Pemeriksaan fisik merupakan proses penting untuk mengumpulkan data mengenai kondisi kesehatan pasien melalui inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dengan menggunakan berbagai peralatan. Tujuannya adalah mendiagnosa masalah kesehatan dan merencanakan tindakan selanjutnya.
2. PERALATAN PEMERIKSAAN
FISIK
• ALAT UNTUK MENGUKUR TEKANAN
VENA JUGULARIS
MISTAR /
PENGGARIS 2
BUAH
• ALAT SEPERTI PENGGARIS DENGAN
SEBUAH BUSUR DALAM SATU
RANGKAIAN UNTUK MENGUKUR
RENTANG GERAK
GONIOMETER
• UNTUK MENGUKUR LINGKAR KEPALA,
LINGKAR LENGAN DAN LINGKAR PERUT
METERAN
3. LANJUTAN PERALATAN
• MELIHAT REAKSI DAN UKURAN PUPIL,
MELIHAT LIANG TELINGA
PEN
LIGHT/SENTER
• LEMBARAN YANG BERISIKAN JAJARAN
HURUF DENGAN UKURAN BESAR SAMPAI
KECIL DIGUNAKAN UNTUK MENILAI
KETAJAMAN MATA
SNELLEN
CHART
• ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK
MENGUKUR REFLEK FISIOLOGIS
PALU /
HAMMER
4. • UNTUK MENGUJISENSITIVITAS YANG
TERKAIT DENGAN FUNGSI SENSORI
SARAF CRANIALIS
• MEMBERSIAHKAN LIANG TELINGA
ATAU HIDUNG APABILA BANYAK
SERUMEN
SABUT/LIDI
KAPAS/TISU
• ALAT GETAR YANG DIGUNAKAN
UNTUK MENILAI FUNGSI
PENDENGARAN
GARPU
TALA
• ALAT UNTUK MENDENGARKAN
BUNYI DETAK ATAU GETARAN
DALAM TUBUH
STETOSKOP
5. • ALAT BANTU UNTUK MEMBUKA
LUBANG HIDUNG KETIKAAKAN
DILAKUKAN PEMERIKSAAN
SPEKULUM
• MENGUHUR SUHU BADAN
TERMOMETER
• MENGUKUR TEKANAN DARAH
TENSIMETER
6. • MENGUKUR BERAT BADAN
TIMBANGAN
• ALAT UNTUK MEMBANTU MEMBUKA
MULUT DAN MENEKAN LIDAH KETIKA
MELAKUKAN PEMERIKSAAN MULUT
SPATEL
• BAJU KHUSUS AGAR MUDAH
MEMBUKA DAN MENJAGA PRIVACY
BAJU
PEMERIKSAAN
7.
8. A. PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh
pasien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat, bidan, dll) yang
bersangkutan.
• Pemeriksaan fisik adalah melakukan
pemeriksaan fisik klien untuk menentukan
masalah kesehatan klien.
9. TUJUAN PX FISIK
1. MEMPEROLEH DATA YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEADAAN
KLIEN DALAM RANGKA
MENEGAKKAN DIAGNOSA
2. MEMASTIKAN/MEMBUKTIKAN HASIL
ANAMNESA
3. TINDAKAN PENGOBATAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
10. B. PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK
• ANAMNESA / WAWANCARA SEBAGAI
KONTRAK AWAL DAN MENJALIN
HUBUNGAN SALING PERCAYA
• AWALI SETIAP PROSEDUR DENGAN
MENCUCI TANGAN
• LAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK DI
RUANGAN TERTUTUP ATAU RUANGAN
KHUSUS
• JAGA PRIVACY KLIEN
11. LANGKAH –LANGKAH TINDAKAN
PEMERIKSAAN FISIK
1. WAWANCARA / ANAMNESA RIWAYAT
KESEHATAN
Untuk menjalin hubungan saling percaya
Menggali informasi yang terkait dengan riwayat
kesehatan klien
Diperoleh informasi atau permasalahan dan keluhan
klien yang dapat ditindaklanjuti dengan tindakan
pemeriksaan fisik
Untuk memperoleh data / informasi akurat
diperlukan kemampuan perawat baik tehnik
wawancara, ketrampilan interpersonal, pengetahuan
tentang kesehatan atau masalah kesehatan.
12. Lanjutan
2. MENCUCI TANGAN
3. TIMBANG BERAT BADAN DAN UKUR
TINGGI BADAN
Menimbang dan mengukur TB dilakukan pada awal
pengkajian
Untuk menghitung Indeks Masa Tubuh ( BMI )
Untuk menetukan kategori kurus, normal atau
kegemukan
Rumus :
Berat Badan ( Kg )
Tinggi Badan ( m2 )
Hasil :
Bila lebih 25 waspada BB berlebih
Bila dibawah 17 adalah Kurus
13. Lanjutan
4. Lakukan pemeriksaan tanda – tanda vital
(Tekanan darah, Nadi, Pernapasan dan suhu tubuh )
5. Lanjutkan pemeriksaan secara skematik, mulai dari
kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan
tehnik pemeriksaan fisik.
14. HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA
SAAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK
• HARUS HORMAT DAN SOPAN
SIKAP
• KOMUNIKASI HARUS BERJALAN 2 ARAH
• JELASKAN DAN KATAKAN PADA KLIEN,
SEBELUM, SELAMA DAN SESUDAH
MELAKUKAN PEMERIKSAAN
KOMUNIKASI
• LINDUNGI BAGAIAN TUBUH KLIEN DENGAN
KAIN ATAU BAJU KHUSUS
• JANGAN TELANJANGI KLIEN DARI AWAL
HINGGAAKHIR PEMERIKSAAN
PRIVACY
15. • JAGA LINGKUNGAN TETAP
AMAN
• RESTRAIN
LINGKUNGAN
• DISIAPKAN SELENGKAP
MUNGKIN AGAR MEMPEROLEH
DATA YANG AKURAT SERTA
EFISIEN WAKTU DAN TENAGA
PERALATAN
• KUKU HARUS PENDEK AGAR
TIDAK MELUKAI KLIEN DAN
DIRI SENDIRI
KUKU
16. C. TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK
1. INSPEKSI
Inspeksi adalah proses observasi dengan
menggunakan mata
Untuk mendeteksi tanda – tanda fisik yang
berhubungan dengan status fisik
Hal – hal yang dinspeksi : Perilaku klien, ekspresi,
penampilan umum, postur tubuh, gaya jalan, pakaian
yang dikenakan, ada tidaknya perlukaan, dan
kelainan tubuh
Lakukanlah inspeksi dari ujung rambut hingga ujung
kaki dengan seksama
17. Lanjutan tehnik px fisik
2. PALPASI
Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui
perabaan terhadap bagian2 tubuh yang mengalami kelainan
Misal :Adanya tumor, edema, krepitasi ( patah / retak tulang )
Salah satu tehnik yang mengandalkan kemampuan dalam
mempergunakan sensasi tangan dan kemampuan merasakan
tanda serta mempersepsikan temuan yang diperoleh.
Pemeriksa harus memastikan dirinya dalam keadaan tenang,
tangan harus kering dan hangat supaya tidak menimbulkan
reaksi pd klien yang akan mempengaruhi hasil
Tehnik palpasi digunakan untuk mengumpulkan data- data
objektif : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi dan
ukuran
19. Lanjutan tehnik px fisik
3. AUSKULTASI
Tehnik px fisik dengan cara mendengarkan
dengan bantuan alat stetoskop
Tehnik ini mengandalkan kemampuan
pemeriksa untuk mendengarkan
Yang didengarkan : Bunyi jantung, bunyi
pernapasan dan bunyi bising usus/ peristaltik
usus
20. Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada
napas adalah sbb :
• Rales
Suara yang dihasilkan dari eksudat lengket pada
saluran – saluran halus pernapasan mengembang
pada inspirasi ( rales halus, sedang, kasar )
Mis : Klien pneumonia dan TBC
• Ronchi
Nada rendah dan sangat kasar terdengar, baik
saat inspirasi maupun ekspirasi
21. Lanjutan suara tidak normal paru
• Wheezing
Bunyi yang terdengar “ ngii..k”. Bisa dijumpai
pada fase inspirasi maupun ekspirasi
Mis : Bronkitis akut dan asma
• Pleura Frction Rub
Bunyi yang terdengar “ kering “ seperti suara
gosokan amplas pada kayu
Mis : peradangan pleura
22. 4. PERKUSI
Px dengan jalan mengetuk bagian permukaan
tubuh tertentu untuk membandingkan dengan
bagian tubuh lainnya ( kiri kanan ) dengan tujuan
menghasilkan suara
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi,
ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.
Perawat menggunakan kedua tangannya
mengetuk sebagai alat untuk menghasilkan suara
23.
24. SUARA YANG DIJUMPAI PADA PERKUSI
• Sonor
Suara perkusi jaringan yang normal
• Redup
Suara perkusi jaringan yang lebih padat,misal di
daerah paru – paru pada pneumonia
• Pekak
Suara perkusi jaringan yang padat seperti pada
perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar
• Hipersonor
Suara perkusi pada daerah yang lebih berongga
kosong, mis : daerah caverna paru, klien asma
kronik
25. PEMERIKSAAN FISIK KEPALA
DAN LEHER
A. PEMERIKSAAN KEPALA
1. RAMBUT
a. Mengetahui adanya kuantitas ( tipis atau tebal ),
distribusi ( Alopesia sebagain atau total ) dan
tekstur ( kasar atau halus ).
Cara : Inspeksi dan palpasi
b. Palpasi
Mengetahu kasar atau halusnya rambut, mudah
patah atau tidak, berminyak atau kering.
26.
27. 2. KULIT KEPALA
• Mengetahu adanya kelainan atau gangguan
yang terjadi pada kulit kepala.
• Inspeksi
– Ada tidaknya lesi, ketombe, kutu, bekas luka atau
jahitan, kmk adanya shunt dan tumor
• Palpasi
– Adanya tumor, fraktur tulang kepala, dan tekstur
kulit kepala
28. 3. MATA
• DENGAN TEHNIK INSPEKSI DAN PALPASI
• INSPEKSI :
– Kelopak Mata : Terhadap ada tidaknya edema, ada tidaknya
lingkaran hitam di sekitar mata, dapat menutup dengan rapat
atau tidak.
– Bulu mata : Inspeksi terhadap ada tidaknya bulu mata,
pertumbuhannya, bentuknya
– Conjunctiva : Inspeksi terhadap warna, ada tidaknya
perdarahan, kiste perlukaan
– Sclera mata : Inspeksi terhadap warna, ada tidaknya
perdarahan
– Pupil : Inspeksi terhadap respon cahaya, ukuran
– Iris/lensa mata/kornea : Inspeksi terhadap warna atau
kekeruhan
• Palpasi : Mengetahui Kekenyalan bola mata dengan
menggunakan kedua jari telunjuk dalam keadaan mata
tertutup
29.
30.
31.
32. 4. Hidung
Inspeksi
• Mengetahui adanya kelainan
• Dilakukan dengan alat bantu spekulum, untuk
membantu membuka rongga hidung agar terlihat
dengan jelas.
• Temuan : Letak konka, peradangan, lesi, polip, rambut
dan sekret
• Untuk mengetahui fungsi sensori hidung dilakukan px
tes bau – bauan
• Amati terlebih dahulu bentuk hidung, simetris atau
tidak, ada tidaknya kelianan yang tampak, seperti
fraktur hidung.
33.
34.
35. 5. MULUT
INSPEKSI
Untuk mengetahui ada tidaknya luka atau
peradangan gusi, bibir, lidah dan pharink, keadaan
gigi geligi, kedaan tonsil, keadaan lidah dan bau
mulut.
Tehnik px rongga mulut
Apabila klien tidak bisa membuka mulut secara
sempurna, gunakan alat spatel lidah agar rongga
mulut bagian belakang terlihat jelas oleh
pemeriksa
45. PEMERIKSAAN TELINGA
• INSPEKSI
• Untuk mengetahui saluran telinga, dan ada
tidaknya timpani pada penyinaran . Uji
pendengaran dengan garpu tala tau gesekan
jari. Bila kurang jelas dengan alat bantu
OTOSKOP
46.
47.
48.
49. SINUS
• Pemerksaan dilakukan dengan cara palpasi.
• Lokasi yang diperiksa adalah : sinus
maksilaris, sinus frontalis dan sinus etmoidalis.
• Pemeriksaan ini dimaksudkan untkm
mengetahui ada tidaknya peradangan pada
sinus yang ditunjukkan dengan adanya respon
nyeri pada saat dipalpasi
50.
51.
52. PEMERIKSAAN LEHER
1. Tiroid
• Dengan cara inspeksi dan palpasi
• Inspeksi : Bentuk dan besarnya apabila ada
pembesaran yang nyata, tampak simetris atau tidak
• Palpasi : Dengan satu tangan dari samping
atau dua tangan dari arah belakang.
• Jari-jari meraba permukaan kelenjar dan klien diminta
untuk menelan. B
• Palpasi tiroid untuk mengetahui keras atau lunak/
kiste, noduler atau berbenjol
53.
54.
55.
56.
57. 2. Getah bening, sub mandibula
• Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan
dengan cara palpasi
• Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya
infeksi daerah sekitar kelenjar yang diperiksa
• Pembesaran kelenjara getah bening dapat
terjadi karena infeksi di tempat lain seperti :
Pharynx, tonsil, gigi, larynx, dan telinga
58.
59. 3. JVP ( Jugularis Vena Pressure )
• Pemeriksaan tekanan vena jugularis untuk
mengetahu adanya overload cairan
• Pengukuran JVP dilakukan dengan cara
mengukur bendungan vena jugularis
menggunakan garis yang diletakkan secara
vertikal terhadap garis horizontal angulus
ludovici
60.
61. PEMERIKSAAN FISIK DADA DAN
PUNGGUNG
A. Pemeriksaan thorax ( Anterior )
Px thorax meliputi paru – paru, jantung, batas
paru hepar, payudara dan aksila.
Px paru – paru dan jantung dilakukan dengan
tehnik yang berurutan, meliputi : inspeksi,
palpasi, perkusi dan terakhir auskultasi
62. PARU - PARU
• INSPEKSI
• Bentuk thorax, pola atau irama pernapasan
( teratur, periodik cheyne stokes, periodik biot,
kusmaul cepat dan dalam, hiperventilasi
pernapasan yang dalam atau irama satu – satu
seperti pada klien sebelum meninggal )
• Jenis pernapasan
• Frekuensi pernapasan
• Kelainan bentuk dada
63.
64.
65. PALPASI PARU
• Untuk menilai getaran paru kiri dan kanan
• Dengan palpasi, dapat terasakan getaran paru
sama kuat kiri dan kanan, atau ada perbedaan
kuat lemahnya getaran paru.
69. AUSKULTASI
• Lokasi auskultasi paru – paru menggunakan
stetoskop
• Auskultasi untuk mendengarkan suara
pernapasan, ada tidaknya suara tambahan
yang menunjukkan ada tidaknya kelainan atau
gangguan pada paru – paru.
70.
71.
72. TIGA SUARA YANG DIDENGAR PADA PEMERIKSAAN
AUSKULTASI
1. Suara Napas
Vesicular
Suara napas vesikuler terdengar di semua lapang paru yang normal,
bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
Broncho-vesicular
Suara napas broncho – vesikular terdengar di daerah percabangan
bronkhus dan trachea, disekitar sternum dan regip interscapular.
Nadanya sedang, lebih kasar dibanding vesicular, inspirasi sama
panjang dengan ekspirasi
Bronchial
Suara napas bronchial di daerah trachea dan supra sternal notch.
Bersifat kasar, nada tinggi, inspirasi lebih pendek dibandingkan
dengan ekspirasi
2. Suara Ucapan
3. Suara tambahan
73. JANTUNG
• INSPEKSI
– Untuk melihat ada tidaknya denyutan apexs
jantung atau normal tidaknya gerakan
– Dengan inspeksi juga dapat dihitung frekuensi nadi
apikal apabila terlihat
74.
75. b. Palpasi
• Palpasi jantung dilakukan untuk mengetahui
ukuran denyutan apeks jantung
• Normalnya tidak lebih dari 1 – 2 cm
• Bila lebih lebar dari ukuran normal, dicurigai
adanya pembesaran jantung
76.
77.
78. 3. PERKUSI
• Untuk menentukan batas atas, batas kanan dan
kiri jantung.
• Diketahui ada tidaknya pembesaran jantung
• Batas atas jantung normalnya pada inter kosta
2 – 3, batas kanan linea sternalis, dan batas kiri
jantung di linea medio clavikula
79.
80. AUSKULTASI
• Tindakan auskultasi untuk mendengarkan bunyi
jantung ( BJ ) I, II dan kemungkinan adanya
bunyi jantung tambahan ( BJ III )
• BJ I menutupnya katub tricuspidalis dan katub
mitral.
• BJ I didengarkan di ICS IV Linea sternalis kiri
( BJ I / T )
• BJ I di ICS V Linea medio clavicula kiri atau
pada lokasi ictus cordis / apek jantung ( BJ I / M )
81. Lanjutan auskultasi
• BJ II Untuk mendengarkan bunyi
menutupnya katub aorta ( BJ II/A ) dan
Pulmonalis ( BJ –II / P )
• BJ II / A didengarkan di ICS 2 Linea
sternalis kanan ]
• BJ II/ P dapat didengarkan di ICS 2 dan ICS
3 linea sternalis kiri.
82. Bunyi Jantung III
• Timbul akibat getaran derasnya pengisian
diastolika dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang
sudah membesar
• Pada orang dewasa / tua, BJ III merupakan suatu
tanda dan gejala adanya payah jantung, edema,
dyspnea.
• Suara / irama bunyi jantung pada decompensatio-
cordis kiri disebut irama pacu kuda ( gallop
rhythm)
• BJ III didengarkan di daerah mitral, yaitu di
ICS V Linea Medio clavicula kiri
83.
84.
85.
86.
87.
88. PAYUDARA
• Payudara diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi.
• Inspeksi :
– Untuk melihat bentuk simetris / tidak
– Adanya benjolan / tumor
– Bentuk putting
– Adanya kelainan kulit
– Ulkus
– Adanya bekas luka dan retraksi kulit daerah mamae akibat tarikan
ligamentum cowperi, seperti kulit jeruk ( peau d’orange ),
• Palpasi
– Untuk mengetahui kontur keras / lunak
– Adanya benjolan atau tumor
– Adanya cairan : darah, pus, cairan bening, air susu
100. ABDOMEN
• Pembagian lokasi pemeriksaan
• Kuadran
a. Kuadran kanan atas
b. Kuadran kanan bawah
c. Kuadran kiri atas
d. Kuadran kiri bawah
101.
102. Pembagian regio adalah sebagai berikut
a. Regio epigastrika
b. Regio hipokondria kanan
c. Regio hipokondria kiri
d. Regio lumbalis kanan
e. Regio lumbalis kiri
f. Regio umbilikal
g. Regio hypogastric / suprapubika
h. Regio iliaka kanan
i. Regio iliaka kiri
103.
104. TEHNIK PEMERIKSAAN
• Dilakukan dengan tehnik inspeksi, auskultasi,
perkusi dan terakhir palpasi
1. Inspeksi
Kontrur atau bentuk abdomen : datar, skapoid,
buncit ( rounded) apakah ada ascites ?
Scar, striae, vena, rashes, luka / bekas luka.
Apakah tampak pulsasu, bayangan, vena atau
masa?
Masuk, menonjol, hernia
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114. 2. Auskultasi
• Auskultasi dilakukan untuk mendengarkan
bunyi usus / peristaltik dan bruit vaskuler
• Catat frekuensi atau karakter bising usus
• Normal 15 – 30 kali permenit
• Bila lebih dari 30 kali per menit disebut
BORBORYGMI
• Catat juga adanya bruit yang ditemukan
115.
116. 3. PERKUSI
• Perkusi dilakukan untuk mengetahui adanya cairan dalam
abdomen, gas atau udara
• Tehnik perkusi abdomen sama seperti tehnik perkusi pada
thorax
• Suara perkusi abdomen yang normal adalah TYMPANI
menjadi PEKAK merupakan batas cairan ascites yang ada,
kemudian klien dipindah posisi menjadi tidur miring.
• Apabila ada cairan, maka daerah lateral abdomen yang
berada di atas akan menjadi tympani karena cairan
berpindah ke bawah.
• Sebaliknya, daerah umbilikalis akan menjadi pekak yang
disebut ( Shifting dullness )
117.
118.
119. 4. PALPASI
• Palpasi dilakukan secara ringan superfisial dan
palpasi dalam
• Palpasi ringan atau superfisial untuk mengetahu
adanya tanda nyeri tekan, distenmsi atau
ketegangan
• Palpasi dalam untuk mengetahui adanya massa
atau organ dalam seperti lien, batas hepar, ginjal
dan untuk mengetahu adanya iritasi peritoneal.
• Palpasi dilakukan di semua kuadran atau regio,
inguinal dan femoral.