2. BAB I PENDAHULUAN
Bell’s palsy (BP) :
• paresis nervus fasialis perifer
• bersifat akut
• penyebabnya tidak diketahui pasti (idiopatik)
• Apabila faktor penyebab jelas maka disebut paralisis fasialis
perifer dan bukan bell’s palsy
• Insiden BP dilaporkan sekitar 40-70% dari semua kelumpuhan
saraf fasialis perifer akut
• Terdapat 10–30 pasien per 100.000 populasi per tahun dan
meningkat sesuai pertambahan umur
Quality Standards Subcommittee of the American Academy of
Neurology (AAN) :
steroid merupakan obat yang efektif dan antiviral (asiklovir)
merupakan obat yang mungkin efektif dalam meningkatkan
probabilitas pemulihan fungsi nervus fasialis
3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bell’s palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis perifer (N.VII), terjadi
secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) atau tidak
menyertai penyakit lain yang dapat mengakibatkan lesi nervus fasialis
• Insiden BP dilaporkan sekitar 40-70% dari semua kelumpuhan saraf
fasialis perifer akut
• Prevalensi rata-rata berkisar antara 10–30 pasien per 100.000
populasi per tahun dan meningkat sesuai pertambahan umur
• terbanyak pada usia 21–30 tahun.
• Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria
• adanya riwayat terpapar udara dingin seperti naik kendaraan
dengan kaca terbuka, tidur di lantai atau bergadang sebelum
menderita bell’s palsy
4. 4 teori etiologi Bell’s palsy
Teori
iskemik
vaskuler
Teori
herediter
Teori
infeksi
virus
Teori
imunologi
Patofisiologi Bell’s Palsy
5. Gambaran Klinis • Timbul secara mendadak
• Penderita menyadari
adanya kelumpuhan pada
salah satu sisi wajahnya
pada waktu bangun pagi,
bercermin atau saat sikat
gigi/berkumur
• Bell’s palsy hampir selalu
unilateral.
• Pada sisi wajah yang
terkena, ekspresi akan
menghilang sehingga
lipatan nasolabialis akan
menghilang
7. Terapi
Istirahat terutama
pada keadaan
akut
Medikamentosa
Kortikosteroid :
• steroid sangat efektif dan harus digunakan untuk
meningkatkan kemungkinan pemulihan kembali
fungsi nervus fasialis.
• Dosis : 60 mg/hari selama 5 hari lalu dilakukan
penurunan dosis dalam waktu 5 hari berikutnya
yaitu diturunkan 10 mg/hari
Antiviral :
• Dosis Acyclovir diberikan 400 mg 5 kali sehari
selama 10 hari atau Valaciclovir 500 mg 2 kali
sehari selama 5 hari
• Bell’s palsy awitan awal antiviral yang
dikombinasikan dengan steroid tidak
meningkatkan probabilitas pemulihan kembali
nervus fasilalis >7%
Fisioterapi
Operasi
8. Komplikasi
Crocodile tear phenomene
Synkinesis
Tic Facialis sampai
Hemifacial Spasme
Prognosis
Prognosis Bell’s palsy baik yaitu sekitar 80-90% penderita
sembuh dalam waktu 6 minggu sampai tiga bulan tiga bulan
tanpa ada kecacatan
Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih, mempunyai
peluang 40% sembuh total dan beresiko tinggi meninggalkan
gejala sisa
Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka penderita
cenderung meninggalkan gejala sisa
Hanya 23 % kasus Bells palsy yang mengenai kedua sisi wajah
Bell’s palsy kambuh pada 10-15 % penderita
Sekitar 30 % penderita yang kambuh ipsilateral menderita
tumor N. VII atau tumor kelenjar parotis
9. Identitas pasien
Nama : Ny. Lk
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Damai RT.18
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan: 12 November 2023
Keluhan utama :
Mulut mencong ke kanan sejak 3 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan mulut mencong ke kanan sejak 3 hari yang lalu. Keluhan dirasakan terutama saat pasien berkumur-
kumur di pagi hari dan merasakan air keluar dari mulutnya. Di pagi hari saat bangun pagi , mulut penderita mencong ke
kanan, mata kiri tidak menutup sempurna sehingga terasa perih dan berair, pipi terasa kencang. Sisi wajah sebelah kiri
terasa tebal, kaku, dan bergerak sendiri. Makan baik, bila minum air sering keluar dari sisi mulut sebelah kiri. Tidak ada
keluhan nyeri di sekitar telinga kiri. Riwayat keluar cairan dari telinga kiri tidak ada, tidak ada gangguan pendengaran.
Keluhan pusing berputar, gangguan pendengaran, rasa makanan berkurang, demam, batuk, pilek tidak ada. Pasien
memiliki riwayat tidur di lantai dan menggunakan kipas angin saat malam hari sebelumnya.
Anamnesis
10. Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat keluhan yang sama sebelumnya tidak ada.
• Riwayat diabetes, hipertensi, dan trauma tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hanya penderita yang sakit seperti ini.
Riwayat Sosial :
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Kebiasaan pasien setiap hari adalah pergi ke pasar jam 5 pagi dan jarang
menggunakan helm. Pasien sering tidur di lantai dan menggunakan kipas angin karena cuaca sangat panas.
Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Tanda vital : TD 130/90 mmHg; N 64x/m; R 20x/m; S 36.3°C
Status General
Kepala : Normocephali, Mata : anemia -/-, ikt-/-, THT : dalam batas normal; wajah tidak ditemukan vesikel pada
daerah sekitar telinga dan tidak terdapat pembengkakan atau massa pada kelenjer parotis, Thorax : Cor : S1S2
normal, murmur (-) Pulmo : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-, Abdomen : distensi (-),bising usus normal, hepar
dan lien tidak teraba, Ekstremitas : dalam batas normal.
Pemeriksaan Fisik
Anamnesis
11. Kepala
Bentuk : mesosefal
Simetri : (+)
Nyeri tekan : (-)
Pulsasi : (-)
Leher
Sikap : tegak
Pergerakan : bebas ke segala arah
Kaku kuduk : (-)
Saraf otak
Status Neurologi
12.
13. Extremitas
A. Superior
Inspeksi
Atrofi otot : ( - )
Pseudohypertrofi: ( - )
Palpasi
Nyeri : ( - )
kontraktur : ( - )
konsistensi : lembek
Perkusi
normal : normal
reaksi myotonik : ( - )
Motorik
Kekuatan otot
( N.B : 5 = normal (100%) , 4 = dpt melawan tahanan
minimal (75 %), 3= dpt melawan gravitasi (50%), 2= dpt
menggerakan sendi (25%), 1 = msh ada kontraksi otot
(10%), 0 = tidak ada gerak sama sekali (0%).
Lengan kanan kiri
• M. Deltoid (abduksi lengan atas) : 5 5
• M. biceps (flexi lengan bawah) : 5 5
• M. Triceps (ekstensi lengan bawah) : 5 5
• Flexi sendi pergelangan tangan : 5 5
• Ekstensi pergelangan tangan : 5 5
• Membuka jari – jari tangan : 5 5
• Menutup jari – jari tangan : 5 5
14. • Tonus otot
- tonus otot lengan (N) (N)
- hypotoni (-) (-)
- Spastik (-) (-)
- rigid (-) (-)
- rebound Phenomen tidak dilakukan
• Refleks fisiologis
- B P R (+) (+)
- T P R (+) (+)
• Refleks Patologis
- Hoffman (-) (-)
- tromner (-) (-)
SENSIBILITAS
Eksteroseptik : tidak dilakukan
Propioseptik : tidak dilakukan
Enteroseptik : tidak dilakukan
Rasa kombinasi : tidak dilakukan
B. Inferior
inspeksi : normal
palpasi : normal
perkusi : normal
15. Motorik
Kekuatan otot
( N.B : 5 = normal (100%) , 4 = dpt melawan tahanan minimal (75 %), 3= dpt melawan
gravitasi (50%), 2= dpt menggerakan sendi (25%), 1 = msh ada kontraksi otot (10%),
0 = tidak ada gerak sama sekali (0%).
Tungkai kanan kiri
- Flexi artic coxae (tungkai atas) : 5 5
- Extensi artic coxae (tungkai atas) : 5 5
- Flexi sendi lutut (tungkai bawah) : 5 5
- Extensi sendi lutut (tungkai bawah) : 5 5
- Flexi plantar kaki : 5 5
- Ekxtensi dorsal kaki : 5 5
- Gerakan jari-jari : 5 5
17. SENSIBILITAS
Eksteroseptik : tdk dilakukan
Propioseptik : tdk dilakukan
Enteroseptik : tdk dilakukan
Rasa kombinasi : tdk dilakukan
18. Koordinasi
Jari tangan-jari tangan : (+)
Jari tangan-hidung : (+)
Ibu jari kaki-tangan : tdk dilakukan
Tumit-lutut : tdk dilakukan
Pronasi-supinasi : tdk dilakukan
Tapping dgn jari-jari tangan : tdk dilakukan
Tapping dgn jari-jari kaki : tdk dilakukan
Gait station : tdk dilakukan
Fungsi luhur : dbn
Refleks-refleks primitif : -
Susunan saraf otonom : dbn
Gait dan keseimbangan
19. Diagnosa klinis : Bell’s Palsy
Diagnosa topis : Sekitar foramen stilomastoideus
Diagnosa etiologi : Idiopatik
Fungsional : Penurunan kemampuan fungsional dalam
melakukan aktivitas sehari-hari (makan/mengunyah, minum/berkumur,
tersenyum)
Diagnosis
• Methylprednisolone 3x4 mg
• Vitamin B 2x 1 tab
• Fisioterapi
• Pro Rujuk Jika belum ada perubahan
Terapi
Ad vitam : dubius ad bonam
Ad fungsional : dubius ad bonam
Prognosis
20. . Cara Melakukan Rehabilitasi Fisik pada pasien Bell’s Palsy. Dikutip dari
Syahrir H, 2014 Bell’s Palsy: USU Repository)
21. PEMBAHASAN
Telah dilaporkan suatu kasus Bell’s
palsy pada pasien perempuan
berusia 42 tahun
Data epidemiologi:
• prevalensi Bell’s palsy rata-rata berkisar
antara 10–30 pasien per 100.000 populasi
per tahun dan meningkat sesuai
pertambahan umur.
• Data yang dikumpulkan dari 4 buah Rumah
sakit di Indonesia didapatkan frekuensi
Bell’s palsy sebesar 19,55 % dari seluruh
kasus neuropati
• Terbanyak pada usia 21–30 tahun.
• Lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria.
22. Pada pasien ini didapatkan riwayat tidur di
lantai dan menggunakan kipas angin saat
malam hari sebelumnya
• Tidak didapati perbedaan insiden antara iklim panas
maupun dingin
• Pada beberapa penderita didapatkan adanya riwayat
terpapar udara dingin seperti naik kendaraan dengan kaca
terbuka, tidur di lantai atau bergadang sebelum menderita
bell’s palsy.
Anamnesis : didapatkan bahwa terdapat
kelumpuhan pada nervus fasialis tipe perifer :
• mulut pasien mencong ke kanan
• mata kiri tidak menutup sempurna
• pipi terasa kencang
• Sisi wajah sebelah kiri terasa tebal, kaku, dan
bergerak sendiri
Pemeriksaan Fisik:
kelemahan pada otot wajah sisi kanan dan
menunjukkan lesi pada N.VII perifer
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis serta beberapa
pemeriksaan fisik, dalam hal ini yaitu pemeriksaan
neurologis.
Pada Bell’s palsy ditemukan adanya lesi nervus fasialis (N.VII)
perifer yang dapat dinilai saat pasien dalam keadaan diam
dan saat gerak (kontraksi otot-otot yang dipersarafi N.VII)
Lesi di luar foramen stylomastoideus
Pada pasien ini kortikosteroid kita berikan pada
hari ketiga onset penyakit dengan dosis
3x 4 mg methylprednisolone
yang direncanakan diturunkan dosisnya pada
hari ketujuh
Pada pasien Bell’s palsy dengan onset yang baru, steroid
sangat efektif dan harus digunakan untuk meningkatkan
kemungkinan pemulihan kembali fungsi nervus fasialis.
Dosis prednisolon yang digunakan adalah 60 mg/hari selama
5 hari lalu dilakukan penurunan dosis dalam waktu 5 hari
berikutnya yaitu diturunkan 10 mg/hari.