SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
DWI KARTIKA RUKMI
PENGKAJIAN
NEUROLOGI
ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
LEARNING OUTCOME
• Anamnesis.
• Pemeriksaan Kesadaran
• Pemeriksaan Fungsi luhur
• Pemeriksaan Saraf Kranialis.
• Pemeriksaan Rangsang Meningeal.
• Pemeriksaan Motorik.
• Pemeriksaan Sensorik.
• Pemeriksaan Refleks.
Anamnesa
Berisi:
• Identitas pasien : nama, usia, alamat, status per
nikahan, pekerjaan dsbnya.
• Keluhan Utama
• Riwayat Penyakit sekarang / kronologis penyaki
tnya
• Riwayat penyakit dahulu (RPD)
• Riwayat penyakit keluarga
• Riwayat alergi dan pengobatan
• Kebiasaan pasien
3
PEMERIKSAAN KESADARAN
• Kuatitatif dengan menggunakan GCS, PC
S
• Kualitatif dengan menggunakan kategori ti
ngkatan kesadaran
PEMERIKSAAN GCS
Tingkat Kesadaran Pasien dinilai
dari GCS
• Compos mentis : 15
• Somnolen atau letargis : 13-14
• Soporo komatous : 8-12
• Koma : 3-7
PEDIATRIC COMA SCALE
Nilai normal
• Lahir – 6 bulan: 9
• 6-12 bulan: 11
• 1-2 tahun: 12
• 2-5 tahun: 13
• >5 tahun: 14
PEMERIKSAAN KUALITATIF KE
SADARAN
• Normal/kompos mentis.
• Apatis: kurang perhatian
• Somnolen: mengantuk, kesadaran kembali bila
dirangsang
• Sopor: kantuk yang dalam, sadar bila rangsang
an kuat
• Koma – ringan: tidak respon dengan rangsang v
erbal/sentuh, ada gerakan bila diberikan rangsa
ng nyeri, reflek kornea (+)
• Koma: tidak ada respon dengan rangsanagan a
papun
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
Terdiri dari
• Pemeriksaan afasia : ajak pasien untuk bicara dan mengobrol, mi
nta pasien mengulang kalimat yang diucapkan.
• Pemeriksaan apraksia: minta pasien untuk meniup geretan yang
menyala
• Pemeriksaan agnosia: minta pasien untuk menyebutkan benda ya
ng ditunjuk, atau diminta memejamkan mata kemudian sentuh sal
ah satu jari pasien dan minta pasien menyebutkan jari yang baru
saja disentuh, minta pasien meraba benda dan menyebutkan kira
kira apa nama benda yang diraba
• Pemeriksaan memori
1. Memori segera/baru: minta pasien untuk mengulangi angka - angka
yang disebutkan pemeriksa,, dimulai dari 2 angka,, kemudian 3 angk
a, dan seterusnya.
2. Kemampuan mempelajari hal baru : Minta pasien menghafal 4 kata y
ang tidak berhubungan yang diucapkan pemeriksa (cokelat, jujur, ma
war,lengan). Selang 20 - 30 menit kemudian minta pasien mengulan
g 4 kata tadi.
3. Memori Visual : Minta pasien melihat pemeriksa menyembunyikan 5
benda kecil di sekitar pasien. Selang 5 menit kemudian pasien ditan
yai benda apa yang disembunyikan dan dimana lokasinya..
PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS
DIPELAJARI PADA PERKULIAHAN YANG
LAIN
TANDA RANGSANG MENINGEAL
ADA BEBERAPA CARA
• Kaku kuduk (nuchal rigidity)
• Tanda Laseque
• Tanda Kernig
• Tanda Brudzinski I dan II
BRUDZINSKI I
15
BRUDZINSKI II
16
PEMERIKSAAN MOTORIK
• Pemeriksaan gerakan volunteer
• Pemeriksaan tonus otot
• Pemeriksaan kekuatan otot
• Beberapa abnormalitas pemeriksaan mot
oric
• Pemeriksaan gerakan involunteer
• Pemeriksaan fungsi koordinasi
Pemeriksaan Gerakan Volunter
• Meminta pasien untuk bergerak sesuai dengan
permintaan pemeriksa.
• Penilaian ini bersifat umum,, yaitu untuk menget
ahui apakah pasien masih dapat menekukkan l
engannya di sendi siku, mengangkat lengan di s
endi bahu, mengepal dan meluruskan jari - jari t
angan, menekukkan di sendi lutut dan panggul
serta menggerakkan jari - jari kakinya.
Pemeriksaan Tonus Otot
Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak di
periksa kemudian ekstremitas tersebut kita gerak-gerakk
an fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut . Pada o
rang normal terdapat tahanan yang wajar.
– Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali ( diju
mpai pada kelumpuhan LMN).
– Hipotoni : tahanan berkurang.
– Spastik : tahanan meningkat diawal gerakan ,
( ini dijumpai pada kelumpuhan UMN)
– Rigid : tahanan kuat terus menerus selama
gerakan misalnya pada Parkinson.
20
PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT
Pemeriksaan Gerakan Involunter
OBSERVASI GERAKAN
• Tremor saat istirahat : disebut juga tremor striatal, dise
babkan lesi pada corpus striatum ( nukleus kaudatus, p
utamen, globus pallidus dan lintasan lintasan penghubu
ngnya ) misalnya kerusakan substansia nigra pada sindr
oma Parkinson.
• Tremor saat bergerak ( intensional ) : disebut juga trem
or serebellar, disebabkan gangguan mekanisme “feedba
ck” oleh serebellum terhadap aktivitas kortes piramidalis
dan ekstrapiramidal hingga timbul kekacauan gerakan v
olunter.
• Chorea : gerakan involunter pada ekstremitas, biasanya
lengan atau tangan, eksplosif, cepat berganti sifat dan
arah gerakan secara tidak teratur, yang hanya terhenti p
ada waktu tidur. Khorea disebabkan oleh lesi di corpus s
triataum, substansia nigra dan corpus subthalamicus.
• Athetose : gerakan involenter pada ektremitas, terutam
a lengan atau tangan atau tangan yang agak lambat da
n menunjukkan pada gerakan melilit lilit , torsi ekstensi a
tau torsi fleksi pada sendi bahu, siku dan pergelangan t
angan. Gerakan ini dianggap sebagai manifestasi lesi di
nukleus kaudatus
24
25
• Ballismus: gerakan involunter otot proksimal ekstremita
s dan paravertebra, hingga menyerupai gerakan seoran
g yang melemparkan cakram. Gerkaan ini dihubungkan
dengan lesi di corpus subthalamicus, corpus luysi, area
prerubral dan berkas porel.
• Fasikulasi: kontrasi abnormal yang halus dan spontan
pada sisa serabut otot yang masih sehat pada otot yang
mengalami kerusakan motor neuron. Kontraksi nampak
sebagai keduten keduten dibawah kulit.
• Myokymia: Fasikulasi benigna. Frekwensi kedu
ten tidak secepat fasikulasi dan berlangsung leb
ih lama dari fasikulasi.
• Myoclonic : gerakan involunter yang bangkit tib
a tiba cepat, berlangsung sejenak, aritmik, dapa
t timbul sekali saja atau berkali kali ditiap bagian
otot skelet dan pada setiap waktu, waktu berger
ak maupun waktu istirahat.
PEMERIKSAAN FUNGSI
KOORDINASI
• Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai aktivitas serebelum
• Macam-macam pemeriksaan “ Cerebellar sign”
– Test telunjuk hidung.
– Test jari – jari tangan.
– Test tumit – lutut.
– Test diadokinesia berupa: pronasi – supinasi
– Test fenomena rebound.
– Test mempertahankan sikap.
– Test nistagmus.
– Test disgrafia.
– Test romberg.
29
30
31
• Test romberg positif: baik dengan mata terbuka maupun
dengan mata tertutup , pasien akan jatuh kesisi lesi sete
lah beberapa saat kehilangan kestabilan ( bergoyang –
goyang ).
• Pasien sulit berjalan pada garis lurus pada tandem walki
ng, dan menunjukkan gejala jalan yang khas yang diseb
ut “ celebellar gait “
• Pasien tidak dapat melakukan gerakan volunter dengan
tangan,lengan atau tungkai dengan halus. Gerakan nya
kaku dan terpatah-patah.
PEMERIKSAAN GAIT DAN STATION
32
• Pemeriksaan ini hanya dilakukan bila keadaan pasein m
emungkinkan untuk itu.
• Harus diperhitungkan adanya kemungkinan kesalahan in
terpretasi hasil pemeriksaan pada orang orang tua atau
penyandang cacat non neurologis.
• Pada saat pasien berdiri dan berjalan perhatikan posture
, keseimbangan , ayunan tangan dan gerakan kaki dan
mintalah pasien untuk melakukan.
• Jalan diatas tumit.
• Jalan diatas jari kaki.
• Tandem walking.
• Jalan lurus lalu putar.
• Jalan mundur.
• Hopping.
• Berdiri dengan satu kaki.
MACAM MACAM GAIT
33
• Hemiplegic gait/spastic gait: gaya jalan dengan kaki yan
g lumpuh digerakkan secara sirkumduksi.
• Scissors gait : gaya jalan dengan sirkumduksi kedua tun
gkai, misalnya spastik paraparese.
• Tabetic gait: gaya jalan pada pasien tabes dorsalis.
• Steppage gait: gaya jalan seperti ayam jago, pada para
parese flaccid atau paralisis n. Peroneus.
• Waddling gait: gaya berjalan dengan pantat dan pingga
ng bergoyang berlebihan, khas untuk kelemahan otot tu
ngkai proksimal, misalnya otot gluteus.
• Parkinsonian gait: gaya berjalan dengan sikap tubuh ag
ak membungkuk, kedua tungkai berfleksi sedikit pada s
endi lutut dan panggul. Langkah dilakukan setengah dis
eret dengan jangkauan yang pendek-pendek.
35
36
PEMERIKSAAN SISTEM
SENSORIK
• Pemeriksaan sensasi taktil (raba)
• Pemeriksaan sensasi nyeri superfisial
• Pemeriksaan sensasi suhu
• Pemeriksaan sensasi gerak dan posisi
• Pemeriksaan sensasi getar
• Pemeriksaan sensasi tekan.
Pemeriksaan sensasi taktil
(raba)
• Usap bagian tubuh tertentu pasien dengan menggunakan alat ringa
n (tissue, bulu). Kmdn minta pasien menjawab apakah merasakan
sentuhan dan dimana lokasinya
• Abnormalitas
1. Hipoestesi (penurunan terhadap sentuhan taktil)
2. Abnormalitas pada setiap sensasi taktil ringan dinamakan tigmane
sthesia
3. Abnormalitas untuk setiap sensasi sentuhan pada rambut dinama
kan trikoanesthesia
4. Abnormalitas ketika menyebutkan lokasi rangsang dinamakan top
oanesthesia
5. Kesalahan dalam menyebutkan huruf yang digoreskan pada perm
ukaan kulit dinamakan graphanesthesia
Pemeriksaan sensasi nyeri
superfisial
• Gunakan ujung hammer reflek (tajam dan tumpul) kmdn tusukkan s
ecara perlahan pada pasien. Minta pasien menyebutkan rangsang
yang diberikan tajam atau tumpul
• Abnormalitas
1. Alganesthesia atau analgesia yang digunakan untuk area yang tid
ak sensitif terhadap setiap rangsang
2. Hipalgesia yang dikaitkan dengan penurunan kepekaan terhadap r
angsang
3. Hiperalgesia yang dikaitkan dengan meningkatnya kepekaan terha
dap rangsang
Pemeriksaan sensasi suhu
• Sensasi dingin dengan menempelkan gelas atau tabung kaca/loga
m berisi air dengan suhu tertentu (5-10 C utk dingin dan 40-50 C un
tuk panas) minta pasien untuk menyeburkan rangsang yang diterim
a.
• ABNORMALITAS
1. Thermanesthesia
2. Thermahipesthesia
3. Thermhiperesthesia
Pemeriksaan sensasi gerak dan
posisi
1. Pemeriksaan ini tidak memerlukan peralatan khusus.
2. Mata pasien tertutup, pasien dalam posisis terlentang atau duduk.
3. Jari - jari pasien harus bebas dan rile ks dan dapat digerakkan se
cara pasif oleh si pemeriksa, sentuhlah secara halus tanpa penek
anan terhadap jari - jari tersebut.
4. Jari - jari yang diperiksa tidak boleh bergerak - gerak,, dan terbeb
as dari jari yang lain.
5. Pasien akan ditanya apakah ada atau tidak ada gerakan pada jari
yang diperiksa.
6. Jika ada kelainan sensasi gerakan,, pemeriksa harus mengulangi
lagi pemeriksaan pada daerah tubuh lain yang lebih besar,, misaln
ya pada tungkai atau lengan.
PEMERIKSAAN SENSASI
GETAR
PROSEDUR
1. Getarkan garputala (256Hz) dengan memukulkan jari -
jarinya ke benda keras
2. Tempatkan jari - jari garputala sesegera mungklin di ar
ea tulang yang diperiks
3. Amati intensitas dan lama getaran
4. Baik intensitas maupun lama getaran tergantung pada
kekuatan getaran dan interval waktu “memukul” dan m
enempelkan”
• Normal: jika bisa merasakan getaran, abnormal jika tida
k (palanesthesia)
PEMERIKSAAN SENSASI
NYERI TEKAN
PROSEDUR
• Massa otot, tendon,,atau saraf superfisial diperi
ksa dengan menekankan ujung jari - jari dengan
menjepit. Pasien akan ditanya,adakah nyeri tek
an yang diras akan; jawaban harus dibandingka
n dengan intensitas pemeriksaan
PEMERIKSAAN REFLEK
• Fisiologis dan Patologis
• Alat yang digunakan biasanya adalah hammer reflex da
n pasien harus dalam kondisi rileks
• Nilai yang didapat
1. 0 : Tidak berespon
2. +1 : Agak menurun, di bawah normal
3. +2 : Normal
4. +3 : Lebih cepat dibanding normal (masih fisiologis)
5. +4 : Hiperaktif sangat cepat, biasanya disertai klonus,
dan sering mengindikasikan adanya suatu penyakit
Reflek Fisiologis
• Reflek biseps
• Reflek triceps
• Reflek patella
• Reflek quadriceps
• Reflek achilles
Reflek patologis
• Reflek Hoffman
• Reflek Tromner
• Refleks Babinski
• Refleks Chaddock
• Refleks Oppenheim
• Refleks Gordon
DAFTAR PUSTAKA
• Campbell, W.MM., 2013. DeJong’s The Neurologic Exa
mination 7 th ed, Lippincott Williams & Wilkins, Philadel
phia..
• Biller, J., Gruener, G., Brazis, P., 2011. DeMeyer’s The N
eurologic Examination 6 th ed.. McGraw Hill, New York.
• Buckley, G., van Allen, M.WW., & Rodnitzky, R. L., 1981.
Pictorial Manual of Neurological Tests, Year Book Medic
al Publisher,Chicago.

More Related Content

What's hot

Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerJafar Nyan
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAISeascape Surveys
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungVerar Oka
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisSeascape Surveys
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darahDina Awwe
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilAgus Gunardi
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikuspeternugraha
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialisfikri asyura
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKSulistia Rini
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKPhil Adit R
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary surveyIra Rahmawati
 

What's hot (20)

Kejang demam ppt
Kejang demam pptKejang demam ppt
Kejang demam ppt
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 
Cairan infuse
Cairan infuseCairan infuse
Cairan infuse
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darah
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Muntah pada Anak
Muntah pada AnakMuntah pada Anak
Muntah pada Anak
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisikpemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik
 

Similar to Px neurologi fix

Pemeriksaan Fisik Neurologis.ppt
Pemeriksaan Fisik Neurologis.pptPemeriksaan Fisik Neurologis.ppt
Pemeriksaan Fisik Neurologis.pptssuserc20266
 
Pemeriksaan Columna Vertebralis dan Fungsi Luhur.pptx
Pemeriksaan Columna Vertebralis dan Fungsi Luhur.pptxPemeriksaan Columna Vertebralis dan Fungsi Luhur.pptx
Pemeriksaan Columna Vertebralis dan Fungsi Luhur.pptxLisaRaihanLutfia1
 
Tata laksana pokok bahasa pemeriksaan
Tata laksana pokok bahasa pemeriksaanTata laksana pokok bahasa pemeriksaan
Tata laksana pokok bahasa pemeriksaanzara larasati
 
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.pptASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.pptNurulLaili35
 
Pemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptx
Pemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptxPemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptx
Pemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptxAldySofyaan
 
REVISI 2 PEMERIKSAAN
REVISI 2 PEMERIKSAANREVISI 2 PEMERIKSAAN
REVISI 2 PEMERIKSAANzara larasati
 
Low back pain
Low back pain Low back pain
Low back pain cili htbrt
 
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalPengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalFransiska Oktafiani
 
Pemfis neurologis
Pemfis neurologisPemfis neurologis
Pemfis neurologisNurul Sari
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'Nola Hastuti
 
pdfslide.tips_vital-sign-5669d7219c97b.pptx
pdfslide.tips_vital-sign-5669d7219c97b.pptxpdfslide.tips_vital-sign-5669d7219c97b.pptx
pdfslide.tips_vital-sign-5669d7219c97b.pptxnaqibsakila4286
 
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)Nona Zesifa
 
CBD BPPV (Gerasimos Hasiholan)
CBD BPPV  (Gerasimos Hasiholan)CBD BPPV  (Gerasimos Hasiholan)
CBD BPPV (Gerasimos Hasiholan)gerasimoos
 

Similar to Px neurologi fix (20)

Pemeriksaan Fisik Neurologis.ppt
Pemeriksaan Fisik Neurologis.pptPemeriksaan Fisik Neurologis.ppt
Pemeriksaan Fisik Neurologis.ppt
 
Pemeriksaan Columna Vertebralis dan Fungsi Luhur.pptx
Pemeriksaan Columna Vertebralis dan Fungsi Luhur.pptxPemeriksaan Columna Vertebralis dan Fungsi Luhur.pptx
Pemeriksaan Columna Vertebralis dan Fungsi Luhur.pptx
 
pemeriksaan
pemeriksaanpemeriksaan
pemeriksaan
 
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAANPEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
 
Tata laksana pokok bahasa pemeriksaan
Tata laksana pokok bahasa pemeriksaanTata laksana pokok bahasa pemeriksaan
Tata laksana pokok bahasa pemeriksaan
 
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.pptASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
 
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptx
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptxPemeriksaan Lumbar Spine.pptx
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptx
 
Pemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptx
Pemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptxPemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptx
Pemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptx
 
Rockn dut fisioterapi
Rockn dut fisioterapiRockn dut fisioterapi
Rockn dut fisioterapi
 
REVISI 2 PEMERIKSAAN
REVISI 2 PEMERIKSAANREVISI 2 PEMERIKSAAN
REVISI 2 PEMERIKSAAN
 
PEMERIKSAAN FISIK.pptx
PEMERIKSAAN FISIK.pptxPEMERIKSAAN FISIK.pptx
PEMERIKSAAN FISIK.pptx
 
Low back pain
Low back pain Low back pain
Low back pain
 
Vertigo saraf.pptx
Vertigo saraf.pptxVertigo saraf.pptx
Vertigo saraf.pptx
 
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalPengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
 
Pemfis neurologis
Pemfis neurologisPemfis neurologis
Pemfis neurologis
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'
 
pdfslide.tips_vital-sign-5669d7219c97b.pptx
pdfslide.tips_vital-sign-5669d7219c97b.pptxpdfslide.tips_vital-sign-5669d7219c97b.pptx
pdfslide.tips_vital-sign-5669d7219c97b.pptx
 
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafanPengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
 
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Benda Asing (corpus alienum)
 
CBD BPPV (Gerasimos Hasiholan)
CBD BPPV  (Gerasimos Hasiholan)CBD BPPV  (Gerasimos Hasiholan)
CBD BPPV (Gerasimos Hasiholan)
 

More from DwiKartikaRukmi

Circulatory Shock Managements
Circulatory Shock ManagementsCirculatory Shock Managements
Circulatory Shock ManagementsDwiKartikaRukmi
 
Assessment and management of pain
Assessment and management of painAssessment and management of pain
Assessment and management of painDwiKartikaRukmi
 
Assesment, interpretation n management of cranial nerve dysfunction
Assesment, interpretation n management of cranial nerve dysfunction Assesment, interpretation n management of cranial nerve dysfunction
Assesment, interpretation n management of cranial nerve dysfunction DwiKartikaRukmi
 
Occupational lung diseases
Occupational lung diseasesOccupational lung diseases
Occupational lung diseasesDwiKartikaRukmi
 
Colorectal cancer/ Kanker Kolorektal
Colorectal cancer/ Kanker KolorektalColorectal cancer/ Kanker Kolorektal
Colorectal cancer/ Kanker KolorektalDwiKartikaRukmi
 
Anatomi fisiologi saraf (neuron)
Anatomi fisiologi saraf (neuron)Anatomi fisiologi saraf (neuron)
Anatomi fisiologi saraf (neuron)DwiKartikaRukmi
 
Konsep & asuhan keperawatan pasien hiv
Konsep & asuhan keperawatan pasien hivKonsep & asuhan keperawatan pasien hiv
Konsep & asuhan keperawatan pasien hivDwiKartikaRukmi
 
Assessment and management of challenging behaviour
Assessment and management of challenging behaviourAssessment and management of challenging behaviour
Assessment and management of challenging behaviourDwiKartikaRukmi
 

More from DwiKartikaRukmi (16)

Circulatory Shock Managements
Circulatory Shock ManagementsCirculatory Shock Managements
Circulatory Shock Managements
 
Hiv basic concept
Hiv basic conceptHiv basic concept
Hiv basic concept
 
Skin cancer
Skin cancerSkin cancer
Skin cancer
 
Nursing care of Stroke
Nursing care of StrokeNursing care of Stroke
Nursing care of Stroke
 
Assessment and management of pain
Assessment and management of painAssessment and management of pain
Assessment and management of pain
 
Assesment, interpretation n management of cranial nerve dysfunction
Assesment, interpretation n management of cranial nerve dysfunction Assesment, interpretation n management of cranial nerve dysfunction
Assesment, interpretation n management of cranial nerve dysfunction
 
Occupational lung diseases
Occupational lung diseasesOccupational lung diseases
Occupational lung diseases
 
Colorectal cancer/ Kanker Kolorektal
Colorectal cancer/ Kanker KolorektalColorectal cancer/ Kanker Kolorektal
Colorectal cancer/ Kanker Kolorektal
 
Anatomi fisiologi saraf (neuron)
Anatomi fisiologi saraf (neuron)Anatomi fisiologi saraf (neuron)
Anatomi fisiologi saraf (neuron)
 
Konsep dasar stroke
Konsep dasar strokeKonsep dasar stroke
Konsep dasar stroke
 
Konsep & asuhan keperawatan pasien hiv
Konsep & asuhan keperawatan pasien hivKonsep & asuhan keperawatan pasien hiv
Konsep & asuhan keperawatan pasien hiv
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 
Assessment and management of challenging behaviour
Assessment and management of challenging behaviourAssessment and management of challenging behaviour
Assessment and management of challenging behaviour
 
Altered consciousness
Altered consciousnessAltered consciousness
Altered consciousness
 
Anatomi Fisiologi Otak
Anatomi Fisiologi OtakAnatomi Fisiologi Otak
Anatomi Fisiologi Otak
 
Tumor otak 3.2
Tumor otak 3.2Tumor otak 3.2
Tumor otak 3.2
 

Recently uploaded

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 

Recently uploaded (20)

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 

Px neurologi fix

  • 1. DWI KARTIKA RUKMI PENGKAJIAN NEUROLOGI ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
  • 2. LEARNING OUTCOME • Anamnesis. • Pemeriksaan Kesadaran • Pemeriksaan Fungsi luhur • Pemeriksaan Saraf Kranialis. • Pemeriksaan Rangsang Meningeal. • Pemeriksaan Motorik. • Pemeriksaan Sensorik. • Pemeriksaan Refleks.
  • 3. Anamnesa Berisi: • Identitas pasien : nama, usia, alamat, status per nikahan, pekerjaan dsbnya. • Keluhan Utama • Riwayat Penyakit sekarang / kronologis penyaki tnya • Riwayat penyakit dahulu (RPD) • Riwayat penyakit keluarga • Riwayat alergi dan pengobatan • Kebiasaan pasien 3
  • 4. PEMERIKSAAN KESADARAN • Kuatitatif dengan menggunakan GCS, PC S • Kualitatif dengan menggunakan kategori ti ngkatan kesadaran
  • 6. Tingkat Kesadaran Pasien dinilai dari GCS • Compos mentis : 15 • Somnolen atau letargis : 13-14 • Soporo komatous : 8-12 • Koma : 3-7
  • 7. PEDIATRIC COMA SCALE Nilai normal • Lahir – 6 bulan: 9 • 6-12 bulan: 11 • 1-2 tahun: 12 • 2-5 tahun: 13 • >5 tahun: 14
  • 8. PEMERIKSAAN KUALITATIF KE SADARAN • Normal/kompos mentis. • Apatis: kurang perhatian • Somnolen: mengantuk, kesadaran kembali bila dirangsang • Sopor: kantuk yang dalam, sadar bila rangsang an kuat • Koma – ringan: tidak respon dengan rangsang v erbal/sentuh, ada gerakan bila diberikan rangsa ng nyeri, reflek kornea (+) • Koma: tidak ada respon dengan rangsanagan a papun
  • 9. PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR Terdiri dari • Pemeriksaan afasia : ajak pasien untuk bicara dan mengobrol, mi nta pasien mengulang kalimat yang diucapkan. • Pemeriksaan apraksia: minta pasien untuk meniup geretan yang menyala • Pemeriksaan agnosia: minta pasien untuk menyebutkan benda ya ng ditunjuk, atau diminta memejamkan mata kemudian sentuh sal ah satu jari pasien dan minta pasien menyebutkan jari yang baru saja disentuh, minta pasien meraba benda dan menyebutkan kira kira apa nama benda yang diraba
  • 10. • Pemeriksaan memori 1. Memori segera/baru: minta pasien untuk mengulangi angka - angka yang disebutkan pemeriksa,, dimulai dari 2 angka,, kemudian 3 angk a, dan seterusnya. 2. Kemampuan mempelajari hal baru : Minta pasien menghafal 4 kata y ang tidak berhubungan yang diucapkan pemeriksa (cokelat, jujur, ma war,lengan). Selang 20 - 30 menit kemudian minta pasien mengulan g 4 kata tadi. 3. Memori Visual : Minta pasien melihat pemeriksa menyembunyikan 5 benda kecil di sekitar pasien. Selang 5 menit kemudian pasien ditan yai benda apa yang disembunyikan dan dimana lokasinya..
  • 11. PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS DIPELAJARI PADA PERKULIAHAN YANG LAIN
  • 12. TANDA RANGSANG MENINGEAL ADA BEBERAPA CARA • Kaku kuduk (nuchal rigidity) • Tanda Laseque • Tanda Kernig • Tanda Brudzinski I dan II
  • 13.
  • 15. 15
  • 17. PEMERIKSAAN MOTORIK • Pemeriksaan gerakan volunteer • Pemeriksaan tonus otot • Pemeriksaan kekuatan otot • Beberapa abnormalitas pemeriksaan mot oric • Pemeriksaan gerakan involunteer • Pemeriksaan fungsi koordinasi
  • 18. Pemeriksaan Gerakan Volunter • Meminta pasien untuk bergerak sesuai dengan permintaan pemeriksa. • Penilaian ini bersifat umum,, yaitu untuk menget ahui apakah pasien masih dapat menekukkan l engannya di sendi siku, mengangkat lengan di s endi bahu, mengepal dan meluruskan jari - jari t angan, menekukkan di sendi lutut dan panggul serta menggerakkan jari - jari kakinya.
  • 19. Pemeriksaan Tonus Otot Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak di periksa kemudian ekstremitas tersebut kita gerak-gerakk an fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut . Pada o rang normal terdapat tahanan yang wajar. – Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali ( diju mpai pada kelumpuhan LMN). – Hipotoni : tahanan berkurang. – Spastik : tahanan meningkat diawal gerakan , ( ini dijumpai pada kelumpuhan UMN) – Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada Parkinson.
  • 20. 20
  • 22. Pemeriksaan Gerakan Involunter OBSERVASI GERAKAN • Tremor saat istirahat : disebut juga tremor striatal, dise babkan lesi pada corpus striatum ( nukleus kaudatus, p utamen, globus pallidus dan lintasan lintasan penghubu ngnya ) misalnya kerusakan substansia nigra pada sindr oma Parkinson. • Tremor saat bergerak ( intensional ) : disebut juga trem or serebellar, disebabkan gangguan mekanisme “feedba ck” oleh serebellum terhadap aktivitas kortes piramidalis dan ekstrapiramidal hingga timbul kekacauan gerakan v olunter.
  • 23. • Chorea : gerakan involunter pada ekstremitas, biasanya lengan atau tangan, eksplosif, cepat berganti sifat dan arah gerakan secara tidak teratur, yang hanya terhenti p ada waktu tidur. Khorea disebabkan oleh lesi di corpus s triataum, substansia nigra dan corpus subthalamicus. • Athetose : gerakan involenter pada ektremitas, terutam a lengan atau tangan atau tangan yang agak lambat da n menunjukkan pada gerakan melilit lilit , torsi ekstensi a tau torsi fleksi pada sendi bahu, siku dan pergelangan t angan. Gerakan ini dianggap sebagai manifestasi lesi di nukleus kaudatus
  • 24. 24
  • 25. 25
  • 26. • Ballismus: gerakan involunter otot proksimal ekstremita s dan paravertebra, hingga menyerupai gerakan seoran g yang melemparkan cakram. Gerkaan ini dihubungkan dengan lesi di corpus subthalamicus, corpus luysi, area prerubral dan berkas porel. • Fasikulasi: kontrasi abnormal yang halus dan spontan pada sisa serabut otot yang masih sehat pada otot yang mengalami kerusakan motor neuron. Kontraksi nampak sebagai keduten keduten dibawah kulit.
  • 27. • Myokymia: Fasikulasi benigna. Frekwensi kedu ten tidak secepat fasikulasi dan berlangsung leb ih lama dari fasikulasi. • Myoclonic : gerakan involunter yang bangkit tib a tiba cepat, berlangsung sejenak, aritmik, dapa t timbul sekali saja atau berkali kali ditiap bagian otot skelet dan pada setiap waktu, waktu berger ak maupun waktu istirahat.
  • 28. PEMERIKSAAN FUNGSI KOORDINASI • Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai aktivitas serebelum • Macam-macam pemeriksaan “ Cerebellar sign” – Test telunjuk hidung. – Test jari – jari tangan. – Test tumit – lutut. – Test diadokinesia berupa: pronasi – supinasi – Test fenomena rebound. – Test mempertahankan sikap. – Test nistagmus. – Test disgrafia. – Test romberg.
  • 29. 29
  • 30. 30
  • 31. 31 • Test romberg positif: baik dengan mata terbuka maupun dengan mata tertutup , pasien akan jatuh kesisi lesi sete lah beberapa saat kehilangan kestabilan ( bergoyang – goyang ). • Pasien sulit berjalan pada garis lurus pada tandem walki ng, dan menunjukkan gejala jalan yang khas yang diseb ut “ celebellar gait “ • Pasien tidak dapat melakukan gerakan volunter dengan tangan,lengan atau tungkai dengan halus. Gerakan nya kaku dan terpatah-patah.
  • 32. PEMERIKSAAN GAIT DAN STATION 32 • Pemeriksaan ini hanya dilakukan bila keadaan pasein m emungkinkan untuk itu. • Harus diperhitungkan adanya kemungkinan kesalahan in terpretasi hasil pemeriksaan pada orang orang tua atau penyandang cacat non neurologis. • Pada saat pasien berdiri dan berjalan perhatikan posture , keseimbangan , ayunan tangan dan gerakan kaki dan mintalah pasien untuk melakukan. • Jalan diatas tumit. • Jalan diatas jari kaki. • Tandem walking. • Jalan lurus lalu putar. • Jalan mundur. • Hopping. • Berdiri dengan satu kaki.
  • 33. MACAM MACAM GAIT 33 • Hemiplegic gait/spastic gait: gaya jalan dengan kaki yan g lumpuh digerakkan secara sirkumduksi. • Scissors gait : gaya jalan dengan sirkumduksi kedua tun gkai, misalnya spastik paraparese. • Tabetic gait: gaya jalan pada pasien tabes dorsalis. • Steppage gait: gaya jalan seperti ayam jago, pada para parese flaccid atau paralisis n. Peroneus. • Waddling gait: gaya berjalan dengan pantat dan pingga ng bergoyang berlebihan, khas untuk kelemahan otot tu ngkai proksimal, misalnya otot gluteus. • Parkinsonian gait: gaya berjalan dengan sikap tubuh ag ak membungkuk, kedua tungkai berfleksi sedikit pada s endi lutut dan panggul. Langkah dilakukan setengah dis eret dengan jangkauan yang pendek-pendek.
  • 34.
  • 35. 35
  • 36. 36
  • 37. PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK • Pemeriksaan sensasi taktil (raba) • Pemeriksaan sensasi nyeri superfisial • Pemeriksaan sensasi suhu • Pemeriksaan sensasi gerak dan posisi • Pemeriksaan sensasi getar • Pemeriksaan sensasi tekan.
  • 38. Pemeriksaan sensasi taktil (raba) • Usap bagian tubuh tertentu pasien dengan menggunakan alat ringa n (tissue, bulu). Kmdn minta pasien menjawab apakah merasakan sentuhan dan dimana lokasinya • Abnormalitas 1. Hipoestesi (penurunan terhadap sentuhan taktil) 2. Abnormalitas pada setiap sensasi taktil ringan dinamakan tigmane sthesia 3. Abnormalitas untuk setiap sensasi sentuhan pada rambut dinama kan trikoanesthesia 4. Abnormalitas ketika menyebutkan lokasi rangsang dinamakan top oanesthesia 5. Kesalahan dalam menyebutkan huruf yang digoreskan pada perm ukaan kulit dinamakan graphanesthesia
  • 39. Pemeriksaan sensasi nyeri superfisial • Gunakan ujung hammer reflek (tajam dan tumpul) kmdn tusukkan s ecara perlahan pada pasien. Minta pasien menyebutkan rangsang yang diberikan tajam atau tumpul • Abnormalitas 1. Alganesthesia atau analgesia yang digunakan untuk area yang tid ak sensitif terhadap setiap rangsang 2. Hipalgesia yang dikaitkan dengan penurunan kepekaan terhadap r angsang 3. Hiperalgesia yang dikaitkan dengan meningkatnya kepekaan terha dap rangsang
  • 40. Pemeriksaan sensasi suhu • Sensasi dingin dengan menempelkan gelas atau tabung kaca/loga m berisi air dengan suhu tertentu (5-10 C utk dingin dan 40-50 C un tuk panas) minta pasien untuk menyeburkan rangsang yang diterim a. • ABNORMALITAS 1. Thermanesthesia 2. Thermahipesthesia 3. Thermhiperesthesia
  • 41. Pemeriksaan sensasi gerak dan posisi 1. Pemeriksaan ini tidak memerlukan peralatan khusus. 2. Mata pasien tertutup, pasien dalam posisis terlentang atau duduk. 3. Jari - jari pasien harus bebas dan rile ks dan dapat digerakkan se cara pasif oleh si pemeriksa, sentuhlah secara halus tanpa penek anan terhadap jari - jari tersebut. 4. Jari - jari yang diperiksa tidak boleh bergerak - gerak,, dan terbeb as dari jari yang lain. 5. Pasien akan ditanya apakah ada atau tidak ada gerakan pada jari yang diperiksa. 6. Jika ada kelainan sensasi gerakan,, pemeriksa harus mengulangi lagi pemeriksaan pada daerah tubuh lain yang lebih besar,, misaln ya pada tungkai atau lengan.
  • 42. PEMERIKSAAN SENSASI GETAR PROSEDUR 1. Getarkan garputala (256Hz) dengan memukulkan jari - jarinya ke benda keras 2. Tempatkan jari - jari garputala sesegera mungklin di ar ea tulang yang diperiks 3. Amati intensitas dan lama getaran 4. Baik intensitas maupun lama getaran tergantung pada kekuatan getaran dan interval waktu “memukul” dan m enempelkan” • Normal: jika bisa merasakan getaran, abnormal jika tida k (palanesthesia)
  • 43. PEMERIKSAAN SENSASI NYERI TEKAN PROSEDUR • Massa otot, tendon,,atau saraf superfisial diperi ksa dengan menekankan ujung jari - jari dengan menjepit. Pasien akan ditanya,adakah nyeri tek an yang diras akan; jawaban harus dibandingka n dengan intensitas pemeriksaan
  • 44. PEMERIKSAAN REFLEK • Fisiologis dan Patologis • Alat yang digunakan biasanya adalah hammer reflex da n pasien harus dalam kondisi rileks • Nilai yang didapat 1. 0 : Tidak berespon 2. +1 : Agak menurun, di bawah normal 3. +2 : Normal 4. +3 : Lebih cepat dibanding normal (masih fisiologis) 5. +4 : Hiperaktif sangat cepat, biasanya disertai klonus, dan sering mengindikasikan adanya suatu penyakit
  • 45. Reflek Fisiologis • Reflek biseps • Reflek triceps • Reflek patella • Reflek quadriceps • Reflek achilles
  • 46.
  • 47. Reflek patologis • Reflek Hoffman • Reflek Tromner • Refleks Babinski • Refleks Chaddock • Refleks Oppenheim • Refleks Gordon
  • 48.
  • 49.
  • 50. DAFTAR PUSTAKA • Campbell, W.MM., 2013. DeJong’s The Neurologic Exa mination 7 th ed, Lippincott Williams & Wilkins, Philadel phia.. • Biller, J., Gruener, G., Brazis, P., 2011. DeMeyer’s The N eurologic Examination 6 th ed.. McGraw Hill, New York. • Buckley, G., van Allen, M.WW., & Rodnitzky, R. L., 1981. Pictorial Manual of Neurological Tests, Year Book Medic al Publisher,Chicago.