SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Get Homework Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
Laporan kasus
SINDROM NEFROTIK
1
OLEH
ELVA GABRIELLA DEPARI
0908113640
Pembimbing :
dr. ALEX BARUS, Sp.PD, FINASIM
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik
glomerulonefritis yang ditandai dengan proteinuria masif (≥ 3 – 3,5 g/hari atau
rasio protein kreatinin pada urin sewaktu > 300-350 mg/mmol), hipoalbuminemia
(<25 g/l), hiperkolesterolemia (total kolesterol > 10 mmol/L), dan manifestasi
klinis edema periferal. Pada proses awal atau SN ringan untuk menegakkan
diagnosis tidak semua gejala tersebut harus ditemukan.1,2,3
SN dapat terjadi pada semua usia, dengan perbandingan pria dan wanita
1:1 pada orang dewasa. SN terbagi menjadi SN primer yang tidak diketahui
penyebabnya dan SN sekunder yang dapat disebabkan oleh infeksi, penyakit
sistemik, metabolik, obat-obatan, dan lain-lain.1,2,3,4
Proteinuria masif merupakan tanda khas SN, tetapi pada SN yang berat
yang disertai kadar albumin serum rendah ekskresi protein dalam urin juga
berkurang. Proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai komplikasi yang
terjadi pada SN. Hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan lipiduria, gangguan
keseimbangan nitrogen, hiperkoagulabilitas, gangguan metabolisme kalsium dan
tulang, serta hormon tiroid sering dijumpai pada SN. Umumnya pada SN fungsi
ginjal normal kecuali pada sebagian kasus yang berkembang menjadi penyakit
ginjal tahap akhir. Pada beberapa episode SN dapat sembuh sendiri dan
menunjukkan respon yang baik terhadap terapi steroid, tetapi sebagian lagi dapat
berkembang menjadi kronik.1,2, 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1. Definisi
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik penyakit
gromerular yang ditandai dengan proteinuria masif >3,5gram/24 jam/1,73/m2
disertai hipoalbuminemia, edema anasarka, hiperlipidemia, lipiduria dan
hiperkoaguabilitas.
2. Etiologi
Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis primer dan
sekunder akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung (connective
tissue disease), obat atau toksin, dan akibat penyakit sistemik.1,3
Klasifikasi dan penyebab sindrom nefrotik didasarkan pada penyebab
primer ( gangguan glomerular karena umur), dan sekunder (penyebab sindrome
nefrotik).1,5
a. Penyebab Primer
Umumnya tidak diketahui penyebabnya dan terdiri atas sindrom nefrotik idiopatik
(SNI) atau yang sering disebut juga SN primer yang bila berdasarkan gambaran
dari histopatologinya, dapat terbagi menjadi; 1,3,5
1. Sindroma nefrotik kelainan minimal
2. Nefropati membranosa
3. Glomerulonephritis proliferative membranosa
4. Glomerulonephritis stadium lanjut
b. Penyebab Sekunder
a. Infeksi : malaria, hepatitis B dan C, GNA pasca infeksi, HIV, sifilis, TB, lepra,
skistosoma1
b. Keganasan : leukemia, Hodgkin’s disease, adenokarsinoma :paru, payudara,
colon, myeloma multiple, karsinoma ginjal1,3,5
c. Jaringan penghubung : SLE, artritis rheumatoid, MCTD (mixed connective
tissue disease)1
d. Metabolik : Diabetes militus, amylodosis5
e. Efek obat dan toksin : OAINS, preparat emas, penisilinami, probenesid,
kaptopril, heroin1
4
f. Berdasarkan respon steroid, dibedakan respon terhadap steroid (sindrom
nefrotik yang sensitive terhadap steroid (SNSS) yang lazimnya berupa kelainan
minimal, tidak perlu biopsy), dan resisten steroid atau SNRS yang lazimnya
bukan kelainan minimal dan memerlukan biopsy.5
3. Patofisiologi
Pemahaman patogenesis dan patofisiologi sangat penting dan merupakan
pedoman pengobatan rasional untuk sebagian besar pasien SN.
- Proteinuria
Proteinuria merupakan kelainan dasar SN. Proteinuria sebagian besar berasal dari
kebocoran glomerulus (proteinuria glomerular) dan hanya sebagian kecil berasal
dari sekresi tubulus (proteinuria tubular). Perubahan integritas membrana basalis
glomerulus menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma dan protein utama yang diekskresikan dalam urin adalah albumin. Derajat
proteinuria tidak berhubungan langsung dengan keparahan kerusakan glomerulus.
- Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia disebabkan oleh hilangnya albumin melalui urin dan
peningkatan katabolisme albumin di ginjal. Sintesis protein di hati biasanya
meningkat (namun tidak memadai untuk mengganti kehilangan albumin dalam
urin), tetapi mungkin normal atau menurun.
- Hiperlipidemia
Kolesterol serum, very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein
(LDL), trigliserida meningkat sedangkan high density lipoprotein (HDL) dapat
meningkat, normal atau menurun. Hal ini disebabkan peningkatan sintesis lipid di
hepar dan penurunan katabolisme di perifer (penurunan pengeluaran lipoprotein,
VLDL, kilomikron dan intermediate density lipoprotein dari darah). Peningkatan
sintesis lipoprotein lipid distimulasi oleh penurunan albumin serum dan
penurunan tekanan onkotik.
- Lipiduria
5
Lemak bebas (oval fat bodies) sering ditemukan pada sedimen urin. Sumber
lemak ini berasal dari filtrat lipoprotein melalui membrana basalis glomerulus
yang permeabel.
- Edema
Dahulu diduga edema disebabkan penurunan tekanan onkotik plasma akibat
hipoalbuminemia dan retensi natrium (teori underfill). Hipovolemia menyebabkan
peningkatan renin, aldosteron, hormon antidiuretik dan katekolamin plasma serta
penurunan atrial natriuretic peptide (ANP). Pemberian infus albumin akan
meningkatkan volume plasma, meningkatkan laju filtrasi glomerulus dan ekskresi
fraksional natrium klorida dan air yang menyebabkan edema berkurang. Peneliti
lain mengemukakan teori overfill. Bukti adanya ekspansi volume adalah
hipertensi dan aktivitas renin plasma yang rendah serta peningkatan ANP.
Beberapa penjelasan berusaha menggabungkan kedua teori ini, misalnya
disebutkan bahwa pembentukan edema merupakan proses dinamis. Didapatkan
bahwa volume plasma menurun secara bermakna pada saat pembentukan edema
dan meningkat selama fase diuresis.
- Hiperkoagulabilitas
Keadaan ini disebabkan oleh hilangnya antitrombin (AT) III, protein S, C dan
plasminogen activating factor dalam urin dan meningkatnya faktor V, VII, VIII,
X, trombosit, fibrinogen, peningkatan agregasi trombosit, perubahan fungsi sel
endotel serta menurunnya faktor zimogen (faktor IX, XI).
- Kerentanan terhadap infeksi
Penurunan kadar imunoglobulin Ig G dan Ig A karena kehilangan lewat ginjal,
penurunan sintesis dan peningkatan katabolisme menyebabkan peningkatan
kerentanan terhadap infeksi bakteri berkapsul seperti Streptococcus pneumonia,
Klebsiella, Haemophilus. Pada SN juga terjadi gangguan imunitas yang
diperantarai sel T. Sering terjadi bronkopneumoni dan peritonitis.
4. Tanda dan gejala
Gejala pertama yang muncul meliputi anorexia,rasa lemah, urin berbusa
(disebabkan oleh konsentrasi urin yang tinggi). Retensi cairan menyebabkan sesak
6
nafas (efusi pleura), oligouri, arthralgia, ortostatik hipotensi, dan nyeri abdomen
(ascites).
Untuk tanda dan gejala yang lain timbul akibat komplikasi dari
sindromnefrotik.5,6
5. Diagnosis
Diagnosa SN dibuat berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan
laboratorium berupa proteinuria masif >3,5 g/l1,73 m2 luas pemukaan tubuh/hari,
hipoalbuminemia ,3g/dl, edema, hiperlipidemia, lipiduria, dan hiperkoaguabilitas.
Pemeriksaan tambahan seperti venerologi diperlukan untuk menegakkan diagnosis
trombosis vena yang dapat terjadi akibat hiperkoaguabilitas. Pada SN primer
untuk menetukan jenis kelainan histopatologi ginjal yang menentukan prognosis
dan respon terhadap terapi, diperlukan biopsi ginjal. 2,5
Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa
pemeriksaan penunjang berikut:
· Urinalisis
Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindromk nefrotik. Proteinuria berkisar 3+
atau 4+ pada pembacaan dipstik.
· Pemeriksaan sedimen urin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel yang
mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, torak
hialin dan torak eritrosit.2
· Pengukuran protein urin
Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot
collection. Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai
dari jam 7 pagi hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat,
total protein urin ≤ 150 mg. Adanya proteinuria masif merupakan kriteria
diagnosis.2,8
Single spot collection lebih mudah dilakukan. Saat rasio protein urin dan kreatinin
> 2g/g, ini mengarahkan pada kadar protein urin per hari sebanyak ≥ 3g.2,8
· Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis
· USG renal
7
Untuk melihat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.2
· Biopsi ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN congenital, onset usia> 8 tahun,
resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat manifestasi
nefritik signifikan.Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsi mungkin
diperlukan untuk diagnosis. Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan
karena masing-masing tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda.2
·
Darah:
Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:2
- Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml)
- Albumin menurun (N:4-5,8 gm/100ml)
- Ureum, kreatinin dan klirens kreatinin dapat normal atau meningkat.
6. Penatalaksanaan
Pengobatan SN terdiri dari pengobatan spesifik yang ditujukan terhadap
penyakit dasar dan pengobatan non-spesifik untuk mengurangi proteinuria,
mengontrol edema, dan mengobati komplikasi. Diuretik disertai diet rendah
garam dan tirah baring dapat membantu mengontrol edema. Furosemid oral
dapat diberikan dan bila resisten dapat dikombinasi dengan tiazid, metalazon,
dan atau asetazolamid. Kontrol proteinuria dapat memperbaiki hipoalbuminemia
dan mengurangi resiko komplikasi yang ditimbulkan. Pembatasan asupan
protein 0,8-1,0g/kg berat badan/hari dapat mengurangi proteinuria.
Obat peghambat enzim konversi angiotensin (angiotensin converting
enzyme inhibitors) dan antagonis reseptor angiotensin II (angiotensin II receptor
antagonist) dapat menurunkan tekanan darah dan kombinasi keduanya
mempunyai efek aditif dalam menurunkan proteinuria. Risiko tromboemboli
pada SN meningkat dan perlu mendapat penanganan. Walaupun pemberian
antikoagulan jangka panjang masih kontroversial tetapi pada suatu studi terbukti
memberikan keuntungan. Dislipidemia pada SN belum secara meyakinkan
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, tetapi bukti klinik dalam populasi
menyokong pendapat perlunya mengontrol keadaan ini. Obat penurun lemak
8
golongan statin seperti simvastatin, pravastatin, dan lovastatin dapat
menurunkan kolesterol LDL, trigliserid, dan meningkatkan kolesterol HDL.1
9
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
No RM : 81 54 44
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Status : Menikah
Alamat : Merbau, Selat Panjang
Masuk RS : 15 Juni 2013
Tanggal Pemeriksaan : 17 Juni 2013
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama
- Bengkak di hampir seluruh tubuh sejak 1 bulan SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
- 1 bulan SMRS, pasien mengeluhkan bengkak di hampir seluruh tubuh.
Bengkak diakui pasien mulai muncul didaerah wajah dan berlanjut ke seluruh
tubuh hingga ke kaki.
- Pasien juga mengeluhkan sesak jika beraktivitas berlebihan.
- BAK normal. BAB normal. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi
sebelumnya, namun pasien mengetahui TD nya mulai meningkat saat berobat
ke puskesmas sejak 1 bulan yang lalu atas keluhan sesak, namun tidak ada
perbaikan.
- Pasien tidak ada mengeluhkan mual, muntah, dan juga demam.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat asma (+)
10
- Riw HT (-)
- Riw DM (-)
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
- Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama
Riwayat Pekerjaan, Kebiasaan
- Pasien bekerja sebagai kayawan swasta
- Sosek : menengah ke bawah
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Komposmentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Vital Sign : - Tekanan darah : 160/100 mmHg
- Frekuensi nadi : 80x/menit, regular
- Frekuensi napas : 24 x/menit
- Suhu : 36,50 C
- Tinggi badan : 170 cm Berat badan: 74 kg
- Status gizi : Baik
Kepala dan leher
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor,
diameter 3 mm/3 mm, reflex cahaya (+/+)
- Leher : Pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)
Paru
- Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan = kiri
- Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : vesikuler seluruh lapangan paru, wheezing (-/-), ronki (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : batas-batas jantung
Dextra : RIC V linea parasternalis dekstra
11
Sinistra : RIC V 2 jari medial LMCS
- Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : distensi (+), venektasi (-), scar (-)
- Palpasi : supel, NTE (-), hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : pekak, shifting dullness (+)
- Auskultasi: bising usus (+) normal
Ekstremitas
- Akral hangat
- CRT < 2 detik
- Pitting edema (+/+)
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium
Darah rutin
 Hb : 11,8 gr/dl
 Ht : 35,9%
 Leukosit : 13.600 /mL
 Trombosit : 521.000 /ul
Kimia Darah
 Albumin : 0,7 g/dl
 AST/SGOT : 35,6 IU/L
 ALT/SGPT : 26 IU/L
 GLU : 131 mg/dl
 URE : 143,4 mg/dl
 CRE : 7,8 mg/dl
 CHO : 652
 HDL : 120
 TG : 444
 URI :6,3
Urinalisis
 Protein : +++
12
 pH Urin : 8,5
 Leukosit : 7-15
RESUME
Pasien Tn. S, 49 tahun datang ke RSUD AA dengan keluhan bengkak di hampir
seluruh tubuh sejhak 1 bulan SMRS, mulai timbul di daerah wajah dan berlanjut
ke seluruh tubuh hingga kaki. Pasien juga mengeluh sesak jika beraktivitas
berlebihan. Pasien juga mengakui tekanan darahnya mulai meningkat setelah
berobat ke puskesmas sejak 1 bulan yang lalu atas keluhan sesak. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan TD 160/100 mmHg pada tanda-tanda vital. Pada
pemeriksaan fisik abdomen, ditemukan perut cembung, pekak saat diperkusi dan
shifting dullness. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan leukosit
13.600/ ml. Albumin 0,7 g/dl, Ureum 143,4 mg/dl, Creatinin 7,8 mg/dl, CHO 652,
HDL 120, TG 444, URI 6,3. Pada pemeriksaan urin, protein ditemukan +++, pH
urin 8,5, leukosit 7-15.
DAFTAR MASALAH
- Edema
- Sesak nafas
- Proteinuria + Hipoalbuminemia
- Hipertensi
Diagnosis
Susp. Sindrom Nefrotik
Rencana Penatalaksanaan
- Non farmakologis
Istirahat/ tirah baring dengan posisi kaki lebih ditinggikan
- Farmakologis
IVFD D5% 12 tpm
Plasbumin 25% 100cc I/hr
13
Inj Ranitidin 2x1
Inj Ceftriaxon 2x1
Captopril 3x12,5mg
Furosemid tab 2x1
FOLLOW UP PASIEN
18 Juni 2013
S: sesak nafas (+) ; lemas (+) ; BAK normal ; BAB normal ; demam (-)
O: TD 160/100 mmHg
HR 84x/menit, regular, isi cukup
RR 22x/menit
T 36,7°C
BB 72,5 kg
Pemeriksaan fisik : edema (+)
A: Susp. sindrom nefrotik
P: IVFD D5% 12 tpm
Plasbumin 25% 100cc I/hr
Inj Ranitidin 2x1
Inj Ceftriaxon 2x1
Captopril 3x12,5mg
Furosemid tab 2x1
19 Juni 2013
S: sesak nafas (+) ; BAK normal ; BAB normal ; demam (-)
O: TD 100/90,
HR 82x/menit, regular, isi cukup
RR 22x/menit
T 36,6 °C
BB 73 kg
Pemeriksaaan fisik : edema (+)
A: Susp. Sindrom nefrotik
P: terapi lanjut
14
20 Juni 2013
S: lemas (+) ; sesak (+) ; BAK 3xsehari ; BAB 1xsehari
O: TD 140/90
HR 80x/menit, regular, isi cukup
RR 20x/menit
T 36,5° C
BB 72,5 kg
Pemeriksaan fisik: edema (+)
A: Sindrom nefrotik
P: terapi lanjut
21 Juni 2013
S : lemas (+) ; sesak (+) namun berkurang
O : TD 160/100
HR 76x/menit, reguler, isian cukup
RR 20x/menit
T 36,5° C
BB 72 kg
Pemeriksaan fisik: edema (+) ; wheezing (+/+)
A : Sindrom nefrotik + ISPA + HT
P : captopril 12,5 mg 3x1
Inj Furosemid 3x1
Inj Ranitidin 2x1
22 Juni 2013
S : lemas (+) ; sesak (+) namun berkurang ; batuk ; sakit kepala
O : TD 170/100
HR 84x/menit, reguler, isian cukup
RR 20x/menit
T 36,6° C
BB 72 kg
Pemeriksaan fisik: edema (+) ; wheezing (+/+)
A : Sindrom nefrotik + ISPA + HT
P : metil prednisolon 16 mg 3x1
15
captopril 12,5 mg 3x1
Simvastatin 20g 1x1
Inj Furosemid 3x1
OBH syr 3x1
PEMBAHASAN
Pada pasien ini didiagnosa sebagai sindrom nefrotik. Keluhan utama
berupa bengkak di hampir seluruh tubuh sejak 1 bulan SMRS yang mulai timbul
di daerah wajah dan berlanjut ke seluruh tubuh hingga kaki. Pasien juga mengeluh
sesak jika beraktivitas berlebihan. Pasien juga mengakui tekanan darahnya mulai
meningkat setelah berobat ke puskesmas atas keluhan sesak.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 160/100 mmHg pada tanda-tanda
vital. Pada pasien ini didapatkan keadaan hipertensi. Keadaan hipertensi pada
pasien ini dapat terjadi akibat efek samping obat yang mungkin rutin dikonsumsi
oleh pasien sebelumnya. Steroid merupakan salah satu obat yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Pada pemeriksaan fisik abdomen, ditemukan perut
cembung, pekak saat diperkusi dan shifting dullness. Hal ini menggambarkan
adanya penumpukan cairan yang mungkin disebabkan oleh hipoalbuminemia
yang terjadi pada pasien tersebut.
Selain itu pada pasien juga didapat sesak nafas. Sesak nafas pada pasien
bisa diakibatkan karena adanya distensi abdomen dengan atau tanpa efusi pleura
yang mengakibatkan pernafasan sering terganggu, bahkan kadang-kadang menjadi
gawat. Selain akibat edema, pada apsien juga memiliki riwayat asma sebelumnya,
yang menambah keluhan sesak nafas, dimana dari hasil pemeriksaan fisik paru
ditemukan adanya wheezing.
Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan leukosit 13.600/
ml. Albumin 0,7 g/dl, Ureum 143,4 mg/dl, Creatinin 7,8 mg/dl, CHO 652, HDL
120, TG 444, URI 6,3. Pada pemeriksaan urin, protein ditemukan +++, pH urin
8,5, leukosit 7-15. Hipoalbumin pada pasien menyebabkan menurunnya tekanan
onkotik koloid plasma intravaskuler. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya
16
cairan transudat melewati dinding kapiler dari ruangan interstitial yang
menyebabkan terbentuknya edema.
Hasil pemeriksaan urin pada pasien ini didapatkan protein +++.
Proteinuria pada apsien ini menandakan adanya kerusakan pada m,embran
glomerulus berupa peningkatan permeabilitasnya, mengakibatkan terjadinya
pengeluaran protein dalam urin. Oleh karena sebagian besar protein dalam urin
berupa albumin, maka pada proteinuria, pasien akan mengalami hipoalbuminemia.
Penatalaksanaan SN meliputi terapi spesifik untuk kelainan dasar ginjal
atau penyakit penyebab, menghilangkan/mengurangi proteinuria, memperbaiki
hipoalbuminemia serta mencegah dan mengatasi penyulit.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Prodjosudjadi W. Sindrom Nefrotik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h. 547-49.
2. Ahmed M.S & Wong C.F. 2007. Rituximab and nephrotic syndrome: a new
theraupetic hope? Nephrol Dial Transplant (2008) 23: 17-19
3. Cohen E.P. 2009. Nephrotic Syndrome. www.emedicine.com
4. Orth S.R. & Berhard E., 1998. The Nephrotic Syndrome. NEJM. Volume 338.
No 17. Hal 1202-11
5. Pardede S.O., 2002. Sindrom Nefrotik Infantil. Cermin Dunia Kedokteran. No
134. Hal 32-37
6. Wilson L.M., 1995. Gagal Ginjal Kronik dalam Price S.A & Wilson L.M.,
(Ed). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses penyakit. Edisi IV. Jilid II.
832-33

More Related Content

What's hot

Presentasi kasus nefrologi
Presentasi kasus nefrologiPresentasi kasus nefrologi
Presentasi kasus nefrologivyamignonette
 
Ppt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikPpt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikNida Hidayati
 
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Asep Mulyaang
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK Dnr Creatives
 
skep anak dengan syndrom nefrotik
skep anak dengan syndrom nefrotikskep anak dengan syndrom nefrotik
skep anak dengan syndrom nefrotikroropuji
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotikMayah M4y
 
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jg
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jgAsuhan keperawatan leukemia pada anak jg
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jgrena rasyidah
 

What's hot (20)

Askep Nefrotik Syndrom
Askep Nefrotik SyndromAskep Nefrotik Syndrom
Askep Nefrotik Syndrom
 
Glomerulonefritis akut
Glomerulonefritis akutGlomerulonefritis akut
Glomerulonefritis akut
 
Presentasi kasus nefrologi
Presentasi kasus nefrologiPresentasi kasus nefrologi
Presentasi kasus nefrologi
 
Ppt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikPpt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotik
 
Askep glomerulonefritis akut
Askep glomerulonefritis akutAskep glomerulonefritis akut
Askep glomerulonefritis akut
 
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
 
Nefrotik sindrom kecil
Nefrotik sindrom kecilNefrotik sindrom kecil
Nefrotik sindrom kecil
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK
 
Nefrotik sindrom
Nefrotik sindromNefrotik sindrom
Nefrotik sindrom
 
Askep leukemia
Askep leukemia Askep leukemia
Askep leukemia
 
Askep leukemia
Askep leukemiaAskep leukemia
Askep leukemia
 
Ardat AKPER PEMKAB MUNA
Ardat AKPER PEMKAB MUNAArdat AKPER PEMKAB MUNA
Ardat AKPER PEMKAB MUNA
 
skep anak dengan syndrom nefrotik
skep anak dengan syndrom nefrotikskep anak dengan syndrom nefrotik
skep anak dengan syndrom nefrotik
 
Preskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotikPreskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotik
 
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Pr cbd via new
Pr cbd via newPr cbd via new
Pr cbd via new
 
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jg
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jgAsuhan keperawatan leukemia pada anak jg
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jg
 
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hdLaporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
 
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
 

Similar to 153075631 case-sn

Similar to 153075631 case-sn (20)

NEFROTIK SINDROME.pptx
NEFROTIK SINDROME.pptxNEFROTIK SINDROME.pptx
NEFROTIK SINDROME.pptx
 
lollllll
lolllllllollllll
lollllll
 
PILONEFRITIS
PILONEFRITISPILONEFRITIS
PILONEFRITIS
 
Makalah nefrotik syndrom
Makalah nefrotik syndromMakalah nefrotik syndrom
Makalah nefrotik syndrom
 
SN PRESENTASI.pptx
SN PRESENTASI.pptxSN PRESENTASI.pptx
SN PRESENTASI.pptx
 
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
 
Nefropatik diabetik
Nefropatik diabetikNefropatik diabetik
Nefropatik diabetik
 
glomerulonefritis_k6_ppt.ppt
glomerulonefritis_k6_ppt.pptglomerulonefritis_k6_ppt.ppt
glomerulonefritis_k6_ppt.ppt
 
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNAAskep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNA
 
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PEMKAB MUNA Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PEMKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PEMKAB MUNA
 
Nefritis lupus
Nefritis    lupusNefritis    lupus
Nefritis lupus
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docx147128076 case-ckd-docx
147128076 case-ckd-docx
 
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
 
215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2215023071 case2-ckd2
215023071 case2-ckd2
 
142286579 case
142286579 case142286579 case
142286579 case
 
9. penyakit ginjal dan saluran kencing
9. penyakit ginjal dan saluran kencing9. penyakit ginjal dan saluran kencing
9. penyakit ginjal dan saluran kencing
 
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
Bab i gout AKPER PEMKAB MUNA
 
Leptospirosis Case Report Presentation.pptx
Leptospirosis Case Report Presentation.pptxLeptospirosis Case Report Presentation.pptx
Leptospirosis Case Report Presentation.pptx
 

More from homeworkping4

242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-studyhomeworkping4
 
242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guilhomeworkping4
 
242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-caseshomeworkping4
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtivahomeworkping4
 
241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-studyhomeworkping4
 
241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocdhomeworkping4
 
241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statconhomeworkping4
 
241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergencyhomeworkping4
 
241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-reporthomeworkping4
 
241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases241767629 ethics-cases
241767629 ethics-caseshomeworkping4
 
241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-caseshomeworkping4
 
241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-finalhomeworkping4
 
241573114 persons-cases
241573114 persons-cases241573114 persons-cases
241573114 persons-caseshomeworkping4
 
241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-studyhomeworkping4
 
241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-caseshomeworkping4
 
241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2homeworkping4
 
241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesishomeworkping4
 
241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digestshomeworkping4
 

More from homeworkping4 (20)

242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study
 
242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil
 
242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
 
241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study
 
241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd
 
241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon
 
241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency
 
241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report
 
241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases
 
241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases
 
241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final
 
241585426 cases-vii
241585426 cases-vii241585426 cases-vii
241585426 cases-vii
 
241573114 persons-cases
241573114 persons-cases241573114 persons-cases
241573114 persons-cases
 
241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study
 
241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases
 
241356684 citibank
241356684 citibank241356684 citibank
241356684 citibank
 
241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2
 
241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis
 
241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests
 

Recently uploaded

Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 

Recently uploaded (20)

Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 

153075631 case-sn

  • 1. Get Homework Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites Laporan kasus SINDROM NEFROTIK
  • 2. 1 OLEH ELVA GABRIELLA DEPARI 0908113640 Pembimbing : dr. ALEX BARUS, Sp.PD, FINASIM KEPANITRAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU 2013 BAB 1 PENDAHULUAN
  • 3. 2 Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik glomerulonefritis yang ditandai dengan proteinuria masif (≥ 3 – 3,5 g/hari atau rasio protein kreatinin pada urin sewaktu > 300-350 mg/mmol), hipoalbuminemia (<25 g/l), hiperkolesterolemia (total kolesterol > 10 mmol/L), dan manifestasi klinis edema periferal. Pada proses awal atau SN ringan untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala tersebut harus ditemukan.1,2,3 SN dapat terjadi pada semua usia, dengan perbandingan pria dan wanita 1:1 pada orang dewasa. SN terbagi menjadi SN primer yang tidak diketahui penyebabnya dan SN sekunder yang dapat disebabkan oleh infeksi, penyakit sistemik, metabolik, obat-obatan, dan lain-lain.1,2,3,4 Proteinuria masif merupakan tanda khas SN, tetapi pada SN yang berat yang disertai kadar albumin serum rendah ekskresi protein dalam urin juga berkurang. Proteinuria juga berkontribusi terhadap berbagai komplikasi yang terjadi pada SN. Hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan lipiduria, gangguan keseimbangan nitrogen, hiperkoagulabilitas, gangguan metabolisme kalsium dan tulang, serta hormon tiroid sering dijumpai pada SN. Umumnya pada SN fungsi ginjal normal kecuali pada sebagian kasus yang berkembang menjadi penyakit ginjal tahap akhir. Pada beberapa episode SN dapat sembuh sendiri dan menunjukkan respon yang baik terhadap terapi steroid, tetapi sebagian lagi dapat berkembang menjadi kronik.1,2, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
  • 4. 3 1. Definisi Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik penyakit gromerular yang ditandai dengan proteinuria masif >3,5gram/24 jam/1,73/m2 disertai hipoalbuminemia, edema anasarka, hiperlipidemia, lipiduria dan hiperkoaguabilitas. 2. Etiologi Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis primer dan sekunder akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung (connective tissue disease), obat atau toksin, dan akibat penyakit sistemik.1,3 Klasifikasi dan penyebab sindrom nefrotik didasarkan pada penyebab primer ( gangguan glomerular karena umur), dan sekunder (penyebab sindrome nefrotik).1,5 a. Penyebab Primer Umumnya tidak diketahui penyebabnya dan terdiri atas sindrom nefrotik idiopatik (SNI) atau yang sering disebut juga SN primer yang bila berdasarkan gambaran dari histopatologinya, dapat terbagi menjadi; 1,3,5 1. Sindroma nefrotik kelainan minimal 2. Nefropati membranosa 3. Glomerulonephritis proliferative membranosa 4. Glomerulonephritis stadium lanjut b. Penyebab Sekunder a. Infeksi : malaria, hepatitis B dan C, GNA pasca infeksi, HIV, sifilis, TB, lepra, skistosoma1 b. Keganasan : leukemia, Hodgkin’s disease, adenokarsinoma :paru, payudara, colon, myeloma multiple, karsinoma ginjal1,3,5 c. Jaringan penghubung : SLE, artritis rheumatoid, MCTD (mixed connective tissue disease)1 d. Metabolik : Diabetes militus, amylodosis5 e. Efek obat dan toksin : OAINS, preparat emas, penisilinami, probenesid, kaptopril, heroin1
  • 5. 4 f. Berdasarkan respon steroid, dibedakan respon terhadap steroid (sindrom nefrotik yang sensitive terhadap steroid (SNSS) yang lazimnya berupa kelainan minimal, tidak perlu biopsy), dan resisten steroid atau SNRS yang lazimnya bukan kelainan minimal dan memerlukan biopsy.5 3. Patofisiologi Pemahaman patogenesis dan patofisiologi sangat penting dan merupakan pedoman pengobatan rasional untuk sebagian besar pasien SN. - Proteinuria Proteinuria merupakan kelainan dasar SN. Proteinuria sebagian besar berasal dari kebocoran glomerulus (proteinuria glomerular) dan hanya sebagian kecil berasal dari sekresi tubulus (proteinuria tubular). Perubahan integritas membrana basalis glomerulus menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma dan protein utama yang diekskresikan dalam urin adalah albumin. Derajat proteinuria tidak berhubungan langsung dengan keparahan kerusakan glomerulus. - Hipoalbuminemia Hipoalbuminemia disebabkan oleh hilangnya albumin melalui urin dan peningkatan katabolisme albumin di ginjal. Sintesis protein di hati biasanya meningkat (namun tidak memadai untuk mengganti kehilangan albumin dalam urin), tetapi mungkin normal atau menurun. - Hiperlipidemia Kolesterol serum, very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL), trigliserida meningkat sedangkan high density lipoprotein (HDL) dapat meningkat, normal atau menurun. Hal ini disebabkan peningkatan sintesis lipid di hepar dan penurunan katabolisme di perifer (penurunan pengeluaran lipoprotein, VLDL, kilomikron dan intermediate density lipoprotein dari darah). Peningkatan sintesis lipoprotein lipid distimulasi oleh penurunan albumin serum dan penurunan tekanan onkotik. - Lipiduria
  • 6. 5 Lemak bebas (oval fat bodies) sering ditemukan pada sedimen urin. Sumber lemak ini berasal dari filtrat lipoprotein melalui membrana basalis glomerulus yang permeabel. - Edema Dahulu diduga edema disebabkan penurunan tekanan onkotik plasma akibat hipoalbuminemia dan retensi natrium (teori underfill). Hipovolemia menyebabkan peningkatan renin, aldosteron, hormon antidiuretik dan katekolamin plasma serta penurunan atrial natriuretic peptide (ANP). Pemberian infus albumin akan meningkatkan volume plasma, meningkatkan laju filtrasi glomerulus dan ekskresi fraksional natrium klorida dan air yang menyebabkan edema berkurang. Peneliti lain mengemukakan teori overfill. Bukti adanya ekspansi volume adalah hipertensi dan aktivitas renin plasma yang rendah serta peningkatan ANP. Beberapa penjelasan berusaha menggabungkan kedua teori ini, misalnya disebutkan bahwa pembentukan edema merupakan proses dinamis. Didapatkan bahwa volume plasma menurun secara bermakna pada saat pembentukan edema dan meningkat selama fase diuresis. - Hiperkoagulabilitas Keadaan ini disebabkan oleh hilangnya antitrombin (AT) III, protein S, C dan plasminogen activating factor dalam urin dan meningkatnya faktor V, VII, VIII, X, trombosit, fibrinogen, peningkatan agregasi trombosit, perubahan fungsi sel endotel serta menurunnya faktor zimogen (faktor IX, XI). - Kerentanan terhadap infeksi Penurunan kadar imunoglobulin Ig G dan Ig A karena kehilangan lewat ginjal, penurunan sintesis dan peningkatan katabolisme menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi bakteri berkapsul seperti Streptococcus pneumonia, Klebsiella, Haemophilus. Pada SN juga terjadi gangguan imunitas yang diperantarai sel T. Sering terjadi bronkopneumoni dan peritonitis. 4. Tanda dan gejala Gejala pertama yang muncul meliputi anorexia,rasa lemah, urin berbusa (disebabkan oleh konsentrasi urin yang tinggi). Retensi cairan menyebabkan sesak
  • 7. 6 nafas (efusi pleura), oligouri, arthralgia, ortostatik hipotensi, dan nyeri abdomen (ascites). Untuk tanda dan gejala yang lain timbul akibat komplikasi dari sindromnefrotik.5,6 5. Diagnosis Diagnosa SN dibuat berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium berupa proteinuria masif >3,5 g/l1,73 m2 luas pemukaan tubuh/hari, hipoalbuminemia ,3g/dl, edema, hiperlipidemia, lipiduria, dan hiperkoaguabilitas. Pemeriksaan tambahan seperti venerologi diperlukan untuk menegakkan diagnosis trombosis vena yang dapat terjadi akibat hiperkoaguabilitas. Pada SN primer untuk menetukan jenis kelainan histopatologi ginjal yang menentukan prognosis dan respon terhadap terapi, diperlukan biopsi ginjal. 2,5 Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan penunjang berikut: · Urinalisis Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindromk nefrotik. Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik. · Pemeriksaan sedimen urin Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, torak hialin dan torak eritrosit.2 · Pengukuran protein urin Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot collection. Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7 pagi hingga waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat, total protein urin ≤ 150 mg. Adanya proteinuria masif merupakan kriteria diagnosis.2,8 Single spot collection lebih mudah dilakukan. Saat rasio protein urin dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan pada kadar protein urin per hari sebanyak ≥ 3g.2,8 · Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis · USG renal
  • 8. 7 Untuk melihat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.2 · Biopsi ginjal Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN congenital, onset usia> 8 tahun, resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat manifestasi nefritik signifikan.Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsi mungkin diperlukan untuk diagnosis. Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan karena masing-masing tipe memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda.2 · Darah: Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:2 - Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml) - Albumin menurun (N:4-5,8 gm/100ml) - Ureum, kreatinin dan klirens kreatinin dapat normal atau meningkat. 6. Penatalaksanaan Pengobatan SN terdiri dari pengobatan spesifik yang ditujukan terhadap penyakit dasar dan pengobatan non-spesifik untuk mengurangi proteinuria, mengontrol edema, dan mengobati komplikasi. Diuretik disertai diet rendah garam dan tirah baring dapat membantu mengontrol edema. Furosemid oral dapat diberikan dan bila resisten dapat dikombinasi dengan tiazid, metalazon, dan atau asetazolamid. Kontrol proteinuria dapat memperbaiki hipoalbuminemia dan mengurangi resiko komplikasi yang ditimbulkan. Pembatasan asupan protein 0,8-1,0g/kg berat badan/hari dapat mengurangi proteinuria. Obat peghambat enzim konversi angiotensin (angiotensin converting enzyme inhibitors) dan antagonis reseptor angiotensin II (angiotensin II receptor antagonist) dapat menurunkan tekanan darah dan kombinasi keduanya mempunyai efek aditif dalam menurunkan proteinuria. Risiko tromboemboli pada SN meningkat dan perlu mendapat penanganan. Walaupun pemberian antikoagulan jangka panjang masih kontroversial tetapi pada suatu studi terbukti memberikan keuntungan. Dislipidemia pada SN belum secara meyakinkan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, tetapi bukti klinik dalam populasi menyokong pendapat perlunya mengontrol keadaan ini. Obat penurun lemak
  • 9. 8 golongan statin seperti simvastatin, pravastatin, dan lovastatin dapat menurunkan kolesterol LDL, trigliserid, dan meningkatkan kolesterol HDL.1
  • 10. 9 ILUSTRASI KASUS Identitas Pasien Nama : Tn. S No RM : 81 54 44 Umur : 49 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Swasta Status : Menikah Alamat : Merbau, Selat Panjang Masuk RS : 15 Juni 2013 Tanggal Pemeriksaan : 17 Juni 2013 ANAMNESIS Autoanamnesis Keluhan Utama - Bengkak di hampir seluruh tubuh sejak 1 bulan SMRS Riwayat Penyakit Sekarang - 1 bulan SMRS, pasien mengeluhkan bengkak di hampir seluruh tubuh. Bengkak diakui pasien mulai muncul didaerah wajah dan berlanjut ke seluruh tubuh hingga ke kaki. - Pasien juga mengeluhkan sesak jika beraktivitas berlebihan. - BAK normal. BAB normal. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya, namun pasien mengetahui TD nya mulai meningkat saat berobat ke puskesmas sejak 1 bulan yang lalu atas keluhan sesak, namun tidak ada perbaikan. - Pasien tidak ada mengeluhkan mual, muntah, dan juga demam. Riwayat Penyakit Dahulu - Riwayat asma (+)
  • 11. 10 - Riw HT (-) - Riw DM (-) Riwayat Penyakit Dalam Keluarga - Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama Riwayat Pekerjaan, Kebiasaan - Pasien bekerja sebagai kayawan swasta - Sosek : menengah ke bawah PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran : Komposmentis Keadaan umum : Tampak sakit sedang Vital Sign : - Tekanan darah : 160/100 mmHg - Frekuensi nadi : 80x/menit, regular - Frekuensi napas : 24 x/menit - Suhu : 36,50 C - Tinggi badan : 170 cm Berat badan: 74 kg - Status gizi : Baik Kepala dan leher - Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor, diameter 3 mm/3 mm, reflex cahaya (+/+) - Leher : Pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-) Paru - Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan = kiri - Palpasi : vokal fremitus kanan = kiri - Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru - Auskultasi : vesikuler seluruh lapangan paru, wheezing (-/-), ronki (-/-) Jantung - Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat - Palpasi : iktus kordis tidak teraba - Perkusi : batas-batas jantung Dextra : RIC V linea parasternalis dekstra
  • 12. 11 Sinistra : RIC V 2 jari medial LMCS - Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, mur-mur (-), gallop (-) Abdomen - Inspeksi : distensi (+), venektasi (-), scar (-) - Palpasi : supel, NTE (-), hepar dan lien tidak teraba - Perkusi : pekak, shifting dullness (+) - Auskultasi: bising usus (+) normal Ekstremitas - Akral hangat - CRT < 2 detik - Pitting edema (+/+) Pemeriksaan Penunjang Hasil laboratorium Darah rutin  Hb : 11,8 gr/dl  Ht : 35,9%  Leukosit : 13.600 /mL  Trombosit : 521.000 /ul Kimia Darah  Albumin : 0,7 g/dl  AST/SGOT : 35,6 IU/L  ALT/SGPT : 26 IU/L  GLU : 131 mg/dl  URE : 143,4 mg/dl  CRE : 7,8 mg/dl  CHO : 652  HDL : 120  TG : 444  URI :6,3 Urinalisis  Protein : +++
  • 13. 12  pH Urin : 8,5  Leukosit : 7-15 RESUME Pasien Tn. S, 49 tahun datang ke RSUD AA dengan keluhan bengkak di hampir seluruh tubuh sejhak 1 bulan SMRS, mulai timbul di daerah wajah dan berlanjut ke seluruh tubuh hingga kaki. Pasien juga mengeluh sesak jika beraktivitas berlebihan. Pasien juga mengakui tekanan darahnya mulai meningkat setelah berobat ke puskesmas sejak 1 bulan yang lalu atas keluhan sesak. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 160/100 mmHg pada tanda-tanda vital. Pada pemeriksaan fisik abdomen, ditemukan perut cembung, pekak saat diperkusi dan shifting dullness. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan leukosit 13.600/ ml. Albumin 0,7 g/dl, Ureum 143,4 mg/dl, Creatinin 7,8 mg/dl, CHO 652, HDL 120, TG 444, URI 6,3. Pada pemeriksaan urin, protein ditemukan +++, pH urin 8,5, leukosit 7-15. DAFTAR MASALAH - Edema - Sesak nafas - Proteinuria + Hipoalbuminemia - Hipertensi Diagnosis Susp. Sindrom Nefrotik Rencana Penatalaksanaan - Non farmakologis Istirahat/ tirah baring dengan posisi kaki lebih ditinggikan - Farmakologis IVFD D5% 12 tpm Plasbumin 25% 100cc I/hr
  • 14. 13 Inj Ranitidin 2x1 Inj Ceftriaxon 2x1 Captopril 3x12,5mg Furosemid tab 2x1 FOLLOW UP PASIEN 18 Juni 2013 S: sesak nafas (+) ; lemas (+) ; BAK normal ; BAB normal ; demam (-) O: TD 160/100 mmHg HR 84x/menit, regular, isi cukup RR 22x/menit T 36,7°C BB 72,5 kg Pemeriksaan fisik : edema (+) A: Susp. sindrom nefrotik P: IVFD D5% 12 tpm Plasbumin 25% 100cc I/hr Inj Ranitidin 2x1 Inj Ceftriaxon 2x1 Captopril 3x12,5mg Furosemid tab 2x1 19 Juni 2013 S: sesak nafas (+) ; BAK normal ; BAB normal ; demam (-) O: TD 100/90, HR 82x/menit, regular, isi cukup RR 22x/menit T 36,6 °C BB 73 kg Pemeriksaaan fisik : edema (+) A: Susp. Sindrom nefrotik P: terapi lanjut
  • 15. 14 20 Juni 2013 S: lemas (+) ; sesak (+) ; BAK 3xsehari ; BAB 1xsehari O: TD 140/90 HR 80x/menit, regular, isi cukup RR 20x/menit T 36,5° C BB 72,5 kg Pemeriksaan fisik: edema (+) A: Sindrom nefrotik P: terapi lanjut 21 Juni 2013 S : lemas (+) ; sesak (+) namun berkurang O : TD 160/100 HR 76x/menit, reguler, isian cukup RR 20x/menit T 36,5° C BB 72 kg Pemeriksaan fisik: edema (+) ; wheezing (+/+) A : Sindrom nefrotik + ISPA + HT P : captopril 12,5 mg 3x1 Inj Furosemid 3x1 Inj Ranitidin 2x1 22 Juni 2013 S : lemas (+) ; sesak (+) namun berkurang ; batuk ; sakit kepala O : TD 170/100 HR 84x/menit, reguler, isian cukup RR 20x/menit T 36,6° C BB 72 kg Pemeriksaan fisik: edema (+) ; wheezing (+/+) A : Sindrom nefrotik + ISPA + HT P : metil prednisolon 16 mg 3x1
  • 16. 15 captopril 12,5 mg 3x1 Simvastatin 20g 1x1 Inj Furosemid 3x1 OBH syr 3x1 PEMBAHASAN Pada pasien ini didiagnosa sebagai sindrom nefrotik. Keluhan utama berupa bengkak di hampir seluruh tubuh sejak 1 bulan SMRS yang mulai timbul di daerah wajah dan berlanjut ke seluruh tubuh hingga kaki. Pasien juga mengeluh sesak jika beraktivitas berlebihan. Pasien juga mengakui tekanan darahnya mulai meningkat setelah berobat ke puskesmas atas keluhan sesak. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 160/100 mmHg pada tanda-tanda vital. Pada pasien ini didapatkan keadaan hipertensi. Keadaan hipertensi pada pasien ini dapat terjadi akibat efek samping obat yang mungkin rutin dikonsumsi oleh pasien sebelumnya. Steroid merupakan salah satu obat yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada pemeriksaan fisik abdomen, ditemukan perut cembung, pekak saat diperkusi dan shifting dullness. Hal ini menggambarkan adanya penumpukan cairan yang mungkin disebabkan oleh hipoalbuminemia yang terjadi pada pasien tersebut. Selain itu pada pasien juga didapat sesak nafas. Sesak nafas pada pasien bisa diakibatkan karena adanya distensi abdomen dengan atau tanpa efusi pleura yang mengakibatkan pernafasan sering terganggu, bahkan kadang-kadang menjadi gawat. Selain akibat edema, pada apsien juga memiliki riwayat asma sebelumnya, yang menambah keluhan sesak nafas, dimana dari hasil pemeriksaan fisik paru ditemukan adanya wheezing. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan leukosit 13.600/ ml. Albumin 0,7 g/dl, Ureum 143,4 mg/dl, Creatinin 7,8 mg/dl, CHO 652, HDL 120, TG 444, URI 6,3. Pada pemeriksaan urin, protein ditemukan +++, pH urin 8,5, leukosit 7-15. Hipoalbumin pada pasien menyebabkan menurunnya tekanan onkotik koloid plasma intravaskuler. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya
  • 17. 16 cairan transudat melewati dinding kapiler dari ruangan interstitial yang menyebabkan terbentuknya edema. Hasil pemeriksaan urin pada pasien ini didapatkan protein +++. Proteinuria pada apsien ini menandakan adanya kerusakan pada m,embran glomerulus berupa peningkatan permeabilitasnya, mengakibatkan terjadinya pengeluaran protein dalam urin. Oleh karena sebagian besar protein dalam urin berupa albumin, maka pada proteinuria, pasien akan mengalami hipoalbuminemia. Penatalaksanaan SN meliputi terapi spesifik untuk kelainan dasar ginjal atau penyakit penyebab, menghilangkan/mengurangi proteinuria, memperbaiki hipoalbuminemia serta mencegah dan mengatasi penyulit.
  • 18. 17 DAFTAR PUSTAKA 1. Prodjosudjadi W. Sindrom Nefrotik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h. 547-49. 2. Ahmed M.S & Wong C.F. 2007. Rituximab and nephrotic syndrome: a new theraupetic hope? Nephrol Dial Transplant (2008) 23: 17-19 3. Cohen E.P. 2009. Nephrotic Syndrome. www.emedicine.com 4. Orth S.R. & Berhard E., 1998. The Nephrotic Syndrome. NEJM. Volume 338. No 17. Hal 1202-11 5. Pardede S.O., 2002. Sindrom Nefrotik Infantil. Cermin Dunia Kedokteran. No 134. Hal 32-37 6. Wilson L.M., 1995. Gagal Ginjal Kronik dalam Price S.A & Wilson L.M., (Ed). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses penyakit. Edisi IV. Jilid II. 832-33