1. Get Homework Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua jenis massa ovarium dapat menjadi penyulit dalam kehamilan. Insiden
tumor dan kista bervariasi sesuai kelompok usia yang diteliti, serta pemakaian
sonografi rutin selama kehamilan. Katz dkk (1993) mendapat kan insiden rata-rata
massa adneksa sebesar 1 dalam 200 kehamilan. Whitecar dkk. (1999) melaporkan
insiden rata-rata massa yang memerlukan laparatomi sebesar 1 dalam 1300
1
2. kehamilan. Koonings dkk. (1988) melaporkan adanya satu neoplasma adneksa
untuk setiap 197 seksio sesarea.1
Tumor ovarium yang tersering adalah tumor kistik. Whitecar dkk. (1999)
melaporkan 130 kasus massa adneksa yang didiagnosis selama kehamilan, 30 %
adalah teratoma kistik, 28% kistaadenoma serosa atau musinosa, 13% kista korpus
luteum, 7% lainnya adalah kista jinak. Menurut Comerci dkk. (1994), separuh
dari 27 teratoma kistik matang selama kehamilan dijumpai saat seksio sesarea. 1
USG merupakan modalitas utama yang digunakan untuk mendeteksi massa
ovarium dan untuk menilai risiko keganasan. Tumot marker digunakan untuk
memantau status penyakit paska pengobatan daripada menegakkan diagnosis
karena dapat meningkat karena kehamilan itu sendiri.2
Penyulit paling sering dan paling serius dari kista ovarium jinak selama masa
kehamilan ialah torsio. Torsio menjadi penyulit pada 5 persen dari 130 massa
adneksa. Torsio paling sering terjadi pada trimester pertama, dan dapat
menyebabkan rupture kista ke dalam rongga peritoneum. Rupture kista juga dapat
terjadi saat persalinan atau pelahiran secara bedah. Apabila menghambat panggul
tumor dapat menjadi rupture uteri. 1,2
Intervensi bedah dilakukan pada tumor yang besar atau yang menimbulkan
gejala atau yang mengarah ke suatu keganasan pada tes pencitraan. Tindakan
bedah konservatif diindikasikan untuk tumor jinak dan tumor ovarium borderline
sedangkan yang lebih agresif diindikasikan untuk yang tumor ovarium yang ganas
dan untuk menentukan staging dari tumor itu sendiri.2
1.2 Tujuan
1. Mengetahui prosedur anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
dan penegakkan diagnosis obstetri.
2. Mengetahui beberapa penyulit dalam kehamilan dan persalinan yang
didapatkan dalam kasus ini yaitu kista ovarium, termasuk alur penegakkan
diagnosis dan penatalaksanaannya.
3. Mengkaji ketepatan penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan kasus ini.
2
3. BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Jum’at, 27 April
2012 pukul 16.00 wita di ruang Nifas Mawar RSUD AW. Sjahranie Samarinda.
ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama : Ny.Ir
Usia : 29 tahun
Agama ; Islam
Suku : Banjar
Pendidikan :SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Alimuddin Tenggarong
Masuk rumah sakit hari Rabu, 25 April 2012 Pukul 08.45 wita
Identitas Suami
Nama : Tn. He
Usia : 30 tahun
Agama ; Islam
Suku : Banjar
Pendidikan :SMP
Pekerjaan : Swasta (mekanik alat berat)
Alamat : Jl. Alimuddin Tenggarong
Keluhan Utama:
Rujukan dari bidan karena hasil USG menunjukkan kista ovarium.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan nyeri perut kiri atas sejak 3 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri perut bersifat hilang timbul. Tidak disertai dengan perdarahan,
keluar air-air dan lendir dari jalan lahir. Sejak saat itu, pasien mengaku sering
cepat merasa kenyang (perut terasa penuh) walaupun makan dalam jumlah yang
sedikit. Selain itu, keluhan ini juga disertai dengan mual dan muntah.
3
4. Riwayat Pengobatan :
• 3 minggu sebelum masuk RS (10/4/2012) pasien kontrol kehamilan di
bidan dan berdasarkan hasil USG dinyatakan kista ovarium dan dirujuk ke
poli kandungan.
• 25/4/2012 pasien berobat ke poli kandungan dan disarankan untuk
rawat inap di ruang Mawar RSUD AWS Samarinda serta dilakukan
pemeriksaan USG ulang. Hasil USG menunjukkan adanya kista ovarium
permagna ukuran 18,1 x 17,5 cm.
• 27/4/2012 selama di ruangan, saat dilakukan pemeriksaan obstetri, DJJ
susah dievaluasi, jadi saran dari Sp.OG dilakukan USG ulang. Hasil USG
menunjukkan kehamilan tunggal, hidup, dengan perkiraan masa kehamilan
22-23 minggu, serta adanya kista ovarium dextra ukuran 22,7 x 17,6 cm.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat sakit dengan hipertensi dan diabetes mellitus, ataupun kista
ovarium.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi pada ibu pasien.
Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat dengan kista ovarium (-)
Riwayat dengan keganasan (-)
Riwayat Menstruasi
Menarche : 11 tahun
Siklus haid : 30 hari
Lama haid : 5-7 hari
Banyak Haid : 1 x ganti pembalut
Keluhan saat Haid: dismenorea saat 1 hari sebelum haid hingga haid selesai
HPHT : 22-11-2011
Taksiran persalinan : 29-8-2012
4
5. Usia kehamilan : 22-23 minggu
Riwayat Pernikahan
Sekarang dalam status menikah, pernikahan yang ke-1
Lama pernikahan yang sekarang : 4 tahun
Usia pertama menikah : 25 tahun.
Riwayat Obstetrik
1. 2008/aterm/spontan pervaginam/dukun/perempuan/2700gr/sehat
2. 2012/Hamil ini
Antenatal Care (ANC)
Bidan
Kontrasepsi
KB suntik 3 bulan dengan lamanya ±2 tahun.
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT
5
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Keadaan Sakit : baik
Kesadaran : Kompos mentis GCS 15 (E4M6V5)
Status Gizi
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 149 cm
Vital sign
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 82 x/menit
• Respirasi : 20 x/menit
• Suhu : 36,7º C
Kepala
Wajah pucat (-)
Tidak ada edema pada wajah
Mata
Sklera : Ikterik (-), kanan=kiri
Konjungtiva : anemis (+) kanan=kiri
Pupil : bulat isokor, kanan=kiri
Refleks cahaya : (+) kanan=kiri
Gerakan bola mata : Normal kanan=kiri
Hidung
Septum deviasi (–)
Tanda radang (–)
Epistaksis (-)
Telinga
Bentuk : Normal
Tidak ada cairan keluar
Pendengaran : Baik
6
7. Mulut
Kebersihan mulut baik
Bibir: tidak ada kelainan
Gusi dan gigi geligi tidak ada kelainan
Lidah : merah, candidiasis (-)
Tonsil : bengkak (-), hiperemi (-)
Pharynx : bengkak (-), hiperemi (-)
Leher
Pembesaran KGB (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Paru
Inspeksi :
bentuk simetris dan pergerakan simetris.
Retraksi otot pernapasan (-)
Pelebaran ICS (-)
Palpasi:
Pergerakan simetris
Fremitus vokal (+) kanan=kiri
Perkusi:
Sonor kanan=kiri
Auskultasi:
Suara napas vesikuler di semua lapang paru
Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak di ICS V MCL Sinistra
Palpasi : thrill (-), Ictus cordis teraba di ICS V MCL Sinistra
Perkusi : Batas jantung
Batas atas = ICS II, 3 jari sebelah kiri dari PSL sinistra
7
8. Batas jantung kiri = ICS V 1 jari lateral MCL sinistra
Batas jantung kanan = ICS II PSL dekstra
Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, bising jantung (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
cembung, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
Palpasi
Soefl, Nyeri tekan epigastrium (-). Massa kistik(+)
Hepar, lien dan ginjal dalam batas normal
Perkusi
Thympani, ascites (-), nyeri ketuk costovertebra (-).
Batas hepar: susah dievaluasi
Auskultasi
Bising usus (+ ) kesan normal.
Ektremitas
Akral hangat
Edema -/-
Pemeriksaan Obstetri
Inspeksi : perut membesar dengan arah memanjang
Pemeriksaan Leopold : susah dievaluasi
TFU : 33 cm
DJJ : 154x/menit
His : -/10’
Vaginal toucher : tidak dilakukan
Pemeriksaan bimanual: tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
8
9. Darah Lengkap
Pemeriksaan Nilai
Hb 12,0 g/dL
Leukosit 7,5 K/uL
Trombosit 173 K/uL
Hematokrit 31,5%
LED 60 mm3
/jam
BT 2’
CT 7’
Kimia Darah Lengkap
Pemeriksaan Nilai
GDP 80 mg/dL
GD2PP 105 mg/dL
SGOT 20 U.I
SGPT 17 U.I
Alkali phospatase 68 U.I
Bilirubin total 0,4 mg/dL
Albumin 3,7 g/dL
Globulin 3,3 g/dL
Cholesterol 301 mg/dL
Trigliserida 124 mg/dL
HDL 80 mg/dL
LDL 196 mg/dL
Asam urat 4,7 mg/dL
Ureum 20,3 mg/dL
Kreatinin 0,5 mg/dL
Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan Nilai
Hbs Ag negatif
Anti HBs (+) >500 miu/mL
HIV negatif
Pemeriksaan Penunjang Post Operasi (28-April-2012)
Darah Lengkap
Pemeriksaan Nilai
Hb 12,2 g/dL
Leukosit 9,9 K/uL
Trombosit 139 K/uL
Hematokrit 35,6%
9
10. LED 60 mm3
/jam
BT 3’
CT 8’
USG :
• 10/4/2012 kehamilan tunggal, hidup, dengan perkiraan masa kehamilan
20-21 minggu, serta adanya kista ovarium
• 25/4/2012 kehamilan tunggal, hidup, dengan perkiraan masa kehamilan
22-23 minggu, serta adanya kista ovarium permagna ukuran 18,1 x 17,5
cm.
• 27/4/2012 kehamilan tunggal, hidup, dengan perkiraan masa kehamilan
22-23 minggu, serta adanya kista ovarium dextra ukuran 22,7 x 17,6 cm.
Diagnosis
G2P1A0 gravid 22-23 minggu + kista ovarium
Penatalaksanaan
Laparotomi dengan tindakan salfingoooforektomi sinistra
Prognosis
Vitam : Dubia ad bonam
Fungsionam : Dubia ad bonam
Follow Up Pasien di ruang Mawar
Waktu pemeriksaan Hasil
25-4-2012 S : Keluhan (-). Gerakan anak (+).
O : Keadaan umum baik. Kesadaran Compos mentis.
10
11. Tekanan darah : 120/80 mmHg. Nadi: 82x/menit
Respirasi: 20 x/menit. Suhu: 36,7º C.
DJJ = 153x/menit. His:-/10’
A : G2P1A0 gravid 22-23 minggu + kista ovarium
P : Observasi KU, TTV, DJJ, mengidentifikasi tanda
bahaya kehamilan
Lapor dr.Sp.OG, advis :
• Direncanakan operasi tanggal 28/4/2012
26-4-2012 S : Keluhan (-). Gerakan anak (+) seperti berdenyut.
O : Keadaan umum baik. Kesadaran Compos mentis.
Tekanan darah : 120/80 mmHg. Nadi: 82x/menit
Respirasi: 20 x/menit. Suhu: 36,7º C.
DJJ = 150x/menit. His:-/10’
A : G2P1A0 gravid 22-23 minggu + kista ovarium
P : Observasi KU, TTV, DJJ, mengidentifikasi tanda
bahaya kehamilan
27-4-2012 S : Keluhan (-). Gerakan anak (-).
O : Keadaan umum baik. Kesadaran Compos mentis.
Tekanan darah : 110/70 mmHg. Nadi: 84x/menit
Respirasi: 20 x/menit. Suhu: 36,7º C.
DJJ = susah dievaluasi. His:-/10’
Hasil USG : janin hidup
A : G2P1A0 gravid 22-23 minggu + kista ovarium
P : Observasi KU, TTV, DJJ, mengidentifikasi tanda
bahaya kehamilan, persiapan operasi besok puasa
(advis Sp.An) dan siapkan darah I kolf di PMI (advis
Sp.OG)
28-4-2012 S : Keluhan (-). Gerakan anak (-).
O : Keadaan umum baik. Kesadaran Compos mentis.
Tekanan darah : 110/70 mmHg. Nadi: 72x/menit
Respirasi: 18 x/menit. Suhu: 36,8º C.
DJJ = susah dievaluasi. His:-/10’
A : G2P1A0 gravid 22-23 minggu + kista ovarium
P : operasi ini
11
12. 30-4-2012 S : nyeri bekas Luka operasi (+) perdarahan (-)
O : Keadaan umum baik. Kesadaran Compos mentis.
Tekanan darah : 130/70 mmHg. Nadi: 80x/menit
Respirasi: 20 x/menit. Suhu: 36,5º C.
DJJ = 148 kali per menit. His:-/10’
A : post salfingooforektomi sinistra hari ke 2 +
G2P1A0 gravid 22-23 minggu
P : terapi post operasi diberikan
Injeksi Cefotaxime 1 gram i.v. per 8 jam
Injeksi Antrain (metamizole Na)i.v per 8 jam
Profenid (ketoprofen) supp / rectal 100mg
Alinamin F 1 g i.v per 8 jam
01-05-2012 S : keluar lender warna kuning (+)
O : Keadaan umum baik. Kesadaran Compos mentis.
Tekanan darah : 110/70 mmHg. Nadi: 76x/menit
Respirasi: 20 x/menit. Suhu: 36,7º C.
DJJ = 136 kali per menit. His:-/10’
A : post salfingooforektomi sinistra hari ke 3 +
G2P1A0 gravid 22-23 minggu
P : pasien boleh pulang dengan terapi :
cefadroxyl 3x 500 mg
Paracetamol 3x500mg
Sulfat ferosus 3x1
Vit.C 3x1
Lembar Observasi Post operasi
No Jam Tekanan
darah
Nadi
(kali/menit)
Suhu
(°C)
Cairan Urine
tampung
1. 12.30 110/80
mmHg
68 36,9 RL + drip
tradosik
200 cc
2. 12.45 110/80
mmHg
70 36,7 RL + drip
tradosik
200 cc
3. 13.00 110/80
mmHg
70 36,3 RL + drip
tradosik
300 cc
4. 13.15 110/80
mmHg
72 36 RL + drip
tradosik
325 cc
12
13. 5. 13.45 100/70
mmHg
74 36,4 RL + drip
tradosik
350 cc
6. 14.15 100/70
mmHg
72 36,4 RL + drip
tradosik
500 cc
7. 15.15 100/80
mmHg
72 36,4 RL + drip
tradosik
500 cc
8. 16.15 100/80
mmHg
74 36,8 RL + drip
tradosik
500 cc
Laporan Operasi
Laporan Operasi Ny. I Mawar
29 Tahun
Nama Ahli Bedah : dr. Sp.OG
Nama Ahli Anastesi : dr. Sp.An
Diagnosa Pre Operasi: G2P1A0 gravid 22-23 minggu + Kista ovarium
Diagnosa Post Operasi: G2P1A0 gravid 22-23 minggu + kista ovarium sinistra permagna
dengan ukuran 24x25 cm
Tgl
28/04/2012
Macam Operasi : SOS
(salpingooforektomi sinistra)
Laporan
Operasi
Terapi Post Operasi
1. Injeksi Cefotaxime 1 gram i.v. per 8 jam
2. Injeksi Antrain (metamizole Na)i.v per 8 jam
3. Profenid (ketoprofen) supp / rectal 100mg
4. Alinamin F 1 g i.v per 8 jam
13
14. BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Kista Ovarium
Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan
menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker
ovarium.3,4
Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang
tumbuh abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan,
nanah, atau bahan-bahan lain. Sedangkan kista ovarium adalah suatu kantung
yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh dalam indung telur
(ovarium).4
Kista ovarium biasanya tidak bersifat kanker, namun walaupun kista
tersebut kecil diperlukan perhatian lebih lanjut untuk memastikan kista tersebut
tidak berupa kanker. Berdasarkan tingkat keganasannya, kista dibedakan menjadi
dua macam, yaitu kista non-neoplastik dan kista neoplastik.4
3.2 Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan
pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau indung telur itu sendiri.
Kista ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.3
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak
sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen
sebagai respon terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan
luteinizing hormon (LH) normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10 cm
(folikel normal berukuran maximum 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang
gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan
bilateral. Biasanya asimtomatik.3,4
14
15. Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur
yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan
darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.4
Kista theka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening,
berwarna seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung
telur, serta terapi hormon.3,4
3.3 Faktor Resiko 3
• Riwayat kista ovarium sebelumnya
• Siklus menstruasi yang tidak teratur
• Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
• Menstruasi dini (usia 11 tahun atau lebih muda)
• Tingkat kesuburan
• Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
• Terapi tamosifen pada kanker mamma
3.4 Patofisiologi 4
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
15
16. akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm
dengan kista ditengah-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus
luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal,
kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak pecah atau
folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali.
Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah
lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm
dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup
banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan
menimbulkan sakit pada daerah pelvis.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes,
HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH)
atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
16
17. besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis
ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3
lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.3,4
3.5 Klasifikasi 3
Kista ovarium non neoplastik
• kista folikel
• kista korpus lutein
• kista teka lutein
• kista inklusi germinal
• kista endometrium
Neoplasti jinak
kistik:
17
18. • kistoma ovari simpleks
• kistadenoma ovarii serosum
• kistadenoma ovarii musinosum
• kista endometroid
• kista dermoid
solid:
• Fibroma
• Leimioma
• Fibroadenoma
• Papiloma
• Angioma
• Limfangioma
• Tumor brenner
• Tumor sisa adrenal
1. Kista folikular
Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat
ovulasi bilamana ada rangsangan LH (Luteinizing Hormone). Pengeluaran
hormon ini diatur oleh kelenjar hipofisis di otak. Bilamana semuanya berjalan
lancar, sel telur akan dilepaskan dan mulai perjalannya ke saluran telur (tuba
falloppi) untuk dibuahi. Kista folikuler terbentuk jika lonjakan LH tidak terjadi
dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai, sehingga folikel tidak pecah atau
melepaskan sel telur, dan bahkan folikel tumbuh terus hingga menjadi sebuah
kista. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang menimbulkan nyeri dan
sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus haid.
Kista ini berasal dari folikel de Graff yang tidak sampai berevolusi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel ataudari beberapa folikel primer. Yang setelah
tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim,
melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu ataubeberapa kista,
melainkan membesar biasanya dengan diameter 1-1½ cm.
18
19. Kista yang berdiri sendiri bisa menjadi besar seperti jeruk nipis. Bagian
dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan
tetapikarena tekanan di dalam kista, terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan
dalam kista jernih dan sering kali mengandung estrogen. Oleh sebab itu, kista
kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lambat laun akan
mengcil dan dapat menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista
menghilang pula. Umumnya, jika diameter tumor tidak lebih dari 5 cm dapat
ditunggu dahulu karena kista folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri.
2. Kista korpus luteum
Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain
dimulai. Folikel kemudian bereaksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk
pembuahan. Perubahan dalam folikel ini disebut korpus luteum. Tetapi,
kadangkala setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-
jaringan mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan
menjadi kista. Meski kista ini biasanya hilang dengan sendiri dalam beberapa
minggu, tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10 cm) diameternya dan
berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang
menyebabkan nyeri panggul atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista dapat
pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi
korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus
luteum persisten), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan
terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.
Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang daripada kista folikel, dan yang
pertama bisa menjadi lebih besar daripada yang kedua.
Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi gambaran yang
khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum
yang berasal dari sel-sel teka.
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea
diikuti oleh perdarahan yang tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan
19
20. rasa berat diperut bagian bawah. Perdarahan yang berulangdalam kista dapat
menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya
amenorea sering menimbulkan kesulitan mendiagnosis diferensial dengan
kehamilan ektopik terganggu. Jika dilakukan operasi, gambaran yang khas kista
korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis.
Penanganannya yaitu menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal
dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum
diangkat tanpa mengorbankan ovarium.
3. Kista teka lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya
kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik.
Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Pada pemeriksaan
mikroskopik terliat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula
menunjukkan luteinisasi, akan tetapi sering kali sel-sel menghilang karena atresia.
Tumbuhnya kista ini akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan,
dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.
4. Kista inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak terdapat pada
wanita usia lanjut, dan biasanya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya
secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat
waktu operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri
atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus.
5. Kista Stein-Leventhal
Pada tahun 1955 Stein dan Leventhal meminta perhatian terhadap segolongan
wanita muda dengan gejala-gejala infertilitas, amenorea atau oligomenorea
sekunde, kadang-kadang agak gemuk, sering kali(dalam kurang lebih
50%)tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya
licin. Kapsul ovarium menebal.
Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom Stein-Leventhal dan kiranya
disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada
20
21. penderita terdapat gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi
oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan.
Diagnosis dibuat atas dasar gejala klinis, laparoskopi dapat membantu
pembuatan diagnosis. Sebagai diagnosis diferensialperlu dipikirkan tumor
ovarium yang mengeluarkan androgen, tetapi tumor yang akhir ini umumnya
terdapat pada satu ovarium, dan menyebabkan perubahan suara dan pembesaran
klitoris. Pada sindrom Stein-Leventhal tidak ada tanda-tanda defeminisasi, dan
fungsi glandula suprarenalis normal.
Terapi: dulu banyak dilakukan wedge resection, tetapi sekarang untuk
sebagian besar diganti pengobatan dengan klomifen yang bertujuan menyebabkan
ovulasi. wedge resection perlu dipertimbangkan, apabila terapi dengan klomifen
tidak berhasil menyebabkan ovulasi, atau menimbulkan efek samping.
6. Kista dermoid
Kista ovarium yang berisi ragam jenis jaringan misal rambut, kuku, kulit, gigi
dan lainnya. Kista ini dapat terjadi sejak masih kecil, bahkan mungkin sudah
dibawa dalam kandungan ibunya. Kista ini biasanya kecil dan tidak menimbulkan
gejala, tetapi dapat menjadi besar dan menimbulkan nyeri.
Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak di amana
struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit,
rambut.gigi, dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai
lemak nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.
Tentang histeogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak di anut ialah
bahwa tumor berasal dari sel telur melalui proses partogenesis.
Angka Kejadian
Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang kistik, dan
paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari semua
kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun kista
dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran
yang sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.
Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai
Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan masing-
21
22. masing 11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium. Sebelum
perang dunia ke II, Erland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista dermoid
sebesar 3,8% dari 451 tumor ovarium yang diperiksa di Nederland-Indisch
Kanker Institut di Bandung, di antaranya satu kasus pada anak umur 13 tahun.
Gambaran Klinik
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan
putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di
bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi
bila dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang
menonjol dan padat.
Tumor yang mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal, dan
entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi
(ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa
traktus gastrointestinal, epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiorid
(entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar
sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut. Rambut
ini terdapat beberapa saat saja, tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti
konde.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak
di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista
dngan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan
keganasan agak jarang, kira-kira dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan
biasanya pada wanita lewat menopause. Yang tersering adalah karsinoma
epidermoid yang tumbuh dari salah satuelemen ektodermal. Ada kemungkinan
pula bahwa satu elemen tumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor
yang khas. Termasuk di sini:
Struma ovarium
Tumor ini terdiri terutama atas jaringan tiroid, kadang-kadang dapat
menyebabkan hipertiroid. Antara 1960 dan 1964 di RS Dr. Soetomo Surabaya
22
23. pernah ditemukan 5 kasus struma ovarium, semuanya tak berfungsi dan tidak
ganas.
Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum
Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma yang berasal dari satu elemen
dari ephitelium germinativum.
Koriokarsinoma
Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagnosis harus dibuktikan
adanya hormone koriogonadotropin.
Kista dermoid adalah satu teratoma kistik. Umumnya teratoma solid ialah
suatu tumor ganas, akan tetapi biarpun jarang, dapat juga ditemukan teratoma
solidium yang jinak. Tetapi pada kista dermoid terdiri atas pengangkatan,
biasanya dengan seluruh ovarium
7. Kista endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan
selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan
berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat
endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan
dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri
sanggama.
Patologi :
• Gambaran mikroskopik dari endometriosis sangat variabel. Lokasi yang
sering terdapat ialah pada ovarium. Pada ovarium tampak kista-kista bru kecil
sampai kista besar berisi darah tua menyerupai coklat.
• Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista dan
dapat menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium dengan uterus,
sigmoid, dan dinding pelvis.
• Kista coklat kadang-kadang dapat mengalir dalam jumlah banyak kedalam
rongga peritoneum karena robekan dinding kista dan menyebabkan acute
abdomen.
• Pada permukaan sigmoid atau rektum seringkali ditemukan benjolan yang
berwarna kebiru-biruan, sebagai akibat dari timbulnya perdarahan pada waktu
23
24. haid dari jaringan endometriosis, mudah sekali timbul perlekatan antara alat-
alat disekitar kavum douglasi
8. Kistadenoma
Kista yang berkembang dari sel-sel pada lapisan luar permukaan ovarium,
biasanya bersifat jinak. Kistadenoma dapat tumbuh menjadi besar dan
mengganggu organ perut lainnya dan menimbulkan nyeri.
a. Kistadenoma ovarii musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin
berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen lain. Ada penulis yang berpendapat berasal dari epitel
germinativum, sedang penulis lain menduga tumor punya asal yang sama
dengan tumor Brenner.
Gambaran Klinik
Berbentuk multilokuler. Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang sangat
besar, lebih-lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang
besar tidak dapat lagi ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor ini
biasanya unilateral, tetapi dapat juga ditemukan yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai, kadang-kadang dapat terjadi
torsi yang dapat mencgakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat
menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yamng
memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan
peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih ke abu-abuan, yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatinmelekat, dan
berwarna kuning sampai coklattergantung dari pecampuannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak
tinggi dengan inti pada dasar sel, terdapat diantaranya sel-sel yang membundar
karena terisi lendir (goblet cells).
b. Kistadenoma ovarii serosum
24
25. Sebagian besar pada umunya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium.
(germinal ephitelium).
Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm
dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena
stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes,
HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH)
atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini
adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat
terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord
sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor
25
26. germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal,
endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.
3.6 Gejala Klinis 3
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit
nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar
dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari
gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain
seperti endrometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau
kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut
mungkin muncul bila Anda mempunyai kista ovarium:
• nyeri yang disebabkan oleh torsi atau perdarahan
• asimptomatik terutama jika disebabkan kista fisiologis
• perut yang membesar kista yang besar atau asites (terkait fibroma)
• gejala yang mempengaruhi kandung kemih dan fungsi usus dikarenakan
tekanan dari kista terhadap kandung kemih dan usus.
• Gangguan menstruasi karena hormone sekresi
3.7 Diagnosis 1,3,4
1. Pemeriksaan Bimanual
Dengan pemeriksaan bimanual pemeriksa dapat membedakan uterus yang
membesar atau fibroid suatu kista ovarium. Apabila terdapat pembesaran
teraba di sebelah uterus, dan tidak diketahui apakah berasal dari tuba atau
ovarium, serta tidak diketahui pula apakah itu proses peradangan atau
neoplasma.
26
27. 2. Ultrasonografi (USG)
Pada USG cairan kista akan menunjukkan gambaran yang gelap (kista
folikel) dengan penampilan putih bintik-bintik darah yang menunjukkan
bahwa ini gambaran kista dermoid. Pada USG ini penting untuk mencari
gambaran keganasan seperti tonjolan dalam kista, neovaskularisasi,
multilocular, dan cairan asites dalam cavum douglas.
3. Laparoskopi
Diagnosis dengan laparaskopi juga memungkinkan visualisasi dari kista dan
pencucian peritoneum kemudian dilakukan pemeriksaan sitologi apabila
mengarah keganasan dan pengangkatan kista dengan laparoskopi jika
memungkinkan.
4. Tumor marker (CA 125)
CA 125 dihasilkan oleh banyak sel, terutama oleh sel-sel kanker ovarium.
Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita penderita kanker ovarium,
terdapat peningkatan CA 125. Pada wanita penderita kanker ovarium yang
dikemoterapi, penurunan CA125 setelah pengobatan mengindikasikan kanker
tersebut respon terhadap pengobatan. Sebaliknya, adanya peningkatan CA
125 setelah pengobatan mengindikasikan kanker tersebut tidak respon
terhadap pengobatan atau sel-sel kanker masih tetap ada di dalam tubuh.
27
28. Dokter dapat menggunakan level CA 125 untuk memonitor rekurensi dari
kanker ovarium.
Tidak semua wanita dengan peningkatan level CA 125 menderita kanker
ovarium. CA 125 juga dapat meningkat pada kanker uterus, serviks, hati,
kolon, payudara, paru-paru, dan saluran pencernaan. Pada penyakit non-
kanker, level CA 125 juga dapt meningkat seperti pada endometriosis, PID,
peritonitis, pancreatitis, penyakit liver, dan inflamasi pleura. CA 125 dapat
meningkat pada menstruasi dan kehamilan. Nilai normal CA 125 adalah < 35
U/ml.
5. Hormone Assays
Jika gejala utama menunjukkan hormone yang memproduksi kista (seperti
menstruasi, hirsutism, atau virilisasi) maka di cek hormone esterogen dan
androgen.
6. Patologi Anatomi
Melihat secara makroskopik maupun mikroskopik bentuk dari sel- sel
patologis pada ovarium.
3.8 Penatalaksanaan
Pengobatan yang dilakukan bergantung pada umur, jenis dan ukuran kista
dan gejala-gejala yang diderita. Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin
disarankan:
1. Konservatif
Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur, tanpa
gejala, dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak
memberikan pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG
ulangan secara periodik (selang 2-3 siklus haid) untuk melihat apakah ukuran
kista membesar. Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita
pascamenopause jika kista berisi cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.3,4
2. Pil kontrasepsi
28
29. Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi yang digunakan untuk
mengecilkan ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi
peluang pertumbuhan kista.3
3. Pembedahan
Jika kista besar (diameter > 5 cm), padat, tumbuh atau tetap selama 2-3 siklus
haid, atau kista yang berbentuk iregular, menyebabkan nyeri atau gejala-
gejala berat, maka kista dapat dihilangkan dengan pembedahan. Jika kista
tersebut bukan kegansan, dapat dilakukan tindakan miomektomi untuk
menghilangkan kista dengan ovarium masih pada tempatnya. Jika kista
tersebut merupakan keganasan, dokter akan menyarankan tindakan
histerektomi untuk pengangkatan ovarium.1,3,4
3.9 Komplikasi 3
- Torsion
- Ruptur
- Perdarahan
- Keganasan
3.10 Prognosis
Umumnya kista ovarium pada wanita usia subur akan menghilang dengan
sendirinya dalam 1 sampai 3 bulan. Meskipun ada diantaranya yang pecah namun
tidak akan menimbulkan gejala yang berarti.Kista jenis ini termasuk jinak dan
tidak memerlukan penanganan medis.3,4
Kista biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat dokter melakukan
pemeriksaan USG. Meskipun demikian, pengawasan tetap harus dilakukan
terhadap perkembangan kista sampai dengan beberapa siklus menstruasi. Bila
memang ternyata tidak terlalu bermakna maka kista dapat diabaikan karena akan
mengecil sendiri.3,4
3.11 Kista ovarium pada Kehamilan
29
30. Konsekuensi yang merugikan pada ibu dan janin adalah terutama akibat
komplikasi dari massa di ovarium dan / atau intervensi terhadap massa tersebut.
Jika terdapat keganasan di ovarium, maka akan ada risiko terhadap kanker dan
konsekuensi dari pengobatannya. Dalam menelaah literatur, seringkali sulit untuk
menentukan apakah efek samping merupakan hasil dari massa adneksa,
pengobatan massa, atau tidak terkait keduanya (misalnya, aborsi spontan dari
janin dengan anomali multiple pada pasien dengan massa ovarium). Namun
demikian, intervensi bedah untuk massa adneksa yang jinak dalam kehamilan
terkait dengan risiko tinggi persalinan prematur dan neonatal berat lahir rendah
dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki operasi.2
Nyeri adalah gejala yang paling umum pada pasien hamil dengan massa di
adneksa (26% dalam studi Struyk. Hal ini berkisar dari ringan (yang diharapkan
dapat dikelola) sampai dengan berat (yang membutuhkan laparotomi darurat).
Etiologi nyeri biasanya akibat torsi, meskipun pecahnya ovarium juga dapat
terjadi. Whitecar melaporkan dalam kasus bahwa hampir setengah dari pasien
dengan laparotomi darurat nyeri akut abdomen memerlukan laparotomi darurat
untuk massa di ovarium dan leiomioma uteri. Tingkat torsi cukup variabel dalam
banyak seri, dari 1% menjadi 22%. Ruptur tampaknya kurang umum terjadi,
mulai dari 0% sampai 9%. Obstruksi persalinan juga dilaporkan terjadi pada 2%
sampai 17% dari pasien. Masalah yang kurang sering terjadi lainnya termasuk
perdarahan dan infeksi. Struyk mencatat hubungan antara ukuran tumor dan risiko
komplikasi, 35% untuk tumor dengan diameter antara 5 dan 6 cm dan sampai
85% untuk tumor yang lebih besar. Namun, tidak ada penulis lain yang
melaporkan tingkat komplikasi pada ibu yang tinggi. Penelitian Observasional
Amerika Serikat oleh Bernhard dan Zanetta melaporkan tingkat komplikasi yang
jauh lebih rendah sebagai akibat dari masalah torsi dan obstruksi persalinan.2
Hasil merugikan pada janin yang paling sering terjadi adalah akibat dari suatu
trauma abdominal dari torsio ovarium atau ruptur yang terkait dengan operasi
abdominal. Dalam banyak kasus, hubungan outcome janin yang buruk dengan
massa adneksa tidak jelas. Pilihan intervensi bedah berdasarkan waktu, lebih
disukai dilakukan pada trimester kedua dimana risiko kehilangan janin
30
31. selanjutnya minimal. Whitecar menemukan bahwa outcome kehamilan yang
merugikan, termasuk kelahiran prematur dan kematian janin, secara signifikan
lebih sering terjadi jika laparotomi terjadi sebelum usia 23 minggu kehamilan
(rasio odds 0,15, P 0,005). Efektivitas tokolitik untuk penekanan kelahiran
prematur masih belum jelas. Dalam kasus-kasus Whitecar, tokolitik diberikan
pada 13 pasien yang mengalami operasi pada trimester kedua dan ketiga. Enam
dari 13 pasien memiliki kelahiran prematur, walaupun hanya 2 yang terjadi dalam
waktu 2 minggu dari laparotomi.2
Diagnosis
Sebagian besar massa adneksa selama kehamilan akan diidentifikasi oleh
USG baik sebagai insidental menemukan atau untuk mengevaluasi massa yang
menimbulkan gejala. Keamanan diagnostik USG serta kemampuannya untuk
menggambarkan hubungan anatomi dan mengkarakterisasi morfologi massa
membuatnya ideal sebagai pemeriksaan yang awal dilakukan baik secara
abdominal atau transvaginal. Sedangkan jika wanita diperiksa dengan
pemeriksaan bimanual dapat terdeteksi jika minimal kista berukuran 5cm. 2,5,7,8,9
31
32. Radiologis lain yang digunakan adalah Computed Tomography scan (CT-
SCAN) dan Magnetik Resonance Imaging (MRI). Penggunaan MRI lebih aman
dibandingkan CTscan tetapi MRI ada kontraindikasi terhadap kehamilan dan
termasuk adanya feromagnetik klip aneurisma dan claustrophobia maternal yang
berat. Pergerakan janin dapat memberikan hasil yang salah, sehingga teknik
pencitraanya harus cepat. MRI dapat sangat membantu dari massa ovarium yang
dianggap ganas sebagian karena kemampuannya untuk mengidentifikasi vegetasi
dalam tumor kistik dan nekrosis dalam tumor yang solid. Peningkatan akurasi
MRI dapat diperoleh dengan penggunaan kontras gadolinium tetapi tetapi
penggunaan agen ini dalam kehamilan merupakan kontraindikasi karena
kemampuannya untuk melewati plasenta dan waktu paruhnya tidak diketahui
dalam sirkulasi janin.2,5,8
Selama kehamilan serum alfafetoprotein (AFP), βHCG, dan level inhibin
meningkat dikarenakan sintesis dari plasenta oleh karena itu pada kista ovarium
tidak begitu berguna dilakukan pemeriksaan kadar serum tersebut. CA-125 juga
meningkat selama kehamilan karena produksi dari sel desidua.2,5,8
Penggunaan colour flow Doppler untuk menggambarkan perbedaan massa
ovarium yang jinak dan ganas. Massa ganas biasanya vaskularisasi meningkat
sementara lesi jinak menunjukkan aliran darah sedikit atau tidak ada. Pada tumor
yang memiliki potensi ganas, perlawanan dan pulsatility indeks biasanya kurang
dari 1, tapi pola ini juga terlihat pada massa yang jinak seperti endometrioma,
kista corpus luteal danmassa ovarium jinak yang kompleks. Selain itu,
vaskularisasi karena panggul meningkat pada kehamilan, tingkat tumpang tindih
32
33. indeks ini pada lesi baik jinak dan ganas membuat Doppler tidak dapat diandalkan
dalam pengaturan ini pencitraan.2,5,8
Penatalaksanaan
Manajemen pada kehamilan tergantung pada ukuran massa adneksa,
penampilan sonografi dan gejala klinis yang terkait, meskipun mayoritas wanita
cenderung tanpa gejala. Kista sederhana yang kurang dari 5 cm tidak perlu
evaluasi lebih lanjut dan scan ulang hanya diperlukan jika ada indikasi klinis,
seperti nyeri panggul. Sebagian besar kista sederhana sembuh secara spontan
selama kehamilan dan para perempuan harus diyakinkan seperti itu. Kista yang
memiliki sifat kompleks, yaitu elemen solid dan kistik, perlu evaluasi lebih lanjut
terlepas dari ukurannya. Penilaian USG lebih lanjut harus dilakukan pada interval
4-minggu untuk menentukan apakah kista ini menjadi lebih besar. Pada
kebanyakan kasus, baik kista sederhana yang lebih besar dari 6 cm dan semua
kista kompleks sembuh selama kehamilan. Massa adneksa yang mengalami torsi
biasanya dermoid atau cystadenomas. Jika komplikasi ini terjadi, hal ini terjadi
selama trimester pertama atau dalam masa nifas langsung (hingga 14 hari setelah
melahirkan) dan lebih sering di sisi kanan.4
Dermoid ovarium yang berukuran kurang dari 6 cm tidak mungkin tumbuh
secara signifikan pada kehamilan dan dapat dikelola secara konservatif dengan
resiko komplikasi, seperti torsi, dianggap rendah. Wanita itu harus scan ulang
pada periode pasca kelahiran untuk menentukan manajemen lebih lanjut dari
setiap dermoid ovarium yang belum sembuh secara spontan.4
Kista yang menetap, sederhana, unilokular tanpa unsur-unsur padat yang lebih
besar dari 10 cm dapat diaspirasi dengan baik secara transvaginal atau abdominal
di bawah bimbingan USG dengan menggunakan jarum halus (lebih dari 20 G) .
Prosedur ini hanya diindikasikan jika kista menyebabkan rasa sakit atau dianggap
meningkatkan risiko malpresentasi janin atau menghambat persalinan karena
lokasinya di panggul. Meskipun tidak umum digunakan, teknik ini tampaknya
menjadi alternatif yang masuk akal untuk operasi pada wanita yang sesuai dan
tampaknya dapat ditoleransi dengan baik serta tanpa komplikasi pendek atau
33
34. jangka panjang. Anestesi lokal biasanya digunakan untuk kulit dan diberikan
penutup antibiotik. Semua cairan aspirasi harus dikirim untuk di analisis sitologi
dan wanita tersebut kemudian scan ulang untuk menentukan apakah kista
mengalami kekambuhan. Risiko ini diduga sebesar 33-50% dan oleh karena itu,
para ibu harus diberitahu bahwa aspirasi lebih lanjut dapat dilakukan selama sisa
masa kehamilan. Aspirasi jarum halus harus dilakukan setelah 14 minggu usia
kehamilan untuk meminimalkan gangguan terhadap korpus luteum.4,10
Indikasi untuk operasi akan tergantung pada tingkat kecurigaan keganasan
massa atau perkembangan komplikasi kista. Jika ada keraguan mengenai
diagnosis, MRI dapat berguna sebagai alat untuk membantu membedakan
dermoid dan endometrioma dari neoplasma ganas. Jika operasi elektif mulai
dijalankan, maka hal ini harus dilakukan setelah 14 minggu usia kehamilan untuk
meminimalkan risiko kehilangan janin karena keguguran, meskipun risiko ini
sangat kecil. Rekomendasi ini didasarkan pada prinsip bahwa perkembangan
kehamilan tergantung pada korpus luteum selama trimester pertama dan makin
lama makin lebih sedikit hingga setelah 12 minggu. Pendekatan standar untuk
melakukan operasi adalah menggunkan teknik laparotomi tetapi operasi
laparoskopi juga telah digunakan, meskipun hal ini tergantung pada keterampilan
dan lebih memakan waktu daripada operasi terbuka. jika operasi laparoskopi
dilakukan selama trimester kedua, metode 'terbuka' (Hasson) lebih disukai untuk
menghindari cedera rahim dari pengenalan trocar primer. Penggunaan rutin obat
tokolitik tidak dianggap perlu, tetapi jika iritabilitas rahim terjadi, maka rejimen
tokolitik standar dapat digunakan. 4,11
Adneksa patologi yang terdeteksi untuk pertama kalinya pada operasi caesar
telah dilaporkan di wilayah tesebut sebesar 0,5%, namun angka ini cenderung
lebih rendah di daerah dimana USG antenatal rutin digunakan untuk tujuan
menilai waktu dan anatomi janin. Jika adneksa patologi ditemukan pada operasi
caesar, pilihannya meliputi: manajemen konservatif, kistektomi ovarium atau
ooforektomi. Kista sederhana yang lebih kecil dari diameter 5 cm dilakukan terapi
pembedahan tetapi kista lebih besar atau mereka yang kompleks harus ditangani
oleh kistektomi.4,10
34
35. Perawatan harus dilakukan dalam menghilangkan kista dengan tujuan
menghindari kontaminasi intra-abdomen. Lesi yang paling umum ditemukan
adalah kista dermoid, kista paratubal, cystadenomas, kista endometriosis dan kista
corpus luteal. Setelah pengangkatan kista, isi perut harus diperiksa secara
menyeluruh sebelum ditutup. Jika ada tanda-tanda keganasan, seperti kehadiran
masa padat, ovarium harus diangkat sepenuhnya atau, jika tersedia, penilaian
potong beku secara cepat dapat dilakukan. Ovarium kontralateral harus diperiksa
secara menyeluruh dan, jika diindikasikan, dilakukan dibiopsi yang sesuai.4,5,8,9
Alur penatalaksanaan kista ovarium selama kehamilan
35
36. BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Ny. I usia 29 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama
nyeri perut sebelah kiri. Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis G2P1A0 gravid 22-23 minggu +
kista ovarium sinistra.
Diagnosis kista ovarium didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.1
Diagnosis kista ovarium yang tepat sangat penting
untuk menentukan penanganan selanjutnya. Oleh karena itu, usaha untuk
menegakkan diagnosis kista ovarium harus dilakukan dengan cepat dan tepat.
Pada penatalaksanaannya, pada kasus ini dilakukan laparatomi dengan
tindakan salpingooforektomi sinistra (SOS) guna mengangkat kistanya.
4.1 Anamnesis
Pada kasus berdasarkan anamnesis didapatkan, keluhan nyeri perut bagian
sebelah kiri. Nyeri yang dirasakan pasien hingga bersifat hilang timbul, perut terasa
penuh, dan disertai mual dan muntah. Tidak ada gangguan BAB dan BAK. Hanya
setiap pada saat 1 hari sebelum menstruasi hingga akhir menstruasi pasien selalu
mengalami nyeri perut yang hebat hingga menghambat aktivitas .
Berdasarkan teori, gejala dari kista ovarium berdasarkan anamnesis, yaitu
terkadang asimptomatik dimana tergantung dari jenis dan ukuran kista itu sendiri,
terdapat nyeri perut, gangguan BAK dan BAB, gangguan menstruasi serta apabila
kista yang besar akan menimbulkan asites.
Teori Kasus
• asimptomatik terutama jika
disebabkan kista fisiologis
• nyeri yang disebabkan oleh
torsi atau perdarahan
• perut yang membesar kista
yang besar atau asites (terkait
fibroma)
• gejala yang mempengaruhi
kandung kemih dan fungsi
usus dikarenakan tekanan dari
kista terhadap kandung kemih
• Pasien datang dengan nyeri perut
sebelah kiri
• Perut terasa penuh
• Mual
• Muntah
• Nyeri perut sebelum haid hingga
berakhirnya haid.
• Gangguan BAK dan BAB (-)
36
37. dan usus.
• Gangguan menstruasi karena
hormone sekresi
4.2 Pemeriksaan Fisik
Pada kasus, pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal, baik
pemeriksaan tanda vital, maupun status generalisata dari pasien. Pada pemeriksaan
obstetric didapatkan TFU yang tidak sesuai umur kehamilan dimana pada usia 22-
23 minggu didapatkan TFU 33 cm. apabila tinggi fundus uteri tidak sesuai difikirkan
kearah patologik. Seharusnya pada pasien ini dilakukan pemeriksaan bimanual.
Berdasarkan teori, pemeriksaan fisik pada kista ovarium ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan bimanual dapat membedakan uterus yang membesar
atau fibroid suatu kista ovarium. Apabila terdapat pembesaran teraba di sebelah
uterus, dan tidak diketahui apakah berasal dari tuba atau ovarium, serta tidak
diketahui pula apakah itu proses peradangan atau neoplasma.
Teori Kasus
• Pada usia kehamilan 22-23
minggu
TFU : sesuai usia
kehamilan
Leopold I : bagian janin
yang terletak difundus
Leopold II : dapat
menentukan batas
samping uterus
Leopold III: bagian yang
terletak di bawah
Leopold IV: bagian
bawah yang masuk
pintu atas panggul
Terdengar Denyut
jantung janin
Inspeksi: cembung, striae (-),
linea (-)
Palpasi: TFU: 33 cm
Teraba massa : pada
region abdomen sebelah
kiri, dan tidak mobile.
Leopold sulit dievalusi
His : -
• Auskultasi :DJJ: 154 x/menit
• Vaginal Toucher :tidak
dilakukan
• Pemeriksaan Bimanual : tidak
dilakukan.
4.3 Pemeriksaan Penunjang
37
38. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan USG dimana berdasarkan teori
Keamanan diagnostik USG serta kemampuannya untuk menggambarkan
hubungan anatomi dan mengkarakterisasi morfologi massa membuatnya ideal
sebagai pemeriksaan yang awal dilakukan baik secara abdominal atau
transvaginal.5
Teori Kasus
• USG
Gambaran pada kista yang
simple yaitu gambaran
anechoic,unilocular, dinding
yang tipis. Kista hemoragik
yaitu anechoic dengan meterial
kista yang echogenik. Kista
ovarium hiperstimulasi
didapatkan gambaran kista
yang multilocular,berdinding
tipis, asites dapat ditemukan.
• MRI
• CT-Scan
• AFP
• CA-125
• colour flow Doppler
• USG dengan kesimpulan
kehamilan tunggal hidup,
perkiraan usia kehamilan 22-23
minggu dan kista ovarium dextra
dengan ukuran 22,7 x 17,6 cm
4.4 Diagnosis
Pada pasien ini pasien telah didiagnosis sebagai G2P1A0 gravid 22-23 minggu
+ kista ovarium sinistra dan dilakukan tindakan salfingooforektomi sinistra tanpa
terminasi dari kehamilan. Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Kasus Teori
Penegakan diagnosis pasien
berdasarkan atas anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada pasien ini,
diagnosa awal dari poli : G2P1A0 +
gravid 22-23 minggu + kista
ovarium. Setelah dilakukan
pemeriksaan USG selama
perawatan di ruangan, diagnosa
menjadi: G2P1A0 gravid 22-23
minggu + kista ovarium dextra,
Diagnosa kista ovarium dapat
ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan USG baik
abdominal ataupun transvaginal.
38
39. setelah dilakukan tindakan
salfingooforektomi sinistra
didapatkan kista ovarium di sinistra
dengan ukuran 24x25 cm.
4.5 Penatalak sanaan
Pada pasien ini dilakukan tindakan operasi laparatomi dan
salfingoooforektomi subtotal. Pemilihan tindakan ini berdasarkan gejala yang
dialami pasien, dan hasil pemeriksaan penunjang berupa USG. Tindakan operatif
pada tumor ovarium non neoplastik adalah pengangkatan tumor dengan
kistektomi bila masih ada jaringan ovarium yang sehat. Akan tetapi jika tumornya
besar atau terdapat komplikasi dapat dilakukan tindakan ovarektomi atau
pengangkatan ovarium, biasanya disertai pengangkatan tuba (salphingo-
ooforektomi).2
Teori Kasus
• Kista sederhana yang kurang dari 5 cm
tidak perlu evaluasi lebih lanjut dan
scan ulang hanya diperlukan jika ada
indikasi klinis, seperti nyeri panggul.
• Kista yang menetap, sederhana,
unilokular tanpa unsur-unsur padat
yang lebih besar dari 10 cm dapat
diaspirasi dengan baik secara
transvaginal atau abdominal di bawah
bimbingan USG dengan menggunakan
jarum halus (lebih dari 20 G).
• Indikasi untuk operasi akan tergantung
pada tingkat kecurigaan keganasan
massa atau perkembangan komplikasi
kista. operasi elektif, harus dilakukan
setelah 14 minggu usia kehamilan
berupa laparatomi. Kistektomi,
ovarektomi, salfingoooforektomi.
• Laparatomi dengan tindakan
Salfingooforektomi sinistra.
39
40. BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pasien Ny. I, 29 tahun, datang dengan nyeri perut sebelah kiri.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
ditegakkan diagnosis pasien ini yaitu G2P1A0 gravid 22-23 minggu dan kista
ovarium. Diputuskan untuk melakukan tindakan salfingooforektomi sinistra tanpa
terminasi dari kehamilan. Diagnosis akhir dari pasien ini adalah G2P1A0 gravid 22-
23 minggu, kista ovarium sinistra dengan ukuran ± 24 x 25 cm post
salfingooforektomi sinistra.
Secara umum, alur penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien
ini sudah tepat menurut literatur yang ada.
40
41. DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G., et al (2007). Obstetri William (21 ed., Vol.2). Jakarta:
EGC.
2. Leiserowitz, G.S., (2006). Managing Ovarian Masses During Pregnancy.
California: Lipiincott Williams and Wilkins
3. Pitkin J, Peattie AB, Magowa BA, (2003). Obstetricas and Gynaecology and
Illustrated Colour Text. London: Churchill Livingstone
4. Penault, F., et al (2003). Diagnosis and Management of Ovarian Disorders.
USA : Elsevier Science
5. Spencer CP, Robarts PJ., (2006). Management of adnexal masses in
pregnancy. United Kingdom: The Obstetrician & Gynaecologist; 8:14–19.
6. Hoffman, MS., et al (2007). A guide to Management Adnexal Masses in
Pregnancy. South Florida: OBG Management.
7. Kolluru, V., et al (2009). Torsion of Ovarian Cyst During Pregnancy : a case
report. India : Biomed Central
8. Whitecar MP, Turner S, Higby MK. Adnexal masses in pregnancy: a review
of 130 cases undergoing surgical management. Am J Obstetric and
Gynaecology 1999;181:19–24.
9. Marino T, Craigo SD. Managing adnexal masses in pregnancy. Contemp
Obstet Gynecol 2000;45:130–143.
10. Hopkins MP, Duchon MA. Adnexal surgery in pregnancy. J Reprod Med
1986;31:1035–7.
11. Hadibroto, R. Budi, (2005). Laparoskopi pada Kista Ovari.
http://obstetriginekologi.com/kistoma-ovarii
41