SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI GULMA




                    Oleh:
     Ardianti Maya Ningrum   B1J010201
     Kartika sari Dwinusa    B1J010002
     Tochirun                B1J009180




KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
   UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
          FAKULTAS BIOLOGI
             PURWOKERTO

                    2012
I. PENDAHULUAN


1. Latar Belakang

         Dieng adalah kawasan       dataran tinggi di Jawa Tengah, yang masuk
wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo dengan koordinat -
7.2050892     utara   109.9068403    timur.   Letaknya   berada   di   sebelah   barat
kompleks Gunung Sundoro dan Sumbing. Dieng adalah kawasan vulkanologi aktif
dan dapat dikatakan merupakan gunung raksasa dengan beberapa kepundan kawah.
Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.093 m di atas permukaan laut. Suhu berkisar 15-
20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan
agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku
yang oleh penduduk setempat disebut bun upas (embun racun) karena menyebabkan
kerusakan pada tanaman pertanian. Kawasan Dieng merupakan penghasil sayur-
sayuran di dataran tinggi untuk wilayah Jawa Tengah. Kentang adalah komoditi
utama. Selain itu, Wortel, kubis dan bawang-bawangan dihasilkan dari kawasan ini.
Selain sayuran, Dieng juga merupakan sentra penghasil papaya gunung dan jamur.
Namun demikian, akibat aktivitas pertanian yang pesat kawasan hutan di puncak-
puncak pegunungan hampir habis dikonversi menjadi lahan pertanaman sayur.
         Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian masyarakatnya bekerja
pada bidang pertanian, salah satunya tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam kebutuhan pangan, peningkatan
ekspor, peningkatan pendapatan petani dan pemenuhan gizi keluarga. Salah satu
tanaman hortikultura yang memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan pangan
adalah tanaman kentang (Solanum tuberosum L). Tanaman kentang memiliki potensi
dan prospek yang baik untuk mendukung program diversifikasi dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan (The International Potato Center,
2008).
         Tanaman kentang (Solanum tuberosum. L) merupakan tanaman herba
tahunan. Tinggi tanaman mencapai 100 cm dari permukaan tanah. Daun tanaman
kentang menyirip majemuk dengan lembar daun bertangkai, dan batang di bawah
permukaan tanah (stolon). Stolon tersebut dapat menimbun dan menyimpan produk
fotosintesis pada bagian ujungnya sehingga membentuk umbi. Pada umbi terdapat
banyak mata yang bersisik yang dapat menjadi tanaman baru. Warna daging umbi
biasanya kuning muda atau putih tetapi ada kultivar yang berwarna kuning cerah,
jingga, merah atau ungu. Bentuk umbi beragam, ada yang memanjang, kotak, bulat
atau pipih (Sunarjono, 2004)
       Tanaman kentang merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung
jenis karbohidrat kompleks. Kandungan karbohidrat pada kentang mencapai sekitar
18%, protein 2.4% dan lemak 0.1%. Total energi yang diperoleh dari 100 gram
kentang adalah sekitar 80 kkal (Astawan, 2004), sehingga kentang dapat digunakan
sebagai pengganti nasi. Kentang juga mengandung vitamin C yang mencapai 31 mg
dalam 100 gram kentang. Kentang dapat dimanfaatkan sebagai campuran dalam
olahan kue, perkedel, kroket, bubur, kripik kentang (potato chip), kentang goreng,
kukus, rebus, dan salad. Produktivitas kentang di Indonesia pada tahun 2009 sebesar
16.51 ton/ha dan pada tahun 2010 menurun menjadi 15.95 ton/ha (BPS, 2011).
Produktivitas kentang di Indonesia masih berada dibawah produktivitas kentang di
Eropa yang mencapai 25.0 ton/ha (The International Potato Center, 2008).
       Pengolahan lahan merupakan salah satu kegiatan awal dalam bercocok tanam
kentang. Lahan untuk bertanam kentang harus diolah sebelum tanam, baik lahan yang
baru dibuka atau lahan yang telah produktif. Lahan harus bersih dari semak dan sisa-
sisa akar tanaman sebelumnya. Pengolahan tanah dapat memutuskan atau
memusnahkan siklus hidup hama/penyakit dalam tanah, dan melancarkan sirkulasi
udara dalam tanah. Pupuk dasar adalah pupuk yang diberikan sebelum penanaman
dilakukan. Pupuk dasar terdiri atas pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan
pupuk anorganik. Pupuk kandang yang digunakan harus yang sudah matang, dengan
ciri yaitu pupuk berwarna gelap, jika dipegang terasa dingin, jika dibolak-balik
dengan cangkul tidak ada asap yang mengepul, dan apabila dikepal tidak
menggumpal (Sulaeman et al., 1997).
       Pemeliharaan tanaman diperlukan untuk memperoleh tanaman yang sehat dan
berproduksi baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman adalah keadaan bibit sebelum tanam dan pemeliharaan selama fase
pertumbuhan. Kegiatan yang dilakukan selama pemeliharaan tanaman adalah
pemupukan susulan, pembumbunan, penyiangan gulma, pengairan, pengendalian
hama dan penyakit, dan rouging. Gulma merupakan tanaman pengganggu yang akan
melakukan persaingan dengan tanaman utama dalam memperoleh unsur hara dan
sinar matahari. Penyiangan gulma sangat diperlukan terutama pada fase kritis yaitu
fase awal pertumbuhan vegetatif dan fase pembentukan umbi. Gulma yang tumbuh
disekitar tanaman kentang termasuk kelompok berdaun lebar. Penyiangan gulma
dilakukan secara manual yaitu mencabut gulma menggunakan tangan dan cangkul.
Cangkul digunakan untuk menggemburkan tanah sekaligus untuk mengangkat
perakaran gulma sehingga memudahkan saat mencabut gulma dengan tangan.
Penyiangan dilakukan setelah terlihat adanya pertumbuhan rumput atau saat gulma
masih muda. Kegiatan penyiangan gulma harus hati-hati jangan sampai menggangu
sistem perakaran kentang atau hingga terjadi luka pada akar karena dapat
mempermudah terjadinya penularan penyakit dari tanah. Rogueing adalah kegiatan
untuk membuang tanaman yang tidak dikehendaki dari kebun pembibitan kentang,
bertujuan untuk menjaga kemurnian kentang bibit. Hal-hal yang tidak dikehendaki
dalam kegiatan pembibitan kentang adalah campuran varietas lain, tanaman
abnormal, tanaman sakit, tanaman terserang virus, dan tanaman penggangu
(Sulaeman et al., 1997).
        Ekologi gulma adalah tumbuhan yang mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya yang berubah. Salah satu faktor penyebab terjadinya evolusi gulma
adalah faktor manusia. Manusia merupakan penyebab utama dari perubahan
lingkungan dan gulma mempunyai sifat mudah mempertahankan diri terhadap
perubahan tersebut dan segera beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuhnya.
Gulma dijumpai pada setiap peristiwa pemanfaatan penggunaan tanah dan air.
Permasalahan yang timbul berbeda intensitasnya, tergantung pada tempat dan tingkat
pemanfaatan tempat tersebut. Pada pertanaman yang berbeda akan mempunyai
permasalahan dan komposisi spesies gulma yang berbeda pula. Pada pertanaman
perkebunan, masalah yang timbul tentu akan berbeda dengan masalah pada pola
pertanaman tanaman pangan (Barus, 2003).
            Menurut Evan (2010) ada beberapa cara untuk identifikasi gulma yang
ditempuh. Identifikasi dapat menggunkan salah satu atau kombinasi dari berbagai
atau saluran cara-cara dibawah ini :
    1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasikan.
    2. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
    3. Membandingkannya dengan determinasi yang ada.
    4. Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia.
    5. Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan.
           Gulma dibedakan ke dalam tiga kelompok yaitu teki-tekian, rumput-rumputan
dan gulma daun lebar. Gulma teki-tekian merupakan kelompok gulma yang memiliki
daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di
dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan
jalur fotosintesis tumbuhan C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai'
areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk
segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang
batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi.
Gulma yang ditemukan kelompok kami Oxalis latifolia, Amaranthus lividus, Poa
annua, Galinsoga quadriradiata, Galinsoga parviflora dan Oxalis corniculata.
           Menurut Everaarts (1981), telah ditemukan ada 35 jenis gulma yang terbagi
kedalam 13 familia di sekitar pertanaman sayuran di wilayah dataran tinggi di pulau
Jawa, di antaranya adalah Amaranthaceae (Alternanthera philoxeroides, Amaranthus
lividus), Caryophyllaceae (Cerastium glomeratum, Drymaria cordata,        Drymaria
villosa,      Spergula arvensis,    Stellaria media), Commelinaceae (C. diffusa),
Compositae (A. conyzoides, A. houstonianum, Artemisia vulgaris, G. parviflora, G.
quadriradiata, Melampodium perfoliatum), Cruciferae (Capsella bursa-pastoris,
Cardamine hirsuta), Fumariaceae (Fumaria rostellata), Oxalidaceae (Oxalis
corniculata, O. corymbosa, O. latifolia), Polygonaceae (Polygonum longisetum, P.
nepalense, P. persicaria), Portulacaceae (Portulaca oleracea), Rubiaceae (Borreria
alata,     Richardia brasiliensis), Solanaceae (Datura stramonium,         Nicandra
physalodes), Cyperaceae (Cyperus rotundus), dan Gramineae (Cynodon dactylon,
Digitaria ciliaris, Eleusine indica, Panicum repens, Paspalum paspaloides, Poa
annua).
         Suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah
tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan, jadi luas
daerah ini disebut luas minimum. Luas minimum atau kurva spesies area merupakan
langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan
petak contoh (kuadrat).


2.   Tujuan

         Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui biologi gulma; membedakan
gulma golongan rumput-rumputan, teki dan berdaun lebar; melakukan identifikasi;
memberi klasifikasi gulma; menerapkan penggunaan teori luas minimum untuk
menentukan ukuran luas kuadrat yang diperlukan dalam suatu pengambilan contoh
tumbuhan gulma; melakukan penghitungan frekuensi relatif, dominansi relatif,
kerapatan relatif dan nilai penting tumbuhan gulma; dan melakukan inventarisasi dan
penyelesaian permasalahan tumbuhan gulma yang ada pada beberapa areal
perkebunan.
II. BAHAN DAN CARA KERJA


1. Biologi Gulma (Identifikasi dan Klasifikasi)

     A. Bahan

        Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain gunting tanaman, pisau,
kantong plastik, alat tulis, soil tester, termometer udara, dan altimeter.
      B. Cara Kerja

        Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
1. Sampel yang diambil adalah tumbuhan gulma dari areal tanaman yang telah
     ditentukan.
2. Sampel yang diambil masing-masing satu tumbuhan dari golongan gulma
     rumput-rumputan, golongan gulma tek-tekiani, dan golongam gulma berdaun
     lebar.
3. Ciri-ciri morfologi bagian-bagian tumbuhan dari tiga contoh tumbuhan gulma
     tersebut (akar, daun, batang, dan bunga) dicatat dan dibandingkan.
4. Tiga sampel jenis tumbuhan gulma terpilih diidentifikasi dan diklasifikasi.

2. Ekologi Gulma (Luas Minimum)

      A. Bahan

         Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain pasak bambu, tali rafia,
kantong plastik, dan alat tulis.
      B. Cara Kerja

         Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
1.   Dibuat kuadrat dengan ukuran 25 x 25 cm dan dicatat jenis tumbuhan gulma
     yang ada dalam kuadrat dari areal tanaman yang ditentukan.
2.   Dibuat luasan kuadrat menjadi 25 x 50 cm dan dicatat penambahan jenis yang
     ada.
3.   Dibuat luasan kuadrat menjadi 50 x 50 cm dan dicatat penambahan jenis yang
     ada.
4.   Dilakukan hal yang sama sampai tidak ada penambahan jenis, plotkan dalam
     grafik.




3. Ekologi Gulma (Nilai Penting)

     A. Bahan

        Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain pasak bambu, tali rafia,
kantong plastik, dan alat tulis.
     B. Cara Kerja
                    V               V                   V
        Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
1.   Kuadrat ukuran 50 cm x 50 cm dibuat sebanyak 3 kuadrat dan diletakkan pada
     lokasi perkebunan secara random.
2.   Jenis tumbuhan yang ada dicatat dalam kuadrat dari areal tanaman yang telah
     ditentukan.
3.   Frekuensi relatif, dominasi relatif, kerapatan relatif, dan nilai penting tumbuhan
     gulma dihitung.


4. Ekologi Gulma (Gulma Perkebunan)

     A. Bahan

        Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain gunting tanaman, cetok,
kantong plastik, dan alat tulis.
     B. Cara Kerja

        Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
1.   Suatu areal perkebunan diperhatikan (misal perkebunan kobis atau kentang).
2.   Hal-hal yang terdapat di areal perkebunan yang menjadi obyek pengamatan
     diinventarisir (sistem budidaya, jarak tanaman, permasalahan gulma, jenis gulma,
     dominansi gulma, kondisi lingkungan, dan faktor lingkungan).
3.   Permasalahan tersebut dianalisis dan dibuat langkah-langkah solusi permasalahan
     yang ada.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN


1.   Biologi Gulma (Identifikasi dan Klasifikasi)

     A.   Hasil




Poa annua                                       Galinsoga quadriradiata




Amaranthus livdus                               Galinsoga parviflora




Oxalis latifolia                                Oxalis corniculata
Menurut Everaarts (1981) dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu
atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara seperti, (1) membandingkan
gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium, (2) konsultasi
langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan, (3) mencari sendiri melalui
kunci identifikasi, (4) membandingkan dengan, determinasi yang telah ada, dan (5)
membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia.
       Klasifikasi adalah proses pengaturan hewan atau tumbuh-tumbuhan ke dalam
takson tertentu berdasarkan persamaan dan perbedaan. Hasil proses pengaturan ini
ialah suatu sistim klasifikasi, yang sengaja diciptakan untuk menyatakan hubungan
kekerabatan jenis-jenis makhluk hidup satu sama lainnya. Menurut bahwa semua
klasifikasi bertujuan agar kita mengingat sedikit mungkin, tetapi dalam ingatan
tersebut mengandung informasi sebanyak-banyaknya. Pengelompokkan jenis-jenis
tumbuhan dalam suatu takson maka ciri-ciri masing-masing individu akan tercermin
dalam deskripsi takson tersebut (Tjitrosoedirjo, 1998).
        Cara klasifikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan
alami (natural). Klasifikasi sistem buatan pengelompokan tumbuhan hanya
didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga
kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu
sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa
tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin dikelompokan
bersama dalam satu kelompok. Hal demikian inilah yang merupakan kelemahan
utama dari klasifikasi sistem buatan. Klasifikasi sistem alami pengelompokan
didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi
sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem
tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang
dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.
        Cara klasifikasi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan. Atas
dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita dapat mengelompokan gulma menjadi
kelompok-kelompok atau golongan-golongan yang berbeda pula, masing-masing
kelompok memperlihatkan perbedaan di dalam pengendalian. Berdasarkan morfologi
dan botaninya, gulma dapat diklasifikasikan menjadi golongan rumput (grasses)
famili (suku) poaceae (Gramineae), golongan teki (sedges) family Cyperaceae, dan
golongan daun lebar (Broadleaves/herbaceous).
        Pengklasifikasian gulma dapat digunakan untuk membantu manusia
mengenal dan mengetahui jenis gulma rumputan, daun lebar dan tekian, melakukan
analisis vegetasi gulma, dan dapat melakukan aplikasi herbisida secara tepat. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan morfologi dan botaninya, gulma dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Golongan rumput (grasses)
       Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae, dengan
ciri; batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga. Daun-daun soliter pada
buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas
dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis
(linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara
pelepah daun dan helaian daun. Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet)
yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis), masing-masing anak bulir tersusun atas
satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi
oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut
lemna dan yang kecil disebut palea. Buah disebut caryopsis atau grain. Gulma dalam
kelompok ini berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini di
dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik.
   Contohnya yaitu :
   a. Cynodon dactylon (L.) Pers. (kakawatan, gigirintingan suket grinting)
   b. Eleusine indica (L..) Gaena (rumput kelulang, cerulang jukut jampang)
   c. Imperata cylindrica (L.) Beauv (alang-alang carulang, jukut jampang)
   d. Echinochloa crus-galli (L.) Cerv( jajagoan)
   e. Echinochloa colanum (L.) Cerv (jajagoan leutik)
   f. Panicum repens L. (lulampuyangan, jajahean)
   g. Paspalum conjugatum Bergrn (jukut japang pait, jukut pait, rumput)
2. Golongan teki (sedges)
Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae. Batang umumnya
berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.Daun
tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula).Ibu tangkai
karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak
bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak membuka.
Kelompok teki-tekian memiliki daya tahan luarbiasa terhadap pengendalian mekanis,
karena memiliki umbu batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan.
  Contohnya adalah :
  a. Cyperus bervifolius (jukut pendul)
  b. Cyperus rotundus L (teki)
  c. Cyperus difformia L. (jukut papayungan)
  d. Cyperus halpan L. (papayungan)
  e. Cyperus iria L. (jekeng, lingih alit)
  f. Cyperus kyllingia Endl. (jukut pendul bodas, teki, teki bodot, teki pendul)
  g. Fimbristylis littoralis geidlah (F. miliacea (L) cahl (panon munding, tumbaran)
  h. Scirpus grossius L. F (waligi, wlingen, lingi, mensing)
3. Gulma berdaun lebar
       Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae danPteridophyta.
Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Gulma inibiasanya tumbuh pada akhir
masa budi daya. Kompetisi terhadap tanamanutama berupa kompetisi cahaya.
Contohnya yaitu :
  a. Salvinia molesta D.S Mit het (kimbang, kayambang janji, lukut cai, lukut)
  b. Marsilea crenata presl (semangi, samanggen)
  c. Azolla pinnata R. Br (kaya apu dadak)
  d. Limnocharis flava L. Buch (genjer, centong)
  e. Ageratum conyzoides L. (bebadotan, wedusan)
  f. Borreria alata (Aubl. DC ) (kabumpang lemah, goletrak, letah hayam, rumput
     setawar)
  g. Stachyarpheta indica (L.) vahl (jarong, gajihan)
  h. Amaranthus spinosus L. (bayam duri, bayem eri, senggang cucuk)
i. Synedrella nodiflora (L.) gaentn (babadotan lalakina, jotang, jotang kuda)
         Gulma yang didapatkan saat praktikum adalah. Jenis ini didapatkan pada saat
praktikum pada tanggal 9 Desember 2012 di Desa Patak Banteng, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Daerah ini terletak pada ketinggian 2030 m di atas
permukaan laut. Praktikum dilakukan di areal perkebunan Kentang , yang saat itu
suhu udara berkisar 210C, pH tanah 7,5 dan kelembaban mencapai 50%.
1. Oxalis latifolia (Daun kupu-kupu)
         Oxalis latifolia memiliki habitus yang kerdil jarang lebih tinggi dari 6 atau 7
cm. Membentuk roset kecil atau gundukan hingga 20 cm mempunyai tiga daun yang
hijau gelap dan tidak tampak berbulu. Setiap bola menghasilkan batang bawah tanah
tunggal tipis yang menimbulkan ke roset di atas tanah. Setiap bunga memiliki lima
kelopak yang suar seperti terompet pada siang hari dan menguncup pada malam hari
atau pada hari-hari mendung. Bunga biasanya pinky ungu untuk ungu dan dapat
sangat gelap dan sangat berwarna atau sangat pucat.
          Klasifikasi Oxalis latifolia (Daun kupu-kupu) yaitu :
Divisi           : Magnoliophyta
Class            : Magnoliopsida
Ordo             : Geraniales
Family           : Oxalidaceae
Genus            : Oxalis
Spesies          : Oxalis latifolia
2. Amarantus lividus
          Termasuk kedalam jenis gulma berdaun lebar. Gulma jenis ini memilkiki
perakaran tunggang. Daun berbentuk segitiga dengan tepi              rata dan meiliki
pertulangan daun yang menyirip. Adapun klasifikasi dari tanaman ini adalah :
Kingdom           : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom        : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi      : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi            : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas           : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas       : Hamamelidae
Ordo            : Caryophyllales
Famili          : Amaranthaceae (suku bayam-bayaman)
Genus           : Amaranthus
Spesies         : Amaranthus lividus L.
3.   Galinsoga parviflora Cav.
          Marga Galinsoga termasuk dalam bangsa Asteraceae yang hanya terdiri dari
3 spesies, sebagian besar terdapat di New Zeland, Inggris, Brazil, Asia selatan dan
Amerika. Di pakistan, hal ini sangat umum di Baluchistan, Dir, Hunza, Swat, Gilgat,
Muree dan Kashmir. Galinsoga parviflora adalah salah satu spesies yang penting
dalam marga galinsoga. Bunganya berwarna merah muda, dengan kuntum sinar
merah muda atau merah diujungnya dan kuntum disk yang kuning. Buahnya jarang
dengan benih yang berbulu. Daunnya beraroma menyenangkan ketika dihancurkan.
Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah setengah-teduh atau lembab. Pada akar
berguna untuk mengobati jelatang dengan menggosokkannya. Air perasan dari
seluruh bagian tanaman ini digunakan untuk mengobati luka. Tumbuhan ini
mengandung saponin, flavonoida dan polifenol yang berkhasiat sebagai pelancar air
seni. Perkembangan dan perbanyakan dengan cara Buah longkah, anemochorous dan
epizochorous. Adapun klasifikasi dari tanaman ini adalah :
Kingdom        : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi         : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas          : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas       : Asteridae
Ordo            : Asterales
Famili          : Asteraceae
Genus           : Galinsoga
Spesies         : Galinsoga parviflora Cav.
4. Oxalis corniculata Linn
Kingdom          : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom       : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi     : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi           : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas            : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo             : Geraniales
Famili           : Oxalidaceae
Genus            : Oxalis
Spesies          : Oxalis corniculata Linn
5. Galinsoga quadriradiata
Kingdom         : Plantae
Superdivisi     : Angiosperms
Divisi          : Eudicots
Class           : Asterids
Order           : Asterales
Family          : Asteraceae
Genus           : Galinsoga
Species         : Galinsoga quadriradiata
6. Poa annua
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Cyperales
Suku : Poaceae
Marga : Poa
Jenis : Poa annua

          Identifikasi gulma berkaitan dengan pengenalan spesies-spesies gulma
berdasarkan sifat-sifat morfologi baik vegetatif maupun generatif. Identifikasi ini
dapat menjadi salah satu dasar dalam pengelompokan atau klasifikasi gulma. Salah
satu contoh pengelompokan berdasarkan morfologi yang berhubungan dengan
pengelolaan gulma adalah berdasarkan jenis daun yaitu berdaun sempit dan berdaun
lebar. Gulma berdaun sempit terdiri dari rumput-rumputan dan teki-tekian sedangkan
gulma berdaun lebar pada umumnya adalah tumbuhan berkeping dua (dikotil) dan
beberapa berkeping satu (monokotil) dengan daun lebar. Ketiga kelompok gulma ini
memiliki      karakteristik     tersendiri    yang       memerlukan      strategi       khusus   untuk
mengendalikannya (Anonim, 2011).


2.    Ekologi Gulma (Luas Minimum)

      A. Hasil

           Tabel 2.1. Data Pengamatan Metode Luas Minimum
 Petak          Luas petak (cm)              Jumlah spesies        Prosentase penambahan (%)

      I        25 x 25=0,0625 m2                     6                   6/6 x 100%= 100%

     II        25 x 50= 0,125 m2                     1                   1/6 x 100%= 16,7%

     III      50 x 50 cm = 0,25 m2                   -                              -




Perhitungan :
a. Luas petak I (0,25 x 0,25) m2
           Jumlah spesies = 6
                                         Jumlah spesies baru
           Persentase penambahan =                             x 100 %
                                        Jumlah spesies awal


                                     = 6/6 x 100 %
                                    = 100%
b. Luas petak II (0,50 x 0,25) m2
           Jumlah spesies = 1
                                        Jumlah spesies baru
           Persentase penambahan =                             x 100%
                                        Jumlah spesies awal
= 6/6 x 100%
                                = 6,7%
c. Luas petak III (0,50 x 0,50) m2
       Jumlah spesies = 0
                                    Jumlah spesies baru
       Presentasi penambahan =                             x 100%
                                     Jumlah spesies awal


                              = 0/1 x 100%
                               = 0%

Pembuatan Kurva

Garis M (Garis Pertolongan)
X di dapat dari 10% luas plot terakhir yang di dapat spesies
       = 10% x 0,125 m2
       = 0,0125 m2
Y di dapat 10% dari jumlah jenis yang diperoleh terakhir
       = 10% x 1
       = 0,1




         7
         6
         5
         4
         3
         2
         1
         0
               0,0625       0,125           0,25
B. Pembahasan

         Luas minimum merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis
suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luas minimum digunakan untuk
memperoleh luasan petak contoh yang dianggap representatif dengan suatu tipe
vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut. Semakin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut,
semakin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk
bujur sangkar, empat persegi panjang, dan dapat pula berbentuk lingkaran (Latifah,
2005).
         Dalam mempelajari komunitas tumbuhan, kita tidak dapat melakukan
penelitian pada seluruh area yang ditempati komunitas, terutama apabila area itu
cukup luas. Oleh karena itu, kita dapat melakukan pengamatan di sebagian area
komunitas tersebut dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili sebagian komunitas
yang ada. Untuk memahami luas minimum, metode manapun yang di pakai untuk
menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan tujuan
luas atau sempitnya suatu area yang diamati (Anonim, 2012).
         Pada praktikum Biologi Gulma ini, lokasi vegetasi gulma yang diamati berada
di Dieng. Kemudian dibuat petakan untuk menentukan luas mínimum. Cara
menentukan luas minimum adalah dengan membuat petakan dengan ukuran 0,25 x
0,25 m, menghitung jumlah jenis dalam petak tersebut dan dicatat, petakan dibuat
kembali atau diperluas dengan ukuran 2x lipat petak pertama untuk melihat ada
penambahan jenis/tidak seterusnya sampai besar persentase 10% artinya pembuatan
petakan dihentikan jika belum diperluas lagi. Kemudian membuat tabel jumlah jenis
dan dibuat grafik luas minimumnya.
         Grafik luas minimum dalam praktikum ini dibuat dengan cara membuat
sumbu x (luas petakan) dan sumbu y (jumlah jenis), membuat garis pertolongan
(misal m) yang besarnya 10% dari luas petak terakhir, yaitu sebesar 0,1 dan 10%
jumlah jenis terakhir sebesar 0 sehingga didapat suatu titik kemudian dihubungkan
dengan titik 0 dan dibuat garis m. Membuat garis yang sejajar dengan garis m, yaitu
yang menyinggung garis (pertemuan titik-titik luas petak dan jumlah jenis) disebut
garis n. Kemudian titik singgung garis n diproyeksikan ke sumbu x sehingga
didapatkan luas minimumnya.
       Luas minimum didapat setelah persentase penambahan jenis baru kurang dari
≥10%. Jika presentase penambahan kurang dari 10%, maka pembuatan petak
dihentikan. Berdasarkan data hasil praktikum dan perhitungan luas minimum, dapat
ditentukan setelah pembuatan petak ketiga dengan luas petak 0,50 x 0,50 m2 =0,25 m2
dengan jumlah jenis 0 sehingga didapatkan presentase 0/2 x 100% = 0% ditunjukkan
pada grafik yang di bawah arsiran garis hitam putus-putus. Tabel yang diberi tanda
warna biru adalah luas petak yang tidak dapat ditentukan luas minimumnya karena
presentase penambahan jenisnya < 10%.
       Luas daerah vegetasi yang telah diambil di atasnya bervariasi untuk setiap
bentuk vegetasi mulai dari 0,25 m2 sampai 1m2. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Anwar (1995), bahwa suatu syarat untuk daerah pengambilan sampel haruslah
representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan
pada sifat umum suatu vegetasi, yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang
dibentuk oleh beberapa populasi. Jadi, peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat
penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tersebut.
Dengan demikian, untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan
individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara
keseluruhan. Hal ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila di
dalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk
komunitas tersebut .
       Menurut Latifah (2005), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah
spesies di dalam suatu daerah antara lain :
a. Iklim
       Fluktuasi iklim musiman merupakan faktor penting dalam membagi
keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya
menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yang
dapat hidup secara tetap di suatu daerah.
b. Keragaman Habitat
       Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang
keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.
c. Ukuran
       Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies dibandingkan dengan
daerah sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara luas
dan keragaman spesies secara kasar adalah kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika
luas daerah 10x lebih besar dari daerah lain, maka daerah itu akan mempunyai spesies
yang 2x lebih besar.
       Penggunaan asosiasi interspesifik untuk memilah kuadrat menjadi kelompok-
kelompok ini didasarkan pada definisi tentang unit homogen vegetasi sebagai salah
satu di mana semua spesies-asosiasi yang tak tentu atau nondata dari Mallee
Australia, adalah untuk mengurutkan pada spesies yang paling banyak terlibat dalam
asosiasi positif, penyatuan yang residum pada setiap tahap. Sejak statistik metode
semacam ini, bagaimanapun pasti memerlukan komputasi skala besar banyak, perlu
baik untuk memeriksa statistik dasar metode apapun yang diusulkan dan untuk
menilai apakah informasi ekologi yang diperoleh pada kenyataannya membenarkan
waktu dan tenaga kerja yang terlibat. Selanjutnya, analisis masyarakat yang kompleks
dapat biasanya hanya dibawa dalam jangkauan ahli ekologi berlatih jika metode
diprogram untuk komputer digital, dan kebutuhan ini harus ditanggung terus menerus
diingat jika beban penghalang dalam waktu komputasi yang harus dihindari
(Williams and Lambert, 2007).


3. Ekologi Gulma (Gulma Perkebunan)

   A. Hasil

        Tabel 3.1 Tabel Pengamatan Nilai Penting
                             Kuadrat                                 KR      INP
 Nama spesies                              F     FR %       K
                   1     2      3      4                             %       %
Poa annua                                                       10,82   40,85
                  9         -   8    12   0,75   30%    7,25
                                                                 %       %

Galinsoga                                                       66,82   106,6
parviflora        45      43    47   45    1     40%     45
                                                                 %       7%


Oxalis
                                                                22,22   52,22
corniculata       22      22    -    16   0,75   30%     15
                                                                 %       %


              Nilai total                                               199,7
                                          2,5    100%   67,25   100%
                                                                         4%



  a) Frekuensi
      Frekuensi




      Frekuensi Total = 2,5

      Frekuensi relatif
Frekuensi relatif total = 100%

b) Kerapatan




  Kerapatan spesies A



  Kerapatan spesies B



  Kerapatan spesies C




  Kerapatan total = 67,5

  Kerapatan relatif




  Kerapatan relatif total = 100%
c) Indeks Nilai Penting
       Nilai Penting = Krelatif + Frelatif

       NPP = 10,82 + 30 = 40,83%
       NPG = 66,67 + 40 = 106,67%
       NPO = 22,22 + 30 = 52,22%

   d) Indeks Nilai Penting total = 199,71%


B. Pembahasan

       Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh data bahwa spesies tumbuhan
yang memiliki kerapatan relatif (KR) tertinggi adalah Galinsoga parviflora dengan
nilai 66,82%, sedangkan yang mempunyai nilai terendah adalah Oxalis corniculata
yaitu 22,22%. Spesies tumbuhan yang mempunyai frekuensi relatif (FR) tertinggi
adalah spesies Galinsoga parviflora 40%. Spesies dengan nilai FR terendah ada dua,
yaitu Oxalis corniculata dan Poa annua sebesar 30 %. Spesies yang mempunyai nilai
penting tertinggi adalah Galinsoga parviflora dengan nilai 106,67%, sedangkan yang
terendah adalah Poa annua dengan nilai 52,22%. Galinsoga parviflora tanaman ini
mempunyai kelebihan dapat tumbuh pada tanah setengah-teduh atau lembab.
       Ditinjau dari sifat-sifat biologisnya, tumbuhan ini dapat tumbuh dengan
mudah dan menggerombol. Selain itu, tumbuhan ini dapat menutupi permukaan tanah
sehingga memberikan pengaruh yang dominan dibanding tumbuhan lain yang hidup
disekitarnya. Tingkat dominansi yang tinggi menunjukkan kemampuan adaptasi
dalam memanfaatkan kondisi lokal habitat dan kondisi kadar air tanah yang
mendukung pertumbuhannya. Nilai penting kecil yang dimiliki oleh Poa annua salah
satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Tanaman ini kurang cocok dengan
kondisi lingkungan (kondisi suhu tanah, suhu udara, kadar air tanah, dan kondisi
permukaan tanah) setempat sehingga pertumbuhannya terbatas. Indeks nilai penting
digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau
dengan kata lain penting menggambarkan kedudukan ekologi suatu jenis dalam
komunitas. Indeks nilai penting dihitung berdasarkan penjumlahan kerapatan relatif
(KR) dan frekuensi relatif (FR) (Anonim, 2012).
       Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika
digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot,
dan metode kuarter. Tetapi, praktikum kali ini hanya menitikberatkan pada
penggunaan analisis dengan metode kuadrat. Metode kuadrat, petak contoh dapat
berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya
bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas
minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan
terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Goldsmith, 2010).
       Sistem analisis dengan metode kuadrat adalah kerapatan yang ditentukan
berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut.
Kerapatan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis
tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kerapatan dari jenis
tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh
total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990).
       Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering
digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan, petak contoh yang dibuat dalam
teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal
mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti
bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara
random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk petak
contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi
sampling pola penyebarannya. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi
yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segi empat memberikan data
komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk lingkaran, terutama
bila sumbu panjang dari petak sejajar dengan arah perubahan keadaan lingkungan
atau habitat (Suwena, 2007).


4. Ekologi Gulma (Gulma Perkebunan)
A. Hasil

  Tabel 4. Kondisi Perkebunan Tanaman Kobis dan Kentang Di Dataran
Tinggi Dieng
 No     Uraian Kegiatan    Jenis tanaman budidaya               Keterangan
                                   Kentang
  1     Sistem            Monokultur                 Budidaya kentang di ladang,
        Budidaya                                     menggunakan pupuk urea dan
                                                     pupuk kompos.
  2     Jarak Tanam       30 cm                      Tidak terlalu rapat agar tidak
                                                     menghalangi masuknya sinar
                                                     matahari
  3     Jenis Gulma       Poa annua                  Gulma rumput-rumputan dan
                          Galinsoga quadriradiata    gulma berdaun lebar
                          Amaranthus livdus
                          Galinsoga parviflora
                          Oxalis latifolia
                          Oxalis corniculata
  4     Dormansi          Oxalis latifolia           Gulma berdaun lebar
        Gulma
  5     Permasalahan      Tanaman pokok lebih        Tidak terlalu mengganggu
        Gulma             dominan daripada gulma,    produksi tanaman budidaya
                          kepadatan rendah,gulma
                          resistensi
  6     Kondisi           Lembab, Suhu dingin
        Lingkungan
  7     Faktor            Kabut, Kelembapan,         Mempengaruhi pertumbuhan
        Lingkungan        Intensitas cahaya          gulma.
  8     Pemberantasan     Fungisida, Pestisida dan   Mengeluarkan biaya lebih
        Gulma             Herbisida                  untuk penyemprotan
9    Masa panen         3 bulan
 10    Hasil panen        7 ton
 11    Luas ladang        1 petak                     1/2 hektar
       pertanian
 12    Pengganggu         Gulma dan Serangga
       tanaman
       budidaya


Nama Responden         : Ibu Samini
Alamat                 : Jl. Dorowati RT 04 RW 01 Dieng, Kulon
Umur                   : 50 tahun
Pekerjaan              : Petani kentang


B. Pembahasan

         Solanum tuberosum atau yang lebih dikenal sebagai kentang merupakan
tanaman setahun, bentuk sesungguhnya menyamak dan bersifat menjalar. Batangnya
berbentuk segi empat, panjang bisa mencapai 50 – 120 cm dan tidak berkayu. Batang
dan daun berwarna hijau kemerah-merahan atau keungu-unguan. Akar tanaman
menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Selain mempunyai organ-
organ di atas, kentang juga mempunyai organ umbi. Umbi tersebut berasal dari
cabang samping yang masuk ke dalam tanah. Cabang ini merupakan tempat untuk
menyimpan karbohidrat sehingga membengkak dan bisa dimakan. Umbi bisa
mengeluarkan tunas dan nantinya akan membentuk cabang-cabang baru. Kentang
termasuk tanaman setahun yang ditanam untuk dipanen umbinya. Umbi kentang
merupakan ujung stolon yang membesar dan merupakan organ penyimpanan yang
mengandung karbohidrat yang tinggi (Setiadi, 1998).
         Dalam sistematika tumbuhan, tanaman kentang diklasifikasikan ke dalam :
Divisio     : Spermatophyta
                                        Subdivisio : Angiospermae
                                        Kelas      : Dicotyledoneae
                                        Ordo       : Solanales
                                        Familia     : Solanaceae
                                        Genus      : Solanum
                                        Spesies    : Solanum tuberosum L.
                                        (Setiadi 2009).
       Rukmana (1997), menyatakan kentang merupakan tanaman yang berbentuk
semak atau herba, dengan susunan utama terdiri atas stolon, umbi, batang, daun,
bunga, buah dan biji serta akar. Stolon merupakan tunas lateral yang tumbuh dari
ketiak daun di bawah permukaan tanah stolon tumbuh memanjang dan melengkung
di bagian ujungnya, kemudian membesar dan membengkak untuk membentuk umbi
sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Stolon amat lunak dan berisi lebih
banyak cairan dibanding akar. Stolon inilah yang akan menghasilkan umbi kentang.
Setelah mencapai ujung maksimal, stolon akan menggembung pada ujungnya
(Hartus, 2001).
       Batang tanaman kentang berbentuk bulat dan persegi, berbuku-buku dan
berongga dengan pertumbuhan batang tegak, menyebar, atau menjalar. Batang
tanaman kentang di atas permukaan tanah berwarna hijau, hijau kemerahan atau hijau
keunguan. Bunga tanaman kentang berjenis kelamin dua (bunga sempurna), yang
tersusun dalam karangan bunga dan tumbuh pada ujung batang, dengan tiap karangan
memiliki 7-15 kuntum bunga. Mahkota bunganya berbentuk terompet yang bagian
atasnya berbentuk bintang. Warna bunga kentang beraneka macam, ada yang putih,
merah muda, ungu atau biru. Warna buah kentang bervariasi mulai hijau tua sampai
keunguan, berbentuk bulat, berdiameter kurang lebih 2,5 cm dan berongga dua. Buah
mengandung sekitar 500 bakal biji, tetapi yang dapat berkembang menjadi biji hanya
berkisar antara 10 – 300 biji. Biji kentang berwarna coklat muda dan mempunyai
masa dormansi 6 bulan (Hartus, 2001).
Kebutuhan   produk   pertanian   semakin    meningkat     sejalan   dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan bahan pangan yang tersedia pun harus
mencukupi kebutuhan masyarakat. Produk hortikultura memiliki peranan besar dalam
memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan
salah satu komoditas yang memegang peranan penting dan mendapat proiritas untuk
dikembangkan dan mempunyai potensi dalam diversifikasi pangan. Menurut
Astawan, M. (2004) umbi kentang memiliki manfaat yang sama dengan jenis-jenis
sayuran lainnya. Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama
karbohidrat. Sebagai sumber utama karbohidrat kentang sangat bermanfaat untuk
meningkatkan energi dalam tubuh. Selain untuk konsumsi, kentang dapat dijadikan
bahan baku untuk industri olahan makanan. Oleh sebab itu produksi kentang perlu
ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas. Kentang adalah tanaman pangan
utama keempat dunia, setelah gandum, jagung, dan padi. Tingginya nilai gizi
menyebabkan banyak diproduksi kentang di berbagai wilayah, termasuk daerah yang
kurang produktif (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
         Sampai saat ini, petani juga cukup banyak yang membudidayakan tanaman
kentang tersebut. Namun dalam budidaya tanaman hortikultura tersebut tidak selalu
mulus, alias kentang tidak dapat diperoleh hasil umbi seperti yang diharapkan karena
adanya beberapa masalah yang dapat menurunkan produksi tanaman kentang
tersebut, salah satunya adalah adanya gulma dan serangan penyakit (Semangun, H.
2007).
         Upaya pengendalian penyakit pada tanaman kentang memang sudah disadari
petani. Oleh karena itu setiap petani yang sedang membudidayakan kentang selalu
berupaya mengendalikan penyakit yang menyerang tanaman hortikultura tersebut
sehingga kentang yang ditanamnya itu bisa bebas dari serangan penyakit. Jika pun
ada serangan penyakit, seranganya tidak begitu parah sehingga umbi kentang yang
ditunggu-tunggu dapat diperoleh sesuai harapan. Secara sederhana gulma dapat
didefinisikan sebagai tanaman yang tumbuh pada tempat dan waktu yang tidak
diinginkan. Mulsa plastik yang berwarna gelap sangat efektif dalam mengendalikan
gulma (Suhardi. 1984).
Hal ini terjadi karena benih-benih gulma di bawah mulsa plastik hitam tidak
memiliki akses terhadap cahaya matahari untuk berfotosintesis, sehingga gulma yang
tumbuh akan mengalami etiolasi dan tumbuh lemah. Pertumbuhan yang lemah ini
akan diperparah dengan adanya suhu yang relatif panas dan kelembaban tanah yang
tinggi. Panas yang basah memiliki efek mematikan yang lebih tinggi dibanding
panas kering. Hasil penelitian di berbagai tempat menunjukkan bahwa penggunaan
mulsa plastik hitam perak secara konsisten efektif menekan pertumbuhan gulma.
Pengaruh mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang terutama
ditentukan melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan cahaya yang menerpa
permukaan plastik yang digunakan. Secara umum seluruh cahaya matahari yang
menerpa permukaan plastik, maka sebagian cahaya tersebut akan dipantulan kembali
ke udara, dalam jumlah yang kecil diserap oleh mulsa plastik, dan diteruskan
mencapai pemukaan tanah yang ditutupi mulsa plastik. Kemampuan optis mulsa
plastik dalam memantulkan, menyerap dan melewatkan cahaya tersebut ditentukan
oleh warna dan ketebalan mulsa plastik tersebut (Decouteau et al., 1988, 1989 ;
Lamont, 1993). Cahaya yang dipantulkan permukaan mulsa plastik ke amosfir akan
mempengaruhi bagian atas tanaman, sedangkan cahaya yang diteruskan ke bawah
permukaan mulsa plastik akan mempengaruhi kondisi fisik, biologis dan kimiawi
rizosfir yang ditutupi.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN


1.   KESIMPULAN

        Berdasarkan hasil dan pembahasan empat acara praktikum Biologi Gulma,
dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.   Pada praktikum identifikasi ditemukan beberapa jenis gulma di dataran tinggi
     Dieng pada perkebunan kentang yaitu: Oxalis corniculata, Poa annua, Galinsoga
     quadriradiata, Amaranthus livdus, Galinsoga parviflora dan Oxalis latifolia. Oxalis
     latifolia adalah gulma yang ditemukan paling dominan.
2. Luas minimum adalah langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu
     vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luas minimum yang didapat untuk
     membuat kurva Luas Minimum adalah pada luas petak 0,50 x 0,5 m2 = 0,25 m2
     dengan jumlah jenis 0 sehingga didapatkan persentase 0/2 x 100% = 0%.
3. Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa indeks nilai
     penting (KR+FR) kelima spesies dari yang tertinggi sampai terendah adalah
     Galinsoga parviflora sebesar 106,67%, Oxalis corniculata sebesar 52,22% dan
     yang mempunyai nilai penting paling kecil adalah Poa annua sebesar 40,85%.
4. Pengendalikan penyakit yang menyerang tanaman hortikultura seperti kentang
     biasanya menggunakan fungisida dan pestisida supaya bebas dari serangan hama
     dan penyakit.


2.   SARAN

1.   Untuk pelaksanaan praktikum biologi gulma selanjutnya, sebaiknya para
     praktikan lebih teliti lagi dalam menentukan jenis-jenis gulma yang terdapat di
     perkebunan sehingga data yang diperoleh bias lebih valid.
2.   Kurangnya komunikasi antar anggota kelompok sehingga menyebabkan
     keterlambatan pengumpulan laporan kepada asisten.
3. Tidak dijelaskan lebih detai bagaimana menghitung nilai penting,luas minimum,
     kerapatan, dan frekunsi oleh asisten jadi saya mencari sendiri.
DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2011. Klasifikasi Gulma. http://www.scribd.com/doc/25252881/klasifikasi-
      gulma-berdasarkan-morfologi. Diakses 12 Desember 2012.

Anonim. 2012. Analisis Vegetasi Luas Minimum.
      http://cheabiofkip.blogspot.com/2009/03/analisis-vegetasiluas-minimum.htm.
      Diakses tanggal 19 Desember 2012.
Anonim. 2012. www.plantamor.com/index.php?plant=1696. Diakses tanggal 19
      Desember 2012.
Anwar, D. 1995. Biologi Lingkungan. Ganesa Exact, Bandung.
Astawan, M. 2004. Kentang : Sumber Vitamin C dan Pencegah Hipertensi.
       http://www.gizi.net.

Astawan. 2004. Kentang : Sumber Vitamin C dan Pencegah Hipertensi.
      http://www.gizi.net. [20 September 2012]

Badan Pusat Statistik, 2011. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang 2009-
      2010. http://www.bps.go .id [5 Juli 2011]

Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta.

Deptan. 2008. Data Statistik Departemen Pertanian. http://www.deptan.go.id.

Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. Jakarta.
       http://www.deptan.go.id. [8 Desember 2012]

Dirjen Hortikultura. 2010. Produksi tanaman sayuran di Indonesia periode 2003-
       2008.

Everaarts. A. P. 1981. Weed of Vegetables in the Higlands of Java. Jakarta:
       Lembaga Penelitian Hortikultura.

Everaarts. A. P. 1981. Weed of Vegetables in the Higlands of Java. Jakarta:
       Lembaga Penelitian Hortikultura.

Gildemacher, P. Demo, P. Kinyae, M. Nyongesa, dan P. Mundia. 2007. Memilih
      tanaman terbaik untuk benih kentang. Salam. 20:16-18.

Goldsmith. 2010. Population and Community Structure : Quadrat Sampling
      Techniques. Academic Press, New York.
Guo. Qinghua and Maggi. K. 2004. Interpretation of scale in paired quadrat variance
      methods. Journal of Vegetation Science 15: 763-770,
Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta:
      Fakultas Biologi UGM.
Hartus, T. 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Penebar Swadaya. Jakarta.
         136 hal.

Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka, Jakarta.
Honu, Y., A. K. Shibi, C. David, and J. Gibson. 2009. Occurrence of Nonnative
      Species Deep In Natural Areas of The Shawnee National Forest, Southern
      Illinois, U. S .A. Natural Areas Journal, 29 : 177-187.
Irwanto. 2006. Struktur Hutan (Online). http:// www.irwantoshut.com. Diakses
       tanggal 24 April 2011.

Kasiatin, W. 2004. Pengaruh Pola Tanam dan Penggunaan Pupuk Organik Terhadap
       Pertumbuhan serta Hasil Tumpangsari Jagung Sayur (Zea mays L.) dan
       Kedelai (Glycine max L.). http://digolib.gunadarma.ac.id. Diakses tanggal 5
       Januari 2011.

Latifah, S. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. USU Reository, Sumatera Utara.
Leroux, S.J. Fiona, K.A. Schmiegelow. Robert, B. Lessard. Steve, G. 2007.
      Minimum dynamic reserves: A framework for determining reserve size in
      ecosystems structured by large disturbances. journal homepage:
      www.elsevier.com/locate/biocon.Biolocical concervation 138: 464-473.

Miller, A.A. 1976. Climatology. Methuen and Co. Ltd. London.

Partasasmita, R., A. Mardiastuti, D. D. Solihin. 2009. Struktur dan Komposisi
       Vegetasi Suksesi yang Digunakan Burung Semak sebagai Habitat. Jurnal
       Biotika 7(2): 94 – 107.

Qinghua, G. and Maggi, K. 2004. Interpretation of Scale in Paired Quadrat Variance
      Methods. Journal of Vegetation Science, (15) : 763-770.
Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia I. Prinsip, Produksi, dan
       Gizi. Jilid I. Institut Teknik Bandung. Bandung. 313 hal.

Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 115 hal.

Santoso, Y. Dan Sitorus, F. 2008. Pendugaan Parameter Demografi dan Pola
       Penyebaran Spasial Walabi Lincah (Macropus agilis papuanus) di Kawasan
Taman Nasional Wasur, Studi Kasus di Savana Campuran Udi-udi. Media
       Konservasi, 13(2): 65 – 70.

Sastroutomo SS. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
       Universitas Gajah Mada. UGM. 845 hal.

Setiadi dan Nurulhuda, S. I. 1998. Kentang. Penebar Swadaya. Jakarta. 70 hal.

Setiadi. 2009. Budidaya Kentang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawati w, dan A.A. Asandhi. 2003. Pengaruh Sistem Pertanaman Monokultur dan
       Tumpang Sari Sayuran Cruciferae dan Solanaceae Terhadap Hasil Dan
       Struktur dn Fungsi Komunitas Artropoda. J.Hort, 13(1):41-57.

Stohlgren, T.J., G. W. Chong, M. A. Kalkhan, L.D. Schell. Multiscale Sampling of
       Plant Diversity: Effect of Minimum Mapping Unit Size.

Suhardi. 1984. Masalah penyakit hawar daun (Phytophtora infestans) pada tanaman
         kentang dan upaya penanggulangannya. Seminar Hama dan Penyakit
         Sayuran. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Cipanas. 25-29
         hal.

Surasana. 1990. Teknik Lapangan Ekologi Tumbuhan. Departemen Biologi ITB,
       Bandung.
Sutiono. 2010. Budidaya Melon. http://zairifblog.bligspot.com. Diakses tanggal 7
       Januari 2011.
Suwena, M. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel pada Ekosistem Sawah di
       Sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak. Fakultas Pertanian Universitas
       Mataram, Mataram.
Suwena, Made. 2005. Keanekaragaman tumbuhan liar edibel pada ekosistem Sawah
      di sekitar kawasan hutan gunung salak (Biodiversity of edible wild plants on
      paddy ecosystem Of gunung salak forest area). Fakultas Pertanian Universitas
      Mataram, Mataram.
Suwena,M. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel pada Ekosistem Sawah di
      sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak. Universitas Mataram.

The International Potato Center . 2008. Facts and Figures: 2008 – The International
       Year of the Potato. CIP. http://www.potato2008.org [5 Oktober 2010]

Tjitrosoedirdjo S, Utomo I. H, dan Wiroatmodjo J. 1984. Pengelolaan Gulma Di
        Perkebunan. Jakarta: Gramedia.
Tjitrosoedirdjo S, Utomo I. H, dan Wiroatmodjo J. 1998. Pengelolaan Gulma Di
        Perkebunan. Jakarta: Gramedia.

Ummah, K. 2010. Produksi Bibit Kentang (Solanum tuberosum. L) di Hikmah farm,
    Pangalengan, Bandung-Jawa Barat. Departemen Agronomi dan Hortikultura
    Fakultas Pertanian. IPB

Ummmah, Khoirul., Agus, Purwito. 2009. Budidaya Tanaman Kentang (Solanum
       tuberosum L.) dengan aspek khusus pembibitan di Hikmah farm, Pangalengan
       Bandung Jawa Barat. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas
       Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2009.
Utami, Sri dkk. 2006. Inventarisasi Gulma Di Bawah Tegakan Pulai Darat (Alstonia
       Angustiloba Miq.) Dan Hubungannya Dengan Pengendalian Gulma Di
       Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Hal 135-144.

Utami, Sri. 2004. Kemelimpahan Jenis Gulma Tanaman Wortel pada Sistem
      Pertanian Organik. Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi
      FMIPA Undip. Vol. 6, No. 2, Hal. 54-58

Walter, H. 1971. Ecological of Tropical and Subtropical Vegetation. Van Nostrand
       Reinhold Co. New York.

Widiyono, W., Abdulhadi, R., dan Lidon, B. 2005. Model Anakisis Embung Secara
      Terpadu Meliputi Bagian Hulu, Tengah, dan Hilir. Limnotek, 12 (1) : 1-9.
Williams, W. T and Lambert, J. M. 2007. Multivariate Methods in Plant Ecology : I.
       Association-Analysis in Plant Communities. The Journal of Ecology, Vol. 47
       (1) : 83-101.
Williams, W. T. and Lambert, J. M. 2007. Multivariate Methods in Plant Ecology : I
       Association-Analysis in Plant Communities. Journal of Ecology, Vol. 47 (1) :
       83-101.
Yichun, X., Zhongyao, S., dan Mei, Y. 2008. Remote Sensing Imagery in Vegetation
      Mapping. Jurnal of Plant Ecology, 1(1): 9 – 23.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI GULMA




                     Oleh :
                 Kelompok : 15

  Kartika Sari Dwinusa          : B1J010002
  Ardianti Maya Ningrum         : B1J010201
  Tochirun                      : B1J009180




KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
   UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
          FAKULTAS BIOLOGI
             PURWOKERTO

                         2012
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI GULMA
BIOLOGI DAN EKOLOGI GULMA DI DATARAN TINGGI DIENG



                             Oleh :

                         Kelompok : 15
            Kartika Sari Dwinusa      : B1J010002
            Ardianti Maya Ningrum     : B1J010201
            Tochirun                  : B1J009180




 Disusun sebagai persyaratan mengikuti mata kuliah Biologi Gulma
            pada Program Strata Satu Fakultas Biologi
                  Universitas Jenderal Soedirman




                                          Purwokerto,   Desember 2012

                                                  Asisten




                                               Goldha Biggest P.
                                                  B1J008148
DAFTAR ISI
                                                                                                  Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
KATA PENGANTAR ………………………………………………………                                                               1
I.   PENDAHULUAN ..............................................................................    2
II. BAHAN DAN CARA KERJA ……………....………………………….. 7
     1.   Biologi Gulma (Identifikasi dan Klasifikasi) ..............................              7
     2.   Ekologi Gulma (Luas Minimum) ................................................            7
     3.   Ekologi Gulma (Nilai Penting) ....................................................       7
     4.   Ekologi Gulma (Gulma Perkebunan) ...........................................             7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................           10
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................              31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR


       Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan praktikum Biologi Gulma terselesaikan
dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya. Laporan ini merupakan salah satu
syarat untuk mengikuti ujian akhir praktikum mata kuliah Biologi Gulma di Fakultas
Biologi Universitas Jenderal Soedirman.
       Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Staf pengajar mata kuliah Biologi Gulma Fakultas Biologi Universitas Jenderal
   Soedirman.
2. Seluruh asisten Praktikum Biologi Gulma yang telah memberikan bimbingan dan
   pengarahan selama praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.
3. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan praktikum dan penyusunan
   laporan ini.
       Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan
ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.




                                                    Purwokerto,   Desember 2012



                                                                  Penulis

More Related Content

What's hot

pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSnovhitasari
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANdyahpuspita73
 
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)Wahyu Setyawan
 
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Nestri Yuniardi
 
Budidaya tanaman ppt
Budidaya tanaman pptBudidaya tanaman ppt
Budidaya tanaman pptMasruroh 07
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramGoogle
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...UNESA
 
Budidaya Tanaman Hias
Budidaya Tanaman HiasBudidaya Tanaman Hias
Budidaya Tanaman HiasAndi Rezki
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiGoogle
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihTidar University
 
Teknologi pascapanen
Teknologi pascapanenTeknologi pascapanen
Teknologi pascapanenNanda Saragih
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANRepository Ipb
 
Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi bijiAlvadoc
 

What's hot (20)

pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Hama teh
Hama tehHama teh
Hama teh
 
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
 
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
 
Seminar proposal
Seminar proposalSeminar proposal
Seminar proposal
 
Biopestisida
BiopestisidaBiopestisida
Biopestisida
 
Budidaya tanaman ppt
Budidaya tanaman pptBudidaya tanaman ppt
Budidaya tanaman ppt
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
 
Bimtek pasca panen tp banyuasin 2018
Bimtek pasca panen tp banyuasin   2018Bimtek pasca panen tp banyuasin   2018
Bimtek pasca panen tp banyuasin 2018
 
Budidaya Tanaman Hias
Budidaya Tanaman HiasBudidaya Tanaman Hias
Budidaya Tanaman Hias
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Teknologi pascapanen
Teknologi pascapanenTeknologi pascapanen
Teknologi pascapanen
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 
Ciri ciri pertanian
Ciri ciri pertanianCiri ciri pertanian
Ciri ciri pertanian
 
Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi biji
 

Viewers also liked

IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMANovia Dwi
 
Daun Majemuk Menjari
Daun Majemuk MenjariDaun Majemuk Menjari
Daun Majemuk Menjariyuliartiramli
 
Laporan fieldtrip pertanian berlanjut
Laporan fieldtrip pertanian berlanjutLaporan fieldtrip pertanian berlanjut
Laporan fieldtrip pertanian berlanjutfahmiganteng
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidaeLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidaeMaedy Ripani
 

Viewers also liked (7)

IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
Daun Majemuk Menjari
Daun Majemuk MenjariDaun Majemuk Menjari
Daun Majemuk Menjari
 
Botani 3 Daun Majemuk
Botani 3 Daun MajemukBotani 3 Daun Majemuk
Botani 3 Daun Majemuk
 
Laporan fieldtrip pertanian berlanjut
Laporan fieldtrip pertanian berlanjutLaporan fieldtrip pertanian berlanjut
Laporan fieldtrip pertanian berlanjut
 
Mgg 1 pendahuluan
Mgg 1 pendahuluanMgg 1 pendahuluan
Mgg 1 pendahuluan
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidaeLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 6 sub classis asteriidae
 
Makalah_64 Tugas akhir semester 2 klasifikasi gulma.
Makalah_64 Tugas akhir semester 2 klasifikasi gulma.Makalah_64 Tugas akhir semester 2 klasifikasi gulma.
Makalah_64 Tugas akhir semester 2 klasifikasi gulma.
 

Similar to Laporan Biogul

Papaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiPapaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiFebrina Tentaka
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxkaekae27
 
331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slphtnovriandasipil
 
Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)Andrew Hutabarat
 
penanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada berpenanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada bermarhenharjono
 
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekamBudidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekamTidar University
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiPutrimian Hairani
 
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAinal Chaza
 
Praktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen TanamanPraktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen TanamanAndrew Hutabarat
 
241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b
241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b
241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4bHAZIM SAAD
 
BUDIDAYA TANAMAN SORGHUM (Sorghum bicolor L.)
BUDIDAYA TANAMAN SORGHUM (Sorghum bicolor L.) BUDIDAYA TANAMAN SORGHUM (Sorghum bicolor L.)
BUDIDAYA TANAMAN SORGHUM (Sorghum bicolor L.) Guntur Raharjo
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning tehxie_yeuw_jack
 
Laporan Sayuran Organik LNK49
Laporan Sayuran Organik LNK49Laporan Sayuran Organik LNK49
Laporan Sayuran Organik LNK49Keylala Hawkins
 

Similar to Laporan Biogul (20)

Papaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiPapaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan ii
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptxPengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
Pengendalian Hama Penyakit Padi Secara Organik.pptx
 
331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht
 
Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)
 
Proposal mentimun
Proposal mentimunProposal mentimun
Proposal mentimun
 
penanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada berpenanaman sorgum pada ber
penanaman sorgum pada ber
 
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekamBudidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
 
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
 
135.pdf
135.pdf135.pdf
135.pdf
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Praktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen TanamanPraktikum Manajemen Tanaman
Praktikum Manajemen Tanaman
 
241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b
241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b
241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b
 
BUDIDAYA TANAMAN SORGHUM (Sorghum bicolor L.)
BUDIDAYA TANAMAN SORGHUM (Sorghum bicolor L.) BUDIDAYA TANAMAN SORGHUM (Sorghum bicolor L.)
BUDIDAYA TANAMAN SORGHUM (Sorghum bicolor L.)
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh
 
Proposal penelitian husni
Proposal penelitian husniProposal penelitian husni
Proposal penelitian husni
 
Ferli dasgron
Ferli dasgronFerli dasgron
Ferli dasgron
 
Laporan Sayuran Organik LNK49
Laporan Sayuran Organik LNK49Laporan Sayuran Organik LNK49
Laporan Sayuran Organik LNK49
 

Laporan Biogul

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI GULMA Oleh: Ardianti Maya Ningrum B1J010201 Kartika sari Dwinusa B1J010002 Tochirun B1J009180 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012
  • 2. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dieng adalah kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo dengan koordinat - 7.2050892 utara 109.9068403 timur. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sundoro dan Sumbing. Dieng adalah kawasan vulkanologi aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.093 m di atas permukaan laut. Suhu berkisar 15- 20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas (embun racun) karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian. Kawasan Dieng merupakan penghasil sayur- sayuran di dataran tinggi untuk wilayah Jawa Tengah. Kentang adalah komoditi utama. Selain itu, Wortel, kubis dan bawang-bawangan dihasilkan dari kawasan ini. Selain sayuran, Dieng juga merupakan sentra penghasil papaya gunung dan jamur. Namun demikian, akibat aktivitas pertanian yang pesat kawasan hutan di puncak- puncak pegunungan hampir habis dikonversi menjadi lahan pertanaman sayur. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian masyarakatnya bekerja pada bidang pertanian, salah satunya tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura memberikan kontribusi yang cukup besar dalam kebutuhan pangan, peningkatan ekspor, peningkatan pendapatan petani dan pemenuhan gizi keluarga. Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peluang untuk memenuhi kebutuhan pangan adalah tanaman kentang (Solanum tuberosum L). Tanaman kentang memiliki potensi dan prospek yang baik untuk mendukung program diversifikasi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan (The International Potato Center, 2008). Tanaman kentang (Solanum tuberosum. L) merupakan tanaman herba tahunan. Tinggi tanaman mencapai 100 cm dari permukaan tanah. Daun tanaman kentang menyirip majemuk dengan lembar daun bertangkai, dan batang di bawah
  • 3. permukaan tanah (stolon). Stolon tersebut dapat menimbun dan menyimpan produk fotosintesis pada bagian ujungnya sehingga membentuk umbi. Pada umbi terdapat banyak mata yang bersisik yang dapat menjadi tanaman baru. Warna daging umbi biasanya kuning muda atau putih tetapi ada kultivar yang berwarna kuning cerah, jingga, merah atau ungu. Bentuk umbi beragam, ada yang memanjang, kotak, bulat atau pipih (Sunarjono, 2004) Tanaman kentang merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung jenis karbohidrat kompleks. Kandungan karbohidrat pada kentang mencapai sekitar 18%, protein 2.4% dan lemak 0.1%. Total energi yang diperoleh dari 100 gram kentang adalah sekitar 80 kkal (Astawan, 2004), sehingga kentang dapat digunakan sebagai pengganti nasi. Kentang juga mengandung vitamin C yang mencapai 31 mg dalam 100 gram kentang. Kentang dapat dimanfaatkan sebagai campuran dalam olahan kue, perkedel, kroket, bubur, kripik kentang (potato chip), kentang goreng, kukus, rebus, dan salad. Produktivitas kentang di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 16.51 ton/ha dan pada tahun 2010 menurun menjadi 15.95 ton/ha (BPS, 2011). Produktivitas kentang di Indonesia masih berada dibawah produktivitas kentang di Eropa yang mencapai 25.0 ton/ha (The International Potato Center, 2008). Pengolahan lahan merupakan salah satu kegiatan awal dalam bercocok tanam kentang. Lahan untuk bertanam kentang harus diolah sebelum tanam, baik lahan yang baru dibuka atau lahan yang telah produktif. Lahan harus bersih dari semak dan sisa- sisa akar tanaman sebelumnya. Pengolahan tanah dapat memutuskan atau memusnahkan siklus hidup hama/penyakit dalam tanah, dan melancarkan sirkulasi udara dalam tanah. Pupuk dasar adalah pupuk yang diberikan sebelum penanaman dilakukan. Pupuk dasar terdiri atas pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik. Pupuk kandang yang digunakan harus yang sudah matang, dengan ciri yaitu pupuk berwarna gelap, jika dipegang terasa dingin, jika dibolak-balik dengan cangkul tidak ada asap yang mengepul, dan apabila dikepal tidak menggumpal (Sulaeman et al., 1997). Pemeliharaan tanaman diperlukan untuk memperoleh tanaman yang sehat dan berproduksi baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
  • 4. tanaman adalah keadaan bibit sebelum tanam dan pemeliharaan selama fase pertumbuhan. Kegiatan yang dilakukan selama pemeliharaan tanaman adalah pemupukan susulan, pembumbunan, penyiangan gulma, pengairan, pengendalian hama dan penyakit, dan rouging. Gulma merupakan tanaman pengganggu yang akan melakukan persaingan dengan tanaman utama dalam memperoleh unsur hara dan sinar matahari. Penyiangan gulma sangat diperlukan terutama pada fase kritis yaitu fase awal pertumbuhan vegetatif dan fase pembentukan umbi. Gulma yang tumbuh disekitar tanaman kentang termasuk kelompok berdaun lebar. Penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu mencabut gulma menggunakan tangan dan cangkul. Cangkul digunakan untuk menggemburkan tanah sekaligus untuk mengangkat perakaran gulma sehingga memudahkan saat mencabut gulma dengan tangan. Penyiangan dilakukan setelah terlihat adanya pertumbuhan rumput atau saat gulma masih muda. Kegiatan penyiangan gulma harus hati-hati jangan sampai menggangu sistem perakaran kentang atau hingga terjadi luka pada akar karena dapat mempermudah terjadinya penularan penyakit dari tanah. Rogueing adalah kegiatan untuk membuang tanaman yang tidak dikehendaki dari kebun pembibitan kentang, bertujuan untuk menjaga kemurnian kentang bibit. Hal-hal yang tidak dikehendaki dalam kegiatan pembibitan kentang adalah campuran varietas lain, tanaman abnormal, tanaman sakit, tanaman terserang virus, dan tanaman penggangu (Sulaeman et al., 1997). Ekologi gulma adalah tumbuhan yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang berubah. Salah satu faktor penyebab terjadinya evolusi gulma adalah faktor manusia. Manusia merupakan penyebab utama dari perubahan lingkungan dan gulma mempunyai sifat mudah mempertahankan diri terhadap perubahan tersebut dan segera beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Gulma dijumpai pada setiap peristiwa pemanfaatan penggunaan tanah dan air. Permasalahan yang timbul berbeda intensitasnya, tergantung pada tempat dan tingkat pemanfaatan tempat tersebut. Pada pertanaman yang berbeda akan mempunyai permasalahan dan komposisi spesies gulma yang berbeda pula. Pada pertanaman
  • 5. perkebunan, masalah yang timbul tentu akan berbeda dengan masalah pada pola pertanaman tanaman pangan (Barus, 2003). Menurut Evan (2010) ada beberapa cara untuk identifikasi gulma yang ditempuh. Identifikasi dapat menggunkan salah satu atau kombinasi dari berbagai atau saluran cara-cara dibawah ini : 1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasikan. 2. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi. 3. Membandingkannya dengan determinasi yang ada. 4. Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia. 5. Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan. Gulma dibedakan ke dalam tiga kelompok yaitu teki-tekian, rumput-rumputan dan gulma daun lebar. Gulma teki-tekian merupakan kelompok gulma yang memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis tumbuhan C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Gulma yang ditemukan kelompok kami Oxalis latifolia, Amaranthus lividus, Poa annua, Galinsoga quadriradiata, Galinsoga parviflora dan Oxalis corniculata. Menurut Everaarts (1981), telah ditemukan ada 35 jenis gulma yang terbagi kedalam 13 familia di sekitar pertanaman sayuran di wilayah dataran tinggi di pulau Jawa, di antaranya adalah Amaranthaceae (Alternanthera philoxeroides, Amaranthus lividus), Caryophyllaceae (Cerastium glomeratum, Drymaria cordata, Drymaria villosa, Spergula arvensis, Stellaria media), Commelinaceae (C. diffusa), Compositae (A. conyzoides, A. houstonianum, Artemisia vulgaris, G. parviflora, G. quadriradiata, Melampodium perfoliatum), Cruciferae (Capsella bursa-pastoris, Cardamine hirsuta), Fumariaceae (Fumaria rostellata), Oxalidaceae (Oxalis corniculata, O. corymbosa, O. latifolia), Polygonaceae (Polygonum longisetum, P. nepalense, P. persicaria), Portulacaceae (Portulaca oleracea), Rubiaceae (Borreria
  • 6. alata, Richardia brasiliensis), Solanaceae (Datura stramonium, Nicandra physalodes), Cyperaceae (Cyperus rotundus), dan Gramineae (Cynodon dactylon, Digitaria ciliaris, Eleusine indica, Panicum repens, Paspalum paspaloides, Poa annua). Suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan, jadi luas daerah ini disebut luas minimum. Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). 2. Tujuan Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui biologi gulma; membedakan gulma golongan rumput-rumputan, teki dan berdaun lebar; melakukan identifikasi; memberi klasifikasi gulma; menerapkan penggunaan teori luas minimum untuk menentukan ukuran luas kuadrat yang diperlukan dalam suatu pengambilan contoh tumbuhan gulma; melakukan penghitungan frekuensi relatif, dominansi relatif, kerapatan relatif dan nilai penting tumbuhan gulma; dan melakukan inventarisasi dan penyelesaian permasalahan tumbuhan gulma yang ada pada beberapa areal perkebunan.
  • 7. II. BAHAN DAN CARA KERJA 1. Biologi Gulma (Identifikasi dan Klasifikasi) A. Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain gunting tanaman, pisau, kantong plastik, alat tulis, soil tester, termometer udara, dan altimeter. B. Cara Kerja Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut : 1. Sampel yang diambil adalah tumbuhan gulma dari areal tanaman yang telah ditentukan. 2. Sampel yang diambil masing-masing satu tumbuhan dari golongan gulma rumput-rumputan, golongan gulma tek-tekiani, dan golongam gulma berdaun lebar. 3. Ciri-ciri morfologi bagian-bagian tumbuhan dari tiga contoh tumbuhan gulma tersebut (akar, daun, batang, dan bunga) dicatat dan dibandingkan. 4. Tiga sampel jenis tumbuhan gulma terpilih diidentifikasi dan diklasifikasi. 2. Ekologi Gulma (Luas Minimum) A. Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain pasak bambu, tali rafia, kantong plastik, dan alat tulis. B. Cara Kerja Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut : 1. Dibuat kuadrat dengan ukuran 25 x 25 cm dan dicatat jenis tumbuhan gulma yang ada dalam kuadrat dari areal tanaman yang ditentukan. 2. Dibuat luasan kuadrat menjadi 25 x 50 cm dan dicatat penambahan jenis yang ada.
  • 8. 3. Dibuat luasan kuadrat menjadi 50 x 50 cm dan dicatat penambahan jenis yang ada. 4. Dilakukan hal yang sama sampai tidak ada penambahan jenis, plotkan dalam grafik. 3. Ekologi Gulma (Nilai Penting) A. Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain pasak bambu, tali rafia, kantong plastik, dan alat tulis. B. Cara Kerja V V V Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut : 1. Kuadrat ukuran 50 cm x 50 cm dibuat sebanyak 3 kuadrat dan diletakkan pada lokasi perkebunan secara random. 2. Jenis tumbuhan yang ada dicatat dalam kuadrat dari areal tanaman yang telah ditentukan. 3. Frekuensi relatif, dominasi relatif, kerapatan relatif, dan nilai penting tumbuhan gulma dihitung. 4. Ekologi Gulma (Gulma Perkebunan) A. Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum antara lain gunting tanaman, cetok, kantong plastik, dan alat tulis. B. Cara Kerja Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
  • 9. 1. Suatu areal perkebunan diperhatikan (misal perkebunan kobis atau kentang). 2. Hal-hal yang terdapat di areal perkebunan yang menjadi obyek pengamatan diinventarisir (sistem budidaya, jarak tanaman, permasalahan gulma, jenis gulma, dominansi gulma, kondisi lingkungan, dan faktor lingkungan). 3. Permasalahan tersebut dianalisis dan dibuat langkah-langkah solusi permasalahan yang ada.
  • 10. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Biologi Gulma (Identifikasi dan Klasifikasi) A. Hasil Poa annua Galinsoga quadriradiata Amaranthus livdus Galinsoga parviflora Oxalis latifolia Oxalis corniculata
  • 11. Menurut Everaarts (1981) dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara seperti, (1) membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium, (2) konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan, (3) mencari sendiri melalui kunci identifikasi, (4) membandingkan dengan, determinasi yang telah ada, dan (5) membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia. Klasifikasi adalah proses pengaturan hewan atau tumbuh-tumbuhan ke dalam takson tertentu berdasarkan persamaan dan perbedaan. Hasil proses pengaturan ini ialah suatu sistim klasifikasi, yang sengaja diciptakan untuk menyatakan hubungan kekerabatan jenis-jenis makhluk hidup satu sama lainnya. Menurut bahwa semua klasifikasi bertujuan agar kita mengingat sedikit mungkin, tetapi dalam ingatan tersebut mengandung informasi sebanyak-banyaknya. Pengelompokkan jenis-jenis tumbuhan dalam suatu takson maka ciri-ciri masing-masing individu akan tercermin dalam deskripsi takson tersebut (Tjitrosoedirjo, 1998). Cara klasifikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami (natural). Klasifikasi sistem buatan pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demikian inilah yang merupakan kelemahan utama dari klasifikasi sistem buatan. Klasifikasi sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama. Cara klasifikasi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan. Atas dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita dapat mengelompokan gulma menjadi kelompok-kelompok atau golongan-golongan yang berbeda pula, masing-masing kelompok memperlihatkan perbedaan di dalam pengendalian. Berdasarkan morfologi
  • 12. dan botaninya, gulma dapat diklasifikasikan menjadi golongan rumput (grasses) famili (suku) poaceae (Gramineae), golongan teki (sedges) family Cyperaceae, dan golongan daun lebar (Broadleaves/herbaceous). Pengklasifikasian gulma dapat digunakan untuk membantu manusia mengenal dan mengetahui jenis gulma rumputan, daun lebar dan tekian, melakukan analisis vegetasi gulma, dan dapat melakukan aplikasi herbisida secara tepat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan morfologi dan botaninya, gulma dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Golongan rumput (grasses) Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae, dengan ciri; batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga. Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun. Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis), masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea. Buah disebut caryopsis atau grain. Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini di dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contohnya yaitu : a. Cynodon dactylon (L.) Pers. (kakawatan, gigirintingan suket grinting) b. Eleusine indica (L..) Gaena (rumput kelulang, cerulang jukut jampang) c. Imperata cylindrica (L.) Beauv (alang-alang carulang, jukut jampang) d. Echinochloa crus-galli (L.) Cerv( jajagoan) e. Echinochloa colanum (L.) Cerv (jajagoan leutik) f. Panicum repens L. (lulampuyangan, jajahean) g. Paspalum conjugatum Bergrn (jukut japang pait, jukut pait, rumput) 2. Golongan teki (sedges)
  • 13. Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae. Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula).Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak membuka. Kelompok teki-tekian memiliki daya tahan luarbiasa terhadap pengendalian mekanis, karena memiliki umbu batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Contohnya adalah : a. Cyperus bervifolius (jukut pendul) b. Cyperus rotundus L (teki) c. Cyperus difformia L. (jukut papayungan) d. Cyperus halpan L. (papayungan) e. Cyperus iria L. (jekeng, lingih alit) f. Cyperus kyllingia Endl. (jukut pendul bodas, teki, teki bodot, teki pendul) g. Fimbristylis littoralis geidlah (F. miliacea (L) cahl (panon munding, tumbaran) h. Scirpus grossius L. F (waligi, wlingen, lingi, mensing) 3. Gulma berdaun lebar Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae danPteridophyta. Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Gulma inibiasanya tumbuh pada akhir masa budi daya. Kompetisi terhadap tanamanutama berupa kompetisi cahaya. Contohnya yaitu : a. Salvinia molesta D.S Mit het (kimbang, kayambang janji, lukut cai, lukut) b. Marsilea crenata presl (semangi, samanggen) c. Azolla pinnata R. Br (kaya apu dadak) d. Limnocharis flava L. Buch (genjer, centong) e. Ageratum conyzoides L. (bebadotan, wedusan) f. Borreria alata (Aubl. DC ) (kabumpang lemah, goletrak, letah hayam, rumput setawar) g. Stachyarpheta indica (L.) vahl (jarong, gajihan) h. Amaranthus spinosus L. (bayam duri, bayem eri, senggang cucuk)
  • 14. i. Synedrella nodiflora (L.) gaentn (babadotan lalakina, jotang, jotang kuda) Gulma yang didapatkan saat praktikum adalah. Jenis ini didapatkan pada saat praktikum pada tanggal 9 Desember 2012 di Desa Patak Banteng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Daerah ini terletak pada ketinggian 2030 m di atas permukaan laut. Praktikum dilakukan di areal perkebunan Kentang , yang saat itu suhu udara berkisar 210C, pH tanah 7,5 dan kelembaban mencapai 50%. 1. Oxalis latifolia (Daun kupu-kupu) Oxalis latifolia memiliki habitus yang kerdil jarang lebih tinggi dari 6 atau 7 cm. Membentuk roset kecil atau gundukan hingga 20 cm mempunyai tiga daun yang hijau gelap dan tidak tampak berbulu. Setiap bola menghasilkan batang bawah tanah tunggal tipis yang menimbulkan ke roset di atas tanah. Setiap bunga memiliki lima kelopak yang suar seperti terompet pada siang hari dan menguncup pada malam hari atau pada hari-hari mendung. Bunga biasanya pinky ungu untuk ungu dan dapat sangat gelap dan sangat berwarna atau sangat pucat. Klasifikasi Oxalis latifolia (Daun kupu-kupu) yaitu : Divisi : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Geraniales Family : Oxalidaceae Genus : Oxalis Spesies : Oxalis latifolia 2. Amarantus lividus Termasuk kedalam jenis gulma berdaun lebar. Gulma jenis ini memilkiki perakaran tunggang. Daun berbentuk segitiga dengan tepi rata dan meiliki pertulangan daun yang menyirip. Adapun klasifikasi dari tanaman ini adalah : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
  • 15. Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Hamamelidae Ordo : Caryophyllales Famili : Amaranthaceae (suku bayam-bayaman) Genus : Amaranthus Spesies : Amaranthus lividus L. 3. Galinsoga parviflora Cav. Marga Galinsoga termasuk dalam bangsa Asteraceae yang hanya terdiri dari 3 spesies, sebagian besar terdapat di New Zeland, Inggris, Brazil, Asia selatan dan Amerika. Di pakistan, hal ini sangat umum di Baluchistan, Dir, Hunza, Swat, Gilgat, Muree dan Kashmir. Galinsoga parviflora adalah salah satu spesies yang penting dalam marga galinsoga. Bunganya berwarna merah muda, dengan kuntum sinar merah muda atau merah diujungnya dan kuntum disk yang kuning. Buahnya jarang dengan benih yang berbulu. Daunnya beraroma menyenangkan ketika dihancurkan. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah setengah-teduh atau lembab. Pada akar berguna untuk mengobati jelatang dengan menggosokkannya. Air perasan dari seluruh bagian tanaman ini digunakan untuk mengobati luka. Tumbuhan ini mengandung saponin, flavonoida dan polifenol yang berkhasiat sebagai pelancar air seni. Perkembangan dan perbanyakan dengan cara Buah longkah, anemochorous dan epizochorous. Adapun klasifikasi dari tanaman ini adalah : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Asteridae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Galinsoga Spesies : Galinsoga parviflora Cav. 4. Oxalis corniculata Linn
  • 16. Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Geraniales Famili : Oxalidaceae Genus : Oxalis Spesies : Oxalis corniculata Linn 5. Galinsoga quadriradiata Kingdom : Plantae Superdivisi : Angiosperms Divisi : Eudicots Class : Asterids Order : Asterales Family : Asteraceae Genus : Galinsoga Species : Galinsoga quadriradiata 6. Poa annua Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Bangsa : Cyperales Suku : Poaceae Marga : Poa Jenis : Poa annua Identifikasi gulma berkaitan dengan pengenalan spesies-spesies gulma berdasarkan sifat-sifat morfologi baik vegetatif maupun generatif. Identifikasi ini dapat menjadi salah satu dasar dalam pengelompokan atau klasifikasi gulma. Salah
  • 17. satu contoh pengelompokan berdasarkan morfologi yang berhubungan dengan pengelolaan gulma adalah berdasarkan jenis daun yaitu berdaun sempit dan berdaun lebar. Gulma berdaun sempit terdiri dari rumput-rumputan dan teki-tekian sedangkan gulma berdaun lebar pada umumnya adalah tumbuhan berkeping dua (dikotil) dan beberapa berkeping satu (monokotil) dengan daun lebar. Ketiga kelompok gulma ini memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan strategi khusus untuk mengendalikannya (Anonim, 2011). 2. Ekologi Gulma (Luas Minimum) A. Hasil Tabel 2.1. Data Pengamatan Metode Luas Minimum Petak Luas petak (cm) Jumlah spesies Prosentase penambahan (%) I 25 x 25=0,0625 m2 6 6/6 x 100%= 100% II 25 x 50= 0,125 m2 1 1/6 x 100%= 16,7% III 50 x 50 cm = 0,25 m2 - - Perhitungan : a. Luas petak I (0,25 x 0,25) m2 Jumlah spesies = 6 Jumlah spesies baru Persentase penambahan = x 100 % Jumlah spesies awal = 6/6 x 100 % = 100% b. Luas petak II (0,50 x 0,25) m2 Jumlah spesies = 1 Jumlah spesies baru Persentase penambahan = x 100% Jumlah spesies awal
  • 18. = 6/6 x 100% = 6,7% c. Luas petak III (0,50 x 0,50) m2 Jumlah spesies = 0 Jumlah spesies baru Presentasi penambahan = x 100% Jumlah spesies awal = 0/1 x 100% = 0% Pembuatan Kurva Garis M (Garis Pertolongan) X di dapat dari 10% luas plot terakhir yang di dapat spesies = 10% x 0,125 m2 = 0,0125 m2 Y di dapat 10% dari jumlah jenis yang diperoleh terakhir = 10% x 1 = 0,1 7 6 5 4 3 2 1 0 0,0625 0,125 0,25
  • 19. B. Pembahasan Luas minimum merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Semakin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, semakin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang, dan dapat pula berbentuk lingkaran (Latifah, 2005). Dalam mempelajari komunitas tumbuhan, kita tidak dapat melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati komunitas, terutama apabila area itu cukup luas. Oleh karena itu, kita dapat melakukan pengamatan di sebagian area komunitas tersebut dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili sebagian komunitas yang ada. Untuk memahami luas minimum, metode manapun yang di pakai untuk menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan tujuan luas atau sempitnya suatu area yang diamati (Anonim, 2012). Pada praktikum Biologi Gulma ini, lokasi vegetasi gulma yang diamati berada di Dieng. Kemudian dibuat petakan untuk menentukan luas mínimum. Cara menentukan luas minimum adalah dengan membuat petakan dengan ukuran 0,25 x 0,25 m, menghitung jumlah jenis dalam petak tersebut dan dicatat, petakan dibuat kembali atau diperluas dengan ukuran 2x lipat petak pertama untuk melihat ada penambahan jenis/tidak seterusnya sampai besar persentase 10% artinya pembuatan petakan dihentikan jika belum diperluas lagi. Kemudian membuat tabel jumlah jenis dan dibuat grafik luas minimumnya. Grafik luas minimum dalam praktikum ini dibuat dengan cara membuat sumbu x (luas petakan) dan sumbu y (jumlah jenis), membuat garis pertolongan (misal m) yang besarnya 10% dari luas petak terakhir, yaitu sebesar 0,1 dan 10% jumlah jenis terakhir sebesar 0 sehingga didapat suatu titik kemudian dihubungkan dengan titik 0 dan dibuat garis m. Membuat garis yang sejajar dengan garis m, yaitu
  • 20. yang menyinggung garis (pertemuan titik-titik luas petak dan jumlah jenis) disebut garis n. Kemudian titik singgung garis n diproyeksikan ke sumbu x sehingga didapatkan luas minimumnya. Luas minimum didapat setelah persentase penambahan jenis baru kurang dari ≥10%. Jika presentase penambahan kurang dari 10%, maka pembuatan petak dihentikan. Berdasarkan data hasil praktikum dan perhitungan luas minimum, dapat ditentukan setelah pembuatan petak ketiga dengan luas petak 0,50 x 0,50 m2 =0,25 m2 dengan jumlah jenis 0 sehingga didapatkan presentase 0/2 x 100% = 0% ditunjukkan pada grafik yang di bawah arsiran garis hitam putus-putus. Tabel yang diberi tanda warna biru adalah luas petak yang tidak dapat ditentukan luas minimumnya karena presentase penambahan jenisnya < 10%. Luas daerah vegetasi yang telah diambil di atasnya bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 0,25 m2 sampai 1m2. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anwar (1995), bahwa suatu syarat untuk daerah pengambilan sampel haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan pada sifat umum suatu vegetasi, yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh beberapa populasi. Jadi, peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tersebut. Dengan demikian, untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Hal ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila di dalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut . Menurut Latifah (2005), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah antara lain : a. Iklim Fluktuasi iklim musiman merupakan faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah.
  • 21. b. Keragaman Habitat Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam. c. Ukuran Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies dibandingkan dengan daerah sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasar adalah kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika luas daerah 10x lebih besar dari daerah lain, maka daerah itu akan mempunyai spesies yang 2x lebih besar. Penggunaan asosiasi interspesifik untuk memilah kuadrat menjadi kelompok- kelompok ini didasarkan pada definisi tentang unit homogen vegetasi sebagai salah satu di mana semua spesies-asosiasi yang tak tentu atau nondata dari Mallee Australia, adalah untuk mengurutkan pada spesies yang paling banyak terlibat dalam asosiasi positif, penyatuan yang residum pada setiap tahap. Sejak statistik metode semacam ini, bagaimanapun pasti memerlukan komputasi skala besar banyak, perlu baik untuk memeriksa statistik dasar metode apapun yang diusulkan dan untuk menilai apakah informasi ekologi yang diperoleh pada kenyataannya membenarkan waktu dan tenaga kerja yang terlibat. Selanjutnya, analisis masyarakat yang kompleks dapat biasanya hanya dibawa dalam jangkauan ahli ekologi berlatih jika metode diprogram untuk komputer digital, dan kebutuhan ini harus ditanggung terus menerus diingat jika beban penghalang dalam waktu komputasi yang harus dihindari (Williams and Lambert, 2007). 3. Ekologi Gulma (Gulma Perkebunan) A. Hasil Tabel 3.1 Tabel Pengamatan Nilai Penting Kuadrat KR INP Nama spesies F FR % K 1 2 3 4 % %
  • 22. Poa annua 10,82 40,85 9 - 8 12 0,75 30% 7,25 % % Galinsoga 66,82 106,6 parviflora 45 43 47 45 1 40% 45 % 7% Oxalis 22,22 52,22 corniculata 22 22 - 16 0,75 30% 15 % % Nilai total 199,7 2,5 100% 67,25 100% 4% a) Frekuensi Frekuensi Frekuensi Total = 2,5 Frekuensi relatif
  • 23. Frekuensi relatif total = 100% b) Kerapatan Kerapatan spesies A Kerapatan spesies B Kerapatan spesies C Kerapatan total = 67,5 Kerapatan relatif Kerapatan relatif total = 100%
  • 24. c) Indeks Nilai Penting Nilai Penting = Krelatif + Frelatif NPP = 10,82 + 30 = 40,83% NPG = 66,67 + 40 = 106,67% NPO = 22,22 + 30 = 52,22% d) Indeks Nilai Penting total = 199,71% B. Pembahasan Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh data bahwa spesies tumbuhan yang memiliki kerapatan relatif (KR) tertinggi adalah Galinsoga parviflora dengan nilai 66,82%, sedangkan yang mempunyai nilai terendah adalah Oxalis corniculata yaitu 22,22%. Spesies tumbuhan yang mempunyai frekuensi relatif (FR) tertinggi adalah spesies Galinsoga parviflora 40%. Spesies dengan nilai FR terendah ada dua, yaitu Oxalis corniculata dan Poa annua sebesar 30 %. Spesies yang mempunyai nilai penting tertinggi adalah Galinsoga parviflora dengan nilai 106,67%, sedangkan yang terendah adalah Poa annua dengan nilai 52,22%. Galinsoga parviflora tanaman ini mempunyai kelebihan dapat tumbuh pada tanah setengah-teduh atau lembab. Ditinjau dari sifat-sifat biologisnya, tumbuhan ini dapat tumbuh dengan mudah dan menggerombol. Selain itu, tumbuhan ini dapat menutupi permukaan tanah sehingga memberikan pengaruh yang dominan dibanding tumbuhan lain yang hidup disekitarnya. Tingkat dominansi yang tinggi menunjukkan kemampuan adaptasi dalam memanfaatkan kondisi lokal habitat dan kondisi kadar air tanah yang mendukung pertumbuhannya. Nilai penting kecil yang dimiliki oleh Poa annua salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Tanaman ini kurang cocok dengan kondisi lingkungan (kondisi suhu tanah, suhu udara, kadar air tanah, dan kondisi permukaan tanah) setempat sehingga pertumbuhannya terbatas. Indeks nilai penting digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain penting menggambarkan kedudukan ekologi suatu jenis dalam
  • 25. komunitas. Indeks nilai penting dihitung berdasarkan penjumlahan kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR) (Anonim, 2012). Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot, dan metode kuarter. Tetapi, praktikum kali ini hanya menitikberatkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat. Metode kuadrat, petak contoh dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Goldsmith, 2010). Sistem analisis dengan metode kuadrat adalah kerapatan yang ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerapatan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990). Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan, petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segi empat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk lingkaran, terutama bila sumbu panjang dari petak sejajar dengan arah perubahan keadaan lingkungan atau habitat (Suwena, 2007). 4. Ekologi Gulma (Gulma Perkebunan)
  • 26. A. Hasil Tabel 4. Kondisi Perkebunan Tanaman Kobis dan Kentang Di Dataran Tinggi Dieng No Uraian Kegiatan Jenis tanaman budidaya Keterangan Kentang 1 Sistem Monokultur Budidaya kentang di ladang, Budidaya menggunakan pupuk urea dan pupuk kompos. 2 Jarak Tanam 30 cm Tidak terlalu rapat agar tidak menghalangi masuknya sinar matahari 3 Jenis Gulma Poa annua Gulma rumput-rumputan dan Galinsoga quadriradiata gulma berdaun lebar Amaranthus livdus Galinsoga parviflora Oxalis latifolia Oxalis corniculata 4 Dormansi Oxalis latifolia Gulma berdaun lebar Gulma 5 Permasalahan Tanaman pokok lebih Tidak terlalu mengganggu Gulma dominan daripada gulma, produksi tanaman budidaya kepadatan rendah,gulma resistensi 6 Kondisi Lembab, Suhu dingin Lingkungan 7 Faktor Kabut, Kelembapan, Mempengaruhi pertumbuhan Lingkungan Intensitas cahaya gulma. 8 Pemberantasan Fungisida, Pestisida dan Mengeluarkan biaya lebih Gulma Herbisida untuk penyemprotan
  • 27. 9 Masa panen 3 bulan 10 Hasil panen 7 ton 11 Luas ladang 1 petak 1/2 hektar pertanian 12 Pengganggu Gulma dan Serangga tanaman budidaya Nama Responden : Ibu Samini Alamat : Jl. Dorowati RT 04 RW 01 Dieng, Kulon Umur : 50 tahun Pekerjaan : Petani kentang B. Pembahasan Solanum tuberosum atau yang lebih dikenal sebagai kentang merupakan tanaman setahun, bentuk sesungguhnya menyamak dan bersifat menjalar. Batangnya berbentuk segi empat, panjang bisa mencapai 50 – 120 cm dan tidak berkayu. Batang dan daun berwarna hijau kemerah-merahan atau keungu-unguan. Akar tanaman menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Selain mempunyai organ- organ di atas, kentang juga mempunyai organ umbi. Umbi tersebut berasal dari cabang samping yang masuk ke dalam tanah. Cabang ini merupakan tempat untuk menyimpan karbohidrat sehingga membengkak dan bisa dimakan. Umbi bisa mengeluarkan tunas dan nantinya akan membentuk cabang-cabang baru. Kentang termasuk tanaman setahun yang ditanam untuk dipanen umbinya. Umbi kentang merupakan ujung stolon yang membesar dan merupakan organ penyimpanan yang mengandung karbohidrat yang tinggi (Setiadi, 1998). Dalam sistematika tumbuhan, tanaman kentang diklasifikasikan ke dalam :
  • 28. Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Solanales Familia : Solanaceae Genus : Solanum Spesies : Solanum tuberosum L. (Setiadi 2009). Rukmana (1997), menyatakan kentang merupakan tanaman yang berbentuk semak atau herba, dengan susunan utama terdiri atas stolon, umbi, batang, daun, bunga, buah dan biji serta akar. Stolon merupakan tunas lateral yang tumbuh dari ketiak daun di bawah permukaan tanah stolon tumbuh memanjang dan melengkung di bagian ujungnya, kemudian membesar dan membengkak untuk membentuk umbi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Stolon amat lunak dan berisi lebih banyak cairan dibanding akar. Stolon inilah yang akan menghasilkan umbi kentang. Setelah mencapai ujung maksimal, stolon akan menggembung pada ujungnya (Hartus, 2001). Batang tanaman kentang berbentuk bulat dan persegi, berbuku-buku dan berongga dengan pertumbuhan batang tegak, menyebar, atau menjalar. Batang tanaman kentang di atas permukaan tanah berwarna hijau, hijau kemerahan atau hijau keunguan. Bunga tanaman kentang berjenis kelamin dua (bunga sempurna), yang tersusun dalam karangan bunga dan tumbuh pada ujung batang, dengan tiap karangan memiliki 7-15 kuntum bunga. Mahkota bunganya berbentuk terompet yang bagian atasnya berbentuk bintang. Warna bunga kentang beraneka macam, ada yang putih, merah muda, ungu atau biru. Warna buah kentang bervariasi mulai hijau tua sampai keunguan, berbentuk bulat, berdiameter kurang lebih 2,5 cm dan berongga dua. Buah mengandung sekitar 500 bakal biji, tetapi yang dapat berkembang menjadi biji hanya berkisar antara 10 – 300 biji. Biji kentang berwarna coklat muda dan mempunyai masa dormansi 6 bulan (Hartus, 2001).
  • 29. Kebutuhan produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan bahan pangan yang tersedia pun harus mencukupi kebutuhan masyarakat. Produk hortikultura memiliki peranan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas yang memegang peranan penting dan mendapat proiritas untuk dikembangkan dan mempunyai potensi dalam diversifikasi pangan. Menurut Astawan, M. (2004) umbi kentang memiliki manfaat yang sama dengan jenis-jenis sayuran lainnya. Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Sebagai sumber utama karbohidrat kentang sangat bermanfaat untuk meningkatkan energi dalam tubuh. Selain untuk konsumsi, kentang dapat dijadikan bahan baku untuk industri olahan makanan. Oleh sebab itu produksi kentang perlu ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas. Kentang adalah tanaman pangan utama keempat dunia, setelah gandum, jagung, dan padi. Tingginya nilai gizi menyebabkan banyak diproduksi kentang di berbagai wilayah, termasuk daerah yang kurang produktif (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Sampai saat ini, petani juga cukup banyak yang membudidayakan tanaman kentang tersebut. Namun dalam budidaya tanaman hortikultura tersebut tidak selalu mulus, alias kentang tidak dapat diperoleh hasil umbi seperti yang diharapkan karena adanya beberapa masalah yang dapat menurunkan produksi tanaman kentang tersebut, salah satunya adalah adanya gulma dan serangan penyakit (Semangun, H. 2007). Upaya pengendalian penyakit pada tanaman kentang memang sudah disadari petani. Oleh karena itu setiap petani yang sedang membudidayakan kentang selalu berupaya mengendalikan penyakit yang menyerang tanaman hortikultura tersebut sehingga kentang yang ditanamnya itu bisa bebas dari serangan penyakit. Jika pun ada serangan penyakit, seranganya tidak begitu parah sehingga umbi kentang yang ditunggu-tunggu dapat diperoleh sesuai harapan. Secara sederhana gulma dapat didefinisikan sebagai tanaman yang tumbuh pada tempat dan waktu yang tidak diinginkan. Mulsa plastik yang berwarna gelap sangat efektif dalam mengendalikan gulma (Suhardi. 1984).
  • 30. Hal ini terjadi karena benih-benih gulma di bawah mulsa plastik hitam tidak memiliki akses terhadap cahaya matahari untuk berfotosintesis, sehingga gulma yang tumbuh akan mengalami etiolasi dan tumbuh lemah. Pertumbuhan yang lemah ini akan diperparah dengan adanya suhu yang relatif panas dan kelembaban tanah yang tinggi. Panas yang basah memiliki efek mematikan yang lebih tinggi dibanding panas kering. Hasil penelitian di berbagai tempat menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik hitam perak secara konsisten efektif menekan pertumbuhan gulma. Pengaruh mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang terutama ditentukan melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan cahaya yang menerpa permukaan plastik yang digunakan. Secara umum seluruh cahaya matahari yang menerpa permukaan plastik, maka sebagian cahaya tersebut akan dipantulan kembali ke udara, dalam jumlah yang kecil diserap oleh mulsa plastik, dan diteruskan mencapai pemukaan tanah yang ditutupi mulsa plastik. Kemampuan optis mulsa plastik dalam memantulkan, menyerap dan melewatkan cahaya tersebut ditentukan oleh warna dan ketebalan mulsa plastik tersebut (Decouteau et al., 1988, 1989 ; Lamont, 1993). Cahaya yang dipantulkan permukaan mulsa plastik ke amosfir akan mempengaruhi bagian atas tanaman, sedangkan cahaya yang diteruskan ke bawah permukaan mulsa plastik akan mempengaruhi kondisi fisik, biologis dan kimiawi rizosfir yang ditutupi.
  • 31. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan empat acara praktikum Biologi Gulma, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Pada praktikum identifikasi ditemukan beberapa jenis gulma di dataran tinggi Dieng pada perkebunan kentang yaitu: Oxalis corniculata, Poa annua, Galinsoga quadriradiata, Amaranthus livdus, Galinsoga parviflora dan Oxalis latifolia. Oxalis latifolia adalah gulma yang ditemukan paling dominan. 2. Luas minimum adalah langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luas minimum yang didapat untuk membuat kurva Luas Minimum adalah pada luas petak 0,50 x 0,5 m2 = 0,25 m2 dengan jumlah jenis 0 sehingga didapatkan persentase 0/2 x 100% = 0%. 3. Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa indeks nilai penting (KR+FR) kelima spesies dari yang tertinggi sampai terendah adalah Galinsoga parviflora sebesar 106,67%, Oxalis corniculata sebesar 52,22% dan yang mempunyai nilai penting paling kecil adalah Poa annua sebesar 40,85%. 4. Pengendalikan penyakit yang menyerang tanaman hortikultura seperti kentang biasanya menggunakan fungisida dan pestisida supaya bebas dari serangan hama dan penyakit. 2. SARAN 1. Untuk pelaksanaan praktikum biologi gulma selanjutnya, sebaiknya para praktikan lebih teliti lagi dalam menentukan jenis-jenis gulma yang terdapat di perkebunan sehingga data yang diperoleh bias lebih valid. 2. Kurangnya komunikasi antar anggota kelompok sehingga menyebabkan keterlambatan pengumpulan laporan kepada asisten. 3. Tidak dijelaskan lebih detai bagaimana menghitung nilai penting,luas minimum, kerapatan, dan frekunsi oleh asisten jadi saya mencari sendiri.
  • 32. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Klasifikasi Gulma. http://www.scribd.com/doc/25252881/klasifikasi- gulma-berdasarkan-morfologi. Diakses 12 Desember 2012. Anonim. 2012. Analisis Vegetasi Luas Minimum. http://cheabiofkip.blogspot.com/2009/03/analisis-vegetasiluas-minimum.htm. Diakses tanggal 19 Desember 2012. Anonim. 2012. www.plantamor.com/index.php?plant=1696. Diakses tanggal 19 Desember 2012. Anwar, D. 1995. Biologi Lingkungan. Ganesa Exact, Bandung. Astawan, M. 2004. Kentang : Sumber Vitamin C dan Pencegah Hipertensi. http://www.gizi.net. Astawan. 2004. Kentang : Sumber Vitamin C dan Pencegah Hipertensi. http://www.gizi.net. [20 September 2012] Badan Pusat Statistik, 2011. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang 2009- 2010. http://www.bps.go .id [5 Juli 2011] Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta. Deptan. 2008. Data Statistik Departemen Pertanian. http://www.deptan.go.id. Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. Jakarta. http://www.deptan.go.id. [8 Desember 2012] Dirjen Hortikultura. 2010. Produksi tanaman sayuran di Indonesia periode 2003- 2008. Everaarts. A. P. 1981. Weed of Vegetables in the Higlands of Java. Jakarta: Lembaga Penelitian Hortikultura. Everaarts. A. P. 1981. Weed of Vegetables in the Higlands of Java. Jakarta: Lembaga Penelitian Hortikultura. Gildemacher, P. Demo, P. Kinyae, M. Nyongesa, dan P. Mundia. 2007. Memilih tanaman terbaik untuk benih kentang. Salam. 20:16-18. Goldsmith. 2010. Population and Community Structure : Quadrat Sampling Techniques. Academic Press, New York.
  • 33. Guo. Qinghua and Maggi. K. 2004. Interpretation of scale in paired quadrat variance methods. Journal of Vegetation Science 15: 763-770, Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM. Hartus, T. 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Penebar Swadaya. Jakarta. 136 hal. Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka, Jakarta. Honu, Y., A. K. Shibi, C. David, and J. Gibson. 2009. Occurrence of Nonnative Species Deep In Natural Areas of The Shawnee National Forest, Southern Illinois, U. S .A. Natural Areas Journal, 29 : 177-187. Irwanto. 2006. Struktur Hutan (Online). http:// www.irwantoshut.com. Diakses tanggal 24 April 2011. Kasiatin, W. 2004. Pengaruh Pola Tanam dan Penggunaan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan serta Hasil Tumpangsari Jagung Sayur (Zea mays L.) dan Kedelai (Glycine max L.). http://digolib.gunadarma.ac.id. Diakses tanggal 5 Januari 2011. Latifah, S. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. USU Reository, Sumatera Utara. Leroux, S.J. Fiona, K.A. Schmiegelow. Robert, B. Lessard. Steve, G. 2007. Minimum dynamic reserves: A framework for determining reserve size in ecosystems structured by large disturbances. journal homepage: www.elsevier.com/locate/biocon.Biolocical concervation 138: 464-473. Miller, A.A. 1976. Climatology. Methuen and Co. Ltd. London. Partasasmita, R., A. Mardiastuti, D. D. Solihin. 2009. Struktur dan Komposisi Vegetasi Suksesi yang Digunakan Burung Semak sebagai Habitat. Jurnal Biotika 7(2): 94 – 107. Qinghua, G. and Maggi, K. 2004. Interpretation of Scale in Paired Quadrat Variance Methods. Journal of Vegetation Science, (15) : 763-770. Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia I. Prinsip, Produksi, dan Gizi. Jilid I. Institut Teknik Bandung. Bandung. 313 hal. Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 115 hal. Santoso, Y. Dan Sitorus, F. 2008. Pendugaan Parameter Demografi dan Pola Penyebaran Spasial Walabi Lincah (Macropus agilis papuanus) di Kawasan
  • 34. Taman Nasional Wasur, Studi Kasus di Savana Campuran Udi-udi. Media Konservasi, 13(2): 65 – 70. Sastroutomo SS. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Universitas Gajah Mada. UGM. 845 hal. Setiadi dan Nurulhuda, S. I. 1998. Kentang. Penebar Swadaya. Jakarta. 70 hal. Setiadi. 2009. Budidaya Kentang. Penebar Swadaya. Jakarta. Setiawati w, dan A.A. Asandhi. 2003. Pengaruh Sistem Pertanaman Monokultur dan Tumpang Sari Sayuran Cruciferae dan Solanaceae Terhadap Hasil Dan Struktur dn Fungsi Komunitas Artropoda. J.Hort, 13(1):41-57. Stohlgren, T.J., G. W. Chong, M. A. Kalkhan, L.D. Schell. Multiscale Sampling of Plant Diversity: Effect of Minimum Mapping Unit Size. Suhardi. 1984. Masalah penyakit hawar daun (Phytophtora infestans) pada tanaman kentang dan upaya penanggulangannya. Seminar Hama dan Penyakit Sayuran. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Cipanas. 25-29 hal. Surasana. 1990. Teknik Lapangan Ekologi Tumbuhan. Departemen Biologi ITB, Bandung. Sutiono. 2010. Budidaya Melon. http://zairifblog.bligspot.com. Diakses tanggal 7 Januari 2011. Suwena, M. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel pada Ekosistem Sawah di Sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram. Suwena, Made. 2005. Keanekaragaman tumbuhan liar edibel pada ekosistem Sawah di sekitar kawasan hutan gunung salak (Biodiversity of edible wild plants on paddy ecosystem Of gunung salak forest area). Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram. Suwena,M. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel pada Ekosistem Sawah di sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak. Universitas Mataram. The International Potato Center . 2008. Facts and Figures: 2008 – The International Year of the Potato. CIP. http://www.potato2008.org [5 Oktober 2010] Tjitrosoedirdjo S, Utomo I. H, dan Wiroatmodjo J. 1984. Pengelolaan Gulma Di Perkebunan. Jakarta: Gramedia.
  • 35. Tjitrosoedirdjo S, Utomo I. H, dan Wiroatmodjo J. 1998. Pengelolaan Gulma Di Perkebunan. Jakarta: Gramedia. Ummah, K. 2010. Produksi Bibit Kentang (Solanum tuberosum. L) di Hikmah farm, Pangalengan, Bandung-Jawa Barat. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian. IPB Ummmah, Khoirul., Agus, Purwito. 2009. Budidaya Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) dengan aspek khusus pembibitan di Hikmah farm, Pangalengan Bandung Jawa Barat. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2009. Utami, Sri dkk. 2006. Inventarisasi Gulma Di Bawah Tegakan Pulai Darat (Alstonia Angustiloba Miq.) Dan Hubungannya Dengan Pengendalian Gulma Di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Hal 135-144. Utami, Sri. 2004. Kemelimpahan Jenis Gulma Tanaman Wortel pada Sistem Pertanian Organik. Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi FMIPA Undip. Vol. 6, No. 2, Hal. 54-58 Walter, H. 1971. Ecological of Tropical and Subtropical Vegetation. Van Nostrand Reinhold Co. New York. Widiyono, W., Abdulhadi, R., dan Lidon, B. 2005. Model Anakisis Embung Secara Terpadu Meliputi Bagian Hulu, Tengah, dan Hilir. Limnotek, 12 (1) : 1-9. Williams, W. T and Lambert, J. M. 2007. Multivariate Methods in Plant Ecology : I. Association-Analysis in Plant Communities. The Journal of Ecology, Vol. 47 (1) : 83-101. Williams, W. T. and Lambert, J. M. 2007. Multivariate Methods in Plant Ecology : I Association-Analysis in Plant Communities. Journal of Ecology, Vol. 47 (1) : 83-101. Yichun, X., Zhongyao, S., dan Mei, Y. 2008. Remote Sensing Imagery in Vegetation Mapping. Jurnal of Plant Ecology, 1(1): 9 – 23.
  • 36. LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI GULMA Oleh : Kelompok : 15 Kartika Sari Dwinusa : B1J010002 Ardianti Maya Ningrum : B1J010201 Tochirun : B1J009180 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012
  • 37. LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI GULMA BIOLOGI DAN EKOLOGI GULMA DI DATARAN TINGGI DIENG Oleh : Kelompok : 15 Kartika Sari Dwinusa : B1J010002 Ardianti Maya Ningrum : B1J010201 Tochirun : B1J009180 Disusun sebagai persyaratan mengikuti mata kuliah Biologi Gulma pada Program Strata Satu Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Desember 2012 Asisten Goldha Biggest P. B1J008148
  • 38. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR KATA PENGANTAR ……………………………………………………… 1 I. PENDAHULUAN .............................................................................. 2 II. BAHAN DAN CARA KERJA ……………....………………………….. 7 1. Biologi Gulma (Identifikasi dan Klasifikasi) .............................. 7 2. Ekologi Gulma (Luas Minimum) ................................................ 7 3. Ekologi Gulma (Nilai Penting) .................................................... 7 4. Ekologi Gulma (Gulma Perkebunan) ........................................... 7 III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 10 IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 31 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 39. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan praktikum Biologi Gulma terselesaikan dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir praktikum mata kuliah Biologi Gulma di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Staf pengajar mata kuliah Biologi Gulma Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. 2. Seluruh asisten Praktikum Biologi Gulma yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini. 3. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Purwokerto, Desember 2012 Penulis