Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi gulma di areal perkebunan, menentukan luas minimum untuk mengambil contoh gulma, serta menghitung nilai penting gulma. Metode yang digunakan meliputi pengambilan sampel gulma, identifikasi ciri morfologi, penentuan jumlah spesies gulma berdasarkan ukuran kuadrat, dan penghitungan frekuensi relatif gulma.
1. LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI GULMA
Oleh:
Ardianti Maya Ningrum B1J010201
Kartika sari Dwinusa B1J010002
Tochirun B1J009180
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2012
2. I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dieng adalah kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah, yang masuk
wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo dengan koordinat -
7.2050892 utara 109.9068403 timur. Letaknya berada di sebelah barat
kompleks Gunung Sundoro dan Sumbing. Dieng adalah kawasan vulkanologi aktif
dan dapat dikatakan merupakan gunung raksasa dengan beberapa kepundan kawah.
Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.093 m di atas permukaan laut. Suhu berkisar 15-
20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan
agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku
yang oleh penduduk setempat disebut bun upas (embun racun) karena menyebabkan
kerusakan pada tanaman pertanian. Kawasan Dieng merupakan penghasil sayur-
sayuran di dataran tinggi untuk wilayah Jawa Tengah. Kentang adalah komoditi
utama. Selain itu, Wortel, kubis dan bawang-bawangan dihasilkan dari kawasan ini.
Selain sayuran, Dieng juga merupakan sentra penghasil papaya gunung dan jamur.
Namun demikian, akibat aktivitas pertanian yang pesat kawasan hutan di puncak-
puncak pegunungan hampir habis dikonversi menjadi lahan pertanaman sayur.
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian masyarakatnya bekerja
pada bidang pertanian, salah satunya tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam kebutuhan pangan, peningkatan
ekspor, peningkatan pendapatan petani dan pemenuhan gizi keluarga. Salah satu
tanaman hortikultura yang memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan pangan
adalah tanaman kentang (Solanum tuberosum L). Tanaman kentang memiliki potensi
dan prospek yang baik untuk mendukung program diversifikasi dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan (The International Potato Center,
2008).
Tanaman kentang (Solanum tuberosum. L) merupakan tanaman herba
tahunan. Tinggi tanaman mencapai 100 cm dari permukaan tanah. Daun tanaman
kentang menyirip majemuk dengan lembar daun bertangkai, dan batang di bawah
3. permukaan tanah (stolon). Stolon tersebut dapat menimbun dan menyimpan produk
fotosintesis pada bagian ujungnya sehingga membentuk umbi. Pada umbi terdapat
banyak mata yang bersisik yang dapat menjadi tanaman baru. Warna daging umbi
biasanya kuning muda atau putih tetapi ada kultivar yang berwarna kuning cerah,
jingga, merah atau ungu. Bentuk umbi beragam, ada yang memanjang, kotak, bulat
atau pipih (Sunarjono, 2004)
Tanaman kentang merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung
jenis karbohidrat kompleks. Kandungan karbohidrat pada kentang mencapai sekitar
18%, protein 2.4% dan lemak 0.1%. Total energi yang diperoleh dari 100 gram
kentang adalah sekitar 80 kkal (Astawan, 2004), sehingga kentang dapat digunakan
sebagai pengganti nasi. Kentang juga mengandung vitamin C yang mencapai 31 mg
dalam 100 gram kentang. Kentang dapat dimanfaatkan sebagai campuran dalam
olahan kue, perkedel, kroket, bubur, kripik kentang (potato chip), kentang goreng,
kukus, rebus, dan salad. Produktivitas kentang di Indonesia pada tahun 2009 sebesar
16.51 ton/ha dan pada tahun 2010 menurun menjadi 15.95 ton/ha (BPS, 2011).
Produktivitas kentang di Indonesia masih berada dibawah produktivitas kentang di
Eropa yang mencapai 25.0 ton/ha (The International Potato Center, 2008).
Pengolahan lahan merupakan salah satu kegiatan awal dalam bercocok tanam
kentang. Lahan untuk bertanam kentang harus diolah sebelum tanam, baik lahan yang
baru dibuka atau lahan yang telah produktif. Lahan harus bersih dari semak dan sisa-
sisa akar tanaman sebelumnya. Pengolahan tanah dapat memutuskan atau
memusnahkan siklus hidup hama/penyakit dalam tanah, dan melancarkan sirkulasi
udara dalam tanah. Pupuk dasar adalah pupuk yang diberikan sebelum penanaman
dilakukan. Pupuk dasar terdiri atas pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan
pupuk anorganik. Pupuk kandang yang digunakan harus yang sudah matang, dengan
ciri yaitu pupuk berwarna gelap, jika dipegang terasa dingin, jika dibolak-balik
dengan cangkul tidak ada asap yang mengepul, dan apabila dikepal tidak
menggumpal (Sulaeman et al., 1997).
Pemeliharaan tanaman diperlukan untuk memperoleh tanaman yang sehat dan
berproduksi baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
4. tanaman adalah keadaan bibit sebelum tanam dan pemeliharaan selama fase
pertumbuhan. Kegiatan yang dilakukan selama pemeliharaan tanaman adalah
pemupukan susulan, pembumbunan, penyiangan gulma, pengairan, pengendalian
hama dan penyakit, dan rouging. Gulma merupakan tanaman pengganggu yang akan
melakukan persaingan dengan tanaman utama dalam memperoleh unsur hara dan
sinar matahari. Penyiangan gulma sangat diperlukan terutama pada fase kritis yaitu
fase awal pertumbuhan vegetatif dan fase pembentukan umbi. Gulma yang tumbuh
disekitar tanaman kentang termasuk kelompok berdaun lebar. Penyiangan gulma
dilakukan secara manual yaitu mencabut gulma menggunakan tangan dan cangkul.
Cangkul digunakan untuk menggemburkan tanah sekaligus untuk mengangkat
perakaran gulma sehingga memudahkan saat mencabut gulma dengan tangan.
Penyiangan dilakukan setelah terlihat adanya pertumbuhan rumput atau saat gulma
masih muda. Kegiatan penyiangan gulma harus hati-hati jangan sampai menggangu
sistem perakaran kentang atau hingga terjadi luka pada akar karena dapat
mempermudah terjadinya penularan penyakit dari tanah. Rogueing adalah kegiatan
untuk membuang tanaman yang tidak dikehendaki dari kebun pembibitan kentang,
bertujuan untuk menjaga kemurnian kentang bibit. Hal-hal yang tidak dikehendaki
dalam kegiatan pembibitan kentang adalah campuran varietas lain, tanaman
abnormal, tanaman sakit, tanaman terserang virus, dan tanaman penggangu
(Sulaeman et al., 1997).
Ekologi gulma adalah tumbuhan yang mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya yang berubah. Salah satu faktor penyebab terjadinya evolusi gulma
adalah faktor manusia. Manusia merupakan penyebab utama dari perubahan
lingkungan dan gulma mempunyai sifat mudah mempertahankan diri terhadap
perubahan tersebut dan segera beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuhnya.
Gulma dijumpai pada setiap peristiwa pemanfaatan penggunaan tanah dan air.
Permasalahan yang timbul berbeda intensitasnya, tergantung pada tempat dan tingkat
pemanfaatan tempat tersebut. Pada pertanaman yang berbeda akan mempunyai
permasalahan dan komposisi spesies gulma yang berbeda pula. Pada pertanaman
5. perkebunan, masalah yang timbul tentu akan berbeda dengan masalah pada pola
pertanaman tanaman pangan (Barus, 2003).
Menurut Evan (2010) ada beberapa cara untuk identifikasi gulma yang
ditempuh. Identifikasi dapat menggunkan salah satu atau kombinasi dari berbagai
atau saluran cara-cara dibawah ini :
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasikan.
2. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
3. Membandingkannya dengan determinasi yang ada.
4. Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia.
5. Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan.
Gulma dibedakan ke dalam tiga kelompok yaitu teki-tekian, rumput-rumputan
dan gulma daun lebar. Gulma teki-tekian merupakan kelompok gulma yang memiliki
daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di
dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan
jalur fotosintesis tumbuhan C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai'
areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk
segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang
batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi.
Gulma yang ditemukan kelompok kami Oxalis latifolia, Amaranthus lividus, Poa
annua, Galinsoga quadriradiata, Galinsoga parviflora dan Oxalis corniculata.
Menurut Everaarts (1981), telah ditemukan ada 35 jenis gulma yang terbagi
kedalam 13 familia di sekitar pertanaman sayuran di wilayah dataran tinggi di pulau
Jawa, di antaranya adalah Amaranthaceae (Alternanthera philoxeroides, Amaranthus
lividus), Caryophyllaceae (Cerastium glomeratum, Drymaria cordata, Drymaria
villosa, Spergula arvensis, Stellaria media), Commelinaceae (C. diffusa),
Compositae (A. conyzoides, A. houstonianum, Artemisia vulgaris, G. parviflora, G.
quadriradiata, Melampodium perfoliatum), Cruciferae (Capsella bursa-pastoris,
Cardamine hirsuta), Fumariaceae (Fumaria rostellata), Oxalidaceae (Oxalis
corniculata, O. corymbosa, O. latifolia), Polygonaceae (Polygonum longisetum, P.
nepalense, P. persicaria), Portulacaceae (Portulaca oleracea), Rubiaceae (Borreria
6. alata, Richardia brasiliensis), Solanaceae (Datura stramonium, Nicandra
physalodes), Cyperaceae (Cyperus rotundus), dan Gramineae (Cynodon dactylon,
Digitaria ciliaris, Eleusine indica, Panicum repens, Paspalum paspaloides, Poa
annua).
Suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah
tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan, jadi luas
daerah ini disebut luas minimum. Luas minimum atau kurva spesies area merupakan
langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan
petak contoh (kuadrat).
2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui biologi gulma; membedakan
gulma golongan rumput-rumputan, teki dan berdaun lebar; melakukan identifikasi;
memberi klasifikasi gulma; menerapkan penggunaan teori luas minimum untuk
menentukan ukuran luas kuadrat yang diperlukan dalam suatu pengambilan contoh
tumbuhan gulma; melakukan penghitungan frekuensi relatif, dominansi relatif,
kerapatan relatif dan nilai penting tumbuhan gulma; dan melakukan inventarisasi dan
penyelesaian permasalahan tumbuhan gulma yang ada pada beberapa areal
perkebunan.
7. II. BAHAN DAN CARA KERJA
1. Biologi Gulma (Identifikasi dan Klasifikasi)
A. Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain gunting tanaman, pisau,
kantong plastik, alat tulis, soil tester, termometer udara, dan altimeter.
B. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
1. Sampel yang diambil adalah tumbuhan gulma dari areal tanaman yang telah
ditentukan.
2. Sampel yang diambil masing-masing satu tumbuhan dari golongan gulma
rumput-rumputan, golongan gulma tek-tekiani, dan golongam gulma berdaun
lebar.
3. Ciri-ciri morfologi bagian-bagian tumbuhan dari tiga contoh tumbuhan gulma
tersebut (akar, daun, batang, dan bunga) dicatat dan dibandingkan.
4. Tiga sampel jenis tumbuhan gulma terpilih diidentifikasi dan diklasifikasi.
2. Ekologi Gulma (Luas Minimum)
A. Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain pasak bambu, tali rafia,
kantong plastik, dan alat tulis.
B. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
1. Dibuat kuadrat dengan ukuran 25 x 25 cm dan dicatat jenis tumbuhan gulma
yang ada dalam kuadrat dari areal tanaman yang ditentukan.
2. Dibuat luasan kuadrat menjadi 25 x 50 cm dan dicatat penambahan jenis yang
ada.
8. 3. Dibuat luasan kuadrat menjadi 50 x 50 cm dan dicatat penambahan jenis yang
ada.
4. Dilakukan hal yang sama sampai tidak ada penambahan jenis, plotkan dalam
grafik.
3. Ekologi Gulma (Nilai Penting)
A. Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain pasak bambu, tali rafia,
kantong plastik, dan alat tulis.
B. Cara Kerja
V V V
Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
1. Kuadrat ukuran 50 cm x 50 cm dibuat sebanyak 3 kuadrat dan diletakkan pada
lokasi perkebunan secara random.
2. Jenis tumbuhan yang ada dicatat dalam kuadrat dari areal tanaman yang telah
ditentukan.
3. Frekuensi relatif, dominasi relatif, kerapatan relatif, dan nilai penting tumbuhan
gulma dihitung.
4. Ekologi Gulma (Gulma Perkebunan)
A. Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain gunting tanaman, cetok,
kantong plastik, dan alat tulis.
B. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
9. 1. Suatu areal perkebunan diperhatikan (misal perkebunan kobis atau kentang).
2. Hal-hal yang terdapat di areal perkebunan yang menjadi obyek pengamatan
diinventarisir (sistem budidaya, jarak tanaman, permasalahan gulma, jenis gulma,
dominansi gulma, kondisi lingkungan, dan faktor lingkungan).
3. Permasalahan tersebut dianalisis dan dibuat langkah-langkah solusi permasalahan
yang ada.
10. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Biologi Gulma (Identifikasi dan Klasifikasi)
A. Hasil
Poa annua Galinsoga quadriradiata
Amaranthus livdus Galinsoga parviflora
Oxalis latifolia Oxalis corniculata
11. Menurut Everaarts (1981) dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu
atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara seperti, (1) membandingkan
gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium, (2) konsultasi
langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan, (3) mencari sendiri melalui
kunci identifikasi, (4) membandingkan dengan, determinasi yang telah ada, dan (5)
membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia.
Klasifikasi adalah proses pengaturan hewan atau tumbuh-tumbuhan ke dalam
takson tertentu berdasarkan persamaan dan perbedaan. Hasil proses pengaturan ini
ialah suatu sistim klasifikasi, yang sengaja diciptakan untuk menyatakan hubungan
kekerabatan jenis-jenis makhluk hidup satu sama lainnya. Menurut bahwa semua
klasifikasi bertujuan agar kita mengingat sedikit mungkin, tetapi dalam ingatan
tersebut mengandung informasi sebanyak-banyaknya. Pengelompokkan jenis-jenis
tumbuhan dalam suatu takson maka ciri-ciri masing-masing individu akan tercermin
dalam deskripsi takson tersebut (Tjitrosoedirjo, 1998).
Cara klasifikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan
alami (natural). Klasifikasi sistem buatan pengelompokan tumbuhan hanya
didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga
kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu
sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa
tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin dikelompokan
bersama dalam satu kelompok. Hal demikian inilah yang merupakan kelemahan
utama dari klasifikasi sistem buatan. Klasifikasi sistem alami pengelompokan
didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi
sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem
tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang
dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.
Cara klasifikasi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan. Atas
dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita dapat mengelompokan gulma menjadi
kelompok-kelompok atau golongan-golongan yang berbeda pula, masing-masing
kelompok memperlihatkan perbedaan di dalam pengendalian. Berdasarkan morfologi
12. dan botaninya, gulma dapat diklasifikasikan menjadi golongan rumput (grasses)
famili (suku) poaceae (Gramineae), golongan teki (sedges) family Cyperaceae, dan
golongan daun lebar (Broadleaves/herbaceous).
Pengklasifikasian gulma dapat digunakan untuk membantu manusia
mengenal dan mengetahui jenis gulma rumputan, daun lebar dan tekian, melakukan
analisis vegetasi gulma, dan dapat melakukan aplikasi herbisida secara tepat. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan morfologi dan botaninya, gulma dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Golongan rumput (grasses)
Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae, dengan
ciri; batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga. Daun-daun soliter pada
buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas
dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis
(linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara
pelepah daun dan helaian daun. Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet)
yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis), masing-masing anak bulir tersusun atas
satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi
oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut
lemna dan yang kecil disebut palea. Buah disebut caryopsis atau grain. Gulma dalam
kelompok ini berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini di
dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik.
Contohnya yaitu :
a. Cynodon dactylon (L.) Pers. (kakawatan, gigirintingan suket grinting)
b. Eleusine indica (L..) Gaena (rumput kelulang, cerulang jukut jampang)
c. Imperata cylindrica (L.) Beauv (alang-alang carulang, jukut jampang)
d. Echinochloa crus-galli (L.) Cerv( jajagoan)
e. Echinochloa colanum (L.) Cerv (jajagoan leutik)
f. Panicum repens L. (lulampuyangan, jajahean)
g. Paspalum conjugatum Bergrn (jukut japang pait, jukut pait, rumput)
2. Golongan teki (sedges)
13. Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae. Batang umumnya
berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.Daun
tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula).Ibu tangkai
karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak
bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak membuka.
Kelompok teki-tekian memiliki daya tahan luarbiasa terhadap pengendalian mekanis,
karena memiliki umbu batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan.
Contohnya adalah :
a. Cyperus bervifolius (jukut pendul)
b. Cyperus rotundus L (teki)
c. Cyperus difformia L. (jukut papayungan)
d. Cyperus halpan L. (papayungan)
e. Cyperus iria L. (jekeng, lingih alit)
f. Cyperus kyllingia Endl. (jukut pendul bodas, teki, teki bodot, teki pendul)
g. Fimbristylis littoralis geidlah (F. miliacea (L) cahl (panon munding, tumbaran)
h. Scirpus grossius L. F (waligi, wlingen, lingi, mensing)
3. Gulma berdaun lebar
Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae danPteridophyta.
Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Gulma inibiasanya tumbuh pada akhir
masa budi daya. Kompetisi terhadap tanamanutama berupa kompetisi cahaya.
Contohnya yaitu :
a. Salvinia molesta D.S Mit het (kimbang, kayambang janji, lukut cai, lukut)
b. Marsilea crenata presl (semangi, samanggen)
c. Azolla pinnata R. Br (kaya apu dadak)
d. Limnocharis flava L. Buch (genjer, centong)
e. Ageratum conyzoides L. (bebadotan, wedusan)
f. Borreria alata (Aubl. DC ) (kabumpang lemah, goletrak, letah hayam, rumput
setawar)
g. Stachyarpheta indica (L.) vahl (jarong, gajihan)
h. Amaranthus spinosus L. (bayam duri, bayem eri, senggang cucuk)
14. i. Synedrella nodiflora (L.) gaentn (babadotan lalakina, jotang, jotang kuda)
Gulma yang didapatkan saat praktikum adalah. Jenis ini didapatkan pada saat
praktikum pada tanggal 9 Desember 2012 di Desa Patak Banteng, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Daerah ini terletak pada ketinggian 2030 m di atas
permukaan laut. Praktikum dilakukan di areal perkebunan Kentang , yang saat itu
suhu udara berkisar 210C, pH tanah 7,5 dan kelembaban mencapai 50%.
1. Oxalis latifolia (Daun kupu-kupu)
Oxalis latifolia memiliki habitus yang kerdil jarang lebih tinggi dari 6 atau 7
cm. Membentuk roset kecil atau gundukan hingga 20 cm mempunyai tiga daun yang
hijau gelap dan tidak tampak berbulu. Setiap bola menghasilkan batang bawah tanah
tunggal tipis yang menimbulkan ke roset di atas tanah. Setiap bunga memiliki lima
kelopak yang suar seperti terompet pada siang hari dan menguncup pada malam hari
atau pada hari-hari mendung. Bunga biasanya pinky ungu untuk ungu dan dapat
sangat gelap dan sangat berwarna atau sangat pucat.
Klasifikasi Oxalis latifolia (Daun kupu-kupu) yaitu :
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Geraniales
Family : Oxalidaceae
Genus : Oxalis
Spesies : Oxalis latifolia
2. Amarantus lividus
Termasuk kedalam jenis gulma berdaun lebar. Gulma jenis ini memilkiki
perakaran tunggang. Daun berbentuk segitiga dengan tepi rata dan meiliki
pertulangan daun yang menyirip. Adapun klasifikasi dari tanaman ini adalah :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
15. Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae (suku bayam-bayaman)
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus lividus L.
3. Galinsoga parviflora Cav.
Marga Galinsoga termasuk dalam bangsa Asteraceae yang hanya terdiri dari
3 spesies, sebagian besar terdapat di New Zeland, Inggris, Brazil, Asia selatan dan
Amerika. Di pakistan, hal ini sangat umum di Baluchistan, Dir, Hunza, Swat, Gilgat,
Muree dan Kashmir. Galinsoga parviflora adalah salah satu spesies yang penting
dalam marga galinsoga. Bunganya berwarna merah muda, dengan kuntum sinar
merah muda atau merah diujungnya dan kuntum disk yang kuning. Buahnya jarang
dengan benih yang berbulu. Daunnya beraroma menyenangkan ketika dihancurkan.
Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah setengah-teduh atau lembab. Pada akar
berguna untuk mengobati jelatang dengan menggosokkannya. Air perasan dari
seluruh bagian tanaman ini digunakan untuk mengobati luka. Tumbuhan ini
mengandung saponin, flavonoida dan polifenol yang berkhasiat sebagai pelancar air
seni. Perkembangan dan perbanyakan dengan cara Buah longkah, anemochorous dan
epizochorous. Adapun klasifikasi dari tanaman ini adalah :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Galinsoga
Spesies : Galinsoga parviflora Cav.
4. Oxalis corniculata Linn
16. Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Oxalis
Spesies : Oxalis corniculata Linn
5. Galinsoga quadriradiata
Kingdom : Plantae
Superdivisi : Angiosperms
Divisi : Eudicots
Class : Asterids
Order : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Galinsoga
Species : Galinsoga quadriradiata
6. Poa annua
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Cyperales
Suku : Poaceae
Marga : Poa
Jenis : Poa annua
Identifikasi gulma berkaitan dengan pengenalan spesies-spesies gulma
berdasarkan sifat-sifat morfologi baik vegetatif maupun generatif. Identifikasi ini
dapat menjadi salah satu dasar dalam pengelompokan atau klasifikasi gulma. Salah
17. satu contoh pengelompokan berdasarkan morfologi yang berhubungan dengan
pengelolaan gulma adalah berdasarkan jenis daun yaitu berdaun sempit dan berdaun
lebar. Gulma berdaun sempit terdiri dari rumput-rumputan dan teki-tekian sedangkan
gulma berdaun lebar pada umumnya adalah tumbuhan berkeping dua (dikotil) dan
beberapa berkeping satu (monokotil) dengan daun lebar. Ketiga kelompok gulma ini
memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan strategi khusus untuk
mengendalikannya (Anonim, 2011).
2. Ekologi Gulma (Luas Minimum)
A. Hasil
Tabel 2.1. Data Pengamatan Metode Luas Minimum
Petak Luas petak (cm) Jumlah spesies Prosentase penambahan (%)
I 25 x 25=0,0625 m2 6 6/6 x 100%= 100%
II 25 x 50= 0,125 m2 1 1/6 x 100%= 16,7%
III 50 x 50 cm = 0,25 m2 - -
Perhitungan :
a. Luas petak I (0,25 x 0,25) m2
Jumlah spesies = 6
Jumlah spesies baru
Persentase penambahan = x 100 %
Jumlah spesies awal
= 6/6 x 100 %
= 100%
b. Luas petak II (0,50 x 0,25) m2
Jumlah spesies = 1
Jumlah spesies baru
Persentase penambahan = x 100%
Jumlah spesies awal
18. = 6/6 x 100%
= 6,7%
c. Luas petak III (0,50 x 0,50) m2
Jumlah spesies = 0
Jumlah spesies baru
Presentasi penambahan = x 100%
Jumlah spesies awal
= 0/1 x 100%
= 0%
Pembuatan Kurva
Garis M (Garis Pertolongan)
X di dapat dari 10% luas plot terakhir yang di dapat spesies
= 10% x 0,125 m2
= 0,0125 m2
Y di dapat 10% dari jumlah jenis yang diperoleh terakhir
= 10% x 1
= 0,1
7
6
5
4
3
2
1
0
0,0625 0,125 0,25
19. B. Pembahasan
Luas minimum merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis
suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luas minimum digunakan untuk
memperoleh luasan petak contoh yang dianggap representatif dengan suatu tipe
vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut. Semakin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut,
semakin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk
bujur sangkar, empat persegi panjang, dan dapat pula berbentuk lingkaran (Latifah,
2005).
Dalam mempelajari komunitas tumbuhan, kita tidak dapat melakukan
penelitian pada seluruh area yang ditempati komunitas, terutama apabila area itu
cukup luas. Oleh karena itu, kita dapat melakukan pengamatan di sebagian area
komunitas tersebut dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili sebagian komunitas
yang ada. Untuk memahami luas minimum, metode manapun yang di pakai untuk
menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan tujuan
luas atau sempitnya suatu area yang diamati (Anonim, 2012).
Pada praktikum Biologi Gulma ini, lokasi vegetasi gulma yang diamati berada
di Dieng. Kemudian dibuat petakan untuk menentukan luas mínimum. Cara
menentukan luas minimum adalah dengan membuat petakan dengan ukuran 0,25 x
0,25 m, menghitung jumlah jenis dalam petak tersebut dan dicatat, petakan dibuat
kembali atau diperluas dengan ukuran 2x lipat petak pertama untuk melihat ada
penambahan jenis/tidak seterusnya sampai besar persentase 10% artinya pembuatan
petakan dihentikan jika belum diperluas lagi. Kemudian membuat tabel jumlah jenis
dan dibuat grafik luas minimumnya.
Grafik luas minimum dalam praktikum ini dibuat dengan cara membuat
sumbu x (luas petakan) dan sumbu y (jumlah jenis), membuat garis pertolongan
(misal m) yang besarnya 10% dari luas petak terakhir, yaitu sebesar 0,1 dan 10%
jumlah jenis terakhir sebesar 0 sehingga didapat suatu titik kemudian dihubungkan
dengan titik 0 dan dibuat garis m. Membuat garis yang sejajar dengan garis m, yaitu
20. yang menyinggung garis (pertemuan titik-titik luas petak dan jumlah jenis) disebut
garis n. Kemudian titik singgung garis n diproyeksikan ke sumbu x sehingga
didapatkan luas minimumnya.
Luas minimum didapat setelah persentase penambahan jenis baru kurang dari
≥10%. Jika presentase penambahan kurang dari 10%, maka pembuatan petak
dihentikan. Berdasarkan data hasil praktikum dan perhitungan luas minimum, dapat
ditentukan setelah pembuatan petak ketiga dengan luas petak 0,50 x 0,50 m2 =0,25 m2
dengan jumlah jenis 0 sehingga didapatkan presentase 0/2 x 100% = 0% ditunjukkan
pada grafik yang di bawah arsiran garis hitam putus-putus. Tabel yang diberi tanda
warna biru adalah luas petak yang tidak dapat ditentukan luas minimumnya karena
presentase penambahan jenisnya < 10%.
Luas daerah vegetasi yang telah diambil di atasnya bervariasi untuk setiap
bentuk vegetasi mulai dari 0,25 m2 sampai 1m2. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Anwar (1995), bahwa suatu syarat untuk daerah pengambilan sampel haruslah
representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan
pada sifat umum suatu vegetasi, yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang
dibentuk oleh beberapa populasi. Jadi, peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat
penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tersebut.
Dengan demikian, untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan
individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara
keseluruhan. Hal ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila di
dalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk
komunitas tersebut .
Menurut Latifah (2005), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah
spesies di dalam suatu daerah antara lain :
a. Iklim
Fluktuasi iklim musiman merupakan faktor penting dalam membagi
keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya
menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yang
dapat hidup secara tetap di suatu daerah.
21. b. Keragaman Habitat
Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang
keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.
c. Ukuran
Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies dibandingkan dengan
daerah sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara luas
dan keragaman spesies secara kasar adalah kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika
luas daerah 10x lebih besar dari daerah lain, maka daerah itu akan mempunyai spesies
yang 2x lebih besar.
Penggunaan asosiasi interspesifik untuk memilah kuadrat menjadi kelompok-
kelompok ini didasarkan pada definisi tentang unit homogen vegetasi sebagai salah
satu di mana semua spesies-asosiasi yang tak tentu atau nondata dari Mallee
Australia, adalah untuk mengurutkan pada spesies yang paling banyak terlibat dalam
asosiasi positif, penyatuan yang residum pada setiap tahap. Sejak statistik metode
semacam ini, bagaimanapun pasti memerlukan komputasi skala besar banyak, perlu
baik untuk memeriksa statistik dasar metode apapun yang diusulkan dan untuk
menilai apakah informasi ekologi yang diperoleh pada kenyataannya membenarkan
waktu dan tenaga kerja yang terlibat. Selanjutnya, analisis masyarakat yang kompleks
dapat biasanya hanya dibawa dalam jangkauan ahli ekologi berlatih jika metode
diprogram untuk komputer digital, dan kebutuhan ini harus ditanggung terus menerus
diingat jika beban penghalang dalam waktu komputasi yang harus dihindari
(Williams and Lambert, 2007).
3. Ekologi Gulma (Gulma Perkebunan)
A. Hasil
Tabel 3.1 Tabel Pengamatan Nilai Penting
Kuadrat KR INP
Nama spesies F FR % K
1 2 3 4 % %
23. Frekuensi relatif total = 100%
b) Kerapatan
Kerapatan spesies A
Kerapatan spesies B
Kerapatan spesies C
Kerapatan total = 67,5
Kerapatan relatif
Kerapatan relatif total = 100%
24. c) Indeks Nilai Penting
Nilai Penting = Krelatif + Frelatif
NPP = 10,82 + 30 = 40,83%
NPG = 66,67 + 40 = 106,67%
NPO = 22,22 + 30 = 52,22%
d) Indeks Nilai Penting total = 199,71%
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh data bahwa spesies tumbuhan
yang memiliki kerapatan relatif (KR) tertinggi adalah Galinsoga parviflora dengan
nilai 66,82%, sedangkan yang mempunyai nilai terendah adalah Oxalis corniculata
yaitu 22,22%. Spesies tumbuhan yang mempunyai frekuensi relatif (FR) tertinggi
adalah spesies Galinsoga parviflora 40%. Spesies dengan nilai FR terendah ada dua,
yaitu Oxalis corniculata dan Poa annua sebesar 30 %. Spesies yang mempunyai nilai
penting tertinggi adalah Galinsoga parviflora dengan nilai 106,67%, sedangkan yang
terendah adalah Poa annua dengan nilai 52,22%. Galinsoga parviflora tanaman ini
mempunyai kelebihan dapat tumbuh pada tanah setengah-teduh atau lembab.
Ditinjau dari sifat-sifat biologisnya, tumbuhan ini dapat tumbuh dengan
mudah dan menggerombol. Selain itu, tumbuhan ini dapat menutupi permukaan tanah
sehingga memberikan pengaruh yang dominan dibanding tumbuhan lain yang hidup
disekitarnya. Tingkat dominansi yang tinggi menunjukkan kemampuan adaptasi
dalam memanfaatkan kondisi lokal habitat dan kondisi kadar air tanah yang
mendukung pertumbuhannya. Nilai penting kecil yang dimiliki oleh Poa annua salah
satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Tanaman ini kurang cocok dengan
kondisi lingkungan (kondisi suhu tanah, suhu udara, kadar air tanah, dan kondisi
permukaan tanah) setempat sehingga pertumbuhannya terbatas. Indeks nilai penting
digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau
dengan kata lain penting menggambarkan kedudukan ekologi suatu jenis dalam
25. komunitas. Indeks nilai penting dihitung berdasarkan penjumlahan kerapatan relatif
(KR) dan frekuensi relatif (FR) (Anonim, 2012).
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika
digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot,
dan metode kuarter. Tetapi, praktikum kali ini hanya menitikberatkan pada
penggunaan analisis dengan metode kuadrat. Metode kuadrat, petak contoh dapat
berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya
bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas
minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan
terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Goldsmith, 2010).
Sistem analisis dengan metode kuadrat adalah kerapatan yang ditentukan
berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut.
Kerapatan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis
tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kerapatan dari jenis
tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh
total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990).
Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering
digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan, petak contoh yang dibuat dalam
teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal
mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti
bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara
random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk petak
contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi
sampling pola penyebarannya. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi
yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segi empat memberikan data
komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk lingkaran, terutama
bila sumbu panjang dari petak sejajar dengan arah perubahan keadaan lingkungan
atau habitat (Suwena, 2007).
4. Ekologi Gulma (Gulma Perkebunan)
26. A. Hasil
Tabel 4. Kondisi Perkebunan Tanaman Kobis dan Kentang Di Dataran
Tinggi Dieng
No Uraian Kegiatan Jenis tanaman budidaya Keterangan
Kentang
1 Sistem Monokultur Budidaya kentang di ladang,
Budidaya menggunakan pupuk urea dan
pupuk kompos.
2 Jarak Tanam 30 cm Tidak terlalu rapat agar tidak
menghalangi masuknya sinar
matahari
3 Jenis Gulma Poa annua Gulma rumput-rumputan dan
Galinsoga quadriradiata gulma berdaun lebar
Amaranthus livdus
Galinsoga parviflora
Oxalis latifolia
Oxalis corniculata
4 Dormansi Oxalis latifolia Gulma berdaun lebar
Gulma
5 Permasalahan Tanaman pokok lebih Tidak terlalu mengganggu
Gulma dominan daripada gulma, produksi tanaman budidaya
kepadatan rendah,gulma
resistensi
6 Kondisi Lembab, Suhu dingin
Lingkungan
7 Faktor Kabut, Kelembapan, Mempengaruhi pertumbuhan
Lingkungan Intensitas cahaya gulma.
8 Pemberantasan Fungisida, Pestisida dan Mengeluarkan biaya lebih
Gulma Herbisida untuk penyemprotan
27. 9 Masa panen 3 bulan
10 Hasil panen 7 ton
11 Luas ladang 1 petak 1/2 hektar
pertanian
12 Pengganggu Gulma dan Serangga
tanaman
budidaya
Nama Responden : Ibu Samini
Alamat : Jl. Dorowati RT 04 RW 01 Dieng, Kulon
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Petani kentang
B. Pembahasan
Solanum tuberosum atau yang lebih dikenal sebagai kentang merupakan
tanaman setahun, bentuk sesungguhnya menyamak dan bersifat menjalar. Batangnya
berbentuk segi empat, panjang bisa mencapai 50 – 120 cm dan tidak berkayu. Batang
dan daun berwarna hijau kemerah-merahan atau keungu-unguan. Akar tanaman
menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Selain mempunyai organ-
organ di atas, kentang juga mempunyai organ umbi. Umbi tersebut berasal dari
cabang samping yang masuk ke dalam tanah. Cabang ini merupakan tempat untuk
menyimpan karbohidrat sehingga membengkak dan bisa dimakan. Umbi bisa
mengeluarkan tunas dan nantinya akan membentuk cabang-cabang baru. Kentang
termasuk tanaman setahun yang ditanam untuk dipanen umbinya. Umbi kentang
merupakan ujung stolon yang membesar dan merupakan organ penyimpanan yang
mengandung karbohidrat yang tinggi (Setiadi, 1998).
Dalam sistematika tumbuhan, tanaman kentang diklasifikasikan ke dalam :
28. Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
(Setiadi 2009).
Rukmana (1997), menyatakan kentang merupakan tanaman yang berbentuk
semak atau herba, dengan susunan utama terdiri atas stolon, umbi, batang, daun,
bunga, buah dan biji serta akar. Stolon merupakan tunas lateral yang tumbuh dari
ketiak daun di bawah permukaan tanah stolon tumbuh memanjang dan melengkung
di bagian ujungnya, kemudian membesar dan membengkak untuk membentuk umbi
sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Stolon amat lunak dan berisi lebih
banyak cairan dibanding akar. Stolon inilah yang akan menghasilkan umbi kentang.
Setelah mencapai ujung maksimal, stolon akan menggembung pada ujungnya
(Hartus, 2001).
Batang tanaman kentang berbentuk bulat dan persegi, berbuku-buku dan
berongga dengan pertumbuhan batang tegak, menyebar, atau menjalar. Batang
tanaman kentang di atas permukaan tanah berwarna hijau, hijau kemerahan atau hijau
keunguan. Bunga tanaman kentang berjenis kelamin dua (bunga sempurna), yang
tersusun dalam karangan bunga dan tumbuh pada ujung batang, dengan tiap karangan
memiliki 7-15 kuntum bunga. Mahkota bunganya berbentuk terompet yang bagian
atasnya berbentuk bintang. Warna bunga kentang beraneka macam, ada yang putih,
merah muda, ungu atau biru. Warna buah kentang bervariasi mulai hijau tua sampai
keunguan, berbentuk bulat, berdiameter kurang lebih 2,5 cm dan berongga dua. Buah
mengandung sekitar 500 bakal biji, tetapi yang dapat berkembang menjadi biji hanya
berkisar antara 10 – 300 biji. Biji kentang berwarna coklat muda dan mempunyai
masa dormansi 6 bulan (Hartus, 2001).
29. Kebutuhan produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan bahan pangan yang tersedia pun harus
mencukupi kebutuhan masyarakat. Produk hortikultura memiliki peranan besar dalam
memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan
salah satu komoditas yang memegang peranan penting dan mendapat proiritas untuk
dikembangkan dan mempunyai potensi dalam diversifikasi pangan. Menurut
Astawan, M. (2004) umbi kentang memiliki manfaat yang sama dengan jenis-jenis
sayuran lainnya. Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama
karbohidrat. Sebagai sumber utama karbohidrat kentang sangat bermanfaat untuk
meningkatkan energi dalam tubuh. Selain untuk konsumsi, kentang dapat dijadikan
bahan baku untuk industri olahan makanan. Oleh sebab itu produksi kentang perlu
ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas. Kentang adalah tanaman pangan
utama keempat dunia, setelah gandum, jagung, dan padi. Tingginya nilai gizi
menyebabkan banyak diproduksi kentang di berbagai wilayah, termasuk daerah yang
kurang produktif (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Sampai saat ini, petani juga cukup banyak yang membudidayakan tanaman
kentang tersebut. Namun dalam budidaya tanaman hortikultura tersebut tidak selalu
mulus, alias kentang tidak dapat diperoleh hasil umbi seperti yang diharapkan karena
adanya beberapa masalah yang dapat menurunkan produksi tanaman kentang
tersebut, salah satunya adalah adanya gulma dan serangan penyakit (Semangun, H.
2007).
Upaya pengendalian penyakit pada tanaman kentang memang sudah disadari
petani. Oleh karena itu setiap petani yang sedang membudidayakan kentang selalu
berupaya mengendalikan penyakit yang menyerang tanaman hortikultura tersebut
sehingga kentang yang ditanamnya itu bisa bebas dari serangan penyakit. Jika pun
ada serangan penyakit, seranganya tidak begitu parah sehingga umbi kentang yang
ditunggu-tunggu dapat diperoleh sesuai harapan. Secara sederhana gulma dapat
didefinisikan sebagai tanaman yang tumbuh pada tempat dan waktu yang tidak
diinginkan. Mulsa plastik yang berwarna gelap sangat efektif dalam mengendalikan
gulma (Suhardi. 1984).
30. Hal ini terjadi karena benih-benih gulma di bawah mulsa plastik hitam tidak
memiliki akses terhadap cahaya matahari untuk berfotosintesis, sehingga gulma yang
tumbuh akan mengalami etiolasi dan tumbuh lemah. Pertumbuhan yang lemah ini
akan diperparah dengan adanya suhu yang relatif panas dan kelembaban tanah yang
tinggi. Panas yang basah memiliki efek mematikan yang lebih tinggi dibanding
panas kering. Hasil penelitian di berbagai tempat menunjukkan bahwa penggunaan
mulsa plastik hitam perak secara konsisten efektif menekan pertumbuhan gulma.
Pengaruh mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang terutama
ditentukan melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan cahaya yang menerpa
permukaan plastik yang digunakan. Secara umum seluruh cahaya matahari yang
menerpa permukaan plastik, maka sebagian cahaya tersebut akan dipantulan kembali
ke udara, dalam jumlah yang kecil diserap oleh mulsa plastik, dan diteruskan
mencapai pemukaan tanah yang ditutupi mulsa plastik. Kemampuan optis mulsa
plastik dalam memantulkan, menyerap dan melewatkan cahaya tersebut ditentukan
oleh warna dan ketebalan mulsa plastik tersebut (Decouteau et al., 1988, 1989 ;
Lamont, 1993). Cahaya yang dipantulkan permukaan mulsa plastik ke amosfir akan
mempengaruhi bagian atas tanaman, sedangkan cahaya yang diteruskan ke bawah
permukaan mulsa plastik akan mempengaruhi kondisi fisik, biologis dan kimiawi
rizosfir yang ditutupi.
31. IV. KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan empat acara praktikum Biologi Gulma,
dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Pada praktikum identifikasi ditemukan beberapa jenis gulma di dataran tinggi
Dieng pada perkebunan kentang yaitu: Oxalis corniculata, Poa annua, Galinsoga
quadriradiata, Amaranthus livdus, Galinsoga parviflora dan Oxalis latifolia. Oxalis
latifolia adalah gulma yang ditemukan paling dominan.
2. Luas minimum adalah langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu
vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luas minimum yang didapat untuk
membuat kurva Luas Minimum adalah pada luas petak 0,50 x 0,5 m2 = 0,25 m2
dengan jumlah jenis 0 sehingga didapatkan persentase 0/2 x 100% = 0%.
3. Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa indeks nilai
penting (KR+FR) kelima spesies dari yang tertinggi sampai terendah adalah
Galinsoga parviflora sebesar 106,67%, Oxalis corniculata sebesar 52,22% dan
yang mempunyai nilai penting paling kecil adalah Poa annua sebesar 40,85%.
4. Pengendalikan penyakit yang menyerang tanaman hortikultura seperti kentang
biasanya menggunakan fungisida dan pestisida supaya bebas dari serangan hama
dan penyakit.
2. SARAN
1. Untuk pelaksanaan praktikum biologi gulma selanjutnya, sebaiknya para
praktikan lebih teliti lagi dalam menentukan jenis-jenis gulma yang terdapat di
perkebunan sehingga data yang diperoleh bias lebih valid.
2. Kurangnya komunikasi antar anggota kelompok sehingga menyebabkan
keterlambatan pengumpulan laporan kepada asisten.
3. Tidak dijelaskan lebih detai bagaimana menghitung nilai penting,luas minimum,
kerapatan, dan frekunsi oleh asisten jadi saya mencari sendiri.
32. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Klasifikasi Gulma. http://www.scribd.com/doc/25252881/klasifikasi-
gulma-berdasarkan-morfologi. Diakses 12 Desember 2012.
Anonim. 2012. Analisis Vegetasi Luas Minimum.
http://cheabiofkip.blogspot.com/2009/03/analisis-vegetasiluas-minimum.htm.
Diakses tanggal 19 Desember 2012.
Anonim. 2012. www.plantamor.com/index.php?plant=1696. Diakses tanggal 19
Desember 2012.
Anwar, D. 1995. Biologi Lingkungan. Ganesa Exact, Bandung.
Astawan, M. 2004. Kentang : Sumber Vitamin C dan Pencegah Hipertensi.
http://www.gizi.net.
Astawan. 2004. Kentang : Sumber Vitamin C dan Pencegah Hipertensi.
http://www.gizi.net. [20 September 2012]
Badan Pusat Statistik, 2011. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang 2009-
2010. http://www.bps.go .id [5 Juli 2011]
Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta.
Deptan. 2008. Data Statistik Departemen Pertanian. http://www.deptan.go.id.
Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. Jakarta.
http://www.deptan.go.id. [8 Desember 2012]
Dirjen Hortikultura. 2010. Produksi tanaman sayuran di Indonesia periode 2003-
2008.
Everaarts. A. P. 1981. Weed of Vegetables in the Higlands of Java. Jakarta:
Lembaga Penelitian Hortikultura.
Everaarts. A. P. 1981. Weed of Vegetables in the Higlands of Java. Jakarta:
Lembaga Penelitian Hortikultura.
Gildemacher, P. Demo, P. Kinyae, M. Nyongesa, dan P. Mundia. 2007. Memilih
tanaman terbaik untuk benih kentang. Salam. 20:16-18.
Goldsmith. 2010. Population and Community Structure : Quadrat Sampling
Techniques. Academic Press, New York.
33. Guo. Qinghua and Maggi. K. 2004. Interpretation of scale in paired quadrat variance
methods. Journal of Vegetation Science 15: 763-770,
Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta:
Fakultas Biologi UGM.
Hartus, T. 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Penebar Swadaya. Jakarta.
136 hal.
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka, Jakarta.
Honu, Y., A. K. Shibi, C. David, and J. Gibson. 2009. Occurrence of Nonnative
Species Deep In Natural Areas of The Shawnee National Forest, Southern
Illinois, U. S .A. Natural Areas Journal, 29 : 177-187.
Irwanto. 2006. Struktur Hutan (Online). http:// www.irwantoshut.com. Diakses
tanggal 24 April 2011.
Kasiatin, W. 2004. Pengaruh Pola Tanam dan Penggunaan Pupuk Organik Terhadap
Pertumbuhan serta Hasil Tumpangsari Jagung Sayur (Zea mays L.) dan
Kedelai (Glycine max L.). http://digolib.gunadarma.ac.id. Diakses tanggal 5
Januari 2011.
Latifah, S. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. USU Reository, Sumatera Utara.
Leroux, S.J. Fiona, K.A. Schmiegelow. Robert, B. Lessard. Steve, G. 2007.
Minimum dynamic reserves: A framework for determining reserve size in
ecosystems structured by large disturbances. journal homepage:
www.elsevier.com/locate/biocon.Biolocical concervation 138: 464-473.
Miller, A.A. 1976. Climatology. Methuen and Co. Ltd. London.
Partasasmita, R., A. Mardiastuti, D. D. Solihin. 2009. Struktur dan Komposisi
Vegetasi Suksesi yang Digunakan Burung Semak sebagai Habitat. Jurnal
Biotika 7(2): 94 – 107.
Qinghua, G. and Maggi, K. 2004. Interpretation of Scale in Paired Quadrat Variance
Methods. Journal of Vegetation Science, (15) : 763-770.
Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia I. Prinsip, Produksi, dan
Gizi. Jilid I. Institut Teknik Bandung. Bandung. 313 hal.
Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 115 hal.
Santoso, Y. Dan Sitorus, F. 2008. Pendugaan Parameter Demografi dan Pola
Penyebaran Spasial Walabi Lincah (Macropus agilis papuanus) di Kawasan
34. Taman Nasional Wasur, Studi Kasus di Savana Campuran Udi-udi. Media
Konservasi, 13(2): 65 – 70.
Sastroutomo SS. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Universitas Gajah Mada. UGM. 845 hal.
Setiadi dan Nurulhuda, S. I. 1998. Kentang. Penebar Swadaya. Jakarta. 70 hal.
Setiadi. 2009. Budidaya Kentang. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawati w, dan A.A. Asandhi. 2003. Pengaruh Sistem Pertanaman Monokultur dan
Tumpang Sari Sayuran Cruciferae dan Solanaceae Terhadap Hasil Dan
Struktur dn Fungsi Komunitas Artropoda. J.Hort, 13(1):41-57.
Stohlgren, T.J., G. W. Chong, M. A. Kalkhan, L.D. Schell. Multiscale Sampling of
Plant Diversity: Effect of Minimum Mapping Unit Size.
Suhardi. 1984. Masalah penyakit hawar daun (Phytophtora infestans) pada tanaman
kentang dan upaya penanggulangannya. Seminar Hama dan Penyakit
Sayuran. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Cipanas. 25-29
hal.
Surasana. 1990. Teknik Lapangan Ekologi Tumbuhan. Departemen Biologi ITB,
Bandung.
Sutiono. 2010. Budidaya Melon. http://zairifblog.bligspot.com. Diakses tanggal 7
Januari 2011.
Suwena, M. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel pada Ekosistem Sawah di
Sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak. Fakultas Pertanian Universitas
Mataram, Mataram.
Suwena, Made. 2005. Keanekaragaman tumbuhan liar edibel pada ekosistem Sawah
di sekitar kawasan hutan gunung salak (Biodiversity of edible wild plants on
paddy ecosystem Of gunung salak forest area). Fakultas Pertanian Universitas
Mataram, Mataram.
Suwena,M. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel pada Ekosistem Sawah di
sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak. Universitas Mataram.
The International Potato Center . 2008. Facts and Figures: 2008 – The International
Year of the Potato. CIP. http://www.potato2008.org [5 Oktober 2010]
Tjitrosoedirdjo S, Utomo I. H, dan Wiroatmodjo J. 1984. Pengelolaan Gulma Di
Perkebunan. Jakarta: Gramedia.
35. Tjitrosoedirdjo S, Utomo I. H, dan Wiroatmodjo J. 1998. Pengelolaan Gulma Di
Perkebunan. Jakarta: Gramedia.
Ummah, K. 2010. Produksi Bibit Kentang (Solanum tuberosum. L) di Hikmah farm,
Pangalengan, Bandung-Jawa Barat. Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian. IPB
Ummmah, Khoirul., Agus, Purwito. 2009. Budidaya Tanaman Kentang (Solanum
tuberosum L.) dengan aspek khusus pembibitan di Hikmah farm, Pangalengan
Bandung Jawa Barat. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2009.
Utami, Sri dkk. 2006. Inventarisasi Gulma Di Bawah Tegakan Pulai Darat (Alstonia
Angustiloba Miq.) Dan Hubungannya Dengan Pengendalian Gulma Di
Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Hal 135-144.
Utami, Sri. 2004. Kemelimpahan Jenis Gulma Tanaman Wortel pada Sistem
Pertanian Organik. Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi
FMIPA Undip. Vol. 6, No. 2, Hal. 54-58
Walter, H. 1971. Ecological of Tropical and Subtropical Vegetation. Van Nostrand
Reinhold Co. New York.
Widiyono, W., Abdulhadi, R., dan Lidon, B. 2005. Model Anakisis Embung Secara
Terpadu Meliputi Bagian Hulu, Tengah, dan Hilir. Limnotek, 12 (1) : 1-9.
Williams, W. T and Lambert, J. M. 2007. Multivariate Methods in Plant Ecology : I.
Association-Analysis in Plant Communities. The Journal of Ecology, Vol. 47
(1) : 83-101.
Williams, W. T. and Lambert, J. M. 2007. Multivariate Methods in Plant Ecology : I
Association-Analysis in Plant Communities. Journal of Ecology, Vol. 47 (1) :
83-101.
Yichun, X., Zhongyao, S., dan Mei, Y. 2008. Remote Sensing Imagery in Vegetation
Mapping. Jurnal of Plant Ecology, 1(1): 9 – 23.
36. LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI GULMA
Oleh :
Kelompok : 15
Kartika Sari Dwinusa : B1J010002
Ardianti Maya Ningrum : B1J010201
Tochirun : B1J009180
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2012
37. LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI GULMA
BIOLOGI DAN EKOLOGI GULMA DI DATARAN TINGGI DIENG
Oleh :
Kelompok : 15
Kartika Sari Dwinusa : B1J010002
Ardianti Maya Ningrum : B1J010201
Tochirun : B1J009180
Disusun sebagai persyaratan mengikuti mata kuliah Biologi Gulma
pada Program Strata Satu Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto, Desember 2012
Asisten
Goldha Biggest P.
B1J008148
38. DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… 1
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 2
II. BAHAN DAN CARA KERJA ……………....………………………….. 7
1. Biologi Gulma (Identifikasi dan Klasifikasi) .............................. 7
2. Ekologi Gulma (Luas Minimum) ................................................ 7
3. Ekologi Gulma (Nilai Penting) .................................................... 7
4. Ekologi Gulma (Gulma Perkebunan) ........................................... 7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 10
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
39. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan praktikum Biologi Gulma terselesaikan
dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya. Laporan ini merupakan salah satu
syarat untuk mengikuti ujian akhir praktikum mata kuliah Biologi Gulma di Fakultas
Biologi Universitas Jenderal Soedirman.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Staf pengajar mata kuliah Biologi Gulma Fakultas Biologi Universitas Jenderal
Soedirman.
2. Seluruh asisten Praktikum Biologi Gulma yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan selama praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.
3. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan praktikum dan penyusunan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan
ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Purwokerto, Desember 2012
Penulis