2. Pengertian Ikterus
Ikterus atau Hiperbilirubinemia adalah meningginya
kadar bilirubin didalam jaringan ekstravaskuler
sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
lainnya berwarna kuning. Ikterus pada bayi baru
lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan
dan 80% lagi pada neonatus kurang bulan.. Ikterus
atau warna kuning pada bayi baru lahir dalam batas
normal pada hari ke 2-3 dan menghilang pada hari
ke-10.
3. Macam-Macam Ikterus
1. Ikterus fisiologis : ikterus normal yang dialami
oleh bayi baru lahir, tidak mempunyai dasar
patologis sehingga tidak berpotensi menjadi kern
ikterus
• Timbul pada hari ke-2 dan 3 setelah bayi lahir
• Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10 mg%
pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg% pada
neonatus kurang bulan
• Kadar biliriubin direct tidak lebih dari 1mg%
• Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
• Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan
keadaan patologis
4. 2.Ikterus Patologis adalah ikterus yang
mempunyai dasar patologis dengan kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai
potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau
tidak ditanggulangi dengan baik disebut juga
hiperbikirubinemia
• Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
• Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus
cukup bulan dan melebihi 12,5 mg% pada
neonatus kurang bulan
• Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
• Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%
• Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik
5. Penyebab Ikterus
• Prahepatik (ikterus hemolitik : karena produksi bilirubin yang
meningkat pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik).
• Pascahepatik (obstruktif) : Adanya obstruksi pada saluran empedu yang
mengakibatkan bilirubin konjungasi akan kembali lagi ke dalam sel hati
dan masuk ke dalam aliran darah, kemudian sebagian masuk dalam
ginjal dan diekskresikan dalam urine. Sementara itu, sebagian lagi
tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sklera berwarna kuning
kehijauan serta gatal dan feses akan berwarna putih keabu-abuan, liat,
dan seperti dempul
• Hepatoseluler (ikterus hepatik) : Konjugasi bilirubin terjadi pada sel
hati, apabila sel hati mengalami kerusakan maka secara otomatis akan
mengganggu proses konjugasi bilirubin sehingga bilirubin direct
meningkat dalam aliran darah
– Faktor Maternal :Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan
Rh), Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik, ASI
– Faktor Perinatal : Trauma lahir , Infeksi
– Faktor Neonatus : Prematuritas
– Faktor Genetik : Polisitemia, Obat, Rendahnya asupan ASI, Hipoglikemia,
Hipoalbuminemia
6. Penyebab timbulnya ikterus seperti yang
dikemukakan oleh Harper dann Yoon (1974),
yaitu:
1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama
• Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau
golongan lain
• Infeksi intrauterin (oleh virus,
toksoplasma, dan kadang-kadang bakteri)
• Kadang-kadang oleh defisiensi G-6-PD
7. 2. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
• Biasanya ikterus fisiologis
• Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah
ABO atau Rh atau golongan lain. Hal ini dapat
diduga kalau peningkatan kadar bilirubin cepat,
misalnya melebihi 5 mg%/24jam
• Defisiensi enzim G-6-PD juga mungkin
• Polisitemia
• Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan
subaponeurosis, perdarahan hepar subkapsuler dan
lain-lain)
• Hipoksia
• Sferositosis, eliptositosis dan lain-lain
• Dehidrasi asidosis
• Dehidrasi enzim eritrosit lainnya
8. 3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir
minggu pertama
• Biasanya karena infeksi (sepsis)
• Dehidrasi asidosis
• Defisiensi enzim G-6-PD
• Pengaruh obat
• Sindrom Criggler-Najjar
• Sindrom gilbert
4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan
selanjutnya
• Biasanya karena obstruksi
• Hipotiroidisme
• ‘Breast milk jaundice’
• Infeksi
• Neonatal hepatitis
• Galaktosemia
9. Tanda dan Gejala Ikterus
• Dehidrasi
• Pucat
• Trauma Lahir
• Pletorik (penumpukan darah)
• Letargik
• Petekiae (bintik merah di kulit)
• Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal)
• Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
• Omfalitis (peradangan umbilikus)
• Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
• Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus
koledukus)
• Feses dempul disertai urin warna coklat
10. --Komplikasi
• Kern ikterus (ensefalopati biliaris) adalah suaatu
kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirect
pada otak. Gejala kerusakan otak berupa mata
berputar, letargi, kejang, tak mau mengisap,
tonus otot meningkat, leher kaku, epistotonus,
dan sianosis, serta dapat juga diikuti dengan
ketulian, gangguan berbicara, dan retardasi
mental di kemudian hari
11. Rumus Kramer
Daerah Luas Ikterus Kadar Bilirubin (mg
1 Kepala dan Leher 5
2 Daerah 1 + badan bagian
atas
9
3 Daerah 1,2 + badan
bagian bawah dan
tungkai
11
4 Daerah 1,2,3 + lengan
dan kaki dibawah
tungkai
12
5 Daerah 1,2,3,4 + tangan
dan kaki
16
12. Komplikasi
Kern ikterus (ensefalopati biliaris) adalah suaatu
kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirect
pada otak. Kern ikterus ditandai dengan kadar
bilirubin darah yang tinggi (>20 mg% pada bayi
cukup bulan atau >18 mg% pada bayi berat lahir
rendah) disertai dengan gejala kerusakan otak
berupa mata berputar, letargi, kejang, tak mau
mengisap, tonus otot meningkat, leher kaku,
epistotonus, dan sianosis, serta dapat juga diikuti
dengan ketulian, gangguan berbicara, dan
retardasi mental di kemudian hari
13. Penanganan
• Ikterus fisiologis
– Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya
– Lakukan perawatan bayi sehari-hari, seperti:
– Jelaskan pentingnya
• Memberikan ASI
• Menjemur bayi
• Memberikan asupan makanan bergizi
• Menganjurkan ibu untuk tidak minum jamu
– Apabila ada tanda ikterus yang lebih parah (misalnya feses berwarna putih keabu-abuan da
seperti dempul), anjurkan ibu untuk segera membawa bayinya ke puskesmas
• Hiperbilirubinemia sedang
– Berikan ASI secara adekuat
– Lakukan pencegahan hipotermi
– Letakkan bayi di tempat yang cukup sinar matahari ± 30 menit, selama 3-4 hari
– Lakukan pemeriksaan ulang 2 hari kemudian
– Anjurkan ibu dan keluarga untuk segera merujuk bayinya jika keadaan bayi bertambah para
mengeluarkan feses bewarna putih keabu-abuan dan liat seperti dempul
• Hiperbilirubenemia berat
– Berikan informer consent pada keluarga untuk segera merujuk bayinya
– Selama persiapan merujuk, berikan ASI secara adekuat
– Lakukan pencegahan hipotermi
– Bila mungkin, ambil contoh darah ibu sebanyak 2,5 ml.
14. 1. Terapi sinar (fototerapi)
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam da
kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat
dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ ha
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terapi sinar ialah :
Lamanya terapi sinar dicatat Alat-alat yang diperlukan adalah sebagai berikut
• Lampu fluoresensi 10 buah masing-masing 20 watt dengna gelombang sinar 425-475
seperti pada sinar cool white, daylight, viuta kite blue, dan special blue
• Jarak sumber cahaya bayi ±45 cm, diantaranya diberi kaca pleksi setebal 0,5 inci untu
menahan sinar ultraviolet
• Lampu diganti setiap 200-400 jam
Cara terapi
• Bayi telanjang, kedua mata ditutup, sedangkan posisinya diubah-ubah setiap 6 jam
• Suhu tubuh bayi dipertahankan sekitar 36,5-37°C
• Perhatikan keseimbangan elektrolit
• Pemeriksaan Hb teratur setiap hari
• Pemeriksaan bilirubin darah setiap hari atau dua hari, setelah terapi sebanyak 3 kalibda
sehari
• Mungkin timbul skin rash yang sifatnya sementara dan tak berbahaya (bronze baby)
• Lama terapi 100 jam atau bila kadar bilirubin darah sudah mencapai ≤ 7,5 mg%
15. Kelainan yang mungkin timbul pada neonatus yang
mendapat terapi sinar adalah :
• Peningkatan kehilangan cairan yang tidak teratur
(insensible water loss)
• Frekuensi defekasi meningkat
• Timbul kelainan kulit “flea bite rash” di daerah muk
badan dan ekstrimitas
• Peningkatan suhu
• Kadang ditemukan kelainan, seperti gangguan minum
lateragi, dan iritabilitas.
• Gangguan pada mata dan pertumbuhan
16. 2.Terapi Transfusi
Jika setelah menjalani fototerapi tak ada
perbaikan dan kadar bilirubin terus
meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau
lebih, maka perlu dilakukan terapi transfusi
darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin
dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak
(kern ikterus) Efek inilah yang harus
diwaspadai karena anak bisa mengalami
beberapa gangguan perkembangan
17. • Indikasi
–Kadar bilirubin indirect darah ≥ 20
mg%
–Kenaikan kadar bilirubin indirect darah
yang cepat, sebesar 0,3 -1 mg% per jam
–Anemia berat disertai tanda payah
jantung
–Bayi dengan HB tali pusat < 14 mg%
dan tes Coombs positif
18. 3.Terapi Obat-obatan
Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya
phenobarbital atau luminal untuk meningkatkan
pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin
yang sifatnya indirect berubah menjadi direct. Ada
juga obat-obatan yang mengandung plasma atau
albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan
bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ
hati.
Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan
terapi lain, seperti fototerapi. Jika sudah tampak
perbaikan, maka terapi obat-obatan ini dikurangi
bahkan dihentikan. Efek sampingnya adalah
mengantuk dan akibatnya bayi jadi banyak tidur dan
kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi
kekurangan kadar gula dalam darah yang justru
memicu peningkatan bilirubin
19. 4. Menyusui Bayi dengan ASI
Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak
mengeluarkan feses dan urine, untuk itu bayi harus
mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI
memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat
memperlancar buang air besar dan buang air
kecilnya. Akan tetapi, pemberian ASI juga harus di
bawah pengawasan dokter karena pada beberapa
kasus, ASI justru meningkatkan kadar bilirubin
bayi (breast milk jaundice).
Kejadian ini biasanya muncul di minggu pertama
dan kedua setelah bayi lahir dan akan berakhir pada
minggu ke-3. Biasanya untuk sementara ibu tidak
boleh menyusui bayinya. Setelah kadar bilirubin
bayi normal, baru boleh disusui lagi.
20. 5.Terapi Sinar Matahari
Lakukan antara jam 07.00 sampai 09.00.
Inilah waktu dimana sinar surya efektif
mengurangi kadar bilirubin. Di bawah jam tujuh,
sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan
di atas jam sembilan kekuatannya sudah terlalu
tinggi sehingga akan merusak kulit.
Hindari posisi yang membuat bayi melihat
langsung ke matahari karena dapat merusak
matanya
21. Pencegahan Ikterus
Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan
kehamilan dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi
pada janin, dan hipoksia (kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim
• Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
• Pengawasan antenatal yang baik.
• Menghindari obat-obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi pada masa
kehaniilan dan kelahiran
• Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus
• Iluminasi yang baik, bangsal bayi baru lahir
• Pencegahan infeksi
• menganjurkan penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
• Cari sebab-sebabnya. Jika kuning karena fisiologis, tak perlu tindakan karena
akan hilang sendiri. Jika terjadi karena patologis, harus diteliti oleh dokter lebih
lanjut.
• Ibu dianjurkan menyusui ASI sedini mungkin karena kolostrum yang ada dalam
ASI mengandung antibodi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan bayi
• Perhatikan dan tandai kapan munculnya kuning, kecepatan peningkatan
kuningnya, serta lamanya
• Jangan memberi sembarang obat-obatan pada bayi
• Hindarkan bayi dari infeksi
• Jangan biarkan bayi "puasa" terlalu lama. Berikan cairan tiap 3-4 jam.
• Sebaiknya hindari pemakaian kamper/kapur barus saat menyimpan baju-baju
bayi