SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Tinitus
BAB I
PENDAHULUAN
Tinitus merupakan keluhan yang cukup banyak dihadapi dalam praktek sehari-hari
baik sebagai dokter umum ataupun dokter THT. Tinitus sendiri bukanlah suatu penyakit, namun
merupakan salah satu gejala dari suatu penyakit. Tinitus dapat memberikan masalah yang serius bagi
penderita karena dapat memberikan pengaruh dalam berkonsentrasi, memberikan perasaan cemas
dan depresi, sehingga mengganggu kualitas hidup penderita Tinitus berasal dari bahasa latin
‘tinnire’ yang berarti dering atau membunyikan. Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan
pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat beruba sinyal
mekanoakustik maupun listrik. Keluhan ini dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis,
atau berbagai macam bunyi lainnya. Tinitus sendiri dapat dirasakan terus-terusan ataupun hilang
timbul.
Sebanyak sepertiga dari populasi seluruh dunia setidaknya pernah mengalami tinnitus sekali
seumur hidup. Prevalensi di dunia diperkirakan sekitar 10,1 % - 14,5% dan sering terjadi pada usia
10 – 70 tahun. Orang yang terpapar dengan suara mesin lebih sering mengalami hal ini
dibandingankan orang lainnya. Tinitus menyerang setidaknya 37 juta orang di Amerika, dan 10 juta
diantaranya sangat parah. Studi epidemiologi mengatakan tinnitus dapat dialami baik perempuan
maupun laki-laki dan pada semua ras.
Tinnitus dapat dibagi atas tinnitus objektif dan tinnitus subjektif.Hampir kasus tinnitus yang
dihadapi merupakan tinnitus subjektif yaitu suara tersebut hanya dapat didengar oleh pasien sendiri.
Kelainan telinga, terutama gangguan pendengaran, merupakan penyebab tinnitus subjektf yang
paling sering. Sedangkan penyebab tinnitus objektif ,suara tersebut dapat didengar juga oleh
pemeriksa, biasanya disebabkan oleh kelainan vaskuler dari atreri carotis atau vena jugularis.
Etiologi dari tinnitus sendiri sangat banyak dan untuk menangani kasus ini butuh dilakukan
intervensi lebih lanjut baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, karena
perlu diketahui penyebab dari tinnitus untuk menatalaksananya. Referat ini berisikan tentang anatomi
dan fisiologi telinga, definisi, patofisiologi, etiologi, anamnesis, pemeriksaan penunjang, diagnosis
kerja, penatalaksanaan, dan pencegahan dari tinnitus.
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 1
Tinitus
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA
A.ANATOMI
Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran tympani.
Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit. Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga (meatus akustikus eksternus)
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga
bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat
= Kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian
dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh
kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah
mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang
berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan
yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap debu dan
mencegah infeksi.
b. Telinga tengah
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 2
Tinitus
Telinga tengah adalah ruangan yang berbentuk kubus. Isinya meliputi gendang telinga, 3
tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes). muara tuba Eustachii juga berada di telinga
tengah. Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran.
Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang stapes
yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea. Telinga tengah dan saluran
pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar,udara pada
telinga tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachius menghubungkan
ruangan telinga tengah ke belakang faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachii dan
telinga tengah tertutup dan terbuka pada saat mengunyah dan menguap.
c.TelingaDalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.Ujung atau puncak koklea
disebut holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap.
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani
sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala
timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli
disebut sebagai membrane vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media
adalah membrane basalis. Pada membran ini terletak organ corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 3
Tinitus
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 4
Tinitus
FISIOLOGIPENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang
mendorong endolimfa,sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basilaris
dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
http://cache-media.britannica.com/eb-media/99/14299-004-D2B5BCF9.gif
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 5
Tinitus
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 6
Tinitus
BAB III
PEMBAHASAAN
A.Definisi
Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya
rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di
dengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis,mengaum, atau
berbagai macam bunyi lainnya. Suara yang didengar dapat bersifat stabil atau berpulsasi. Keluhan
tinitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral. Serangan tinitus dapat bersifat periodik ataupun
menetap. Kita sebut periodik jika serangan yang datang hilang timbul. Episode periodik lebih
berbahaya dan mengganggu dibandingkan dengan yang berifat menetap. Hal ini disebabkan karena
otak tidak terbiasa atau tidak dapat mensupresi bising ini.
B.Epidemiologi
Sebanyak sepertiga dari populasi seluruh dunia setidaknya pernah mengalami tinnitus sekali
seumur hidup. Prevalensi di dunia diperkirakan sekitar 10,1 % - 14,5% dan sering terjadi pada usia
10 – 70 tahun. Orang yang terpapar dengan suara mesin lebih sering mengalami hal ini
dibandingankan orang lainnya.
Kochkin, Tyler, and Born (2011) memperkirakan prevalensi tinnitus di Amerika dengan
menggunakan sampel 46.000 kepala keluarga.Mereka memperkirakan 29,7 juta populasi orang di
Amerika mengalami tinnitus (2008).Meskipun tinnitus umumnya dikaitkan dengan kehilangan
pendengaran,tetapi 44 persen responden (12,95 juta ) dilaporkan tidak mengalami kehilangan
pendengaran.Rata-rata orang yang mengalami tinnitus pada umur 65 sampai 84 tahun.Kebanyakan
40 persen responden mengalami tinnitus selama 80 persen dalam seharinya.
Pada grafik 1 dan tabel 1 menunjukan prevalensi tinitus pada pria dan wanita meningkat
dengan bertambahnya umur dan pada umur tertentu mengalami penurunan .Prevalensi tinitus pada
pria lebih tinggi daripada prevalensi tinitus pada wanita. Prevalensi tinitus meningkat antara umur 50
sampai 75 dan mengalami penurunan pada umur 80 tahun .Hal ini disebabkan karena pada orang
yang berumur kurang dari 80 tahun tinitus sering disertai dengan penyakit kardiovaskuler sehingga
pada umur 80 tahun prevalensinya mengalami penurunan yang disebabkan oleh kematian akibat
penyakit kardiovaskuler.
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 7
Tinitus
Gambar 1.
Prevalensi umur dan sex tinitus pada tahun 1994–1995 US National Health Interview Survey Disability
Supplement. Studi ini diikuti oleh 99,435 responden.
Tabel 1 . prevalensi tinitus berdasarkan umur dan jenis kelamin (%) pada populasi standar
Australia ,menggunakan sensus data Australia tahun 1996
.
Umur Wanita Pria Responden
< 60 23.6 32.3 28.0
60–69 30.5 35.1 32.7
70–79 28.7 32.7 30.5
80+ 27.7 21.5 25.4
C.Klasifikasi tinnitus
Tinnitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada telinga luar, tengah,telinga
dalam ataupun dari luar telinga.
Berdasarkan letak dari sumber masalah, tinnitus dapat dibagi menjadi tinnitus otik dan tinitus
somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga atau saraf auditoris, kita sebut tinitus otik, sedangkan kita
sebut tinitus somatik jika kelainan terjadi di luar telinga dan saraf tetapi masih di dalam area kepala
atau leher.
Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus objektif dan tinitus
subjektif.
a. Tinitus Objektif
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 8
Tinitus
Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dengan
auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat vibratorik, berasal dari transmisivibrasi
sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga. Umumnya tinitus objektif disebabkan karena
kelainan vaskular, sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini
dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma.
Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit sendi
temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal.
Tuba Eustachius paten juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari
nasofaring ke rongga tengah.
b. Tinitus Subjektif
Tinnitus Subjektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh penderita
saja.Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh
prosesiritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai
pusat pendengaran.Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa
pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara
pada orang yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.
Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa, tinitus dapat dibagi
menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil.
a. Tinitus Pulsatil
Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut
jantung.Tinitus pulsatil jarang ditemukan dalam praktek sehari-hari. Tinitus pulsatil
dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular ataupun di luar vaskular. Kelaianan
vaskular digambarkan dengan sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut
nadi atau denyut jantung. Sedangkan tinitus nonvaskular digambarkan sebagai bising
klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam telinga. Pada kedua tipe tinitus ini
dapat kita ketahui dengan mendengarkannya menggunakan stetoskop.
b. Tinitus Nonpulsatil
Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang dapat didengar
oleh pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering, berdenging, berdengung,
berdesis, suara jangkrik, dan terkadang pasien mendengarkan bising bergemuruh di
dalam telinganya. Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan
biasanya paling menganggu di malam hari sewaktu pasien tidur, selama siang hari
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 9
Tinitus
efek penutup kebisingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan
pasien tidak menyadari suara tersebut.
D.Etiologi
Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari telinga dalam. Terutama
kerusakan dari koklea. Secara garis besar, penyebab tinitus dapat berupa kelainan yang bersifat
somatik, kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinitus karena obat-obatan, dan tinitus
yang disebabkan oleh hal lainnya.
1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang
a. Trauma kepala dan Leher
Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan mengalami
tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher adalah tinitus somatik
yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa Fraktur tengkorak,Whisplash
injury
b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ).
Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika berasal dari
artritis sendi temporomandibular. Biasanya orang dengan artritis TMJ akan
mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien artritis TMJ mengakui bunyi
yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak diketahui secara pasti hubungan antara
artritis TMJ dengan terjadinya tinitus.
2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis
Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang menghubungkan
antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat pendengaran. Terdapat beberapa
kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan dari n. Vestibulokoklearis, diantaranya
infeksi virus pada n.VIII, tumor yang mengenai n.VIII, dan Microvascular
compression syndrome (MCV). MCV dikenal juga dengan vestibular paroxysmal.
MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi dari pembuluh darah.
Tapi hal ini sangat jarang terjadi.
3. Tinitus karena kelainan vaskular
Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar bunyi
yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung.
Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan tinitus diantaranya:
a. Atherosklerosis.
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 10
Tinitus
Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit
lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah kehilangan sebagian
elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan kadang-
kadang mengalami turbulensi sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi
iramanya.
b. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada pembuluh
darah koklea terminal.
c. Malformasi kapiler
Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri dan
vena dapat menimbulkan tinitus.
d. Tumor pembuluh darah
Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat
menyebabkan tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare
dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa adanya
gangguan pendengaran. Ini merupakan gejala yang penting pada tumor glomus
jugulare.
4. Tinitus karena kelainan metabolik
Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan hipertiroid dan
anemia ( keadaan dimana viskositas darah sangat rendah) dapat meningkatkan aliran
darah danterjadi turbulensi. Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi irama,
atau yang kita kenal dengan tinitus pulsatil. Kelainan metabolik lainnya yang bisa
menyebabkan tinitus adalah defisiensi vitaminB12, begitu juga dengan kehamilan dan
keadaan hiperlipidemia.
5. Tinitus akibat kelainan neurologis
Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis .Multiple sclerosis
adalah proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang mempengaruhi system saraf
pusat.Multiple sclerosis dapat menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya
kelemahan otot, indra penglihatan yang terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan
koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif, gangguan keseimbangan dan nyeri,
dan pada telinga akan timbul gejala tinitus.
6. Tinitus akibat kelainan psikogenik
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 11
Tinitus
Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang bersifat
sementara.Tinitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas
dan stress adalah keadaan psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk muncul.
7. Tinitus akibat obat-obatan
Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-obatan yang
bersifat ototoksik. Diantaranya :
• Aspirin dan nonsteroidal anti-inflammatory drugs, seperti ibuprofen
(Motrin) dan naproxen (Aleve, Naprosyn)
• Antibiotik, seperti ciprofloxacin (Cipro), doxycycline (Vibramycin,
others), gentamicin (Garamycin), erythromycin (Ery-Tab, others),
tetracycline (Sumycin), tobramycin (Nebcin), dan vancomycin
(Vancocin)
• Obat antimalarial seperti chloroquine dan quinine
• Benzodiazepin seperti alprazolam (Niravam, Xanax), diazepam
(Valium), lorazepam (Ativan), dan clonazepam (Klonopin)
• Anticonvulsant, seperti carbamazepine (Tegretol, others) and valproic
acid (Depakote, others)
• Obat kanker seperti , cisplatin (Platinol) dan vincristine (Oncovin,
Vincasar)
• Loop diuretik, yang diberikan intravena , seperti bumetanide (Bumex),
furosemide (Lasix), dan torsemide (Demadex)
• Antidepresan tricyclic seperti amitriptyline (Elavil, others),
clomipramine (Anafranil), dan imipramine (Tofranil)
8. Tinitus akibat gangguan mekanik
Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif, misalnya pada tuba
eustachius yang terbuka sehingga ketika kita bernafas akan menggerakkan membran
timpani dan menjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus
stapedius serta otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus.
9. Tinitus akibat gangguan konduksi
Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan oedem), serumen
impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan tinitus.
Biasanya suara tinitusnya bersifat suara dengan nada rendah.
10. Tinitus akibat sebab lainnya
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 12
Tinitus
a. Tuli akibat bising
Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Umumnya terjadi
pada kedua telinga.Terutama bila intensitas bising melebihi 85db, dapat
mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran korti di telinga dalam. Yang
sering mengalami kerusakan adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi
3000Hz sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti untuk reseptor
bunyi yang berfrekuensi 4000Hz.
b. Presbikusis
Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris kanan
dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau lebih. Umumnya
merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga berhubungan dengan faktor-faktor
herediter, pola makanan,metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau
bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan kumulatif.
Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada laki-laki dibanding
perempuan.
c. Sindrom Meniere
Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli sensorineural. Etiologi
dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops endolimf, yaitu penambahan volume
endolimfa , karena gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada
membran labirin. Penderita biasanya mengeluh tentang telinga yang terasa penuh atau
gangguan pendengaran, suara mengaum dan kepala pusing yang bisa berlangsung
selama berjam-jam.
E. Faktor risiko
Dibawah ini adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko tinitus :
• Terpapar suara yang keras.
Paparan yang lama dari suara yang keras dapat merusak sensoris sel rambut pada
telinga yang mentransmisikan suara ke otak anda.Orang-orang yang bekerja
konstruksi,musisi dan tentara mempunyai risiko terkena
• Umur .
Dengan bertambahnya umur,fungsi serat saraf pada telinga menurun .Hal ini ,
dapat menyebabkan masalah pendengaran yang dihubungkan dengan tinitus.
• Jenis kelamin.Laki-laki lebih banyak terkena tinitus
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 13
Tinitus
• Merokok.Merokok mempunyai risiko yang tinggi untuk berkembang menjadi tinnitus
• Penyakit kardiovaskular.Konsisi ini memberikan efek pada aliran darah anda.Tekanan
darah tinggi atau penyempitan arteri (atherosclerosis),dapat meningkatkan risiko
tinitus.
• Trauma kepala
• Meniere disease
• Trauma nervus auditorius
• Vestibular schwannoma
• Obat-obatan
F. Patofisiologi tinitus
Gelombang suara yang dari liang telinga diteruskan ke telinga tengah dan telinga dalam.sel
rambut yang merupakan bagian dari koklea akan membantu mentransformasikan gelombang suara
berupa signal listrik ke korteks auditori melalui nerveus auditorius.Tetapi apabila sel rambut rusak
akibat suara keras ,obat ototoksik maka sirkuit dari otak tidak menerima signal yang diharapkan
sehingga menstimulasi aktivitas normal dari neuron yang menghasilkan ilusi dari suara atau tinnitus.
http://www.health.harvard.edu/newsletters/Harvard_Womens_Health_Watch/2011/September/tinnitus-ringing-in-the-ears-and-what-
to-do-about-it
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 14
Tinitus
Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang menimbulkan perasaan adanya
bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan
berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri. Impuls abnormal itu dapat
ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus
dengan nada rendah seperti bergemuruh atau nadatinggi seperti berdenging. Tinitus dapat terus
menerus atau hilang timbul. Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga
terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya
berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut
(tinitus pulsatil).Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada
sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis dan lain-
lainnya. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala
dini yang penting pada tumor glomus jugulare. Tinitus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan
vaskuler. Bunyinya seirama dengandenyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis.
Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba eustachius terbuka,
sehingga ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi tinitus. Kejang klonus muskulus
tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif.
Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid body tumor ), maka
suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga. Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina,
streptomisin, dehidro-streptomisin, garamisin,digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinitus nada tinggi,
terus menerus atupun hilang timbul. Pada hipertensi endolimfatik, seperti penyakit meniere dapat
terjadi tinitus pada nada rendah atau tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung.
Gangguan ini disertai dengan vertigo dan tuli sensorineural. Gangguan vaskuler koklea terminal
yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang
menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus dan gangguan tersebut akan
hilang bila keadaannya sudah normal kembali.
G.Gejala
Orang yang menderita tinitus sering mengeluhkan tentang suara dengingan, auman,
dengungan atau bunyi jangkrik yang terdengar oleh satu atau kedua telinga. Juga ada keluhan tinitus
dengan gejala terkait seperti gangguan pendengaran dan kepala pusing.
H.Diagnosis
Untuk mendiagnosis pasien dengan tinitus, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang baik.
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 15
Tinitus
a. Anamnesis
Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan diagnosis tinitus.
Dalam anamnesis banyak sekali hal yang perlu ditanyakan, diantaranya:
• Kualitas dan kuantitas tinnitus
• Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di kedua telinga
• Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu, ataupun
mendesis dan bunyi lainnya
• Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari.
• Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan pendengaran serta
gangguan neurologik lainnya
• Lama serangan tinitus berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu menit dan
setelah itu hilang, maka ini bukan suatu keadaan yang patologik, tetapi jika tinitus
berlangsung selama 5 menit, serangan ini biasa dianggap patologik
• Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan dengan sifat
ototoksik
• Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi
• Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik
• Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga
b. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk tinitus yaitu :
1. Otoskopi
2. Test garputala untuk mengetahui tuli konduktif atau sensorineural
3. Auskultasi regio pre aurikula dan post aurikula,leher
4. Palpasi sendi temporomandibular
5. Observasi palatal untuk myoclonus palatal
6. Funduskopi untuk papilledema of benign intracranial hypertension
7. Timpanometri untuk perforasi membran timpani atau
8. Audiometri nada murni untuk mengetahui hilangnya pendengaran
9. Otoacoustic emissions memberikan informasi mengenai fungsi koklear dan eferen
10. BERA (Auditory brainstem evoked responses) untuk mengetahui patologi retrokoklea
pada orang dengan tinnitus asimetris
11. Pemeriksaan darah yaitu darah rutin,gula darah,urea dan elektrolit,fungsi tiroid dan
lemak.
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 16
Tinitus
12. MRI pada vestibular schwannomas dengan tinnitus asimetris dan pendengaran normal
Alur diagnosis dan pemeriksaan tinitus , yaitu :
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 17
PANDUAN PENATALAKSAAN TINITUS
ANAMNESIS
• Keluhan tinitus berdiri sendiri /berupa
serangan bersama keluhan lain :
 Dizziness,vertigo
 Penurunan pendengaran
 Telinga terasa penuh / tertutup
1.PEMERIKSAAN FISIK
 THT rutin
 Tensi
 Artikulasio temporomandibular
CARI KARAKTERISTIK TINITUS
• Uni/bilateral
• Onset : lama keluhan
• Faktor pencetus ?
• Ada hubungan dengan perubahan posisi
tubuh ?
CARI FAKTOR ETIOLOGIK :
• Otologik/infeksi
• Metabolik : lipid ,gula darah
• Hematologik
• Gangguan fungsi tiroid
• Neurologik
• Obat ototoksik
• Tumor
2.PEMERIKSAAN NEUROTOLOGIK
• Audiometri nada murni
• Timpanometri
• Reflek akustik
• Tes fungsi Tuba
• Bera
• Tes vestibular
Pemeriksaan khusus tinitus
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH
• Hb
• Lipid darah
• Gula darah
• Kekentalan darah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• CT scan
• MRI
• MRA
Terapi
• Kausatif : medikamentosa, Operatif
• Farmakoterapi tinitus
• Tergantung efek masing –masing
individu
 Tinitus counselling
DIAGNOSIS TINITUS
Jenis & kausa
Tinitus
I.Penatalaksanaan
Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan
fenomena psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab tinitus agar
dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Misalnya serumen impaksi cukup hanya dengan ekstraksi
serumen. Tetapi masalah yang sering di hadapi pemeriksa adalah penyebab tinitus yang terkadang
sukar diketahui. Ada banyak pengobatan tinitus objektif tetapi tidak ada pengobatan yang efektif
untuk tinitus subjektif.
A. Auditory Habituation atau Tinnitus Retraining Therapy
Tinnitus Retraining Therapy ( TRT ) . Teknik ini didasarkan pada asumsi bahwa tinnitus
adalah hasil dari aktivitas neuronal yang abnormal . Tujuannya adalah untuk membiasakan sistem
pendengaran terhadap sinyal tinnitus , membuat mereka menjadi kurang mengganggu . Komponen
utama dari TRT adalah konseling individual ( untuk menjelaskan sistem pendengaran , bagaimana
mekanisme tinitus , dan bagaimana TRT dapat membantu ) dan terapi suara . Sebuah perangkat
dimasukkan ke dalam telinga untuk menghasilkan tingkat kebisingan yang rendah dan suara
lingkungan yang sesuai dengan pitch, volume, dan kualitas tinnitus pasien . Tergantung pada
beratnya gejala , pengobatan dapat berlangsung satu sampai dua tahun. Dalam review Cochrane dari
satu uji coba secara acak yang mengikuti protokol Jastreboff dan memenuhi standar organisasi , TRT
jauh lebih efektif dalam mengurangi keparahan tinnitus dan cacat daripada teknik yang disebut
masking .
B. Terapi Suara
Tinnitus paling mencolok pada lingkungan yang tenang . Oleh karena itu , tujuan dari terapi
suara adalah untuk mengisi keheningan dengan netral , suara yang berulang-ulang untuk
mengalihkan perhatian Anda dari suara tinnitus .
Terapi suara yang digunakan seperti air terjun, aliran, hujan, atau angin digunakan untuk
mengurangi intensitas tinitus.
C. Cognitive-Behavioral Therapy
CBT menggunakan teknik seperti restrukturisasi dan relaksasi kognitif untuk mengubah cara
berpikir dan menanggapi tinnitus. Terapi umumnya jangka pendek misalnya selama dua sampai
enam bulan. A 2010 Ulasan dari enam studi oleh Cochrane Collaboration (sebuah kelompok otoritas
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 18
Tinitus
kesehatan internasional yang mengevaluasi percobaan acak) menemukan bahwa setelah CBT
kualitas hidup pasien meningkat.
D. Biofeedback dan manajemen stres .
Biofeedback dan manajemen stres . Tinnitus adalah stres , dan stres dapat memperburuk
tinnitus . Biofeedback merupakan teknik relaksasi yang membantu mengendalikan stres
dengan mengubah respons tubuh . Elektroda melekat pada kulit memberi informasi tentang
proses fisiologis seperti denyut nadi , suhu kulit , dan ketegangan otot ke dalam komputer ,
yang menampilkan output pada monitor . Pasien belajar bagaimana proses ini terjadi dan
mengurangi respon stres tubuh dengan mengubah pikiran dan perasaan mereka . Teknik
pengurangan stres yang berdasarkan kesadaran juga dapat membantu .
E. Koklea implan / Stimulasi Listrik
Sebuah implan koklea memiliki dua komponen:
1) elektroda array yang berulir ke dalam koklea
2) penerima yang ditanamkan tepat di bawah kulit belakang telinga.
Elektroda Array mengirimkan sinyal suara listrik dari telinga ke otak. Karena implantasi
elektroda menghancurkan sel-sel rambut yang sehat apapun yang tersisa di dalam rumah
siput, implan ini digunakan untuk pasien tuli atau tuli jarak dekat saja. Dalam satu studi,
setengah dari mereka yang memiliki tinitus sebelum implan koklea , mengalami perbaikan
setelah implan koklea mereka.
F. Masking
Masking menggunakan perangkat elektronik eksternal untuk menghasilkan suara yang dapat
menutupi tinnitus kadang-kadang bisa sangat efektif dalam membantu tinnitus. Kadang-kadang
tinnitus dapat dihambat untuk jangka pendek dan kadang-kadang lama. Ada berbagai jenis masker:
- Tinnitus masker adalah perangkat elektronik seperti alat bantu dengar
- Instrumen Tinnitus adalah gabungan alat bantu dengar dan masker untuk orang-orang yang
memiliki gangguan pendengaran dan tinnitus.
G.Terapi TMJ
Tinnitus dapat terjadi karena disfungsi sendi rahang ( temporomandibular sendi , atau TMJ ) .
Pengobatan atau penataan gigi kembali dapat membantu meringankan rasa sakit dan tinnitus terkait
TMJ.
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 19
Tinitus
H.Transcranial Magnetic Stimulation
Transcranial Magnetic Stimulation ( TMS ) dan Stimulasi Transcranial berulang ( rTMS ) adalah
teknik yang menggunakan medan magnet berdenyut untuk mempengaruhi aktivitas listrik di otak .
I.Terapi oksigen hyperbarik
Terapi oksigen hyperbarik dengan menempatkan pasien di ruang bertekanan oksigen
murni.Tujuannya adalah untuk meningkatkan aliran oksigen ke telinga dan otak.Hal ini dapat
membantu seseorang dengan tinnitus
J. Terapi tinnitus dari Neuromonics
Terapi Tinitus Neuromonics telah dikembangkan dan diperbaiki lebih dari 10 tahun dengan
berbagai riset dan uji klinis. Kesuksesannya telah dibuktikan dengan percobaan klinis yang
menyertakan ratusan orang yang mengalami tinnitus dan menurunnya toleransi terhadap bunyi.
Tahapan-tahapan pemeriksaan
Karena tinitus berbeda dari satu orang ke orang lainnya dan bahkan dari satu telinga ke
telinga lainnya, maka terapi yang diperlukan disesuaikan bagi masing-masing individu. Terapi
membutuhkan rata-rata 6 bulan dan terdiri dari 5 tahap:
Tahap 1: Asesmen kondisi masing-masing yang komprehensif
Sebelum memulai terapi, salah satu dari audiologist kami akan melakukan serangkaian evaluasi
tinitus maupun pendengaran yang akan menentukan gambaran kondisi audiologi anda. Berdasarkan
evaluasi ini, akan didiskusikan pilihan terapi apa yang paling sesuai dan akan direkomendasikan
apakah terapi tinnitus Neuromonics dapat menolong anda.
Tahap 2: Processor Konfiguration
Pada saat gambaran kondisi audiologi anda telah diketahui, Processor Neuromonics akan disesuaikan
dengan kebutuhan individu. Processor adalah suatu alat medis yang kecil, seukuran dan seringan
telepon genggam, yang dilengkapi dengan earphone yang sangat akurat. Mengirimkan sinyal akustik
(yang disatukan dengan musik) pada level mendengar yang nyaman. Suara ini menstimulasi jarak
pendengaran yang luas di jalur pendengaran, seperti pada sistem emosi (limbic) dan sistem saraf
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 20
Tinitus
otonomi di otak yang akan berubah, sehingga mengurangi gangguan tinnitus dengan latihan melalui
terapi tersebut.
Tahap 3: Pre-Conditioning Stage
Tujuan utama dari tahap Pre-Conditioning ini adalah mengurangi keluhan tinnitus pada saat terapi.
Ini terjadi ketika Processor mengirimkan sinyal akustik dan berinteraksi level tinggi dengan persepsi
tinnitus. Pada tahap ini anda harus mendengarkan terapi (melalui earphones) paling tidak 2 jam
setiap harinya bahkan beberapa memilih untuk mendengarkannya lebih lama. Terapi ini dapat
digunakan pada waktu yang berbeda setiap harinya, anda juga mulai terbiasa untuk mengontrol
tinnitus anda, daripada tinnitus yang mengontrol anda. Dukungan dan pengetahuan akan diberikan
oleh Ahli Neuromonics kepada anda . Tahap ini biasanya sekitar 2 bulan.
Tahap 4 : Tahap terapi aktif
Tidak seperti pada tahap Pre-Conditioning yang mengurangi keluhan tinnitus pada saat
menggunakan Processor, tujuan dari Tahap Terapi Aktif ini mulai menghilangkan tinnitus anda
diluar saat terapi. Sinyal Akustik yang digunakan pada tahap ini berbeda dengan tahap sebelumnya.
Tujuan sinyal akustik baru adalah mengirimkan gangguan atau interaksi level rendah dengan
persepsi tinnitus. Sehingga dapat mengurangi sensitifitas yang ada, terbukti efisien dan efektif untuk
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 21
Tinitus
mengurangi gangguan dan berpengaruh terhadap kualitas hidup. Seperti pada terapi sebelumnya,
terapi ini juga digunakan minimal 2 jam sehari, bagaimanapun pada tahap ini kemajuan, kesadaran
dan gangguan biasanya berkurang, demikian juga dosis terapi. Pada tahap ini terapi yang diperlukan
sekitar 4 bulan.
.
Tahap 5: Tahap Maintenance
Setelah sukses dengan program terapi yang berjalan dalam 6 bulan, program pemeliharaan harus
dilaksanakan untuk masing-masing individu untuk mengatur dan mengontrol tinnitus sendiri dengan
dukungan tenaga ahli. Banyak pemakai yang merasa mereka tidak perlu menggunakan Processor
lagi, Jika mereka meneruskan untuk mendengar, biasanya hanya sesekali dan waktu lebih sedikit
setiap harinya hanya untuk menjaga manfaat yang sudah diterima
K. Terapi medikamentosa
Terapi medikamentosa,yaitu anestesi lokal (lidocaine, procaine, tocainide,flecainide), Sedatif
(diazepam, flurazepam, oxazepam,alprazolam),Antidepressants (nortriptyline, trimipramine) ,
Anticonvulsants (carbamazepine, clonazepam, aminooxyacetic acid, lamotrigine,
baclofen),Vasodilator (niacin),Calcium channel blockers (nimodipine, nifedipine)dan lain-lain
(misoprostol, zinc, betahistine, cinnarizine,caroverine, melatonin, furosemide, ginkgo biloba)
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 22
Tinitus
L.Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh akustik neuroma. Pada
keadaan yang berat, dimana tinitus sangat keras terdengar dapat dilakukan cochlear nerve section.
Pencegahan
Berikut ini adalah cara pencegahan dan meminimalkan tinnitus adalah :
• Mengurangi paparan suara keras
• Menurunkan asupan garam
• Monitor tekanan darah
• Olahraga
• Kurangi kopi dan nikotin
• Manajemen stress
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 23
Tinitus
BABIV
KESIMPULAN
Telinga dibagi menjadi tiga bagian, di antaranya telinga luar, tengah dan dalam. Telinga luar
terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Telinga tengah
terdiridari membran timpani, tulang-tulang pendengaran dan muara tuba eustachius.
Telinga dalam terdiri dari koklea dan 3 kanalis semisirkularis. Secara garis besar, fisiologi
pendengaran dimulai dari gelombang bunyi yang ditangkap oleh daun telinga dan
diteruskan ke dalam liang telinga. Gelombang bunyi akan diteruskan ketelinga tengah
dengan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang
dengar, maleus, incus dan stapes.Oleh tulang-tulang pendengaran, getaran diteruskan ke
koklea, sehingga menggetarkan endolimfa, yang nanti akan menyebabkan
terjadinya depolarisasi yang mengubah getaran menjadi energi listrik. Impuls tadi
akan diteruskan kekorteks serebri dan diterjemahkan oleh otak.
Terdapat gangguan dari persepsi suara yang didengar, diantaranya adalah tinitus. Tinitus
adalah persepsi suara yang bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang terdengar begitunyata
dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini t i d a k
b e g i t u m e n j a d i m a s a l a h , n a m u n b i l a t e r j a d i n ya m a k i n s e r i n g d a n b e r a t
m a k a a k a n menganggu juga. Tinitus dapat bersifat otik dan somatik. Otik berarti penyebab
tinitus berasal dari telingadan somatik berarti penyebab tinitus berasal dari luar telinga.
Tinitus juga ada yang bersifat subjektif dan objektif. Subjektif berarti tinitus hanya
dapat didengar oleh pasien dan objektif berarti tinitus dapat didengar juga oleh pemeriksa.
Berdasarkan kualitas suara yang didengar , tinitus ada yang bersifat pulsatil yang
berarti berdenyut dan nonpulsatil yang berarti tidak berdenyut. Hingga sekarang,
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 24
Tinitus
penyebab dari tinitus masih banyak dibicarakan. Tetapi banyak sekali pendapat mengenai
etiologi tinitus diantaranya:
1.Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang, seperti trauma kepala dan
Leher dan artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)
2.Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis
3.Tinitus karena kelainan vaskular, seperti atherosclerosis, hipertensi, malformasi
kapiler dan tumor pembuluh darah
4.Tinitus karena kelainan metabolic
5.Tinitus akibat kelainan neurologis
6.Tinitus akibat kelainan psikogenik
7.Tinitus akibat obat-obatan, seperti obat golongan analgetik, antibiotik,
obat-obatankemoterapi dan duretik
8.Tinitus akibat gangguan mekanik
9.Tinitus akibat gangguan konduksi, seperti saat infeksi telinga
10.Tinitus akibat sebab lainnya seperti tuli akibat bising, presbikusis, dan penyakit meniere.
Dalam mendiagnosis tinitus diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang efektif dan lengkap. Dengan melakukan anamnesis yang efektif,
maka diharapkan dapat mengetahui garis besar etiologi dari tinitus yang dialami
pasien. Karena penatalaksanaan yang baik dari tinitus akan dapat berlangsung jika etiologinya
dapat diketahuidengan baik.
Secara garis besar, penatalaksanaan tinitus terdiri dari:
1. Elektrofisiologik
2. Psikologik
3. Terapi medikamentosa
4. Tindakan bedah
T e r a p i ya n g t a k k a l a h p e n t i n g n ya a d a l a h t e r a p i e d u k a s i . E d u k a s i
ya n g d i b e r i k a n mencakup masalah diet, olah raga, menghindarkan obat-obatan
ototoksik, dan lainnya. Dengan begitu, diharapkan tinitus pada pasien dapat berkurang bahkan
menghilang. Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasarkan pada
model neurofisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan medikamentosa
biladiperlukan. Metode ini disebut dengan
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 25
Tinitus
Tinnitus Retraining Therapy. Tujuan dari terapi ini adalah memicu dan menjaga reaksi
habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang mengganggu.
Penatalaksanaan TRT banyak dipakai dewasa ini. Pasien yang menderita gangguan ini perlu
diberikan penjelasan yang baik, sehingga rasatakut tidak memperberat keluhan tersebut. Obat
penenang atau obat tidur dapat diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya
sangat terganggu oleh tinitus itu. Kepada pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sukar
diobati dan dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar I, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ilmu
Kesehatan TelingaHidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ketujuh. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI. 2008
2. Harlod L.ABC: Ear,Nose,and throat.Edisi 6th.British:Blackwell.2013
3. Bertold L.Textbook of tinnitus.Dallas:Springer.2010
4. Ballenger JJ.Ballenger : Otolaryngology head and neck surgery 17 th. Baltimore.2010
5. Blessen M.Scott Brown : Otorhinolaryngology, Head & Neck Surgery 7 th.London:
Hodder Arnold.2007
6. http://www.health.harvard.edu/newsletters/Harvard_Womens_Health_Watch/2011/Se
ptember/tinnitus-ringing-in-the-ears-and-what-to-do-about-it
7. http://www.ucsfhealth.org/conditions/tinnitus/treatment.html
8. http://www.mayoclinic.com/health/tinnitus/DS00365
9. http://en.wikipedia.org/wiki/Tinnitus
10. http://www.betterhearing.org/tinnitus/BHI_Guide_to_Tinnitus.cfm
11. http://health.ucsd.edu/specialties/Pages/audiology.aspx
12. http://www.canadianaudiology.ca/consumer/tinnitus.html
13. http://www.ata.org/for-patients/treatment
14. http://www.audiology.org/news/Pages/20111229.aspx
Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 26

More Related Content

What's hot

Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAIBuku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAILena Setianingsih
 
151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsy151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsyhomeworkping4
 
Fisiologi batuk
Fisiologi batukFisiologi batuk
Fisiologi batukbaroezd
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilAgus Gunardi
 
Buku dosis obat anak
Buku dosis obat anakBuku dosis obat anak
Buku dosis obat anakdr.Ade Adra
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKSurya Amal
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report MeningitisKharima SD
 
Hipotiroid Kongenital , dr. Spesialis Anak.pptx
Hipotiroid Kongenital , dr. Spesialis Anak.pptxHipotiroid Kongenital , dr. Spesialis Anak.pptx
Hipotiroid Kongenital , dr. Spesialis Anak.pptxMidwifeDeviFadha
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothoraxListiana Dewi
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakSyscha Lumempouw
 
Slide atelektasis paru
Slide atelektasis paruSlide atelektasis paru
Slide atelektasis paruIndah Triayu
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalKharima SD
 

What's hot (20)

Vertigo
VertigoVertigo
Vertigo
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
 
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAIBuku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
 
151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsy151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsy
 
Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 
Fisiologi batuk
Fisiologi batukFisiologi batuk
Fisiologi batuk
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
Buku dosis obat anak
Buku dosis obat anakBuku dosis obat anak
Buku dosis obat anak
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report Meningitis
 
Hipotiroid Kongenital , dr. Spesialis Anak.pptx
Hipotiroid Kongenital , dr. Spesialis Anak.pptxHipotiroid Kongenital , dr. Spesialis Anak.pptx
Hipotiroid Kongenital , dr. Spesialis Anak.pptx
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
 
Slide atelektasis paru
Slide atelektasis paruSlide atelektasis paru
Slide atelektasis paru
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur Ginjal
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
3. laring
3. laring3. laring
3. laring
 
Px neurologi fix
Px neurologi fixPx neurologi fix
Px neurologi fix
 

Similar to Tinitus-Anatomi-Fisiologi

5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorakSofyan Dwi Nugroho
 
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007
Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007WaQhyoe Arryee
 
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)Vella Asbanu
 
Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Thary's Phyup
 
Ringkasan Materi Telinga
Ringkasan Materi TelingaRingkasan Materi Telinga
Ringkasan Materi TelingaIvana Carissa
 
Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)Nathan Wijaya
 
Indera Pendengar/Telinga SMP
Indera Pendengar/Telinga SMPIndera Pendengar/Telinga SMP
Indera Pendengar/Telinga SMPPutri Larasantang
 
Otitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut okOtitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut okpaktotok
 
THT-KL.pptx
THT-KL.pptxTHT-KL.pptx
THT-KL.pptxCandraMY
 
otitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxotitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxZulAme
 

Similar to Tinitus-Anatomi-Fisiologi (20)

5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
 
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007
Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007
 
Anatomi fisiologi telinga
Anatomi fisiologi telingaAnatomi fisiologi telinga
Anatomi fisiologi telinga
 
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
 
Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)
 
Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3
 
Ringkasan Materi Telinga
Ringkasan Materi TelingaRingkasan Materi Telinga
Ringkasan Materi Telinga
 
Indera Pendengaran
Indera PendengaranIndera Pendengaran
Indera Pendengaran
 
Indra Pendengaran
Indra PendengaranIndra Pendengaran
Indra Pendengaran
 
Andini 92
Andini 92Andini 92
Andini 92
 
M1-TOPIK 1 PKUK1104.pptx
M1-TOPIK 1 PKUK1104.pptxM1-TOPIK 1 PKUK1104.pptx
M1-TOPIK 1 PKUK1104.pptx
 
Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)Indera Pendengaran (Telinga)
Indera Pendengaran (Telinga)
 
OMSK
OMSKOMSK
OMSK
 
Indera Pendengar/Telinga SMP
Indera Pendengar/Telinga SMPIndera Pendengar/Telinga SMP
Indera Pendengar/Telinga SMP
 
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
 
Otitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut okOtitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut ok
 
THT-KL.pptx
THT-KL.pptxTHT-KL.pptx
THT-KL.pptx
 
indera pendengaran
indera pendengaranindera pendengaran
indera pendengaran
 
otitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxotitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptx
 
Otalgia kita
Otalgia kitaOtalgia kita
Otalgia kita
 

More from Hendy Masjayanto

Penelitian Efektifitas Penggunaan Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...
Penelitian Efektifitas Penggunaan  Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...Penelitian Efektifitas Penggunaan  Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...
Penelitian Efektifitas Penggunaan Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...Hendy Masjayanto
 
Penelitian hubungan terapi relaksasi napas dengan hipertensi
Penelitian hubungan terapi relaksasi napas dengan hipertensiPenelitian hubungan terapi relaksasi napas dengan hipertensi
Penelitian hubungan terapi relaksasi napas dengan hipertensiHendy Masjayanto
 

More from Hendy Masjayanto (7)

Torch pada kehamilan
Torch pada kehamilanTorch pada kehamilan
Torch pada kehamilan
 
Trauma thorax
Trauma thoraxTrauma thorax
Trauma thorax
 
Tbc pada anak
Tbc pada anak Tbc pada anak
Tbc pada anak
 
Kawasaki
Kawasaki    Kawasaki
Kawasaki
 
Penelitian Efektifitas Penggunaan Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...
Penelitian Efektifitas Penggunaan  Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...Penelitian Efektifitas Penggunaan  Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...
Penelitian Efektifitas Penggunaan Tambahan Kakao Terhadap Rerata Selisih Per...
 
Terapi pada janin
Terapi pada janinTerapi pada janin
Terapi pada janin
 
Penelitian hubungan terapi relaksasi napas dengan hipertensi
Penelitian hubungan terapi relaksasi napas dengan hipertensiPenelitian hubungan terapi relaksasi napas dengan hipertensi
Penelitian hubungan terapi relaksasi napas dengan hipertensi
 

Recently uploaded

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 

Recently uploaded (20)

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 

Tinitus-Anatomi-Fisiologi

  • 1. Tinitus BAB I PENDAHULUAN Tinitus merupakan keluhan yang cukup banyak dihadapi dalam praktek sehari-hari baik sebagai dokter umum ataupun dokter THT. Tinitus sendiri bukanlah suatu penyakit, namun merupakan salah satu gejala dari suatu penyakit. Tinitus dapat memberikan masalah yang serius bagi penderita karena dapat memberikan pengaruh dalam berkonsentrasi, memberikan perasaan cemas dan depresi, sehingga mengganggu kualitas hidup penderita Tinitus berasal dari bahasa latin ‘tinnire’ yang berarti dering atau membunyikan. Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat beruba sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan ini dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Tinitus sendiri dapat dirasakan terus-terusan ataupun hilang timbul. Sebanyak sepertiga dari populasi seluruh dunia setidaknya pernah mengalami tinnitus sekali seumur hidup. Prevalensi di dunia diperkirakan sekitar 10,1 % - 14,5% dan sering terjadi pada usia 10 – 70 tahun. Orang yang terpapar dengan suara mesin lebih sering mengalami hal ini dibandingankan orang lainnya. Tinitus menyerang setidaknya 37 juta orang di Amerika, dan 10 juta diantaranya sangat parah. Studi epidemiologi mengatakan tinnitus dapat dialami baik perempuan maupun laki-laki dan pada semua ras. Tinnitus dapat dibagi atas tinnitus objektif dan tinnitus subjektif.Hampir kasus tinnitus yang dihadapi merupakan tinnitus subjektif yaitu suara tersebut hanya dapat didengar oleh pasien sendiri. Kelainan telinga, terutama gangguan pendengaran, merupakan penyebab tinnitus subjektf yang paling sering. Sedangkan penyebab tinnitus objektif ,suara tersebut dapat didengar juga oleh pemeriksa, biasanya disebabkan oleh kelainan vaskuler dari atreri carotis atau vena jugularis. Etiologi dari tinnitus sendiri sangat banyak dan untuk menangani kasus ini butuh dilakukan intervensi lebih lanjut baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, karena perlu diketahui penyebab dari tinnitus untuk menatalaksananya. Referat ini berisikan tentang anatomi dan fisiologi telinga, definisi, patofisiologi, etiologi, anamnesis, pemeriksaan penunjang, diagnosis kerja, penatalaksanaan, dan pencegahan dari tinnitus. Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 1
  • 2. Tinitus BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA A.ANATOMI Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam a. Telinga luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran tympani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga (meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat = Kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi. b. Telinga tengah Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 2
  • 3. Tinitus Telinga tengah adalah ruangan yang berbentuk kubus. Isinya meliputi gendang telinga, 3 tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes). muara tuba Eustachii juga berada di telinga tengah. Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang stapes yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea. Telinga tengah dan saluran pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar,udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachii dan telinga tengah tertutup dan terbuka pada saat mengunyah dan menguap. c.TelingaDalam Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.Ujung atau puncak koklea disebut holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada membran ini terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti. Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 3
  • 4. Tinitus Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 4
  • 5. Tinitus FISIOLOGIPENDENGARAN Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa,sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis. http://cache-media.britannica.com/eb-media/99/14299-004-D2B5BCF9.gif Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 5
  • 6. Tinitus Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 6
  • 7. Tinitus BAB III PEMBAHASAAN A.Definisi Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di dengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis,mengaum, atau berbagai macam bunyi lainnya. Suara yang didengar dapat bersifat stabil atau berpulsasi. Keluhan tinitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral. Serangan tinitus dapat bersifat periodik ataupun menetap. Kita sebut periodik jika serangan yang datang hilang timbul. Episode periodik lebih berbahaya dan mengganggu dibandingkan dengan yang berifat menetap. Hal ini disebabkan karena otak tidak terbiasa atau tidak dapat mensupresi bising ini. B.Epidemiologi Sebanyak sepertiga dari populasi seluruh dunia setidaknya pernah mengalami tinnitus sekali seumur hidup. Prevalensi di dunia diperkirakan sekitar 10,1 % - 14,5% dan sering terjadi pada usia 10 – 70 tahun. Orang yang terpapar dengan suara mesin lebih sering mengalami hal ini dibandingankan orang lainnya. Kochkin, Tyler, and Born (2011) memperkirakan prevalensi tinnitus di Amerika dengan menggunakan sampel 46.000 kepala keluarga.Mereka memperkirakan 29,7 juta populasi orang di Amerika mengalami tinnitus (2008).Meskipun tinnitus umumnya dikaitkan dengan kehilangan pendengaran,tetapi 44 persen responden (12,95 juta ) dilaporkan tidak mengalami kehilangan pendengaran.Rata-rata orang yang mengalami tinnitus pada umur 65 sampai 84 tahun.Kebanyakan 40 persen responden mengalami tinnitus selama 80 persen dalam seharinya. Pada grafik 1 dan tabel 1 menunjukan prevalensi tinitus pada pria dan wanita meningkat dengan bertambahnya umur dan pada umur tertentu mengalami penurunan .Prevalensi tinitus pada pria lebih tinggi daripada prevalensi tinitus pada wanita. Prevalensi tinitus meningkat antara umur 50 sampai 75 dan mengalami penurunan pada umur 80 tahun .Hal ini disebabkan karena pada orang yang berumur kurang dari 80 tahun tinitus sering disertai dengan penyakit kardiovaskuler sehingga pada umur 80 tahun prevalensinya mengalami penurunan yang disebabkan oleh kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 7
  • 8. Tinitus Gambar 1. Prevalensi umur dan sex tinitus pada tahun 1994–1995 US National Health Interview Survey Disability Supplement. Studi ini diikuti oleh 99,435 responden. Tabel 1 . prevalensi tinitus berdasarkan umur dan jenis kelamin (%) pada populasi standar Australia ,menggunakan sensus data Australia tahun 1996 . Umur Wanita Pria Responden < 60 23.6 32.3 28.0 60–69 30.5 35.1 32.7 70–79 28.7 32.7 30.5 80+ 27.7 21.5 25.4 C.Klasifikasi tinnitus Tinnitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada telinga luar, tengah,telinga dalam ataupun dari luar telinga. Berdasarkan letak dari sumber masalah, tinnitus dapat dibagi menjadi tinnitus otik dan tinitus somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga atau saraf auditoris, kita sebut tinitus otik, sedangkan kita sebut tinitus somatik jika kelainan terjadi di luar telinga dan saraf tetapi masih di dalam area kepala atau leher. Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus objektif dan tinitus subjektif. a. Tinitus Objektif Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 8
  • 9. Tinitus Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat vibratorik, berasal dari transmisivibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga. Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga tengah. b. Tinitus Subjektif Tinnitus Subjektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh penderita saja.Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh prosesiritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat pendengaran.Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi. Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil. a. Tinitus Pulsatil Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut jantung.Tinitus pulsatil jarang ditemukan dalam praktek sehari-hari. Tinitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya kelainan dari vaskular ataupun di luar vaskular. Kelaianan vaskular digambarkan dengan sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut jantung. Sedangkan tinitus nonvaskular digambarkan sebagai bising klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam telinga. Pada kedua tipe tinitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya menggunakan stetoskop. b. Tinitus Nonpulsatil Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang dapat didengar oleh pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering, berdenging, berdengung, berdesis, suara jangkrik, dan terkadang pasien mendengarkan bising bergemuruh di dalam telinganya. Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan biasanya paling menganggu di malam hari sewaktu pasien tidur, selama siang hari Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 9
  • 10. Tinitus efek penutup kebisingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan pasien tidak menyadari suara tersebut. D.Etiologi Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari telinga dalam. Terutama kerusakan dari koklea. Secara garis besar, penyebab tinitus dapat berupa kelainan yang bersifat somatik, kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinitus karena obat-obatan, dan tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya. 1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang a. Trauma kepala dan Leher Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher adalah tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa Fraktur tengkorak,Whisplash injury b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ). Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika berasal dari artritis sendi temporomandibular. Biasanya orang dengan artritis TMJ akan mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien artritis TMJ mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak diketahui secara pasti hubungan antara artritis TMJ dengan terjadinya tinitus. 2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat pendengaran. Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan dari n. Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada n.VIII, tumor yang mengenai n.VIII, dan Microvascular compression syndrome (MCV). MCV dikenal juga dengan vestibular paroxysmal. MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi dari pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi. 3. Tinitus karena kelainan vaskular Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar bunyi yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung. Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan tinitus diantaranya: a. Atherosklerosis. Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 10
  • 11. Tinitus Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah kehilangan sebagian elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan kadang- kadang mengalami turbulensi sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya. b. Hipertensi Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada pembuluh darah koklea terminal. c. Malformasi kapiler Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri dan vena dapat menimbulkan tinitus. d. Tumor pembuluh darah Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat menyebabkan tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan gejala yang penting pada tumor glomus jugulare. 4. Tinitus karena kelainan metabolik Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan hipertiroid dan anemia ( keadaan dimana viskositas darah sangat rendah) dapat meningkatkan aliran darah danterjadi turbulensi. Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi irama, atau yang kita kenal dengan tinitus pulsatil. Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah defisiensi vitaminB12, begitu juga dengan kehamilan dan keadaan hiperlipidemia. 5. Tinitus akibat kelainan neurologis Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis .Multiple sclerosis adalah proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang mempengaruhi system saraf pusat.Multiple sclerosis dapat menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya kelemahan otot, indra penglihatan yang terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif, gangguan keseimbangan dan nyeri, dan pada telinga akan timbul gejala tinitus. 6. Tinitus akibat kelainan psikogenik Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 11
  • 12. Tinitus Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang bersifat sementara.Tinitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas dan stress adalah keadaan psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk muncul. 7. Tinitus akibat obat-obatan Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-obatan yang bersifat ototoksik. Diantaranya : • Aspirin dan nonsteroidal anti-inflammatory drugs, seperti ibuprofen (Motrin) dan naproxen (Aleve, Naprosyn) • Antibiotik, seperti ciprofloxacin (Cipro), doxycycline (Vibramycin, others), gentamicin (Garamycin), erythromycin (Ery-Tab, others), tetracycline (Sumycin), tobramycin (Nebcin), dan vancomycin (Vancocin) • Obat antimalarial seperti chloroquine dan quinine • Benzodiazepin seperti alprazolam (Niravam, Xanax), diazepam (Valium), lorazepam (Ativan), dan clonazepam (Klonopin) • Anticonvulsant, seperti carbamazepine (Tegretol, others) and valproic acid (Depakote, others) • Obat kanker seperti , cisplatin (Platinol) dan vincristine (Oncovin, Vincasar) • Loop diuretik, yang diberikan intravena , seperti bumetanide (Bumex), furosemide (Lasix), dan torsemide (Demadex) • Antidepresan tricyclic seperti amitriptyline (Elavil, others), clomipramine (Anafranil), dan imipramine (Tofranil) 8. Tinitus akibat gangguan mekanik Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif, misalnya pada tuba eustachius yang terbuka sehingga ketika kita bernafas akan menggerakkan membran timpani dan menjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius serta otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus. 9. Tinitus akibat gangguan konduksi Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan oedem), serumen impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan tinitus. Biasanya suara tinitusnya bersifat suara dengan nada rendah. 10. Tinitus akibat sebab lainnya Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 12
  • 13. Tinitus a. Tuli akibat bising Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Umumnya terjadi pada kedua telinga.Terutama bila intensitas bising melebihi 85db, dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran korti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000Hz sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000Hz. b. Presbikusis Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau lebih. Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga berhubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan,metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan kumulatif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada laki-laki dibanding perempuan. c. Sindrom Meniere Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli sensorineural. Etiologi dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops endolimf, yaitu penambahan volume endolimfa , karena gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membran labirin. Penderita biasanya mengeluh tentang telinga yang terasa penuh atau gangguan pendengaran, suara mengaum dan kepala pusing yang bisa berlangsung selama berjam-jam. E. Faktor risiko Dibawah ini adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko tinitus : • Terpapar suara yang keras. Paparan yang lama dari suara yang keras dapat merusak sensoris sel rambut pada telinga yang mentransmisikan suara ke otak anda.Orang-orang yang bekerja konstruksi,musisi dan tentara mempunyai risiko terkena • Umur . Dengan bertambahnya umur,fungsi serat saraf pada telinga menurun .Hal ini , dapat menyebabkan masalah pendengaran yang dihubungkan dengan tinitus. • Jenis kelamin.Laki-laki lebih banyak terkena tinitus Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 13
  • 14. Tinitus • Merokok.Merokok mempunyai risiko yang tinggi untuk berkembang menjadi tinnitus • Penyakit kardiovaskular.Konsisi ini memberikan efek pada aliran darah anda.Tekanan darah tinggi atau penyempitan arteri (atherosclerosis),dapat meningkatkan risiko tinitus. • Trauma kepala • Meniere disease • Trauma nervus auditorius • Vestibular schwannoma • Obat-obatan F. Patofisiologi tinitus Gelombang suara yang dari liang telinga diteruskan ke telinga tengah dan telinga dalam.sel rambut yang merupakan bagian dari koklea akan membantu mentransformasikan gelombang suara berupa signal listrik ke korteks auditori melalui nerveus auditorius.Tetapi apabila sel rambut rusak akibat suara keras ,obat ototoksik maka sirkuit dari otak tidak menerima signal yang diharapkan sehingga menstimulasi aktivitas normal dari neuron yang menghasilkan ilusi dari suara atau tinnitus. http://www.health.harvard.edu/newsletters/Harvard_Womens_Health_Watch/2011/September/tinnitus-ringing-in-the-ears-and-what- to-do-about-it Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 14
  • 15. Tinitus Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri. Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau nadatinggi seperti berdenging. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul. Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus pulsatil).Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis dan lain- lainnya. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare. Tinitus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengandenyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid body tumor ), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga. Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomisin, dehidro-streptomisin, garamisin,digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus menerus atupun hilang timbul. Pada hipertensi endolimfatik, seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah atau tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan vertigo dan tuli sensorineural. Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus dan gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal kembali. G.Gejala Orang yang menderita tinitus sering mengeluhkan tentang suara dengingan, auman, dengungan atau bunyi jangkrik yang terdengar oleh satu atau kedua telinga. Juga ada keluhan tinitus dengan gejala terkait seperti gangguan pendengaran dan kepala pusing. H.Diagnosis Untuk mendiagnosis pasien dengan tinitus, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang baik. Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 15
  • 16. Tinitus a. Anamnesis Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan diagnosis tinitus. Dalam anamnesis banyak sekali hal yang perlu ditanyakan, diantaranya: • Kualitas dan kuantitas tinnitus • Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di kedua telinga • Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu, ataupun mendesis dan bunyi lainnya • Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari. • Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan pendengaran serta gangguan neurologik lainnya • Lama serangan tinitus berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu menit dan setelah itu hilang, maka ini bukan suatu keadaan yang patologik, tetapi jika tinitus berlangsung selama 5 menit, serangan ini biasa dianggap patologik • Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan dengan sifat ototoksik • Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi • Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik • Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga b. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk tinitus yaitu : 1. Otoskopi 2. Test garputala untuk mengetahui tuli konduktif atau sensorineural 3. Auskultasi regio pre aurikula dan post aurikula,leher 4. Palpasi sendi temporomandibular 5. Observasi palatal untuk myoclonus palatal 6. Funduskopi untuk papilledema of benign intracranial hypertension 7. Timpanometri untuk perforasi membran timpani atau 8. Audiometri nada murni untuk mengetahui hilangnya pendengaran 9. Otoacoustic emissions memberikan informasi mengenai fungsi koklear dan eferen 10. BERA (Auditory brainstem evoked responses) untuk mengetahui patologi retrokoklea pada orang dengan tinnitus asimetris 11. Pemeriksaan darah yaitu darah rutin,gula darah,urea dan elektrolit,fungsi tiroid dan lemak. Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 16
  • 17. Tinitus 12. MRI pada vestibular schwannomas dengan tinnitus asimetris dan pendengaran normal Alur diagnosis dan pemeriksaan tinitus , yaitu : Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 17 PANDUAN PENATALAKSAAN TINITUS ANAMNESIS • Keluhan tinitus berdiri sendiri /berupa serangan bersama keluhan lain :  Dizziness,vertigo  Penurunan pendengaran  Telinga terasa penuh / tertutup 1.PEMERIKSAAN FISIK  THT rutin  Tensi  Artikulasio temporomandibular CARI KARAKTERISTIK TINITUS • Uni/bilateral • Onset : lama keluhan • Faktor pencetus ? • Ada hubungan dengan perubahan posisi tubuh ? CARI FAKTOR ETIOLOGIK : • Otologik/infeksi • Metabolik : lipid ,gula darah • Hematologik • Gangguan fungsi tiroid • Neurologik • Obat ototoksik • Tumor 2.PEMERIKSAAN NEUROTOLOGIK • Audiometri nada murni • Timpanometri • Reflek akustik • Tes fungsi Tuba • Bera • Tes vestibular Pemeriksaan khusus tinitus PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH • Hb • Lipid darah • Gula darah • Kekentalan darah PEMERIKSAAN PENUNJANG • CT scan • MRI • MRA Terapi • Kausatif : medikamentosa, Operatif • Farmakoterapi tinitus • Tergantung efek masing –masing individu  Tinitus counselling DIAGNOSIS TINITUS Jenis & kausa
  • 18. Tinitus I.Penatalaksanaan Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Misalnya serumen impaksi cukup hanya dengan ekstraksi serumen. Tetapi masalah yang sering di hadapi pemeriksa adalah penyebab tinitus yang terkadang sukar diketahui. Ada banyak pengobatan tinitus objektif tetapi tidak ada pengobatan yang efektif untuk tinitus subjektif. A. Auditory Habituation atau Tinnitus Retraining Therapy Tinnitus Retraining Therapy ( TRT ) . Teknik ini didasarkan pada asumsi bahwa tinnitus adalah hasil dari aktivitas neuronal yang abnormal . Tujuannya adalah untuk membiasakan sistem pendengaran terhadap sinyal tinnitus , membuat mereka menjadi kurang mengganggu . Komponen utama dari TRT adalah konseling individual ( untuk menjelaskan sistem pendengaran , bagaimana mekanisme tinitus , dan bagaimana TRT dapat membantu ) dan terapi suara . Sebuah perangkat dimasukkan ke dalam telinga untuk menghasilkan tingkat kebisingan yang rendah dan suara lingkungan yang sesuai dengan pitch, volume, dan kualitas tinnitus pasien . Tergantung pada beratnya gejala , pengobatan dapat berlangsung satu sampai dua tahun. Dalam review Cochrane dari satu uji coba secara acak yang mengikuti protokol Jastreboff dan memenuhi standar organisasi , TRT jauh lebih efektif dalam mengurangi keparahan tinnitus dan cacat daripada teknik yang disebut masking . B. Terapi Suara Tinnitus paling mencolok pada lingkungan yang tenang . Oleh karena itu , tujuan dari terapi suara adalah untuk mengisi keheningan dengan netral , suara yang berulang-ulang untuk mengalihkan perhatian Anda dari suara tinnitus . Terapi suara yang digunakan seperti air terjun, aliran, hujan, atau angin digunakan untuk mengurangi intensitas tinitus. C. Cognitive-Behavioral Therapy CBT menggunakan teknik seperti restrukturisasi dan relaksasi kognitif untuk mengubah cara berpikir dan menanggapi tinnitus. Terapi umumnya jangka pendek misalnya selama dua sampai enam bulan. A 2010 Ulasan dari enam studi oleh Cochrane Collaboration (sebuah kelompok otoritas Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 18
  • 19. Tinitus kesehatan internasional yang mengevaluasi percobaan acak) menemukan bahwa setelah CBT kualitas hidup pasien meningkat. D. Biofeedback dan manajemen stres . Biofeedback dan manajemen stres . Tinnitus adalah stres , dan stres dapat memperburuk tinnitus . Biofeedback merupakan teknik relaksasi yang membantu mengendalikan stres dengan mengubah respons tubuh . Elektroda melekat pada kulit memberi informasi tentang proses fisiologis seperti denyut nadi , suhu kulit , dan ketegangan otot ke dalam komputer , yang menampilkan output pada monitor . Pasien belajar bagaimana proses ini terjadi dan mengurangi respon stres tubuh dengan mengubah pikiran dan perasaan mereka . Teknik pengurangan stres yang berdasarkan kesadaran juga dapat membantu . E. Koklea implan / Stimulasi Listrik Sebuah implan koklea memiliki dua komponen: 1) elektroda array yang berulir ke dalam koklea 2) penerima yang ditanamkan tepat di bawah kulit belakang telinga. Elektroda Array mengirimkan sinyal suara listrik dari telinga ke otak. Karena implantasi elektroda menghancurkan sel-sel rambut yang sehat apapun yang tersisa di dalam rumah siput, implan ini digunakan untuk pasien tuli atau tuli jarak dekat saja. Dalam satu studi, setengah dari mereka yang memiliki tinitus sebelum implan koklea , mengalami perbaikan setelah implan koklea mereka. F. Masking Masking menggunakan perangkat elektronik eksternal untuk menghasilkan suara yang dapat menutupi tinnitus kadang-kadang bisa sangat efektif dalam membantu tinnitus. Kadang-kadang tinnitus dapat dihambat untuk jangka pendek dan kadang-kadang lama. Ada berbagai jenis masker: - Tinnitus masker adalah perangkat elektronik seperti alat bantu dengar - Instrumen Tinnitus adalah gabungan alat bantu dengar dan masker untuk orang-orang yang memiliki gangguan pendengaran dan tinnitus. G.Terapi TMJ Tinnitus dapat terjadi karena disfungsi sendi rahang ( temporomandibular sendi , atau TMJ ) . Pengobatan atau penataan gigi kembali dapat membantu meringankan rasa sakit dan tinnitus terkait TMJ. Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 19
  • 20. Tinitus H.Transcranial Magnetic Stimulation Transcranial Magnetic Stimulation ( TMS ) dan Stimulasi Transcranial berulang ( rTMS ) adalah teknik yang menggunakan medan magnet berdenyut untuk mempengaruhi aktivitas listrik di otak . I.Terapi oksigen hyperbarik Terapi oksigen hyperbarik dengan menempatkan pasien di ruang bertekanan oksigen murni.Tujuannya adalah untuk meningkatkan aliran oksigen ke telinga dan otak.Hal ini dapat membantu seseorang dengan tinnitus J. Terapi tinnitus dari Neuromonics Terapi Tinitus Neuromonics telah dikembangkan dan diperbaiki lebih dari 10 tahun dengan berbagai riset dan uji klinis. Kesuksesannya telah dibuktikan dengan percobaan klinis yang menyertakan ratusan orang yang mengalami tinnitus dan menurunnya toleransi terhadap bunyi. Tahapan-tahapan pemeriksaan Karena tinitus berbeda dari satu orang ke orang lainnya dan bahkan dari satu telinga ke telinga lainnya, maka terapi yang diperlukan disesuaikan bagi masing-masing individu. Terapi membutuhkan rata-rata 6 bulan dan terdiri dari 5 tahap: Tahap 1: Asesmen kondisi masing-masing yang komprehensif Sebelum memulai terapi, salah satu dari audiologist kami akan melakukan serangkaian evaluasi tinitus maupun pendengaran yang akan menentukan gambaran kondisi audiologi anda. Berdasarkan evaluasi ini, akan didiskusikan pilihan terapi apa yang paling sesuai dan akan direkomendasikan apakah terapi tinnitus Neuromonics dapat menolong anda. Tahap 2: Processor Konfiguration Pada saat gambaran kondisi audiologi anda telah diketahui, Processor Neuromonics akan disesuaikan dengan kebutuhan individu. Processor adalah suatu alat medis yang kecil, seukuran dan seringan telepon genggam, yang dilengkapi dengan earphone yang sangat akurat. Mengirimkan sinyal akustik (yang disatukan dengan musik) pada level mendengar yang nyaman. Suara ini menstimulasi jarak pendengaran yang luas di jalur pendengaran, seperti pada sistem emosi (limbic) dan sistem saraf Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 20
  • 21. Tinitus otonomi di otak yang akan berubah, sehingga mengurangi gangguan tinnitus dengan latihan melalui terapi tersebut. Tahap 3: Pre-Conditioning Stage Tujuan utama dari tahap Pre-Conditioning ini adalah mengurangi keluhan tinnitus pada saat terapi. Ini terjadi ketika Processor mengirimkan sinyal akustik dan berinteraksi level tinggi dengan persepsi tinnitus. Pada tahap ini anda harus mendengarkan terapi (melalui earphones) paling tidak 2 jam setiap harinya bahkan beberapa memilih untuk mendengarkannya lebih lama. Terapi ini dapat digunakan pada waktu yang berbeda setiap harinya, anda juga mulai terbiasa untuk mengontrol tinnitus anda, daripada tinnitus yang mengontrol anda. Dukungan dan pengetahuan akan diberikan oleh Ahli Neuromonics kepada anda . Tahap ini biasanya sekitar 2 bulan. Tahap 4 : Tahap terapi aktif Tidak seperti pada tahap Pre-Conditioning yang mengurangi keluhan tinnitus pada saat menggunakan Processor, tujuan dari Tahap Terapi Aktif ini mulai menghilangkan tinnitus anda diluar saat terapi. Sinyal Akustik yang digunakan pada tahap ini berbeda dengan tahap sebelumnya. Tujuan sinyal akustik baru adalah mengirimkan gangguan atau interaksi level rendah dengan persepsi tinnitus. Sehingga dapat mengurangi sensitifitas yang ada, terbukti efisien dan efektif untuk Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 21
  • 22. Tinitus mengurangi gangguan dan berpengaruh terhadap kualitas hidup. Seperti pada terapi sebelumnya, terapi ini juga digunakan minimal 2 jam sehari, bagaimanapun pada tahap ini kemajuan, kesadaran dan gangguan biasanya berkurang, demikian juga dosis terapi. Pada tahap ini terapi yang diperlukan sekitar 4 bulan. . Tahap 5: Tahap Maintenance Setelah sukses dengan program terapi yang berjalan dalam 6 bulan, program pemeliharaan harus dilaksanakan untuk masing-masing individu untuk mengatur dan mengontrol tinnitus sendiri dengan dukungan tenaga ahli. Banyak pemakai yang merasa mereka tidak perlu menggunakan Processor lagi, Jika mereka meneruskan untuk mendengar, biasanya hanya sesekali dan waktu lebih sedikit setiap harinya hanya untuk menjaga manfaat yang sudah diterima K. Terapi medikamentosa Terapi medikamentosa,yaitu anestesi lokal (lidocaine, procaine, tocainide,flecainide), Sedatif (diazepam, flurazepam, oxazepam,alprazolam),Antidepressants (nortriptyline, trimipramine) , Anticonvulsants (carbamazepine, clonazepam, aminooxyacetic acid, lamotrigine, baclofen),Vasodilator (niacin),Calcium channel blockers (nimodipine, nifedipine)dan lain-lain (misoprostol, zinc, betahistine, cinnarizine,caroverine, melatonin, furosemide, ginkgo biloba) Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 22
  • 23. Tinitus L.Tindakan bedah Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh akustik neuroma. Pada keadaan yang berat, dimana tinitus sangat keras terdengar dapat dilakukan cochlear nerve section. Pencegahan Berikut ini adalah cara pencegahan dan meminimalkan tinnitus adalah : • Mengurangi paparan suara keras • Menurunkan asupan garam • Monitor tekanan darah • Olahraga • Kurangi kopi dan nikotin • Manajemen stress Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 23
  • 24. Tinitus BABIV KESIMPULAN Telinga dibagi menjadi tiga bagian, di antaranya telinga luar, tengah dan dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Telinga tengah terdiridari membran timpani, tulang-tulang pendengaran dan muara tuba eustachius. Telinga dalam terdiri dari koklea dan 3 kanalis semisirkularis. Secara garis besar, fisiologi pendengaran dimulai dari gelombang bunyi yang ditangkap oleh daun telinga dan diteruskan ke dalam liang telinga. Gelombang bunyi akan diteruskan ketelinga tengah dengan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar, maleus, incus dan stapes.Oleh tulang-tulang pendengaran, getaran diteruskan ke koklea, sehingga menggetarkan endolimfa, yang nanti akan menyebabkan terjadinya depolarisasi yang mengubah getaran menjadi energi listrik. Impuls tadi akan diteruskan kekorteks serebri dan diterjemahkan oleh otak. Terdapat gangguan dari persepsi suara yang didengar, diantaranya adalah tinitus. Tinitus adalah persepsi suara yang bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang terdengar begitunyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini t i d a k b e g i t u m e n j a d i m a s a l a h , n a m u n b i l a t e r j a d i n ya m a k i n s e r i n g d a n b e r a t m a k a a k a n menganggu juga. Tinitus dapat bersifat otik dan somatik. Otik berarti penyebab tinitus berasal dari telingadan somatik berarti penyebab tinitus berasal dari luar telinga. Tinitus juga ada yang bersifat subjektif dan objektif. Subjektif berarti tinitus hanya dapat didengar oleh pasien dan objektif berarti tinitus dapat didengar juga oleh pemeriksa. Berdasarkan kualitas suara yang didengar , tinitus ada yang bersifat pulsatil yang berarti berdenyut dan nonpulsatil yang berarti tidak berdenyut. Hingga sekarang, Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 24
  • 25. Tinitus penyebab dari tinitus masih banyak dibicarakan. Tetapi banyak sekali pendapat mengenai etiologi tinitus diantaranya: 1.Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang, seperti trauma kepala dan Leher dan artritis pada sendi temporomandibular (TMJ) 2.Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis 3.Tinitus karena kelainan vaskular, seperti atherosclerosis, hipertensi, malformasi kapiler dan tumor pembuluh darah 4.Tinitus karena kelainan metabolic 5.Tinitus akibat kelainan neurologis 6.Tinitus akibat kelainan psikogenik 7.Tinitus akibat obat-obatan, seperti obat golongan analgetik, antibiotik, obat-obatankemoterapi dan duretik 8.Tinitus akibat gangguan mekanik 9.Tinitus akibat gangguan konduksi, seperti saat infeksi telinga 10.Tinitus akibat sebab lainnya seperti tuli akibat bising, presbikusis, dan penyakit meniere. Dalam mendiagnosis tinitus diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang efektif dan lengkap. Dengan melakukan anamnesis yang efektif, maka diharapkan dapat mengetahui garis besar etiologi dari tinitus yang dialami pasien. Karena penatalaksanaan yang baik dari tinitus akan dapat berlangsung jika etiologinya dapat diketahuidengan baik. Secara garis besar, penatalaksanaan tinitus terdiri dari: 1. Elektrofisiologik 2. Psikologik 3. Terapi medikamentosa 4. Tindakan bedah T e r a p i ya n g t a k k a l a h p e n t i n g n ya a d a l a h t e r a p i e d u k a s i . E d u k a s i ya n g d i b e r i k a n mencakup masalah diet, olah raga, menghindarkan obat-obatan ototoksik, dan lainnya. Dengan begitu, diharapkan tinitus pada pasien dapat berkurang bahkan menghilang. Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasarkan pada model neurofisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan medikamentosa biladiperlukan. Metode ini disebut dengan Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 25
  • 26. Tinitus Tinnitus Retraining Therapy. Tujuan dari terapi ini adalah memicu dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang mengganggu. Penatalaksanaan TRT banyak dipakai dewasa ini. Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingga rasatakut tidak memperberat keluhan tersebut. Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinitus itu. Kepada pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1. Soepardi EA, Iskandar I, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ilmu Kesehatan TelingaHidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ketujuh. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008 2. Harlod L.ABC: Ear,Nose,and throat.Edisi 6th.British:Blackwell.2013 3. Bertold L.Textbook of tinnitus.Dallas:Springer.2010 4. Ballenger JJ.Ballenger : Otolaryngology head and neck surgery 17 th. Baltimore.2010 5. Blessen M.Scott Brown : Otorhinolaryngology, Head & Neck Surgery 7 th.London: Hodder Arnold.2007 6. http://www.health.harvard.edu/newsletters/Harvard_Womens_Health_Watch/2011/Se ptember/tinnitus-ringing-in-the-ears-and-what-to-do-about-it 7. http://www.ucsfhealth.org/conditions/tinnitus/treatment.html 8. http://www.mayoclinic.com/health/tinnitus/DS00365 9. http://en.wikipedia.org/wiki/Tinnitus 10. http://www.betterhearing.org/tinnitus/BHI_Guide_to_Tinnitus.cfm 11. http://health.ucsd.edu/specialties/Pages/audiology.aspx 12. http://www.canadianaudiology.ca/consumer/tinnitus.html 13. http://www.ata.org/for-patients/treatment 14. http://www.audiology.org/news/Pages/20111229.aspx Bagian Ilmu kesehatan Telinga ,Hidung ,dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Periode 9 Desember 2013-11 Januari 2014) 26