Makalah ini membahas pengendalian gulma secara kultur teknis dengan memilih lahan yang sesuai, melakukan rotasi tanaman, dan menjaga kebersihan lapangan dari sisa tanaman dan gulma untuk mencegah penyebaran organisme penyebab penyakit.
1. Tugas makalah
PENGENDALIAN GULMA SECARA
KULTUR TEKHNIS
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI PERTANIAN WUNA RAHA
TAHUN AKADEMIK
2014/2015
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.,karena atas limpahan
Rahmat serta Karunia dan Hidayah-Nya lah penulis diberi kesehatan dan
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Adapun judul dalam makalah ini
adalah “pengendalian gulma secara kultur tehnik”.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, olehnya itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
menjadikan makalah ini lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca khususnya dan bagi masyarakat umumnya.
Raha, November 2014
Penulis
3. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Memilih Lahan atau Geografis………………………………………….
2.2 Usaha lain termasuk pemeliharaan tanaman untuk mencegah penyakit...
2.3 Menghilangkan tanaman atau bagian tanaman yang tidak disenangi
(sanitasi lapangan dan tanaman)………………………………………
BAB III PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep pengendalian gulma terpadu pada dasarnya memadukan pengetahuan tentang
aspek biologis dan ekologis dari gulma dan mengerti bagaimana keberadaan gulma dapat diatasi
oleh kegiatan kultur teknis. Manajemen pengendalian gulma jangka panjang harus berubah dari
konsep pengendalian gulma kepada konsep yang mengurangi tumbuhnya gulma dan
mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman pokok. Gulma cenderung berasosiasi
dengan tanaman yang mempunyai siklus hidup yang sama.Pengendalian gulma secara kultur
teknis merupakan tindakan yang didasarkan pada segiekologis tanaman dan gulma. Tujuannya
adalah membuat lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman sehingga
tanaman dapat bersaing dengan gulma, di lain pihak tindakanyang diterapkan tersebut dapat
mengurangi atau menekan pertumbuhan gulma menjadi seminimum mungkin. Pengendalian
secara kultur teknis merupakan cara yang efektif dan efisien di negara sedang berkembang yang
belum menggunakan herbisida secara meluas karena harga herbisida relatif mahal.
Rotasi tanaman dengan tanaman yang mempunyai siklus hidup yang berbeda akan
mengganggu asosiasi tanaman dengan gulma (Derksen et al.,2002). Pada umumnya kepadatan
gulma pada tanaman monoculture lebih banyak dibandingkan dengan kepadatan gulma pada
rotasi tanaman. Rotasi tanaman kanola ( Brasica rapa) dengan tanaman gandum
(Triticumaestivum) mampu mengurangi kepadatan gulma sampai 50 tumbuhan per meter
dibandingkan dengan monokultur tanaman gandum selama 6 tahun berturut- turut sebesar 740
tumbuhan per meter(Blackshaw, 1994a).Selanjutnya Blackshaw (1994) melaporkan bahwa
5. kepadatan gulma Bromus tectorum (L.) tidak bertambah pada tanaman gandum (Triticum
aestivum L.) yang ditanam pada musim winter dan dirotasikan dengan tanaman kanola (
Brassica napus L .), sedangkan kepadatan gulma meningkat secara cepat pada saat tanaman
gandum ditanam secara monokultur.Salah satu usaha pengendalian gulma melalui kultur teknis
adalah menggunakan jenis tanaman budidaya yang mempunyai daya kompetisi yang
tinggi terhadap gulma.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana
pengendalian gulma secara kultur tekhnis?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui cara
pengendalian gulma secara kultur tekhnis.
6. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Memilih lahan atau Geografis
Pada prinsipnya ini adalah memilih lahan yang tidak mengandung penyebab
penyakit atau dikatakan juga “Non-Infested Soil”, atau Non-Infested Area artinya
tanah atau areal yang bebas dari infeksi dari infeksi dari pathogen penyebab
penyakit. Pemilihan lahan secara geografis bertujuan memilih lahan untuk
menumbuhkan atau menanam suatu tanaman yang memenuhi persyaratan tumbuh
yang baik terutama tanah dan iklim atau ekologinya. Baik jenis serta sifat
tanahnya, topografi, kesesuaian tanah dan lain sebagainya, serta factor iklim
seperti suhu, kelembapan, cahaya matahari, curah hujan, maupun tinggi tempat
dari permukaan laut.
a. Pengelolaan Tanah
Pengolahan tanah setelah panen larva-larva hama yang hidup di dalam tanah
akan mati terkena alat-alat pengolahan seperti cangkul. Di samping itu akibat lain
dari pengolahan tanah ini akan menaikkan larva dan telur dari dalam tanah ke
permukaan tanah. Dengan demikian larva-larva dan telur larva akan dimakan
burung atau mati terkena cahaya matahari langsung.
Pemilihan tanah untuk penanaman di daerah setempat atau juga memilih tanah
yang masih baru. Pemilihan areal yang cocok untuk penanaman suatu tanaman,
dapat merupakan suatu langkah yang penting dalam menghindarkan tanaman dari
organism yang tergolong kepada root infecting, artinya yang menyerang akar
tanaman,.
7. b. Crop Rotation
Dengan melakukan pergiliran tanaman maka pathogen-patogen tanah akan
binasa atau putus siklus hidupnya karena mereka tidak ndapat tahan bersaing
dengan organism tanah lainnya.
c. Sanitasi
Sanitasi, termasuk semua tindakan yang ditujukan untuk mengeliminir atau
meniadakan serta mengurangi jumlah pathogen yang ada didalam suatu lapangan
pertanaman, termasuk juga mungkin di gudang penyimpanan.
Dalam prakteknya khusus sanitasi yang berhasil dilakukan antara lain adalah:
Membinasakan sisa-sisa tanaman yang sakit
Mencegah pemakaiaan pupuk kompos atau pupuk kandang yang mengandung
penyebab penyakit (pathogen)
Desinfestasi tanah dengan pemanasan
Desinfektasi tanah dengan pestisida
Membuang tanaman yang sakit
Meniadakan tanaman inang penganti dan gulma sebagai inang
d. Pemupukan
Penggunaan pupuk menjadikan tanaman sehat dan lebih mudah
mentoleransi serangga hama tanaman.
e. Irigasi
Pengolahan air dapat menghalangi perkembangan hama-hama tertentu.
Akan tetapi bila cara pengolahan air kurang tepat dapat mengakibatkan
peningkatan perkembangan populasi hama tanaman.
8. f. Strip farming
Serangan hama tertentu dapat di atasi dengan cara “catch crop” yaitu
bercocok tanam secara berselang seling, antara tanaman yang berumur panjang
dan tanaman berumur pendek.
g. Pemakain bibit atau benih yang tidak berpenyakit
Cara-cara pengendaliannya sebagai berikut:
1. Bibit atau biji serta benih yang sehat atau bebas sejak semula
2. Melakukan disinfested dari bibit (biji)
3. Pembersihan benih
4. Pengaturan waktu tanam bagi tanaman untuk menghasilkan benih
5. Kultur jaringan.
h. Rotasi tanaman dan pengaturan waktu tanam
Pada prinsipnya rotasi tanaman adalah mengganti tanaman dengan jenis lain
yang bukan merupakan inang nematoda, sebagai contoh untuk mengendalikan
Hirchmaniella tanaman padi dapat dirotasi dengan tanaman polowija.
Menanam tanaman yang berbeda-beda jenisnya dalam satu tahun dapat
memutus atau memotong daur hidup hama terutama hama yang sifatnya
monofagus (satu jenis makanan).
Adapun hama tanaman pangan yang dapat dikendalikan dengan kultur
teknis antara lain: (Suharto, 2007)
9. 1. Hama Tanaman Padi
a. Hama Uret (Leucopholis rorida dan Heteronychus spp.) (Coleoptera:
Scarabaidae)
Pengendalian secara kultur teknis yakni penundaan waktu pengolahan tanah
sampai sebagian besar kumbang bertelur dan mati. Hal ini akan mengurangi
populasi hama pada lahan.
b. Lalat Bibit Padi (Atherigona oryzae Malloch dan A. exigua Stein.) (Diptera:
Muscidae)
Pengendalian secara kultur teknis yakni penundaan waktu tanam dengan tidak
melakukan penanaman padipada saat kepadatan hama ini mencapai
puncaknya.
c. Hama Putih (Nymphula depunctalis- Guenee) (Lepidoptera: Pyralidae)
Pengendalian secara kultur teknis yakni air diupayakan jangan sampai
tergenang. Umur bibit yang ditanam cukup tua sehingga lebih mampu
mengurangi serangan larva. Pengeringan tanaman selama beberapa hari
mampu mematikan larva.
d. Walang Sangit (Leptocorisa acuta Thunb.) (Hemiptera : Coreidae)
Pengendalian secara kultur teknis yakni dengan tanam serentak sehingga
masa pembungaan juga serentak, pembersihan gulma.
e. Wereng Daun Hijau (Nephotettix spp.) (Hemoptera : Cicadellidae)
Pengendalian secara kultur teknis yakni pergiliran tanaman atau tidak
menanam padi lebih dari dua kali selama dua tahun. Sumber virus dari
tanaman padi maupun gulma dihilangkan dengan jalan tidak meninggalkan
10. batang padi di sawah setelah panen. Tidak menggunakan bibit dari daerah
serangan tungro. Persemaian ditutup dengan kain kassa. Bibit yang terserang
dimusnahkan.
2. Hama Tanaman Jagung
a. Lalat Bibit Jagung (Agromyza exigua - Srein) (Diptera : Agromyzidae).
Pengendalian secara kultur teknis yakni lalat bibit aktif hanya pada musim
penghujan sehingga dengan mengubah waktu tanam maka jagung dapat
terhindar dari serangan lalat bibit, tanam serempak dan dengan tidak
menanam pada awal musim penghujan.
2.2 Usaha lain termasuk pemeliharaan tanaman untuk mencegah
penyakit
a. Pemilihan tempat
Tempat-tempat tertentu tak boleh ditanami dengan tanaman tertentu misalnya,
karena adanya infeksi penyakit.
b. Menyiapkan tanah
Pada umumnya pengarapan dan pengolahan tanah yang intensif akan
menyebabkan berkurangnya penyakit tanaman yang akan ditanam.
c. Penambahan kesuburan tanah
Mempertinggi kesuburan tanah dengan pemupukan yang seimbang akan
mempertinggi ketahanan tanaman terhadap penyakit tertentu, terutama yang
disebabkan oleh parasit-parasit lemah, seperti serangan cendawan-cendawan
yang menyebabkan mati ujung/dieback
11. d. Pertanaman campuran
Pertanaman campuran dapat menekan kerugian akibat serangan penyakit,
karena pathogen yang sama tidak dapat menyerang kedua macam tanaman
tersebut, yang berada didalam pertanaman campuran tadi. Akhirnya salah satu
tanaman menjadi aman, apabila jenis tanaman lainya didalam pertanaman
campuran itu terserang hebat atau berat.
e. Pengairan (irigasi)
Tujuan dari pengairan adalah untuk membasahi tanah agar akar mudah
memperoleh air dan hara makanan
f. Penambahan bahan organic ke dalam tanah
Salah satu cara yang mudah, murah, efisien dan efektif untuk mengubah
lingkungan didalam tanah adalah dengan penambahan bahan organic ke
dalam tanah. .
g. Pemeliharaan tanaman lainnya
Selama pertumbuhan tanamn, maka segala pekerjaan pengolahan atau
pemeliharaan tanah dan tanamannya sendiri, secara tak langsung atau tak
sengaja kita sering membantu penyebaran pathogen penyebab penyakit.
h. Penyebaran benih atau biji yang tepat
Yang perlu diperhatikan antara lain:
Saat sebar
Mengatur rapatnya penanaman
Dalamnya penanaman
Pemberian air atau penyimpanan
12. Pemberian air dapat mempertinggi kelembapan tanah dan juga dapat
membantu penyebaran penyakit yang soil borne. Tetapi adakalanya pula
penggenangan tanah dapat dipakai untuk mengendalikan penyakit-penyakit
tertentu, missal Sclerotium rolfsii pada kacang tanahdan pada
sayuran lain atau pada pengendalian penyakit yang disebabkan oleh
nematode
j. Penyiangan tanaman penggangu/pengendalian gulma
Pada waktu pengerjaan tanah serta pembersihan rumput-rumput atau gulma
[pada areal tanaman, secara tidak sengaja kita langsung membantu
penyebaran inokulum penyakit atau penyebaran inokulum penyakit penyakit
atau penyebaran penyakitnya sendiri, missal penyakit mosaic [pada
tembakau.
k. Pemangkasan tanaman
Pada beberapa tanaman yang memeprlukan pemangkasan (kopi, coklat, the
dan lainnya), maka bekas potangan pangkas tersebut seringkali menjadi
tempat masuknya parasit luka. Oleh karena itu perlu segera dilumuri dengan
ter atau creosot dan carboleneum plantarum. Misalnya kayu manis terhadap
Phytopthora cinnamomi, kanker pada jeruk (Diplodia natalensis), dan lain
sebagainya.
l. Pemungutan hasil
Untuk mencengah kerusakan hasil, maka waktu pemungutan, haruslah hati-hati
dan tepat pada waktunya.
13. 2.3 Menghilangkan tanaman atau bagian tanaman yang tidak
disenangi (sanitasi lapangan dan tanaman)
1. Mengatur penyiangan gulma dan tanaman-tanaman pembantu
Gulma dan tanaman penutup tanah yang terlalu tinggi akan mempertinggi
kelembapan udara disekitar tanaman, sehingga dapat menyebabkan atau
membantu serangan pada bagian bawah akar tanaman, misalnya penyakit kanker
bidang sadapan pada karet yang disebabkan oleh Phytopthora faberi yang
disebabkan oleh cendawan Ceratostomella fimbriata.
2. Membongkar tanaman inang penganti lainya
Banyak penyebab penyakit yang dapat mempertahankan diri pada tanaman
inang penganti lainya, baik yang ditanam maupun yang tumbuh liar.
3. Membinasakan tanaman yang sakit
Membinasakan tanamn yang sakit, segera setelah gejalanya tampak, dapat
mengurangi sumber infeksi bagi tanaman lainnya yang masih sehat: berarti
menghambat meluasnya penyakit.
4. Menghilangkan bagian-bagian tanaman yang sakit
Sebenarnya tak banyak berbeda dengan memusnahkan tanaman yang sakit,
hanya disini sebagian saja dari tanaman yang memperlihatkan gejala itu yang
dimusnahkan atau dibuang. Misalnya dahan atau ranting jeruk yang sakit kanker
oleh Diplodia natalens dan banyak macam tanaman berbentuk pohon-pohonan
lainya yang diserang oleh cendawan rumah laba-laba Corticium salmonicolor,
yang terkenal dengan jamur upas.
14. 5. Pencegahan dan tindakan kultur teknis lain
Intensitas penyakit dan kepekaan tanaman sangat dipengaruhi oleh
penggunaan jenis pupiuk Nitrogen. Penyakit karat dan embun tepung akan
diransang oleh Nitrogen yang berasal dari NO3 (nitrat) tetapi dihambat oleh
pupuk Nitrogen yang berasal dari NH4 (ammonium), sebaliknya pupuk NHP
(ammonium) pada varietas padi yang peka akan menambah timbulnya penyakit
balst Pyricularia oryzae.
15. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pemeliharaan tanaman atau kontrol hama yang baik dapat meningkatkan
kesehatan tanaman. Penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,
serta penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Secara tidak langsung, kultur teknis yang baik dapat memantau keberadaan hama
dan penyakit secara dini.
Pengendalian secara kultur teknis (Cultural control), pada prinsipnya
merupakan cara pengendalian dengan memanfaatkan lingkungan untuk menekan
perkembangan populasi hama.
16. DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2008.Teknik Pengendalian Hama Tanaman.
<http://bankresep.com/blog/teknik-pengendalian-hama tanaman/>. Diakses
tanggal 10 Mei 2012.
Anonim. 2009. Pengendalian Hama Tanaman.
<http://www.kiwod.com/tag/pengendalian-hama-secara-kultur-teknis/>. Diakses
tanggal 10 Mei 2012.
Suharto. 2007. Pengenalan & Pengendalian Hama Tanaman Pangan. ANDI,
Yogyakarta.