SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
Laporan Kasus
Labioschicis Unilateral Complete Sinistra
OLEH :
Chairul Anhar
H1A 004 010
PEMBIMBING :
Dr. Arif Zuhan Sp.B
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI LAB/SMF BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
2011
2
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Referat : Labioschicis Unilateral Complete Sinistra
Nama Mahasiswa : Chairul Anhar
NIM : H1A 004 010
Fakultas : Kedokteran
Laporan kasus ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik
Madya pada Bagian/SMF Bedah Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat/ Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram
Mataram, 15 Januari 2011
Dosen Pembimbing
dr. Arif Zuhan, Sp.B
3
KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : An. A.A
Umur : 8 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kecamatan Seteluk-Kabupaten Sumbawa Barat
Masuk Rumah Sakit : 29 Desember 2010
Tanggal pemeriksaan : 03 Januari 2011
II. Anamnesis (Allow anamnesis)
• Keluhan utama :
Bibir sumbing sejak lahir
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dikeluhkan bibir sumbing pada bagian kiri sejak lahir. Dua bulan yang
lalu (SMRS) pasien dilahirkan dari seorang Ibu yang berumur 28 tahun. Ibu pasien
mengatakan bahwa kelainan pada bibir pasien tidak mengganggu asupan ASI yang
diberikan, makan dan minum lancar. Keluhan demam (-), batuk (-), sesak napas (-),
susah makan (+). BAB (+), konsistensi kenyal, warna kekuningan, darah(-), 3-4 kali
per hari. BAK (+), konsistensi cair, berwarna putih kekuningan, 5-6 kali per hari
• Riwayat ANC:
o Ibu pasien mengaku pasien adalah anak ketiga dan sebelumnya tidak pernah
keguguran .
4
o Selama masa kehamilan ibu pasien mengaku riwayat konsumsi minuman
beralkohol (-), merokok (-), narkotika (-), konsumsi obat dalam jangka waktu
lama (-), jamu-jamuan (-), rontgen (-).
o Riwayat menderita penyakit sistemik yang berat selama masa kehamilan (-),
kencing manis (-), tekanan darah tinggi (-), riwayat penyakit kelamin (-), riwayat
pemakaian KB hormonal (-).
o Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien rutin di puskesmas. Selama kontrol
kehamilannya ibu pasien mengaku tidak pernah ditemukan adanya kelainan
(kelainan letak janin (-), gemeli (-), perdarahan pervaginam (-), hiperemesis
gravidarum (-), anemia dalam kehamilan (-), panggul sempit (-)) dan biasa
mendapatkan vitamin (vitamin penambah darah) dari puskesmas. Namun ibu
pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi vitamin-vitamin tersebut dengan
alasan tidak berani minum obat. Kebiasaan ini tetap dilakukan ibu pasien sampai
pasien lahir.
o Pola makan ibu pasien selama kehahilan: makan 3-4x/hari, 1x makan habis 1
piring nasi beserta lauk pauk dan sayuran. Ibu pasien juga mengkonsumsi buah-
buahan.
• Riwayat persalinan:
Ibu pasien mengatakan bahwa proses persalinan dibantu bidan di RSUD Sumbawa
Besar. Pasien lahir per vaginam dengan dirangsang dengan obat (induksi oxytosin).
Pasien lahir dengan berat 3 kilo gram, cukup bulan dengan kelainan bawaan bibir
sumbing(+), kelainan lain (-).
• Riwayat tumbuh kembang:
Tengkurap umur 6 bulan, pasien belum bisa mengucapkan kata
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Asma (-), penyakit kuning (-)
5
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Orang tua pasien mengaku tidak ada anggota keluarga baik dari keturunan ibu
ataupun ayah pasien yang pernah menderita bibir sumbing.
 Riwayat Alergi :
Pasien disangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan tertentu.
 Riwayat sosial:
Ibu pasien berumur 28 tahun dan ayah pasien berumur 27 tahun. Pekerjan kedua
orang tua pasien adalah petani dengan penghasilan yang tak tentu.
• Riwayat Pengobatan:
Pada saat pasien dilahirkan orang tua pasien dianjurkan oleh dokter untuk
mengoperasi bibir sumbing pasien setelah pasien berumur lebih dari 3 bulan. Namun,
karena masalah biaya orangtua pasien baru bisa melaksanakannya sekarang. Pertama
kali pasien diperiksakan ke PKM Seteluk-KSB pada tanggal 15 november 2010 dan
langsung dirujuk ke RSUP NTB. Setelah selesai pengurusan JAMKESDA pasien
dibawa orangtuanya dating ke mataram dan memeriksakan pasien di poliklinik bedah
pertama pada tanggal 22 November 2010. Kemudian dokter poliklinik bedah
menganjurkan bahwa pasien harus di operasi. Pasien baru biasa masuk bangsal seruni
tanggal 29 Desember 2010.
III. Pemeriksaan Fisik
a. Status present :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : CM
6
Tanda vital :
- Nadi : 132 x/menit
- Pernafasan : 28 x/menit
- Suhu axilla : 37,6 °C
- Berat badan(BB) : 7 kg
- Tinggi badan(TB): 63 cm
- Z Score BB/TB: 0.73 SD
- Status gizi Normal (rentang normal >-2 SD sampai +2 SD)
b. Pemeriksaan fisik umum :
1. Kepala – Leher
- Kepala : Normochepali, deformitas (-)
- Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterus -/-, pupil isokor
diameter 2 mm/2mm, refleks pupil (+/+)
- THT :
- Telinga: bentuk telinga kanan/kiri normal, infeksi telinga -/-
- Hidung: deviasi (+) sedikit kearah kanan, deformitas os nasal (-), sadle nose
(-).
- Mulut: labium superior sinistra tampak celah sepanjang 2 cm kearah nares
nasi sinistra, celah palatum durum (-)
- Leher : massa (-), tidak terdapat pembesaran KGB
2. Thoraks – Kardiovaskuler
- Inspeksi : tampak pergerakan dinding thoraks simetris, retraksi (-), iktus
kordis tidak tampak.
- Palpasi : Teraba pergerakan dinding thorak simetris,
7
- Perkusi :
Paru : sonor pada daerah dinding thorak sinistra dan dekstra
Jantung : pekak dengan batas kanan atas ICS II parasternalis dekstra, batas
kiri atas pada ICS II parasternalis sinistra, batas kiri bawah pada ICS V
midclavicular line.
- Auskultasi :
Jantung : suara jantung S1 S2 reguler tunggal, murmur -/-, gallop -/-.
Paru : Suara napas terdengar vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
3. Abdomen
- Inspeksi : kulit tampak normal, dinding abdomen tidak tampak distensi, tidak
terdapat jaringan sikatrik, tidak tampak massa.
- Auskultasi : terdengar bising usus pada semua lapang abdomen jumlah
normal,
- Perkusi : timpani pada semua lapang abdomen
- Palpasi : dinding perut supel, nyeri tekan (-) pada seluruh area abdomen,
4. Urogenital
Suprapubis : massa (-), nyeri tekan (-)
Genitalia : kedua testis (+), kelainan bawaan (-)
5. Anal – perianal
Anus (+)
6. Ekstrimitas atas – Axilla
- Inspeksi : Edema -/-, deformitas -/-
- Palpasi : nyeri tekan (-) motorik dan sensibilitas baik
Pembesaran KGB -/-
8
7. Ekstrimitas bawah
- Inspeksi : Edema -/-, deformitas -/-
- Palpasi : nyeri tekan (-) motorik baik
9
Status lokalis :
10
Celah di labium labium
superior sinistra ± 2 cm
Deviasi sedikit
kearah dextra
Celah palatum
durum (-)
IV. Resume
a. Anamnesis
Laki-laki, 8 bulan, dikeluhkan bibir sumbing pada bagian kiri sejak lahir. Ibu yang
berumur 27 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa kelainan pada bibir pasien tidak
mengganggu asupan ASI yang diberikan. Makan minum lancar. Keluhan demam (-),
batuk (-) sesak napas (-), susah makan (+). BAB (+), konsistensi kenyal, warna
kekuningan, darah(-), 3-4 kali per hari. BAK (+), konsistensi cair, berwarna putih
kekuningan, 5-6 kali per hari
 Riwayat ANC:
o Ibu pasien mengaku pasien adalah anak pertamanya dan sebelumnya tidak pernah
keguguran .
o Selama masa kehamilan ibu pasien mengaku riwayat konsumsi minuman
beralkohol (-), merokok (-), narkotika (-), konsumsi obat dalam jangka waktu
lama (-), jamu-jamuan (-), rontgen (-).
o Riwayat menderita penyakit sistemik yang berat selama masa kehamilan (-),
kencing manis (-), tekanan darah tinggi (-), riwayat penyakit kelamin (-), riwayat
pemakaian KB hormonal (-).
o Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien rutin di puskesmas. Selama kontrol
kehamilannya ibu pasien mengaku tidak pernah ditemukan adanya kelainan
(kelainan letak janin (-), gemeli (-), perdarahan pervaginam (-), hiperemesis
gravidarum (-), anemia dalam kehamilan (-), panggul sempit (-)) dan biasa
mendapatkan vitamin (vitamin penambah darah) dari puskesmas. Namun ibu
pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi vitamin-vitamin tersebut dengan
alasan tidak berani minum obat. Kebiasaan ini tetap dilakukan ibu pasien sampai
pasien lahir.
o Pola makan ibu pasien selama kehahilan: makan 3-4x/hari, 1x makan habis 1
piring nasi beserta lauk pauk dan sayuran. Ibu pasien juga mengkonsumsi buah-
buahan.
 Riwayat persalinan:
11
Ibu pasien mengatakan bahwa proses persalinan dibantu bidan di RSUD Sumbawa
Besar. Pasien lahir per vaginam dengan dirangsang dengan obat (induksi
oxytosin). Pasien lahir dengan berat 3 kilo gram, cukup bulan dengan kelainan
bawaan bibir sumbing(+), kelainan lain (-).
 Riwayat tumbuh kembang:
Tengkurap umur 6 bulan, pasien belum bisa mengucapkan kata
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Asma (-), penyakit kuning (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Orang tua pasien mengaku tidak ada anggota keluarga baik dari keturunan ibu
ataupun ayah pasien yang pernah menderita bibir sumbing.
 Riwayat Alergi :
Pasien disangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan tertentu.
 Riwayat sosial:
Ibu pasien berumur 28 tahun dan ayah pasien berumur 27 tahun. Pekerjan kedua
orang tua pasien adalah petani dengan penghasilan yang tak tentu.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : CM
Tanda vital :
- Nadi : 132 x/menit
- Pernafasan : 28 x/menit
- Suhu axilla : 37,6 °C
THT :
12
- Telinga: bentuk telinga kanan/kiri normal, infeksi telinga -/-
- Hidung: deviasi (+) ke kanan, deformitas os nasal (-), sadle nose (-).
- Mulut: labium superior sinistra tampak celah sepanjang 2 cm kearah nares
nasi sinistra, celah palatum durum (-), pertumbuhan gigi (-).
V. Diagnosis kerja:
Labioschisis unilateral complete sinistra
VI. Pemeriksaan Penunjang
- Pre op
o DL,UL,GDS,SC,BT, CT
o Rontgen Thorax AP
VII. Rencana Terapi
- Labioplasty
VIII. Prognosis
Dubia ad bonam
STUDI PUSTAKA
Labioschisis atau biasa disebut bibir sumbing adalah cacat bawaan yang menjadi
masalah tersendiri di kalangan masyarakat, terutama penduduk dengan status sosial ekonomi
yang lemah. Akibatnya operasi dilakukan terlambat dan malah dibiarkan sampai dewasa.1
Fogh Andersen di Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit
1,47/1000 kelahiran hidup. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan
Broadbent di Amerika Serikat serta Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden
2,1/1000 penduduk di Jepang.2
13
Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui. Hidayat dan kawan kawan di
propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi
pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di
antara 3 juta penduduk.3 Etiologi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah multifaktor.
Selain faktor genetik juga terdapat faktor non genetik atau lingkungan. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing dan celah langit-langit adalah usia ibu waktu
melahirkan, perkawinan antara penderita bibir sumbing, defisiensi Zn waktu hamil dan
defisiensi vitamin B6.1
Bayi yang terlahir dengan labioschisis harus ditangani oleh klinisi dari multidisiplin
dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan koordinasi efektif dari berbagai aspek
multidisiplin tersebut. Selain masalah rekonstruksi bibir yang sumbing, masih ada masalah
lain yang perlu dipertimbangkan yaitu masalah pendengaran, bicara, gigi-geligi dan
psikososial. Masalah-masalah ini sama pentingnya dengan rekonstruksi anatomis, dan pada
akhirnya hasil fungsional yang baik dari rekonstruksi yang dikerjakan juga dipengaruhi oleh
masalah-masalah tersebut. Dengan pendekatan multidisipliner, tatalaksana yang
komprehensif dapat diberikan, dan sebaiknya kontinyu sejak bayi lahir sampai remaja.
Diperlukan tenaga spesialis bidang kesehatan anak, bedah plastik, THT, gigi ortodonti, serta
terapis wicara, psikolog, ahli nutrisi dan audiolog.4
Kelainan ini sebaiknya secepat mungkin diperbaiki karena akan mengganggu pada
waktu menyususui dan akan mempengaruhi pertumbuhan normal rahang serta perkembangan
bicara. Penatalaksanaan labioschisis adalah operasi. Bibir sumbing dapat ditutup pada semua
usia, namun waktu yang paling baik adalah bila bayi berumur 10 minggu, berat badan
mencapai 10 pon, Hb > 10g%. Dengan demikian umur yang paling baik untuk operasi sekitar
3 bulan.1,5
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bustami dan kawan-kawan diketahui bahwa
alasan terbanyak anak penderita labioschisis terlambat (berumur antara 5- 15 tahun) untuk
dioperasi adalah keadaan sosial ekonomi yang tidak memadai dan pendidikan orang tua yang
masih kurang.1
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Labioschisis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya
celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada
bahagian bibir yang berwarna samapai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir
14
memanjang dari bibir ke hidung. Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral, dan jika
celah terdapat pada kedua sisi disebut labioschisis bilateral.4
Gambar 1. Bayi dengan Labioschisis.7
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti. Kebanyakan ilmuwan
berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat dari kombinasi faktor genetik dan
factor-faktor lingkungan. Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti
melaporkan bahwa 40% orang yang mempunyai riwayat keluarga labioschisis akan
mengalami labioschisis. Kemungkinan seorang
bayi dilahirkan dengan labioschisis meningkat bila keturunan garis pertama (ibu,
ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat labioschisis. Ibu yang mengkonsumsi alcohol
dan narkotika, kekurangan vitamin (terutama asam folat) selama trimester pertama
kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih cenderung melahirkan bayi/ anak dengan
labioschisis.6
Menurut Mansjoer dan kawan-kawan, hipotesis yang diajukan antara lain:7
- Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional dalam hal
kuantitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas (defisiensi asam folat,
vitamin C, dan Zn)
- Penggunaan obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal
- Infeksi, terutama pada infeksi toxoplasma dan klamidia.
- Faktor genetik
Kelainan ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya
mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (prosesus nasalis dan
maksilaris) pecah kembali.7
15
KLASIFIKASI
Labioschisis diklasifikasikan berdasarkan lengkap/ tidaknya celah yang
terbentuk :6,7
- Komplit
- Inkomplit
Dan berdasarkan lokasi/ jumlah kelainan :6
- Unilateral
- Bilateral
Gambar 2. Klasifikasi Labioschisis.6
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari kelainan labioschisis antara lain :4,5
 Masalah asupan makanan
Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis. Adanya
labioschisis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu
atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan
kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek
menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap
lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin
dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga
daapt membantu. Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada
palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya
membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan
tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan
masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.
16
 Masalah Dental
Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yang
berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada arean dari
celah bibir yang terbentuk.
 Infeksi telinga
Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena
terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan
penutupan tuba eustachius.
 Gangguan berbicara
Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada
perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat
menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada
yang lebih tinggi (hypernasal quality of speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum,
kemampuan otototot tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara
mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk
menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, and ch", and terapi bicara (speech therapy)
biasanya sangat membantu.
PENATALAKSANAAN
Idealnya, anak denga labioschisis ditatalaksana oleh “team labiopalatoschisis” yang terdiri
dari spesialistik bedah, maksilofasial, terapis bicara dan bahasa, dokter gigi, ortodonsi,
psikoloog, dan perawat spesialis. Perawatan dan dukungan pada bayi dan keluarganya
diberikan sejak bayi tersebut lahir sampai berhenti tumbuh pada usia kira-kira 18 tahun.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada saat usia anak 3 bulan.6,7
Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu :
1. Tahap sebelum operasi
Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima
tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai
dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan
lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu
, jika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang
tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi
minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar
17
sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi
tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot
dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan
sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya
susu melewati langit-langit yang terbelah. Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan
menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi
tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi
kearah depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal
ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil
akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai
waktu operasi tiba.
2. Tahap sewaktu operasi
Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal
kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh
seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3
bulan Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan
sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah
terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang
sempurna.
Teknik Operasi
Terdapat beberapa metode labioplasty diantaranya : teknik Rose-Thompson, teknik
flap quadrangularis, teknik flap triangularis, teknik Millard dan takenik modifikasi Mohler.
Namun yang paling umum digunakan adalah teknik Millard yang caranya didasari oleh
gerakan memutar dan memajukan (rotation and advancement).
Teknik operasinya yaitu pertama dari sisi lateral, mukosa dikupas dari otot orbikularis
oris. Kemudian otot orbikularis oris bagian merah bibir dipisahkan dari sisanya. Kulit dan
subkutis dibebaskan dari otot orbikularis oris secara tajam, sampai kira-kira sulkus
nasoabialis. Lepaskan mukosa bibir dari rahang pada lekuk pertemuannya, secukupnya.
Kemudian otot dibebaskan dari mukosa hingga terbentuk 3 lapis flap : mukosa, otot dan kulit.
Lalu pada sisi medial, mukosa dilepaskan dari otot. Dibuat flap C. Kemudian dibuat insisi 2
mm dari pinggir atap lubang hidung, bebaskan kulit dari mukosa dan tulang rawan alae,
menggunakan gunting halus melengkung. Letak tulang rawan alae diperbaiki dengan tarikan
18
jahitan yang dipasang ke kulit. Setelah jahitan terpasang, lekuk atap dan lengkung atas atap
lubang hidung lebih simetris. Kolumela dengan rangka tulang rawan dan vomer yang miring
dari depan ke belakang sulit diperbaiki, sehingga masih miring. Luka di pinggir dalam atap
nares dijahit. Kemudian mukosa oral mulai dari kranial, menghubungkan sulkus ginggivo
labialis. Jahitan diteruskan ke kaudal sampai ke dekat merah bibir. Setelah itu otot dijahit
lapis demi lapis. Jahitan kulit dimulai dari titik yang perlu ditemukan yaitu ujung busur
Cupido. Diteruskan ke atas dan ke mukosa bibir. Jaringan kulit atau mukosa yang berlebihan
dapat dibuang. Sebaiknya luka operasi ditutup dengan tule yang mengandung bahan
pencegah perlenngketan dan kasa lembab selama 1 hari, untuk menyerap rembesan
darah/serum yang masih akan keluar. 1 hari sesudahnya baru luka dirawat terbuka dengan
pemberian salep antibiotik.
Gambar 3. Reparasi labioschisis (labioplasti). (A and B) pemotongan sudut celah pada bibir
dan hidung. (C) bagian bawah nostril disatukan dengan sutura. (D) bagian atas bibir
disatukan, dan (E) jahitan memanjang sampai kebawah untuk menutup celah secara
keseluruhan.
Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan mengingat
anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Operasi yang dilakukan
sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah
operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan
suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang
salah. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis,
koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8–9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli
ortodonsi.
3. Tahap setelah operasi.
Komplikasi Operasi
19
• Wound dehiscence paling sering terjadi akibat ketegangan yang berlebih dari tempat
operasi
• Wound expansion juga merupakan akibat dari ketegangan yang berlebih. Bila hal ini
terjadi, anak dibiarkan berkembang hingga tahap akhir dari rekonstruksi langitan,
dimana pada saat tersebut perbaikan jaringan parut dapat dilakukan tanpa
membutuhkan anestesi yang terpisah.
• Wound infection merupakan komplikasi yang cukup jarang terjadi karena wajah
memiliki pasokan darah yang cukup besar. Hal ini dapat terjadi akibat kontaminasi
pascaoperasi, trauma yang tak disengaja dari anak yang aktif dimana sensasi pada
bibirnya dapat berkurang pascaoperasi, dan inflamasi lokal yang dapat terjadi akibat
simpul yang terbenam.
• Malposisi Premaksilar seperti kemiringan atau retrusion, yang dapat terjadi setelah
operasi.
• Whistle deformity merupakan defisiensi vermilion dan mungkin berhubungan dengan
retraksi sepanjang garis koreksi bibir. Hal ini dapat dihindari dengan penggunaan total
dari segmen lateral otot orbikularis.
• Abnormalitas atau asimetri tebal bibir Hal ini dapat dihindari dengan pengukuran
intraoperatif yang tepat dari jarak anatomis yang penting lengkung
Perawatan Pasca bedah
• Pemberian makanan per-oral : Untuk anak-anak yang mengkonsumsi ASI, dapat terus
disusui setelah operasi. Bagi anak-anak yang menggunakan botol, disarankan untuk
menggunakan ujung kateter yang lunak selama 10 hari, baru dilanjutkan dengan
penggunaan ujung dot yang biasa.
• Aktivitas : Tidak ada batasan aktivitas tertentu yang perlu dilakukan, namun
hendaknya aktivitas perlu diperhatikan untuk meminimalisasi risiko trauma pada luka
operasi.
• Perawatan bibir : Garis jahitan yang terpapar pada dasar hidung dan bibir dapat
dibersihkan dengan kapas yang diberi larutan hidrogen peroksida dan salep antibiotika
yang diberikan beberapa kali perhari. Jahitan dapat diangkat pada hari ke 5 -7.
Follow – up
Setelah operasi labioplasti, pasien harus dievaluasi secara periodik terutama status kebersihan
mulut dan gigi, pendengaran dan kemampuan berbicara, dan juga keadaan psikososial.
20
Gambar 4. Sebelum dan sesudah tindakan operasi.
PROGNOSIS
Kelainan labioschisis merupakan kelainan bawaan yang dapat dimodifikasi/
disembuhkan. Kebanyakan anak yang lahir dengan kondisi ini melakukan operasi saat usia
masih dini, dan hal ini sangat memperbaiki penampilan wajah secara signifikan. Dengan
adanya teknik pembedahan yang makin berkembang, 80% anak dengan labioschisis yang
telah ditatalaksana mempunyai perkembangan kemampuan bicara yang baik. Terapi bicara
yang berkesinambungan menunjukkan hasil peningkatan yang baik pada masalahmasalah
berbicara pada anak labioschisis.
21
Lampiran 1
Tabel1: Intervesi pada pasien labiognatopalatoschisis8
Intervensi berdasarkan umur*
Umur Intervensi
Prenatal
• Referred to cleft lip and palate team
• Diagnosis dan konseling genetik
• Mengatasi masalah psikososial
• Memberikan petunjuk pemberian makan
• Membuat perencanan pemberian makan
lahir-1 bulan
• Referred to cleft lip and palate team
• Diagnosis dan konseling genetik
• Mengatasi masalah psikososial
• Menyediakan instruksi pemberian makan dan memeriksa pertumbuhan
1-4 bulan
• Periksa pemberian makan dan pertumbuhan
• Operasi bibir sumbing (labioplasty)
• Pemeriksaan telinga dan pendengaran
5-15 bulan
• Periksa pemberian makan dan tumbuh kembang
• Pemeriksaan telinga dan pendengaran
• Operasi celah palatum (palatoplasty)
• Menyediakan instruksi menjangga hygiene mulut
16-24 bulan
• Menilai telinga dan pendengaran
• Menilai pecakapan dan bahasa
• Memeriksa perkembangan
2.5 tahun
• Menilai pecakapan dan bahasa, Mengatasi velopharyngoplasty
• Pemeriksaan telinga dan pendengaran
• Pertimbangkan revisi bibir/hidung sebelum masuk sekolah
• Menilai pengembangan dan penyesuaian psikososial
6-11 tahun
• Menilai pecakapan dan bahasa, Mengatasi velopharyngoplasty Intervensi
orthodontic (pengaturan lengkung gigi)
• Cangkok tulang alveolar
• Menilai sekolah / penyesuaian psikososial
12.21 tahun • Operasi rahang dan Rhinoplasty kalau diperlukan
22
Intervensi berdasarkan umur*
Umur Intervensi
• Jembatan Ortodonti, implan yang diperlukan
• Konseling genetik
• Menilai sekolah / penyesuaian psikososial
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Bustami N, Joni R, Zahari A. Bibir Sumbing di Kabupaten 50 Kota dan Solok, Sumatra
Barat. Padang : Ilmu Bedah FK Universitas Andalas/ RSUP Dr M Jamil.1997.
2. Converse JM, hogan VM, McCarthy JG. Cleft Lip And Palate, Introduction. Dalam:
Reconstructive Plastic Surgery, ed. 11, vol. 4. Philadelphia: WB Saunders.
3. Hidayat dkk. Defisiensi Seng (Zn) Maternal Dan Tingginya Prevalensi Sumbing
Bibir/Langit-Langit Di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
(Laporan Pendahuluan). Disitasi dari : http://www.kalbe.co.id /files/cdk/files/18.html.
Pada tanggal 7 januari 2011.
4. Webmaster. Bibir sumbing. Disitasi dari : http://www.klikdokter.com/
illness/detail/104.htm. Pada tanggal 7 januari 2011. Perbaharuan terakhir: Januari 2008.
5. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jilid 2. Jakarta : EGC.2005.
6. Webmaster. Cleft Lip and Palate. Disitasi dari : http://www.healthofchild
ren.com/C/Cleft-Lip-and-Palate.html?Comments[do]=mod&Comments[id] =4.htm. Pada
tanggal : 7 januari 2011. Perbaharuan terakhir : Janurai 2009.
7. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, et al. Sumbing Bibir dan Langitan. Dalam : Kapita
Selekta. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius – FK UI. 2005.
8. Seattle Children’s Hospital, Research and Foundation. Cleft Lip and Palate. Disitasi dari
http://www.seattlechildrens.org/. pada tanggal 10 Januari 2011.
24

More Related Content

What's hot

CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUCASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUKharima SD
 
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.RadImejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Raddr_kelana
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilAgus Gunardi
 
anatomi-mediastinum-dan-jantung
anatomi-mediastinum-dan-jantunganatomi-mediastinum-dan-jantung
anatomi-mediastinum-dan-jantungadliah purnawaty
 
Cara pembacaan audiometri
Cara pembacaan audiometriCara pembacaan audiometri
Cara pembacaan audiometriAndi Kristian
 
Laporan Kasus Plasenta previa
Laporan Kasus Plasenta previaLaporan Kasus Plasenta previa
Laporan Kasus Plasenta previaPurnayasa Bandem
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutAriesta Mp
 

What's hot (20)

CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUCASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
 
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.RadImejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
EDEMA PARU AKUT PADA PASIEN EKLAMPSIA DENGAN KOMORBIDITAS TALASEMIA YANG MEND...
EDEMA PARU AKUT PADA PASIEN EKLAMPSIA DENGAN KOMORBIDITAS TALASEMIA YANG MEND...EDEMA PARU AKUT PADA PASIEN EKLAMPSIA DENGAN KOMORBIDITAS TALASEMIA YANG MEND...
EDEMA PARU AKUT PADA PASIEN EKLAMPSIA DENGAN KOMORBIDITAS TALASEMIA YANG MEND...
 
Radiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasisRadiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasis
 
ASD- ASO
ASD- ASOASD- ASO
ASD- ASO
 
3. laring
3. laring3. laring
3. laring
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
anatomi-mediastinum-dan-jantung
anatomi-mediastinum-dan-jantunganatomi-mediastinum-dan-jantung
anatomi-mediastinum-dan-jantung
 
Audiometri
AudiometriAudiometri
Audiometri
 
2.pemeriksaan ginekologi
2.pemeriksaan ginekologi2.pemeriksaan ginekologi
2.pemeriksaan ginekologi
 
Cara pembacaan audiometri
Cara pembacaan audiometriCara pembacaan audiometri
Cara pembacaan audiometri
 
Laporan Kasus Plasenta previa
Laporan Kasus Plasenta previaLaporan Kasus Plasenta previa
Laporan Kasus Plasenta previa
 
Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Tumor Ginjal
Tumor GinjalTumor Ginjal
Tumor Ginjal
 
Ppt bronkopneumonia
Ppt bronkopneumoniaPpt bronkopneumonia
Ppt bronkopneumonia
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 

Similar to 154028779 case-labioskhisis

Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Adeline Dlin
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Adeline Dlin
 
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Adeline Dlin
 
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Adeline Dlin
 
151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hiehomeworkping4
 
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemihTracey Rompas
 
127385992 case-diare
127385992 case-diare127385992 case-diare
127385992 case-diarehomeworkping8
 
172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjohomeworkping8
 
207372012 long-case-rawalo-dedi
207372012 long-case-rawalo-dedi207372012 long-case-rawalo-dedi
207372012 long-case-rawalo-dedihomeworkping7
 
127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastik127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastikhomeworkping8
 
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Aaaaaaaaaaasssssssskb
AaaaaaaaaaasssssssskbAaaaaaaaaaasssssssskb
AaaaaaaaaaasssssssskbWarnet Raha
 
Aaaaaaaaaaasssssssskb
AaaaaaaaaaasssssssskbAaaaaaaaaaasssssssskb
AaaaaaaaaaasssssssskbWarnet Raha
 
kejang demam bed site teaching
kejang demam bed site teachingkejang demam bed site teaching
kejang demam bed site teachingcendyandestria
 
Fome hipertensi
Fome hipertensiFome hipertensi
Fome hipertensiyopratama
 
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus  kolesistitis ec kolelitiasisUjian kasus  kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasisfaniputri2
 

Similar to 154028779 case-labioskhisis (20)

Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
 
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Anc hasmirawati tona
Anc hasmirawati tonaAnc hasmirawati tona
Anc hasmirawati tona
 
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
 
151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie151297729 case-rds-hie
151297729 case-rds-hie
 
151709556 case
151709556 case151709556 case
151709556 case
 
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
 
127385992 case-diare
127385992 case-diare127385992 case-diare
127385992 case-diare
 
172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo
 
207372012 long-case-rawalo-dedi
207372012 long-case-rawalo-dedi207372012 long-case-rawalo-dedi
207372012 long-case-rawalo-dedi
 
127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastik127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastik
 
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Aaaaaaaaaaasssssssskb
AaaaaaaaaaasssssssskbAaaaaaaaaaasssssssskb
Aaaaaaaaaaasssssssskb
 
Aaaaaaaaaaasssssssskb
AaaaaaaaaaasssssssskbAaaaaaaaaaasssssssskb
Aaaaaaaaaaasssssssskb
 
kejang demam bed site teaching
kejang demam bed site teachingkejang demam bed site teaching
kejang demam bed site teaching
 
Fome hipertensi
Fome hipertensiFome hipertensi
Fome hipertensi
 
237768769 case
237768769 case237768769 case
237768769 case
 
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus  kolesistitis ec kolelitiasisUjian kasus  kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasis
 

More from homeworkping4

242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-studyhomeworkping4
 
242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guilhomeworkping4
 
242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-caseshomeworkping4
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtivahomeworkping4
 
241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-studyhomeworkping4
 
241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocdhomeworkping4
 
241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statconhomeworkping4
 
241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergencyhomeworkping4
 
241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-reporthomeworkping4
 
241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases241767629 ethics-cases
241767629 ethics-caseshomeworkping4
 
241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-caseshomeworkping4
 
241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-finalhomeworkping4
 
241573114 persons-cases
241573114 persons-cases241573114 persons-cases
241573114 persons-caseshomeworkping4
 
241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-studyhomeworkping4
 
241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-caseshomeworkping4
 
241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2homeworkping4
 
241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesishomeworkping4
 
241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digestshomeworkping4
 

More from homeworkping4 (20)

242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study
 
242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil
 
242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
 
241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study
 
241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd
 
241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon
 
241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency
 
241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report
 
241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases
 
241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases
 
241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final
 
241585426 cases-vii
241585426 cases-vii241585426 cases-vii
241585426 cases-vii
 
241573114 persons-cases
241573114 persons-cases241573114 persons-cases
241573114 persons-cases
 
241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study
 
241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases
 
241356684 citibank
241356684 citibank241356684 citibank
241356684 citibank
 
241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2
 
241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis
 
241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests
 

Recently uploaded

Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxboynugraha727
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 

Recently uploaded (20)

Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 

154028779 case-labioskhisis

  • 1. Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites Laporan Kasus Labioschicis Unilateral Complete Sinistra
  • 2. OLEH : Chairul Anhar H1A 004 010 PEMBIMBING : Dr. Arif Zuhan Sp.B DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI LAB/SMF BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB 2011 2
  • 3. HALAMAN PENGESAHAN Judul Referat : Labioschicis Unilateral Complete Sinistra Nama Mahasiswa : Chairul Anhar NIM : H1A 004 010 Fakultas : Kedokteran Laporan kasus ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Madya pada Bagian/SMF Bedah Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat/ Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Mataram, 15 Januari 2011 Dosen Pembimbing dr. Arif Zuhan, Sp.B 3
  • 4. KASUS I. Identitas Pasien Nama : An. A.A Umur : 8 bulan Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Kecamatan Seteluk-Kabupaten Sumbawa Barat Masuk Rumah Sakit : 29 Desember 2010 Tanggal pemeriksaan : 03 Januari 2011 II. Anamnesis (Allow anamnesis) • Keluhan utama : Bibir sumbing sejak lahir • Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dikeluhkan bibir sumbing pada bagian kiri sejak lahir. Dua bulan yang lalu (SMRS) pasien dilahirkan dari seorang Ibu yang berumur 28 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa kelainan pada bibir pasien tidak mengganggu asupan ASI yang diberikan, makan dan minum lancar. Keluhan demam (-), batuk (-), sesak napas (-), susah makan (+). BAB (+), konsistensi kenyal, warna kekuningan, darah(-), 3-4 kali per hari. BAK (+), konsistensi cair, berwarna putih kekuningan, 5-6 kali per hari • Riwayat ANC: o Ibu pasien mengaku pasien adalah anak ketiga dan sebelumnya tidak pernah keguguran . 4
  • 5. o Selama masa kehamilan ibu pasien mengaku riwayat konsumsi minuman beralkohol (-), merokok (-), narkotika (-), konsumsi obat dalam jangka waktu lama (-), jamu-jamuan (-), rontgen (-). o Riwayat menderita penyakit sistemik yang berat selama masa kehamilan (-), kencing manis (-), tekanan darah tinggi (-), riwayat penyakit kelamin (-), riwayat pemakaian KB hormonal (-). o Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien rutin di puskesmas. Selama kontrol kehamilannya ibu pasien mengaku tidak pernah ditemukan adanya kelainan (kelainan letak janin (-), gemeli (-), perdarahan pervaginam (-), hiperemesis gravidarum (-), anemia dalam kehamilan (-), panggul sempit (-)) dan biasa mendapatkan vitamin (vitamin penambah darah) dari puskesmas. Namun ibu pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi vitamin-vitamin tersebut dengan alasan tidak berani minum obat. Kebiasaan ini tetap dilakukan ibu pasien sampai pasien lahir. o Pola makan ibu pasien selama kehahilan: makan 3-4x/hari, 1x makan habis 1 piring nasi beserta lauk pauk dan sayuran. Ibu pasien juga mengkonsumsi buah- buahan. • Riwayat persalinan: Ibu pasien mengatakan bahwa proses persalinan dibantu bidan di RSUD Sumbawa Besar. Pasien lahir per vaginam dengan dirangsang dengan obat (induksi oxytosin). Pasien lahir dengan berat 3 kilo gram, cukup bulan dengan kelainan bawaan bibir sumbing(+), kelainan lain (-). • Riwayat tumbuh kembang: Tengkurap umur 6 bulan, pasien belum bisa mengucapkan kata  Riwayat Penyakit Dahulu : Asma (-), penyakit kuning (-) 5
  • 6.  Riwayat Penyakit Keluarga : Orang tua pasien mengaku tidak ada anggota keluarga baik dari keturunan ibu ataupun ayah pasien yang pernah menderita bibir sumbing.  Riwayat Alergi : Pasien disangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan tertentu.  Riwayat sosial: Ibu pasien berumur 28 tahun dan ayah pasien berumur 27 tahun. Pekerjan kedua orang tua pasien adalah petani dengan penghasilan yang tak tentu. • Riwayat Pengobatan: Pada saat pasien dilahirkan orang tua pasien dianjurkan oleh dokter untuk mengoperasi bibir sumbing pasien setelah pasien berumur lebih dari 3 bulan. Namun, karena masalah biaya orangtua pasien baru bisa melaksanakannya sekarang. Pertama kali pasien diperiksakan ke PKM Seteluk-KSB pada tanggal 15 november 2010 dan langsung dirujuk ke RSUP NTB. Setelah selesai pengurusan JAMKESDA pasien dibawa orangtuanya dating ke mataram dan memeriksakan pasien di poliklinik bedah pertama pada tanggal 22 November 2010. Kemudian dokter poliklinik bedah menganjurkan bahwa pasien harus di operasi. Pasien baru biasa masuk bangsal seruni tanggal 29 Desember 2010. III. Pemeriksaan Fisik a. Status present : Keadaan umum : Baik Kesadaran : CM 6
  • 7. Tanda vital : - Nadi : 132 x/menit - Pernafasan : 28 x/menit - Suhu axilla : 37,6 °C - Berat badan(BB) : 7 kg - Tinggi badan(TB): 63 cm - Z Score BB/TB: 0.73 SD - Status gizi Normal (rentang normal >-2 SD sampai +2 SD) b. Pemeriksaan fisik umum : 1. Kepala – Leher - Kepala : Normochepali, deformitas (-) - Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterus -/-, pupil isokor diameter 2 mm/2mm, refleks pupil (+/+) - THT : - Telinga: bentuk telinga kanan/kiri normal, infeksi telinga -/- - Hidung: deviasi (+) sedikit kearah kanan, deformitas os nasal (-), sadle nose (-). - Mulut: labium superior sinistra tampak celah sepanjang 2 cm kearah nares nasi sinistra, celah palatum durum (-) - Leher : massa (-), tidak terdapat pembesaran KGB 2. Thoraks – Kardiovaskuler - Inspeksi : tampak pergerakan dinding thoraks simetris, retraksi (-), iktus kordis tidak tampak. - Palpasi : Teraba pergerakan dinding thorak simetris, 7
  • 8. - Perkusi : Paru : sonor pada daerah dinding thorak sinistra dan dekstra Jantung : pekak dengan batas kanan atas ICS II parasternalis dekstra, batas kiri atas pada ICS II parasternalis sinistra, batas kiri bawah pada ICS V midclavicular line. - Auskultasi : Jantung : suara jantung S1 S2 reguler tunggal, murmur -/-, gallop -/-. Paru : Suara napas terdengar vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. 3. Abdomen - Inspeksi : kulit tampak normal, dinding abdomen tidak tampak distensi, tidak terdapat jaringan sikatrik, tidak tampak massa. - Auskultasi : terdengar bising usus pada semua lapang abdomen jumlah normal, - Perkusi : timpani pada semua lapang abdomen - Palpasi : dinding perut supel, nyeri tekan (-) pada seluruh area abdomen, 4. Urogenital Suprapubis : massa (-), nyeri tekan (-) Genitalia : kedua testis (+), kelainan bawaan (-) 5. Anal – perianal Anus (+) 6. Ekstrimitas atas – Axilla - Inspeksi : Edema -/-, deformitas -/- - Palpasi : nyeri tekan (-) motorik dan sensibilitas baik Pembesaran KGB -/- 8
  • 9. 7. Ekstrimitas bawah - Inspeksi : Edema -/-, deformitas -/- - Palpasi : nyeri tekan (-) motorik baik 9
  • 10. Status lokalis : 10 Celah di labium labium superior sinistra ± 2 cm Deviasi sedikit kearah dextra Celah palatum durum (-)
  • 11. IV. Resume a. Anamnesis Laki-laki, 8 bulan, dikeluhkan bibir sumbing pada bagian kiri sejak lahir. Ibu yang berumur 27 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa kelainan pada bibir pasien tidak mengganggu asupan ASI yang diberikan. Makan minum lancar. Keluhan demam (-), batuk (-) sesak napas (-), susah makan (+). BAB (+), konsistensi kenyal, warna kekuningan, darah(-), 3-4 kali per hari. BAK (+), konsistensi cair, berwarna putih kekuningan, 5-6 kali per hari  Riwayat ANC: o Ibu pasien mengaku pasien adalah anak pertamanya dan sebelumnya tidak pernah keguguran . o Selama masa kehamilan ibu pasien mengaku riwayat konsumsi minuman beralkohol (-), merokok (-), narkotika (-), konsumsi obat dalam jangka waktu lama (-), jamu-jamuan (-), rontgen (-). o Riwayat menderita penyakit sistemik yang berat selama masa kehamilan (-), kencing manis (-), tekanan darah tinggi (-), riwayat penyakit kelamin (-), riwayat pemakaian KB hormonal (-). o Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien rutin di puskesmas. Selama kontrol kehamilannya ibu pasien mengaku tidak pernah ditemukan adanya kelainan (kelainan letak janin (-), gemeli (-), perdarahan pervaginam (-), hiperemesis gravidarum (-), anemia dalam kehamilan (-), panggul sempit (-)) dan biasa mendapatkan vitamin (vitamin penambah darah) dari puskesmas. Namun ibu pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi vitamin-vitamin tersebut dengan alasan tidak berani minum obat. Kebiasaan ini tetap dilakukan ibu pasien sampai pasien lahir. o Pola makan ibu pasien selama kehahilan: makan 3-4x/hari, 1x makan habis 1 piring nasi beserta lauk pauk dan sayuran. Ibu pasien juga mengkonsumsi buah- buahan.  Riwayat persalinan: 11
  • 12. Ibu pasien mengatakan bahwa proses persalinan dibantu bidan di RSUD Sumbawa Besar. Pasien lahir per vaginam dengan dirangsang dengan obat (induksi oxytosin). Pasien lahir dengan berat 3 kilo gram, cukup bulan dengan kelainan bawaan bibir sumbing(+), kelainan lain (-).  Riwayat tumbuh kembang: Tengkurap umur 6 bulan, pasien belum bisa mengucapkan kata  Riwayat Penyakit Dahulu : Asma (-), penyakit kuning (-)  Riwayat Penyakit Keluarga : Orang tua pasien mengaku tidak ada anggota keluarga baik dari keturunan ibu ataupun ayah pasien yang pernah menderita bibir sumbing.  Riwayat Alergi : Pasien disangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan tertentu.  Riwayat sosial: Ibu pasien berumur 28 tahun dan ayah pasien berumur 27 tahun. Pekerjan kedua orang tua pasien adalah petani dengan penghasilan yang tak tentu. Pemeriksaan fisik Keadaan umum : Baik Kesadaran : CM Tanda vital : - Nadi : 132 x/menit - Pernafasan : 28 x/menit - Suhu axilla : 37,6 °C THT : 12
  • 13. - Telinga: bentuk telinga kanan/kiri normal, infeksi telinga -/- - Hidung: deviasi (+) ke kanan, deformitas os nasal (-), sadle nose (-). - Mulut: labium superior sinistra tampak celah sepanjang 2 cm kearah nares nasi sinistra, celah palatum durum (-), pertumbuhan gigi (-). V. Diagnosis kerja: Labioschisis unilateral complete sinistra VI. Pemeriksaan Penunjang - Pre op o DL,UL,GDS,SC,BT, CT o Rontgen Thorax AP VII. Rencana Terapi - Labioplasty VIII. Prognosis Dubia ad bonam STUDI PUSTAKA Labioschisis atau biasa disebut bibir sumbing adalah cacat bawaan yang menjadi masalah tersendiri di kalangan masyarakat, terutama penduduk dengan status sosial ekonomi yang lemah. Akibatnya operasi dilakukan terlambat dan malah dibiarkan sampai dewasa.1 Fogh Andersen di Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di Amerika Serikat serta Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden 2,1/1000 penduduk di Jepang.2 13
  • 14. Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui. Hidayat dan kawan kawan di propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3 juta penduduk.3 Etiologi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah multifaktor. Selain faktor genetik juga terdapat faktor non genetik atau lingkungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing dan celah langit-langit adalah usia ibu waktu melahirkan, perkawinan antara penderita bibir sumbing, defisiensi Zn waktu hamil dan defisiensi vitamin B6.1 Bayi yang terlahir dengan labioschisis harus ditangani oleh klinisi dari multidisiplin dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan koordinasi efektif dari berbagai aspek multidisiplin tersebut. Selain masalah rekonstruksi bibir yang sumbing, masih ada masalah lain yang perlu dipertimbangkan yaitu masalah pendengaran, bicara, gigi-geligi dan psikososial. Masalah-masalah ini sama pentingnya dengan rekonstruksi anatomis, dan pada akhirnya hasil fungsional yang baik dari rekonstruksi yang dikerjakan juga dipengaruhi oleh masalah-masalah tersebut. Dengan pendekatan multidisipliner, tatalaksana yang komprehensif dapat diberikan, dan sebaiknya kontinyu sejak bayi lahir sampai remaja. Diperlukan tenaga spesialis bidang kesehatan anak, bedah plastik, THT, gigi ortodonti, serta terapis wicara, psikolog, ahli nutrisi dan audiolog.4 Kelainan ini sebaiknya secepat mungkin diperbaiki karena akan mengganggu pada waktu menyususui dan akan mempengaruhi pertumbuhan normal rahang serta perkembangan bicara. Penatalaksanaan labioschisis adalah operasi. Bibir sumbing dapat ditutup pada semua usia, namun waktu yang paling baik adalah bila bayi berumur 10 minggu, berat badan mencapai 10 pon, Hb > 10g%. Dengan demikian umur yang paling baik untuk operasi sekitar 3 bulan.1,5 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bustami dan kawan-kawan diketahui bahwa alasan terbanyak anak penderita labioschisis terlambat (berumur antara 5- 15 tahun) untuk dioperasi adalah keadaan sosial ekonomi yang tidak memadai dan pendidikan orang tua yang masih kurang.1 TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Labioschisis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada bahagian bibir yang berwarna samapai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir 14
  • 15. memanjang dari bibir ke hidung. Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral, dan jika celah terdapat pada kedua sisi disebut labioschisis bilateral.4 Gambar 1. Bayi dengan Labioschisis.7 ETIOLOGI Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti. Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat dari kombinasi faktor genetik dan factor-faktor lingkungan. Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti melaporkan bahwa 40% orang yang mempunyai riwayat keluarga labioschisis akan mengalami labioschisis. Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan labioschisis meningkat bila keturunan garis pertama (ibu, ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat labioschisis. Ibu yang mengkonsumsi alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin (terutama asam folat) selama trimester pertama kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih cenderung melahirkan bayi/ anak dengan labioschisis.6 Menurut Mansjoer dan kawan-kawan, hipotesis yang diajukan antara lain:7 - Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional dalam hal kuantitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas (defisiensi asam folat, vitamin C, dan Zn) - Penggunaan obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal - Infeksi, terutama pada infeksi toxoplasma dan klamidia. - Faktor genetik Kelainan ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (prosesus nasalis dan maksilaris) pecah kembali.7 15
  • 16. KLASIFIKASI Labioschisis diklasifikasikan berdasarkan lengkap/ tidaknya celah yang terbentuk :6,7 - Komplit - Inkomplit Dan berdasarkan lokasi/ jumlah kelainan :6 - Unilateral - Bilateral Gambar 2. Klasifikasi Labioschisis.6 MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis dari kelainan labioschisis antara lain :4,5  Masalah asupan makanan Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis. Adanya labioschisis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga daapt membantu. Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu. 16
  • 17.  Masalah Dental Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk.  Infeksi telinga Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.  Gangguan berbicara Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of speech). Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otototot tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, and ch", and terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu. PENATALAKSANAAN Idealnya, anak denga labioschisis ditatalaksana oleh “team labiopalatoschisis” yang terdiri dari spesialistik bedah, maksilofasial, terapis bicara dan bahasa, dokter gigi, ortodonsi, psikoloog, dan perawat spesialis. Perawatan dan dukungan pada bayi dan keluarganya diberikan sejak bayi tersebut lahir sampai berhenti tumbuh pada usia kira-kira 18 tahun. Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada saat usia anak 3 bulan.6,7 Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu : 1. Tahap sebelum operasi Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar 17
  • 18. sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit yang terbelah. Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba. 2. Tahap sewaktu operasi Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna. Teknik Operasi Terdapat beberapa metode labioplasty diantaranya : teknik Rose-Thompson, teknik flap quadrangularis, teknik flap triangularis, teknik Millard dan takenik modifikasi Mohler. Namun yang paling umum digunakan adalah teknik Millard yang caranya didasari oleh gerakan memutar dan memajukan (rotation and advancement). Teknik operasinya yaitu pertama dari sisi lateral, mukosa dikupas dari otot orbikularis oris. Kemudian otot orbikularis oris bagian merah bibir dipisahkan dari sisanya. Kulit dan subkutis dibebaskan dari otot orbikularis oris secara tajam, sampai kira-kira sulkus nasoabialis. Lepaskan mukosa bibir dari rahang pada lekuk pertemuannya, secukupnya. Kemudian otot dibebaskan dari mukosa hingga terbentuk 3 lapis flap : mukosa, otot dan kulit. Lalu pada sisi medial, mukosa dilepaskan dari otot. Dibuat flap C. Kemudian dibuat insisi 2 mm dari pinggir atap lubang hidung, bebaskan kulit dari mukosa dan tulang rawan alae, menggunakan gunting halus melengkung. Letak tulang rawan alae diperbaiki dengan tarikan 18
  • 19. jahitan yang dipasang ke kulit. Setelah jahitan terpasang, lekuk atap dan lengkung atas atap lubang hidung lebih simetris. Kolumela dengan rangka tulang rawan dan vomer yang miring dari depan ke belakang sulit diperbaiki, sehingga masih miring. Luka di pinggir dalam atap nares dijahit. Kemudian mukosa oral mulai dari kranial, menghubungkan sulkus ginggivo labialis. Jahitan diteruskan ke kaudal sampai ke dekat merah bibir. Setelah itu otot dijahit lapis demi lapis. Jahitan kulit dimulai dari titik yang perlu ditemukan yaitu ujung busur Cupido. Diteruskan ke atas dan ke mukosa bibir. Jaringan kulit atau mukosa yang berlebihan dapat dibuang. Sebaiknya luka operasi ditutup dengan tule yang mengandung bahan pencegah perlenngketan dan kasa lembab selama 1 hari, untuk menyerap rembesan darah/serum yang masih akan keluar. 1 hari sesudahnya baru luka dirawat terbuka dengan pemberian salep antibiotik. Gambar 3. Reparasi labioschisis (labioplasti). (A and B) pemotongan sudut celah pada bibir dan hidung. (C) bagian bawah nostril disatukan dengan sutura. (D) bagian atas bibir disatukan, dan (E) jahitan memanjang sampai kebawah untuk menutup celah secara keseluruhan. Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8–9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi. 3. Tahap setelah operasi. Komplikasi Operasi 19
  • 20. • Wound dehiscence paling sering terjadi akibat ketegangan yang berlebih dari tempat operasi • Wound expansion juga merupakan akibat dari ketegangan yang berlebih. Bila hal ini terjadi, anak dibiarkan berkembang hingga tahap akhir dari rekonstruksi langitan, dimana pada saat tersebut perbaikan jaringan parut dapat dilakukan tanpa membutuhkan anestesi yang terpisah. • Wound infection merupakan komplikasi yang cukup jarang terjadi karena wajah memiliki pasokan darah yang cukup besar. Hal ini dapat terjadi akibat kontaminasi pascaoperasi, trauma yang tak disengaja dari anak yang aktif dimana sensasi pada bibirnya dapat berkurang pascaoperasi, dan inflamasi lokal yang dapat terjadi akibat simpul yang terbenam. • Malposisi Premaksilar seperti kemiringan atau retrusion, yang dapat terjadi setelah operasi. • Whistle deformity merupakan defisiensi vermilion dan mungkin berhubungan dengan retraksi sepanjang garis koreksi bibir. Hal ini dapat dihindari dengan penggunaan total dari segmen lateral otot orbikularis. • Abnormalitas atau asimetri tebal bibir Hal ini dapat dihindari dengan pengukuran intraoperatif yang tepat dari jarak anatomis yang penting lengkung Perawatan Pasca bedah • Pemberian makanan per-oral : Untuk anak-anak yang mengkonsumsi ASI, dapat terus disusui setelah operasi. Bagi anak-anak yang menggunakan botol, disarankan untuk menggunakan ujung kateter yang lunak selama 10 hari, baru dilanjutkan dengan penggunaan ujung dot yang biasa. • Aktivitas : Tidak ada batasan aktivitas tertentu yang perlu dilakukan, namun hendaknya aktivitas perlu diperhatikan untuk meminimalisasi risiko trauma pada luka operasi. • Perawatan bibir : Garis jahitan yang terpapar pada dasar hidung dan bibir dapat dibersihkan dengan kapas yang diberi larutan hidrogen peroksida dan salep antibiotika yang diberikan beberapa kali perhari. Jahitan dapat diangkat pada hari ke 5 -7. Follow – up Setelah operasi labioplasti, pasien harus dievaluasi secara periodik terutama status kebersihan mulut dan gigi, pendengaran dan kemampuan berbicara, dan juga keadaan psikososial. 20
  • 21. Gambar 4. Sebelum dan sesudah tindakan operasi. PROGNOSIS Kelainan labioschisis merupakan kelainan bawaan yang dapat dimodifikasi/ disembuhkan. Kebanyakan anak yang lahir dengan kondisi ini melakukan operasi saat usia masih dini, dan hal ini sangat memperbaiki penampilan wajah secara signifikan. Dengan adanya teknik pembedahan yang makin berkembang, 80% anak dengan labioschisis yang telah ditatalaksana mempunyai perkembangan kemampuan bicara yang baik. Terapi bicara yang berkesinambungan menunjukkan hasil peningkatan yang baik pada masalahmasalah berbicara pada anak labioschisis. 21
  • 22. Lampiran 1 Tabel1: Intervesi pada pasien labiognatopalatoschisis8 Intervensi berdasarkan umur* Umur Intervensi Prenatal • Referred to cleft lip and palate team • Diagnosis dan konseling genetik • Mengatasi masalah psikososial • Memberikan petunjuk pemberian makan • Membuat perencanan pemberian makan lahir-1 bulan • Referred to cleft lip and palate team • Diagnosis dan konseling genetik • Mengatasi masalah psikososial • Menyediakan instruksi pemberian makan dan memeriksa pertumbuhan 1-4 bulan • Periksa pemberian makan dan pertumbuhan • Operasi bibir sumbing (labioplasty) • Pemeriksaan telinga dan pendengaran 5-15 bulan • Periksa pemberian makan dan tumbuh kembang • Pemeriksaan telinga dan pendengaran • Operasi celah palatum (palatoplasty) • Menyediakan instruksi menjangga hygiene mulut 16-24 bulan • Menilai telinga dan pendengaran • Menilai pecakapan dan bahasa • Memeriksa perkembangan 2.5 tahun • Menilai pecakapan dan bahasa, Mengatasi velopharyngoplasty • Pemeriksaan telinga dan pendengaran • Pertimbangkan revisi bibir/hidung sebelum masuk sekolah • Menilai pengembangan dan penyesuaian psikososial 6-11 tahun • Menilai pecakapan dan bahasa, Mengatasi velopharyngoplasty Intervensi orthodontic (pengaturan lengkung gigi) • Cangkok tulang alveolar • Menilai sekolah / penyesuaian psikososial 12.21 tahun • Operasi rahang dan Rhinoplasty kalau diperlukan 22
  • 23. Intervensi berdasarkan umur* Umur Intervensi • Jembatan Ortodonti, implan yang diperlukan • Konseling genetik • Menilai sekolah / penyesuaian psikososial 23
  • 24. DAFTAR PUSTAKA 1. Bustami N, Joni R, Zahari A. Bibir Sumbing di Kabupaten 50 Kota dan Solok, Sumatra Barat. Padang : Ilmu Bedah FK Universitas Andalas/ RSUP Dr M Jamil.1997. 2. Converse JM, hogan VM, McCarthy JG. Cleft Lip And Palate, Introduction. Dalam: Reconstructive Plastic Surgery, ed. 11, vol. 4. Philadelphia: WB Saunders. 3. Hidayat dkk. Defisiensi Seng (Zn) Maternal Dan Tingginya Prevalensi Sumbing Bibir/Langit-Langit Di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (Laporan Pendahuluan). Disitasi dari : http://www.kalbe.co.id /files/cdk/files/18.html. Pada tanggal 7 januari 2011. 4. Webmaster. Bibir sumbing. Disitasi dari : http://www.klikdokter.com/ illness/detail/104.htm. Pada tanggal 7 januari 2011. Perbaharuan terakhir: Januari 2008. 5. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jilid 2. Jakarta : EGC.2005. 6. Webmaster. Cleft Lip and Palate. Disitasi dari : http://www.healthofchild ren.com/C/Cleft-Lip-and-Palate.html?Comments[do]=mod&Comments[id] =4.htm. Pada tanggal : 7 januari 2011. Perbaharuan terakhir : Janurai 2009. 7. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, et al. Sumbing Bibir dan Langitan. Dalam : Kapita Selekta. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius – FK UI. 2005. 8. Seattle Children’s Hospital, Research and Foundation. Cleft Lip and Palate. Disitasi dari http://www.seattlechildrens.org/. pada tanggal 10 Januari 2011. 24