Vertigo merupakan gejala umum yang sering dialami pasien. Terdapat berbagai penyebabnya, baik vestibular perifer maupun sentral, yang dapat dibedakan melalui anamnesa dan tes fisik seperti manuver Hallpike. Pengobatan vertigo bergantung pada penyebabnya, namun umumnya bersifat simptomatik seperti obat antialergi dan relaksasi. Pemeriksaan pendukung seperti ENG dan MRI diperlukan untuk mendiagnosis pen
3. Epidemiologi
• Keluhan yang sering didapatkan sehari-hari!
• Di AS, 4% orang mengalami vertigo paling
kurang 1x dalam masa hidupnya.
• Urutan kelima penyebab dirawat di bangsal
saraf.
11. Anamnesis
1) Adakah sensasi gerakan? Mual, muntah,
berkeringat, gerakan mata abnormal?
2) Berapa lama vertigo? Berterusan atau hilang
timbul? Adakah dicetuskan perubahan posisi?
Adakah pasien mengkonsumsi obat ototoksik?
Adakah riwayat trauma kepala baru? Cedera
whiplash?
3) Adakah gangguan pendengaran?
4) Adakah kelemahan, gangguan visual, penurunan
kesadaran, kesulitan berjalan, gerakan mata
abnormal, sulit bicara?
12. Keluhan: Arti keluhan: Gangguan:
Saya pusing Seolah-olah berputar Kemungkinan
vestibuler
Saya pusing Seolah-olah kepala
kosong, lemah,
cenderung jatuh,
syncope
Kemungkinan
cardiovascular
Saya pusing Setiap kali bergerak
cenderung jatuh
Kemungkinan
serebellar
Saya pusing Seolah-olah melayang,
enteng di kepala,
deskripsi samar
Kemungkinan
gangguan psikiatrik
13. Pemeriksaan Fisik
Gejala pada gangguan saraf vestibularis atau
hubungannya dengan sentral akan
menyebabkan terjadinya:
• Vertigo
• Rasa tidak stabil
• Kehilangan keseimbangan
• Nistagmus
• Salah tunjuk(past pointing)
14. Menilai vertigo menggunakan Manuver Hallpike.
Lesi Perifer Lesi Sentral
Vertigo Berat Ringan
Masa laten 2-30detik Tidak ada
Jadi capai/lelah Vertigo akan berkurang
apabila posisi kepala tetap
Tidak ada
Habituasi Vertigo akan berkurang dan
menghilang apabila
maneuver diulang-ulang
Tidak ada
Contoh kelainan Neuronitis vestibular, BPPV,
Motion sickness, Trauma,
streptomisin, Labirintitis,
Meniere disease, Neuroma
akustik.
Stroke, iskemik batang otak,
Migren basiler, trauma,
perdarahan atau lesi di
serebellum, lesi lobus
temporalis, neoplasma.
15. Prosedur:
1. Pasien duduk ditempat.
2. Pasien direbahkan sampai kepalanya tergantung
di pinggir dengan sudut 30 derajat dibawah
horizon dan kepala ditolehkan kekiri.
3. Pasien tetap membuka matanya, dan
diobservasi ada atau tidak nistagmus.
4. Perhatikan kapan nistagmus mulai muncul,
berapa lama, dan jenis.
5. Tanyakan pada pasien adakah vertigo yang
dialaminya sama dengan yang sering dialaminya.
6. Ulang tes pada sisi kanan.
16.
17.
18. • Tes Romberg yang dipertajam
• Penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki
yang lain. Tumit kaki bertemu jari kaki dibelakangnya.
• Tangan dilipat pada dada, mata ditutup.
• Orang normal mampu berdiri dalam sikap ini selama
30detik atau lebih.
19. • Tes melangkah di tempat(stepping test)
• Penderita menutup mata dan disuruh berjalan
ditempat sebanyak 50 langkah dengan kecepatan
berjalan seperti biasa.
• Hasil tes ini abnormal apabila kedudukan akhir
penderita berganjak lebih dari 1 meter dari awalnya,
atau badan berputar lebih 30 derajat.
20. • Tes Past Pointing
• Pasien disuruh merentangkan lengannya dan
telunjukkan menyentuh telunjuk pemeriksa.
• Pasien disuruh mengangkat tangan lurus ke atas, dan
turun sehingga menyentuh telunjuk pemeriksa lagi.
• Pasien kemudiaannya disuruh mengulang pergerakan
naik turun ini tetapi dengan mata tertutup.
21. • Tes Heel-to-Knee
• Pasien menyentuh lutut dengan menggunakan tumit
kaki sebelahnya, dan turun menelusuri bagian depan
tibia.
• Kaki diletak disamping setiap kali habis menelusuri ke
bawah, dan diulang sebanyak 5x.
• Prosedur diulang dengan kaki yang sebelahnya lagi
25. Non farmakologis
• Berbaring diam dalam ruangan gelap
• Fiksasi visual
• Relaksasi mental
• Memberikan dukungan bahawa penyakitnya tidak
berat(jika memang tidak berat)
• Latihan vestibular sesuai indikasi
Fisioterapi(sesuai indikasi)
• Canalith repositioning procedure
• Vestibular habituation training
• Balance coordination training
26. BPPV
• Vertigo yang dicetuskan oleh perubahan
gerakan kepala.
• Biasanya membaik sendiri dalam 6 minggu.
• Merupakan penyebab vertigo terbanyak, yaitu
20-30%, dengan wanita 2 kali lipat lebih ramai
pada laki-laki
• Meningkat dengan bertambahnya usia.
27. • Etiologi:
– Idiopatik
– Trauma kepala
– Degenerasi system vestibular
– Infeksi virus
– Stroke minor
34. Gejala:
1. Vertigo mendadak, berat dan disertai mual muntah,
vertigo biasanya berlangsung hingga beberapa hari
dan diperberat pergerakan kepala.
2. Nistagmus spontan dengan komponen cepat
berlawanan arah lesi.
3. Pada test kalorik ditemukan paralisis vestibular
unilateral.
4. Pasien cenderung jatuh kearah lesi.
5. Malaise
6. Tinnitus atau perasaan seolah-olah liang telinga
dimasuki air ditemukan pada 40% kasus.
7. Tidak ditemukan gangguan pendengaran.
35. Pengobatan:
1. Istirahat
2. Betahistine mesylate. 6mg. 3x/hari.
3. Minor tranquiliser seperti diazepam dapat
ditambah karena emosi, anxiety dan pikiran
dapat mempermudah bangkitnya serangan
vertigo.
38. Pengobatan:
1. Vestibulosuppresent seperti meclizine,
droperidol, prochlorperazine, diazepam
bekerja sebagai masking agent.
2. Diuretik seperti hydrochlorothiazide,
acetazolamide mengurangi produksi cairan.
3. Steroid. Dapat menghilangkan vertigo,
tinnitus dan gangguan pendengaran.
4. Histamine agonist seperti betahistine juga
banyak digunakan.
5. Aminoglikosida. Hanya buat pasien stadium
lanjut.
39. Vertigo Post Trauma
• Bisa disebabkan hiperaktif otonom, bisa juga
karena kecederaan sebenar.
• Pembagian:
1. Vertigo post trauma akut
2. Vertigo post trauma posisional
40. Acoustic Neuroma
• Sejenis tumor.
• 80-90% daripada tumor di CPA
• Gejala vertigo jarang ditemukan.
• Gejala biasanya ketulian, dan efek dari
kompresi nervus.
44. Kesimpulan
Vertigo merupakan suatu gejala yang cukup
sering dikeluhkan oleh pasien sehari-hari, oleh itu
petugas medis haruslah terampil dalam
menanganinya.
Namun, kadang sukar untuk dibedakan samada
keluhan pasien bersifat psikogenik ataupun organik.
Justeru, kita haruslah lebih teliti dalam melakukan
anamnesa dan pemeriksaan fisik agar tidak
kecolongan diagnosis.