1. PERAN GURU MATA PELAJARAN DALAM
BIMBINGAN DAN KONSELING
Disusun Untuk melengkapi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling
Oleh
Nurul Latifiyah Aldilla
(4301413083)
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no.20 Tahun 2003 pasal 3
menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, maka dirumuskan tujuan
pendidikan dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara
dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan
menengah (pasal 3 PP nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar).
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam rangka mencapai amanat
Undang-Undang tersebut di mana guru mempunyai fungsi strategis,
mengembangkan potensi peserta didik dalam hal ketakwaan, pengetahuan, sikap,
dan keterampilan siswa secara keseluruhan. Peran guru juga diharapkan mampu
secara optimal mengembangkan peserta didik dengan tidak hanya sebagai
pembelajar, melainkan juga sebagai pembimbing peserta didik dalam mengenal
dirinya dan lingkungannya. Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak tersesat dalam
proses menuju generasi yang sesuai amanat Undang-Undang.
Salah cara untuk mempermudah mewujudkan hal tersebut adalah layanan
bimbingan dan konseling bagi peserta didik di sekolah. Bimbingan dan konseling
merupakan bantuan kepada individu peserta didik dalam menghadapi persoalan-
persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya atau dalam proses belajarnya. Bantuan
semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, agar setiap peserta didik dapat
lebih berkembang ke arah yang seoptimal mungkin. Dengan demikian bimbingan
dan konseling menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan
pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut,
termasuk seorang guru.
3. B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat bimbingan dan konseling?
2. Apakah fungsi bimbimgan dan konseling di sekolah?
3. Bagaimana peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling?
C. Tujuan
1. Mengetahui hakikat bimbingan dan konseling.
2. Mengetahui fungsi bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Mengidentifikasi peran guru mata peljaran dalam bimbingan dan konseling di
sekolah.
4. BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Bimbingan dan Konseling
Bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu
agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu
individu tersebut agar dapat memahami dirinya, mengarahkan dirinya, dan
merealisasikan dirinya.
Sedangkan konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami
suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Konseling mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Adanya bantuan dari ahli.
Bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar
memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah
guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.
Dilakukan dengan wawancara konseling.
B. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Fungsi penyaluran
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan
siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di
sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan
ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri-
ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk
memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan
anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
Fungsi penyesuaian
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk
memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik
bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini
juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara
optimal.
5. Fungsi adaptif
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf
sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran
dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini
pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan
kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini
guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para
siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang
sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat.
C. Peran Guru Mata Pelajaran dalam Bimbingan dan Konseling
Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi
yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-
tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan
berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. Siswa adalah individu
yang unik, tidak ada dua individu yang sama. Di samping itu setiap individu juga
makhluk yang sedang berkembang. Perkembangan mereka tentu tidak sama.
Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing.
Guru tidak dapat memaksa agar siswanya menjadi ini atau jadi itu. Siswa akan
tumbuh dan berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang
dimilikinya. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa
tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya. Inilah makna
peran sebagai pembimbing. Jadi, inti dari peran guru sebagai pembimbing adalah
terletak pada kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan siswa
yang dibimbingnya.
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran siswa. Tetapi bukan berarti dia sama sekali lepas dengan
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Guru mata pelajaran tetap sangat
diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak
sebagai konselor bagi siswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran
yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi
pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang
dibimbingnya.
6. Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran
dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat,
ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.
Lebih jauh, Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai
pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami
kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam
batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching).
Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran
guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor profesional.
Dalam konteks organisasi layanan bimbingan dan konseling di sekolah, peran
dan konstribusi guru sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Prayitno (2003) memerinci peran,
tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling
adalah :
1. Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan
layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-
siswa tersebut.
2. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa.
3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada konselor.
4. Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut
konselor memerlukan pelayanan khusus, seperti pengajaran/latihan
perbaikan, dan program pengayaan.
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
7. Peranan guru mata pelajaran dalam pelaksanaan kegiatan Bimbingan
Konseling sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang dirumuskan. Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling dapat di bedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
Tugas guru dalam layanan bimbingan di dalam kelas
Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru
yang bersifat otoriter akan menimbulkan suasana tegang, hubungan guru
siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-
kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi terbatas. Oleh karena
itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan
belajar-mengajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses
belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing,
yaitu :
Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-
kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya.
Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa
merasa aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang
dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.
Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik.
Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat,
kemampuan dan minatnya.
Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenangkan.
Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai
individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta
mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan
membantu siswa untuk menyadari perasaannya itu.
Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan
siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut
pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.
Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.
Pemahaman siswa secara empatik.
8. Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.
Penampilan diri secara asli (genuine) tidak pura-pura, di depan siswa.
Kekonkretan dalam menyatakan diri.
Penerimaan siswa secara apa adanya.
Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.
Tugas guru dalam operasional bimbingan di luar kelas
Bimbingan bagi peserta didik yang sesuai tingkat kecerdasannya
Melakukan kunjungan rumah
Menyelenggarakan kelompok belajar
Pertemuan guru dan murid
Jika melihat realita bahwa di Indonesia jumlah tenaga konselor profesional
memang masih relatif terbatas, maka peran guru sebagai pembimbing menjadi
penting. Ada atau tidak ada konselor profesional di sekolah, upaya pembimbingan
terhadap siswa tetap diperlukan. Jika kebetulan di sekolah sudah tersedia tenaga
konselor profesional, guru dapat bekerja sama dengan konselor bagaimana
seharusnya membimbing siswa di sekolah. Namun jika belum, maka kegiatan
pembimbingan siswa tampaknya akan bertumpu pada guru. Beberapa keterbatasan
guru antara lain :
Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang
bermacam-macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua
tugas itu.
Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi
ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam
masalah siswa.
9. BAB III
HASIL OBSERVASI DAN ANALISIS
1. Identitas :
Nama : Destia Wahyu Hidayati
Alamat : Desa Wonosekar Rt 2 Rw 3 Kec. Gembong, Pati
Tempat mengajar : SMP Mpu Tantular Semarang
Alumni : Unnes Pendidikan Matematika lulus tahun 2011
2. Tugas yang dikerjakan di sekolah :
Kelas yang diajar : 7 B, 7 C, 7 D
Mata pelajaran : Matematika
Jumlah murid : 7 B (46 anak), 7 C (46 anak), 7 D (42 anak)
Kondisi kelas
Segi fisik : sarana dan prasarana cukup baik, tetapi kurang lengkap
Segi siswa : cukup pintar, mayoritas siswa berasal dari keluarga
menengah ke bawah
3. Pengamatan dalam mengajar :
Menurut anda bagaimana semangat belajar anak bila anda yang mengajar?
Ada siswa yang semangat, siswa yang lain kurang, kira-kira
presentasenya 40% semangat, 60% kurang semangat.
Bagaimana cara anda menyampaikan materi agar mudah dipahami?
Penyampaian materi secara ekspositori. Terkadang menggunakan
fasilitas LCD, tetapi kendalanya rebutan ruang, karena hanya ada 4
ruang yang menggunakan LCD. Lab juga menggunakan LCD tapi
biasanya dipakai untuk pelajaran IPA.
Kesulitan apa yang ditemukan pada waktu mengajar?
Sarpras kurang lengkap. Kelas gemuk, pengajaran dua kali lipat lebih
susah, penguasaan keras lebih ekstra. Motivasi belajar siswa kurang,
anak-anak yang bandel.
Kira-kira bagaimana usaha anda bila terjadi penyimpangan yang dilakukan
siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung?
Misal untuk anak yang ramai. Pertama, diberi peringatan dan nasihat.
Apabila anak masih ramai, disuruh pindah ke depan. Apabila masih
10. seperti itu, anak disuruh keluar, dengan mengerjakan tugas atau berdiri di
depan pintu sambil mendengarkan pelajaran di dalam kelas.
Kiat anak untuk anak yang susah diatur?
Diberi nasihat dulu. Kalau guru sudah tidak bisa, langsung diserahkan ke
wali kelas.
4. Evaluasi :
Bagaimana cara anda mengadakan evaluasi untuk mengetahui materi dapat
diterima anak?
Setiap awal pelajaran mengadakan kuis, mengerjakan soal ke depan,
ulangan harian.
5. Tindak lanjut :
Bagaimana usaha anda apabila dalam evaluasi ada beberapa anak yang
mengalami kesulitan atau pemahaman yang kurang terhadap materi yang
diajarkan?
Dengan mengadakan remidi. Apabila menemukan persoalan yang susah
tanya teman yang lebih paham terlebih dahulu, kalau setelah dijelaskan
teman masih tidak mengerti, baru tanya ke guru.
Bila banyak anak yang mengalami hal seperti bagaimana tindakan anda
selanjutnya?
Mengadakan klasikal, pengulangan materi yang belum dipahami
Andaikata ibu mengadakan remidial teaching, apakah ibu laksanakan pada
waktu kegiatan belajar mengajar itu atau di luar jam pelajaran?
Tergantung situasi dan kondisi, apabila waktu kegiatan belajar mengajar
masih banyak, di waktu tersebut. Kalau tidak di luar jam pelajaran,
biasanya setelah jam sekolah.
Bagaimana lanjutan bagi anak yang mendapatkan nilai/evaluasi dalam
kondisi sangat baik dan sedang?
Saya suruh membaca bab selanjutnya, kalau tidak paham tanya ke saya.
Tapi biasanya kalau ada remidial teaching, yang mempunyai nilai bagus
masih ikut.
11. 6. Bagaimana harapan anda atas usaha yang anda lakukan untuk memberikan
bimbingan tersebut?
Harapannya supaya anak bisa lebih paham.
7. Bagaimana saran-saran dan harapan terhadap sekolah dan terhadap
perkembangan pendidikan dan bimbingan pada dewasa ini di sekolah-sekolah?
Sarpras dikembangkan. Guru dalam membimbing tidak cuma menyalurkan
ilmu, tetapi juga mengembangkan karakter. Guru tidak hanya mementingkan
aspek kognitif saja, tapi juga aspek afektif dan psikomotor. Membimbing
dan mengajar dengan hati.
Dari hasil wawancara di atas, semangat belajar anak di kelas memiliki
presentase 40% semangat, sisanya kurang semangat. Di sinilah peran guru
dibutuhkan, untuk memberikan bimbingan terhadap peserta didik. Pemberian
bimbingan ini bisa dilakukan dengan pemberian motivasi pada siswa agar semangat
belajarnya meningkat. Dalam mengajar ada beberapa kesulitan yang dihadapi,
seperti yang telah diungkapkan dalam hasil wawancara. Guru harus bisa menguasai
kelas agar kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berhasil. Seorang guru harus
punya kiat-kiat atau strategi tertentu dalam mengajar dan membimbing. Selain
mengajar dan membimbing, guru juga harus dapat mengarahkan peserta didik untuk
menaati peraturan yang berlaku di sekolah.
Seorang guru juga perlu mengadakan evaluasi, untuk mengetahui bimbingan
yang diberikan pada siswa berhasil atau tidak. Apabila evaluasi kurang berhasil,
sebagai tindak lanjut, guru perlu memberikan bimbingan lebih dalam lagi kepada
siswa. Evaluasi ini tidak hanya dalam aspek kognitif, tetapi juga afektif dan
psikomotor. Hasil evaluasi yang kurang bagus bisa dipengaruhi dua faktor, pertama
peserta didik yang kurang bisa menerima materi, kedua guru kurang bisa
memberikan bimbingannya. Dalam penanganan masalah peserta didik, guru mata
pelajaran bisa memberikan bimbingannya. Apabila sudah tidak bisa memberikan
bimbingan, diserahkan ke wali kelas dan konselor. Intinya, guru tidak bisa lepas
tangan begitu saja terhadap perkembangan peserta didik.
12. BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan adalah suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar
dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu
siswa agar memahami dirinya, menerima dirinya, mengarahkan dirinya, dan
merealisasikan dirinya.
Konseling adalah bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah
agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah
guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.
Fungsi bimbingan dan konseling antara lain: fungsi penyaluran, fungsi
penyesuaian, dan fungsi adaptasi.
Guru dalam membimbing tidak cuma menyalurkan ilmu, tetapi juga
mengembangkan karakter. Guru tidak hanya mementingkan aspek kognitif saja,
tapi juga aspek afektif dan psikomotor.
Peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah
terletak pada kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan
siswa yang dibimbingnya.
B. Saran
Sebagai seorang guru mata pelajaran, hendaknya harus memiliki sikap simpati
kepada peserta didik dalam mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada peserta
didik dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Peran guru sebagai
pengajar sekaligus pendidik harus mampu mendukung dan mengembangkan potensi
yang dimiliki peserta didiknya. Guru mata pelajaran sebaiknya mampu menjadi
jembatan penghubung antara siswa dengan guru pembimbing (guru BK) sehingga
mampu mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi peserta didik.
13. DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda
Karya Remaja.
PP nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar. Jakarta: Dedpikbud.
Prayitno, dkk. 2003. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta :
Depdiknas.
Sofyan S. Willis. 2005. Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung :
Alfabeta.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Tamita
Jaya Utama
Wina Senjaya. 2006. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.