SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
NEFROTIK SINDROM
A. KONSEP MEDIK
1. Pengertian
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan
kehilangan protein urinaris yang massif ( Donna L. Wong, 2004 ).
Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri
glomerular

yang

terjadi

pada

anak

dengan

karakteristik;

proteinuria,

hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema ( Suriadi dan Rita
Yuliani, 2001).
Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari
proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari
2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan
hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada
anak dengan karakteristik proteinuria massif hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang
disertai atau tidak disertai edema dan hiperkolestrolemia.

2. Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Umunya dibagi menjadi :
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut,
glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion,
paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain.
c. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
(Arif Mansjoer,2000 :488)

1
Insiden
a. Insidens lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.
b. Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan
etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan
responnya trerhadap pengobatan
c. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun
d. Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM) menacakup 60 – 90 % dari semua
kasus sindrom nefrotik pada anak
e. Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan
majunya terapi dan pemberian steroid.
f. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi
bilateral dan transplantasi ginjal. (Cecily L Betz, 2002)
3. Patofisiologi
a. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin,
tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke
dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan
intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hypovolemi.
b. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik
hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan
air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.
c. Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan
onkotik plasma
d. Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam
hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan
banyak dalam urin (lipiduria)

2
e. Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Suriadi dan Rita
yuliani, 2001 :217)
4. Manifestasi Klinik
 Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi
dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung
bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan
berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.
 Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa
 Pucat
 Hematuri
 Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.
 Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan
umumnya terjadi.
 Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang),
(Betz, Cecily L.2002 : 335 ).
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Uji Urin
 Protein urin – meningkat
 Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria
 Dipstick urin – positif untuk protein dan darah
 Berat jenis urin – meningkat
b. Uji Darah
 Albumin serum – menurun
 Kolesterol serum – meningkat
 Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)
 Laju endap darah (LED) – meningkat
 Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.
c. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin

3
6. Penatalaksanaan Medik
a. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang
lebih 1 gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan
menghindar makanan yang diasinkan. Diet protein 2 – 3 gram/kgBB/hari
b. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan
diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema
dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid
(25 – 50 mg/hari), selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan
hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
c. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive Study of
Kidney Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut :
 Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas
permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.
 Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan
dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis
maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka
pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu
d. Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi
e. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital (Arif
Mansjoer, 2000)
7. Komplikasi
a. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat
hipoalbuminemia.
b. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang
menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.
c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga
terjadi peninggian fibrinogen plasma.
d. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.

4
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
 Aktivitas / Istrahat
Gejala

: Klien mengeluh mudah lelah, klien mengeluh tidak dapat
beraktivitas

Tanda

: Kelemahan, keletihan

 Sirkulasi
Tanda

: Tekanan darah sedikit menurun, letargi, kulit pucat

 Eliminasi
Gejala

: Klien mengeluh kecingnya sedikit, klien mengeluh warna
urinnya gelap

Tanda

: Urin berbau buah, haluaran urin sedikit dan berbusa, hematuria

 Makanan / Cairan
Gejala

: Klien mengeluh tidak ada nafsu makan

Tanda

: Penambahan berat badan, diare, absorbs usus buruk, edema
mukosa usus, edema abdomen dan ekstremitas bawah, edema
anarsaka

 Integritas Ego
Gejala

: Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya, klien
menanyakan tentang penyakitnya

Tanda

: Gelisah, ketakutan akan perubahan kesehatan

 Pernapasan
Gejala

: Klien meneluh kesulitan dalam bernapas

Tanda

: Dispneu, napas cepat

5
b. Pengelompokan Data
 Data Subyektif
 Klien mengeluh mudah lelah
 Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas
 Klien mengeluh kecingnya sedikit
 Klien mengeluh warna urinnya gelap
 Klien mengeluh tidak ada nafsu makan
 Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya
 Klien menanyakan tentang penyakitnya
 Klien meneluh kesulitan dalam bernapas
 Data Obyektif
 Kelemahan
 Keletihan
 Tekanan darah sedikit menurun
 Letargi
 Kulit pucat
 Haluaran urin sedikit dan berbusa
 Hematuria
 Penambahan berat badan
 Diare
 Absorbsi usus buruk
 Edema mukosa usus
 Edema abdomen dan ekstremitas bawah
 Edema anarsaka
 Gelisah
 Ketakutan akan perubahan kesehatan
 Dispneu dan Napas cepat

6
c. Analisa Data
Data
Ds :
 Klien meneluh
kesulitan dalam
bernapas

Do :
 Dispneu
 Napas cepat

Ds :
 Klien mengeluh
kecingnya sedikit

Do :
 Edema mukosa usus
 Edema abdomen dan
ekstremitas bawah

Penyebab
Penyebab
↓
Sindrom nefrotik
↓
Gangguan pembentukan glomerulus
↓
Albumin melewati membran bersama
urin
↓
Hipoalbuminemia
↓
Tekanan koloid turun dan tekanan
hidrostatik naik
↓
Cairan masuk ke ekstra seluler
↓
Retensio cairan dirongga perut
↓
Asites
↓
Menekan diafragma
↓
Ekspansi otot pernapasan tidak optimal
↓
Napas tidak adekuat
↓
Gangguan pola napas
Factor penyebab
↓
Sindrom nefrotik
↓
Gangguan pembentukan glomerulus
↓
Albumin melewati membrane bersama
urin
↓
Hipoalbuminemia

7

Masalah
Gangguan

pola

napas

Kelebihan
volume cairan
 Penambahan berat
badan
 Haluaran urin sedikit
dan berbusa
 Kulit pucat

Do :
 Edema anarsaka
 Kulit nampak pucat

Ds :
 Klien mengeluh tidak
ada nafsu makan

Do :
 Diare
 Porsi

makan

tidak

habis
 Absorbsi usus buruk
 Kelemahan

↓
Tekanan koloid turun dan tekanan
hidrostatik naik
↓
Cairan masuk ke ekstraseluler
↓
Retensio cairan seluruh tubuh
↓
Edema anarsaka
↓
Kelebihan volume cairan
Retensio cairan seluruh tubuh
↓
Edema anarsaka
↓
Penakanan terlalu dalam pada tubuh
↓
Pengiriman nutrisi dan O2 ke jaringan
turun
↓
Hipoksia jaringan
↓
Resti kerusaan integritas kulit
Retensio cairan rongga perut
↓
Asites
↓
Menekat isi perut
↓
Mual dan muntah
↓
Nafsu makan menurun
↓
Intake nutrisi kurang
↓
Gangguan kebutuhan nutrisi

8

Resiko kerusakan
integritas kulit

Gangguan
pemenuhan
nutrisi
Ds :
 Klien mengeluh takut
akan kondisi
kesehatannya
 Klien menanyakan
tentang penyakitnya
Do :
 Gelisah
 Ketakutan

akan

Diagnosa medik
↓
Perubahan status kesehatan
↓
Kurang terpajang informasi tentang
penyakit
↓
Koping individu tidak efektif
↓
Stress psikologis
↓
Ansietas

Ansietas

perubahan kesehatan
Ds :

Sindrom nefrotik

 Klien mengeluh

↓

mudah lelah

Perubahan kondisi kesehatan

 Klien mengeluh tidak

↓

dapat beraktivitas

Kondisi tubuh lemah
↓

Do :
 Kelemahan

Intoleransi aktivitas

 Keletihan

d. Prioritas Masalah
1) Gangguan pola napas
2) Kelebihan volume cairan
3) Gangguan pemenuhan nutrisi
4) Intoleransi aktivitas
5) Ansietas
6) Resiko kerusakan integritas kulit

9

Intoleransi
aktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola napas berhubungan dengan ekspansi otot pernapasan tidak
optimal ditandai dengan :
Ds

:  Klien meneluh kesulitan dalam bernapas

Do :  Dispneu dan Napas cepat
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensio cairan seluruh tubuh
ditandai dengan :
Ds

:  Klien mengeluh kecingnya sedikit

Do :  Edema mukosa usus
 Edema abdomen dan ekstremitas bawah
 Penambahan berat badan
 Haluaran urin sedikit dan berbusa
 Kulit pucat
c. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan :
Ds

:  Klien mengeluh tidak ada nafsu makan

Do :  Diare
 Porsi makan tidak habis
 Absorbsi usus buruk
 Kelemahan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah ditandai dengan :
Ds

:  Klien mengeluh mudah lelah
 Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas

Do :  Kelemahan, Keletihan
e. Ansietas berhubungan dengan kurang terpajang informasi tentang penyakitnya
ditandai dengan :
Ds

:  Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya
 Klien menanyakan tentang penyakitnya

Do :  Gelisah, Ketakutan akan perubahan kesehatan
f. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan oedema ditandai dengan :
Do :  Edema anarsaka
 Kulit nampak pucat

10
3. Perencanaan
a. Gangguan pola napas berhubungan dengan ekspansi otot pernapasan tidak optimal
Tupan :
Setelah diberikan Askep selama beberapa hari pola napas klien dapat teratasi
Tupen :
Setelah diberikan Askep selama beberapa hari masalah pola napas klien berangsur
angsur membaik dengan kriteria :
Klien mangatakan tidak sesak lagi
Klien nampak dapat bernapas dengan lega
Intervensi
1) Obsevasi pola pernafasan pasien
R/ Dyspnoe, takikardia, dan pernafasan irreguler dan bunyi

ronchi merupakan

tanda gangguan pola nafas
2) Kaji warna kulit, kuku dan membran mukosa
R/ Pucat menunjukkan vasokontriksi atau anemia dan sianosis

berhubungan

dengan kongesti atau gagal jantung yang menunjukkan perfusi jaringan tidak
adekuat.
3) Atur posisi semi fowler
R/ Posisi semi fowler memungkinkan organ organ abdomen menjauhi
diafragma sehingga ekspansi paru optimal.
4) Observasi ventilasi
R/ Gangguan pertukaran O2 mengakibatkan perubahan pada

VS terutama

pada BP, HR, dan RR
5) Ajarkan klien tehnik napas dalam
R/ Mengoptimalkan pernapasan
6) Kolaborasi unutk pemberian tambahan oksigen
Rasional : Memaksimalkan sediaan O2 untuk kebutuhan miokardium
7) Kolaborasi pemeriksaan AGD
R/ AGD sangat penting untuk mengetahui adanya gangguan pertukaran gas
dalam paru.

11
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensio cairan seluruh tubuh
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kelebihan volume cairan teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari kondisi cairan tubuh
dalam batas normal dengan criteria :
Tidak ada oedema
Intake dan out cairan normal
Intervensi
1) Kaji status cairan : timbang berat badan harian, keseimbangan masukan dan
haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher, tekanan darah,
denyut dan irama nadi
R/ Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau
perubahan dan mengevaluasi intervensi
2) Batasi masukan cairan
R/ Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin, dan
respon terhadap terapi
3) Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta pantau
edema sekitar mata.
R/ Untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema.
4) Atur masukan cairan dengan cermat.
R/ Agar kebutuhan cairan yang masuk tidak melebih batas normal
5) Pantau infus intra vena
R/ Untuk mempertahankan masukan yang diresepkan
6) Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan
R/ Untuk menurunkan ekskresi proteinuria
7) Jelaskan pada klien dan keluarga rasional pembatasan
R/

Pemahaman meningkatkan hubungan kerjasama klien dengan keluarga

dalam pembatasan cairan

12
c. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah nutrisi teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari nutrisi beransur-ansur
terpenuhi dengan criteria :
Nafsu makan baik
Berat badan normal
Tidak mual dan muntah
Intervensi :
1) Beri diet yang bergizi
R/ Membantu pemenuhan nutrisi anak dan meningkatkan daya tahan tubuh
anak
2) Batasi natrium selama edema dan trerapi kortikosteroid
R/ asupan natrium dapat memperberat edema usus yang menyebabkan
hilangnya nafsu makan anak
3) Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada saat makan
R/ Agar anak lebih mungkin untuk makan
4) Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya
R/ Untuk merangsang nafsu makan anak
5) Beri makanan spesial dan disukai
R/ Untuk mendorong agar anak mau makan
6) Beri makanan dengan cara yang menarik
R/ Untuk menrangsang nafsu makan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah
Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas
teratasi
Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu
beraktivitas secara mandiri dengan criteria :
Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri
Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan

13
Intervensi
1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga
perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya
2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari
3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien
R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga memberi
support dalam pemulihan kesehatan
e. Ansietas berhubungan dengan kurang terpajang informasi tentang penyakitnya
Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan klien teratasi
Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari masalah
ansietas beransur ansur hilang dengan criteria :
Klien dapat memahami tentang penyakit dan proses pengobatannya
Klien menerima akan kondisi kesehatannya
Intervensi
1) Kaji rasa kecemasan yang dialami klien
R/ mengetahui perasaan yang dialami klien serta dapat sebagai patokan dalam
menentukan tindakan keperawatan selanjutnya
2) Berikan informasi yang akuran pada klien mengenai penyakitnya dan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilakukan
R/

informasi yang akurat dapat menambah pengetahui klien sehingga

kecemasan yang dialami klien bias berkurang
3) Anjurkan keluarga untuk memberikan suppor pada klien
R/ Support keluarga menambah rasa kepercayaan diri klien
4) Kaji ulang pemahaman klien akan informasi yang telah diberikan
R/ Untuk mengetahui apakah klien memahami informasi yang diberikan pada
klien mengenai penyakit nya dan pengobatannya
5) Ikut sertakan klien dalam proses penyembuhan
R/ Agar klien mengetahui cara perawatan akan penyakitnya.

14
f. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan oedema
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kerusakan integritas kulit tidak
terjadi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari tanda-tanda
kerusakan integritas kulit tidak ada dengan criteria :
Tidak terjadi iritasi pada kulit
Tidak terjadi ulkus
Intervensi
1) Berikan perawatan kulit
R/ Memberikan kenyamanan pada anak dan mencegah kerusakan kulit
2) Hindari pakaian ketat
R/ Dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan
3) Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari
R/ Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan dengan alat
tenun
4) Topang organ edema, seperti skrotum
R/ Unjtuk menghilangkan area tekanan
5) Ubah posisi dengan sering ; pertahankan kesejajaran tubuh dengan baik
R/ Karena anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah dan diam saja
6) Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun tekanan
sesuai kebutuhan
R/ Untuk mencegah terjadinya ulkus

KET : R/ = Rasional

15
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
DOSEN
: LAMBE PARAMMA, SKP

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA SISTEM PERKEMIHAN
SINDROM NEFROTIK

DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
LA ODE HASAN
NASRIANI
SUDIRMAN
SITTI SALMINA
LA ODE MUSLIHIN
YUSNANI

PROGRAM KHUSUS AKADEMI KEPERAWATAN
PEMDA KABUPATEN MUNA
TAHUN 2009
16

More Related Content

What's hot

Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemiaandalizah
 
Jenis spuit dan ukurannya
Jenis spuit dan ukurannyaJenis spuit dan ukurannya
Jenis spuit dan ukurannyaNs. Lutfi
 
Bahan kredensial
Bahan kredensialBahan kredensial
Bahan kredensialsisildasril
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)pjj_kemenkes
 
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULERMODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULERRindang Abas
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliAris Rahmanda
 
Pathway kejang demam anak lengkap
Pathway kejang demam anak lengkapPathway kejang demam anak lengkap
Pathway kejang demam anak lengkapAidil Fitrisyah
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihanpjj_kemenkes
 
Dengue hemoragic fever (dhf)
Dengue hemoragic fever (dhf)Dengue hemoragic fever (dhf)
Dengue hemoragic fever (dhf)Ramlah Al Baseri
 

What's hot (20)

Sistitis
SistitisSistitis
Sistitis
 
Analisa data batu saluran kemih
Analisa data batu saluran kemihAnalisa data batu saluran kemih
Analisa data batu saluran kemih
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
 
Jenis spuit dan ukurannya
Jenis spuit dan ukurannyaJenis spuit dan ukurannya
Jenis spuit dan ukurannya
 
Bahan kredensial
Bahan kredensialBahan kredensial
Bahan kredensial
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
 
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
 
Lk
LkLk
Lk
 
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULERMODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
 
Pathway kejang demam anak lengkap
Pathway kejang demam anak lengkapPathway kejang demam anak lengkap
Pathway kejang demam anak lengkap
 
Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
 
Atresia Esofagus
Atresia EsofagusAtresia Esofagus
Atresia Esofagus
 
Analisa data batu saluran kemih ella
Analisa data batu saluran kemih ellaAnalisa data batu saluran kemih ella
Analisa data batu saluran kemih ella
 
Studi kasus dm
Studi kasus dmStudi kasus dm
Studi kasus dm
 
Dengue hemoragic fever (dhf)
Dengue hemoragic fever (dhf)Dengue hemoragic fever (dhf)
Dengue hemoragic fever (dhf)
 

Viewers also liked (13)

Ghidul activitatilor de indrumare metodica în bibliotecile publice
Ghidul activitatilor de indrumare metodica în bibliotecile publiceGhidul activitatilor de indrumare metodica în bibliotecile publice
Ghidul activitatilor de indrumare metodica în bibliotecile publice
 
Serosis hepatis
Serosis hepatisSerosis hepatis
Serosis hepatis
 
Satpel gagal ginjal
Satpel gagal ginjalSatpel gagal ginjal
Satpel gagal ginjal
 
Sap gagal ginjal
Sap gagal ginjalSap gagal ginjal
Sap gagal ginjal
 
Ulkus kornea
Ulkus korneaUlkus kornea
Ulkus kornea
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 
Skabies
SkabiesSkabies
Skabies
 
Tinea kapitis
Tinea kapitisTinea kapitis
Tinea kapitis
 
Tinea corporis
Tinea corporisTinea corporis
Tinea corporis
 
Convegno SNA "Le Collaborazioni" - Presentazioni ricerca "Intermediari 2.0" -...
Convegno SNA "Le Collaborazioni" - Presentazioni ricerca "Intermediari 2.0" -...Convegno SNA "Le Collaborazioni" - Presentazioni ricerca "Intermediari 2.0" -...
Convegno SNA "Le Collaborazioni" - Presentazioni ricerca "Intermediari 2.0" -...
 
Урок №7.Прямоугольное проецирование на три плоскости. Комплексный чертеж "ТР...
Урок №7.Прямоугольное  проецирование на три плоскости. Комплексный чертеж "ТР...Урок №7.Прямоугольное  проецирование на три плоскости. Комплексный чертеж "ТР...
Урок №7.Прямоугольное проецирование на три плоскости. Комплексный чертеж "ТР...
 
Retensi urine
Retensi  urineRetensi  urine
Retensi urine
 
Hoja de reflexión
Hoja de reflexiónHoja de reflexión
Hoja de reflexión
 

Similar to Sindrom nefrotik (20)

Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
Askep sindrom nefrotik AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotikAskep sindrom nefrotik
Askep sindrom nefrotik
 
Nefrotik sindrom kecil
Nefrotik sindrom kecilNefrotik sindrom kecil
Nefrotik sindrom kecil
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Acute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritisAcute gromerulonephritis
Acute gromerulonephritis
 
Asuhan Keperawatan Anemia.pptx
Asuhan Keperawatan Anemia.pptxAsuhan Keperawatan Anemia.pptx
Asuhan Keperawatan Anemia.pptx
 
Gagal ginjal ROMANTISME DAN EKSPRESIONISME
Gagal ginjal ROMANTISME DAN EKSPRESIONISMEGagal ginjal ROMANTISME DAN EKSPRESIONISME
Gagal ginjal ROMANTISME DAN EKSPRESIONISME
 
Gagal ginjal
Gagal ginjalGagal ginjal
Gagal ginjal
 
Askep GGA oleh herianto.pptx
Askep GGA oleh herianto.pptxAskep GGA oleh herianto.pptx
Askep GGA oleh herianto.pptx
 
Askep dm
Askep dmAskep dm
Askep dm
 
4. anemia
4. anemia4. anemia
4. anemia
 
NEFROTIK SINDROME.pptx
NEFROTIK SINDROME.pptxNEFROTIK SINDROME.pptx
NEFROTIK SINDROME.pptx
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
 
DSS casse report.pptx
DSS casse report.pptxDSS casse report.pptx
DSS casse report.pptx
 
Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)
 
Lp talasemia
Lp talasemiaLp talasemia
Lp talasemia
 
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
Askep glomerulonefritis AKPER PEMDA MUNA
 
Dehidrasi
DehidrasiDehidrasi
Dehidrasi
 
PILONEFRITIS
PILONEFRITISPILONEFRITIS
PILONEFRITIS
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Sindrom nefrotik

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN NEFROTIK SINDROM A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif ( Donna L. Wong, 2004 ). Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema ( Suriadi dan Rita Yuliani, 2001). Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002). Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Sindrom Nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria massif hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang disertai atau tidak disertai edema dan hiperkolestrolemia. 2. Etiologi Sebab pasti belum diketahui. Umunya dibagi menjadi : a. Sindrom nefrotik bawaan Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal b. Sindrom nefrotik sekunder Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut, glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain. c. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) (Arif Mansjoer,2000 :488) 1
  • 2. Insiden a. Insidens lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. b. Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan responnya trerhadap pengobatan c. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun d. Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM) menacakup 60 – 90 % dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak e. Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid. f. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal. (Cecily L Betz, 2002) 3. Patofisiologi a. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi. b. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema. c. Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma d. Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria) 2
  • 3. e. Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217) 4. Manifestasi Klinik  Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.  Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa  Pucat  Hematuri  Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.  Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya terjadi.  Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang), (Betz, Cecily L.2002 : 335 ). 5. Pemeriksaan Diagnostik a. Uji Urin  Protein urin – meningkat  Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria  Dipstick urin – positif untuk protein dan darah  Berat jenis urin – meningkat b. Uji Darah  Albumin serum – menurun  Kolesterol serum – meningkat  Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)  Laju endap darah (LED) – meningkat  Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan. c. Uji Diagnostik Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin 3
  • 4. 6. Penatalaksanaan Medik a. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1 gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindar makanan yang diasinkan. Diet protein 2 – 3 gram/kgBB/hari b. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 – 50 mg/hari), selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat. c. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive Study of Kidney Disease in Children (ISKDC), sebagai berikut :  Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.  Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu d. Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi e. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital (Arif Mansjoer, 2000) 7. Komplikasi a. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia. b. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock. c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma. d. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal. 4
  • 5. B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Pengumpulan Data  Aktivitas / Istrahat Gejala : Klien mengeluh mudah lelah, klien mengeluh tidak dapat beraktivitas Tanda : Kelemahan, keletihan  Sirkulasi Tanda : Tekanan darah sedikit menurun, letargi, kulit pucat  Eliminasi Gejala : Klien mengeluh kecingnya sedikit, klien mengeluh warna urinnya gelap Tanda : Urin berbau buah, haluaran urin sedikit dan berbusa, hematuria  Makanan / Cairan Gejala : Klien mengeluh tidak ada nafsu makan Tanda : Penambahan berat badan, diare, absorbs usus buruk, edema mukosa usus, edema abdomen dan ekstremitas bawah, edema anarsaka  Integritas Ego Gejala : Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya, klien menanyakan tentang penyakitnya Tanda : Gelisah, ketakutan akan perubahan kesehatan  Pernapasan Gejala : Klien meneluh kesulitan dalam bernapas Tanda : Dispneu, napas cepat 5
  • 6. b. Pengelompokan Data  Data Subyektif  Klien mengeluh mudah lelah  Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas  Klien mengeluh kecingnya sedikit  Klien mengeluh warna urinnya gelap  Klien mengeluh tidak ada nafsu makan  Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya  Klien menanyakan tentang penyakitnya  Klien meneluh kesulitan dalam bernapas  Data Obyektif  Kelemahan  Keletihan  Tekanan darah sedikit menurun  Letargi  Kulit pucat  Haluaran urin sedikit dan berbusa  Hematuria  Penambahan berat badan  Diare  Absorbsi usus buruk  Edema mukosa usus  Edema abdomen dan ekstremitas bawah  Edema anarsaka  Gelisah  Ketakutan akan perubahan kesehatan  Dispneu dan Napas cepat 6
  • 7. c. Analisa Data Data Ds :  Klien meneluh kesulitan dalam bernapas Do :  Dispneu  Napas cepat Ds :  Klien mengeluh kecingnya sedikit Do :  Edema mukosa usus  Edema abdomen dan ekstremitas bawah Penyebab Penyebab ↓ Sindrom nefrotik ↓ Gangguan pembentukan glomerulus ↓ Albumin melewati membran bersama urin ↓ Hipoalbuminemia ↓ Tekanan koloid turun dan tekanan hidrostatik naik ↓ Cairan masuk ke ekstra seluler ↓ Retensio cairan dirongga perut ↓ Asites ↓ Menekan diafragma ↓ Ekspansi otot pernapasan tidak optimal ↓ Napas tidak adekuat ↓ Gangguan pola napas Factor penyebab ↓ Sindrom nefrotik ↓ Gangguan pembentukan glomerulus ↓ Albumin melewati membrane bersama urin ↓ Hipoalbuminemia 7 Masalah Gangguan pola napas Kelebihan volume cairan
  • 8.  Penambahan berat badan  Haluaran urin sedikit dan berbusa  Kulit pucat Do :  Edema anarsaka  Kulit nampak pucat Ds :  Klien mengeluh tidak ada nafsu makan Do :  Diare  Porsi makan tidak habis  Absorbsi usus buruk  Kelemahan ↓ Tekanan koloid turun dan tekanan hidrostatik naik ↓ Cairan masuk ke ekstraseluler ↓ Retensio cairan seluruh tubuh ↓ Edema anarsaka ↓ Kelebihan volume cairan Retensio cairan seluruh tubuh ↓ Edema anarsaka ↓ Penakanan terlalu dalam pada tubuh ↓ Pengiriman nutrisi dan O2 ke jaringan turun ↓ Hipoksia jaringan ↓ Resti kerusaan integritas kulit Retensio cairan rongga perut ↓ Asites ↓ Menekat isi perut ↓ Mual dan muntah ↓ Nafsu makan menurun ↓ Intake nutrisi kurang ↓ Gangguan kebutuhan nutrisi 8 Resiko kerusakan integritas kulit Gangguan pemenuhan nutrisi
  • 9. Ds :  Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya  Klien menanyakan tentang penyakitnya Do :  Gelisah  Ketakutan akan Diagnosa medik ↓ Perubahan status kesehatan ↓ Kurang terpajang informasi tentang penyakit ↓ Koping individu tidak efektif ↓ Stress psikologis ↓ Ansietas Ansietas perubahan kesehatan Ds : Sindrom nefrotik  Klien mengeluh ↓ mudah lelah Perubahan kondisi kesehatan  Klien mengeluh tidak ↓ dapat beraktivitas Kondisi tubuh lemah ↓ Do :  Kelemahan Intoleransi aktivitas  Keletihan d. Prioritas Masalah 1) Gangguan pola napas 2) Kelebihan volume cairan 3) Gangguan pemenuhan nutrisi 4) Intoleransi aktivitas 5) Ansietas 6) Resiko kerusakan integritas kulit 9 Intoleransi aktivitas
  • 10. 2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan pola napas berhubungan dengan ekspansi otot pernapasan tidak optimal ditandai dengan : Ds :  Klien meneluh kesulitan dalam bernapas Do :  Dispneu dan Napas cepat b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensio cairan seluruh tubuh ditandai dengan : Ds :  Klien mengeluh kecingnya sedikit Do :  Edema mukosa usus  Edema abdomen dan ekstremitas bawah  Penambahan berat badan  Haluaran urin sedikit dan berbusa  Kulit pucat c. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan : Ds :  Klien mengeluh tidak ada nafsu makan Do :  Diare  Porsi makan tidak habis  Absorbsi usus buruk  Kelemahan d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah ditandai dengan : Ds :  Klien mengeluh mudah lelah  Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas Do :  Kelemahan, Keletihan e. Ansietas berhubungan dengan kurang terpajang informasi tentang penyakitnya ditandai dengan : Ds :  Klien mengeluh takut akan kondisi kesehatannya  Klien menanyakan tentang penyakitnya Do :  Gelisah, Ketakutan akan perubahan kesehatan f. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan oedema ditandai dengan : Do :  Edema anarsaka  Kulit nampak pucat 10
  • 11. 3. Perencanaan a. Gangguan pola napas berhubungan dengan ekspansi otot pernapasan tidak optimal Tupan : Setelah diberikan Askep selama beberapa hari pola napas klien dapat teratasi Tupen : Setelah diberikan Askep selama beberapa hari masalah pola napas klien berangsur angsur membaik dengan kriteria : Klien mangatakan tidak sesak lagi Klien nampak dapat bernapas dengan lega Intervensi 1) Obsevasi pola pernafasan pasien R/ Dyspnoe, takikardia, dan pernafasan irreguler dan bunyi ronchi merupakan tanda gangguan pola nafas 2) Kaji warna kulit, kuku dan membran mukosa R/ Pucat menunjukkan vasokontriksi atau anemia dan sianosis berhubungan dengan kongesti atau gagal jantung yang menunjukkan perfusi jaringan tidak adekuat. 3) Atur posisi semi fowler R/ Posisi semi fowler memungkinkan organ organ abdomen menjauhi diafragma sehingga ekspansi paru optimal. 4) Observasi ventilasi R/ Gangguan pertukaran O2 mengakibatkan perubahan pada VS terutama pada BP, HR, dan RR 5) Ajarkan klien tehnik napas dalam R/ Mengoptimalkan pernapasan 6) Kolaborasi unutk pemberian tambahan oksigen Rasional : Memaksimalkan sediaan O2 untuk kebutuhan miokardium 7) Kolaborasi pemeriksaan AGD R/ AGD sangat penting untuk mengetahui adanya gangguan pertukaran gas dalam paru. 11
  • 12. b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensio cairan seluruh tubuh Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kelebihan volume cairan teratasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari kondisi cairan tubuh dalam batas normal dengan criteria : Tidak ada oedema Intake dan out cairan normal Intervensi 1) Kaji status cairan : timbang berat badan harian, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher, tekanan darah, denyut dan irama nadi R/ Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi 2) Batasi masukan cairan R/ Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi 3) Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta pantau edema sekitar mata. R/ Untuk mengkaji ascites dan karena merupakan sisi umum edema. 4) Atur masukan cairan dengan cermat. R/ Agar kebutuhan cairan yang masuk tidak melebih batas normal 5) Pantau infus intra vena R/ Untuk mempertahankan masukan yang diresepkan 6) Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan R/ Untuk menurunkan ekskresi proteinuria 7) Jelaskan pada klien dan keluarga rasional pembatasan R/ Pemahaman meningkatkan hubungan kerjasama klien dengan keluarga dalam pembatasan cairan 12
  • 13. c. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah nutrisi teratasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari nutrisi beransur-ansur terpenuhi dengan criteria : Nafsu makan baik Berat badan normal Tidak mual dan muntah Intervensi : 1) Beri diet yang bergizi R/ Membantu pemenuhan nutrisi anak dan meningkatkan daya tahan tubuh anak 2) Batasi natrium selama edema dan trerapi kortikosteroid R/ asupan natrium dapat memperberat edema usus yang menyebabkan hilangnya nafsu makan anak 3) Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan rileks pada saat makan R/ Agar anak lebih mungkin untuk makan 4) Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya R/ Untuk merangsang nafsu makan anak 5) Beri makanan spesial dan disukai R/ Untuk mendorong agar anak mau makan 6) Beri makanan dengan cara yang menarik R/ Untuk menrangsang nafsu makan d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas teratasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara bertahap klien mampu beraktivitas secara mandiri dengan criteria : Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan 13
  • 14. Intervensi 1) Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari R/ Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya 2) Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari 3) Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien R/ Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga memberi support dalam pemulihan kesehatan e. Ansietas berhubungan dengan kurang terpajang informasi tentang penyakitnya Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan klien teratasi Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari masalah ansietas beransur ansur hilang dengan criteria : Klien dapat memahami tentang penyakit dan proses pengobatannya Klien menerima akan kondisi kesehatannya Intervensi 1) Kaji rasa kecemasan yang dialami klien R/ mengetahui perasaan yang dialami klien serta dapat sebagai patokan dalam menentukan tindakan keperawatan selanjutnya 2) Berikan informasi yang akuran pada klien mengenai penyakitnya dan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan R/ informasi yang akurat dapat menambah pengetahui klien sehingga kecemasan yang dialami klien bias berkurang 3) Anjurkan keluarga untuk memberikan suppor pada klien R/ Support keluarga menambah rasa kepercayaan diri klien 4) Kaji ulang pemahaman klien akan informasi yang telah diberikan R/ Untuk mengetahui apakah klien memahami informasi yang diberikan pada klien mengenai penyakit nya dan pengobatannya 5) Ikut sertakan klien dalam proses penyembuhan R/ Agar klien mengetahui cara perawatan akan penyakitnya. 14
  • 15. f. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan oedema Tupan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kerusakan integritas kulit tidak terjadi Tupen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari tanda-tanda kerusakan integritas kulit tidak ada dengan criteria : Tidak terjadi iritasi pada kulit Tidak terjadi ulkus Intervensi 1) Berikan perawatan kulit R/ Memberikan kenyamanan pada anak dan mencegah kerusakan kulit 2) Hindari pakaian ketat R/ Dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan 3) Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali sehari R/ Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit karena gesekan dengan alat tenun 4) Topang organ edema, seperti skrotum R/ Unjtuk menghilangkan area tekanan 5) Ubah posisi dengan sering ; pertahankan kesejajaran tubuh dengan baik R/ Karena anak dengan edema massif selalu letargis, mudah lelah dan diam saja 6) Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun tekanan sesuai kebutuhan R/ Untuk mencegah terjadinya ulkus KET : R/ = Rasional 15
  • 16. MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III DOSEN : LAMBE PARAMMA, SKP ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PERKEMIHAN SINDROM NEFROTIK DISUSUN OLEH KELOMPOK I LA ODE HASAN NASRIANI SUDIRMAN SITTI SALMINA LA ODE MUSLIHIN YUSNANI PROGRAM KHUSUS AKADEMI KEPERAWATAN PEMDA KABUPATEN MUNA TAHUN 2009 16