pertanian Organik
Aplikasi Sederhana pada Pertanian OrganikRas Riono
 
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptxProduksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptxmimingperdana
 
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 fSorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 fSuryadi Buyrami
 
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK Ilmianisa Azizah
 
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...Repository Ipb
 
Biologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologiBiologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologinurul limsun
 
Tugas pengantar bioteknologi tebu
Tugas pengantar bioteknologi tebuTugas pengantar bioteknologi tebu
Tugas pengantar bioteknologi tebuIkha Linzaykarisma
 
Pembahasn jurnal
Pembahasn jurnalPembahasn jurnal
Pembahasn jurnalEfi Sari
 
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...Repository Ipb
 

Similar to Monascus nata kompleks (20)

ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
 
artikel lepas nanas, andrian.docx
artikel lepas nanas, andrian.docxartikel lepas nanas, andrian.docx
artikel lepas nanas, andrian.docx
 
TRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docx
TRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docxTRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docx
TRANSFORMASI_GENA_SUCROSE_PHOSPHATE_SYNT.docx
 
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
 
Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80
 
PENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptx
PENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptxPENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptx
PENGARUH AUKSIN DAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTET ANGGREK.pptx
 
Aplikasi Sederhana pada Pertanian Organik
Aplikasi Sederhana pada Pertanian OrganikAplikasi Sederhana pada Pertanian Organik
Aplikasi Sederhana pada Pertanian Organik
 
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptxProduksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
Produksi_Protein_Sel_Tunggal.pptx
 
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 fSorgum & ubi kayu sebagai 3 f
Sorgum & ubi kayu sebagai 3 f
 
Pf
PfPf
Pf
 
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
 
Pertanian Organik Selada
Pertanian Organik SeladaPertanian Organik Selada
Pertanian Organik Selada
 
Penelitian tanaman
Penelitian tanamanPenelitian tanaman
Penelitian tanaman
 
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptxPPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
 
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
INDUKSI PROLIFERASI TUNAS IN VITRO Mentha piperita MELALUI PENAMBAHAN BAP DAN...
 
Sabun
SabunSabun
Sabun
 
Biologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologiBiologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologi
 
Tugas pengantar bioteknologi tebu
Tugas pengantar bioteknologi tebuTugas pengantar bioteknologi tebu
Tugas pengantar bioteknologi tebu
 
Pembahasn jurnal
Pembahasn jurnalPembahasn jurnal
Pembahasn jurnal
 
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...
 

More from Muhammad Luthfan

Kuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.ppt
Kuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.pptKuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.ppt
Kuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.pptMuhammad Luthfan
 
Seminar MM Universitas Brawijaya
Seminar MM Universitas BrawijayaSeminar MM Universitas Brawijaya
Seminar MM Universitas BrawijayaMuhammad Luthfan
 
Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892
Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892
Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892Muhammad Luthfan
 
Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892
Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892
Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892Muhammad Luthfan
 
Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892
Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892
Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892Muhammad Luthfan
 
Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02
Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02
Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02Muhammad Luthfan
 
Sterilisasi versi 2016 (FTP UB)
Sterilisasi versi 2016 (FTP UB)Sterilisasi versi 2016 (FTP UB)
Sterilisasi versi 2016 (FTP UB)Muhammad Luthfan
 
Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891
Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891
Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891Muhammad Luthfan
 
Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630
Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630
Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630Muhammad Luthfan
 
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806Muhammad Luthfan
 
Introduction to Electrophoresis
Introduction to ElectrophoresisIntroduction to Electrophoresis
Introduction to ElectrophoresisMuhammad Luthfan
 
Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892
Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892
Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892Muhammad Luthfan
 
Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02
Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02
Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02Muhammad Luthfan
 
Analisis Antioksidan + ORAC
Analisis Antioksidan + ORACAnalisis Antioksidan + ORAC
Analisis Antioksidan + ORACMuhammad Luthfan
 

More from Muhammad Luthfan (20)

Pengumuman.pptx
Pengumuman.pptxPengumuman.pptx
Pengumuman.pptx
 
Kuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.ppt
Kuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.pptKuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.ppt
Kuliah Mikrobiologi Umum FATTOMP 2014-150713101121-lva1-app6891.ppt
 
Lipid Evaluation (FTP UB)
Lipid Evaluation (FTP UB)Lipid Evaluation (FTP UB)
Lipid Evaluation (FTP UB)
 
Seminar MM Universitas Brawijaya
Seminar MM Universitas BrawijayaSeminar MM Universitas Brawijaya
Seminar MM Universitas Brawijaya
 
Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892
Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892
Forkita Potensi Diri 150809115556-lva1-app6892
 
Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892
Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892
Spl Solid Waste Treatment 150702072553-lva1-app6892
 
Polisakarida Fungsional
Polisakarida FungsionalPolisakarida Fungsional
Polisakarida Fungsional
 
Suplemen makanan
Suplemen makanan Suplemen makanan
Suplemen makanan
 
Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892
Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892
Spl Pengolahan Limbah Gas FTP UB 150702072311-lva1-app6892
 
Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02
Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02
Listeria FTP UB 150207083307-conversion-gate02
 
Sterilisasi versi 2017
Sterilisasi versi 2017Sterilisasi versi 2017
Sterilisasi versi 2017
 
Sterilisasi Versi 2015
Sterilisasi Versi 2015Sterilisasi Versi 2015
Sterilisasi Versi 2015
 
Sterilisasi versi 2016 (FTP UB)
Sterilisasi versi 2016 (FTP UB)Sterilisasi versi 2016 (FTP UB)
Sterilisasi versi 2016 (FTP UB)
 
Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891
Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891
Dasar Keteknikan (Dastek) Pengolahan Pangan FTP UB 150529064527-lva1-app6891
 
Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630
Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630
Manajemen sanitasi dan limbah industri 160704035630
 
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
PUP (Perencanaan Unit Pengolahan) Utilitas Air 160704042806
 
Introduction to Electrophoresis
Introduction to ElectrophoresisIntroduction to Electrophoresis
Introduction to Electrophoresis
 
Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892
Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892
Spl klasifikasi limbah 150702072113-lva1-app6892
 
Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02
Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02
Jenis - Jenis Pengawet Alami 141225053457-conversion-gate02
 
Analisis Antioksidan + ORAC
Analisis Antioksidan + ORACAnalisis Antioksidan + ORAC
Analisis Antioksidan + ORAC
 

Recently uploaded

materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxPutriAriatna
 

Recently uploaded (12)

materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
 

Monascus nata kompleks

  • 1. B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 6, Nomor 3 Juli 2005 Halaman: 160-163 ♥ Alamat korespondensi: Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126 Tel. & Fax.: +62-271-663375 e-mail: biology@mipa.uns.ac.id Kajian Pembentukan Warna pada Monascus-Nata Kompleks dengan Menggunakan Kombinasi Ekstrak Beras, Ampas Tahu dan Dedak Padi sebagai Media Study on coloration of Monascus-nata complex using combination of rice flour, tofu solid waste, and rice bran extracts as the medium TIAS HESTI KUSUMAWATI, SURANTO, RATNA SETYANINGSIH♥ Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126. Diterima: 4 Agustus 2004. Disetujui: 21 Januari 2005. ABSTRACT Monascus-nata complex was made up from fermented nata which was grown in the medium containing Monascus purpureus fungi, that could be used as coloration of nata. Rice flour usually used as medium to produce pigments by M. purpureus. Tofu solid waste and rice bran could be used to produce pigments although the colour intensity of M. purpureus pigment was lower than rice. The aims of these research were to study colour, pH medium and weight of miselium Monascus-nata complex from the combination of rice flour with tofu solid waste extracts and rice flour with rice bran extracts as the medium. In these research, 5% (b/v) rice flour extracts, combination of rice flour extract : tofu solid waste extract in the ratio of 1:1, 1:2, 1:3 and rice flour : rice bran extracts in the ratio of 1:1, 1:2, 1:3 were used as the medium. Ten nata de coco (1x1x1 cm 3 ) were put in to the extracts of medium (100mL) in bottle, then inoculated with 10% (v/v) starter of M. purpureus containing 1.3x10 7 cfu/mL and incubated at room temperature on an orbital shaker at 100 rpm for 16 days. Parameters which were measured, i.e. colour intensity, preferable test, pH medium, weight of miselium Monascus-nata complex. Data were analyzed using analysis of variant and followed by DMRT in 5% significations except preferable test which were analyzed using hedonic test. Combination of rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 could be used to replace rice flour extracts on the making of Monascus-nata complex. Orange colour intensity from rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 was higher than from rice flour extracts. Orange colour intensity from rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 and rice flour were 0.156 and 0.123 respectively. Red colour intensity from medium rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 approach the red colour intensity of rice flour. Red colour intensity from medium rice flour extract : tofu solid waste extracts in the ratio of 1:1 and rice flour extract were 0.088 and 0.145 respectively. All of pH value decreased from 7 to 6.82. Weight of miselium Monascus-nata complex from all medium was average 0.024 g.  2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta Key words: Monascus-nata complex, rice flour, tofu solid waste, rice bran. PENDAHULUAN Persaingan produk makanan di pasaran semakin meningkat. Agar produk makanan dapat bersaing dan dipilih oleh konsumen, produk makanan harus memiliki rasa yang enak, warna yang menarik, nilai gizi tinggi serta ekonomis. Pertimbangan-pertimbangan di atas menjadi dasar digunakannya zat-zat tambahan, khususnya zat warna baik sintetis maupun alami untuk meningkatkan kualitas produk terutama penampakannya. Industri makanan lebih banyak menggunakan zat warna sintetis daripada zat warna alami karena lebih murah dan mudah didapat. Penggunaan zat warna sintetis yang boleh digunakan semakin berkurang karena banyak yang menimbulkan alergi dan berbahaya bagi manusia. Kondisi ini mendorong usaha pengembangan produk bahan tambahan makanan terutama zat pewarna yang bersifat alami. Menurut Sukandar (2000) sebagian besar pewarna alami berasal dari ekstrak tumbuhan, hewan, atau dari mikroorganisme. Produksi bahan tambahan makanan menggunakan mikroorganisme semakin meningkat. Salah satu mikroorganisme yang dapat menghasilkan bahan pewarna alami adalah Monascus purpureus. Pigmen yang dihasilkan oleh M. purpureus sangat stabil dan aman digunakan sebagai bahan tambahan makanan (Fabre et al., 1993; Sheu et al., 2000). Jamur M. purpureus sudah banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan pigmen melalui proses fermentasi baik pada substrat padat maupun cair. Beras adalah media yang paling banyak digunakan dalam proses fermentasi dan dikenal dengan nama angkak (red rice) (Bakošová et al., 2001). Limbah industri makanan seperti dedak padi, ampas tahu dan onggok dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pigmen merah oleh M. purpureus tetapi intensitas warna yang dihasilkan tidak sebaik beras. Kombinasi dedak padi, ampas tahu dan onggok, dapat digunakan untuk menggantikan sebagian beras yang digunakan sebagai substrat (Jenie dkk., 1994). Pewarnaan nata dapat memperbaiki penampakannya sebagai bahan makanan. Sheu et al. (2000) menggunakan M. purpureus untuk memberi warna pada nata. Nata, selulosa bakteri yang dihasilkan oleh A. xlynum, diwarnai dengan cara melakukan fermentasi menggunakan M. purpureus pada media cair. Nata yang diwarnai dengan
  • 2. KUSUMAWATI dkk. – Pembentukan warna pada Monascus-nata kompleks 161 cara seperti ini disebut Monascus-nata kompleks. Warna yang tampak pada nata disebabkan pigmen yang berada di dalam miselium M. purpureus (intraseluler) dan miselium tersebut dapat tumbuh di dalam jaringan selulosa nata. Sheu et al. (2000) menyatakan bahwa pewarnaan menggunakan pigmen yang dihasilkan oleh M. purpureus sangat stabil dan tidak mengubah rasa nata. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji pembentukan warna, pH media, berat miselia Monascus-nata kompleks dalam media yang dibuat dari kombinasi ekstrak beras dengan ampas tahu dan ekstrak beras dengan dedak padi. Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat diketahui perbandingan media yang dapat digunakan dalam pembuatan Monascus-nata kompleks. BAHAN DAN METODE Bahan Pembuatan nata de coco membutuhkan: gula pasir, kecambah kacang hijau, air kelapa masak, asam asetat 25%, biakan murni A. xlynum yang diperoleh dari Lab. Biologi Tanah Fak. Pertanian UNS Surakarta. Fermentasi Monascus-nata kompleks membutuhkan: beras IR-28, ampas tahu, dedak padi, biakan murni M. purpureus FNCC 6008 yang diperoleh dari Lab. Pangan dan Gizi PAU UGM, NaOH 1M, akuades, PDA (Potato Dextrosa Agar), NH4NO3, KH2PO4, MgSO4H2O. Ekstraksi pigmen Monascus-nata kompleks membutuhkan: metanol. Cara kerja Pembuatan Nata de coco Pembuatan kultur kerja. Kultur kerja dibuat dengan cara menginokulasikan 1 ose kultur murni bakteri A. xlynum ke dalam media agar miring dan diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam. Komposisi media agar miring sama dengan media fermentasi nata, tetapi ditambah agar 2% (Rahayu dkk., 1993). Pembuatan starter nata. Komposisi media untuk starter sama dengan media untuk fermentasi. Media disterilkan dengan autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit. Sebanyak 2 mL media steril dimasukkan ke dalam kultur kerja dan diinkubasi pada suhu kamar selama 72 jam, kemudian dipindahkan ke dalam media sebanyak 100 mL dan diinkubasi pada suhu kamar selama 72 jam. Starter siap dipakai setelah timbul lapisan nata di permukaan media (Rahayu dkk., 1993). Fermentasi nata. Media fermentasi diatur pH-nya menjadi 4 dengan cara menambahkan asam asetat 25% sebanyak kurang lebih 18-20 mL/L, kemudian disterilkan pada suhu 121°C selama 15 menit. Setelah dingin 10% (v/v) starter dimasukkan ke dalam media fermentasi. Wadah fermenter ditutup dengan kertas dan diikat dengan karet. Fermentasi nata berlangsung selama 12 hari (Rahayu dkk., 1993). Pemanenan nata. Lapisan nata yang terbentuk dengan ketebalan kurang lebih 1 cm diambil kemudian dipotong dengan ukuran 1x1x1cm 3 . Potongan nata direndam dalam air selama kurang lebih 3 hari dan setiap hari air diganti (Rahayu dkk., 1993). Pembuatan Monascus-nata kompleks Pembuatan kultur kerja Kultur murni jamur M. purpureus diperbanyak dengan cara menginokulasikan satu ose kultur ke media PDA miring dan diinkubasi pada suhu kamar selama 8 hari. Kultur siap digunakan sebagai kultur kerja (Jenie, 1995; Sheu et al., 2000). Pembuatan starter M. purpureus. Media diatur pH nya menjadi netral dengan menambahkan NaOH 1M sebanyak kurang lebih 25 mL/L, kemudian disterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit. Setelah dingin, media diinokulasi dengan 5 tabung kultur kerja dan diinkubasi selama 7 hari dengan shaker kecepatan 100 rpm pada suhu kamar. Starter yang telah berumur 7 hari berisi 1,3x10 7 cfu/mL (Sheu et al., 2000; Jenie, 1995) Penyiapan media fermentasi Monascus-nata kompleks. Media fermentasi yang digunakan adalah ekstrak beras, ampas tahu, dedak padi. Ekstrak beras, ampas tahu dan dedak padi dibuat dengan cara menyiapkan tepung beras, ampas tahu dan dedak padi terlebih dahulu, dengan komposisi 5% (b/v) tepung beras, tepung beras:ampas tahu (1:1, 1:2, 1:3), tepung beras:dedak padi(1:1, 1:2, 1:3) kemudian dididihkan pada suhu 100°C selama 30 menit dan disaring. Tepung ampas tahu dan dedak padi dibuat dengan mengeringkan ampas tahu dan dedak padi dalam oven pada suhu 60°C selama 2 hari, kemudian dihaluskan menggunakan blender. Pembuatan tepung beras dilakukan dengan cara mencuci beras kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 60°C selama 1 hari dan dihaluskan (Jenie dkk., 1994). Fermentasi Monascus-nata kompleks. Media fermentasi dinetralkan dengan menambahkan 1M NaOH sebanyak kurang lebih 25 mL tiap 1 L. Sepuluh potongan nata de coco dimasukkan ke dalam media fermentasi (100 mL) dalam botol jam. Setelah disterilisasi dalam autoclave pada suhu 121°C selama 20 menit, kemudian didinginkan. Setiap botol diinokulasi dengan starter sebanyak 10% (v/v). Fermentasi berlangsung selama 16 hari dan dilakukan dengan shaker kecepatan 100 rpm pada suhu kamar (Jenie dkk., 1994; Sheu et al., 2000). Ekstraksi pigmen Monascus-nata kompleks dikeringkan pada suhu 70°C selama 24 jam. Kompleks yang sudah kering sebanyak 0,07 g ditumbuk dengan mortar dan ditambah 10 mL metanol sambil diaduk dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian didiamkan selama 24 jam. Campuran kemudian disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 30 menit. Supernatan disaring dengan kertas saring dan merupakan pigmen intraseluler yang akan diukur intensitas warnanya menggunakan Spektrofotometer UV-VIS (Kanoni dan Astuti, 1988; Jenie, 1995). Pengukuran parameter Parameter yang diukur adalah warna Monascus-nata kompleks meliputi intensitas warna (Kanoni dan Astuti, 1988) dan uji kesukaan warna (Kartika dkk., 1988), pH media, berat miselia Monascus-nata kompleks. Semua parameter diukur pada akhir fermentasi yaitu setelah hari ke-16. Rancangan percobaan Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor, 7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan sebagai berikut: PO= ekstrak beras P1 = ekstrak beras: ampas tahu (1:1) P2 = ekstrak beras: ampas tahu (1:2) P3 = ekstrak beras: ampas tahu (1:3) P4 = ekstrak beras: dedak padi (1:1) P5 = ekstrak beras: dedak padi (1:2) P6 = ekstrak beras: dedak padi (1:3) terhadap variabel bebas yaitu kombinasi media sedangkan variabel terikat adalah warna, pH media, berat miselia Monascus-nata kompleks.
  • 3. BIODIVERSITAS Vol. 6, No. 3, Juli 2005, hal. 160-163162 Analisis data Data dianalisis dengan Analisis Variansi (ANAVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap semua variabel pengamatan, dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Sugandi dan Sugiarto, 1994) untuk mengetahui perlakuan media yang menunjukkan beda nyata, sedangkan untuk uji kesukaan digunakan Metode Hedonik (Kartika dkk., 1988). HASIL DAN PEMBAHASAN Warna Monascus-nata kompleks Intensitas warna Hasil pengukuran intensitas warna (Tabel 1; Gambar 1) menunjukkan bahwa Monascus-nata kompleks yang menggunakan media fermentasi ekstrak beras : ekstrak ampas tahu perbandingan 1:1 memiliki intensitas warna merah yang paling mendekati intensitas warna merah pada media ekstrak beras yaitu sebesar 0,088. Pada media ekstrak beras intensitas warna merah paling tinggi yaitu sebesar 0,145, sedangkan pada media fermentasi ekstrak beras:dedak padi perbandingan 1:3 intensitas warna merah terendah yaitu sebesar 0,043. Intensitas warna jingga yang didapatkan pada media fermentasi ekstrak beras : ekstrak ampas tahu perbandingan 1:1 sebesar 0,156 sedikit lebih tinggi daripada yang didapatkan pada media ekstrak beras sebesar 0,123. Intensitas warna jingga terendah didapatkan pada media fermentasi ekstrak beras:dedak padi (1:3) yaitu sebesar 0,065. Menurut Lin (1973) media fermentasi yang paling baik untuk pembentukan pigmen merah oleh Monascus purpureus adalah bahan yang mengandung pati sebagai sumber karbon (C). Intensitas warna merah tertinggi didapatkan pada media ekstrak beras dikarenakan komponen utama beras adalah pati sebagai sumber C yaitu sebesar 80%. Pembentukan pigmen dipengaruhi oleh jenis karbohidrat dan perbandingan C dengan N. Bila konsentrasi C dalam media meningkat harus diimbangi dengan peningkatan konsentrasi N yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan maksimum dan pembentukan pigmen (Broder dan Koehler, 1980). Kombinasi media ekstrak beras dengan ampas tahu dan ekstrak beras dengan dedak padi yang digunakan pada perbandingan 1:1; 1:2; 1:3, dengan bagian ekstrak ampas tahu dan dedak padi yang semakin meningkat menghasilkan intensitas warna merah maupun jingga yang semakin menurun. Penurunan intensitas warna pada media ekstrak beras : ekstrak ampas tahu dan ekstrak beras:dedak padi dengan bagian ekstrak ampas tahu dan dedak padi yang semakin meningkat kemungkinan disebabkan perbandingan C dan N di dalam media tidak terdapat dalam jumlah yang seimbang untuk mendukung pembentukan pigmen. Jenis karbohidrat di dalam media yang digunakan sangat mempengaruhi pembentukan pigmen. Percobaan yang dilakukan Sheu et al. (2000) menggunakan maltosa didapatkan Monascus-nata kompleks yang berwarna merah tua sedangkan bila digunakan sukrosa Monascus-nata kompleks yang didapatkan berwarna merah muda. Perbedaan jenis karbohidrat yang terdapat di dalam media kemungkinan menyebabkan intensitas warna jingga dan merah juga berbeda. Perbandingan C dan N dan juga kemungkinan adanya jenis karbohidrat yang berbeda di dalam media diduga menyebabkan intensitas warna yang didapatkan juga berbeda. Tabel 1. Intensitas warna jingga (λ 400 nm) dan merah (λ 500 nm) Monascus-nata kompleks setelah fermentasi 16 hari pada berbagai macam media. Intensitas warna Perla- kuan Jingga (λ 400 nm) Merah (λ 500 nm) Nilai kesukaan warna Nilai pH Rerata berat miselia (g) PO 0,123 b 0,145 d 3,32 6,84 bc 0,026 P1 0,156 c 0,088 c 2,28 6,91 c 0,021 P2 0,093 a 0,065 b 3,07 6,93 c 0,028 P3 0,085 a 0,053 ab 3,78 6,85 bc 0,017 P4 0,088 a 0,052 ab 4,15 6,78 ab 0,022 P5 0,076 a 0,052 ab 4,65 6,67 a 0,025 P6 0,065 a 0,043 a 4,10 6,75 ab 0,029 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata berdasar DMRT 5%. Nilai kesukaan: 1 = sangat suka, 2 = suka, 3 = biasa saja, 4 = kurang suka, 5 = tidak suka, 6 = sangat tidak suka. A B C D E F G Gambar 1. Warna Monascus-nata kompleks setelah fermentasi 16 hari, yang diperoleh dari: media ekstrak beras (A); media ekstrak beras: ampas tahu perbandingan 1:1 (B) 1:2 (C) 1:3 (D); media ekstrak beras:dedak padi perbandingan 1:1 (E) 1:2 (F) 1:3 (G).
  • 4. 163 Kesukaan warna Tabel 1 menunjukkan bahwa kesukaan panelis terhadap warna Monascus-nata kompleks berada pada skala 2-4 yaitu antara nilai kesukaan suka sampai kurang suka. Dari hasil ranking dan analisis uji kesukaan dapat diketahui bahwa kesukaan terhadap warna Monascus-nata kompleks yang didapatkan dari media ekstrak beras : ekstrak ampas tahu perbandingan 1:1 dianggap para panelis paling disukai karena warna jingga yang terlihat paling tajam di antara sampel yang lain, sedangkan kompleks yang didapatkan dari media ekstrak beras:dedak padi perbandingan 1:2 dianggap paling tidak disukai karena warnanya kurang tajam dan merata. Nilai pH Hasil pengukuran pH media setelah fermentasi selama 16 hari dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai pH tertinggi didapatkan pada media ekstrak beras : ekstrak ampas tahu perbandingan 1:2 dan pH terendah pada media ekstrak beras:dedak padi perbandingan 1:2. Nilai pH setelah fermentasi selama 16 hari mengalami penurunan dari pH awal 7 menjadi sekitar 6,82. Penurunan pH disebabkan karena adanya dekomposisi protein pada media (Jenie, 1995). Menurut Lehninger (1993) protein dibentuk oleh adanya asam-asam amino yang berikatan kovalen. Adanya asam-asam amino bergugus samping (R) bermuatan (-) dalam media campuran yang mempunyai kecenderungan melepaskan ion H+ diduga menyebabkan penurunan pH. Dua asam amino yang mengandung gugus R bermuatan negatif adalah asam aspartat dan asam glutamat. Nilai pH media di bawah 5 lebih mendukung pembentukan pigmen merah (Jenie dkk., 1994). Pada nilai pH yang rendah terdapat lebih banyak gugus =NH yang berasal dari pemecahan protein. Menurut Carels dan Shepherd (1977) pigmen merah terbentuk dari penggantian atom oksigen pada cincin piranoid dari monascorubrin atau rubropunctatin (pigmen jingga) dengan gugus = NH. Lebih rendahnya intensitas warna merah dibandingkan intensitas warna jingga dapat dikaitkan dengan pH media yaitu sekitar 6. Pada kisaran pH tersebut gugus =NH yang terdapat dalam media tidak tersedia dalam jumlah yang cukup banyak untuk menggantikan atom O pada cincin piranoid dari pigmen jingga, sehingga pigmen merah yang dihasilkan lebih sedikit. Berat miselia Pada pengamatan Monascus-nata kompleks menggu- nakan SEM (Scanning Electron Microscopy) diketahui bah- wa miselia Monascus dapat tumbuh di dalam jaringan selu- losa nata (Sheu et al., 2000). Penghitungan berat miselia Monascus-nata kompleks dilakukan dengan mencari selisih berat kering sesudah dengan sebelum fermentasi. Hasil penghitungan berat miselia dapat dilihat pada Tabel 1. Analisis Variansi menunjukkan bahwa penggunaan media dengan perbandingan yang berbeda tidak mempengaruhi berat miselia yang didapatkan. di dalam Monascus-nata kompleks, sehingga tidak dilanjutkan dengan DMRT 5%. Berat miselia yang tidak berbeda nyata antar perlakuan menunjukkan bahwa pertumbuhan Monascus di dalam nata tidak dipengaruhi oleh perbandingan ampas tahu maupun dedak padi yang berbeda. Pembentukan pigmen Monascus dimulai pada fase pertumbuhan lambat dan mulai meningkat pada fase pertumbuhan stasioner (Jenie dkk., 1994). Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pembentukan pigmen dimulai sesudah pertumbuhan terjadi. Nutrisi yang terkandung pada media digunakan untuk memenuhi pertumbuhan terlebih dahulu. Apabila pertumbuhan mencapai maksimum, nutrisi yang tersisa pada media digunakan untuk pembentukan pigmen. Penggunaan media ekstrak beras : ekstrak ampas tahu dan ekstrak beras:dedak padi pada perbandingan 1:1;1:2;1:3 tidak mempengaruhi pertumbuhan jamur di dalam nata tetapi mempengaruhi intensitas warna yang dihasilkan. Hal ini kemungkinan disebabkan pada media yang digunakan, jamur Monascus purpureus membutuhkan sejumlah nutrisi yang hampir sama untuk mencapai pertumbuhan maksimum. Apabila pertumbuhan maksimum tercapai, nutrisi yang tersisa digunakan untuk pembentukan pigmen. Kemungkinan ada-nya perbedaan jumlah nutrisi yang tersisa menyebabkan intensitas warna yang dihasilkan juga berbeda. KESIMPULAN Media ekstrak beras : ekstrak ampas tahu pada perbandingan 1:1 dapat digunakan untuk mengganti media ekstrak beras dalam pembuatan Monascus-nata kompleks. Intensitas warna jingga Monascus-nata kompleks yang didapatkan dari media ekstrak beras : ekstrak ampas tahu (1:1) sebesar 0,156 lebih tinggi dari intensitas warna jingga yang didapatkan dari media ekstrak beras sebesar 0,123. Intensitas warna merah yang didapatkan pada media ekstrak beras : ekstrak ampas tahu pada perbandingan (1:1) sebesar 0,089 paling mendekati intensitas warna merah yang didapatkan dari media ekstrak beras sebesar 0,145. Nilai pH pada semua media turun dari 7 menjadi sekitar 6,82. Berat miselia Monascus-nata kompleks yang didapatkan dari semua media sekitar 0,024. DAFTAR PUSTAKA Bakošová, A., D. Mate, A. Laciakova, and M. Pipova, 2001. Utilization of Monascus purpureus in the production of foods of animal origin. Bulletin Veterinary Institute of Pulawy 45: 111-116. Broder, C.U., and P.E. Koehler, 1980. Pigments produced by Monascus purpureus with regard to quality and quantity. Journal of Food Science 45: 567-569. Carels, M. and D. Shepherd, 1977. The effect of different nitrogen sources on pigment production and sporulation of Monascus species in submerged, shaken culture. Canadian Journal of Microbiology 23: 1360- 1372. Fabre, C.E., G. Goma, and P.J. Blanc. 1993. Production and food applications of the red pigments of Monascus ruber. Journal of Food Science 58 (5): 1099-1102. Jenie, B.S.L. 1995. Utilization of tofu and tapioca solid wastes and rice bran to produce red pigments by Monascus purpureus in tofu liquid waste medium. Indonesian Food and Nutrition Progress 2 (2): 24-29. Jenie, B.S.L., Helianti, dan S. Fardiaz, 1994. Pemanfaatan ampas tahu, onggok dan dedak untuk produksi pigmen merah oleh Monascus purpureus. Buletin Teknologi dan Industri Pangan 5 (2): 22-29. Kanoni, S. dan M. Astuti, 1988. Kajian tentang Keamanan Zat Warna dari Monascus purpureus. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM. Kartika, B., P. Hastuti, dan W. Supartono, 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM. Lehninger, A.L. 1993. Dasar-dasar Biokimia. Jilid I. Jakarta: Penerbit Airlangga. Lin, C.F. 1973. Isolation and Cultural Conditions of Monascus sp for the Production of Pigment in a Submerged Culture. Journal of Fermentation Technology 51: 135-142. Rahayu, E.S., I. Retno, U.Tyas, H. Eny, dan M.N. Cahyanto, 1993. Bahan Pangan Hasil Fermentasi. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM. Sheu, E., C.L. Wang, and Y.T. Shyu, 2000. Fermentation of Monascus purpureus on bacterial cellulosa-nata and the color stability of Monascus-nata complex. Journal of Food Science 65 (2): 342-345. Sugandi dan Sugiarto, 1994. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset. Sukandar, U. 2000. Singkong sebagai substrat yang potensial untuk produksi zat warna Monascus. Proseding Seminar Nasional Teknologi Proses Kimia V. Jakarta: Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik UI.