Dokumen tersebut berisi anamnesis lengkap pasien yang mengalami gejala vertigo. Anamnesis mencakup identitas pasien, keluhan utama dan penyerta, riwayat penyakit dan keluarga, riwayat berobat, serta pemeriksaan fisik yang meliputi kepala, leher, dada, abdomen, dan ekstremitas.
2. Anamnesis
• Identitas Pasien
– Nama, umur, Jenis Kelamin, alamat, pekerjaan, agama,
status pernikahan
• Keluhan utama
– Adakah gejala pusing berputar?
– Pusing yang dirasakan seperti berputar atau hanya nyeri
kepala atau hanya terasa seperti melayang dan ingin jatuh?
– Sejak kapan?
– Sekali serangan berapa detik/menit?
– Apakah muncul setelah adanya perubahan posisi kepala
baik dari tidur ke duduk atau sebaliknya?
3. Lanjutan
• Keluhan Penyerta
– Apakah adanya mual dan muntah?
– Apakah ada keluhan penurunan pendengaran?
– Apakah ada telinga berdenging?
– Apakah adanya rasa penuh di telinga?
– Apakah ada demam?
– Apakah ada keluar cairan dari lubang telinga?
– Apakah ada riwayat sakit batuk pilek sebelumnya?
– Apakah ada baal atau kesemutan?
– Apakah ada bibir mencong dan suara jadi rero?
– Apakah pernah jatuh sebelumnya yang membentur
kepala?
4. Lanjutan
• Riwayat Berobat
– Sebelumnya sudah berobat ? Bila sudah berobat ke mana
dan minum obat apa dan patuh terhadap obatnya?
– Apakah sebelum sakit, pernah mengkonsumsi antibiotik
tertentu atau obat-obatan lainnya yang diminum rutin
maupun tidak?
• Riwayat Penyakit Dahulu
– Apakah dahulu pernah mengalami keluhan serupa?
– Apakah ada DM, Hipertensi, riwayat sakit di telinga, atau
riwayat penyakit yang berhubungan dengan otak (kejang,
stroke)?
• Riwayat kebiasaan
– Mengorek-korek telinga?
– Makan yang asin berlebihan?
5. Lanjutan
• Riwayat Penyakit Keluarga
– Apakah ada keluarga pernah mengalami keluhan
serupa?
– Apakah ada DM, Hipertensi, riwayat sakit di
telinga, atau riwayat penyakit yang berhubungan
dengan otak (kejang, stroke)?
• Riwayat Alergi
– Makanan
– obat
6. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum :
Kesadaran : compos mentis
Kesan sakit : ringan/sedang/berat?
– Status Gizi : BB, TB, BMI
• Tanda – tanda vital :
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
7. Pemeriksaan Fisik
• Kepala :
Wajah: bentuk dan ukuran simetris
Mata : konjungtiva? Sklera? Nistagmus?
Telinga :
Meatus acusticus externus, canalis acusticus (mukosa, serumen,
sekret)?
Membran timpani?
Hidung : Mukosa hiperemis? Deviasi septum nasi? Nyeri tekan
daerah sinus paranasal?
Rhinoskopi anterior : Mukosa hiperemis/ edema? Sekret?
Hipertrofi konka?
Mulut : mukosa, ukuran dan permukaan tonsil? mukosa faring?
Mukosa lidah ?
8. Pemeriksaan Fisik
• Leher : letak trakea sentral? KGB membesar?
• Thoraks
Pulmo
Inspeksi :bentuk dan pergerakan?
Palpasi : bentuk dan pergerakan, taktil fremitus?
Perkusi : Sonor?
Auskultasi : VBS kanan dan kiri, suara nafas tambahan,
vocal fremitus, wheezing? Ronchi?
Cor :
Inspeksi : ictus cordis
Palpasi : ictus cordis
Perkusi : batas – batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung S1, S2, murmur
12. Dasar Diagnosis
BPPV Neuritis
Vestibularis
Meniere’s Disease
Pencetus vertigo Dicetuskan karena
perubahan posisi
kepala.
Tunggal, prolong,
terjadi karena
perubahan posisi
kepala
Dicetuskan
mungkin dengan
makanan asin
Lama vertigo <1 menit Hari - minggu Menit – jam(20
menit – 24 jam)
Gejala penyerta
lainnya
Mual mutah,
berkeringat, tidak
ada defisit
neurologi dan
tidak ada
penurunan
pendengaran
Mual, muntah,
sebelumnya
menderita ISPA
tidak ada
penurunan
pendengaran,
tidak ada defisit
neurologi ,
Ada gangguan
pendengaran,
teliga berdenging
13. Usulan Pemeriksaan Penunjang
• Audiologi
– Uji Garpu Tala
– Audiometri
• Radiologi
– CT : menilai kelainan anatomi pada batang otak,
serebelum, dan ventrikel atau adanya infark otak
14. Penatalaksanaan
• Non Farmakologi
• Tirah baring
• Manuver Epley atau metode Brandt-Daroff
• Edukasi (penyakit dapat berulang tiba”)
• Farmakologi
• Dimenhidrinat 3 x 50 mg PO
• Betahistine Mesylate 3 x 6 -12 mg PO
16. Penatalaksaan
• Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular
exercise) dengan metode brandDaroff.
– Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua
tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup, kepala
dipalingkan ke satu sisi 45 derajat, baringkan tubuh dengan
cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik.
Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan
dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu
duduk kembali.
– Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, 3x siang dan 3x malam
hari masing-masing diulang 2- 5 kali sampai tidak vertigo
lagi,
18. Definisi Vertigo
• Vertigo (vertere) memutar.
• Vertigo : keluhan subjektif dalam bentuk rasa
berputar dari tubuh/kepala atau lingkungan
sekitarnya.
• Dapat berupa gejala sendiri, atau berupa
sindrom vertigo ( gejala vertigo, mual,
muntah, nistagmus, dan unsteadiness)
20. Tabel 1. Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular
Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Non Vestibular
Sensasi Rasa berputar Melayang, hilang keseimbangan
Tempo serangan Episodik Kontinu, konstan
Mual/muntah + -
Gangguan pendengaran +/- -
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan obyek visual
Situasi pencetus - Keramaian, lalu lintas
21. Klasifikasi Vertigo
Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo
vestibular, yaitu:
• Vertigo vestibular perifer.
– Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis
• Vertigo vestibular sentral.
– Timbul pada lesi di nucleus vestibularis batang
otak, thalamus sampai ke korteks serebri.
25. Definisi BPPV
• Benign Paroxysmal Positional Vertigo adalah
kelainan vestibular yang disebakan stimulus
yang tidak dinginkan dari reseptor vestibular
yang berada dalam kanalis semisirkularis.
• Hipotesis debris degenerasi (otokonia) yang
bergerak dan mengambang pada kupula
semisirkularis posterior atau pada cairan
endolimfe.
26. Epidemiologi BPPV
• BPPV dilaporkan sebanyak 10,7 – 64 kasus per
100.000 populasi penduduk.
• BPPV penyakit kelainan vestibular paling
sering.
• Usia dekade 5 – 7.
27. Etiologi BPPV
1. Idiopatik
– Menurut Schuknecht (1974), BPPV terjadi karena
degenerasi spontan otokonia pada matriks utrikulus
2. Trauma Kepala
– Menurut Barbes (1964), 47% pasien raktur temporal
Longitudinal memiliki gejala BPPV.
3. Infeksi
– Biasanya Otitis Media
4. Lainnya
– Insufisiensi Vertebrobasiler, ototoksisitas (Alkohol,
fenitoin, salisilat, quinidine), kongenital, neuroma
akustik
28. Patofisiologi
1. Teori Kupulolithiasis
• Adanya debris yang berisi kalsium karbonat dari
fragmen otokonia yang terlepas dari makula utrikulus
yang berdegenerasi, dan menempel pada permukaan
kupula kanalis semisirkularis posterior yang letaknya
langsung dibawah makula utrikulus.
• Perubahan posisi (duduk ke baring) kanalis
posterior berubah dari inferior ke superior kupula
bergerak secara utrikulofugal nistagmus + vertigo.
• Adanya masa laten karena pergeseran membutuhkan
waktu
29.
30. Patofisiologi
2. Teori Kanalithiasis
• Debris otokonia tidak melekat, melainkan
bergerak bebas di dalam endolimfe kanalis
semisirkularis posterior.
• Kepala digerakkan debris keluar dari
posterios kanalis semisurkularis masuk ke
vestibulum (dasar Manuver Epley)
31.
32. Diagnosis (Anamnesis)
• Sensasi berputar terhadap lingkungan atau
diri sendiri terutama saat perubahan posisi
kepala. (muncul ketika pasien dari duduk ke
posisi tidur)
• Episode singkat terjadi 1 menit atau kurang.
Dan berakhir dalam waktu 30 sampai 60 detik
• Disertai mual muntah
• Ruangan terasa berputar atau pasien merasa
goyang
33. Diagnosis (Pemeriksaan Fisik)
• Tes Dix-Hallpike Maneuver (+) Posterior
Canal BPPV
• Muncul nystagmus yang laten (5 sampai 20
detik) dan akan menghilang setelah 60 detik
sejak onset nistagmus.
• Bila manuver diulang terus menerus , akan
terjadi efek fatigue (reduksi keparahan
nistagmus) tidak direkomendasikan
34. Test Dix-Hallpike
• Interpretasi Test Dix-
Hallpike :
– Normal : tidak timbul
vertigo dan nistagmus
– Abnormal : timbul
nistagmus posisional pada
BPPV yang memiliki 4 ciri
yaitu adaya masa laten,
lamanya kurang dari 30
detik, disertai vertigo
yang lamanya sama
dengan nistagmus,
adanya fatigue.
35. Diagnosis (pemeriksaan Fisik)
• Bila test Dix-Hallpike negatif, perlu dilakukan test
supine roll untuk menilai BPPV tipe Lateral
Semisirkularis.
• Cara test supine roll
– Posisikan pasien supine dengan kepala terlentang .
– Poisisikan kepala kesatu sisi 90 derajat secara cepat,
amati nistagmus. Bila sudah berhenti posisikan ke
posisi normal.
– Kemudian dimiringkan kembali ke arah berlawanan 90
derajat dan diamati nistagmusnya.
36.
37.
38. Penatalaksanaan
Terapi kausal : sesuai dengan penyebab
Terapi simptomatik :
Vestibular Suppresant
• Anti-histamin : Anti histamin generasi 1
– MoA : aktivitas antikolinergik memblokade
reseptor muskarinik dan inhibisi efek CNS
– Cinnarizine 3x25mg
– Dimenhidrinat 3x50mg
• cerebral vasodilators
Histamin Analog :
Betahistine 3x8mg
Ca-entry blocker :
Flunarisin 3x5-10mg
DOC Vertigo : Betahistine
Blokade reseptor presinaps
H3 dan stimulasi reseptor
post sinaps H1 yg lemah
• ↑ pelepasan histamin ke
akhiran saraf,
• ↑ efek relaksan pd sfinkter
prekapilar di mikrosirkulasi
telinga peningkatan
aliran darah di labirin
• Inhibisi aktifitas neuron
vestibular
Mengurangi frekuensi dan
intensitas vertigo dan tinitus
39. Penatalaksaan
• Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular
exercise) dengan metode brandDaroff.
– Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua
tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup
baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi,
pertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk kembali.
Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain.
Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan
latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masing-
masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau
3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari.