Peran guru bimbingan konseling (bk) dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di sma mulia pratama
1. TUGAS PROJECT
PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING (BK)
DALAM MENGATASI MASALAH KEDISIPLINAN
SISWA DI SMA MULIA PRATAMA
Tugas ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan
Dosen pengampu : Septian Prawijaya, S.Pd, M.Pd
DISUSUN
OLEH
NAMA KELOMPOK 7 :
1. Devita Suri Airina (4171131009)
2. Linda Rosita (4173131020)
JURUSAN : KIMIA
KELAS : KIMIA DIK B 2017
PROGRAM : S-1 PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang masalah................................................................................... 1
2. 2. Rumusan Masalah........................................................................................... 1
3. Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Dasar Teori...................................................................................................... 3
BAB III METODE
1. Lokasi dan tempat penelitian........................................................................... 14
2. Populasi dan sampel........................................................................................ 6
3. Jenis penelitian................................................................................................. 6
4. Sumber data ................................................................................................... 6
5. Metode pengumpulan data.............................................................................. 6
6. Teknik analisis data ........................................................................................ 7
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian................................................................................................ 3
2. Pembahasan.....................................................................................................
BAB V PENUTUP
3. Kesimpulan .................................................................................................... 3
4. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 15
LAMPIRAN ......................................................................................................... 12
3. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah
dan rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas Projek kami ini, tak lupa pula shalawat
bertangkaikan salam kami hadiahkan kepada putra Abdullah buah hati Aminah ialah Nabi
besar kita Muhammad SAW, yang selalu kita harapkan syafaatnya di hari kelak, dan semoga
kita menjadi salah satu orang yang mendapatkannya kelak. Amin.
Kami menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari
peran dan sumbangsih pemikiran serta intervensi dari banyak pihak. Karena itu dalam
kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan sedalam-dalamnya
kepada semua pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan penulisan makalah ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Profesi Kependidikan
Septian Septian Prawijaya, S.Pd, M.Pd yang telah membimbing kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini, dengan selesainya makalah ini kami berharap agar makalah ini
nantinya bisa menjadi bukti bahwa kami telah melaksanakan tugas makalah yang dilakukan
pada 17 Februari 2018 Semoga makalah ini bermanfaat. Amin.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat. Amin
Medan, 15 Mei 2018
TIM PENYUSUN
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu unsur terpadu dalam
keseluruhan program pendidikan di lingkungan sekolah. Dengan demikian bimbingan
dan konseling merupakan salah satu tugas yang seyogyanya dilakukan oleh setiap
tenaga pendidikan yang bertugas di sekolah tersebut. Bimbingan dapat diartikan
sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan
pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal
kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat. Bimbingan tidak hanya diberikan kepada
peserta didik yang bermasalah saja, akan tetapi setiap peserta didik mempunyai hak
untuk mendapatkan bimbingan dari guru bimbingan dan konseling.
Dalam pelaksanaan pekerjaannya di sekolah, guru Bimbingan dan Konseling
dipengaruhi oleh persepsi kepala sekolah dan rekan sejawatnya terhadap
pekerjaannya. Sebagian sekolah memandang bahwa pekerjaan bimbingan dan
konseling adalah menyelesaikan masalah yang muncul pada peserta didik.Sekolah
merupakan pendidikan yang kedua setelah lingkungan keluarga bagi anak remaja.
Selama mereka menempuh pendidikan formal di sekolah terjadi interaksi antara
remaja dengan pendidikan. Interaksi yang mereka lakukan disekolah sering kali
menimbulkan akibat sampingan yang negatif bagi perkembangan mental anak remaja.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada
masa ini remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial,
dan emosional.
Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri
maupun bagi keluarga atau lingkungannya. Seiring dengan perubahan yang dialami
remaja mereka cenderung menonjolkan perilaku yang tidak stabil. Berbagai bentuk
permasalahan peserta didik di sekolah berupa perilaku agresif baik agresif fisik dan
verbal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi kedisiplinan siswa di SMA Mulia Pratama ?
2. Bagaimana peran guru BK dalam mengatasi kedisiplinan siswa di SMA Mulia
Pratama ?
5. 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat peran guru BK dalam mengatasi
kedisiplinan siswa di SMA Mulia Pratama ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan kondisi kedisiplinan siswa di SMA Mulia Pratama.
2. Untuk mendeskripsikan peran guru BK dalam mengatasi kedisiplinan siswa di
SMA Mulia Pratama.
3. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat peran guru BK dalam
mengatasi kedisiplinan siswa di SMA Mulia Pratama.
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis, dapat mengetahui cara yang tepat untuk mengatasi kedisiplinan
siswa di sekolah.
2. Bagi guru, manfaat penelitian ini adalah untuk menjadi acuan bagi guru untuk
lebih dapat mengembangkan bimbingan dan konseling untuk mengatasi masalah
kedisiplinan siswa.
6. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bimbingan Konseling
1. Pengertian Bimbingan Konseling
Secara etimologis bimbingan berarti bantuan, tuntunan atau pertolongan.
Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu
“bimbingan” (terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” diadopsi dari
kata “counseling”. Untuk memberi pemahaman yang jelas, dalam uraian
berikut ini pengertian bimbingan dan konseling dijelaskan secara terpisah.
1. Bimbingan
Menurut Moh. Surya mengungkapkan pengertian bimbingan adalah
“suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan terus menerus dan
sistematis dari pembimbing (konselor) kepada yang dibimbing (klien) agar
tercapai kemandirian dalam pemahaman, penerimaan, pengarahan dan
perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan
penyesuaian dengan lingkungan.
2. Konseling
Konseling adalah suatu pelatihan timbal balik antara dua individu
dimana seorang (konselor) membatu yang lain (konseling) supaya ia dapat
lebih baik memahami dirinya dalam hubungan masalah hidup yang
dihadapinya pada saat itu maupun yang akan datang.
Konseling merupakan salah satu tekhnik dalam pelayanan bimbingan
dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara
dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara konselor
dan klien, agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang baik
terhadap dirinya,mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, dan
mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
kearah perkembangan yang optimal.
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Tujuan bimbingan sekolah menengah menurut kurikulum 1975 adalah
sebagai berikut:
7. 1. Mengembangkan pemahaman dan pengertian dari dalam kemajuannya di
sekolah;
2. Mengembangkan dunia kerja, kesempatan kerja, serta rasa tanggung jawab
dalam memilih kesempatan kerja tertentu yang sesuai dengan tingkat
pendidikan yang disyaratkan;
3. Mengembangkan kemampuan untuk memilih dan mempertemukan
pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang
ada secara tepat dan bertanggung jawab
4. Mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang lain.
(Gunawan, 2001: 201)
3. Fungsi Bimbingan dan konseling
Fungsi bimbingan menurut kurikulum 1975 dapat dibedakan:
1. Fungsi penyaluran, yang membantu siswa untuk memilih jurusan, lanjutan
sekolah, atau memilih kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya.
2. Fungsi adaptasi, yang memberikan bantuan kepada staf sekolah untuk
mengadaptasikan pengajaran dengan kemampuan, minat, dan kebutuhan
para siswa.
3. Fungsi penyesuaian, yang memberikan bantuan kepada siswa untuk
memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal.
4. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka membantu siswa untuk
mengidentifikasi, mamahami, menghadapi, dan memecahkan masalah-
masalahnya (Gunawan, 2001:45)
B. Kedisiplinan Siswa
1. Pengertian kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin dalam kamus besar bahasa
indonesia online yang berarti ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib
dan sebagainya. Sedangkan siswa adalah peserta didik yang merupakan subjek
pendidikan. Adapun kedisiplinan siswa adalah ketaatan dan kepatuhan siswa
terhadap tata tertib dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiswaan.
Disiplin adalah tata tertib, yaitu ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin berarti menaati (mematuhi) tata tertib
(Djamarah, 2002:12).
8. Disiplin yang dikehendaki itu tidak hanya muncul karena kesadaran, tetapi
juga karena paksaan. Disiplin yang muncul karena kesadaran disebabkan
faktor seseorang dengan sadar bahwa hanya dengan disiplin akan didapatkan
kesuksesan dalam segala hal. Dengan disiplin akan tercipta ketertiban dan
kelancaran dalam segala urusan (Nata, 2010:249). Keteraturan dalam
kehidupan, dapat menghilangkan kekecewaan orang lain, dan dengan
disiplinlah orang lain mengaguminya.
Disiplin karena paksaan biasanya dilakukan dengan terpaksa pula.
Keterpaksaan itu karena takut akan dikenakan sanksi hukum akibat
pelanggaran terhadap peraturan. Ada pengawasan dari petugas (guru) timbul
disiplin, tetapi jika tidak ada pengawas (guru) pelanggaran dilakukan. Dalam
masalah disiplin berlalu lintas misalnya, untuk menegakkan selalu saja ada
rintangan. Di jalan-jalan raya selalu saja ada pelanggaran lalu lintas terhadap
rambu-rambu lalu lintas, terutama bila tidak ada petugas di tempat. Maka
disiplin yang terpaksa identik denngan ketakutan pada hukum. Sedangkan
disiplin karena kesadaran menjadikan hukum sebagai alat yang menyenangkan
di jiwa dan selalu siap sedia untuk menaatinya (Djamarah, 2002:13).
2. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan
Menurut Cece Wijaya dan A Tabrani Rusyan, ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya, dan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat di negara kita pada umumnya sudah berpandangan lebih maju
untuk meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi, artinya tuntutan
kebutuhan hidup lebih mendesak sehingga bagaimanapun caranya,
bagaimanapun jalannya, banyak ditempuh untuk menutupi tuntutan hidup
tersebut.
2. Munculnya selera beberapa kelompok manusia ini karena suara hingar-
bingar dengan tingkah gerak dan jeritan yang mendekati histeris,
membisingi ruang sejak siang hingga larut malam sehingga perilaku moral
hampir sirna. Ini semua tampak sebagai cerminan dari pola yang nyaris
lepas dari kendali, diri ingin terlepas dari ikatan dan aturan, ingin bebas
sebebas-bebasnya.
9. 3. Pola dan sistem pendidikan yang sering berubah sehingga membingungkan
peserta didik dan para pendidik untuk melaksanakan proses pendidikan
tersebut sehingga tidak berjalan sebagaimana mestinya.
4. Motivasi belajar para peserta didik dan para pendidik menurun, dengan
alasan bahwa mereka beranggapan tanpa belajar dengan baik, tanpa
disiplin yang tinggi, dan tanpa mengikuti berbagai kegiatanpun mereka
pasti lulus atau naik kelas.
5. Longgarnya peraturan yang ada, terutama untuk sekolah-sekolah di kota-
kota besar (Wijaya dan Ruslan, 1991:17-18)
3. Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Masalah
Kedisipilinan Siswa
Guru Bimbingan Konseling selama ini dianggap sebagai sosok yang dapat
mengatasi masalah-masalah pribadi yang dialami oleh para siswa, di mana
guru BK sangat berperan untuk memberikan solusi yang tepat kepada para
siswa. Masalah yang dihadapi oleh guru BK biasanya berkisar pada masalah
pendidikan terutama pada masalah kedisiplinan siswa yang menjadi problem
yang sangat utama yang harus segera diatasi.
Kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa biasanya berkisar pada
pelanggaran terhadap tata tertib yang berlaku di sekolah serta kebijakan
sekolah. Misalnya saja pelanggaran terhadap atribut sekolah, keterlambatan
masuk sekolah. Hal ini biasanya diserahkan kepada guru Bimbingan
Konseling di sekolah.
Seperti halnya fungsi bimbingan konseling yakni membantu individu
untuk menghadapi situasi lingkungannya (Gunawan, 2001:44). Karena di sini
tugas konselor adalah menjadi mitra klien sebagai tempat penyaluran perasaan
atau sebagai pedoman dikala bingung atau pemberi semangat dikala patah
semangat dengan tujuan mengutuhkan kembali pribadinya yang tergoncang
(Sarwono, 1997:226).
Hal tersebut menggambarkan bahwa guru Bimbingan Konseling berperan
dalam proses pendidikan kedisiplinan untuk anak di sekolah, sehingga tugas
yang dibebankan kepadanya sangatlah penting demi kebelangsungan siswa
disekolah. Karena kedisiplinan di sekolah merupakan modal utama bagi siswa
di luar sekolah. Sebagai siswa disiplin merupakan hal utama yang harus
10. dimiliki dalam proses belajar mengajar. Dengan berdisiplin siswa akan dengan
mudah menggapai aspek-aspek di sekolah. Maka peran guru Bimbingan
Konseling sangatlah diperlukan.
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa, antara peran
guru bimbingan konseling sebagai tokoh utama dalam kedisiplinan siswa
memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang dicita-
citakan.
11. BAB III
METODE
3.1. Lokasi dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Mulia Pratama yang berada di Jalan Pancing
pada tanggal 17 Februari 2018. Observasi ke sekolah memakan waktu 1 hari.
3.2. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru BK yang ada di SMA Mulia
Pratama. Jumlah sampel yang diambil hanya satu orang dari keseluruhan populasi,
berdasarkan metode non probability sampling, yaitu penarikan sampel tidak penuh
dilakukan dengan menggunakan hukum probabilitas yaitu bahwa tidak semua unit
populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian.
3.3. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan data kualitatif. Data kualitatif adalah data
informasi yang berbentuk kalimat verbal bukan berupa simbol angka atau bilangan.
Data kualitatif didapat melalui suatu proses menggunakan teknik analisis
mendalam dan tidak bisa diperoleh secara langsung. Dalam penelitian ini data
kualitatif diambil dari hasil wawancara peneliti dengan narasumber sesuai dengan
pendapat dan fakta yang ada mengenai berbagai macam permasalahan siswa di SMA
Mulia Pratama.
3.4. Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri atau dirinya
sendiri baik dengan cara tertentu atau pada periode tertentu. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh langsung dari narasumber, dalam hal ini data diperoleh
melalui wawancara peneliti dengan narasumber.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah yang diperoleh secara tidak langsung baik lewat
dokumentasi, buku-buku, literature, penelitian terdahulu, dan internet.
12. 3.5. Metode pengumpulan data
Dalam metode penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama (key
instrument), seperti dikemukakan Faisal bahwa ” dalam penelitian naturalistik peneliti
sendirilah menjadi instrumen utama yang terjun ke lapangan serta berusaha
mengumpulkan informasi.”
Hakikat peneliti sebagai instrumen kunci diaplikasikan dalam penggunaan teknik
pengumpulan data kualitatif, yang terdiri dari; wawancara, observasi dan dokumen
(catatan atau arsip). Secara keseluruhan, peneliti sendiri terjun ke lapangan sebagai
instrumen utama, dalam penelitian ini. Sebagai instrumen utama dalam penelitian ini
maka peneliti sendiri yang menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :
a. Observasi
Data atau informasi yang diperlukan juga dikumpulkan dengan observasi.
Dilakukan melalui pengamatan langsung pada tempat penelitian, baik secara
terbuka maupun tersembunyi. Dari hasil pengamatan dibuat catatan lapangan yang
harus disusun setelah observasi, maupun mengadakan hubungan dengan subjek
yang diteliti.
b. Wawancara
Wawancara, terhadap informan sebagai narasumber data dan informasi
dilakukan dengan tujuan penggalian informasi tentang fokus penelitian.
Dengan kata lain, keterlibatan yang agak lebih aktif, yaitu dengan mencoba
berpartisipasi dan melibatkan serta berusaha mendekatkan diri dengan para aktor.
Dengan kata lain untuk mengenal berbagai macam permasalahan siswa yang
dihadapi guru BK, baik dalam kegiatan memimpin, mengarahkan, mengawasi dan
memberikan dukungan pada kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Wawancara
terhadap informan sebagai narasumber data dan informasi, dilakukan dengan
tujuan penggalian informasi tentang fokus penelitian.
c. Pengkajian Dokumen
Seluruh data dikumpulkan, dan ditafsirkan oleh peneliti, tetapi dalam kegiatan
ini peneliti didukung instrumen sekunder, yaitu foto, catatan dan dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan fokus penelitian.
3.6. Teknik analisis data
Di penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif merupakan suatu
kegiatan sesudah data dari subjek peneitian atau sumber data-data lain semua
13. terkumpul. Teknik analisis data kualitatif di dalam penelitian kualitatif yaitu
memaparkan hasil wawancara antara peneliti dan narasumber.
14. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Identitas
Identitas Sekolah
1. Nama Sekolah : SMA Mulia Pratama
2. Alamat Sekolah : JL. Jahe Raya No 1 P. Simalingkar
3. Kelurahan : Mangga
4. Kecamatan : Medan Tuntungan
5. Kota : Medan
6. Provinsi : Sumatera Utara
7. Kode Pos : 20135
8. No.Telepon : 0812-6003-9935
9. Nama Kepala Sekolah : Sondang Sitorus
10. Visi Sekolah :
“Terciptanya sekolah ramah anak, unggul dalam prestasi, berkarakter, berakar
pada budaya bangsa, dan berwawasan lingkungan, berlandaskan IMTAQ dan
IPTEK.
11. Misi Sekolah :
a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan kompetitif
b. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga
dapat dikembangkan secara optimal
c. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga
sekolah
d. Membudayakan kegiatan 7 S yaitu senyum, salam, sapa, sopan, santun,
semangat dan sepenuh hati pada seluruh warga sekolah
e. Menumbuhkan dan melestarikan budaya lokal.
f. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut sebagai
landasan kearifan lokal dalam bergaul dan bertindak.
g. Mengembangkan mutu kelembagaan dan manajemen
15. Identitas Guru
1.Nama :
2.Tempat/Tanggal Lahir :
3.Alamat :
4. 5.Riwayat Pendidikan : SD :
SMP :
SMA :
Universitas :
4.1. Hasil Wawancara
4.2. Analisis Data
A. Kondisi Kedisiplinan Siswa di SMA Mulia Pratama
Kondisi kedisiplinan siswa penulis dapatkan dari data yang didapatkan pada
saat observasi melalui metode wawancara. Penulis melakukan wawancara kepada
guru yang bersangkutan yaitu guru Bimbingan Konseling di SMA Mulia Pratama.
Kondisi kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah SMA Mulia Pratama sudah
dikatakan cukup, hal ini mengacu pada:
1. Pelaksanaan tata tertib di sekolah. Dalam hal ini penulis mendapatkan data
bahwa siswa sudah cukup dalam melaksanakan segala tata tertib yang berlaku
di sekolah. Hal ini didasarkan pada beberapa indikator yang ada bahwasannya
sudah banyak yang dilaksanakan oleh para siswa. Seperti halnya datang tepat
pada waktunya, tidak membolos, bertingkah laku sopan dan jujur,
kelengkapan atribut, dll. Dengan mengacu pada indikator ini penulis
mendapatkan bahwa para siswa sebagian besar sudah melaksanakan tata tertib
dengan cukup. Meskipun masih ada juga yang belum mematuhi tata tertib
dengan baik, tetapi hanya sebagian kecil saja dari jumlah keseluruhan peserta
didik. Dapat dikatakan bahwa pembiasaan yang dilakukan oleh pihak sekolah
sudah cukup berhasil diterapkan untuk para siswa.
2. Taat terhadap kebijakan yang berlaku di sekolah, melalui indikator ke dua ini
penulis mendapatkan keadaan yang real dari lokasi yaitu bahwasannya para
siswa sudah berusaha untuk melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh
sekolah dengan baik, seperti berusaha untuk menjaga kondisi kelas agar tetap
kondusif, data ini penulis dapatkan dari hasil observasi penulis dikelas.
Dengan melaksanakan kebijakan sekolah siswa dituntut untuk disiplin dan
berkesinambungan.
16. Dari pencapaian indikator di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kedisiplinan siswa SMA Mulia Pratama dalam kondisi yang cukup, dan dapat
dikatakan guru Bimbingan Konseling sudah cukup berhasil dalam pencapaian
kedisiplinan siswa. Namun masih butuh peningkatan peran agar hasil yang
didapatkan dapat maksimal.
B. Peran guru Bimbingan Konseling dalam menangani kedisiplinan siswa di
SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro
Keikutsertaan guru BK dalam membimbing para siswa untuk menuju siswa
yang mempunyai kedisiplinan yang kuat tidak lepas juga dari dukungan para guru
dan kepala sekolah. Adapun peran yang dilakukan oleh guru BK dalam mendidik
kedisiplinan siswa adalah sebagai berikut:
1. Pemberian peringatan kepada siswa
Peringatan dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling kepada siswa jika
ditemukan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, peringatan ini diberikan
sampai batas maksimal tiga kali kesalahan yang sama yang dilakukan oleh
para siswa. Dengan menggunakan peringatan para siswa diharapkan tidak
melakukan kesalahan yang sama. Pemberian peringatan ini tidak hanya
semata-mata dari guru Bimbingan Konseling saja, tetapi juga dilakukan oleh
guru-guru yang lain, atau teman-teman di sekolah.
2. Pemberian bimbingan secara individu
Bimbingan individu dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling bilamana
batas peringatan terhadap kesalahan yang dilakukan oleh siswa sudah melebihi
batas maksimal yaitu tiga kali peringatan. Apabila sampai tiga kali peringatan
siswa masih melakukan pelanggaran yang sama, maka guru BK akan
melakukan bimbingan secara individu, yaitu bimbingan secara face to face
dengan siswa diruang bimbingan.
Bimbingan secara individu dilakukan dengan cara wawancara antara
conselor dengan kasus. Masalah yang dipecahkan melalui teknik conseling ini
adalah masalah-masalah yang sifatnya pribadi (Tohirin, 2009:163).
Dalam konseling hendaknya konselor dalam hal ini adalah guru BK
bersikap empati dan simpati. Simpati artinya menunjukan adanya rasa turut
merasakan apa yang dirasakan oleh siswa, sedangkan empati yaitu berusaha
menempatkan diri pada situasi dari siswa.
17. 3. Pemberian bimbingan secara kelompok
Bimbingan secara kelompok dilakukan untuk mengatasi masalah yang
sifatnya sama. Bimbingan ini dilakukan apabila sangat diperlukan oleh siswa
yang bertujuan agar kesalahan yang dilakukan tidak akan terulang kembali.
Bimbingan dilakukan dengan pemanggilan secara kelompok oleh guru
Bimbingan Konseling antara 3-7 orang, di dalam bimbingan diberikan
penyuluhan tentang kesalahan yang telah diperbuat oleh siswa, serta akibat
yang akan dihadapinya
Konseling kelompok merupakan bantuan kepada individu dalam situasi
kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada
pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya (Ahmad,
2006:14) sedangkan menurut prayitno konseling kelompok adalah
memberikan bantuan melalui interaksi sosial klien sesuai dengan setiap
kebutuhan individu anggota kelompok (2004:207)
4. Pemberian hukuman kepada siswa
Hukuman diberikan kepada siswa jika ke tiga langkah diatas sudah tidak
mampu membuat para siswa jera untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.
Hukuman yang diberikan biasanya bersifat fisik, seperti mengepel, push up, sit
up. Tetapi hukuman ini bukan hal utama yang dilakukan oleh guru. Hukuman
semacam ini dilakukan jika para siswa sudah tidak bisa lagi diingatkan melalui
peringatan verbal.
Pemberian hukuman ini adalah langkah lanjutan untuk para siswa atas
kesalahan yang telah dilakukan, tetapi hukuman ini bukan satu-satunya jalan
untuk membuat para siswa jera akan kesalahan yang telah dilakukan
5. Pemanggilan orang tua siswa
Pemanggilan orang tua siswa dilakukan ketika guru sudah dirasa tidak
sanggup lagi untuk menangani kesalahan yang telah dilakukan oleh siswa
disekolah. Sebelum pemanggilan dilakukan, guru Bimbingan Konseling
berkonsultasi terlebih dahulu kepada kepala sekolah mengenai kesalahan yang
dilakukan oleh siswa. Setelah pemanggilan orang tua, guru Bimbingan
Konseling meminta kerja sama kepada orang tua siswa untuk pemantauan
kegiatan siswa di rumah.
6. Pembiasaan yang diterapkan dalam intrakurikuler maupun ekstrakurikuler
18. Kedisiplinan dapat dibina juga melalui pembiasaan di dalam kelas
maupun di luar kelas, tidak harus selalu dengan pemberian hukuman atau
bahkan pemanggilan orang tua. Pembiasaan yang dilakukan di dalam kelas
biasanya diterapkan pada saat ingin dimulai pelajaran, di mana pada awal
pelajaran dibiasakan untuk membaca do’a asmaul husna serta hafalan surat-
surat pendek tergantung tingkatan kelas masing-masing, serta menerapkan
untuk membaca do’a setelah selesai pelajaran. Dengan menerapkan hafalan
dan do’a di dalam kelas akan mempersempit kesempatan bagi siswa untuk
melanggar peraturan yang diterapkan oleh sekolah seperti keterlambatan siswa
dalam memulai belajar dan mempersempit ruang untuk membolos dari
pelajaran tertentu.
Selain dengan metode di dalam kelas, dapat pula dibiasakan berdisiplin
melalui kegiatan di luar kelas, misalnya saja pembiasaan untuk shalat
berjamaah bagi para siswa dan guru. Kegiatan semacam ini akan merangsang
siswa untuk tetap mematuhi peraturan sekolah, serta meningkatkan kesadaran
siswa akan kedisiplinan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh guru untuk menerapkan
kedisiplinan kepada siswa adalah dengan kegiatan ekstrakurikuler dan
pengembangan diri yang harus diikuti oleh para siswa. Dalam hal ini misalnya
saja dengan kegiatan Hisbul Wathan atau kata lain dari pramuka, kegiatan ini
akan menuntut siswa untuk selalu datang tepat waktu dikarenakan kegiatan ini
merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh para siswa terutama bagi peserta
didik kelas VII. Selain dengan kegiatan Hisbul Wathan, hal lain adalah
kegiatan pengembangan diri yaitu diantaranya kegiatan keagamaan dan bola
volly. Dengan mengikuti kegiatan tersebut siswa akan dididik dengan
peraturan yang ada dan ini akan memberikan pembiasaan bagi para siswa.
Melalui kegiatan di atas maka diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
kepada peserta didik akan pentingnya kedisiplinan bagi diri mereka. Dengan
menjalankan segala kegiatan intra maupun ekstrakurikuler di sekolah akan
mendidik para siswa dengan kedisiplinan dan akan memberikan pembiasaan
yang baik serta mendidik jiwa disiplin bagi para siswa.
Peran yang dilakukan guru Bimbingan Konseling dalam kedisiplinan
siswa tidak lepas pula dari bantuan para siswa yang lain, para guru, kepala
sekolah, dan segenap warga sekolah. Dalam menumbuhkan dan menerapkan
19. kesisiplinan di lingkungan sekolah guru Bimbingan Konseling tidak bekerja
sendiri, melainkan antara guru saling membantu, hal ini dilakaukan untuk
pemenuhan VISI dan MISI sekolah.
Segala keikutsertaan guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi masalah
kedisiplinan siswa diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa dalam
menaati tata tertib dan kedisiplinan di lingkungan siswa dan guru. Semua
peran serta guru Bimbingan Konseling sangat dibutuhkan untuk menerapkan
kedisiplinan siswa di sekolah.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Peran guru Bimbingan Konseling dalam
menangani kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro
Faktor atau hal yang mendukung guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi
masalah kedisiplinan siswa adalah sebagai berikut:
1. Kerjasama antar guru
Kerjasama dijalin untuk memudahkan guru Bimbingan Konseling dalam
menangani masalah kedisiplinan siswa. Selain guru Bimbingan Konseling,
guru yang lainpun juga melakukan hal yang sama untuk kedisiplinan siswa,
seperti memberikan peringatan kepada siswa mengenai kesalahan yang
dilakukan oleh siswa.
Selain guru Bimbingan Konseling yang memberikan peringatan dan
hukuman, peran wali kelas juga sangat dibutuhkan untuk membantu peran
serta guru Bimbingan Konseling dalam menumbuhkan kesadaran kedisiplinan
kepada para siswa. Apabila guru kelas sudah tidak sanggup lagi, maka
permasalahan diberikan kepada guru Bimbingan Konseling sebagai tindak
lanjutnya. Maka kerjasama antar guru sangat dibutuhkan demi terciptanya
keadaan disiplin di lingkugna sekolah, terutama untuk para siswa. Semua guru
saling mendukung program yang satu dengan yang lainnya, dengan demikian
akan tercipta kedisiplinan sekolah yang kondusif.
2. Motivasi dari siswa
Hal terbesar yang dapat mendukung peran guru Bimbingan Konseling
dalam mengatasi masalah kedisiplinana siswa adalah motivasi yang besar dari
dalam diri siswa itu sendiri. Dengan mengakui kesalahan yang telah diperbuat
dan berusaha memperbaiki kesalahan siswa akan sadar dengan sendirinya akan
kesalahan yang telah diperbuat. Keinginan yang kuat dari siswa untuk berubah
20. inilah yang menjadi faktor pendukung yang paling kuat bagi guru Bimbingan
Konseling untuk melakukan perannya dalam mengatasi masalah kedisiplinan
siswa.
Setelah motivasi untuk berubah dan memperbaiki kesalahan dari siswa ini
tumbuh, guru sebagai orang yang dianggap mampu untuk menyelesaikan
masalah hanya perlu membimbing agar siswa ini tidak melakukan kesalahan
yang sama. Bimbingan perlu dilakukan secara terus-menerus agar motivasi
yang kuat ini tidak pernah luntur.
Kekuatan motivasi ini sangat dibutuhkan untuk memudahkan guru
Bimbingan Konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinan yang sering
dilanggar oleh siswa. Dalam hal ini siswa membutuhkan bimbingan dan
pengarahan yang sangat kuat dari guru untuk perbaikan.
3. Kerjasama dengan lingkungan sekitar
Hubungan yang dijalin dengan lingkungan sekitar akan sangat membantu
jika dilakukan dengan sangat apik oleh pihak sekolah. Banyak hal yang bisa
dilakukan oleh pihak sekolah untuk merangkul para penduduk sekitar untuk
menjaga kondusifitas proses belajar mengajar. Kerjasama dapat dilakukan oleh
guru bimbingan konseling bersama dengan guru yang membidangi hubungan
dengan masyarakat.
Sebagai seorang guru bimbingan konseling dapat memberikan penyuluhan
kepada masyarakat bahwasannya kerjasama dari masyarakat sangatlah penting
untuk menerapkan kedisiplinan di sekolah yang berada di pemukiman
penduduk. Jika sekolah dipandang baik oleh masyarakat luas maka penduduk
sekitar juga akan mendapatkan pujian darinya. Maka dengan tujuan ini sekolah
harus dapat menjalin hubungan yang sangat erat dengan warga sekitar.
Jika hubungan kerjasama yang sehat telah terjalin antara pihak sekolah
dengan warga sekitar akan dengan mudah menerapkan kedisiplinan kepada
siswa. Apabila ada kesalahan yag dilakukan oleh siswa dilingkungan warga,
penduduk sekitar akan segera mengingatkan dan selanjutnya akan diserahkan
kepada pihak sekolah untuk mengambil langkah berikutnya untuk memberikan
efek jera kepada para peserta didik.
Bimbingan adalah bantuan bagi individu yang menghadapi masalah, maka
sudah tentu berhasil tidaknya suatu usaha bantuan dalam rangka bimbingan
akan banyak tergantung dari keterangan-keterangan atau informasi tentang
21. individu tersebut. Informasi tentang individu akan menentukan jenis masalah,
jenis bimbingan, teknik-teknik dan alat-alat yang dibutuhkan (I. Djumhur dan
Moh Surya, 1975:39)
Adapun faktor penghambat yang menjadi penghalang bagi guru
Bimbingan Konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinan antara lain
sebagai berikut :
1. Latar belakang siswa
Keadaaan keluarga dari siswa yang berbeda-beda menjadikan
kesadaran akan kedisiplinan dari masing-masing siswa menjadi hambatan
paling besar dalam mendisiplinkan perilaku siswa. Peran keluarga yang
kurang dalam memberikan pendidikan kedisiplinan kepada anak
memberikan dampak yang besar terhadap sikap disiplin anak di
lingkungan sekolah. Dalam keadaan yang seperti ini maka guru bimbingan
konseling harus memahami terlebih dahulu latar belakang dari siswa yang
mempunyai masalah di sekolah.
Keadaaan latar belakang siswa dapat guru peroleh melalui wawancara
dengan teman sebaya atau lingkungan di sekitar tempat tinggal siswa.
Dengan data yang terkumpul akan memberikan gambaran yang jelas
tentang individualitas masing-masing siswa, dengan menghubungkan
aspek satu dengan yang lainnya dan dengan membandingkan data dari
peserta didik lainnya (Winkel, 1991:225)
Setelah data dari latar belakang siswa telah didapatkan oleh guru,
maka dengan data ini seorang pendidik dapat menentukan cara apa yang
akan digunakan dalam menangani masalah yang dihadapi oleh siswa
tersebut. Dalam menangani permasalahan yang dihadapi seorang guru
harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang guru maupun teman.
2. Lingkungan sekitar
Keberadaan SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro yang berada di
lingkungan pemukiman penduduk merupakan salah satu faktor yang
menghambat kerja guru bimbingan konseling dalam mendisiplinkan para
siswanya. Meskipun kondisi memberikan ketenangan dalam proses belajar
mengajar dikarenakan letaknya yang jauh dari jalan raya, tetapi keberadaan
sekolah yang berdampingan dengan tempat tinggal warga menjadikan para
siswa dengan mudah lari dari peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah.
22. Kemajemukan warga sekitar juga menjadi faktor yang menjadikan
kedisiplinan kurang diterapkan oleh para siswa. Ditemukan bahwa di
lingkungan penduduk banyak anak-anak usia remaja yang tidak
melanjutkan pendidikannya, maka dari itu banyak diantara para siswa
mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh warga sekitar.
Realitas yang demikian ini tidak dapat dipungkiri oleh para guru dan
warga sekolah lainnya. Dengan keadaan yang seperti ini maka sebagai
seorang guru bimbingan konseling mempunyai peran yang ganda selain
mendisiplinkan siswa di sekolah guru BK juga harus menjalin hubungan
kerjasama dengan masyarakat sekitar melalui guru yang membidangi
hubungan masyarakat (HUMAS). Untuk meningkatkan hubungan
kerjasama yang baik maka dibutuhkan jalinan kerjasama yang saling
menguntungkan (simbiosis mutualisme) baik untuk pihak sekolah maupun
untuk masyarakat sekitar.
3. Kurangnya kesadaran siswa
Kedisiplinan merupakan hal pertama dan utama yang harus dimiliki oleh
siswa untuk meraih segala yang diinginkan baik bidang akademik maupun
non akademik. Namun banyak diantara para siswa yang menyepelekan
kedisiplinan yang harus dimiliki. Kebanyakan dari mereka masih banyak
yang melanggar peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan oleh
sekolah. Kurangnya kesadaran inilah yang menjadi salah satu penghambat
untuk menerapkan kedisiplinan di kalangan anak-anak sekolah.
Banyak sekali alasan yang diberikan oleh para peserta didik ketika
melanggar tata tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah. Para siswa
menganggap pelanggaran terhadap tata tertib adalah hal biasa untuk
dilakukan, maka sebagai seorang guru harus selalu memberikan motivasi
kepada siswa untuk senantiasa meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kedisiplinan untuk diri para peserta didik. Melihat keadaan yang demikian
maka guru bimbingan konseling memiliki peran yang penting dalam
menjaga kedisiplinan siswa di sekolah, hal ini dikarenakan guru bimbingan
konseling adalah sosok guru yang dianggap mampu untuk menyelesaikan
berbagai masalah kedisiplinan yang dihadapi oleh siswa. Dengan berbekal
pengalaman yang didapatkan dalam menangani masalah-masalah dari latar
belakang siswa yang berbeda-beda maka sebagai guru bimbingan
23. konseling diharapkan dapat menumbuhkan motivasi kesadaran akan
kedisiplinan untuk para siswa di lingkungan sekolah yang menaungi
mereka.
Dengan melihat analisis di atas dapat penulis katakan bahwa peran guru
bimbingan konseling dalam menangani masalah kedisiplinan siswa
sangatlah tepat. Hal ini dikarenakan kedisiplinan adalah modal utama yang
harus siswa miliki, dan guru bimbingan konseling dianggap sosok yang
tepat untuk menyelesaikan masalah kedisiplinan siswa.
24. BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai peran guru bimbingan konseling dalam mengatasi
masalah kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro Kabupaten
Boyolali yang telah dipaparkan dari Bab I sampai Bab IV dapat dikemukakan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi kedisiplinan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro dalam
keadaan cukup dengan didasarkan pada indikator-indikator yang telah dipaparkan
pada pembahasan sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya
pelanggaran kedisiplinan yang dilakukan oleh siswa, seperti sering terlambat
masuk kelas, sering membolos, keluar saat jam pelajaran sedang berlangsung, dan
seringnya membuat gaduh di dalam kelas. Maka kedisiplinan siswa dikatakan
cukup, dan peran guru bimbingan konseling masih perlu peningkatan.
2. Peran guru bimbingan konseling dalam mengatasi masalah kedisiplinan siswa di
SMP Muhammadiyah 05 Wonosegoro sangat kuat didasarkan pada segala hal
yang dibutuhkan untuk mendidik kedisiplinan siswa. Peran tersebut antara lain.
1. Pemberian peringatan kepada siswa
2. Pemberian bimbingan secara individu
3. Pemberian bimbingan secara kelompok
4. Pemberian hukuman kepada siswa
5. Pemanggilan orang tua siswa
6. Pembiasaan di dalam intrakurikuler dan ekstrakurikuler
3. Berdasarkan analisa selanjutnya dapat diambil kesimpulan bahwa ada banyak hal
yang dapat menjadi pendukung dan penghambat guru dalam mendisiplinkan
siswa.
a. Adapun faktor pendukungnya antara lain:
1. Kerjasama antar guru
2. Motivasi dari siswa
3. Kerjasama dengan lingkungan sekitar
b. Adapun faktor penghambatnya antara lain:
1. Latar belakang siswa
2. Lingkungan sekitar
25. 3. Kurangnya kesadaran siswa.
5.2. Saran
Dengan demikian bimbingan dan konseling merupakan salah satu tugas yang
seyogyanya dilakukan oleh setiap tenaga pendidikan yang bertugas di sekolah
tersebut. Bimbingan dapat diartikan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk
mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimal kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat.
27. LAMPIRAN
(a) (b)
(c)
Gambar 1. Dokumentasi (a) foto bersama kepala sekolah SMA Mulia Pratama, (b) foto bersama
guru BK SMA Mulia Pratama, (c) foto bersama siswa dan guru SMA Mulia Pratama.