Laporan kasus ini membahas pasien wanita berusia 47 tahun yang dirawat karena kejang dan kaku seluruh tubuh setelah luka jahitan di jari tangan. Pasien didiagnosis menderita tetanus akibat infeksi Clostridium tetani yang masuk lewat luka tersebut.
2. Judul : Tetanus
Pembimbing : dr. Kiki M Iqbal, Sp.S
Penulis :
Fiony Adida (130100269)
M. Ridho Fahrezi (130100078)
Peter Obrian Ginting (130100316)
Clara Shinta (130100364)
Cristya Kartika Pratama Sari (130100374)
3. Definisi
Suatu kelainan neurologis yang dicirikan dengan
spasme dan rigiditas otot. Penyebab tetanus adalah
bakteri anaerob pembentuk spora bernama
Clostrodium tetani.
4. Epidemiologi
Negara sedang berkembang termasuk Indonesia
penyakit ini masih banyak dijumpai, hal ini disebabkan
karena tingkat kebersihan masih sangat kurang,
mudah terjadi kontaminasi, perawatan luka kurang
diperhatikan, kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya kebersihan.
5. Klasifikasi
1. Tetanus Lokal
Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang
persisten, pada daerah tempat dimana luka terjadi (agonis,
antagonis, dan fixator).
2. Cephalic Tetanus
Tetanus sefialik biasanya terjadi setelah adanya luka pada
kepala atau wajah. Periode inkubasi pendek biasanya hanya 1-2
hari. Terjadi kelemahan dan paralisis otot-otot wajah
3. Generalized Tetanus
Bentuk ini yang paling banyak dikenal. Sering menyebabkan
komplikasi yang tidak dikenal beberapa tetanus lokal oleh
karena gejala timbul secara diamdiam
4. Neonatal Tetanus
Infeksi C. tetani, yang masuk melalui tali pusat sewaktu proses
pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh
proses pertolongan persalinan yang tidak steril
6. Manifestasi Klinis
kesukaran membuka mulut ( trismus, lockjaw )
karena spasme otot masetter.
Risus sardonikus karena spasme otot muka dengan
gambaran alis tertarik keatas, sudut mulut tertarik
keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat .
Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku
dengan opistotonus, tungkai dengan eksistensi,
lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran
tetap baik.
Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi
asfiksia dan sianosis, retensi urin, bahkan dapat
terjadi fraktur collumna vertebralis ( pada anak )
7. Patofisiologi
1)Toksin diabsorpsi di neuromuscular junction,
kemudian bermigrasi melalui jaringan perineural ke
susunan saraf pusat,
(2) Toksin melalui pembuluh limfe dan darah ke
susunan saraf pusat
8. Diagnosis
1. Anamnesis
Pertanyaan seputar luka sangat penting
2. Pemeriksaan Fisik
Gejala klinik seperti Kejang tetanic, trismus,
dysphagia, risus sardonicus .
3. Pemeriksaan Penunjang
Kultur: C. tetani (+). Lab : SGOT, CPK meninggi serta
dijumpai myoglobinuria.
10. Penyakit CNS
1. Status Epileptikus
2. Hemorrhage Tumor
Kelainan Psikiatri
1. Hysteria
Kelainan Muskuloskeletal
1.Trauma
11. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Umum :
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya
2. Diet cukup kalori dan protein
3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti
suara dan tindakan terhadap penderita.6
4. Oksigen, pernafasan buatan dan trakeostomi bila
perlu.
5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
13. Komplikasi
1. Laringospasm
2. Kekakuan otot-otot pernafasan atau terjadinya
akumulasi sekresi berupa pneumonia dan
atelektasis
3. Kompressi fraktur vertebra dan laserasi lidah
akibat kejang.
4. Rhabdomyolisis
5. Renal failure
14. Prognosis
1. Ringan; bila tidak adanya kejang umum (
generalized spsm )
2. Sedang; bila sekali muncul kejang umum
3. Berat ; bila kejang umum yang berat sering terjadi
15. Laporan Kasus
Anamnesis
Nama : Ny.M
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 47 tahun
Suku bangsa : WNI
Alamat : Jl. Flamboyan Raya, Gg.
Flamboyan, Medan.
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Pegawai Negri
Tanggal Masuk : 16 Maret 2017
Tanggal Keluar : 30 Maret 2017
16. Keluhan Utama : Kejang, kaku seluruh badan dan
sesak nafas
Telaah : Os mengeluhkan sesak nafas dan
kejang, diikuti wajah kaku dan susah menelan sejak
tanggal 3 maret 2017. Sebelumnya dilakukan penjahitan
di jari I tangan kanan, 3 hari kemudian pasien dilakukan
pemasangan gips, namun beberapa hari setelahnya os
mengeluhkan demam dan bekas jahitan bernanah. Dua
minggu kemudian os mengeluh sesak napas dan
kemudian kejang. Opistotonus (+). Trismus 3 cm. Post op.
fokal infeksi pada digiti I (D) pus (+). Post fraktur
metacarpal dan os radioulna dextra. Tiga hari sebelum
masuk RS kejang semakin sering pasien dirujuk ke
RSHAM Kejang (+) frekuensi 1x/menit. Saat kejang os
tidak sadar, setelah kejang os sadar kembali.
Riwayat Penyakit terdahulu : Hipertensi
Riwayat penggunaan obat : tidak jelas
Riwayat imunisasi : tidak ada
17. Anamnesis Traktus
Traktus Sirkulatorius : Hipertensi
Traktus Respiratorius : Normal
Traktus Digestivus : BAB normal
Traktus Urogenitalis : BAK normal
Penyakit terdahulu & kecelakaan : (-)
Intoksikasi obat-obatan : (-).
19. Pemeriksaan Umum
Tekanan darah : 140/80 mmHg.
Nadi : 96x/menit.
Frekuensi nafas : 40x/menit.
Temperatur : 37.4 oC.
Kulit & selaput lendir : Akral hangat, CRT<3s
Kelenjar & getah benin : Tidak dilakukan
pemeriksaan
Persendiaan : Tidak dilakukan
pemeriksaan
20. Kepala & Leher
Bentuk & posisi : Bulat & medial.
Pergerakan : Normal.
Rongga mulut & gigi : Normal.
Kelenjar Parotis : Normal.
Auskultasi : Tidak dilakukan
pemeriksaan.
Lain-lain : (-).
21. Inspeksi :
Rongga dada
Simetris fusiformis.
Rongga abdomen
Datar.
Palpasi : Stem fremitus
kanan=kiri.
Soepel, hepar tidak
teraba.
Perkusi :
Auskultasi :
Sonor.
Vesiculer.
Timpani.
Normoperistaltic.
Rongga Dada dan Abdomen
Genitalia
Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan
22. Pemeriksaan Neurologi
Sensorium : Compos Mentis (GCS :15,
E=4;V=5;M=6)
Kranium
Bentuk : Bulat
Frontanella : tertutup
Palpasi : Tidak dilakukan
pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan
pemeriksaan
Auskultasi : Tidak dilakukan
pemeriksaan
Transluminasi : Tidak dilakukan
26. Saraf Kranialis II
Refleks Ancaman : + +
Fundus okuli
Warna : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Batas : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Ekskavasio : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Arteri : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Vena : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Saraf Kranialis II Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra(OD)
Visus 6/6 6/6
Lapangan pandang
Normal + +
Menyempit - -
Hemianposia - -
Scotoma - -
27. Gerakan Bola Mata: + +
Nistagmus : Tidak dilakukan
pemeriksaan
Pupil
Lebar : 2 mm 2 mm
Bentuk : Isokhor
Isokhor
Refleks cahaya langsung : + +
Refleks cahaya tak langsung : + +
Rima palpebral : 7 mm 7mm
Deviasi conjugate : -
Fenomena Doll’s eye : Tidak dilakukan
pemeriksaan
Strabismus : -
Nervus III, IV, VI
28. Nervus V
Kanan Kiri
Motorik
Membuka dan menutup mata - -
Palpasi M. Masseter &
Temporalis
+ +
Kekuatan Gigitan + +
Sensorik
Kulit + +
Selaput Lendir + +
Refleks Kornea
Langsung + +
Tidak Langsung + +
Refleks Masseter -
Refleks Bersin +
29. Nervus VII
Kanan Kiri
Motorik
Mimik Simetris kanan kiri
Kerut Kening + +
Menutup mata + +
Meniup sekuatnya dbn
Memperlihatkan Gigi dbn
Tertawa dbn
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah dbn +
Produksi kelenjar ludah dbn +
Hiperakusis -
Refleks Stapeidal -
54. Kesimpulan
Seorang pasien (M), perempuan, usia 47 tahun, suku
Batak, pekerjaan pegawai negri, belum menikah, alamat
jalan Flamboyan Raya, datang ke RSU H. Adam Malik
atas rujukan dari RS Sari Mutiara pada tanggal 16 Maret
2017. Keluhan pasien yang dikatakan keluarga berupa
sesak nafas dan riwayat kejang dialami o.s. sejak tanggal
3 Maret 2017. Keluaga mengatakan O.S. pernah
mengalami kecelakaan lalu lintas dua minggu
sebelumnya sebelumnya ketika mengendarai sepeda
motor dengan adiknya, menurut dokter yang menangani
o.s. mengalami hal tersebut dikarenakan kurang bersih
saat pembersihan luka pasca kecelakaan. Riwayat
mengalami luka tertusuk benda disangkal.
Riwayat penyakit terdahulu : Hipertensi
Riwayat pemakaian obat : Tidak jelas