Sindrom nefrotik merupakan kumpulan gejala yang ditandai dengan proteinuria massif, hipoalbuminemia, dan edema yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus ginjal. Dokumen ini membahas konsep medis dan keperawatan terkait asuhan pada pasien dengan sindrom nefrotik, meliputi etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan.
1. MATA KULIAH
III
DOSEN
: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
NEFROTIK SINDROM
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA SISTEM PERKEMIHAN
SINDROM NEFROTIK
DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
LA ODE HASAN
NASRIANI
SUDIRMAN
SITTI SALMINA
LA ODE MUSLIHIN
YUSNANI
PROGRAM KHUSUS AKADEMI KEPERAWATAN
PEMDA KABUPATEN MUNA
TAHUN 2009
A.
3.
Patofisiologi
a. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga
cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.
b. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi
dengan merangsang produksi renin – angiotensin dan peningkatan
sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang
kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air
akan menyebabkan edema.
c. Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma
albumin dan penurunan onkotik plasma
d. Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya
protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria)
e. Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau
defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217)
4.
: LAMBE PARAMMA, SKP
Manifestasi Klinik
Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya
bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema
biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya
ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen
daerah genitalia dan ekstermitas bawah.
Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa
Pucat
Hematuri
Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.
Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan
keletihan umumnya terjadi.
Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang), (Betz, Cecily
L.2002 : 335 ).
5.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Uji Urin
Protein urin – meningkat
Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria
Dipstick urin – positif untuk protein dan darah
Berat jenis urin – meningkat
b. Uji Darah
Albumin serum – menurun
Kolesterol serum – meningkat
Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)
KONSEP MEDIK
1. Pengertian
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan
peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang
mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif ( Donna L. Wong,
2004 ).
Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan
oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik;
proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema
( Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).
Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri
dari proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia
(kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan
edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan
gejala yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria massif
hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang disertai atau tidak disertai edema
dan hiperkolestrolemia.
2.
Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Umunya dibagi menjadi :
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis
akut, glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia
(trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis,
dan lain-lain.
c. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
(Arif Mansjoer,2000 :488)
Insiden
a. Insidens lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.
b. Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi
berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi
yang mendasari, dan responnya trerhadap pengobatan
c. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun
d. Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM) menacakup 60 – 90 %
dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak
e. Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 %
dengan majunya terapi dan pemberian steroid.
f. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk
nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal. (Cecily L Betz, 2002)
2. Laju endap darah (LED) – meningkat
Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit
perorangan.
c. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara
rutin (Betz, Cecily L, 2002 : 335).
6.
7.
Penatalaksanaan Medik
a. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium
sampai kurang lebih 1 gram/hari secara praktis dengan
menggunakan garam secukupnya dan menghindar makanan yang
diasinkan. Diet protein 2 – 3 gram/kgBB/hari
b. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat
digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung
pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter,
dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50 mg/hari), selama
pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi,
alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
c. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive
Study of Kidney Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut :
Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60
mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80
mg/hari.
Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28
hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu
minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat
respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan
secara intermitten selama 4 minggu
d. Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi
e. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital
(Arif Mansjoer, 2000)
Komplikasi
a. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah
akibat hipoalbuminemia.
b. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1
gram/100ml) yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga
menyebabkan shock.
c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi
sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma.
d. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.
B.
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Aktivitas / Istrahat
Gejala
: Klien mengeluh mudah lelah, klien mengeluh
tidak dapat beraktivitas
Tanda
: Kelemahan, keletihan
Sirkulasi
Tanda
: Tekanan darah sedikit menurun, letargi, kulit
pucat
Eliminasi
Gejala
: Klien mengeluh kecingnya sedikit, klien
mengeluh warna urinnya gelap
Tanda
: Urin berbau buah, haluaran urin sedikit dan
berbusa, hematuria
Makanan / Cairan
Gejala
: Klien mengeluh tidak ada nafsu makan
Tanda
: Penambahan berat badan, diare, absorbs usus
buruk, edema mukosa usus, edema abdomen
dan ekstremitas bawah, edema anarsaka
Integritas Ego
Gejala
: Klien
mengeluh
takut
akan
kondisi
kesehatannya, klien menanyakan tentang
penyakitnya
Tanda
: Gelisah, ketakutan akan perubahan kesehatan
Pernapasan
Gejala
: Klien meneluh kesulitan dalam bernapas
Tanda
: Dispneu, napas cepat
b.
Pengelompokan Data
Data Subyektif
Klien mengeluh mudah lelah
Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas
Klien mengeluh kecingnya sedikit
Klien mengeluh warna urinnya gelap
Klien mengeluh tidak ada nafsu makan
Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya
Klien menanyakan tentang penyakitnya
Klien meneluh kesulitan dalam bernapas
Data Obyektif
Kelemahan
Keletihan
Tekanan darah sedikit menurun
Letargi
Kulit pucat
Haluaran urin sedikit dan berbusa
Hematuria
Penambahan berat badan
Diare
Absorbsi usus buruk
Edema mukosa usus
Edema abdomen dan ekstremitas bawah
Edema anarsaka
Gelisah
Ketakutan akan perubahan kesehatan
Dispneu dan Napas cepat
c. Analisa Data
Data
Ds :
Klien meneluh
kesulitan dalam
bernapas
Do :
Dispneu
Napas cepat
Ds :
Klien mengeluh
kecingnya sedikit
Do :
Edema mukosa
usus
Edema abdomen
dan ekstremitas
bawah
Penambahan
berat badan
Penyebab
Penyebab
↓
Sindrom nefrotik
↓
Gangguan pembentukan glomerulus
↓
Albumin melewati membran bersama
urin
↓
Hipoalbuminemia
↓
Tekanan koloid turun dan tekanan
hidrostatik naik
↓
Cairan masuk ke ekstra seluler
↓
Retensio cairan dirongga perut
↓
Asites
↓
Menekan diafragma
↓
Ekspansi otot pernapasan tidak
optimal
↓
Napas tidak adekuat
↓
Gangguan pola napas
Factor penyebab
↓
Sindrom nefrotik
↓
Gangguan pembentukan glomerulus
↓
Albumin melewati membrane
bersama urin
↓
Hipoalbuminemia
↓
Tekanan koloid turun dan tekanan
hidrostatik naik
↓
Masalah
Gangguan
pola napas
Kelebihan
volume
cairan
3.
Haluaran urin
sedikit dan
berbusa
Kulit pucat
Do :
Edema anarsaka
Kulit
nampak
pucat
Ds :
Klien mengeluh
tidak ada nafsu
makan
Do :
Diare
Porsi makan tidak
habis
Absorbsi
usus
buruk
Kelemahan
Ds :
Klien mengeluh
takut akan kondisi
kesehatannya
Klien menanyakan
tentang
penyakitnya
Do :
Gelisah
Ketakutan
akan
perubahan
kesehatan
Ds :
Klien mengeluh
mudah lelah
Klien mengeluh
tidak dapat
beraktivitas
Do :
Kelemahan
Cairan masuk ke ekstraseluler
↓
Retensio cairan seluruh tubuh
↓
Edema anarsaka
↓
Kelebihan volume cairan
Retensio cairan seluruh tubuh
↓
Edema anarsaka
↓
Penakanan terlalu dalam pada tubuh
↓
Pengiriman nutrisi dan O2 ke jaringan
turun
↓
Hipoksia jaringan
↓
Resti kerusaan integritas kulit
Retensio cairan rongga perut
↓
Asites
↓
Menekat isi perut
↓
Mual dan muntah
↓
Nafsu makan menurun
↓
Intake nutrisi kurang
↓
Gangguan kebutuhan nutrisi
Diagnosa medik
↓
Perubahan status kesehatan
↓
Kurang terpajang informasi tentang
penyakit
↓
Koping individu tidak efektif
↓
Stress psikologis
↓
Ansietas
Sindrom nefrotik
↓
Perubahan kondisi kesehatan
↓
Kondisi tubuh lemah
↓
Intoleransi aktivitas
Resiko
kerusakan
integritas
kulit
Gangguan
pemenuhan
nutrisi
Ansietas
Keletihan
d. Prioritas Masalah
1) Gangguan pola napas
2) Kelebihan volume cairan
3) Gangguan pemenuhan nutrisi
4) Intoleransi aktivitas
5) Ansietas
6) Resiko kerusakan integritas kulit
2.
3.
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola napas berhubungan dengan ekspansi otot
pernapasan tidak optimal ditandai dengan :
Ds : Klien meneluh kesulitan dalam bernapas
Do : Dispneu
Napas cepat
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensio cairan
seluruh tubuh ditandai dengan :
Ds : Klien mengeluh kecingnya sedikit
Do : Edema mukosa usus
Edema abdomen dan ekstremitas bawah
Penambahan berat badan
Haluaran urin sedikit dan berbusa
Kulit pucat
c. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
ditandai dengan :
Ds : Klien mengeluh tidak ada nafsu makan
Do : Diare
Porsi makan tidak habis
Absorbsi usus buruk
Kelemahan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah ditandai
dengan :
Ds : Klien mengeluh mudah lelah
Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas
Do : Kelemahan
Keletihan
b.
e.
Intoleransi
aktivitas
f.
Ansietas berhubungan dengan kurang terpajang informasi tentang
penyakitnya ditandai dengan :
Ds : Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya
Klien menanyakan tentang penyakitnya
Do : Gelisah
Ketakutan akan perubahan kesehatan
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan oedema
ditandai dengan :
Do
: Edema anarsaka
Kulit nampak pucat
Perencanaan
a. Gangguan pola napas berhubungan dengan ekspansi otot pernapasan
tidak optimal
Tupan :
Setelah diberikan Askep selama beberapa hari pola napas klien dapat
teratasi
Tupen :
Setelah diberikan Askep selama beberapa hari masalah pola napas klien
berangsur angsur membaik dengan kriteria :
Klien mangatakan tidak sesak lagi
Klien nampak dapat bernapas dengan lega
Intervensi
1) Obsevasi pola pernafasan pasien
R/ Dyspnoe, takikardia, dan pernafasan irreguler dan bunyi
ronchi
merupakan tanda gangguan pola nafas
2) Kaji warna kulit, kuku dan membran mukosa
R/ Pucat menunjukkan vasokontriksi atau anemia dan sianosis
berhubungan dengan kongesti
atau gagal jantung yang
menunjukkan perfusi jaringan tidak adekuat.
3) Atur posisi semi fowler
R/ Posisi semi fowler memungkinkan organ organ abdomen
menjauhi diafragma sehingga ekspansi paru optimal.
4) Observasi ventilasi
R/ Gangguan pertukaran O2 mengakibatkan perubahan pada VS
terutama pada BP, HR, dan RR
5) Ajarkan klien tehnik napas dalam
R/ Mengoptimalkan pernapasan
6) Kolaborasi unutk pemberian tambahan oksigen
Rasional :
Memaksimalkan sediaan O2
untuk kebutuhan
miokardium
7) Kolaborasi pemeriksaan AGD
R/ AGD sangat penting untuk mengetahui adanya gangguan
pertukaran gas dalam paru.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensio cairan seluruh tubuh
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kelebihan volume cairan
teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari kondisi cairan
tubuh dalam batas normal dengan criteria :
Tidak ada oedema
Intake dan out cairan normal
Intervensi
1) Kaji status cairan : timbang berat badan harian, keseimbangan masukan
dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher,
tekanan darah, denyut dan irama nadi
4. 2)
3)
4)
5)
6)
7)
c.
d.
R/ Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk
memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi
Batasi masukan cairan
R/ Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin,
dan respon terhadap terapi
Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta
pantau edema sekitar mata.
R/ Untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema.
Atur masukan cairan dengan cermat.
R/ Agar kebutuhan cairan yang masuk tidak melebih batas normal
Pantau infus intra vena
R/ Untuk mempertahankan masukan yang diresepkan
Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan
e.
R/ Untuk menurunkan ekskresi proteinuria
Jelaskan pada klien dan keluarga rasional pembatasan
R/
Pemahaman meningkatkan hubungan kerjasama klien dengan
keluarga dalam pembatasan cairan
Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah nutrisi teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari nutrisi
beransur-ansur terpenuhi dengan criteria :
Nafsu makan baik
Berat badan normal
Tidak mual dan muntah
Intervensi :
1) Beri diet yang bergizi
Rasional : membantu pemenuhan nutrisi anak dan meningkatkan daya
tahan tubuh anak
2) Batasi natrium selama edema dan trerapi kortikosteroid
Rasinal : asupan natrium dapat memperberat edema usus yang
menyebabkan hilangnya nafsu makan anak
3) Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada saat makan f.
Rasional : agar anak lebih mungkin untuk makan
4) Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya
Rasional : untuk merangsang nafsu makan anak
5) Beri makanan spesial dan disukai anak
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
6) Beri makanan dengan cara yang menarik
Raional : untuk menrangsang nafsu makan anak
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah
Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas
teratasi
Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu
beraktivitas secara mandiri dengan criteria :
Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri
Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan
Intervensi
1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien
sehingga perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya
2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari
3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien
R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga
member support dalam pemulihan kesehatan
Ansietas berhubungan dengan kurang terpajang informasi tentang penyakitnya
Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan klien teratasi
Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari
masalah ansietas beransur ansur hilang dengan criteria :
Klien dapat memahami tentang penyakit dan proses pengobatannya
Klien menerima akan kondisi kesehatannya
Intervensi
1) Kaji rasa kecemasan yang dialami klien
R/ mengetahui perasaan yang dialami klien serta dapat sebagai patokan
dalam menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
2) Berikan informasi yang akuran pada klien mengenai penyakitnya dan
rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan
R/ informasi yang akurat dapat menambah pengetahui klien sehingga
kecemasan yang dialami klien bias berkurang
3) Anjurkan keluarga untuk memberikan suppor pada klien
R/ Support keluarga menambah rasa kepercayaan diri klien
4) Kaji ulang pemahaman klien akan informasi yang telah diberikan
R/ Untuk mengetahui apakah klien memahami informasi yang diberikan
pada klien mengenai penyakit nya dan pengobatannya
5) Ikut sertakan klien dalam proses penyembuhan
R/ Agar klien mengetahui cara perawatan akan penyakitnya.
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan oedema
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kerusakan integritas kulit tidak
terjadi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari tanda-tanda
kerusakan integritas kulit tidak ada dengan criteria :
Tidak terjadi iritasi pada kulit
Tidak terjadi ulkus
Intervensi
1) Berikan perawatan kulit
R/ Memberikan kenyamanan pada anak dan mencegah kerusakan kulit
2) Hindari pakaian ketat
R/ Dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan
3) Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari
4)
5)
6)
R/ Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan dengan
alat tenun
Topang organ edema, seperti skrotum
R/ Unjtuk menghilangkan area tekanan
Ubah posisi dengan sering ; pertahankan kesejajaran tubuh dengan baik
R/ Karena anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah dan
diam saja
Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun
tekanan sesuai kebutuhan
R/ Untuk mencegah terjadinya ulkus