SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Dormansi dapat dikatakan sebagai suatu fase dimana kulit biji dalam kondisi yang 
keras menghalangi penyerapan. Organisme hidup dapat memasuki keadaan tetap hidup 
meskipun tidak tumbuh selama jangka waktu yang lama, dan baru mulai tumbuh aktif bila 
kondisinya sudah sesuai. Kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup biji. 
Meningkatnya kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup (Salisbury dan Ross, 
1995). 
Menurut Werein & Phillips (1970), istilah yang mendekati pada arti dormansi 
adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji sebelum akhirnya tumbuh dan 
melewati fase vegetatifnya.. 
Hasil praktikum manunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh GA3 lebih efektif daripada NAA 
terutama pada konsentrasi 60 ppm, dari data terlihat pada konsentrasi 60 ppm bias mencapai 
84%. Tanaman budidaya yang lama belum dibudidayakan seringkali menunjukan dormansi 
sampai tingkat tertentu dan memerlukan kondisi khusus atau waktu penyimpanan yang lebih 
panjang sebelum berkecambah Gardner et al (1991). 
Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh NAA maupun GA3 ternyata memberikan 
pengaruh terhadap pematahan dormansi biji. Pada konsentrasi tinggi, pengaruh yang 
ditimbulkan akan lebih cepat dari pada konsentrasi rendah, namun tingkatnya masih dalam 
ambang terbatas karena ZPT dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Pada perlakuan 
GA3 memiliki pengaruh yang lebuh besar karena Giberelin merupakan fitohormon yang 
mempengaruhi peningkatan pembelahan sel dan perbesaran sel pada pertambahan panjang 
batang dan akar pada tanaman (Abidin,1987).Hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang 
didapat. 
Hormon pertumbuhan yang dapat merangsang pertumbuhan batang dan dapat juga 
meningkatkan besar daun dan beberapa jenis tumbuhan, besar bunga dan buah adalah 
giberelin. Giberelin juga dapat menggantikan perlakuan suhu rendah (2º-4º) pada tanaman. 
Giberelin pada tanaman dapat menyebabkan peningkatan sel, pembelahan dan pembesaran 
sel. (Zummermar,1961). Biji biasanya berkecambah dengan segera bila diberi air dan udara 
yang cukup, mendapat suhu pada kisaran yang memadai dan pada keadaan tertentu, mendapat 
periode terang dan gelap yang sesuai. Tetapi pada sekelompok tumbuhan yang bijinya tidak 
segera berkecambah meskipun telah diletakkan pada kondisi kandungan air, suhu, udara dan 
cahaya yang memadai. Perkecambahan tertunda selama beberapa hari, minggu bahkan bulan, 
tetapi dengan adanya giberelin dormansi dapat dipatahkan (Prawiranata et al, 1989). 
Menurut Kusumo (1990), NAA (α naphthalene acetic acid) merupakan ZPT yang 
dikelompokkan ke dalam auksin. Penambahan NAA akan mempengaruhi pertumbuhan akar, 
yaitu mengenai banyaknya akar maupun kualitas akar yang dihasilkan.Namun dibutuhkan 
pada konsentrasi kecil pada peranannya untuk mengatur tumbuh tanaman. Sifat-sifat yang 
menyebabkan NAA berespon positif terhadap tanaman antara lain (1) sifat kimianya yang 
mantap dan pengaruhnya yang lama, (2) hormon ini tetap berada di tempat ia diberikan dan 
tidak menyebar kebagian lain, sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian lain. 
Kekurangan dari NAA adalah kisaran (range) kepekatan yang senpit, kepekatan yang 
melebihi batas (diluar range) akan bersifat racun. 
Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah : 
1. Tidak sempurnanya embrio (rudimentary embryo), 
2. Embrio yang belum matang secara fisiologis (physiological immature embryo), 
3. Kulit biji yang tebal (tahan terhadap pergerakkan mekanis), 
4. Kulit biji impermeable (impermeable seed coat) dan 
5. Adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (Abidin, 1987).
Teknologi pertanian menangani biji dengan tekstur keras itu sengaja dirusak atau 
dilembekkan dengan suatu proses yang disebut skarifikasi. Skarifikasi secara kimiawi, biji 
direndam dalam asam pekat, pelarut organik seperti aseton atau bahkan dalam air yang 
mendidih. Skarifikasi mekanik, biji digoyang-goyang dalam bahan penggosok seperti pasir 
atau ditoreh dengan pisau (Loveless, 1990). 
Fase-fase yang terjadi dalam dormansi biji menurut Abidin (1987) adalah : 
1. Fase induksi ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon 
2. Fase tertundanya metabolisme 
3. Fase bertahanya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan yang tidak 
menguntungkan 
4. Perkecambahan, ditandai oleh meningkatnya hormon dan aktifitas enzim. 
Menurut Muhammad Salim Saleh (2004), pada dasarnya dormansi dapat 
diperpendek dengan berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan 
biologi. Benih yang cepat berkecambah berarti memiliki kesempatan tumbuh axis embrio 
lebih panjang sehingga memungkinkan terjadi pembekakan pada bagian ujungnya sebagai 
tempat pertumbuhan akar dan plumula sehingga akar menjadi lebih panjang. 
Daftar Referensi 
Abidin,Z. 1987. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung. 
Gardner, F. R., Pearce, F. B dan Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press, 
Jakarta. 
Loveless, A. R. 1990. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Gramedia, Jakarta. 
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh. Yasaguna, Jakarta. 
Prawiranata, W., Harram, S dan T. Tjodronegoro. 1989. Dasar Fisiologi Tumbuhan II. IPB, 
Bogor. 
Saleh,M.S.,2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagi Lama Ekstrasi Buah. 
Dalam Industri Benih di Indonesia Aspek Penunjangan Pengembangan. Jurusan Budidaya 
Fakultas Pertanian UNTAD. 
Wereing, D.F and I. D.J. Phillips. 1970. The Control of Growth and Differentation in Plants. 
Pergamon Press, New York. 
Zummermar,P.W.1961. Plant Growth Regulation.The Lowa State University Press.USA
I. Judul : DORMANSI BENIH 
II. Tanggal : 2 Juni 2010 
III. Tujuan : Mengetahui periode dormansi dan cara mengatasinya 
IV. Pendahuluan : 
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi 
lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. 
Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman 
sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih 
adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut. 
Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh : 
Rendahnya/ tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit 
benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih. 
Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu 
keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan 
rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih. 
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji yang cukup kuat 
sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman pangan, dormansi sering dijumpai 
pada benih padi, sedangkan pada sayuran dormasni sering dijumpai pada benih timun putih, 
pare dan semangka non biji. 
Dormansi, yaitu peristiwa dimana benih tersebut mengalami masa istirahat (Dorman). 
Selanjutnya didefinisikan bahwa Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak 
terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. 
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada 
pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. 
Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan 
fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut. 
Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu Innate 
dormansi (dormansi primer), Induced dormansi (dormansi sekunder), dan Enforced dormansi. 
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu Dormansi 
Fisik dan Dormansi Fisiologis. 
Untuk mengetahui dan membedakan/ memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat 
berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama 
yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/ kecambah benih yang dormansi adalah 
bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat 
dipersingkat. 
Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah : 
Dengan perlakuan mekanis 
Dengan perlakuan kimia. 
Perlakuan perendaman dengan air. 
Perlakuan dengan suhu. 
Perlakuan dengan cahaya. 
X. Daftar Pustaka : 
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW .
Fisiologi Tumbuhan : Dormansi Pada biji 
PENDAHULUAN 
I.1 Latar Belakang 
Dalam bidang komoditas tanaman pangan, pada setiap musim tanam masih sering terjadi 
masalah karena produksi benih bermutu yang belum mencukup permintaan pengguna/petani. 
Masalah ini disebabkan oleh adanya satu masa “istirahat” yang dialami oleh benih yang 
ditanam. Masa istirahat ini disebut dengan dormansi, dormansi menyebabkan tidak adanya 
pertumbuhan pada biji atau benih walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya 
perkecambahan (Anonim, 2008). 
Hampir semua tumbuhan darat, baik tumbuhan rendah maupun tumbuhan tingkat tinggi 
dalam siklus hidupnya akan dijumpai adanya fase dormansi. Dormansi ini dapat terjadi baik 
pada seluruh tumbuhan atau organ tertentu yang disebabkan oleh faktor eksternal maupun 
faktor internal, yang bertujuan untuk mempertahankan diri pada kondisi yang kurang 
menguntungkan. Gejala dormansi dapat dijumpai pada biji dan organ tumbuhan lainnya, 
seperti tunas, rhizoma dan umbi lapis (bulb) (Anonim, 2008). 
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, 
hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses 
perkecambahan tersebut (Anonim, 2008). 
Dormansi kuncup 
Di wilayah beriklim sedang, dormansi biji dan kuncup mempunyai banyak persamaan. Pada 
kuncup, induksi dormansi sama pentingnya dengan berakhirnya dormansi. Dormansi kuncup 
hampir selalu berkembang sebelum terbentuknya warna pada musim gugur dan 
mengeringnya daun. Kuncup berbagai pohon berhenti di tengah musim panas dan 
memperlihatkan sedikit pertumbuhan kembali di akhir musim panas sebelum memasuk 
dormansi penuh di musim gugur (Salisbury dan Ross, 1995). 
Pada banyak spesies, dormansi kuncup diinduksi oleh suhu rendah, tetapi ada juga respon 
terhadap panjang hari, khususnya jika suhu tetap tinggi. Perlakuan hari pendek menyebabkan 
terjadinya pembentukan kuncup akhir yang dorman dan terlambatnya pemanjangan ruas dan 
pemanjangan daun, tetapi sering daun tidak gugur (Salisbury dan Ross, 1995). 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang mencegah perkecambahan 
pada waktu yang tidak tepat atau tidak sesuai. Dormansi membantu biji mempertahankan diri 
terhadap kondisi yang tidak sesuai seperti kondisi lingkungan yang panas, dingin, kekeringan 
dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa dormansi merupakan mekanisme biologis 
untuk menjamin perkecambahan biji berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat untuk 
mendukung pertumbuhan yang tepat. Dormansi bisa diakibatkan karena ketidakmampuan 
sumbu embrio untuk mengatasi hambatan (Anonim, 2007). 
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, 
hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. 
Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap 
untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk 
dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment 
skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi 
digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Anonim, 2006). 
Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam: (a) 
faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air; (b) faktor internal, 
seperti kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor, dan rendahnya zat perangsang
tumbuh; (c) faktor waktu, yaitu waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor, dan 
sintesis zat perangsang tumbuh. Dormansi pada biji dapat dipatahkan dengan 
perlakuan mekanis, cahaya, temperatur, dan bahan kimia. Proses perkecambahan 
dalam biji dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu proses perkecambahan fisiologis 
dan proses perkecambahan morfologis. Sedangkan dormansi yang terjadi pada tunas-tunas 
lateral merupakan pengaruh korelatif dimana ujung batang akan mempengaruhi 
pertumbuhan dan perkembangan bagian tumbuhan lainnya yang dikenal dengan 
dominansi apikal. Derajat dominansi apikal ditentukan oleh umur fisiologis tumbuhan 
tersebut (Anonim, 2008). 
Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh (Anonim, 2008) : 
Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit 
benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih. 
Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu 
keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan 
rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih. 
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji yang cukup kuat 
sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman pangan, dormansi sering dijumpai 
pada benih padi, sedangan pada sayuran dormansi sering dijumpai pada benih timun putih, 
pare dan semangka non biji. Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori 
berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya yaitu : a. Berdasarkan faktor 
penyebab dormansi 1. Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif 
karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. 2. Imnate dormancy (rest): dormancy 
yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri. b. 
Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji Mekanisme fisik Merupakan dormansi yang 
mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri terbagi menjadi: 1. 
mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik. 2. fisik: penyerapan air 
terganggu karena kulit biji yang impermeable. 3. kimia: bagian biji/buah mengandung zat 
kimia penghambat Mekanisme fisiologis Merupakan dormansi yang disebabkan oleh 
terjadinya hambatan dalam proses fisiologis; terbagi menjadi: 
1. photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya 
2. immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang 
tidak/belum matang 
3. thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu 
c. Berdasarkan bentuk dormansi 
Kulit biji impermeabel terhadap air/O2 
1. Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp, endocarp. 
2. Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya 
cutin, suberin, lignin) pada membran. 
3. Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. 
Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik. 
4. Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, 
strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum. 
5. Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi 
karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan 
perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat. 
Embrio belum masak (immature embryo) 
1. Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih belum 
menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon (melinjo) 
2. Embrio belum terdiferensiasi 
3. Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu untuk mencapai
bentuk dan ukuran yang sempurna. 
Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur rendah 
dan zat kimia. 
Biji membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam penyimpanan kering 
Dormansi karena kebutuhan akan afterripening ini dapat dipatahkan dengan perlakuan 
temperatur tinggi dan pengupasan kulit. 
Biji membutuhkan suhu rendah 
Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae. Dormansi ini 
secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur, melampaui satu musim 
dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji 
akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dengan 
pemberian aerasi dan imbibisi. 
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah (Anonim, 2006): 
1. jika kulit dikupas, embrio tumbuh 
2. embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah 
3. embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih 
membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi 
4. perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil 
5. akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya 
(setelah melampaui satu musim dingin). 
Biji bersifat light sensitive 
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) 
cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari). 
Dormansi karena zat penghambat 
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik, 
yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat 
salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses 
perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah 
soumarin dan lacton tidak jenuh; namun lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena 
daerah kerjanya berbeda dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat 
berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah. 
DAFTAR PUSTAKA 
Elisa, 2006, Dormansi dan Perkecambahan Biji, http://elisa.ugm.ac.id/, diakses pada tanggal 
13 Oktober 2008 pukul 22:53. 
Anonim, 2008, Dormansi Benih dan Pemecahannya, http://pustaka.ut.ac.id//, diakses pada 
tanggal 15 April 2008 pukul 21:38. 
Salisbury, dkk., 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 3, ITB, Bandung.
dormansi biji 
TINJAUAN PUSTAKA 
Benih-benih tertentu, misalnya benih padi yang baru dipanen dapat 
mengalami dormansi. Tetapi dormansi ini dapat dipecahkan jika benih telah 
mengalami penyimpanan kering yang disebut dengan after-ripening. 
Perlakuan benih dengan suhu tinggi dilaporkan dapat memecahkan dormansi 
benih ini. Di lapangan kadang-kadang terjadi kegagalan penanaman padi 
akibat fenomena ini. Petani mengeluh bahwa benih yang disemai tidak 
tumbuh merata dan menyalahkan bahwa pedagang benih telah menjual benih 
yang kadaluarsa. Sebenarnya, benih tersebut belum cukup waktu melampaui 
periode after-ripeningnya (Mugnisjah dkk, 1994). 
Pertumbuhan embrio ditahan pada saat benih masak, tetapi mulai lagi pada 
perkecambahan. Benih membutuhkan air untuk berkecambah, oksigen, dan 
temperatur dimana suhunya antara 5o – 45o C. Benih yang berkecambah 
memerlukan tiga faktor yang dibuat perkecambahan masak. Benih yang baru 
saja dipanen, walaupun tidak mengalami perkecambahan, tetapi memasuki 
tahap dormansi dan gagal merespon kondisi berkecambah (Thomson, 1990). 
Dormansi merupakan strategi benih-benih tumbuhan tertentu agar dapat 
mengatasi lingkungan sub-optimum guna mempertahankan kelanjutan 
spesiesnya. Terdapat berbagai penyebab dormansi benih yang pada garis 
besarnya dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih 
(misalnya pada benih lamtoro karena kulit benih yang impermeabel terhadap 
air) atau bagian dalam benihnya (misalnya pada benih melinjo karena embrio 
yang belum dewasa). Benih yang mengalami dormansi organik ini tidak dapat 
berkecambah dalam kondisi lingkungan perkecambahan yang optimum 
(Sadjad, 1993). 
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi 
walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. 
Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih 
menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi 
oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi 
tersebut. Struktur benih (kulit benih) yang keras sehingga mempersulit 
keluar masuknya air kedalam benih (http://id.wikipedia.org, 2008). 
Dormansi dapat diatasi dengan melakukan perlakuan. Perlakuan sebagai 
berikut : 
1. Pemarutan atau penggoresan (skarifikasi, scarification) yaitu dengan cara 
menghaluskan kulit benih atau menggores kulit benih agar dapat dilalui air 
dan udara. 
2. Melepaskan kulit benih dari sifat kerasnya agar dengan demikian terjadi 
lubang-lubang yang memudahkan air dan udara melakukan aliran yang 
mendorong perkecambahan. 
3. Perusakan strophiole benih yang menyumbat tempat masuknya air. 
4. Stratifikasi terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi.
5. Pemberian bahan kimia. 
(Kartasapoetra, 2003). 
Istilah yang pernah digunakan untuk menjelaskan dormansi dan yang paling 
lazim adalah istilah istirahat dan pasif. Lebih banyak istilah yang 
menyertakan kata dormansi di belakang kata keadaan (adjektif), misalnya 
primer, sekunder, bawaan, dan sebagainya. Secara logis menjelaskan 
pentingnya kesatuan istilah dan menganjurkan tiga istilah baru saja, yakni 
endodormansi, ekodormansi, dan paradormansi. Di laboratorium dan di 
bidang pertanian (bila perlu) digunakan alkohol atau pelarut lemak (yang 
menghilangkan bahan berlilin) yang kadang mengahalangi masuknya air / 
asam pekat. Sebagai contoh, perkecambahan biji kapas dan kacangan tropika 
dapat sangat dipacu dengan merendam biji terlebih dahulu dengan asam 
sulfat selama beberapa menit sampai satu jam dan selanjutnya dibilas untuk 
menghilangkan asam itu (Salisbury dan Ross, 1992). 
Substansi yang larut kemudian dapat membawa embrio dan respirasi, 
dimana dormansi biji prosesnya tidak dapat dilihat dapat menunjukkan 
kemampuan besar. Pada beberapa benih seperti beras, rumput, respirasi 
anaerob memerlukan energi untuk pertumbuhan embrio, tetapi kebanyakan 
benih energi disuplai dalam bentuk respirasi anaerob (Stern dkk, 2004). 
Contoh yang paling mudah mengenai dormansi adalah adanya kulit biji yang 
keras yang menghalangi penyerapan oksigen atau air. Kulit biji yang keras 
itu lazim terdapat pada anggota famili Fabaceae (Leguminosae) walaupun 
tidak terdapat pada buncis atau kapri yang menunjukkan bahwa dormansi 
tidak umum pada spesies yang dibudidayakan (http://www.google.com, 2008). 
Gejala dormansi dapat dijumpai pada biji dan organ tumbuhan lainnya 
seperti tunas, rhizome, dan umbi lapis (bulb). Faktor-faktor yang 
menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam: 
a. Faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air, 
b. Faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio, 
c. Faktor waktu, seperti waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor 
(http://en.wikipedia.org, 2008). 
Lamanya dormansi dapat diperpanjang dengan merendahkan suhu 
penyimpanan. Pada penelitiannya dengan menggunakan benih barley, oats, 
dan sorghum yang berbeda-beda. Brown mendapatkan bahwa dormansi pada 
hampir semua kultivar benih yang banyak terjadi dapat dipatahkan dengan 
menyimpannya pada suhu 40o C. Robert mendapatkan bahwa dormansi pada 
beberapa kultivar Thai Chu 65 sampai lebih dari 100 hari (waktu 100 hari 
untuk mematahkan 50% benih dorman) pada kultivar Masalaci. Hull 
mematahkan dormansi pada benih kacang tanah jalar Florida dengan 
menyimpannya pada suhu 20o – 25o C dan 40o C. Justice mendapatkan 
bahwa satu-satunya cara mematahkan dormansi benih Cyperus rotundus 
adalah dengan menempatkannya pada lapisan basah pada suhu 40o C selama 
tiga hingga enam minggu (Justice dan Bass, 1990).
Dormansi pada beberapa jenis benih disebabkan oleh: 
1. Struktur benih, misalnya kulit benih, braktea, gulma, perikarp, dan 
membran yang mempersulit keluar masuknya air dan udara, 
2. Kelainan fisiologis pada embrio, 
3. Penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lainnya, 
4. Gabungan dari faktor-faktor di atas 
(Justice dan Bass, 1990). 
Menurut http://elisa.ugm.ac.id (2008) tipe dormansi adalah sebagai berikut: 
1. Dormansi Mekanis 
Perkembangan embrio secara fisis terhambat karena adanya kulit biji / buah 
yang keras. 
2. Dormansi fisis 
Imbibisi / penyerapan air terhalang oleh lapisan kulit biji / buah yang 
impermeabel pada beberapaa legum dan myrtaceae. Fluktuasi, suhu, 
skarifikasi mekanis, pemberian air panas atau bahan kimia. 
3. Dormansi chemis 
Buah atau biji mengandung zat penghambat (chemical inhibitory compound) 
yang menghambat perkecambahan. Pencucian (leaching) oleh air, 
dekomposisi bertahap pada jaringan buah, menghilangkan jaringan buah dan 
mencucinya dengan air. 
DAFTAR PUSTAKA 
Andani, S dan E.D. Purbayanti., 1991. Fisiologi Tanaman Lingkungan. UGM Press, 
Yogyakarta 
Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan 
Herawati Susilo. UI Press, Jakarta 
http://elisa.ugm.ac.id., 2008. Tipe Dormansi. Diakses tanggal 25 September 2008 
http://en.wikipedia.org., 2008. Dormansi Biji. Diakses tanggal 18 September 2008 
http://id.wikipedia.org., 2008. Dormansi Biji. Diakses tanggal 18 September 2008 
http://www.google.co.id., 2008. Dormansi Biji. Diakses tanggal 18 September 2008 
Justice, O.L dan L.N. Bass., 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press, 
Jakarta 
Kartasapoetra, A.G., 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta, Jakarta 
Mugnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, C. Santiwa., 1994. Panduan Praktikum dan 
Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 
Sadjad, S., 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta
Salisbury, F.B., dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press, Bandung 
Sutopo, L., 2004. Teknologi Benih. Penerbit Rajawali, Jakarta 
Stern, K.R., S. Jansky, J.E. Bidlack., 2004. Introdution Plant Biology. McGraw-Hill Book 
Company Inc, London 
Thomson, J.R., 1990. An Introduction to Seed Technology. Leonard Hill, London 
Tohari., 1999. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. UGM Press, Yogyakarta

More Related Content

What's hot

Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan TumbuhanKultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan TumbuhanDewi Ayu Maryati
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Biology Education
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Arif nor fauzi
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihTidar University
 
Laporan praktikum kompetensi dan allelopati
Laporan praktikum kompetensi dan allelopatiLaporan praktikum kompetensi dan allelopati
Laporan praktikum kompetensi dan allelopatiGoogle
 
Identifikasi bunga Kencana (Ruellia tuberrosa) dan Bunga Kenop (Gomphrena glo...
Identifikasi bunga Kencana (Ruellia tuberrosa) dan Bunga Kenop (Gomphrena glo...Identifikasi bunga Kencana (Ruellia tuberrosa) dan Bunga Kenop (Gomphrena glo...
Identifikasi bunga Kencana (Ruellia tuberrosa) dan Bunga Kenop (Gomphrena glo...Rina Riannur
 
Pertemuan 5 (perkembangan buah)
Pertemuan 5 (perkembangan buah)Pertemuan 5 (perkembangan buah)
Pertemuan 5 (perkembangan buah)f' yagami
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)
Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)
Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)UNESA
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihTidar University
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI RiaAnggun
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSnovhitasari
 
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...Feri Chandra
 
Metabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhanMetabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhanawarisusanti
 
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewanOrganogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewanLampung University
 

What's hot (20)

Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan TumbuhanKultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - BijiPPT Morfologi Tumbuhan - Biji
PPT Morfologi Tumbuhan - Biji
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 
Laporan praktikum kompetensi dan allelopati
Laporan praktikum kompetensi dan allelopatiLaporan praktikum kompetensi dan allelopati
Laporan praktikum kompetensi dan allelopati
 
Identifikasi bunga Kencana (Ruellia tuberrosa) dan Bunga Kenop (Gomphrena glo...
Identifikasi bunga Kencana (Ruellia tuberrosa) dan Bunga Kenop (Gomphrena glo...Identifikasi bunga Kencana (Ruellia tuberrosa) dan Bunga Kenop (Gomphrena glo...
Identifikasi bunga Kencana (Ruellia tuberrosa) dan Bunga Kenop (Gomphrena glo...
 
Pertemuan 5 (perkembangan buah)
Pertemuan 5 (perkembangan buah)Pertemuan 5 (perkembangan buah)
Pertemuan 5 (perkembangan buah)
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)
Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)
Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Laporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasiLaporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasi
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
 
Klasifikasi dan morfologi tanaman talas
Klasifikasi dan morfologi tanaman talasKlasifikasi dan morfologi tanaman talas
Klasifikasi dan morfologi tanaman talas
 
Buah (fructus)
Buah (fructus)Buah (fructus)
Buah (fructus)
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Bunga Majemuk
PPT Morfologi Tumbuhan - Bunga MajemukPPT Morfologi Tumbuhan - Bunga Majemuk
PPT Morfologi Tumbuhan - Bunga Majemuk
 
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
 
Metabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhanMetabolisme lipid pada tumbuhan
Metabolisme lipid pada tumbuhan
 
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewanOrganogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
 

Viewers also liked (20)

dormansi biji
dormansi bijidormansi biji
dormansi biji
 
Dormansi biji gulma
Dormansi biji gulmaDormansi biji gulma
Dormansi biji gulma
 
03 dormansi (materi analisis mutu benih)
03 dormansi (materi analisis mutu benih)03 dormansi (materi analisis mutu benih)
03 dormansi (materi analisis mutu benih)
 
Stek
StekStek
Stek
 
Cara Budidaya jeruk nipis
Cara Budidaya jeruk nipis Cara Budidaya jeruk nipis
Cara Budidaya jeruk nipis
 
Dormansi
DormansiDormansi
Dormansi
 
angiospermae
angiospermaeangiospermae
angiospermae
 
Jurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT DipteraJurnal DDPT Diptera
Jurnal DDPT Diptera
 
stek batang
stek batangstek batang
stek batang
 
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
Kultur Jaringan (Presentasi Biologi SMA)
 
Kelompok Stek
Kelompok StekKelompok Stek
Kelompok Stek
 
Perbanyakan tanaman
Perbanyakan  tanamanPerbanyakan  tanaman
Perbanyakan tanaman
 
Ppt selekta
Ppt selektaPpt selekta
Ppt selekta
 
Pert 7 reproduksi tumbuhan
Pert 7 reproduksi tumbuhanPert 7 reproduksi tumbuhan
Pert 7 reproduksi tumbuhan
 
Angiospermae
AngiospermaeAngiospermae
Angiospermae
 
Dormansi
DormansiDormansi
Dormansi
 
Perkecambahan
PerkecambahanPerkecambahan
Perkecambahan
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Pinus merkusii
PPT Embriologi Tumbuhan - Pinus merkusiiPPT Embriologi Tumbuhan - Pinus merkusii
PPT Embriologi Tumbuhan - Pinus merkusii
 
Gymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - AnatomyGymnospermae - Anatomy
Gymnospermae - Anatomy
 
Angiospermae
AngiospermaeAngiospermae
Angiospermae
 

Similar to Dormansi biji

Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnyaBerikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnyaOperator Warnet Vast Raha
 
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnyaBerikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnyaOperator Warnet Vast Raha
 
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan bijipemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan bijiMelati Pambudi
 
Laporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiLaporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiTidar University
 
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptxBAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptxPutriIndrastianingru
 
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)Dewi Purwati
 
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merah
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merahPengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merah
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merahLinda Rosita
 
Modul praktikum-tpb-materi-1
Modul praktikum-tpb-materi-1Modul praktikum-tpb-materi-1
Modul praktikum-tpb-materi-1wiwaha17
 
Kel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdf
Kel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdfKel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdf
Kel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdfTantriRatnasari
 
Perkecambahan
PerkecambahanPerkecambahan
Perkecambahanf' yagami
 
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)Ramadhani Sardiman
 
Kelompok 4 biologi pengaruh cahaya terhadap proses pertumbuhan tanaman jagung
Kelompok 4 biologi pengaruh cahaya terhadap proses pertumbuhan tanaman jagungKelompok 4 biologi pengaruh cahaya terhadap proses pertumbuhan tanaman jagung
Kelompok 4 biologi pengaruh cahaya terhadap proses pertumbuhan tanaman jagungPoltekkes Kemenkes Banten
 
393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx
393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx
393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docxDickySanjaya10
 
Laporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benihLaporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benihfahmiganteng
 
Metode ilmiah kecambah kacang hijau yang disusun oleh‮
Metode ilmiah kecambah kacang hijau yang disusun oleh‮Metode ilmiah kecambah kacang hijau yang disusun oleh‮
Metode ilmiah kecambah kacang hijau yang disusun oleh‮Septian Muna Barakati
 

Similar to Dormansi biji (20)

Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnyaBerikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
 
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnyaBerikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
 
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan bijipemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
 
Laporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiLaporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansi
 
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptxBAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
 
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
 
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merah
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merahPengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merah
Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang merah
 
Acara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekbenAcara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekben
 
Modul praktikum-tpb-materi-1
Modul praktikum-tpb-materi-1Modul praktikum-tpb-materi-1
Modul praktikum-tpb-materi-1
 
Sandra
SandraSandra
Sandra
 
Kel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdf
Kel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdfKel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdf
Kel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdf
 
Perkecambahan adalah
Perkecambahan adalahPerkecambahan adalah
Perkecambahan adalah
 
Perkecambahan
PerkecambahanPerkecambahan
Perkecambahan
 
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
Biologi - Percobaan Pertumbuhan Biji Kacang Hijau 2 (Isi)
 
Kelompok 4 biologi pengaruh cahaya terhadap proses pertumbuhan tanaman jagung
Kelompok 4 biologi pengaruh cahaya terhadap proses pertumbuhan tanaman jagungKelompok 4 biologi pengaruh cahaya terhadap proses pertumbuhan tanaman jagung
Kelompok 4 biologi pengaruh cahaya terhadap proses pertumbuhan tanaman jagung
 
Makalah Biologi
Makalah BiologiMakalah Biologi
Makalah Biologi
 
393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx
393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx
393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx
 
Laporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benihLaporan teknelogi benih
Laporan teknelogi benih
 
Metode ilmiah kecambah kacang hijau yang disusun oleh‮
Metode ilmiah kecambah kacang hijau yang disusun oleh‮Metode ilmiah kecambah kacang hijau yang disusun oleh‮
Metode ilmiah kecambah kacang hijau yang disusun oleh‮
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 

Dormansi biji

  • 1. Dormansi dapat dikatakan sebagai suatu fase dimana kulit biji dalam kondisi yang keras menghalangi penyerapan. Organisme hidup dapat memasuki keadaan tetap hidup meskipun tidak tumbuh selama jangka waktu yang lama, dan baru mulai tumbuh aktif bila kondisinya sudah sesuai. Kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup biji. Meningkatnya kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup (Salisbury dan Ross, 1995). Menurut Werein & Phillips (1970), istilah yang mendekati pada arti dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji sebelum akhirnya tumbuh dan melewati fase vegetatifnya.. Hasil praktikum manunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh GA3 lebih efektif daripada NAA terutama pada konsentrasi 60 ppm, dari data terlihat pada konsentrasi 60 ppm bias mencapai 84%. Tanaman budidaya yang lama belum dibudidayakan seringkali menunjukan dormansi sampai tingkat tertentu dan memerlukan kondisi khusus atau waktu penyimpanan yang lebih panjang sebelum berkecambah Gardner et al (1991). Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh NAA maupun GA3 ternyata memberikan pengaruh terhadap pematahan dormansi biji. Pada konsentrasi tinggi, pengaruh yang ditimbulkan akan lebih cepat dari pada konsentrasi rendah, namun tingkatnya masih dalam ambang terbatas karena ZPT dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Pada perlakuan GA3 memiliki pengaruh yang lebuh besar karena Giberelin merupakan fitohormon yang mempengaruhi peningkatan pembelahan sel dan perbesaran sel pada pertambahan panjang batang dan akar pada tanaman (Abidin,1987).Hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang didapat. Hormon pertumbuhan yang dapat merangsang pertumbuhan batang dan dapat juga meningkatkan besar daun dan beberapa jenis tumbuhan, besar bunga dan buah adalah giberelin. Giberelin juga dapat menggantikan perlakuan suhu rendah (2º-4º) pada tanaman. Giberelin pada tanaman dapat menyebabkan peningkatan sel, pembelahan dan pembesaran sel. (Zummermar,1961). Biji biasanya berkecambah dengan segera bila diberi air dan udara yang cukup, mendapat suhu pada kisaran yang memadai dan pada keadaan tertentu, mendapat periode terang dan gelap yang sesuai. Tetapi pada sekelompok tumbuhan yang bijinya tidak segera berkecambah meskipun telah diletakkan pada kondisi kandungan air, suhu, udara dan cahaya yang memadai. Perkecambahan tertunda selama beberapa hari, minggu bahkan bulan, tetapi dengan adanya giberelin dormansi dapat dipatahkan (Prawiranata et al, 1989). Menurut Kusumo (1990), NAA (α naphthalene acetic acid) merupakan ZPT yang dikelompokkan ke dalam auksin. Penambahan NAA akan mempengaruhi pertumbuhan akar, yaitu mengenai banyaknya akar maupun kualitas akar yang dihasilkan.Namun dibutuhkan pada konsentrasi kecil pada peranannya untuk mengatur tumbuh tanaman. Sifat-sifat yang menyebabkan NAA berespon positif terhadap tanaman antara lain (1) sifat kimianya yang mantap dan pengaruhnya yang lama, (2) hormon ini tetap berada di tempat ia diberikan dan tidak menyebar kebagian lain, sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian lain. Kekurangan dari NAA adalah kisaran (range) kepekatan yang senpit, kepekatan yang melebihi batas (diluar range) akan bersifat racun. Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah : 1. Tidak sempurnanya embrio (rudimentary embryo), 2. Embrio yang belum matang secara fisiologis (physiological immature embryo), 3. Kulit biji yang tebal (tahan terhadap pergerakkan mekanis), 4. Kulit biji impermeable (impermeable seed coat) dan 5. Adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (Abidin, 1987).
  • 2. Teknologi pertanian menangani biji dengan tekstur keras itu sengaja dirusak atau dilembekkan dengan suatu proses yang disebut skarifikasi. Skarifikasi secara kimiawi, biji direndam dalam asam pekat, pelarut organik seperti aseton atau bahkan dalam air yang mendidih. Skarifikasi mekanik, biji digoyang-goyang dalam bahan penggosok seperti pasir atau ditoreh dengan pisau (Loveless, 1990). Fase-fase yang terjadi dalam dormansi biji menurut Abidin (1987) adalah : 1. Fase induksi ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon 2. Fase tertundanya metabolisme 3. Fase bertahanya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan yang tidak menguntungkan 4. Perkecambahan, ditandai oleh meningkatnya hormon dan aktifitas enzim. Menurut Muhammad Salim Saleh (2004), pada dasarnya dormansi dapat diperpendek dengan berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan biologi. Benih yang cepat berkecambah berarti memiliki kesempatan tumbuh axis embrio lebih panjang sehingga memungkinkan terjadi pembekakan pada bagian ujungnya sebagai tempat pertumbuhan akar dan plumula sehingga akar menjadi lebih panjang. Daftar Referensi Abidin,Z. 1987. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung. Gardner, F. R., Pearce, F. B dan Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press, Jakarta. Loveless, A. R. 1990. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Gramedia, Jakarta. Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh. Yasaguna, Jakarta. Prawiranata, W., Harram, S dan T. Tjodronegoro. 1989. Dasar Fisiologi Tumbuhan II. IPB, Bogor. Saleh,M.S.,2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagi Lama Ekstrasi Buah. Dalam Industri Benih di Indonesia Aspek Penunjangan Pengembangan. Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian UNTAD. Wereing, D.F and I. D.J. Phillips. 1970. The Control of Growth and Differentation in Plants. Pergamon Press, New York. Zummermar,P.W.1961. Plant Growth Regulation.The Lowa State University Press.USA
  • 3. I. Judul : DORMANSI BENIH II. Tanggal : 2 Juni 2010 III. Tujuan : Mengetahui periode dormansi dan cara mengatasinya IV. Pendahuluan : Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut. Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh : Rendahnya/ tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih. Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman pangan, dormansi sering dijumpai pada benih padi, sedangkan pada sayuran dormasni sering dijumpai pada benih timun putih, pare dan semangka non biji. Dormansi, yaitu peristiwa dimana benih tersebut mengalami masa istirahat (Dorman). Selanjutnya didefinisikan bahwa Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu Innate dormansi (dormansi primer), Induced dormansi (dormansi sekunder), dan Enforced dormansi. Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu Dormansi Fisik dan Dormansi Fisiologis. Untuk mengetahui dan membedakan/ memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/ kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat. Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah : Dengan perlakuan mekanis Dengan perlakuan kimia. Perlakuan perendaman dengan air. Perlakuan dengan suhu. Perlakuan dengan cahaya. X. Daftar Pustaka : Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW .
  • 4. Fisiologi Tumbuhan : Dormansi Pada biji PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam bidang komoditas tanaman pangan, pada setiap musim tanam masih sering terjadi masalah karena produksi benih bermutu yang belum mencukup permintaan pengguna/petani. Masalah ini disebabkan oleh adanya satu masa “istirahat” yang dialami oleh benih yang ditanam. Masa istirahat ini disebut dengan dormansi, dormansi menyebabkan tidak adanya pertumbuhan pada biji atau benih walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan (Anonim, 2008). Hampir semua tumbuhan darat, baik tumbuhan rendah maupun tumbuhan tingkat tinggi dalam siklus hidupnya akan dijumpai adanya fase dormansi. Dormansi ini dapat terjadi baik pada seluruh tumbuhan atau organ tertentu yang disebabkan oleh faktor eksternal maupun faktor internal, yang bertujuan untuk mempertahankan diri pada kondisi yang kurang menguntungkan. Gejala dormansi dapat dijumpai pada biji dan organ tumbuhan lainnya, seperti tunas, rhizoma dan umbi lapis (bulb) (Anonim, 2008). Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses perkecambahan tersebut (Anonim, 2008). Dormansi kuncup Di wilayah beriklim sedang, dormansi biji dan kuncup mempunyai banyak persamaan. Pada kuncup, induksi dormansi sama pentingnya dengan berakhirnya dormansi. Dormansi kuncup hampir selalu berkembang sebelum terbentuknya warna pada musim gugur dan mengeringnya daun. Kuncup berbagai pohon berhenti di tengah musim panas dan memperlihatkan sedikit pertumbuhan kembali di akhir musim panas sebelum memasuk dormansi penuh di musim gugur (Salisbury dan Ross, 1995). Pada banyak spesies, dormansi kuncup diinduksi oleh suhu rendah, tetapi ada juga respon terhadap panjang hari, khususnya jika suhu tetap tinggi. Perlakuan hari pendek menyebabkan terjadinya pembentukan kuncup akhir yang dorman dan terlambatnya pemanjangan ruas dan pemanjangan daun, tetapi sering daun tidak gugur (Salisbury dan Ross, 1995). BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang mencegah perkecambahan pada waktu yang tidak tepat atau tidak sesuai. Dormansi membantu biji mempertahankan diri terhadap kondisi yang tidak sesuai seperti kondisi lingkungan yang panas, dingin, kekeringan dan lain-lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa dormansi merupakan mekanisme biologis untuk menjamin perkecambahan biji berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat untuk mendukung pertumbuhan yang tepat. Dormansi bisa diakibatkan karena ketidakmampuan sumbu embrio untuk mengatasi hambatan (Anonim, 2007). Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Anonim, 2006). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam: (a) faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air; (b) faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor, dan rendahnya zat perangsang
  • 5. tumbuh; (c) faktor waktu, yaitu waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor, dan sintesis zat perangsang tumbuh. Dormansi pada biji dapat dipatahkan dengan perlakuan mekanis, cahaya, temperatur, dan bahan kimia. Proses perkecambahan dalam biji dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu proses perkecambahan fisiologis dan proses perkecambahan morfologis. Sedangkan dormansi yang terjadi pada tunas-tunas lateral merupakan pengaruh korelatif dimana ujung batang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bagian tumbuhan lainnya yang dikenal dengan dominansi apikal. Derajat dominansi apikal ditentukan oleh umur fisiologis tumbuhan tersebut (Anonim, 2008). Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh (Anonim, 2008) : Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih. Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi cadangan makanan dalam benih. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman pangan, dormansi sering dijumpai pada benih padi, sedangan pada sayuran dormansi sering dijumpai pada benih timun putih, pare dan semangka non biji. Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya yaitu : a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi 1. Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. 2. Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri. b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji Mekanisme fisik Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri terbagi menjadi: 1. mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik. 2. fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeable. 3. kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat Mekanisme fisiologis Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis; terbagi menjadi: 1. photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya 2. immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang 3. thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu c. Berdasarkan bentuk dormansi Kulit biji impermeabel terhadap air/O2 1. Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp, endocarp. 2. Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran. 3. Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik. 4. Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum. 5. Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat. Embrio belum masak (immature embryo) 1. Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih belum menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon (melinjo) 2. Embrio belum terdiferensiasi 3. Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu untuk mencapai
  • 6. bentuk dan ukuran yang sempurna. Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur rendah dan zat kimia. Biji membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam penyimpanan kering Dormansi karena kebutuhan akan afterripening ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pengupasan kulit. Biji membutuhkan suhu rendah Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae. Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur, melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi. Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah (Anonim, 2006): 1. jika kulit dikupas, embrio tumbuh 2. embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah 3. embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi 4. perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil 5. akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin). Biji bersifat light sensitive Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari). Dormansi karena zat penghambat Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh; namun lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah. DAFTAR PUSTAKA Elisa, 2006, Dormansi dan Perkecambahan Biji, http://elisa.ugm.ac.id/, diakses pada tanggal 13 Oktober 2008 pukul 22:53. Anonim, 2008, Dormansi Benih dan Pemecahannya, http://pustaka.ut.ac.id//, diakses pada tanggal 15 April 2008 pukul 21:38. Salisbury, dkk., 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 3, ITB, Bandung.
  • 7. dormansi biji TINJAUAN PUSTAKA Benih-benih tertentu, misalnya benih padi yang baru dipanen dapat mengalami dormansi. Tetapi dormansi ini dapat dipecahkan jika benih telah mengalami penyimpanan kering yang disebut dengan after-ripening. Perlakuan benih dengan suhu tinggi dilaporkan dapat memecahkan dormansi benih ini. Di lapangan kadang-kadang terjadi kegagalan penanaman padi akibat fenomena ini. Petani mengeluh bahwa benih yang disemai tidak tumbuh merata dan menyalahkan bahwa pedagang benih telah menjual benih yang kadaluarsa. Sebenarnya, benih tersebut belum cukup waktu melampaui periode after-ripeningnya (Mugnisjah dkk, 1994). Pertumbuhan embrio ditahan pada saat benih masak, tetapi mulai lagi pada perkecambahan. Benih membutuhkan air untuk berkecambah, oksigen, dan temperatur dimana suhunya antara 5o – 45o C. Benih yang berkecambah memerlukan tiga faktor yang dibuat perkecambahan masak. Benih yang baru saja dipanen, walaupun tidak mengalami perkecambahan, tetapi memasuki tahap dormansi dan gagal merespon kondisi berkecambah (Thomson, 1990). Dormansi merupakan strategi benih-benih tumbuhan tertentu agar dapat mengatasi lingkungan sub-optimum guna mempertahankan kelanjutan spesiesnya. Terdapat berbagai penyebab dormansi benih yang pada garis besarnya dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih (misalnya pada benih lamtoro karena kulit benih yang impermeabel terhadap air) atau bagian dalam benihnya (misalnya pada benih melinjo karena embrio yang belum dewasa). Benih yang mengalami dormansi organik ini tidak dapat berkecambah dalam kondisi lingkungan perkecambahan yang optimum (Sadjad, 1993). Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut. Struktur benih (kulit benih) yang keras sehingga mempersulit keluar masuknya air kedalam benih (http://id.wikipedia.org, 2008). Dormansi dapat diatasi dengan melakukan perlakuan. Perlakuan sebagai berikut : 1. Pemarutan atau penggoresan (skarifikasi, scarification) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih atau menggores kulit benih agar dapat dilalui air dan udara. 2. Melepaskan kulit benih dari sifat kerasnya agar dengan demikian terjadi lubang-lubang yang memudahkan air dan udara melakukan aliran yang mendorong perkecambahan. 3. Perusakan strophiole benih yang menyumbat tempat masuknya air. 4. Stratifikasi terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi.
  • 8. 5. Pemberian bahan kimia. (Kartasapoetra, 2003). Istilah yang pernah digunakan untuk menjelaskan dormansi dan yang paling lazim adalah istilah istirahat dan pasif. Lebih banyak istilah yang menyertakan kata dormansi di belakang kata keadaan (adjektif), misalnya primer, sekunder, bawaan, dan sebagainya. Secara logis menjelaskan pentingnya kesatuan istilah dan menganjurkan tiga istilah baru saja, yakni endodormansi, ekodormansi, dan paradormansi. Di laboratorium dan di bidang pertanian (bila perlu) digunakan alkohol atau pelarut lemak (yang menghilangkan bahan berlilin) yang kadang mengahalangi masuknya air / asam pekat. Sebagai contoh, perkecambahan biji kapas dan kacangan tropika dapat sangat dipacu dengan merendam biji terlebih dahulu dengan asam sulfat selama beberapa menit sampai satu jam dan selanjutnya dibilas untuk menghilangkan asam itu (Salisbury dan Ross, 1992). Substansi yang larut kemudian dapat membawa embrio dan respirasi, dimana dormansi biji prosesnya tidak dapat dilihat dapat menunjukkan kemampuan besar. Pada beberapa benih seperti beras, rumput, respirasi anaerob memerlukan energi untuk pertumbuhan embrio, tetapi kebanyakan benih energi disuplai dalam bentuk respirasi anaerob (Stern dkk, 2004). Contoh yang paling mudah mengenai dormansi adalah adanya kulit biji yang keras yang menghalangi penyerapan oksigen atau air. Kulit biji yang keras itu lazim terdapat pada anggota famili Fabaceae (Leguminosae) walaupun tidak terdapat pada buncis atau kapri yang menunjukkan bahwa dormansi tidak umum pada spesies yang dibudidayakan (http://www.google.com, 2008). Gejala dormansi dapat dijumpai pada biji dan organ tumbuhan lainnya seperti tunas, rhizome, dan umbi lapis (bulb). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam: a. Faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air, b. Faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio, c. Faktor waktu, seperti waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor (http://en.wikipedia.org, 2008). Lamanya dormansi dapat diperpanjang dengan merendahkan suhu penyimpanan. Pada penelitiannya dengan menggunakan benih barley, oats, dan sorghum yang berbeda-beda. Brown mendapatkan bahwa dormansi pada hampir semua kultivar benih yang banyak terjadi dapat dipatahkan dengan menyimpannya pada suhu 40o C. Robert mendapatkan bahwa dormansi pada beberapa kultivar Thai Chu 65 sampai lebih dari 100 hari (waktu 100 hari untuk mematahkan 50% benih dorman) pada kultivar Masalaci. Hull mematahkan dormansi pada benih kacang tanah jalar Florida dengan menyimpannya pada suhu 20o – 25o C dan 40o C. Justice mendapatkan bahwa satu-satunya cara mematahkan dormansi benih Cyperus rotundus adalah dengan menempatkannya pada lapisan basah pada suhu 40o C selama tiga hingga enam minggu (Justice dan Bass, 1990).
  • 9. Dormansi pada beberapa jenis benih disebabkan oleh: 1. Struktur benih, misalnya kulit benih, braktea, gulma, perikarp, dan membran yang mempersulit keluar masuknya air dan udara, 2. Kelainan fisiologis pada embrio, 3. Penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lainnya, 4. Gabungan dari faktor-faktor di atas (Justice dan Bass, 1990). Menurut http://elisa.ugm.ac.id (2008) tipe dormansi adalah sebagai berikut: 1. Dormansi Mekanis Perkembangan embrio secara fisis terhambat karena adanya kulit biji / buah yang keras. 2. Dormansi fisis Imbibisi / penyerapan air terhalang oleh lapisan kulit biji / buah yang impermeabel pada beberapaa legum dan myrtaceae. Fluktuasi, suhu, skarifikasi mekanis, pemberian air panas atau bahan kimia. 3. Dormansi chemis Buah atau biji mengandung zat penghambat (chemical inhibitory compound) yang menghambat perkecambahan. Pencucian (leaching) oleh air, dekomposisi bertahap pada jaringan buah, menghilangkan jaringan buah dan mencucinya dengan air. DAFTAR PUSTAKA Andani, S dan E.D. Purbayanti., 1991. Fisiologi Tanaman Lingkungan. UGM Press, Yogyakarta Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. UI Press, Jakarta http://elisa.ugm.ac.id., 2008. Tipe Dormansi. Diakses tanggal 25 September 2008 http://en.wikipedia.org., 2008. Dormansi Biji. Diakses tanggal 18 September 2008 http://id.wikipedia.org., 2008. Dormansi Biji. Diakses tanggal 18 September 2008 http://www.google.co.id., 2008. Dormansi Biji. Diakses tanggal 18 September 2008 Justice, O.L dan L.N. Bass., 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press, Jakarta Kartasapoetra, A.G., 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta, Jakarta Mugnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, C. Santiwa., 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta Sadjad, S., 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta
  • 10. Salisbury, F.B., dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press, Bandung Sutopo, L., 2004. Teknologi Benih. Penerbit Rajawali, Jakarta Stern, K.R., S. Jansky, J.E. Bidlack., 2004. Introdution Plant Biology. McGraw-Hill Book Company Inc, London Thomson, J.R., 1990. An Introduction to Seed Technology. Leonard Hill, London Tohari., 1999. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. UGM Press, Yogyakarta