1. MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING SD NEGERI BANDUNGAN 02
UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN BANDUNGAN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bimbingan Konseling
Kelas 20 D
Kelompok I
Endang Pujiwatiningsih 15.61.1511
Maktuf 15.61.1515
Mike Ariyani 15.61.1517
Supriyanto 15.61.1525
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER SAIN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PARIWISATA INDONESIA
SEMARANG
2. Manajemen Bimbingan dan Konseling SD Negeri Bandungan 02
UPTD Pendidikan Kecamatan Bandungan Tahun Pelajaran 2016/2017
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: a) Mendeskripsikan manajemen pelaksanaan BK di SD
Negeri Bandungan 02; b) Mendeskripsikan peran guru dalam pelaksanaan program BK
di SD Negeri Bandungan 02; c) Mendeskripsikan upaya yang dilakukan guru dalam
pelaksanaan bimbingan belajar siswa di SD Negeri Bandungan 02. Penelitian
mengambil lokasi di SD Negeri Bandungan 02 Kecamatan Bandungan, Kabupaten
Semarang. Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif sedangkan metode yang digunakan yaitu,
observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis
kualitatif, yaitu data yang diterangkan dengan kata-kata atau kalimat kemudian diambil.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di SD Negeri Bandungan 02 sudah terdapat
program bimbingan konseling (BK) yang didalamnya terdapat layanan bimbingan
belajar siswa. Guru sebagai pelaksana pemberi bimbingan sudah memberikan
bimbingan belajar kepada siswa yang mengalami kesulitan dengan baik.
Kata kunci: manajemen, bimbingan, konseling, belajar
Pendahuluan
Penyelenggaraan pengajaran yang hanya menekankan aspek kognitif saja akan
menghasilkan manusia yang tidak seimbang. Maka dari itu pengajaran harus memuat
bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling di dunia pendidikan sangatlah
penting untuk membantu mengatasi permasalahan atau problem tertentu, kebanyakan
pelaksanaan bimbingan dan konseling sekolah bertindak sebagai polisi sekolah,
sehingga peran dan fungsinya dalam mengatasi sebuah masalah kurang berjalan
sebagaimana mestinya. Bimbingan dan konseling untuk dapat berjalan dengan lancar
memerlukan peran guru secara aktif. Bimbingan dan konseling di tingkat sekolah dasar
dilaksanakan oleh guru kelas dibantu guru mata pelajaran. Hal ini berbeda dengan
pelaksanaan BK di lembaga pendidikan seperti SMP dan SMA di mana bimbingan dan
konseling ditangani oleh seorang guru BK, sehingga tugas lebih terfokus dan memiliki
waktu yang lebih cukup.
Identifikasi masalah
Pelaksanaan BK di tingkat sekolah dasar dilaksanakan oleh guru kelas dibantu
dengan guru mapel bukan oleh seorang guru BK sebagaimana di satuan pendidikan
SMP dan SMA. Bimbingan dan konseling di sekolah dasar dintegrasikan dengan
3. pelaksanaan pembelajaran, sedangkan di lembaga SMP dan SMA berdiri sendiri
menjadi satu mata pelajaran sehingga lebih fokus dan memenuhi sasaran.
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: a) Mendeskripsikan manajemen pelaksanaan BK
di SD Negeri Bandungan 02; b) Untuk mendeskripsikan peran guru dalam pelaksanaan
program BK di SD Negeri Bandungan 02; c) Untuk mendeskripsikan upaya yang
dilakukan guru dalam pelaksanaan bimbingan belajar siswa di SD Negeri Bandungan
02.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengidentifikasi masalah atau
fakta secara sistematik; dapat mengetahui bagaimana manajemen pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah apakah sudah sesuai dengan standar pelayanan BK
di sekolah pada umumnya; dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
bagi peneliti dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan.
Tinjaun Pustaka
Pengertian Bimbingan Belajar
Siti Rahayu Haditono (1970) menyatakan: “…bimbingan adalah bantuan dari
seseorang kepada orang lain, bagi anak-anak, orang muda maupun orang tua untuk
mengembangkan pandangannya sendiri, membuat putusan sendiri dan mengatasi
masalahnya dengan kemampuannya sendiri.” (Rubiyanto,dkk.2008:17).
Rochmad Natawidjaja (1987:32) mendefinisikan bahwa: “konseling adalah satu
jenis pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat
diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang
seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu konseli) untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang
dihadapinya pada waktu yang akan datang”. Berdasarkan pernyataan tersebut
bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan adanya pertemuan antara konselor
4. dan individu (konseli) agar konselor dapat membantu mencarikan jalan keluar dari
permasalahan yang ada dan sedang di alami oleh individu (konseli).
Menurut Prayitno (2004: 279) bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk
layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menujukkan
bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan
oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Seringkali kegagalan itu terjadi disebabkan
karena mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai. Berdasarkan
pengertian tersebut bimbingan belajar adalah bimbingan/bantuan yang diberikan dari
pihak sekolah kepada siswanya yang mengalami kesulitan belajar untuk mencapai
ketuntasan belajar yang diinginkan.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Bandungan 02 Kecamatan
Bandungan, Kabupaten Semarang. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan sejak persiapan
sampai dengan penulisan laporan penelitian secara keseluruhan dialakukan kurang lebih
satu bulan yaitu sejak bulan September hingga Oktober 2016. Penelitian ini termasuk
penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas 1-6 dan guru
mata pelajaran di SD Negeri Bandungan 02. Objek dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan program bimbingan dan konseling dalam bimbingan belajar siswa yang ada
di SD Negeri Bandungan 02. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini, antara lain: observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil wawancara dengan Kepala SD Negeri Bandungan 02 didapatkan
penjelasan bahwa pelaksanaan BK dimulai dari:
1. Pengorganisasian
Berajalannya manajemen bimbingan dan konseling di sekolah seperti yang diharapkan
harus didukung dengan beberapa hal, antara lain adanya dukungan adanya organisasi yang
jelas dan teratur. Organisasi yang demikian itu secara tegas mengatur kedudukan, tugas dan
tanggung jawab para personil sekolah yang terlibat. Demikian pula organisasi tersebut
tergambar dalam struktur atau pola organisasi yang bervariasi yang tergantung pada keadaan
dan karakteristik sekolah masing-masing. Sekilas struktur organisasi BK di SD Bandungan
02 adalah sebagai berikut :
5. 2. Pengkoordinasian
Sifat hubungan antara pola-pola di atas dapat diartikan variatif. Hubungan antara unsur
Kepala Sekolah dengan guru mapel dan guru kelas/ wali kelas adalah hubungan koordinatif
sebagai penanggung jawab utama program BK di Sekolah.Guru mapel dan guru kelas
menjalin hubungan kerjasama dalam melaksanakan tugas bimbingan dan konseling. Guru
Mapel dan Guru Kelas dengan siswa memiliki hubungan layanan sebagai pembimbing
/konselor. Tata usaha memiliki hubungan administratife membantu kelancaran tugas guru
sebagai konselor. Komite berperan strategis memberi informasi kesiswaan/orang tua siswa
ke sekolah dan sebaliknya dapat pula berperan sebagai pembantu konselor terhadap masalah-
masalah siswa di masyarakat/lingkungan tempat tinggalnya. Hubungan kerjasama komite
dan sekolah dalam hal ini hubungan dengan guru sebagai konselor sangat diperlukan
dukungannya.
3. Pendelegasian
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh di
sekolah yang bersangkutan harus memiliki kemampuan untuk mengkoordinasikan segenap
kegiatan yang diprogramkan di sekolah, sehingga kegiatan pengajaran, pelatihan dan
bimbingan konseling merupakan kesatuan program yang terpadu, harmonis, dan dinamis
terlaksana secara baik. Terkait dengan pelayanan BK di SD Kepala Sekolah tidak
memungkinkan memberi layanan konseling kepada siswa yang cukup banyak jumlahnya.
Oleh karenanya tugas dan tanggung jawab tersebut di delegasikan kepada para guru mata
pelajaran dan guru/wali kelas masing-masing. Kepala sekolah melaksanakan pengawasan
dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program BK, penilaian dan upaya
tindak lanjut layanan bimbingan konseling.
Pengawas Sekolah
Kepala Sekolah
Tata Usaha
Komite Sekolah
Guru Kelas Wali KelasGuru Mapel
Siswa
6. 4. Pengkomunikasian
Layanan BK merupakan bagian yang integral. Penyelenggaraan BK melibatkan
berbagai pihak dalam mensukseskan program. Oleh karena itu perlu dikomunikasikan
kepada pihak-pihak terkait yang berkepentingan. Sosialisasi program dapat dilakukan secara
langsung dengan tatap muka atau dapat pula secara tidak langsung melalui berbagai media
yang ada. Pengkomunikasian berperan penting mendukung kesuksesan program.
5. Evaluasi
a) Evaluasi hasil : jangka pendek diukur dengan menggunakan lembar refleksi diri
Jangka menengah diukur dengan menggunakan lembar observasi partisipasi guru
saat mengikuti kegiatan
b) Evaluasi proses : Dilaksanakan dengan mengadakan pengamatan selama
proses kegiatan berlangsung. Aspek yang diamati antara lain partisipasi guru
dalam kegiatan layanan tersebut.
c) Rubrik Evaluasi (target penilaian untuk siswa) guru dikatakan berhasil
memperoleh pengalaman belajar dengan baik apabila.
d) Guru dapat menjelaskan penerapan nilai dan perilaku pribadi dalam kehidupan
diluar kelompok.
e) Guru mampu menyebutkan beberapa hal yang dapat menyebabkan manusia
merasa ditolak.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Manajemen Bimbingan dan
Konseling SD Negeri Bandungan 02” maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1) Di SD Negeri Bandungan 02 terdapat program Bimbingan dan Konseling (BK) yang
pelaksanaannya sudah sesuai dengan program BK yang ada.
2) Guru dalam pelaksanaan program BK sangat berperan aktif agar bimbingan dan
konseling yang diberikan kepada siswa dapat berjalan dengan lancar.
3) Upaya yang dilakukan guru dalam pelaksanaan bimbingan belajar yaitu: a) Guru
berusaha untuk membina hubungan yang baik dengan orang tua atau wali murid pada
waktu rapat dengan wali murid dan pengambilan rapot; b) Guru lebih mendekatkan
diri kepada siswa-siswa dengan mengajaknya serta menanyainya dengan halus
sehingga anak menjadi merasa lebih dekat dengan guru-guru; c) Guru meminta
bantuan dari guru lain jika siswa yang diatasi dirasa merasa kesulitan yakni guru
7. agama, guru olah raga dan guru yang lulusan BK (Bimbingan Konseling) yang ada di
sekolah; d) Guru memberikan pengertian kepada siswa bahwa mata pelajaran yang
ada sebenarnya tidak sulit.
Daftar Pustaka
Djhoien, M. d. (2007). Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surakarta:
FKIP UMS.
Moleong. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Patilima, H. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukardi, D. K. (2008). Proes Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tohirin. (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja
Grafindo.
9. Dokumentasi saat pendampingan Manajemen Bimbingan dan Konseling di
SDN Bandungan 02
Gambar 1. Wawancara dengan kepala sekolah
Gambar 2. Guru-guru SD Bandungan 02 sedang mengisi instrumen
Gambar 3. Guru SDN Bandunga 02 melakukan pemapar
Pemaparan pelaksanaan BK oleh
guru SD Bandungan 02
10. Dokumentasi saat pendampingan Manajemen Bimbingan dan Konseling di
SDN Bandungan 02
Gambar 1. Wawancara dengan kepala sekolah
Gambar 2. Guru-guru SD Bandungan 02 sedang mengisi instrumen
Gambar 3. Guru SDN Bandunga 02 melakukan pemapar
Pemaparan pelaksanaan BK oleh
guru SD Bandungan 02