SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
THT-KL
Mengapa Garputala 512 Hz?
• Garpu tala yang bisa digunakan memiliki frekuensi 512,
1024, dan 2048 Hz karena pendengaran yang paling
efektif dalam kehidupan sehari-hari adalah bunyi antara
500-2000 Hz. Namun, jika tidak memungkinkan
menggunakan tiga garpu tala tersebut, maka gunakan
garpu tala dengan frekuensi 512 Hz karena tidak terlalu
dipengaruhi suara bising lingkungan.
Sumber: Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan
Pendengaran (Tuli). In: In: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher,
Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2012.
Apakah bias bernafas menggunakan
telinga jika gendang telinga perforasi?
• Anatomi Tuba Eustachius
Tuba Eustachius atau tuba auditorius merupakan saluran
yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring.
Dari orifisium nasofaringeal tuba Eustachius berjalan
kearah latero-postero-superior menuju orifisium timpanal.
Dengan demikian orifisium timpanal lebih tinggi 2-2,5 cm
dibandingkan level orifisium nasofaringeal dengan
membentuk sudut 400 -450 dengan bidang horizontal.
Panjang tuba Eustachius pada orang dewasa sekitar 31-38
mm. Tuba Eustachius pada bayi dan anak relatif lebih lebar,
pendek dan horizontal dengan membentuk sudut 100
dengan bidang horizontal. Keadaan seperti ini dapat
memudahkan terjadinya penjalaran radang atau infeksi dari
nasofaring ke kavum timpani pada bayi.
Lanjutan: Anatomi tuba Eustachius
Tuba Eustachius terdiri dari dua bagian yaitu pars
oseus dan pars kartilaginus. Pars oseus bermuara ke
kavum timpani dan pars kartilaginus bermuara ke
nasofaring. Lumen dari kedua bagian tuba
Eustachius ini berbentuk kerucut, kedua puncaknya
bertemu pada suatu bagian yang sempit disebut
ismus. Lumen pars oseus berbentuk segitiga dengan
tinggi 2-3 mm dan dasar 3-4 mm, pada ismus tinggi
2 mm dan leber 1 mm, kemudian pada pars
kartilaginus meleber dimana pada orifisium
faringeal berukuran tinggi 8-10 mm dan lebar 1-2
mm.
Lanjutan: Pars Oseus (protimpanum)
• Merupakan sepertiga posterior panjang tuba
Eustachius (11-14 mm) yang bermuara ke kavum
timpani di dinding anterior, dan bagian ini selalu
terbuka. Secara histologis sebagian ujung pars
kartilageneus masuk kedalam pars osseus,
sehingga hubungan kedua bagian tersebut tidak
membentuk mekanisme persendian. Orifisium
timpanal terletak lebih tinggi dari hipotimpanum,
keadaan ini mengakibatkan tuba Eustachius tidak
dapat melakukan drainase secara pasif dari
telinga tengah jika terjadi efusi sewaktu kepala
berdiri tegak.
Lanjutan: Pars Kartilaginus
Bagian ini merupakan dua pertiga anterior panjang tuba
Eustachius yang terdiri dari membran dan kartilago,
berbentuk terompet dengan panjang 20-25 mm. Bagian
medial berupa tulang rawan yang melengkung dan bagian
latero inferior berupa membrane dimana melekat otot
tensor veli palatini. Bagian tulang rawan terdiri dari 3
sampai 4 segmen yang dapat menggeser satu sama lain
sehingga dapat bergerak melingkar mengikuti gerakan
menelan. Pars kartilaginus lebih banyak dalam keadaan
tertutup akibat tekanan otot dan jaringan lemak (Ostman
fatty pad’s) di lateral membran dan baru terbuka jika
membran tertarik ke lateral oleh kontraksi otot tensor veli
palatini pada waktu mengunyah atau menelan.
Lanjutan: Muskulus
Ada 3 otot yang memegang peranan penting dalam
mekanisme pembukaan tuba secara aktif yaitu m. tensor veli
paltini, m. levator veli paltini, m. salpingofaringeus. Namun
otot-otot yang berhubungan dengan tuba Eustachius pada
dasarnya ada 4 yaitu selain 3 otot diatas juga ada m. tensor
timpanum. Muskulus tensor veli palatine melekat pada fosa
skapoidea os spenoid dan bagian lateral membrane pars
kartilagineus. Tendon otot ini melingkari bagian lateral
humulus pterigoideus kemudian ke medial melekat pada
bagian posterior palatum derum. Kontraksi otot ini terjadi saat
menelan, mengunyah atau menguap. Pada keadaan ini
membran pars kartilagineus di tarik ke lateral oleh m. 25
tensor veli paltini sehingga lumen tuba Eustachius terbuka.
Otot ini diinervasi oleh cabang mandibula saraf trigeminus.
Daftar Pustaka
Sumber: Jusri, Ronaldi K., and Sri Harmadji. "ANATOMI DAN FISIOLOGI TUBA EUSTACHIUS."
• 1. Bluestone CD. Anatomy and physiology of the Eustachian tube system. In : Bailey BJ, editor. Head & Neck
Surgery Otolaryngology. 6 th edition. Philadelphia, JB Lippincot Company; 1993. p. 1253-62.
• 2. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam : Iskandar N, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala leher. Edisi 5, Jakarta, FKUI, 2001. hal. 49-50.
• 3. Liston SL dan Duvall AJ. Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga. Dalam : Boies, editor. Buku ajar penyakit THT.
Edisi 6, penerbit buku kedokteran EGC, 1994. hal. 33.
• 4. Anatomy of the Eustachian tube. Available at: http://www.emedicine.com/esp/dict ionary. Accessed August
21st , 2007.
• 5. Eustachian tube. Available at: http://www.whonamedit.com/docto r.cfm/1433.html. Accessed August 21st,
2007.
• 6. Lee K.J. Eustachian tube. In: Lee K.J, editor. Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. 8th edition. McGraw-
Hill Medical Publishing Divition. p.9- 10.
• 7. Bordley JE, Brookhouser PE, Tucker Jr GF. The Ear : otitis media & mastoid disease. In: nose & throat disorder in
children. Raven Press. p. 65-97.
• 8. Cohn AM. Clinical assessment of Eustachian tube ventilatory function. Laryngoscope 1977 Aug; 87 : 1336-1358.
• 9. Bluestone CD. Physiology of the middle ear and Eustachian tube. In Paparella, editor. Otolaryngology – Head &
Neck. 3th edition. Philadelphia, WB Saunders Company; 1991.p.163-83.
• 10. Bluestone CD and Klein JO. Otitis media & Eustachian tube dysfunction. In : Pediatric Otolaryngology. 4th
edition.Volume 1. Saunders P.497- 517.

More Related Content

Similar to THT-KL.pptx

Makalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemMakalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilem
Ratih Sulistyo
 
Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah
Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah
Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah
Putu Wijaya Kandhi
 

Similar to THT-KL.pptx (20)

Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)
 
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
Sistem Koordinasi manusia (Telinga)
 
Anatomi sistem pendengaran
Anatomi sistem pendengaranAnatomi sistem pendengaran
Anatomi sistem pendengaran
 
Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)Indera manusia telinga (biologi)
Indera manusia telinga (biologi)
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Indra Pendengaran
Indra PendengaranIndra Pendengaran
Indra Pendengaran
 
Anatomi telinga luar & tengah
Anatomi telinga luar & tengahAnatomi telinga luar & tengah
Anatomi telinga luar & tengah
 
sistem indra pada manusia
sistem indra pada manusiasistem indra pada manusia
sistem indra pada manusia
 
OMSK
OMSKOMSK
OMSK
 
Referat Presbikusis
Referat PresbikusisReferat Presbikusis
Referat Presbikusis
 
Andini 92
Andini 92Andini 92
Andini 92
 
Anatomi sistem pendengaran
Anatomi sistem pendengaranAnatomi sistem pendengaran
Anatomi sistem pendengaran
 
refarat tes fungsi pendengaran
refarat tes fungsi pendengaranrefarat tes fungsi pendengaran
refarat tes fungsi pendengaran
 
Materi Psikologi Faal Pertemuan 5
Materi Psikologi Faal Pertemuan 5Materi Psikologi Faal Pertemuan 5
Materi Psikologi Faal Pertemuan 5
 
Eksisi fibrolipoma retrofaring dengan pendekatan transcervical laporan kasus
Eksisi fibrolipoma retrofaring dengan pendekatan transcervical  laporan kasusEksisi fibrolipoma retrofaring dengan pendekatan transcervical  laporan kasus
Eksisi fibrolipoma retrofaring dengan pendekatan transcervical laporan kasus
 
Makalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemMakalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilem
 
M1-TOPIK 1 PKUK1104.pptx
M1-TOPIK 1 PKUK1104.pptxM1-TOPIK 1 PKUK1104.pptx
M1-TOPIK 1 PKUK1104.pptx
 
indera pendengaran
indera pendengaranindera pendengaran
indera pendengaran
 
Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah
Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah
Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah
 
PPT tenggorok.pptx
PPT tenggorok.pptxPPT tenggorok.pptx
PPT tenggorok.pptx
 

Recently uploaded

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 

THT-KL.pptx

  • 2. Mengapa Garputala 512 Hz? • Garpu tala yang bisa digunakan memiliki frekuensi 512, 1024, dan 2048 Hz karena pendengaran yang paling efektif dalam kehidupan sehari-hari adalah bunyi antara 500-2000 Hz. Namun, jika tidak memungkinkan menggunakan tiga garpu tala tersebut, maka gunakan garpu tala dengan frekuensi 512 Hz karena tidak terlalu dipengaruhi suara bising lingkungan. Sumber: Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran (Tuli). In: In: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher, Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.
  • 3. Apakah bias bernafas menggunakan telinga jika gendang telinga perforasi? • Anatomi Tuba Eustachius Tuba Eustachius atau tuba auditorius merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Dari orifisium nasofaringeal tuba Eustachius berjalan kearah latero-postero-superior menuju orifisium timpanal. Dengan demikian orifisium timpanal lebih tinggi 2-2,5 cm dibandingkan level orifisium nasofaringeal dengan membentuk sudut 400 -450 dengan bidang horizontal. Panjang tuba Eustachius pada orang dewasa sekitar 31-38 mm. Tuba Eustachius pada bayi dan anak relatif lebih lebar, pendek dan horizontal dengan membentuk sudut 100 dengan bidang horizontal. Keadaan seperti ini dapat memudahkan terjadinya penjalaran radang atau infeksi dari nasofaring ke kavum timpani pada bayi.
  • 4. Lanjutan: Anatomi tuba Eustachius Tuba Eustachius terdiri dari dua bagian yaitu pars oseus dan pars kartilaginus. Pars oseus bermuara ke kavum timpani dan pars kartilaginus bermuara ke nasofaring. Lumen dari kedua bagian tuba Eustachius ini berbentuk kerucut, kedua puncaknya bertemu pada suatu bagian yang sempit disebut ismus. Lumen pars oseus berbentuk segitiga dengan tinggi 2-3 mm dan dasar 3-4 mm, pada ismus tinggi 2 mm dan leber 1 mm, kemudian pada pars kartilaginus meleber dimana pada orifisium faringeal berukuran tinggi 8-10 mm dan lebar 1-2 mm.
  • 5. Lanjutan: Pars Oseus (protimpanum) • Merupakan sepertiga posterior panjang tuba Eustachius (11-14 mm) yang bermuara ke kavum timpani di dinding anterior, dan bagian ini selalu terbuka. Secara histologis sebagian ujung pars kartilageneus masuk kedalam pars osseus, sehingga hubungan kedua bagian tersebut tidak membentuk mekanisme persendian. Orifisium timpanal terletak lebih tinggi dari hipotimpanum, keadaan ini mengakibatkan tuba Eustachius tidak dapat melakukan drainase secara pasif dari telinga tengah jika terjadi efusi sewaktu kepala berdiri tegak.
  • 6. Lanjutan: Pars Kartilaginus Bagian ini merupakan dua pertiga anterior panjang tuba Eustachius yang terdiri dari membran dan kartilago, berbentuk terompet dengan panjang 20-25 mm. Bagian medial berupa tulang rawan yang melengkung dan bagian latero inferior berupa membrane dimana melekat otot tensor veli palatini. Bagian tulang rawan terdiri dari 3 sampai 4 segmen yang dapat menggeser satu sama lain sehingga dapat bergerak melingkar mengikuti gerakan menelan. Pars kartilaginus lebih banyak dalam keadaan tertutup akibat tekanan otot dan jaringan lemak (Ostman fatty pad’s) di lateral membran dan baru terbuka jika membran tertarik ke lateral oleh kontraksi otot tensor veli palatini pada waktu mengunyah atau menelan.
  • 7. Lanjutan: Muskulus Ada 3 otot yang memegang peranan penting dalam mekanisme pembukaan tuba secara aktif yaitu m. tensor veli paltini, m. levator veli paltini, m. salpingofaringeus. Namun otot-otot yang berhubungan dengan tuba Eustachius pada dasarnya ada 4 yaitu selain 3 otot diatas juga ada m. tensor timpanum. Muskulus tensor veli palatine melekat pada fosa skapoidea os spenoid dan bagian lateral membrane pars kartilagineus. Tendon otot ini melingkari bagian lateral humulus pterigoideus kemudian ke medial melekat pada bagian posterior palatum derum. Kontraksi otot ini terjadi saat menelan, mengunyah atau menguap. Pada keadaan ini membran pars kartilagineus di tarik ke lateral oleh m. 25 tensor veli paltini sehingga lumen tuba Eustachius terbuka. Otot ini diinervasi oleh cabang mandibula saraf trigeminus.
  • 8. Daftar Pustaka Sumber: Jusri, Ronaldi K., and Sri Harmadji. "ANATOMI DAN FISIOLOGI TUBA EUSTACHIUS." • 1. Bluestone CD. Anatomy and physiology of the Eustachian tube system. In : Bailey BJ, editor. Head & Neck Surgery Otolaryngology. 6 th edition. Philadelphia, JB Lippincot Company; 1993. p. 1253-62. • 2. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam : Iskandar N, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi 5, Jakarta, FKUI, 2001. hal. 49-50. • 3. Liston SL dan Duvall AJ. Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga. Dalam : Boies, editor. Buku ajar penyakit THT. Edisi 6, penerbit buku kedokteran EGC, 1994. hal. 33. • 4. Anatomy of the Eustachian tube. Available at: http://www.emedicine.com/esp/dict ionary. Accessed August 21st , 2007. • 5. Eustachian tube. Available at: http://www.whonamedit.com/docto r.cfm/1433.html. Accessed August 21st, 2007. • 6. Lee K.J. Eustachian tube. In: Lee K.J, editor. Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. 8th edition. McGraw- Hill Medical Publishing Divition. p.9- 10. • 7. Bordley JE, Brookhouser PE, Tucker Jr GF. The Ear : otitis media & mastoid disease. In: nose & throat disorder in children. Raven Press. p. 65-97. • 8. Cohn AM. Clinical assessment of Eustachian tube ventilatory function. Laryngoscope 1977 Aug; 87 : 1336-1358. • 9. Bluestone CD. Physiology of the middle ear and Eustachian tube. In Paparella, editor. Otolaryngology – Head & Neck. 3th edition. Philadelphia, WB Saunders Company; 1991.p.163-83. • 10. Bluestone CD and Klein JO. Otitis media & Eustachian tube dysfunction. In : Pediatric Otolaryngology. 4th edition.Volume 1. Saunders P.497- 517.