SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
MATA KULIAH
III
DOSEN

: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
NEFROTIK SINDROM

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA SISTEM PERKEMIHAN
SINDROM NEFROTIK

DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
LA ODE HASAN
NASRIANI
SUDIRMAN
SITTI SALMINA
LA ODE MUSLIHIN
YUSNANI
PROGRAM KHUSUS AKADEMI KEPERAWATAN
PEMDA KABUPATEN MUNA
TAHUN 2009

A.

3.

Patofisiologi
a. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga
cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.
b. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi
dengan merangsang produksi renin – angiotensin dan peningkatan
sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang
kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air
akan menyebabkan edema.
c. Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma
albumin dan penurunan onkotik plasma
d. Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya
protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria)
e. Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau
defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217)

4.

: LAMBE PARAMMA, SKP

Manifestasi Klinik
 Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya
bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema
biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya
ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen
daerah genitalia dan ekstermitas bawah.
 Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa
 Pucat
 Hematuri
 Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.
 Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan
keletihan umumnya terjadi.
 Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang), (Betz, Cecily
L.2002 : 335 ).

5.

Pemeriksaan Diagnostik
a. Uji Urin
 Protein urin – meningkat
 Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria
 Dipstick urin – positif untuk protein dan darah
 Berat jenis urin – meningkat
b. Uji Darah
 Albumin serum – menurun
 Kolesterol serum – meningkat
 Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)

KONSEP MEDIK
1. Pengertian
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan
peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang
mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif ( Donna L. Wong,
2004 ).
Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan
oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik;
proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema
( Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).
Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri
dari proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia
(kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan
edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan
gejala yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria massif
hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang disertai atau tidak disertai edema
dan hiperkolestrolemia.
2.

Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Umunya dibagi menjadi :
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis
akut, glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia
(trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis,
dan lain-lain.
c. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
(Arif Mansjoer,2000 :488)
Insiden
a. Insidens lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.
b. Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi
berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi
yang mendasari, dan responnya trerhadap pengobatan
c. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun
d. Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM) menacakup 60 – 90 %
dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak
e. Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 %
dengan majunya terapi dan pemberian steroid.
f. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk
nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal. (Cecily L Betz, 2002)
Laju endap darah (LED) – meningkat
Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit
perorangan.
c. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara
rutin (Betz, Cecily L, 2002 : 335).



6.

7.

Penatalaksanaan Medik
a. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium
sampai kurang lebih 1 gram/hari secara praktis dengan
menggunakan garam secukupnya dan menghindar makanan yang
diasinkan. Diet protein 2 – 3 gram/kgBB/hari
b. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat
digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung
pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter,
dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50 mg/hari), selama
pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi,
alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
c. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive
Study of Kidney Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut :
 Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60
mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80
mg/hari.
 Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28
hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu
minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat
respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan
secara intermitten selama 4 minggu
d. Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi
e. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital
(Arif Mansjoer, 2000)
Komplikasi
a. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah
akibat hipoalbuminemia.
b. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1
gram/100ml) yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga
menyebabkan shock.
c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi
sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma.
d. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.

B.

KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
 Aktivitas / Istrahat
Gejala
: Klien mengeluh mudah lelah, klien mengeluh
tidak dapat beraktivitas
Tanda
: Kelemahan, keletihan
 Sirkulasi
Tanda
: Tekanan darah sedikit menurun, letargi, kulit
pucat
 Eliminasi
Gejala
: Klien mengeluh kecingnya sedikit, klien
mengeluh warna urinnya gelap
Tanda
: Urin berbau buah, haluaran urin sedikit dan
berbusa, hematuria
 Makanan / Cairan
Gejala
: Klien mengeluh tidak ada nafsu makan
Tanda
: Penambahan berat badan, diare, absorbs usus
buruk, edema mukosa usus, edema abdomen
dan ekstremitas bawah, edema anarsaka
 Integritas Ego
Gejala
: Klien
mengeluh
takut
akan
kondisi
kesehatannya, klien menanyakan tentang
penyakitnya
Tanda
: Gelisah, ketakutan akan perubahan kesehatan
 Pernapasan
Gejala
: Klien meneluh kesulitan dalam bernapas
Tanda
: Dispneu, napas cepat
b.

Pengelompokan Data
 Data Subyektif
 Klien mengeluh mudah lelah
 Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas
 Klien mengeluh kecingnya sedikit
 Klien mengeluh warna urinnya gelap
 Klien mengeluh tidak ada nafsu makan
 Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya
 Klien menanyakan tentang penyakitnya
 Klien meneluh kesulitan dalam bernapas


Data Obyektif
 Kelemahan
 Keletihan
 Tekanan darah sedikit menurun
 Letargi
 Kulit pucat
 Haluaran urin sedikit dan berbusa
 Hematuria











Penambahan berat badan
Diare
Absorbsi usus buruk
Edema mukosa usus
Edema abdomen dan ekstremitas bawah
Edema anarsaka
Gelisah
Ketakutan akan perubahan kesehatan
Dispneu dan Napas cepat

c. Analisa Data
Data
Ds :
 Klien meneluh
kesulitan dalam
bernapas
Do :
 Dispneu
 Napas cepat

Ds :
 Klien mengeluh
kecingnya sedikit
Do :
 Edema mukosa
usus
 Edema abdomen
dan ekstremitas
bawah
 Penambahan
berat badan

Penyebab
Penyebab
↓
Sindrom nefrotik
↓
Gangguan pembentukan glomerulus
↓
Albumin melewati membran bersama
urin
↓
Hipoalbuminemia
↓
Tekanan koloid turun dan tekanan
hidrostatik naik
↓
Cairan masuk ke ekstra seluler
↓
Retensio cairan dirongga perut
↓
Asites
↓
Menekan diafragma
↓
Ekspansi otot pernapasan tidak
optimal
↓
Napas tidak adekuat
↓
Gangguan pola napas
Factor penyebab
↓
Sindrom nefrotik
↓
Gangguan pembentukan glomerulus
↓
Albumin melewati membrane
bersama urin
↓
Hipoalbuminemia
↓
Tekanan koloid turun dan tekanan
hidrostatik naik
↓

Masalah
Gangguan
pola napas

Kelebihan
volume
cairan





Haluaran urin
sedikit dan
berbusa
Kulit pucat

Do :
 Edema anarsaka
 Kulit
nampak
pucat

Ds :
 Klien mengeluh
tidak ada nafsu
makan
Do :
 Diare
 Porsi makan tidak
habis
 Absorbsi
usus
buruk
 Kelemahan
Ds :
 Klien mengeluh
takut akan kondisi
kesehatannya
 Klien menanyakan
tentang
penyakitnya
Do :
 Gelisah
 Ketakutan
akan
perubahan
kesehatan
Ds :
 Klien mengeluh
mudah lelah
 Klien mengeluh
tidak dapat
beraktivitas
Do :
 Kelemahan

Cairan masuk ke ekstraseluler
↓
Retensio cairan seluruh tubuh
↓
Edema anarsaka
↓
Kelebihan volume cairan
Retensio cairan seluruh tubuh
↓
Edema anarsaka
↓
Penakanan terlalu dalam pada tubuh
↓
Pengiriman nutrisi dan O2 ke jaringan
turun
↓
Hipoksia jaringan
↓
Resti kerusaan integritas kulit
Retensio cairan rongga perut
↓
Asites
↓
Menekat isi perut
↓
Mual dan muntah
↓
Nafsu makan menurun
↓
Intake nutrisi kurang
↓
Gangguan kebutuhan nutrisi
Diagnosa medik
↓
Perubahan status kesehatan
↓
Kurang terpajang informasi tentang
penyakit
↓
Koping individu tidak efektif
↓
Stress psikologis
↓
Ansietas
Sindrom nefrotik
↓
Perubahan kondisi kesehatan
↓
Kondisi tubuh lemah
↓
Intoleransi aktivitas

Resiko
kerusakan
integritas
kulit

Gangguan
pemenuhan
nutrisi

Ansietas

Keletihan
d. Prioritas Masalah
1) Gangguan pola napas
2) Kelebihan volume cairan
3) Gangguan pemenuhan nutrisi
4) Intoleransi aktivitas
5) Ansietas
6) Resiko kerusakan integritas kulit
2.

3.

Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola napas berhubungan dengan ekspansi otot
pernapasan tidak optimal ditandai dengan :
Ds :  Klien meneluh kesulitan dalam bernapas
Do :  Dispneu
 Napas cepat
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensio cairan
seluruh tubuh ditandai dengan :
Ds :  Klien mengeluh kecingnya sedikit
Do :  Edema mukosa usus
 Edema abdomen dan ekstremitas bawah
 Penambahan berat badan
 Haluaran urin sedikit dan berbusa
 Kulit pucat
c. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
ditandai dengan :
Ds :  Klien mengeluh tidak ada nafsu makan
Do :  Diare
 Porsi makan tidak habis
 Absorbsi usus buruk
 Kelemahan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah ditandai
dengan :
Ds :  Klien mengeluh mudah lelah
 Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas
Do :  Kelemahan
 Keletihan
b.
e.

Intoleransi
aktivitas
f.

Ansietas berhubungan dengan kurang terpajang informasi tentang
penyakitnya ditandai dengan :
Ds :  Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya
 Klien menanyakan tentang penyakitnya
Do :  Gelisah
 Ketakutan akan perubahan kesehatan
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan oedema
ditandai dengan :
Do
:  Edema anarsaka
 Kulit nampak pucat

Perencanaan
a. Gangguan pola napas berhubungan dengan ekspansi otot pernapasan
tidak optimal
Tupan :
Setelah diberikan Askep selama beberapa hari pola napas klien dapat
teratasi
Tupen :
Setelah diberikan Askep selama beberapa hari masalah pola napas klien
berangsur angsur membaik dengan kriteria :
Klien mangatakan tidak sesak lagi
Klien nampak dapat bernapas dengan lega
Intervensi
1) Obsevasi pola pernafasan pasien
R/ Dyspnoe, takikardia, dan pernafasan irreguler dan bunyi
ronchi
merupakan tanda gangguan pola nafas
2) Kaji warna kulit, kuku dan membran mukosa
R/ Pucat menunjukkan vasokontriksi atau anemia dan sianosis
berhubungan dengan kongesti
atau gagal jantung yang
menunjukkan perfusi jaringan tidak adekuat.
3) Atur posisi semi fowler
R/ Posisi semi fowler memungkinkan organ organ abdomen
menjauhi diafragma sehingga ekspansi paru optimal.
4) Observasi ventilasi
R/ Gangguan pertukaran O2 mengakibatkan perubahan pada VS
terutama pada BP, HR, dan RR
5) Ajarkan klien tehnik napas dalam
R/ Mengoptimalkan pernapasan
6) Kolaborasi unutk pemberian tambahan oksigen
Rasional :
Memaksimalkan sediaan O2
untuk kebutuhan
miokardium
7) Kolaborasi pemeriksaan AGD
R/ AGD sangat penting untuk mengetahui adanya gangguan
pertukaran gas dalam paru.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensio cairan seluruh tubuh
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kelebihan volume cairan
teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari kondisi cairan
tubuh dalam batas normal dengan criteria :
Tidak ada oedema
Intake dan out cairan normal
Intervensi
1) Kaji status cairan : timbang berat badan harian, keseimbangan masukan
dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher,
tekanan darah, denyut dan irama nadi
2)

3)

4)
5)
6)
7)

c.

d.

R/ Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk
memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi
Batasi masukan cairan
R/ Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin,
dan respon terhadap terapi
Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta
pantau edema sekitar mata.
R/ Untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema.
Atur masukan cairan dengan cermat.
R/ Agar kebutuhan cairan yang masuk tidak melebih batas normal
Pantau infus intra vena
R/ Untuk mempertahankan masukan yang diresepkan
Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan
e.
R/ Untuk menurunkan ekskresi proteinuria
Jelaskan pada klien dan keluarga rasional pembatasan
R/
Pemahaman meningkatkan hubungan kerjasama klien dengan
keluarga dalam pembatasan cairan

Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah nutrisi teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari nutrisi
beransur-ansur terpenuhi dengan criteria :
Nafsu makan baik
Berat badan normal
Tidak mual dan muntah
Intervensi :
1) Beri diet yang bergizi
Rasional : membantu pemenuhan nutrisi anak dan meningkatkan daya
tahan tubuh anak
2) Batasi natrium selama edema dan trerapi kortikosteroid
Rasinal : asupan natrium dapat memperberat edema usus yang
menyebabkan hilangnya nafsu makan anak
3) Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada saat makan f.
Rasional : agar anak lebih mungkin untuk makan
4) Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya
Rasional : untuk merangsang nafsu makan anak
5) Beri makanan spesial dan disukai anak
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
6) Beri makanan dengan cara yang menarik
Raional : untuk menrangsang nafsu makan anak
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah
Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas
teratasi
Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu
beraktivitas secara mandiri dengan criteria :
Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri

Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan
Intervensi
1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien
sehingga perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya
2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari
3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien
R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga
member support dalam pemulihan kesehatan
Ansietas berhubungan dengan kurang terpajang informasi tentang penyakitnya
Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan klien teratasi
Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari
masalah ansietas beransur ansur hilang dengan criteria :
Klien dapat memahami tentang penyakit dan proses pengobatannya
Klien menerima akan kondisi kesehatannya
Intervensi
1) Kaji rasa kecemasan yang dialami klien
R/ mengetahui perasaan yang dialami klien serta dapat sebagai patokan
dalam menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
2) Berikan informasi yang akuran pada klien mengenai penyakitnya dan
rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan
R/ informasi yang akurat dapat menambah pengetahui klien sehingga
kecemasan yang dialami klien bias berkurang
3) Anjurkan keluarga untuk memberikan suppor pada klien
R/ Support keluarga menambah rasa kepercayaan diri klien
4) Kaji ulang pemahaman klien akan informasi yang telah diberikan
R/ Untuk mengetahui apakah klien memahami informasi yang diberikan
pada klien mengenai penyakit nya dan pengobatannya
5) Ikut sertakan klien dalam proses penyembuhan
R/ Agar klien mengetahui cara perawatan akan penyakitnya.
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan oedema
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kerusakan integritas kulit tidak
terjadi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari tanda-tanda
kerusakan integritas kulit tidak ada dengan criteria :
Tidak terjadi iritasi pada kulit
Tidak terjadi ulkus
Intervensi
1) Berikan perawatan kulit
R/ Memberikan kenyamanan pada anak dan mencegah kerusakan kulit
2) Hindari pakaian ketat
R/ Dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan
3) Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari

4)
5)

6)

R/ Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan dengan
alat tenun
Topang organ edema, seperti skrotum
R/ Unjtuk menghilangkan area tekanan
Ubah posisi dengan sering ; pertahankan kesejajaran tubuh dengan baik
R/ Karena anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah dan
diam saja
Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun
tekanan sesuai kebutuhan
R/ Untuk mencegah terjadinya ulkus

More Related Content

What's hot

Ppt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikPpt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikNida Hidayati
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotikMayah M4y
 
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Asep Mulyaang
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK Dnr Creatives
 
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jg
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jgAsuhan keperawatan leukemia pada anak jg
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jgrena rasyidah
 
GANGGUAN PADA SISTEM EKSRESI MANUSIA
GANGGUAN PADA SISTEM EKSRESI MANUSIAGANGGUAN PADA SISTEM EKSRESI MANUSIA
GANGGUAN PADA SISTEM EKSRESI MANUSIAAnnisa Monitha
 
Sindrom nefrotik relaps
Sindrom nefrotik relapsSindrom nefrotik relaps
Sindrom nefrotik relapsWiwin Meiriana
 
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan LeukemiaKonsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan LeukemiaVerar Oka
 
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNAAskep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNAOperator Warnet Vast Raha
 

What's hot (18)

Askep Glomerulonefritis
Askep GlomerulonefritisAskep Glomerulonefritis
Askep Glomerulonefritis
 
Askep glomerulonefritis akut
Askep glomerulonefritis akutAskep glomerulonefritis akut
Askep glomerulonefritis akut
 
Ppt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikPpt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotik
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Askep leukemia
Askep leukemia Askep leukemia
Askep leukemia
 
Askep leukemia
Askep leukemiaAskep leukemia
Askep leukemia
 
Nefrotik sindrom
Nefrotik sindromNefrotik sindrom
Nefrotik sindrom
 
Askep glomerulonefritis
Askep glomerulonefritisAskep glomerulonefritis
Askep glomerulonefritis
 
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK
 
153075631 case-sn
153075631 case-sn153075631 case-sn
153075631 case-sn
 
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jg
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jgAsuhan keperawatan leukemia pada anak jg
Asuhan keperawatan leukemia pada anak jg
 
Glomerulonefritis akut
Glomerulonefritis akutGlomerulonefritis akut
Glomerulonefritis akut
 
Askep Nefrotik Syndrom
Askep Nefrotik SyndromAskep Nefrotik Syndrom
Askep Nefrotik Syndrom
 
GANGGUAN PADA SISTEM EKSRESI MANUSIA
GANGGUAN PADA SISTEM EKSRESI MANUSIAGANGGUAN PADA SISTEM EKSRESI MANUSIA
GANGGUAN PADA SISTEM EKSRESI MANUSIA
 
Sindrom nefrotik relaps
Sindrom nefrotik relapsSindrom nefrotik relaps
Sindrom nefrotik relaps
 
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan LeukemiaKonsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
 
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNAAskep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNA
Askep anak glumerulonefritis akut AKPER PENKAB MUNA
 

Similar to ASUHAN NEFROT

Nefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdf
Nefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdfNefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdf
Nefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdfLuthfiHamda
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxBAksaSonita062
 
Glomerulonephritis aldo
Glomerulonephritis aldoGlomerulonephritis aldo
Glomerulonephritis aldoLina Lim
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.pptAyu Rahayu
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUTeric214073
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.pptretno915824
 
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tikaLp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tikaLely_Laily
 

Similar to ASUHAN NEFROT (20)

Askep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotikAskep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotik
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
NEFROTIK SINDROME.pptx
NEFROTIK SINDROME.pptxNEFROTIK SINDROME.pptx
NEFROTIK SINDROME.pptx
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)
 
Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)
 
Gout (asam urat) AKPER PEMKAB MUNA
Gout (asam urat) AKPER PEMKAB MUNA Gout (asam urat) AKPER PEMKAB MUNA
Gout (asam urat) AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
 
DSS casse report.pptx
DSS casse report.pptxDSS casse report.pptx
DSS casse report.pptx
 
PILONEFRITIS
PILONEFRITISPILONEFRITIS
PILONEFRITIS
 
Nefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdf
Nefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdfNefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdf
Nefrologi Hipertensi_FreeClass Doctor.tobe.pdf
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
 
Glomerulonephritis aldo
Glomerulonephritis aldoGlomerulonephritis aldo
Glomerulonephritis aldo
 
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hdLaporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
Laporan pendahuluan ckd+hiperkalemi+hd
 
SN PRESENTASI.pptx
SN PRESENTASI.pptxSN PRESENTASI.pptx
SN PRESENTASI.pptx
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt
 
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tikaLp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

ASUHAN NEFROT

  • 1. MATA KULIAH III DOSEN : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN NEFROTIK SINDROM ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PERKEMIHAN SINDROM NEFROTIK DISUSUN OLEH KELOMPOK I LA ODE HASAN NASRIANI SUDIRMAN SITTI SALMINA LA ODE MUSLIHIN YUSNANI PROGRAM KHUSUS AKADEMI KEPERAWATAN PEMDA KABUPATEN MUNA TAHUN 2009 A. 3. Patofisiologi a. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi. b. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema. c. Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma d. Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria) e. Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217) 4. : LAMBE PARAMMA, SKP Manifestasi Klinik  Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.  Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa  Pucat  Hematuri  Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.  Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya terjadi.  Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang), (Betz, Cecily L.2002 : 335 ). 5. Pemeriksaan Diagnostik a. Uji Urin  Protein urin – meningkat  Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria  Dipstick urin – positif untuk protein dan darah  Berat jenis urin – meningkat b. Uji Darah  Albumin serum – menurun  Kolesterol serum – meningkat  Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi) KONSEP MEDIK 1. Pengertian Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif ( Donna L. Wong, 2004 ). Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema ( Suriadi dan Rita Yuliani, 2001). Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002). Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria massif hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang disertai atau tidak disertai edema dan hiperkolestrolemia. 2. Etiologi Sebab pasti belum diketahui. Umunya dibagi menjadi : a. Sindrom nefrotik bawaan Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal b. Sindrom nefrotik sekunder Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut, glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain. c. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) (Arif Mansjoer,2000 :488) Insiden a. Insidens lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. b. Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan responnya trerhadap pengobatan c. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun d. Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM) menacakup 60 – 90 % dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak e. Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid. f. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal. (Cecily L Betz, 2002)
  • 2. Laju endap darah (LED) – meningkat Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan. c. Uji Diagnostik Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin (Betz, Cecily L, 2002 : 335).   6. 7. Penatalaksanaan Medik a. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1 gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindar makanan yang diasinkan. Diet protein 2 – 3 gram/kgBB/hari b. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50 mg/hari), selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat. c. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive Study of Kidney Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut :  Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.  Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu d. Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi e. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital (Arif Mansjoer, 2000) Komplikasi a. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia. b. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock. c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma. d. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal. B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Pengumpulan Data  Aktivitas / Istrahat Gejala : Klien mengeluh mudah lelah, klien mengeluh tidak dapat beraktivitas Tanda : Kelemahan, keletihan  Sirkulasi Tanda : Tekanan darah sedikit menurun, letargi, kulit pucat  Eliminasi Gejala : Klien mengeluh kecingnya sedikit, klien mengeluh warna urinnya gelap Tanda : Urin berbau buah, haluaran urin sedikit dan berbusa, hematuria  Makanan / Cairan Gejala : Klien mengeluh tidak ada nafsu makan Tanda : Penambahan berat badan, diare, absorbs usus buruk, edema mukosa usus, edema abdomen dan ekstremitas bawah, edema anarsaka  Integritas Ego Gejala : Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya, klien menanyakan tentang penyakitnya Tanda : Gelisah, ketakutan akan perubahan kesehatan  Pernapasan Gejala : Klien meneluh kesulitan dalam bernapas Tanda : Dispneu, napas cepat b. Pengelompokan Data  Data Subyektif  Klien mengeluh mudah lelah  Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas  Klien mengeluh kecingnya sedikit  Klien mengeluh warna urinnya gelap  Klien mengeluh tidak ada nafsu makan  Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya  Klien menanyakan tentang penyakitnya  Klien meneluh kesulitan dalam bernapas  Data Obyektif  Kelemahan  Keletihan  Tekanan darah sedikit menurun  Letargi  Kulit pucat  Haluaran urin sedikit dan berbusa  Hematuria          Penambahan berat badan Diare Absorbsi usus buruk Edema mukosa usus Edema abdomen dan ekstremitas bawah Edema anarsaka Gelisah Ketakutan akan perubahan kesehatan Dispneu dan Napas cepat c. Analisa Data Data Ds :  Klien meneluh kesulitan dalam bernapas Do :  Dispneu  Napas cepat Ds :  Klien mengeluh kecingnya sedikit Do :  Edema mukosa usus  Edema abdomen dan ekstremitas bawah  Penambahan berat badan Penyebab Penyebab ↓ Sindrom nefrotik ↓ Gangguan pembentukan glomerulus ↓ Albumin melewati membran bersama urin ↓ Hipoalbuminemia ↓ Tekanan koloid turun dan tekanan hidrostatik naik ↓ Cairan masuk ke ekstra seluler ↓ Retensio cairan dirongga perut ↓ Asites ↓ Menekan diafragma ↓ Ekspansi otot pernapasan tidak optimal ↓ Napas tidak adekuat ↓ Gangguan pola napas Factor penyebab ↓ Sindrom nefrotik ↓ Gangguan pembentukan glomerulus ↓ Albumin melewati membrane bersama urin ↓ Hipoalbuminemia ↓ Tekanan koloid turun dan tekanan hidrostatik naik ↓ Masalah Gangguan pola napas Kelebihan volume cairan
  • 3.    Haluaran urin sedikit dan berbusa Kulit pucat Do :  Edema anarsaka  Kulit nampak pucat Ds :  Klien mengeluh tidak ada nafsu makan Do :  Diare  Porsi makan tidak habis  Absorbsi usus buruk  Kelemahan Ds :  Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya  Klien menanyakan tentang penyakitnya Do :  Gelisah  Ketakutan akan perubahan kesehatan Ds :  Klien mengeluh mudah lelah  Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas Do :  Kelemahan Cairan masuk ke ekstraseluler ↓ Retensio cairan seluruh tubuh ↓ Edema anarsaka ↓ Kelebihan volume cairan Retensio cairan seluruh tubuh ↓ Edema anarsaka ↓ Penakanan terlalu dalam pada tubuh ↓ Pengiriman nutrisi dan O2 ke jaringan turun ↓ Hipoksia jaringan ↓ Resti kerusaan integritas kulit Retensio cairan rongga perut ↓ Asites ↓ Menekat isi perut ↓ Mual dan muntah ↓ Nafsu makan menurun ↓ Intake nutrisi kurang ↓ Gangguan kebutuhan nutrisi Diagnosa medik ↓ Perubahan status kesehatan ↓ Kurang terpajang informasi tentang penyakit ↓ Koping individu tidak efektif ↓ Stress psikologis ↓ Ansietas Sindrom nefrotik ↓ Perubahan kondisi kesehatan ↓ Kondisi tubuh lemah ↓ Intoleransi aktivitas Resiko kerusakan integritas kulit Gangguan pemenuhan nutrisi Ansietas Keletihan d. Prioritas Masalah 1) Gangguan pola napas 2) Kelebihan volume cairan 3) Gangguan pemenuhan nutrisi 4) Intoleransi aktivitas 5) Ansietas 6) Resiko kerusakan integritas kulit 2. 3. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan pola napas berhubungan dengan ekspansi otot pernapasan tidak optimal ditandai dengan : Ds :  Klien meneluh kesulitan dalam bernapas Do :  Dispneu  Napas cepat b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensio cairan seluruh tubuh ditandai dengan : Ds :  Klien mengeluh kecingnya sedikit Do :  Edema mukosa usus  Edema abdomen dan ekstremitas bawah  Penambahan berat badan  Haluaran urin sedikit dan berbusa  Kulit pucat c. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan : Ds :  Klien mengeluh tidak ada nafsu makan Do :  Diare  Porsi makan tidak habis  Absorbsi usus buruk  Kelemahan d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah ditandai dengan : Ds :  Klien mengeluh mudah lelah  Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas Do :  Kelemahan  Keletihan b. e. Intoleransi aktivitas f. Ansietas berhubungan dengan kurang terpajang informasi tentang penyakitnya ditandai dengan : Ds :  Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya  Klien menanyakan tentang penyakitnya Do :  Gelisah  Ketakutan akan perubahan kesehatan Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan oedema ditandai dengan : Do :  Edema anarsaka  Kulit nampak pucat Perencanaan a. Gangguan pola napas berhubungan dengan ekspansi otot pernapasan tidak optimal Tupan : Setelah diberikan Askep selama beberapa hari pola napas klien dapat teratasi Tupen : Setelah diberikan Askep selama beberapa hari masalah pola napas klien berangsur angsur membaik dengan kriteria : Klien mangatakan tidak sesak lagi Klien nampak dapat bernapas dengan lega Intervensi 1) Obsevasi pola pernafasan pasien R/ Dyspnoe, takikardia, dan pernafasan irreguler dan bunyi ronchi merupakan tanda gangguan pola nafas 2) Kaji warna kulit, kuku dan membran mukosa R/ Pucat menunjukkan vasokontriksi atau anemia dan sianosis berhubungan dengan kongesti atau gagal jantung yang menunjukkan perfusi jaringan tidak adekuat. 3) Atur posisi semi fowler R/ Posisi semi fowler memungkinkan organ organ abdomen menjauhi diafragma sehingga ekspansi paru optimal. 4) Observasi ventilasi R/ Gangguan pertukaran O2 mengakibatkan perubahan pada VS terutama pada BP, HR, dan RR 5) Ajarkan klien tehnik napas dalam R/ Mengoptimalkan pernapasan 6) Kolaborasi unutk pemberian tambahan oksigen Rasional : Memaksimalkan sediaan O2 untuk kebutuhan miokardium 7) Kolaborasi pemeriksaan AGD R/ AGD sangat penting untuk mengetahui adanya gangguan pertukaran gas dalam paru. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensio cairan seluruh tubuh Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kelebihan volume cairan teratasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari kondisi cairan tubuh dalam batas normal dengan criteria : Tidak ada oedema Intake dan out cairan normal Intervensi 1) Kaji status cairan : timbang berat badan harian, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher, tekanan darah, denyut dan irama nadi
  • 4. 2) 3) 4) 5) 6) 7) c. d. R/ Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi Batasi masukan cairan R/ Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta pantau edema sekitar mata. R/ Untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema. Atur masukan cairan dengan cermat. R/ Agar kebutuhan cairan yang masuk tidak melebih batas normal Pantau infus intra vena R/ Untuk mempertahankan masukan yang diresepkan Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan e. R/ Untuk menurunkan ekskresi proteinuria Jelaskan pada klien dan keluarga rasional pembatasan R/ Pemahaman meningkatkan hubungan kerjasama klien dengan keluarga dalam pembatasan cairan Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah nutrisi teratasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari nutrisi beransur-ansur terpenuhi dengan criteria : Nafsu makan baik Berat badan normal Tidak mual dan muntah Intervensi : 1) Beri diet yang bergizi Rasional : membantu pemenuhan nutrisi anak dan meningkatkan daya tahan tubuh anak 2) Batasi natrium selama edema dan trerapi kortikosteroid Rasinal : asupan natrium dapat memperberat edema usus yang menyebabkan hilangnya nafsu makan anak 3) Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada saat makan f. Rasional : agar anak lebih mungkin untuk makan 4) Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya Rasional : untuk merangsang nafsu makan anak 5) Beri makanan spesial dan disukai anak Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan 6) Beri makanan dengan cara yang menarik Raional : untuk menrangsang nafsu makan anak Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas teratasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas secara mandiri dengan criteria : Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan Intervensi 1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya 2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari 3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga member support dalam pemulihan kesehatan Ansietas berhubungan dengan kurang terpajang informasi tentang penyakitnya Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan klien teratasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari masalah ansietas beransur ansur hilang dengan criteria : Klien dapat memahami tentang penyakit dan proses pengobatannya Klien menerima akan kondisi kesehatannya Intervensi 1) Kaji rasa kecemasan yang dialami klien R/ mengetahui perasaan yang dialami klien serta dapat sebagai patokan dalam menentukan tindakan keperawatan selanjutnya 2) Berikan informasi yang akuran pada klien mengenai penyakitnya dan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan R/ informasi yang akurat dapat menambah pengetahui klien sehingga kecemasan yang dialami klien bias berkurang 3) Anjurkan keluarga untuk memberikan suppor pada klien R/ Support keluarga menambah rasa kepercayaan diri klien 4) Kaji ulang pemahaman klien akan informasi yang telah diberikan R/ Untuk mengetahui apakah klien memahami informasi yang diberikan pada klien mengenai penyakit nya dan pengobatannya 5) Ikut sertakan klien dalam proses penyembuhan R/ Agar klien mengetahui cara perawatan akan penyakitnya. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan oedema Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kerusakan integritas kulit tidak terjadi Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari tanda-tanda kerusakan integritas kulit tidak ada dengan criteria : Tidak terjadi iritasi pada kulit Tidak terjadi ulkus Intervensi 1) Berikan perawatan kulit R/ Memberikan kenyamanan pada anak dan mencegah kerusakan kulit 2) Hindari pakaian ketat R/ Dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan 3) Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari 4) 5) 6) R/ Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan dengan alat tenun Topang organ edema, seperti skrotum R/ Unjtuk menghilangkan area tekanan Ubah posisi dengan sering ; pertahankan kesejajaran tubuh dengan baik R/ Karena anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah dan diam saja Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun tekanan sesuai kebutuhan R/ Untuk mencegah terjadinya ulkus