2. Definisi • Ikterus fisiologis adalah yang timbul pada hari ke-2
dan hari ke-3 yang tidak mempunyai dasar patologis,
kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan
dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi
(Sarwono Prawirohardjo, 2002).
• Ikterus patologis adalah warna kuning yang terjadi
pada 24 jam pertama kehidupan, menetap setelah 2
minggu pertama. (Mansjoer, 2002)
• Ikterus Neonaturum adalah keadaan ikterus yang
terjadi pada bayi baru lahir. Ikterus juga disebut
Hiperbilirubinemia. Yang dimaksud ikterus pada BBL
(bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin
didalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna
kuning. (Ngastiyah,1997: 197)
3. Patofisiologi
• Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian
yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada
sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga
dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh.
• Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu bilirubin ini
akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
• Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan
timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Bilirubin indirek akan
mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir
rendah , hipoksia, dan hipoglikemia. (Makmur, 1991)
4. Etiologi
• Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada
setiap bayi baru lahir, karena :
1. Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah
merah lebih banyak dan berumur lebih pendek.
2. Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan
fungsi enzim glukuronil transferase, UDPG/T dan
ligand dalam protein belum adekuat) penurunan
ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.
3. Sirkulus enterohepatikus meningkat karena
masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus
dan belum ada nutrien.
5. Lanjutan..
• Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh
faktor/keadaan :
1. Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD,
sferositosis herediter dan pengaruh obat.
2. Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.
3. Polisitemia
4. Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir
5. Ibu diabetes
6. Asidosis
7. Hipoksia/asfiksia
8. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
7. Ikterus Hemolitik
Ikterus hemolitik disebabkan oleh lisis (penguraian) sel
darah merah yang berlebihan. Ikterus hemolitik merupakan
penyebab prahepatik karena terjadi akibat faktor-faktor yang
tidak harus berkaitan dengan hati.
Ikterus hemolitik dapat terjadi pada destruksi sel darah
merah yang berlebihan dan hati tidak dapat mengkonjugasikan
semua bilirubin yang dihasilkan. Ikterus ini dapat dijumpai pada
reaksi transfuse, atau lisis sel darah merah akibat gangguan
hemoglobin, misalnya anemia sel sabit dan talasemia.
Destruksi sel darah merah karena proses otoimun yang
dapat menyebabkan ikterus semolitik. Pada ikterus hemolitik
apapun sebabnya, sebagian bilirubin akan terkonjugasi (disebut
bilirubin bebas atau hiperbilirubinemia indirek) akan meningkat.
8. Ikterus Hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi
bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosis
dan disebut ikterus hepatoseluler. Disfungsi hati
dapat terjadi apabila hepatosit terinfeksi dan oleh
virus, misalnya pada hepatitis, apabila sel sel hati
rusak akibat kanker atau sirosis. Sebagian kelainan
kongenital juga mempengaruhi kemampuan hati
untuk menangani bilirubin, Obat-obatan tertentu
termasuk hormone steroid, sebagian anti biotic dan
anestetik halotan juga dapat mengganggu sel
hati. Apabila hati tidak dapat mengkonjugasikan
bilirubin, kadar bilirubin terkonjugasi akan
meningkat sehingga timbul ikterus.
9. Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran empedu keluar hati atau
duktus biliaris disebut ikterus obstruktif. Ikterus obstruktif
dianggap berasal intrahepatik apabila disebabkan oleh
sumbatan aliran empedu melintasi duktus biliaris. Obstruksi
intra hepatik dapat terjadi apabila duktus biliaris tersumbat
oleh batu empedu atau tumor.
Pada kedua jenis obstruksi tersebut, hati tetap
mengkonjugasikan bilirubin, tetapi bilirubin tidak dapat
mencapai usus halus. Akibatnya adalah penurunan atau
tidak adanya ekskresi urobilinogen di tinja sehingga tinja
berwarna pekat. Bilirubin terkonjugasi tersebut masuk ke
aliran darah dan sebagian besar di ekskresikan melalui
ginjal sehingga urin berwarna gelap dan berbusa. Apabila
obstruksi tersebut tidak di atasi maka kanalikulus biliaris di
hati akhirnya mengalami kongesti dan rupture sehingga
empedu tumpah ke limfe dan aliran darah.
10. Tanda Gejala
1. timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas
pada hari ke-5 sampai dengan ke-6 dan akan
menghilang pada hari ke-7 atau ke-10.
2. kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan
tidak lebih dari12 mg/dl dan pada BBLR tidak
lebih dari 10 mg/dl, dan akan menghilang pada
hari ke-14.
3. Bayi tampak biasa, minum baik dan berat badan
naik biasa.
4. Penyebab ikterus neonatorum fisiologis
diantaranya adalah organ hati yang belum
“matang” dalam memproses bilirubin, kurang
proteinY dan Z dan enzim glukoronyl tranferase
yang belum cukup jumlahnya.
FISIOLOGIS PATOLOGIS
1. Timbul kuning pada 24 jam pertama kehidupan.
2. Kuning ditemukan pada umur 14 hari atau lebih.
3. Tinja berwarna pucat.
4. Kuning sampai lutut dan siku.
5. Serum bilirubin total lebih dari 12,5 mg /dl pada
bayi cukup bulan dan lebih dari 10 pada bayi
kurang bulan (BBLR).
6. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih
dalam 24 jam.
7. Ikterus diserai dengan proses hemolisis
(Inkompatibilitas darah).
8. Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl atau kenaikan
bilirubin serum 1 mg /dl atau 3 mg/dl/hari.
9. Ikterus menetap setelah bayi berumur 10 hari
pada bayi cukup bulan dan lebih dari 14 ahri
pada bayi kurang bulan (BBLR).
11. Penatalaksanaan
1. Mengajari ibu cara menyinari bayi dengan
cahaya matahari pagi biasanaya sekitar jam 7
pagi sampai jam 8 pagi selama 15-30 menit
2. Lakukan asuhan dasar pada bayi
3. Beri minum bayi sesuai kebutuhan dan kalori
yang cukup
4. Perhatikan frekwensi BAB
5. Usahakan agar bayi tidak terlalu kepanasan
atau kedinginan
6. Memeliahara kebersihan tempat tidur bayi
dan lingkungannya
7. Mencegah terjadinya infeksi
8. Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu
untuk menyusui secara dini dan ASI eklusif
lebih sering minimal setiap 2 jam
9. Jika bayi tidak dapat menyusu berikan ASI
melalui pipa nasogastrik atau dengan gelas
dan sendok
10. Jaga bayi agar tetap hangat
11. Ikterus fisisologis tidak memerlukan
penanganan khusus dan dapat dirawat jalan
dengan nasehat untuk ku njungan ulang
setelah tujuh hari .Jika bayi tetap kuning
selama 7 hari maka
12. Lakukan penilaian lengkap
13. Lakukan pemeriksaan ulang untuk ikterus
tanyakan apakah kencing sehari semalam
atau apakah sering buang air besar
FISIOLOGIS
12. • Cegah agar gula darah tidak turun
• Jika anak masih bisa menetek mintalah pada ibu
untuk menetekkan anakanya
• Jika anak tidak bisa menetek lagi tapi masih bisa
menelan beri perasanASI atau susu pengganti,
Jika keduanaya tidak memungkinkan beri air gula
30-50 cc sebelum dirujuk
• Cara membuat air gula. Larutkan 4 sendok teh
gula kedalam gelas yang berisi 200 cc air masak
• Jika anak tidak bisa menelan berikan 50cc air
susu ataua ir gula melalaui pipa ansogastrik ,jika
tidak rujuk segera
• Nasehati ibu agar menjaga bayi tetap hangat
• Sertakan contoh darah ibu jika kuning terjadi
pada 2 hari pertama kehidupan
• Rujuk segera.
• Setiap ikterik yang muncul pada 24 jam pertama
adalah patologis dan membutuhkan
pemeriksaan laboratorium lanjut
• Pada bayi dengan ikterus kramer grade 3 atau
lebih perlu dirujuk
• Perhatikan frekwensi BAK dan BAB
• Beri terapi sinar untuk bayi yang dirawat di RS
dan jemur bayi dibawah sinar matahari pagi pada
jam 7-8 selaam 30 menit. 15 menit telentang dan
15 menit telungkup
• Cegah kontak dengan keluarga yang sakit dan
cegah terjadinya infeksi
PATOLOGIS
13. Dokumentasi SOAP
Data Subjektif :
Ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi 3200 gram mengatakan cemas, karena bayinya
sering rewel, menangis, merintih, perut membuncit, dan kulitnya terlihat kuning, mengatakan setiap hari
mengonsumsi jamu satu gelas perhari sejak hari ketiga nifas, dan ibu juga mengatakan bayi nya kuning.
PATOLOGIS
• Keadaan umum : Lemah
• Kesadaran : Samnolen
• Suhu : 37oC, Pernafasan : 48x / menit,
Nadi : 125 x / menit
• Berat badan lahir : 2850 gram
• Muka : Simetris, warna kuning
• Mata : Simetris, sklera kuning,
konjungtiva pucat, tidak juling.
• Anus :Terdapat lubang anus, sudah
BAB warna dempul dan BAK warna gelap
• Warna kulit :Tidak ada bercak dan tanda lahir,
warna kulit keseluruhan kuning
• Miksi : Frekuensi : 4 x per hari, warna
kuning
• Mekonium : 1 x per hari, warna Dempul
konsistensi lunak
Data Objektif :
14. • Menyampaikan pada ibu dan suami tentang hasil pemeriksaan bahwa bayinya
kemungkinan mengalami ikterus patologis. Ibu dan suami mengerti dengan
penjelasan yang diberikan
• MengobservasiTTV dan konsistensi warna kulit.
• Hasil pemeriksaan :
• Nadi : 130 x/menit
• RR : 48 x/menit
• Suhu : 36,8 C
• Warna kulit kuning.
Diagnosa : Bayi Ny. L dengan kemungkinan ikterus patologis.
Planning :
Assasment :
15. Memberikan konseling pada ibu tentang :
• Menjaga kehangatan bayi dengan cara ibu lebih sering mendekap bayi, tata ruangan
yang hangat untuk mencegah hipotermi
• Cara memberikan ASI yang benar, yaitu dengan cara meletakan bayi di tangan ibu
posisi kepala di sikut ibu, posisi perut bayi menempel dengan perut ibu dan sesering
mungkin
• Mengawasi tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti pernafasan lebih cepat, suhu
yang panas,tali pusat merah atau bernanah, mata bengkak, tidak ada BAK atau BAB
dalam 24 jam.
• Meletakkan bayi pada yang terang, untuk mempertahankan suhu badan pada bayi.
• Menganjurkan ibu untuk melakukan terapi sinar dan tetap menyusui bayinya, jika
bayi tidak mau menyusui anjurkan ibu untuk memerah asinya dan memberikannya
menggunakan sendok.
16. Data Subjektif :
Ibu mengatakan sejak 3 hari yang lalu ada perubahan kulit secara tiba tiba
pada bayinya, ketika ibu jarang meyusuinya karena asi ibu tidak keluar dan
minat bayi untuk menyusu lemah.
Data Objektif :
P : 84x / menit Bilirubin total 8,35
R : 46x /menit Direk 1,64
S : 36,9oC Indirek 6,71
BB : 3500 gr
Assasment : Neonatus usia 6 hari dengan ikterus fisiologis
FISIOLOGIS
17. Planning :
1. Memberikan hasil px pada ibu dan keluarga ibu dan keluarga mengetahui
dengan penjelasan yang diberikan.
2. MengobservasiTTV, BB, asupan nutrisi P : 84x /menit, R : 48x /menit S :
36,8oC. BB 3500 kg
3. Menganjurkan ibu untuk memberi ASI 2x3 jam sekali atau kapan pun bila bayi
menginginkannya ibu mengerti
4. Menanjurkan ibu untuk datang kontrol 1 minggu yang akan datang atau bila
ada tanda-tanda bahaya ibu mengatakan akan datang lagi bila ada tanda
bahaya.