SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
PELUMPUH OTOT

   Adalah obat yang menghambat sistem kerja
    syaraf ke otot-otot dalam tubuh.

 Berdasarkan tempat hambatannya, pelumpuh
  otot dibagi atas 2 golongan besar, yakni :
1. Penghambat transmisi neuromuskuler
2. Penghambat excitation-contraction coupling
PENGHAMBAT TRANSMISI NEUROMUSKULER


   Obat dalam golongan ini menghambat
    transmisi neuromuskuler sehingga
    menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka.

 Obat ini dibagi menjadi dua golongan :
1. Obat penghambat kompetitif yang
   menstabilkan membran.
2. Obat penghambat secara depolarisasi
   persisten.
Sejarah dan kimia

    Awal mula ditemukannya obat pelumpuh otot berasal dari senyawa
     kimia yang terdapat pada racun panah yang dipakai oleh suku
     indian di Amerika Selatan.
    Dan setelah diteliti oleh Claude Bernard pada tahun
     1857, kandungan senyawa didalam busur panah tersebut adalah :
1.     d-Tubokurarin
2.     Galamin
3.     Suksinilkolin
4.     Pankuronium
      Golongan 1 mengandung senyawa dengan molekul-molekkul
       besar , seperti d-tubokurarin, metokurin, toksiferin, β-
       eritroidin, galamin, alkuronium, pankuronium, vekuronium, atrakur
       ium, dan fazadinium.
      Golongan 2 mengandung senyawa suksinilikolin dan
       dekametonium yang bentuk molekulnya ramping.
Farmakodinamik

SISTEM KERJA OBAT DIDALAM OTOT RANGKA
Golongan 1(obat penghambat kompetitif)
 ACh Dilepaskan saraf motorik berinteraksi dengan reseptor nikotinik otot
  dilempeng akhir syaraf pada membran otot rangka menyebabkan
  depolarisasi lokal yang bila melewati ambang rangsang akan menghasilkan
  Potensial aksi otot. Selanjutnya, akan menimbulkan kontraksi otot.

Golongan 2 (obat penghambat secara depolarisasi persisten)
 menghambat dengan cara menimbulkan depolarisasi persisten pada
  lempeng akhirsaraf (EPP persisten di atas Et) karenna obat-obat ini bekerja
  sebagai agonis Ach tetapi tidak dipecah seperti halnya Ach. Jadi hambatan
  ini menyerupai efek Ach dalam dosis besar sekali atau sekali pemberian
  antikolinesterase. Pada mulanya EPP menghasilkan beberapa MAP
  yang menyebabkan terjadinya fasikulasi otot selintas. Kemudian membran
  otot mengalami akomodasi terhadap rangsangan yang persisten dari EPP
  sehingga tidak lagi membentuk MAP, keadaan ini disebut blok fase I.
  kejadian ini disususul dengan repolasrisasi EPP walaupun obat masih
  terikat pada reseptor Nm. Keadaan desentisasi reseptor terhadap obat ini
  disebut blok fase II.
SIFAT RELAKSASI OTOT RANGKA

   Urutan kelumpuhan yang terjadi akibat kurare :
1. Otot rangka kecil dan bergerak cepat seperti otot ekstrinsik mata, jari
   kaki dan tangan.
2. Otot-otot yang lebih besar seperti otot tangan, tungkai, leher dan
   badan.
3. Otot yang terakhir mengalami lumpuh adalah diafragma.


 Kematian dapat dihindarkan dengan pemberian nafas buatan sampai
  otot-otot pernafasan berfungsi kembali. Penyembuhan terjadi dengan
  urutan terbalik.
 Suksinilkolin mempunyai perbedaan penting dengan obat pelumpuh
  otot lain dalam kecepatan dan lama kerjanya, berdasarkan tabel :

                Obat                  Mula kerja         Masa kerja
           Suksinilkolin IV             1 menit            4 menit
       Pelumpuh obat lain IV            3 menit          20-40 menit
Keterkaitan pelumpuh otot dengan
  :
 Susunan Saraf Pusat
 Ganglion Otonom
 Saat Penglepasan Histamin
 Kardiovaskuler
   Susunan Saraf Pusat
         semua pelumpuh otot kecuali β-eritroidin, adalah senyawa
    amonium kuartener maka tidak menimbulkan efek sentral karena
    tidak dapat menembus sawar darah-otak. Β-eritroidin yang
    merupakan amin tersier adalah satu-satunya pelumpuh otot yang
    dapat menyebabkan depresi SSP.

   Ganglion Otonom
        seperti nikotin, suksinikolin, atau C10 mempunyai efek bifasik
    terhadap ganglion otonom, yaitu perangsangan yang diikuti dengan
    penghambatan. Perangsangan ganglion parasimpatis
    (mennimbulkan bradikardi) dan ganglion simpatis (menimbulkan
    peningkatan tekanan darah) lebih sering terjadi pada pemberian
    suksinikolin. Pada dosis yang tinggi sekali, dapat terjadi
    penghambatan ganglion.
   Penglepasan Histamin
         d-tubokurarin dapat menimbulkan histamine wheal pada
    penyuntikan intradermal, selain itu ditemukan juga efek histamin
    lain seperti spasme bronkus, hipotensi, serta hipersekresi bronkus
    dan kelenjar ludah. Gejala-gejala ini dapat dicegah dengan
    pemberian antihistamin, sedangkan atropin tidak dapat
    mencegahnya.

   Kardiovaskuler
         d-tubokurarin tidak menimbulkan efek langsung terhadap
    jantung maupun pembuluh darah. Hipotensi timbul karena
    vasodilatasi perifer akibat penglepasan histamin dan
    penghambatan ganglion, dan ini terjadi pada pemberian IV yang
    cepat dengan dengan dosis besar. Kehilangan tonus otot rangka
    mempengaruhi alir balik vena, dan ini dapat memperburuk kolaps
    kardiovaskuler.
FARMAKOKINETIK
INTERAKSI DENGAN OBAT LAIN
1.   Anestetik umum
          Eter, halotan, metoksifluran, isofluran, enfluran, siklopropan
     dan flukroksen memperlihatkan efek stabilisasi membran
     pascasinaps, maka bekerja sinergistik dengan obat-obat
     penghambat kompetitif. Oleh karena itu, pada penggunaan
     bersama anastetik umum tersebut diatas, dosis pelumpuh otot
     kompetitif harus dikurangi. Terutama pada penggunaan bersama
     eter, dosis pelumpuh otot kompetitif 1/3 – ½ kali dosis biasa.
2.   Antibiotik
          golongan aminoglikosida (streptomisin, gentamisin dan lain-
     lain) menyebabkan hambatan neuromuskuler melalui hambatan
     penglepasan Ach dari ujung saraf mototrik (karena berkompetensi
     dengan ion Ca) dan juga melalui sedikit stabilisasi membran
     pascasinaps. Hambatan ini dapat diantagonisasi oleh ion Ca.
     golongan tetrasiklin juga menghambat transmisi
     neuromuskuler, mungkin karena membentuk kelat-kelat dengan ion
     Ca.
Hambatan ini juga dapat diantagonis dengan ion
     Ca. golongan peptida, linkimisin, dan klindamisin
     memblok transmisi neuromuskuler melalui
     mekanisme yang belum diketahui.
     Oleh karena itu, pada penderita yang sedang
     diobati dengan salah satu antibiotik
     diatas, pemberian pelumpuh otot harus disertai
     pertimbangan tentang : besarnya dosis dan
     penggunaan garam kalsium bila pernafasan
     spontan tidak segera kembali.
3.   Kalsium antagonis
     golongan obat ini juga meningkatkan blok
     neuromuskuler oleh penghambat kompetitif
     maupun depolarisasi persisten.
4.   Antikolinesterase
     neostigmin, piridostigmin dan edefonium dapat
     mengantagonisasi hambatan kompetitif pada
     sambungan saraf –otot melalui preservasi ACh
     endogen maupun efek langsungnya. Oleh karena
INDIKASI
1.   Adjuvan dalam anastesia
2.   Reposisi tulang yang patah atau dislokasi
     sendi
3.   Mempermudah intubasi pipa endotrakel
4.   Mencegah trauma pada terapi shock
     dengan listrik
5.   Mendeteksi rasa nyeri akibat kompresi akar
     saraf.
PENGHAMBAT EXCITATION-CONTRACTION
COUPLING
   DANTROLEN
         Dantrolen dapat menyebabkan kelumpuhan otot rangka
    dengan cara menghambat penglepasa ion Ca dari retikulum
    sarkoplasmik. Kekuatan kontraksi otot menurun paling banyak 75 –
    80%.
         Dalam dosis terapi, obat ini tidak mempengaruhi saraf, otot
    jantung, maupun otot polos.
FARMAKOKINETIK DAN SEDIAAN
   Absorbsi oral lebih dari 70%, kadar puncak dicapai setelah 1 – 4
    jam. Metabolit utamanya, 5 – hidroksi dantrolen, aktif tetapi lebih
    lemah dibanding dantrolen sendiri. Waktu paruh dantrolen, 6 – 9
    jam, sedangkan waktu paruh 5 – hidroksi dantrolen 15,5 jam
    kadarnya meningkat dengan meningkatnya dosis sampai 200mg
    sehari, tetapi tidak dengan dosis 400mg sehari.
   Dantrolen tersedia dalam bentuk kapsul 25,50 dan 100mg, dan
    bubuk steril 20mg untuk dilarutkan menjadi 70ml larutan IV yang
    mengandung 0,32 dantrolen/ml.
EFEK SAMPING
   Obat ini tidak dapat diberikan kepada penderita dengan kelemahan
    otot, karena dapat memperburuk keadaan tersebut.
   Efek samping yang paling sering terjadi berupa kelemahan
    otot, mengantuk, pusing, malaise dan diare.
   Reaksi hipersensitivitas berupa kerusakan hati daan dapat
    berakibat fatal, resiko terjadinya reaksi ini paling tinggi pada wanita
    diatas 35 tahun.
OBAT GANGLION
   Transmisi di ganglion lebih rumit dibandingkan dengan
    transmisi di sambungan saraf-efector . Aksi potensial yang
    primer terjadi sehubungan dengan depolarisasi membran
    pascasinaps oleh asetilkolin . Aktivasi melalui jalur ( pathway
    ) ini terlihat sebagai potensial perangsangan pascasinaps
    awal ( EPSP) depolarisasi ini terjadi cepat , terutama
    disebabkan oleh arus Na+ .
    Sedangkan jalur transmisi sekunder tidak sensitif terhadap
    penghambatan dengan heksametonium . Potensial aksi
    yang terjadi terdiri dari (1) EPSP lambat (2)EPSP akhir
    yang juga lambat (3)IPSP . EPSP lambat ditimbulkan oleh
    agonis muskarinik dan diblok oleh atropin.
   Zat yang menstimulasi kolinoseptor di ganglion otonom dapat
    dibagi 2 golongan . Golongan pertama terdiri dari nikotin dan
    lobelin . Efek perangsangnya terjadi cepat , diblok oleh
    heksametonium dan mirip EPSP awal . Golongan kedua adalah
    muskarin , metakolin dan sebagian antikolinesterase . Efek
    perangsangnya timbul lambat , diblok oleh atropin , dan mirip EPSP
    lambat .
   Zat penghambat ganglion juga ada 2 golongan yaitu yang
    merangsang lalu menghambat ,dan yang langsung menghambat .
    Nikotin merupakan prototip golongan pertama , sedangkan
    heksametonium dan trimetafen termasuk golongan kedua .
OBAT YANG MERANGSANG
           GANGLION
   Nikotin penting bukan karena kegunaanya dalam terapi
    tetapi kerena terdapat dalam tembakau , bersifat toksik dan
    menimbulkan ketergantungan psikis .
   Nikotin merupakan alkaloid alam berbentuk cairan , tidak
    berwarna , suatu basa mudah menguap ( volatile base )
    dengan pKa=8,5 .zat ini berubah warna menjadi coklat dan
    berbau mirip tembakau setelah bersentuhan dengan udara .
    Kadarnya adalah dalam tembakau antara 1-2%.
FARMAKODINAMIK
   Ganglion , perubahan dalam tubuh setelah pemberian
    nikotin sangat rumit dan sering tidak dapat diramalkan . Hal
    ini disebabkan kerja nikotin yang sanagt luas terhadap
    ganglion simpatis maupun parasimpatis . Perangsangan
    ganglion terjadi dengan dosis kecil dan disebabkan oleh
    depolarisasi dengan dosis yang lebih besar terjadi
    penghambatan ganglion karena efek depolarisasi persisten .
   Otot Rangka , perubahan yang terlihat pada otot rangka
    dapat disamakan dengan apa yang terjadi pada ganglion
    kerena terdapat 2 fase .
   Susunan Saraf Pusat , Nikotin adalah suatu perangsang
    SSP yang kuat akan menimbulkan tremor serta konvulasi
    pada dosis besar .
   Sistem Kardiovaskular , efek pada sistem ini merupakan
    resultante dari perangsangan ganglion dan medula adrenal .
   Saluran Cerna , berlainan dengan efek terhadap sistem
    kardiovaskular , nikotin menyebabkan perangsangan parasimpatis
    pada usus . Tonus usus dan parasitatis meninggi , kadang-kadang
    menyebabkan muntah . Efek farmakodinamik ini agaknya
    mendasari kebiasaan merokok .
   Kelenjar Eksokrin , Salivasi yang timbul waktu merokok sebagian
    diakibatkan oleh iritasi asap rokok , namun nikotin sendiri
    menyebabkan perangsangan sekresi air liur dan sekret bronkus
    disusul penghambatanya .
FARMAKOKINETIK
   Nikotin dapat diserap dari semua tempat termasuk kulit .
    Keracunan berat dilaporkan terjadi akibat absorpsi di kulit .
    Absorpsi di lambung sedikit karena sifat nikotin sebagai basa
    kuat . Nikotin terutama mengalami matabolisme di hati , juga
    di paru dan ginjal . Nikotin yang diinhalasi , di metabolisme
    dalam jumlah yang berarti di paru-paru .metabolit utamanya
    ialah kotinin dan nikotin-1-N-Oksid . Nikotin di ekskresi
    melalui air susu . Kadarnya dalam air susu pada perokok
    dapat mencapai 0,5 mg/l
FARMAKODINAMIK
   Kerja C6 dan obat-obat lain dalam golongan ini pada alat
    tubuh hampir semuanya dapat diterangkan dengan
    penghambatan
OBAT PENGHAMBAT
GANGLION
 Dalam golongan ini termasuk : heksametonium, pentolium,
 tetraetilamonium, klorisondamin, mekamilamin dan
 trimetafan. Berbeda penghambatan oleh nikotin dan
 metakolin, efek penghambatan obat-obat tersebut tidak
 didahului oleh perangsangan. Hambatan ini terjadi secara
 kompetitif dengan menduduki reseptornasetilkolin.
 Penglepasan asetilkolin dari ujung serat persinaps tidak di
 ganggu.
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH!

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Farmakologi 1
Farmakologi 1Farmakologi 1
Farmakologi 1
 
(3) obat obat kolinergik
(3) obat obat kolinergik(3) obat obat kolinergik
(3) obat obat kolinergik
 
Simpatomimetik
SimpatomimetikSimpatomimetik
Simpatomimetik
 
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
Antibiotik beta Laktam dan Makrolida - Kimia Farmasi 1
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
 
Salep mata
Salep mataSalep mata
Salep mata
 
ppt gel
ppt gelppt gel
ppt gel
 
Gel
GelGel
Gel
 
2.1. anestetik umum dan lokal
2.1. anestetik umum dan lokal2.1. anestetik umum dan lokal
2.1. anestetik umum dan lokal
 
Asma ppt (2)
Asma ppt (2)Asma ppt (2)
Asma ppt (2)
 
Jelaskan proses sintesis epinefrin dan nonepinefin
Jelaskan proses sintesis epinefrin dan nonepinefinJelaskan proses sintesis epinefrin dan nonepinefin
Jelaskan proses sintesis epinefrin dan nonepinefin
 
Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2
 
Ciprofloxacin ppt
Ciprofloxacin pptCiprofloxacin ppt
Ciprofloxacin ppt
 
Farmakologi Analgetik
Farmakologi AnalgetikFarmakologi Analgetik
Farmakologi Analgetik
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
 
Saponin
SaponinSaponin
Saponin
 
Interaksi obat & reseptor
Interaksi obat & reseptorInteraksi obat & reseptor
Interaksi obat & reseptor
 
Kasus farmakoterapi I
Kasus farmakoterapi IKasus farmakoterapi I
Kasus farmakoterapi I
 
FARMAKOLOGI ANTITUSIF
FARMAKOLOGI ANTITUSIFFARMAKOLOGI ANTITUSIF
FARMAKOLOGI ANTITUSIF
 
keuntungan kerugian sediaan farmasi
keuntungan kerugian sediaan farmasikeuntungan kerugian sediaan farmasi
keuntungan kerugian sediaan farmasi
 

Similar to Obat pelumpuh otot dan ganglion

7 farmakologi sistem syaraf otonom
7 farmakologi sistem syaraf otonom7 farmakologi sistem syaraf otonom
7 farmakologi sistem syaraf otonomputerinadiamuhaliza
 
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdfFARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdfYonetaSrangenge1
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiNunung Ayu Novi
 
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptxSISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptxelly394769
 
Presentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan sspPresentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan sspPutri MpudtEpriani
 
obat pelumpuh otot golongan depolarisasi dan non depolarisasi
obat pelumpuh otot golongan depolarisasi dan non depolarisasiobat pelumpuh otot golongan depolarisasi dan non depolarisasi
obat pelumpuh otot golongan depolarisasi dan non depolarisasizehanafifayusran1
 
Farmakologi obat emergency, vitamin dan mineral.pdf
Farmakologi obat emergency, vitamin dan mineral.pdfFarmakologi obat emergency, vitamin dan mineral.pdf
Farmakologi obat emergency, vitamin dan mineral.pdfSugeng Ners
 
Stimulan sistem saraf pusat (ssp)
Stimulan sistem saraf pusat (ssp)Stimulan sistem saraf pusat (ssp)
Stimulan sistem saraf pusat (ssp)riizqii
 
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MGppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MGmalisalukman
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-pjj_kemenkes
 
C9 Autonomik Farmakologi
C9 Autonomik FarmakologiC9 Autonomik Farmakologi
C9 Autonomik FarmakologiCatatan Medis
 
Muscle relaxant muscle relaxant muscle relaxant .pptx
Muscle relaxant muscle relaxant muscle relaxant .pptxMuscle relaxant muscle relaxant muscle relaxant .pptx
Muscle relaxant muscle relaxant muscle relaxant .pptxHannyArdian1
 

Similar to Obat pelumpuh otot dan ganglion (20)

7 farmakologi sistem syaraf otonom
7 farmakologi sistem syaraf otonom7 farmakologi sistem syaraf otonom
7 farmakologi sistem syaraf otonom
 
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdfFARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
FARMAKOLOGI SISTEM SYARAF OTONOM.pdf
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesi
 
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptxSISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Presentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan sspPresentasi farmako parkinson dan ssp
Presentasi farmako parkinson dan ssp
 
obat pelumpuh otot golongan depolarisasi dan non depolarisasi
obat pelumpuh otot golongan depolarisasi dan non depolarisasiobat pelumpuh otot golongan depolarisasi dan non depolarisasi
obat pelumpuh otot golongan depolarisasi dan non depolarisasi
 
Farmakologi obat emergency, vitamin dan mineral.pdf
Farmakologi obat emergency, vitamin dan mineral.pdfFarmakologi obat emergency, vitamin dan mineral.pdf
Farmakologi obat emergency, vitamin dan mineral.pdf
 
Stimulan sistem saraf pusat (ssp)
Stimulan sistem saraf pusat (ssp)Stimulan sistem saraf pusat (ssp)
Stimulan sistem saraf pusat (ssp)
 
Anestesi_lokal.pptx
Anestesi_lokal.pptxAnestesi_lokal.pptx
Anestesi_lokal.pptx
 
Percobaan
Percobaan Percobaan
Percobaan
 
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MGppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
 
(2) obat adrenergik
(2) obat adrenergik(2) obat adrenergik
(2) obat adrenergik
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-
 
C9 Autonomik Farmakologi
C9 Autonomik FarmakologiC9 Autonomik Farmakologi
C9 Autonomik Farmakologi
 
Praktikum sedasi
Praktikum sedasi Praktikum sedasi
Praktikum sedasi
 
Ii. obat otonom
Ii. obat otonomIi. obat otonom
Ii. obat otonom
 
Muscle relaxant muscle relaxant muscle relaxant .pptx
Muscle relaxant muscle relaxant muscle relaxant .pptxMuscle relaxant muscle relaxant muscle relaxant .pptx
Muscle relaxant muscle relaxant muscle relaxant .pptx
 
Tinjauan pustaka skizofrenia
Tinjauan pustaka skizofreniaTinjauan pustaka skizofrenia
Tinjauan pustaka skizofrenia
 

Recently uploaded

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

Obat pelumpuh otot dan ganglion

  • 1.
  • 2. PELUMPUH OTOT  Adalah obat yang menghambat sistem kerja syaraf ke otot-otot dalam tubuh.  Berdasarkan tempat hambatannya, pelumpuh otot dibagi atas 2 golongan besar, yakni : 1. Penghambat transmisi neuromuskuler 2. Penghambat excitation-contraction coupling
  • 3. PENGHAMBAT TRANSMISI NEUROMUSKULER  Obat dalam golongan ini menghambat transmisi neuromuskuler sehingga menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka.  Obat ini dibagi menjadi dua golongan : 1. Obat penghambat kompetitif yang menstabilkan membran. 2. Obat penghambat secara depolarisasi persisten.
  • 4. Sejarah dan kimia  Awal mula ditemukannya obat pelumpuh otot berasal dari senyawa kimia yang terdapat pada racun panah yang dipakai oleh suku indian di Amerika Selatan.  Dan setelah diteliti oleh Claude Bernard pada tahun 1857, kandungan senyawa didalam busur panah tersebut adalah : 1. d-Tubokurarin 2. Galamin 3. Suksinilkolin 4. Pankuronium  Golongan 1 mengandung senyawa dengan molekul-molekkul besar , seperti d-tubokurarin, metokurin, toksiferin, β- eritroidin, galamin, alkuronium, pankuronium, vekuronium, atrakur ium, dan fazadinium.  Golongan 2 mengandung senyawa suksinilikolin dan dekametonium yang bentuk molekulnya ramping.
  • 5. Farmakodinamik SISTEM KERJA OBAT DIDALAM OTOT RANGKA Golongan 1(obat penghambat kompetitif)  ACh Dilepaskan saraf motorik berinteraksi dengan reseptor nikotinik otot dilempeng akhir syaraf pada membran otot rangka menyebabkan depolarisasi lokal yang bila melewati ambang rangsang akan menghasilkan Potensial aksi otot. Selanjutnya, akan menimbulkan kontraksi otot. Golongan 2 (obat penghambat secara depolarisasi persisten)  menghambat dengan cara menimbulkan depolarisasi persisten pada lempeng akhirsaraf (EPP persisten di atas Et) karenna obat-obat ini bekerja sebagai agonis Ach tetapi tidak dipecah seperti halnya Ach. Jadi hambatan ini menyerupai efek Ach dalam dosis besar sekali atau sekali pemberian antikolinesterase. Pada mulanya EPP menghasilkan beberapa MAP yang menyebabkan terjadinya fasikulasi otot selintas. Kemudian membran otot mengalami akomodasi terhadap rangsangan yang persisten dari EPP sehingga tidak lagi membentuk MAP, keadaan ini disebut blok fase I. kejadian ini disususul dengan repolasrisasi EPP walaupun obat masih terikat pada reseptor Nm. Keadaan desentisasi reseptor terhadap obat ini disebut blok fase II.
  • 6. SIFAT RELAKSASI OTOT RANGKA  Urutan kelumpuhan yang terjadi akibat kurare : 1. Otot rangka kecil dan bergerak cepat seperti otot ekstrinsik mata, jari kaki dan tangan. 2. Otot-otot yang lebih besar seperti otot tangan, tungkai, leher dan badan. 3. Otot yang terakhir mengalami lumpuh adalah diafragma.  Kematian dapat dihindarkan dengan pemberian nafas buatan sampai otot-otot pernafasan berfungsi kembali. Penyembuhan terjadi dengan urutan terbalik.  Suksinilkolin mempunyai perbedaan penting dengan obat pelumpuh otot lain dalam kecepatan dan lama kerjanya, berdasarkan tabel : Obat Mula kerja Masa kerja Suksinilkolin IV 1 menit 4 menit Pelumpuh obat lain IV 3 menit 20-40 menit
  • 7. Keterkaitan pelumpuh otot dengan :  Susunan Saraf Pusat  Ganglion Otonom  Saat Penglepasan Histamin  Kardiovaskuler
  • 8. Susunan Saraf Pusat semua pelumpuh otot kecuali β-eritroidin, adalah senyawa amonium kuartener maka tidak menimbulkan efek sentral karena tidak dapat menembus sawar darah-otak. Β-eritroidin yang merupakan amin tersier adalah satu-satunya pelumpuh otot yang dapat menyebabkan depresi SSP.  Ganglion Otonom seperti nikotin, suksinikolin, atau C10 mempunyai efek bifasik terhadap ganglion otonom, yaitu perangsangan yang diikuti dengan penghambatan. Perangsangan ganglion parasimpatis (mennimbulkan bradikardi) dan ganglion simpatis (menimbulkan peningkatan tekanan darah) lebih sering terjadi pada pemberian suksinikolin. Pada dosis yang tinggi sekali, dapat terjadi penghambatan ganglion.
  • 9. Penglepasan Histamin d-tubokurarin dapat menimbulkan histamine wheal pada penyuntikan intradermal, selain itu ditemukan juga efek histamin lain seperti spasme bronkus, hipotensi, serta hipersekresi bronkus dan kelenjar ludah. Gejala-gejala ini dapat dicegah dengan pemberian antihistamin, sedangkan atropin tidak dapat mencegahnya.  Kardiovaskuler d-tubokurarin tidak menimbulkan efek langsung terhadap jantung maupun pembuluh darah. Hipotensi timbul karena vasodilatasi perifer akibat penglepasan histamin dan penghambatan ganglion, dan ini terjadi pada pemberian IV yang cepat dengan dengan dosis besar. Kehilangan tonus otot rangka mempengaruhi alir balik vena, dan ini dapat memperburuk kolaps kardiovaskuler.
  • 10. FARMAKOKINETIK INTERAKSI DENGAN OBAT LAIN 1. Anestetik umum Eter, halotan, metoksifluran, isofluran, enfluran, siklopropan dan flukroksen memperlihatkan efek stabilisasi membran pascasinaps, maka bekerja sinergistik dengan obat-obat penghambat kompetitif. Oleh karena itu, pada penggunaan bersama anastetik umum tersebut diatas, dosis pelumpuh otot kompetitif harus dikurangi. Terutama pada penggunaan bersama eter, dosis pelumpuh otot kompetitif 1/3 – ½ kali dosis biasa. 2. Antibiotik golongan aminoglikosida (streptomisin, gentamisin dan lain- lain) menyebabkan hambatan neuromuskuler melalui hambatan penglepasan Ach dari ujung saraf mototrik (karena berkompetensi dengan ion Ca) dan juga melalui sedikit stabilisasi membran pascasinaps. Hambatan ini dapat diantagonisasi oleh ion Ca. golongan tetrasiklin juga menghambat transmisi neuromuskuler, mungkin karena membentuk kelat-kelat dengan ion Ca.
  • 11. Hambatan ini juga dapat diantagonis dengan ion Ca. golongan peptida, linkimisin, dan klindamisin memblok transmisi neuromuskuler melalui mekanisme yang belum diketahui. Oleh karena itu, pada penderita yang sedang diobati dengan salah satu antibiotik diatas, pemberian pelumpuh otot harus disertai pertimbangan tentang : besarnya dosis dan penggunaan garam kalsium bila pernafasan spontan tidak segera kembali. 3. Kalsium antagonis golongan obat ini juga meningkatkan blok neuromuskuler oleh penghambat kompetitif maupun depolarisasi persisten. 4. Antikolinesterase neostigmin, piridostigmin dan edefonium dapat mengantagonisasi hambatan kompetitif pada sambungan saraf –otot melalui preservasi ACh endogen maupun efek langsungnya. Oleh karena
  • 12. INDIKASI 1. Adjuvan dalam anastesia 2. Reposisi tulang yang patah atau dislokasi sendi 3. Mempermudah intubasi pipa endotrakel 4. Mencegah trauma pada terapi shock dengan listrik 5. Mendeteksi rasa nyeri akibat kompresi akar saraf.
  • 13. PENGHAMBAT EXCITATION-CONTRACTION COUPLING  DANTROLEN Dantrolen dapat menyebabkan kelumpuhan otot rangka dengan cara menghambat penglepasa ion Ca dari retikulum sarkoplasmik. Kekuatan kontraksi otot menurun paling banyak 75 – 80%. Dalam dosis terapi, obat ini tidak mempengaruhi saraf, otot jantung, maupun otot polos.
  • 14. FARMAKOKINETIK DAN SEDIAAN  Absorbsi oral lebih dari 70%, kadar puncak dicapai setelah 1 – 4 jam. Metabolit utamanya, 5 – hidroksi dantrolen, aktif tetapi lebih lemah dibanding dantrolen sendiri. Waktu paruh dantrolen, 6 – 9 jam, sedangkan waktu paruh 5 – hidroksi dantrolen 15,5 jam kadarnya meningkat dengan meningkatnya dosis sampai 200mg sehari, tetapi tidak dengan dosis 400mg sehari.  Dantrolen tersedia dalam bentuk kapsul 25,50 dan 100mg, dan bubuk steril 20mg untuk dilarutkan menjadi 70ml larutan IV yang mengandung 0,32 dantrolen/ml.
  • 15. EFEK SAMPING  Obat ini tidak dapat diberikan kepada penderita dengan kelemahan otot, karena dapat memperburuk keadaan tersebut.  Efek samping yang paling sering terjadi berupa kelemahan otot, mengantuk, pusing, malaise dan diare.  Reaksi hipersensitivitas berupa kerusakan hati daan dapat berakibat fatal, resiko terjadinya reaksi ini paling tinggi pada wanita diatas 35 tahun.
  • 16. OBAT GANGLION  Transmisi di ganglion lebih rumit dibandingkan dengan transmisi di sambungan saraf-efector . Aksi potensial yang primer terjadi sehubungan dengan depolarisasi membran pascasinaps oleh asetilkolin . Aktivasi melalui jalur ( pathway ) ini terlihat sebagai potensial perangsangan pascasinaps awal ( EPSP) depolarisasi ini terjadi cepat , terutama disebabkan oleh arus Na+ .  Sedangkan jalur transmisi sekunder tidak sensitif terhadap penghambatan dengan heksametonium . Potensial aksi yang terjadi terdiri dari (1) EPSP lambat (2)EPSP akhir yang juga lambat (3)IPSP . EPSP lambat ditimbulkan oleh agonis muskarinik dan diblok oleh atropin.
  • 17. Zat yang menstimulasi kolinoseptor di ganglion otonom dapat dibagi 2 golongan . Golongan pertama terdiri dari nikotin dan lobelin . Efek perangsangnya terjadi cepat , diblok oleh heksametonium dan mirip EPSP awal . Golongan kedua adalah muskarin , metakolin dan sebagian antikolinesterase . Efek perangsangnya timbul lambat , diblok oleh atropin , dan mirip EPSP lambat .  Zat penghambat ganglion juga ada 2 golongan yaitu yang merangsang lalu menghambat ,dan yang langsung menghambat . Nikotin merupakan prototip golongan pertama , sedangkan heksametonium dan trimetafen termasuk golongan kedua .
  • 18. OBAT YANG MERANGSANG GANGLION  Nikotin penting bukan karena kegunaanya dalam terapi tetapi kerena terdapat dalam tembakau , bersifat toksik dan menimbulkan ketergantungan psikis .  Nikotin merupakan alkaloid alam berbentuk cairan , tidak berwarna , suatu basa mudah menguap ( volatile base ) dengan pKa=8,5 .zat ini berubah warna menjadi coklat dan berbau mirip tembakau setelah bersentuhan dengan udara . Kadarnya adalah dalam tembakau antara 1-2%.
  • 19. FARMAKODINAMIK  Ganglion , perubahan dalam tubuh setelah pemberian nikotin sangat rumit dan sering tidak dapat diramalkan . Hal ini disebabkan kerja nikotin yang sanagt luas terhadap ganglion simpatis maupun parasimpatis . Perangsangan ganglion terjadi dengan dosis kecil dan disebabkan oleh depolarisasi dengan dosis yang lebih besar terjadi penghambatan ganglion karena efek depolarisasi persisten .  Otot Rangka , perubahan yang terlihat pada otot rangka dapat disamakan dengan apa yang terjadi pada ganglion kerena terdapat 2 fase .  Susunan Saraf Pusat , Nikotin adalah suatu perangsang SSP yang kuat akan menimbulkan tremor serta konvulasi pada dosis besar .  Sistem Kardiovaskular , efek pada sistem ini merupakan resultante dari perangsangan ganglion dan medula adrenal .
  • 20. Saluran Cerna , berlainan dengan efek terhadap sistem kardiovaskular , nikotin menyebabkan perangsangan parasimpatis pada usus . Tonus usus dan parasitatis meninggi , kadang-kadang menyebabkan muntah . Efek farmakodinamik ini agaknya mendasari kebiasaan merokok .  Kelenjar Eksokrin , Salivasi yang timbul waktu merokok sebagian diakibatkan oleh iritasi asap rokok , namun nikotin sendiri menyebabkan perangsangan sekresi air liur dan sekret bronkus disusul penghambatanya .
  • 21. FARMAKOKINETIK  Nikotin dapat diserap dari semua tempat termasuk kulit . Keracunan berat dilaporkan terjadi akibat absorpsi di kulit . Absorpsi di lambung sedikit karena sifat nikotin sebagai basa kuat . Nikotin terutama mengalami matabolisme di hati , juga di paru dan ginjal . Nikotin yang diinhalasi , di metabolisme dalam jumlah yang berarti di paru-paru .metabolit utamanya ialah kotinin dan nikotin-1-N-Oksid . Nikotin di ekskresi melalui air susu . Kadarnya dalam air susu pada perokok dapat mencapai 0,5 mg/l
  • 22. FARMAKODINAMIK  Kerja C6 dan obat-obat lain dalam golongan ini pada alat tubuh hampir semuanya dapat diterangkan dengan penghambatan
  • 23. OBAT PENGHAMBAT GANGLION Dalam golongan ini termasuk : heksametonium, pentolium, tetraetilamonium, klorisondamin, mekamilamin dan trimetafan. Berbeda penghambatan oleh nikotin dan metakolin, efek penghambatan obat-obat tersebut tidak didahului oleh perangsangan. Hambatan ini terjadi secara kompetitif dengan menduduki reseptornasetilkolin. Penglepasan asetilkolin dari ujung serat persinaps tidak di ganggu.