SlideShare a Scribd company logo
1 of 119
1
ACARA 1.
SCARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
2
BAB I
PENDAHULUAN
Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang
pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi
masalah karena produksi benih bermutu masih belum bisa mencukupi permintaan
pengguna atau petani bahkan peternak. Mendapatkan benih yang bermutu
bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih lagi benih hijauan makanan ternak
(legum) kebanyakan mempunyai kulit yang keras, untuk membantu proses
perkecambahan perlu dilakukan skarifikasi sehingga dapat mengubah kulit yang
tidak permeabel menjadi permeabel terhadap gas-gas dan air. Benih adalah biji
tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman.
Tujuan dari praktikum ilmu tanaman pakan adalah agar mahasiswa
mengetahui efek skarifikasi terhadap persentasi perkecambahan berbagai
leguminosa pakan, dan mengetahui efek skarifikasi dan kedalaman terhadap
persentasi muncul tanah berbagai leguminosa pakan, serta mampu melakukan
skarifikasi. Manfaat dari praktikum ilmu tanaman pakan adalah mengetahui cara
skarifikasi yang paling efektif agar mendapatkan hijauan pakan yang maksimal.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Skarifikasi
Skarifikasi adalah suatu upaya pada benih dengan cara memecah dormasi
yang bertujuuan untuk mengubah kulit biji yang tidak permeabel menjadi
permeabel terhadap gas-gas dan air. Skarifikasi menyebabkan terjadinya
peningkatan permeabilitas kulit benih sehingga laju imbibisi benih tinggi. Laju
imbibisi yang tinggi diikuti dengan penguraian cadangan makanan yang tinggi.
Impermeabilitas benih legume disebabkan oleh dua lapisan paling luar kulit benih
yaitu kutikula dan palisade (Juhanda et al., 2013). Kulit benih yang permeable
memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih sehingga proses imbibisi
dapat terjadi. Skarifikasi dibagi menjadi tiga, yaitu skarifikasi mekanik, kimiawi
dan fisik. Skarifikasi (pelukaan kulit benih) adalah cara untuk memberikan
kondisi benih yang impermeabel menjadi permeabel melalui penusukan;
pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan penggoresan dengan bantuan pisau,
jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat lainnya (Schmidt, 2000).
2.1.1. Skarifikasi fisik
Beberapa jenis terkadang memerlukan perendaman dalam air panas
dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Perlakuan fisik dengan
merendam benih pada air panas dilakukan selama 10 menit dengan suhu 600C.
Perkecambahan benih dengan skarifikasi fisik yaitu dengan cara perendaman ke
4
dalam air panas rata-rata 16%. Rendahnya presentase disebabkan karena kurang
lamanya waktu perendaman, penyerapan air dimulai proses imbibisi (fase I)
sampai 24 jam yang merupakan fase penyerapan dan diikuti oleh (fase II) yang
ditandai dengan penyerapan air yang cenderung konstan (Bewley dan Black
2006). Benih tanaman legum pada umumnya mengalami dormansi fisik yang
disebabkan oleh morfologis kulit benih yang menyebabkan kulit benih bersifat
impermeable (Schmidt 2000).
2.1.2. Skarifikasi kimia
Perlakuan secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia
dengan tujuan agar kulit biji yang digunakan sebagai benih bersifat permeable
terhadap air. Perendaman menggunakan asam sulfat pekat menyebabkan kulit biji
mejadi permeabel terhadap air sehingga kulit biji mudah tumbuh dalam periode
yang pendek (Soemarsono 2002). Perlakuan dengan menggunakan H2SO4 pada
benih biasanya bertujuan untuk merusak kulit benih, akan tetapi apabila terlalu
berlebihan dalam hal konsentrasi atau lama waktu perlakuan dapat menyebabkan
kerusakan pada embrio. Penggunaan H2SO4 pada skarifikasi kimia terhadap benih
puero dengan mengikuti tata cara yang sesuai akan menyebabkan benih menjadi
permeable. Dengan adanya permeabilitas, biji akan dapat mensuplai kebutuhan
untuk pertumbuhan (Lensari 2009).
5
2.1.3. Skarifikasi mekanik
Skarifikasi mekanik umumnya digunakan memecah dormansi benih akibat
impermeabilitas kulit, baik terhadap kulit maupun gas dan resistan mekanisme
kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit buah. Benih tanaman legum
umumnya mengalami dormansi fisik yang disebabkan oleh morfologis kulit benih
yang menyebabkan kulit benih bersifat impermeable (Schmidth, 2000).
Skarifikasi mekanik umumnya dilakukan dengan diamplas. Skarifikasi mekanik
dengan amplas dilakukan dengan kulit cadangan makanan yang berwarna merah
sehingga menyebabkan benih bersifat permeable sehingga air dapat masuk
kedalam benih yang diskarifikasi ( Juhanda et al., 2013).
2.2. Perkecambahan
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Proses perkecanbahan merupakan suatu rangakain
kompleks dari perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Perkecambahan
merupakan serangkaian peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai
ke bibit yang telah tumbuh. Perkecambahan benih dimulai saat terjadi imbibisi air
ke dalam benih (Copeland dan McDonal 2001). Tahap pertama suatu
perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air, melunaknya kulit
benih dan hidrasi dari protoplasma Sutopo (2002). Tumbuhan muda ini dikenal
sebagai kecambah. Proses perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari
lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang
teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji
6
menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam
bentuk embun atau uap air). Dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana
benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi
yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup,
suhu dan cahaya yang sesuai (Schmidt 2002). Dengan adanya air, oksigen akan
masuk ke dalam benih dan mengurai cadangan makanan yang digunakan sebagai
sumber energi untuk pertumbuhan kecambah normal dalam waktu yang cepat dan
serentak (Juhanda et al., 2013).
2.3. Uji muncul tanah
Uji muncul tanah merupakan suatu cara pengujian kualitas tanah dalam
hubungannya dengan ketersediaan unsur hara dan zat-zat yang terkandung di
dalamnya yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Uji muncul tanah
dilakukan untuk mengetahui kecepatan tumbuhnya biji atau muncul biji di atas
tanah dan kedalaman efektif biji tanaman makanan ternak. Medium yang baik
untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur,
mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab
penyakit terutama cendawan (Sutopo 2002). Letak benih yang tertanam tersebut
kurang mendapatkan sinar matahari, sehingga benih terlambat pertumbuhannya.
Cahaya berpengaruh pada laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Peter et
al,. 2002)
7
2.4. Benih
Kualitas benih dalam perkecambahan atau uji muncul tanah sangat
mempengaruhi hasil produksi, semakin baik kualitas benih maka semakin baik
pula hasil yang akan diperoleh. Faktor ketersediaan benih sangat penting dalam
budidaya tanaman, untuk mendukung pengembangan dan budibayanya maka
dibutuhkan bibit yang bermutu dalam jumlah yang banyak dan dapat disediakan
dalam waktu singkat (Saleh, 2004). Dormansi benih merupakan sifat dormansi
tersebut dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan dalam persemaian dan
pembibitan. Keadaan dorman pada benih dapat berlangsung hanya beberapa hari
atau minggu, tetapi dapat juga sampai beberapa bulan, bahkan ada yang sampai
beberapa tahun. Setelah mendapat perlakuan khusus benih baru dapat
berkecambah (Mustika et al., 2010)
2.4.1. Puero
Puero merupakan legume yang memiliki ciri-ciri tumbuh merambat,
membelit dan memanjat, warna daunnya hijau tua dan bunganya berwarna ungu
kebiruan. Sifat perakarannya dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat,
daunnya berwarna hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan (Sumarsono
2007). Puero mempunyai stolon yang dapat mengeluarkan akar dari tiap ruas
batangnya yang bersinggungan dengan tanah. Perakarannya dalam dan bercabang-
cabang, sehingga puero dapat berfungsi sebagai pencegah erosi, tahan musim
kemarau yang tak terlalu panjang (Novrida 2005).
8
2.4.2. Sentro
Tanaman sentro (Centrosema pubescens) memiliki ciri-ciri antara lain
tumbuh menjalar, berdaun tiga di setiap tangkainya, memiliki bunga denga warna
keunguan, daunnya berbentuk elips dan berbulu pada kedua permukaannya.
Centrosema memiliki batang yang langsing, daunnya berbentuk lonjong sampai
bulat dengan ukuran 3-9 x 1,5-5 cm dengan bulu pendek di dua permukaannya
(Purwantari et. al 2003). Bunga tersusun di tangkai yang pendek berwarna biru
keuunguan dengan lebih gelap kekuningan ukurannya 4 x 3 cm dengan taji yang
panjangnya tidak mencapai 1 mm. Sentro termasuk subfamili Papilionoidae
dengan ciri-ciri tanaman sentro antara lain tumbuh menjalar, batang agak berbulu,
daun majemuk, trifoliat, warna daun hijau gelap, berbunga besar berbentuk kupu-
kupu dan berwarna ungu pucat, polong berbentuk pipih seperti pedang dengan
panjang 10 - 15 cm (Rukmana 2005).
2.4.3. Kalopo
Kalopo (Calopogonium mucunoides) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh
merambat dan membelit, batannya panjang dan berbulu dengan warna kecoklatan,
daunnya berbentuk bulat, serta memiliki bunga yang berwarna biru keunguan.
Pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, memiliki daun majemuk tiga dengan
kedudukan berselang-seling (Purwanto 2007). Sifat tanaman kalopo adalah
tumbuh perenial, menjalar dan membelit, dapat membentuk hamparan setinggi 45
cm, berbatang lunak dan berbulu coklat keemas-emasan, berdaun majemuk, pada
setiap tangkai terdapat tiga anak daun, bentuk helaian daun membulat, berbulu
9
halus dan berwarna coklat keemas-emasan, bunga kecil berwarna biru dan
berbentuk seperti kupu-kupu, polong pipih pendek (3-4 cm) dan berbulu coklat
keemas-emasan (Rukmana 2005).
10
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum ilmu tanaman pakan dengan acara skarifikasi benih dan uji
muncul tanah dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 April 2013 sampai
29 April 2013 pada pukul 15.30-17.30 di Laboratorium Ilmu Tanaman
PakanTernak dan Rumah Kaca, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Bahan yang digunakan dalam skarifikasi, perkecambahan dan uji muncul
tanah adalah 60 benih sentro, 60 benih puero dan 60 benih kalopo, air panas
60o C, larutan H2SO4 96 %, air, kapas atau tissu, plastik, amplas, dan tanah. Alat
yang digunakan adalah polibag sebagai media untuk uji muncul tanah. Amplas
untuk menggosok benih dalam melakukan skarifikasi mekanik, alat tulis untuk
menuliskan data hasil pengamatan.
3.2. Metode
3.2.1. Skarifikasi
Metode praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi skarifikasi
dilakukan dengan tiga metode yaitu secara fisik, kimiawi dan mekanik. Cara fisik
yaitu dengan merendam masing-masing 20 benih puero, sentro dan kalopo
kedalam larutan air panas 600C selama 10 menit, cara kimiawi dengan merendam
11
masing-masing 20 benih puero, sentro dan kalopo ke dalam larutan H2SO4 96%
selama 3 menit untuk centro dan kalopo dan 5 menit untuk puero, cara mekanik
dengan menggosok masing-masing 20 benih puero, sentro dan kalopo dengan
menggunakan amplas.
3.2.2. Perkecambahan
Metode yang digunakan dalam materi Perkecambahan dilakukan dengan
mengambil 20 benih puero, sentro dan kalopo pada masing-masing skarifikasi,
kemudian meletakkannya pada media, yaitu plastik yang sudah diberi tissu.
menyemprotkan air secara merata supaya lembab. Langkah selanjutnya adalah
menyimpan benih dalam suhu kamar, mengamati dan mencatat pertumbuhan
benih selama 14 hari disertai dengan melakukan penyiraman setiap hari
selanjutnya menghitung dan membuang benih yang tidak berkecambah,
menghitung persen perkecambahan, Vigor Indeks (VI), dan Coefesien Vigor
(CV).
Cara menghitung persen perkecambahan, Vigor Indeks, dan Coefisien
Vigor yaitu sebagai berikut:
% Perkecambahan= Jml biji yang tumbuh x 100%
Jml biji yang ditanam
VI = C1 + C2 + ……………… + Cn
D1 D2 Dn
CV = 100(A1+A2+………………..An)
A1T1 + A2T2……………..AnTn
Keterangan:
VI = Vigor Indeks
C = Jumlah berkecambah pada hari tertentu
12
D = Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah kecambah
CV = Coefisien Vigor
T = Waktu yang berkorespondensi dengan A
A = Jumlah benih yang berkecambah pada waktu teretentu
3.2.3. Uji Muncul Tanah
Metode yang digunakan dalam materi uji muncul tanah adalah menanam
masing-masing 20 benih puero, sentro, dan kalopo yang sudah diskarifikasi fisik,
kimia dan mekanik pada polibag sebagai media tanah. Mengamati dan mencatat
pertumbuhan benih selama 14 hari disertai dengan melakukan pengamatan setiap
hari selanjutnya menghitung berkecambah, menghitung persen perkecambahan,
Vigor Indeks (VI), dan Coefesien Vigor (CV).
Cara menghitung persen perkecambahan, Vigor Indeks, dan Coefisien
Vigor yaitu sebagai berikut:
% Perkecambahan= Jml biji yang tumbuh x 100%
Jml biji yang ditanam
VI = C1 + C2 + ……………… + Cn
D1 D2 Dn
CV = 100(A1+A2+………………..An)
A1T1 + A2T2……………..AnTn
Keterangan:
VI = Vigor Indeks
C = Jumlah berkecambah pada hari tertentu
D = Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah kecambah
CV = Coefisien Vigor
T = Waktu yang berkorespondensi dengan A
A = Jumlah benih yang berkecambah pada waktu teretentu
13
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1. Perkecambahan
4.1.1. Perkecambahan fisik
Berdasarkan praktikum pada perkecambahan dengan skarifikasi fisik
diperoleh hasil data sebagai berikut:
Tabel 1. Perkecambahan dengan Skarifikasi Fisik
Jenis
Legum
Indeks Vigor Koefisien Vigor %
PerkecambahanU1 U2 U1 U2
Puero 0,34 0,11 13,3 11,1 30%
Sentro 0,33 0 33,3 0 40%
Kalopo 0,5 0,37 11,9 16,67 35%
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013
Berdasarkan hasil data praktikum perkecambahan dengan skarifikasi fisik
diperoleh bahwa jumlah benih yang berkecambah dan percepatan perkecambahan
antara U1 dan U2 berbeda. Rata-rata indeks vigor pada U1 lebih banyak
dibandingkan U2. Indeks vigor benih puero U1 0,34 dan U2 0,11, koefisien
vigor nya U1 13,3 dan U2 11,1. Indeks vigor pada sentro U1 0,33 dan U2 0,
koefisien vigornya U1 33,3 dan U2 0. Indeks vigor pada kalopo U1 0,5 dan U2
0,37, koefisien nya U1 11,9 dan U2 16,9. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu penyemprotan air yang kurang merata pada media tissue, posisi media dalam
keadaan berdiri pada inkubator menyebabkan air yang ada di posisi atas turun ke
bawah. benih yang terletak di posisi atas akan memperoleh kelembaban yang
14
rendah dibanding dengan yang di bawah, sehingga menyebabkan perkecambahan
tumbuh tidak serentak. Hal ini sesuai dengan pendapat Juhanda et al., (2013) yang
menyatakan bahwa dengan adanya air, oksigen akan masuk ke dalam benih dan
mengurai cadangan makanan yang digunakan sebagai sumber energi untuk
pertumbuhan kecambah normal dalam waktu yang cepat dan serentak.
Diantara ketiga jenis benih legume, yang paling bagus adalah benih
kalopo yaitu dengan indeks vigor 0,5 dan 0,37 dan koefisien vigor nya 11,9 dan
16,67. Persentase perkecambahan puero 30%, sentro 40% dan kalopo 35%.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh lamanya perendaman masing-masing jenis legume
berbeda. Semakin lama direndam maka akan cepat berkecambah karena biji sudah
membuka. Hal ini sesuai dengan pendapat Bewley dan Black (2006) yang
menyatakan bahwa rendahnya presentase disebabkan karena kurang lamanya
waktu perendaman, penyerapan air dimulai proses imbibisi (fase I) sampai 24 jam
yang merupakan fase penyerapan dan diikuti oleh (fase II) yang ditandai dengan
penyerapan air yang cenderung konstan.
4.1.2. Perkecambahan kimia
Berdasarkan praktikum pada perkecambahan dengan skarifikasi kimia
diperoleh hasil data sebagai berikut:
Tabel 2. Perkecambahan dengan Skarifikasi Kimia
Jenis
Legum
Indeks Vigor Koefisien Vigor %
PerkecambahanU1 U2 U1 U2
Puero 1,14 1,11 25 18,5 45%
Sentro 0,5 0,5 25 25 20%
Kalopo 1,06 0,97 12,12 13,33 70%
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013
15
Berdasarkan hasil data praktikum perkecambahan dengan skarifikasi kimia
diperoleh bahwa jumlah benih yang berkecambah dan percepatan perkecambahan
antara U1 dan U2 berbeda. Rata-rata indeks vigor dan koefisien vigor dari ketiga
jenis benih legum pada U1 lebih banyak dibandingkan U2. Benih puero yang
diskarifikasi kimia memiliki indeks vigor U1 1,14 dan U2 1,11, koefisien vigor
U1 25 dan U2 18,5. Indeks vigor benih sentro U1 0,5 dan U2 0,5 dan koefisien
vigor U1 25 dan U2 25. Indeks vigor benih kalopo U1 1,06 dan U2 0,97 dan
koefisien vigor 12,12 dan U2 13,33. Hal ini dipengaruhi penyemprotan air yang
kurang merata pada media tissue, posisi media dalam keadaan berdiri pada
inkubator menyebabkan air yang ada di posisi atas turun ke bawah sehingga
penyerapan air pada benih kurang maksimal dalam proses perkecambahan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sutopo (2002) yang menyatakan bahwa tahap pertama
suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air, melunaknya
kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Benih puero yang diskarifikasi kimia
memiliki indeks vigor tertinggi dan kalopo. Koefisien vigor tertinggi pada jenis
benih sentro. Persentase perkecambahan puero 45%, sentro 20% dan kalopo 70%.
Rata–rata presentase lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang fisik dan
mekanik. Hal ini dikarenakan H2SO4 yang bersifat asam dapat lebih meningkatkan
permeabilitas biji dari pada dengan air panas dan pengamplasan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Soemarsono (2002) yang menyatakan bahwa perendaman
menggunakan asam sulfat pekat menyebabkan kulit biji mejadi permeabel
terhadap air sehingga kulit biji mudah tumbuh dalam periode yang pendek.
16
4.1.3. Perkecambahan mekanik
Berdasarkan praktikum pada perkecambahan dengan skarifikasi mekanik
diperoleh hasil data sebagai berikut:
Tabel 3. Perkecambahan dengan Skarifikasi Mekanik
Jenis
Legum
Indeks Vigor Koefisien Vigor %
PerkecambahanU1 U2 U1 U2
Puero 0,67 0,28 21,43 13,3 30%
Sentro 2,08 2,33 29,17 33,3 35%
Kalopo 0,88 0,68 13,79 11,53 35%
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013
Berdasarkan hasil data praktikum perkecambahan dengan skarifikasi
mekanik diperoleh bahwa jumlah benih yang berkecambah dan percepatan
perkecambahan antara U1 dan U2 berbeda. Indeks vigor pada benih puero U1
0,67 dan U2 0,28. Indeks vigor benih sentro U1 2,08 dan U2 2,33. Indeks vigor
benih kalopo U1 0,88 dan U2 0,68. Koefisien Vigor pada benih puero U1 21,43
dan U2 13,3. Indeks vigor benih sentro U1 29,17 dan U2 33,3. Indeks vigor benih
kalopo U1 13,79 dan U2 11,53. Rata-rata percepatan perkecambahan tertinggi
adalah benih sentro yaitu dengan indeks vigor 2,08 dan 2,33 dan koefisien vigor
nya 29,17 dan 33,3. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu penyemprotan air
yang kurang merata pada media tissue, posisi media dalam keadaan berdiri pada
inkubator menyebabkan air yang ada di posisi atas turun ke bawah. Benih yang
terletak di posisi atas akan memperoleh kelembaban yang rendah dibanding
dengan yang di bawah. Menurut pendapat Schmidt (2000) menyatakan bahwa
dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel)
namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik
17
untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya.
Ditambahkan oleh pendapat Copeland dan McDonal (2001) menyatakan bahwa
perkecambahan benih dimulai saat terjadi imbibisi air ke dalam benih. Percepatan
perkecambahan terendah adalah benih puero dengan indeks vigor nya 0,67 dan
0,28 dan koefisien vigor nya 21,43 dan 13,3. Persentase perkecambahan puero
30%, sentro 35% dan kalopo 35%. Persentase yang rendah dapat terjadi karena
pengamplasan yang kurang baik menyebabkan kulit biji tidak terkelupas dengan
baik, sehingga air maupun gas tidak dapat masuk sehingga perkecambahan
terhambat. Selain itu yang dapat menyebabkan tidak berkecambahnya biji adalah
konsentrasi air yang terlalu banyak pada waktu penyiraman. Hal ini sesuai
dengan pendapat Juhanda et al., (2013) Kulit benih yang permeabel
memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih sehingga proses imbibisi
dapat terjadi.
4.2. Uji muncul tanah
4.2.1. Uji muncul tanah fisik
Berdasarkan praktikum pada uji muncul tanah dengan skarifikasi fisik
diperoleh hasil data sebagai berikut:
Tabel 4. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Fisik
Jenis
Legum
Indeks Vigor Koefisien Vigor %
PerkecambahanU1 U2 U1 U2
Puero 0,57 0,44 14,28 16,67 30%
Sentro 1,67 0,78 33,33 25 35%
Kalopo 0,64 0,32 11,9 16,67 35%
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013
18
Berdasarkan hasil pengamatan uji muncul tanah dengan skarifikasi fisik di
dapatkan hasil U1 dan U2 yang berbeda pada indeks vigor maupun koefisien
vigornya. Indeks vigor pada puero U1 dan U2 adalah 0,57 dan 0,44 sementara
koefisien vigor puero U1 dan U2 adalah 14,28 dan 16,67. Indeks Vigor sentro
pada U1 dan U2 adalah 1,67 dan 0,78 sementara koefisien vigor sentro pada U1
dan U2 adalah 33,33 dan 25. Indeks vigor kalopo pada U1 dan U2 adalah 0,64 dan
0,32 sementara koefisen vigor U1 dan U2 adalah 11,9 dan 16,67. Percepatan uji
muncul tanah terendah adalah benih puero dengan indeks vigor skarifiksi fisik
benih puero pada U1 dan U2 adalah 0,57 dan 0,44 sementara koefisien vigor
skarifiksi fisik benih puero pada U1 dan U2 14,28 dan 16,67. Percepatan uji
muncul tertinggi skarifikasi fisik adalah benih sentro dan kalopo. Hal itu
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kurangnya penyinaran matahari karena
letak polibag berada dibawah meja, penyiraman benih yang tidak merata. Hal ini
sesuai dengan pendapat Peter et al., (2002) menyatakan bahwa letak benih yang
tertanam tersebut kurang mendapatkan sinar matahari, sehingga benih terlambat
pertumbuhannya karena cahaya berpengaruh pada laju pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Persentase uji muncul tanah puero 30%, sentro 35% dan
kalopo 35%. Diantara ketiga jenis benih legume tersebut, benih puero paling
lambat daya tumbuhnya. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurang lama dalam
perendaman air hangat. Hal ini sesuai dengan pendapat Bewley dan Black (2006)
menyatakan bahwa rendahnya presentase disebabkan karena kurang lamanya
waktu perendaman, penyerapan air dimulai proses imbibisi (fase I) sampai 24 jam
19
yang merupakan fase penyerapan dan diikuti oleh (fase II) yang ditandai dengan
penyerapan air yang cenderung konstan.
4.2.2. Uji muncul tanah kimia
Berdasarkan praktikum pada uji muncul tanah dengan skarifikasi kimia
diperoleh hasil data sebagai berikut:
Tabel 5. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Kimia
Jenis
Legum
Indeks Vigor Koefisien Vigor %
PerkecambahanU1 U2 U1 U2
Puero 1,86 1,15 18 18,75 75%
Sentro 0 0,33 0 33,33 5%
Kalopo 1,03 0,97 12,12 13,33 70%
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013
Berdasarkan hasil pengamatan uji muncul tanah dengan skarifikasi kimia
terdapat perbedan indeks vigor dan koefisien vigor pada U1 dan U2.. Indeks vigor
skarifikasi kimia puero pada U1 dan U2 adalah 1,86 dan 1,15 sementara koefisien
vigor skarifikasi kimia puero pada U1 dan U2 adalah 18 dan 18,75. Indeks vigor
skarifikasi kimia sentro pada U1 dan U2 adalah adalah 0 dan 0,33 sementara
koefisien vigor skarifikasi kimia ssentro adalah 0 dan 33,33. Indeks vigor
skarifikasi kimia kalopo pada U1 dan U2 adalah 1,037 dan 0,97 sementara
koefisien vigor skarifikasi vigor kalopo pada U1 dan U2 adalah 12,12 dan 13,33.
Percepatan uji muncul tanah terendah adalah pada benih puero dengan indeks
vigor skarifikasi kimia U1 dan U2 adalah adalah 0 dan 0,33 sementara koefisien
vigor skarifikasi kimia sentro adalah 0 dan 33,33. Percepatan uji muncul tanah
tertinggi adalah benih puero dengan indeks vigor skarifikasi kimia pada U1 dan
20
U2 adalah 1,86 dan 1,15 sementara koefisien vigor skarifikasi kimia puero pada
U1 dan U2 adalah 18 dan 18,75. Hal itu disebabkan karena terlalu lama
perendaman larutan H2SO4 pada proses skarifikasi kimia terhadap benih sentro,
sehingga menyebabkan pertumbuhan benih sentro menjadi terhambat karena
terjadi kerusakan pada embrio. Hal ini sesuai dengan pendapat Lensari (2009)
bahwa perlakuan dengan menggunakan H2SO4 pada benih biasanya bertujuan
untuk merusak kulit benih, akan tetapi apabila terlalu berlebihan dalam hal
konsentrasi atau lama waktu perlakuan dapat menyebabkan kerusakan pada
embrio. Penggunaan H2SO4 pada skarifikasi kimia terhadap benih puero dengan
mengikuti tata cara yang sesuai akan menyebabkan benih menjadi permeable.
Dengan adanya permeabilitas, biji akan dapat mensuplai kebutuhan untuk
pertumbuhan. Persentase uji muncul tanah puero 75%,sentro 5%, dan kalopo
70%. Terjadi perbedaan hasil pengujian viabilitas benih yang dipengaruhi oleh
media tumbuh terkait dengan kemampuan media tersebut mensuplai kebutuhan
benih untuk pertumbuhannya. Sifat fisik yang baik dan kemampuan mererap air
merupakan salah satu kriteria media tumbuh yang baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sutopo, (2002) yang menyatakan bahwa medium yang baik untuk
perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai
kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama
cendawan.
21
4.2.3. Uji muncul tanah mekanik
Berdasarkan praktikum pada uji muncul tanah dengan skarifikasi mekanik
diperoleh hasil data sebagai berikut:
Tabel 6. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Mekanik
Jenis
Legum
Indeks Vigor Koefisien Vigor %
PerkecambahanU1 U2 U1 U2
Puero 0,96 0,53 15,625 13,36 40%
Sentro 2,63 2,66 13,81 42,85 85%
Kalopo 0,63 0,43 13,79 11,54 35%
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013
Berdasarkan hasil pengamatan uji muncul tanah dengan skarifikasi
mekanik di dapatkan hasil percepatan yang berbeda. Indeks vigor skarifikasi
mekanik terhadap benih puero pada U1 dan U2 adalah adalah 0,96 dan 0,53
sementara koefisien vigor skarifikasi mekanik benih puero pada U1 dan U2 adalah
15,625 dan 13,36. Indeks vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1 dan U2
adalah 2,63 dan 2,66 sementara koefisien vigor benih sentro pada U1 dan U2
adalah 13,81 dan 42,85. Indeks vigor skarifikasi benih kalopo pada U1 dan U2
adalah 0,63 dan 0,43 sementara koefisien vigor skarifikasi benih kalopo pada U1
dan U2 adalah 13,79 dan 11,54. Percepatan muncul tanah tertinggi adalah benih
sentro dengan indeks vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1 dan U2
adalah 2,63 dan 2,66 dan koefisien vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1
dan U2 adalah 13,81 dan 42,85. Percepatan uji muncul tanah terendah adalah
benih kalopo dengan indeks vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1 dan
U2 adalah 0,63 dan 0,43 dan koefisien vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada
U1 dan U2 adalah 13,79 dan 11,54. Persentase uji muncul tanah puero 40%, sentro
22
85%, dan kalopo 35%. Hal itu disebabkan oleh benih sentro yang diamplas sangat
efektif dalam percepatan daya tumbuhnya. Perlakuan ini memungkinkan air
masuk kedalam benih untuk memulai berlangsungnya proses perkecambahan
benih. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2002) yang menyatakan bahwa
tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air,
melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Diperkuat oleh pendapat
Juhanda et al., (2013) yang menyatakan bahwa skarifikasi mekanik dengan
ampelas dilakukan dengan cadangan makanan yang berwarna merah sehingga
menyebabkan benih bersifat permeabel sehingga air dapat masuk kedalam benih
yang diskarifikasi.
23
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi pengujian
daya tumbuh dan uji muncul tanah. Skarifikasi kimia merupakan cara yang paling
efektif dalam perkecambahan dan uji muncul tanah pada benih. Uji muncul tanah
yang paling baik adalah jenis benih kalopo yang diskarifikasi kimia. Jenis benih
puero yang discarifikasi kimia paling cepat perkecambahannya.
5.2. Saran
Sebaiknya pada praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi skarifikasi uji
perkecambahan dan uji muncul tanah, kita harus lebih berhati-hati dalam
pengamatan biji selama 14 hari. Praktikan harus menyiapkan jadwal dan daftar
tabel hasil pengamatan dengan rapi dan tertib, agar tidak terjadi kekeliruan dalam
pendataan dan penghitungan perkecambahan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Bewley, J.D. and M. Black. 2006. Seeds, Physiology of Development And
Germination. Plenum Press. New York. 367 p.
Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science and
Technology. Kluwer Academic Publishers. 467 p.
Juhanda, Yayuk Nurmaity dan Ermawati. 2013. Jurnal Agrotek Tropika. ISSN
2337-4993. Vol. 1, No. 1: 45-49. Pengaruh Skarifikasi Pada Pola Imbibisi
Dan Perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss precatorius L.)
Lensari , Delfy. 2009. Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi terhadap
Kemampuan Perkecambahan Benih Angsana. Departemen Silvikultur
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Peter, R. G. dan Fisher, H. M. 2002. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Purwantari, N.D., B.R. Prawiradiputra, Armiadi Semali, Siti Yuhaeni, E. Sutedi,
Sajimin dan A. Afanindi. 2003. Peningkatan Produktivitas Tanaman Pakan
Ternak. Laporan Penelitian. Balai Penelitin Ternak.
Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius, Yogyakarta.
Rukmana, H. R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.
Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan
Subtropis. Diterjemahkan oleh Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan. PT Gramedia.Jakarta. 530 hlm.
Soemarsono. 2002. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Penerbit Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro, Semarang.
Sutopo, L., 2002. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Fakultas Pertanian UNBRAW. .
Jakarta: PT Raja Grafindo Persad.
25
ACARA II
PENGENALAN JENIS TANAMAN PAKAN
26
BAB I
PENDAHULUAN
Pengenalan jenis hijauan penting dilakukan mengingat semakin
pentingnya arti hijauan pakan bagi kebutuhan ternak khususnya ruminansia.
Identifikasi hijauan pakan dapat dilakukan berdasarkan karakteristik yang dimiliki
tiap-tiap jenis hijauan pakan. Hijauan pakan dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu rumput dan legum. Rumput merupakan tumbuhan monokotil dan
memiliki kandungan serat yang tinggi. Beberapa tanaman yang termasuk dalam
jenis rumput antara lain Pennisetum purpureum, Pennisetum hybrida, Brachiaria
brizantha, Panicum maximum dan Setaria sphacelata.
Legum merupakan tumbuhan dikotil dan memiliki kandungan protein dan
mineral (Ca dan P) yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput. Namun dalam
pemberian legum untuk pakan ternak tidak boleh lebih dari 40% karena legum
mengandung racun dan zat antinutrisi. Beberapa tanaman yang termasuk dalam
jenis legum antara lain Gliricidia maculate, Leucaena leucocephala,
Calopogonium muconoides, Centrosema pubescens, dan Pueraria phaseoloides.
Tujuan praktikum pengenalan jenis hijauan pakan yaitu mengenali dan
memahami tentang karakteristik jenis-jenis penting rumput dan legum pakan serta
mengenali ciri khas masing-masing jenis hijauan pakan. Manfaat praktikum
pengenlan jenis hijauan pakan yaitu agar dapat membedakan karakteristik masing-
masing jenis hijauan pakan dan mengetahui morfologi atau bagian-bagian yang
terdapat pada masing-masing jenis hijauan pakan (gramineae dan leguminoceae).
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumput (Gramineae)
Rumput atau gramineae mempunyai taksonomi sebagai berikut :
Filum : Spermatophyta/Anthopita
Sub filum : Angiospermae
Kelas : Monocotiledoneae
Ordo : Glumifora
Familia : Gramineae
Sub- familia : Panicoideae
Tribus : Paniceae, eragrosteae, chloroideae, andropogoneae.
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum
Rumput merupakan tumbuhan monokotil dengan siklus hidup annual dan
perenial. Rumput mempunyai sifat tumbuh yaitu dengan membentuk rumpun,
tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman horisontal dengan
merayap tetapi batang tumbuh ke atas dan rumpun membelit (Soemarsono, 2002).
Rumput dibedakan menjadi dua golongan yaitu rumput potong dan rumput
gembala. Syarat rumput potong adalah produksi per satuan luas cukup tinggi,
tumbuh tinggi secara vertikal, banyak anakan dan responsif terhadap pemupukan,
contohnya adalah Pennisetum purpureum, Panicum maximum, Euchlaena
mexicana, Setaria sphacelata, Panicum coloratum, Sudan grass. Syarat rumput
gembala adalah pendek atau menjalar (stolon), tahan renggut dan injak,
perakarannya kuat dan dalam, serta tahan kekeringan. Contohnya adalah
Brachiaria brizantha, Brachiaria ruziziensis, Brachiaria mutica, Paspalum
dilatatum, Digitaria decumbens, Chloris gayana (Sumarsono, 2007).
28
2.1.1. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Rumput gajah merupakan salah satu jenis hijauan pakan. Rumput gajah
(elephant grass) disebut juga naper (naper grass) atau rumput uganda (Uganda
grass). Karakteristik morfologi rumput gajah adalah tumbuh tegak, merumpun
lebat, tinggi tanaman dapat mencapai 7 meter, berbatang tebal dan keras, daun
panjang dan berbunga seperti es lilin (Rukmana, 2005). Rumput gajah merupakan
hijauan pakan yang disukai ternak. Rumput ini merupakan tipe tanaman tahunan
yang dapat ditanam secara monokultur dan tumpangsari dengan legum, sehingga
dapat diperoleh manfaat maksimal. Pertumbuhan rumput ini relatif lebih cepat,
daun-daun dan perkarannya dapat menahan erosi (Mufarihin et al., 2012). Rumput
gajah (Pennisetum purpureum), sebagai bahan pakan ternak yang merupakan
hijauan yang unggul, dari aspek fisiologi dan produksi. Produksi rumput gajah
dapat mencapai 20-30 ton/ ha/ tahun (Ella, 2002).
2.1.2. Rumput raja (Pennisetum hybrida)
Rumput raja mempunyai karakteristik tumbuh membentuk rumpun, warna
daun hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun kasar, dan tulang daun lebih
putih dari rumput gajah (Mannetje, 2000). Rumput raja merupakan tanaman
tahunan, tumbuh tegak membentuk rumpun, perakaran dalam, bentuk mirip
dengan tanaman tebu, batang tebal dan keras. Rumput ini berdaun lebih lebar dan
lebih panjang dibandingkan dengan daun rumput gajah, pada daun terdapat
banyak bulu kasar dibandingkan rumput gajah. Selain itu, tanaman rumput raja
tidak berbunga (Suyitman, 2003). Rumput raja dapat tumbuh pada tanah yang
29
subur di dataran rendah sampai di dataran tinggi dengan curah hujan tahunan lebih
dari 1.000 mm. Produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput
gajah yaitu dapat mencapai 40 ton rumput segar/hektar sekali panen atau antara
200-250 ton rumput segar/ hektar/ tahun (Rukmana, 2005).
2.1.3. Rumput bebe (Brachiaria brizantha)
Rumput bebe (Brachiaria brizantha) merupakan salah satu jenis rumput
yang digunakan untuk penggembalaan ringan (light grazing) pada umur 3-5 bulan
setelah biji disebar. Brachiaria memiliki karakteristik antara lain tumbuh semi
tegak sampai tegak, berumur panjang, tumbuh membentuk hamparan lebat, tinggi
hamparan dapat mencapai 30-45 cm dan tangkai yang sedang berbunga dapat
mencapai tinggi 1 m, bentuk daun linier, berambut atau berbulu dan berwarna
hijau gelap (Fanindi dan Prawiradiputra, 2004). Karakteristik lain yang terdapat
pada Brachiaria brizantha yaitu memiliki pangkal batang yang bercabang banyak
sehingga terbentuk hamparan yang lebat, tinggi hamparan lebih kurang 1 m dan
pangkal daun berbulu lebat (Rukmana, 2005).
2.1.4. Rumput benggala (Panicum maximum)
Rumput benggala (Panicum maximum) merupakan salah satu jenis hijauan
pakan yang memiliki karakteristik tumbuh tegak membentuk rumpun, mirip padi
dengan tinggi tanaman 1,00–1,50 m, daun bentuk pita, berwarna hijau dengan
panjang 40-105 cm dan lebar 10-30 mm (Sajimin et al., 2004). Rumput benggala
merupakan tanaman pakan ternak yang tepat untuk memenuhi kebutuhan hijauan
30
pakan bagi ternak ruminansia karena rumput benggala termasuk tanaman berumur
panjang, dapat beradaptasi pada semua jenis tanah, palatabel (disukai ternak) serta
mempunyai komposisi nutrisi yang baik (Purbajanti et al., 2007).
2.1.5. Rumput setaria (Setaria sphacelata)
Rumput setaria sering disebut setaria Lampung atau Timothy Emas
Lampung. Rumput setaria berasal dari kawasan Afrika tropis, kemudian
berkembang di Kenya dan Senegal. Rumput setaria memiliki karakteristik tumbuh
tegak, berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun halus dan lebar
berwarna hijau gelap, berbatang lunak, pangkal batang pipih, dan pelepah daun
pada pangkal batang tersusun seperti kipas (Rukmana, 2005). Rumput setaria
merupakan rumput yang tahan terhadap panas dan cepat tumbuh (Rochani, 2010).
2.2. Legum (Leguminoceae)
Umumnya legum pakan termasuk ke dalam sub famili Papilionacea,
memiliki siklus hidup : annual, binneal, perennial. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
leguminose mempunyai taksonomi sebagai beriku:
Filum : Spermatophyta/Anthopita
Sub filum : Angiospermae
Kelas : Dicotiledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae
Sub- famili :Papilionaceae (Papilionadeae), Mimosaceae (Mimosa),
Caesalpiniaceae (Caesalpiniadeae).
Genus : Pueraria
Spesies : Pueraria phaseloides
31
Famili tanaman kacangan / leguminoceae terbagi atas tiga sub famili yaitu
mimosaceae, caesalpinaceae dan papilionaceae. Mimosaceae adalah tanaman
perdu berkayu dengan bunga biasa, sedangkan caesalpinaceae mempunyai bunga
irregular. Papilionaceae merupakan tanaman semak berkayu dengan bunga
papilonate atau berbentuk kupu. Menurut fungsinya, kacangan dibagi menjadi 3
macam, yaitu :
1. Sebagai hijauan pangan dan bahan pakan (papilionaceae), misalnya kacang
tanah (Arachis higogeae), kacang kedelai (Glycine soya), kacang panjang
(Vigna sinensis).
2. Sebagai hijaun pakan ternak (mimosceae), misalnya kacang gude (Cayanus
cayan), kalopo (Calopogonium mucunoides), sentro (Centrosema pubecens).
3. Multi fungsi (pakan, pagar, pelindung, penahan erosi), misalnya Gliricidia
maculate, Albizzia falcata (Sumarsono, 2002).
Legum termasuk dicotyledoneus dimana embrio mengandung dua daun
biji cotyledone. Legume yang ada mempunyai siklus hidup secara annual, binneal
atau perennial. Leguminosa diandalkan sebagai hijauan sumber protein untuk
pakan ternak ruminansia di daerah tropika. Leguminosa mempunyai bintil akar
yang berfungsi dalam pemanfaatan nitrogen dari udara dan mengkonversi nitrogen
tersebut menjadi protein. Oleh karena itu leguminosa dapat memenuhi kebutuhan
nitrogen untuk hidupnya dan tumbuh dengan subur walaupun persediaan nitrogen
dalam tanah sedikit, melalui bakteri khusus (Rhizobium) menginfeksi rambut akar
dan berasosiasi dengan bintil akar (Novrida, 2005).
32
2.2.1. Daun Gamal (Gliricidia maculate)
Gamal merupakan tanaman sejenis perdu dari kerabat polong-polongan
(suku Fabaceae alias Leguminoceae). Karakteristik gamal yaitu memiliki cabang
banyak dengan tinggi tanaman 2-15 meter, batang berwarna hijau ketika masih
muda dan berwarna putih keabu-abuan sampai kecoklatan ketika tua, bunga
berbentuk kupu-kupu dan terkumpul pada ujung batang dengan warna mahkota
bunganya putih ungu dan terdapat 10 benangsari berwarna putih, daun berbentuk
elips (oval) dengan panjang rata-rata 2-7 cm dan lebar 1-3 cm (Natalia et al.,
2009). Gamal memiliki daun majemuk menyirip yang terdiri dari 7-17 helai daun
yang berhadapan dengan ujung runcing (Lilis, 2012).
2.2.2. Lamtoro (Leucaena leucocephala)
Tanaman lamtoro berasal dari Amerika tropis. Tanaman ini mempunyai
sistem perakaran yang dalam dan tahan kekeringan. Karakteristik tanaman ini
adalah tumbuh cepat, daun tanaman berukuran kecil, berwarna hijau dan tersusun
rapi bagai bulu burung dan tinggi pohon antara 5-7 m (Rukmana, 2005). Tanaman
lamtoro merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang tumbuh tegak dan
berupa pohon serta tidak berduri dan bunganya berbentuk bola dengan warna
putih kekuningan atau merah muda (Sumarsono, 2007). Selain itu, di dalam
tanaman lamtoro terkandung senyawa sekunder utama yang ditemukan berupa
mimosin, namun jumlanya relatif kecil, yaitu sekitar 3-4 % (Winugroho, 2009).
33
2.2.3. Kalopo (Calopogonium mucunoides)
Kalopo atau kalopogonium (Calopogonium sp.) merupakan leguminosa
herba yang banyak ditemukan di perkebunan-perkebunan, khusunya perkebunan
karet. Kalopo ditanam sebagai penutup tanah karena karakteristik tanaman ini
yang dapat menekan gulma, menjadi pupuk hijau serta toleran terhadap naungan.
Tanaman ini mampu menghasilkan hijauan dalam jumlah yang relatif tinggi dan
stabil sepanjang tahun. Namun tanaman ini memiliki kelemahan yaitu
palatabilitasnya yang rendah. Hal ini disebabkan oleh banyaknya bulu-bulu pada
daun dan batangnya (Fanindi dan Prawiradiputra, 2004), tetapi tanaman kalopo
akan disukai oleh ternak sapi selama musim kering (Rahman, 2006)
Kalopo merupakan jenis legum pakan yang memiliki karakteristik tumbuh
menjalar, merambat, memiliki daun majemuk tiga dengan kedudukan berselang-
seling (Purwanto, 2007). Kalopo dapat membentuk hamparan setinggi 45 cm,
berbatang lunak dan berbulu coklat keemas-emasan, berdaun majemuk dengan
bentuk helaian daun membulat, berbulu halus dan berwarna coklat keemas-
emasan, bunga kecil berwarna biru dan berbentuk seperti kupu-kupu, polong pipih
pendek (3-4 cm) dan berbulu coklat keemas-emasan (Rukmana, 2005).
2.2.4. Sentro (Centrocema pubescens)
Sentro atau centro termasuk subfamili papilionaceae. Tanaman ini berasal
dari Amerika Selatan. Sifat tanaman sentro adalah tumbuh menjalar dan
memanjat, batang berbulu, berdaun majemuk, pada setiap tangkai daun terdapat
tiga helai anak daun, warna daun hijau gelap, berbunga besar berbentuk kupu-
34
kupu dan berwarna ungu pucat, polong berbentuk pipih seperti pedang dengan
panjang antara 10-15 cm (Rukmana, 2005). Sentro adalah tanaman legum pakan
penting, disukai ternak (palatable), merupakan spesies pertama yang digunakan
secara luas untuk perbaikan padang penggembalaan karena sangat produktif
dengan kualitas hijauan yang tinggi (Rahman, 2006). Centrosema memiliki
batang yang langsing, daunnya berbentuk lonjong sampai bulat dengan ukuran 3-9
x 1,5-5 cm dengan bulu pendek di dua permukaannya. Bunga pada tanaman sentro
tersusun di tangkai yang pendek berwarna biru keuunguan dengan lebih gelap
kekuningan ukurannya 4 x 3 cm dengan taji yang panjangnya tidak mencapai 1
mm (Purwantari et al., 2003).
2.2.5. Puero (Pueraria phaseoloides)
Puero termasuk tanaman legume pakan yang lebih palatable dibandingkan
kalopo. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah tropika basah dengan curah
hujan tahunan 1.200-1.500 mm dan tahan terhadap periode kering yang singkat
sekitar 2-3 bulan serta toleran terhadap tanah masam (pH 4.0-5.5) dan tanah yang
kekurangan P (Rahman, 2006). Karakteristik puero yaitu memiliki perakaran yang
dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat, daunnya berwarna hijau tua dan
bunganya berwarna ungu kebiruan (Sumarsono, 2007).
Puero tumbuh menjalar dan memanjat, tiap buku dapat bercabang banyak,
membentuk hamparan dengan ketinggian 60-75 cm, daun majemuk, pada tiap
tangkai terdapat tiga helai anak daun, helaian daun lebar, membulat membentuk
segitiga, bunga seperti kupu-kupu, polong pipih sedikit melengkung dengan
35
panjang kurang dari 10 cm (Rukmana, 2005). Tanaman puero mempunyai stolon
yang dapat mengeluarkan akar dari tiap ruas batangnya yang bersinggungan
dengan tanah. Perakarannya yang dalam dapat berfungsi sebagai pencegah erosi,
tahan musim kemarau yang tak terlalu panjang (Novrida, 2005).
36
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi pengenalan jenis hijauan
pakan dilaksanakan pada hari Selasa, 23 April 2013 pukul 16.00 - 18.00 WIB di
Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam pratikum ilmu tanaman pakan dengan
materi pengenalan jenis hijaun pakan adalah kertas karton dan buku gambar
ukuran A4 untuk media menggambar. Serta pensil, penghapus dan spidol sebagai
alat yang digunakan untuk menggambar objek. Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah tanaman rumput benggala (Panicum maximum), rumput
gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum hybrida), rumput setaria
(Setaria sphacelata), rumput bebe (Brachiaria brizantha) dan tanaman legum
lamtoro (Leucaena leucocephala), sentro (Centrosema pubescens), gamal
(Gliricidia maculate), puero (Pueraria phaseoloides), kalopo (Calopogonium
mucunoides) lengkap sebagai objek gambar.
3.2. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah menyiapakan macam-
macam tanaman pakan rumput dan legum lengkap dengan bagian-bagiannnya.
37
Menggambar rumput dan legum tersebut dalam karton dan buku gambar ukuran
A4 menggunakan pensil, penghapus dan spidol. Melengkapi gambar tersebut
dengan memberikan keterangan masing-masing bagian, sistematika dan ciri khas
dari masing-masing tanaman rumput dan legum.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gramineae
4.1.1. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013.
Sumber : http://tridian.files.wordpress.
com/2010/12/11122010030.j
pg
Ilustrasi 1. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, tanaman rumput gajah
(Pennisetum purpureum) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh membentuk
rumpun, akarnya serabut, terdapat buku-buku pada batangya, batangya berbulu,
tebal dan keras, daunnya panjang dan berjumbai serta bagian permukaan atas
daunnya berlulu. Hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana (2005) yang
menyatakan bahwa karakteristik morfologi rumput gajah adalah tumbuh tegak,
merumpun lebat, tinggi tanaman dapat mencapai 7 meter, berbatang tebal dan
39
keras, daun panjang dan berbunga seperti es lilin. Rumput gajah termasuk hijauan
yang disuka ternak (palatable) dan termasuk dalam kategori rumput potong
karena memiliki produksi yang tinggi setiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ella (2002) yang menyatakan bahwa rumput gajah (Pennisetum
purpureum), sebagai bahan pakan ternak yang merupakan hijauan yang unggul,
dari aspek fisiologi dan produksi. Produksi rumput gajah dapat mencapai 20-30
ton/ ha/ tahun. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Mufarihin et. al
(2012) yang menyatakan bahwa rumput gajah merupakan hijauan pakan yang
disukai ternak. Rumput ini merupakan tipe tanaman tahunan yang dapat ditanam
secara monokultur dan tumpangsari dengan legum, sehingga dapat diperoleh
manfaat maksimal. Pertumbuhan rumput ini relatif lebih cepat, daun-daun dan
perkarannya dapat menahan erosi.
40
4.1.2. Rumput raja (Pennisetum hybrida)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013
Sumber : http://images04.olx.co.id/ui/14/
98/86/1351002115_446849286
_8-PANGG ER-JAYA-jual-
kam bing-dombaanti- tipu-
murah-.jpg
Ilustrasi 2. Rumput raja (Pennisetum hybrida)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
ciri-ciri tanaman rumput raja (Pennisetum hybrida) adalah tumbuh membentuk
rumpun, tulang daunnya lebih putih dari pada rumput gajah, daunnya berbulu dan
memiliki tepi daun yang tajam, bentuknya mirip seperti rumput gajah, memiliki
akar serabut, serta batangya tebal dan keras. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mannetje (2000) yang menyatakan bahwa karakteristik rumput ini tumbuh
membentuk rumpun, warna daun hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun
kasar, dan tulang daun lebih putih dari rumput gajah. Pernyataan tersebut
diperkuat oleh pendapat Suyitman (2003) yang menyatakan bahwa rumput raja
41
merupakan tanaman tahunan tumbuh tegak membentuk rumpun, perakaran dalam,
bentuk mirip dengan tanaman tebu, batang tebal dan keras. Rumput ini berdaun
lebih lebar dan lebih panjang dibandingkan dengan daun rumput gajah, pada daun
terdapat banyak bulu kasar dibandingkan rumput gajah, tanaman ini tidak
berbunga.
4.1.3. Rumput bebe (Brachiaria brizantha)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013.
Sumber : http://cdn.ruralcentro.net/Imag
emProd uto/1/01708d30-8851-
4ed3-873f-246d
Ilustrasi 3. Rumput Bebe (Brachiaria brizantha)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
ciri-ciri rumput bebe (Brachiaria brizantha) yaitu tumbuh cepat membentuk
hamparan memiliki batang dan daun yang kaku serta kasar, batangnya kecil,
beruas pendek dan berwarna merah tua kekuningan sampai keunguan, daunnya
berbulu halus serta memiliki akar serabut. Hal ini sesuai dengan pendapat Fanindi
dan Prawiradiputra (2004) yang menyatakan bahwa karakteristik Brachiaria yaitu
42
tumbuhnya semi tegak sampai tegak, merupakan rumput yang berumur panjang,
tumbuh membentuk hamparan lebat, tinggi hamparan dapat mencapai 30-45 cm
dan tangkai yang sedang berbunga dapat mencapai tinggi 1 m, bentuk daun linier,
berambut atau berbulu dan berwarna hijau gelap. Pernyataan tersebut didukung
oleh pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa karakteristik rumput
Brachiaria brizantha adalah tumbuh tegak, pangkal batang bercabang banyak
sehingga terbentuk hamparan yang lebat, tinggi hamparan lebih kurang 1 m, dan
pangkal daun berbulu lebat.
4.1.4. Rumput benggala (Panicum maximum)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013.
Sumber : http://www.hear.org/pier/imag
es/starr_030626_0021_panicu
m _maximum.jpg
Ilustrasi 4. Rumput Benggala (Panicum maximum)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
ciri-ciri rumput benggala yaitu memiliki daun berpita, batang kuat dan tegak,
tumbuh membentuk rumpun, buku dan lidah daunnya berbulu, bunganya
43
berwarna keunguan, berakar serabut dan memiliki banyak anakan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sajimin et al., (2004) yang menyatakan bahwa rumput benggala
adalah tanaman tumbuh tegak membentuk rumpun mirip padi dengan tinggi
tanaman 1,00 – 1,50 m, daun bentuk pita, berwarna hijau dengan panjang 40–105
cm dan lebar 10–30 mm. Selain itu, rumput benggala merupakan hijauan pakan
yang sifatnya palatable (disuka ternak) hal ini sesuai dengan pendapat Purbajanti
et al., (2007) yang menyatakan bahwa rumput benggala (Panicum maximum)
merupakan tanaman pakan ternak yang tepat untuk memenuhi kebutuhan hijauan
pakan bagi ternak ruminansia karena rumput ini termasuk tanaman berumur
panjang, dapat beradaptasi pada semua jenis tanah dan palatable (di sukai ternak)
serta mempunyai komposisi nutrisi yang baik.
4.1.5. Rumput setaria (Setaria sphacelata)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013.
Sumber : http://www.tropicalforages.inf
o/key/Fo rages/Media/Html/i
images/Setaria_spha celata_va
r._splendida/Setaria_ var_sple
ndida_05l.jpg
Ilustrasi 5. Rumput Setaria (Setaria sphacelata)
44
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa rumput setaria
(Setaria spacelata) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh tegak membentuk
rumpun, pangkal batangnya berwarna coklat keemasan dan tidak keras, berakar
serabut, daunnya berpita serta agak berbulu pada bagian permukaannya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Rochani (2010) yang menyatakan bahwa rumput setaria
adalah sejenis rumput yang memiliki ciri-ciri antara lain berdaun dan berbatang
lunak, tahan terhadap panas, cepat tumbuh. Pernyataan tersebut diperkuat oleh
pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa rumput setaria tumbuh tegak,
berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun halus dan lebar berwarna
hijau gelap, berbatang lunak, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada
pangkal batang tersusun seperti kipas.
4.2. Leguminosa
4.2.1. Gamal (Gliricidia maculate)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013.
Sumber : http://upload.wikimedia.org/
wikipedi a/commons/4/43/St
arr_070111-3196_ Gliricidia
_sepium.jpg
Ilustrasi 6. Gamal (Gliricidia maculate)
45
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa
gamal (Gliricidia maculate) memiliki ciri-ciri antara lain berbentuk pohon,
batangnya lurus, panjang dan berkayu dengan warna putih kecoklatan, bunganya
berwarnya putih keunguan atau merah muda, perakarannya kuat dan dalam serta
daunnya berbentuk oval dengan tulang daun menyirip. Hal ini sesuai dengan
pendapat Natalia et al., (2009) yang menyatakan bahwa gamal merupakan
tanaman jenis perdu, memiliki cabang banyak dengan tinggi tanaman 2-15 meter,
batangnya berwarna hijau ketika masih muda dan berwarna putih keabu-abuan
sampai kecoklatan ketika tua, memiliki daun berbentuk elips (oval) dengan
panjang rata-rata 2-7 cm dan lebar 1-3 cm, bunganya berbentuk kupu-kupu dan
terkumpul pada ujung batang dengan warna mahkota bunganya putih ungu dan
terdapat 10 benangsari berwarna putih. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat
Lilis (2012) yang menyatakan bahwa gamal memiliki batang tunggal atau
bercabang dengan tinggi 2–15 meter, mempunyai daun majemuk menyirip yang
terdiri dari 7–17 helai daun yang berhadapan dengan ujung runcing.
4.2.2. Lamtoro (Leucaena leucocephala)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
46
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013.
Sumber : http://www.fao.org/ag/AGP/
/AGPC/d oc/Gallery/pictures
/leuleu0.jpg
Ilustrasi 7. Lamtoro (Leucaena leucocephala)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, ciri-ciri tanaman
lamtoro antara lain tanamannya tumbuh dengan tegak yang berupa pohon serta
tidak berduri, bunganya berbentuk bola warna putih kekuningan, berakar dalam
dalam dapat digunakan sebagai pencegahan erosi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sumarsono (2007) yang menyatakan bahwa tanaman lamtoro tumbuh tegak,
berupa pohon dan tidak berduri, sistem perakarannya dalam dan bunganya
berbentuk bola warna putih kekuningan atau merah muda. Petai cina atau lamtoro
ini dapat ditanam sebagai tanaman annual dan perennial. Di dalam tanaman
lamtoro terdapat kandungan protein yang tinggi serta terdapat zat anti nutrisi yaitu
mimosin. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Winugroho (2009) yang
menyatakan bahwa senyawa sekunder utama yang ditemukan dalam lamtoro
adalah mimosin, namun jumlanya relatif kecil, yaitu sekitar 3-4 %
47
4.2.3. Kalopo (Calopogonium mucunoides)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013.
Sumber : http://farm3.staticflickr.com/
2795/4476295580_bc8a8681
f2_o.jpg
Ilustrasi 8. Kalopo (Calopogonium mucunoides)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
kalopo (Calopogonium mucunoides) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh
merambat dan membelit, batannya lunak, panjang dan berbulu dengan warna
kecoklatan, daunnya majemuk, trifoliat dan berbentuk bulat, serta memiliki bunga
yang berwarna biru keunguan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (2007)
yang menyatakan bahwa pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, memiliki daun
majemuk tiga dengan kedudukan berselang-seling. Pernyataan tersebut didukung
oleh pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa sifat tanaman kalopo
adalah tumbuh perenial, menjalar dan membelit, dapat membentuk hamparan
setinggi 45 cm, berbatang lunak dan berbulu coklat keemas-emasan, berdaun
majemuk, pada setiap tangkai terdapat tiga anak daun, bentuk helaian daun
membulat, berbulu halus dan berwarna coklat keemas-emasan, bunga kecil
48
berwarna biru dan berbentuk seperti kupu-kupu, polong pipih pendek (3-4 cm)
dan berbulu coklat keemas-emasan.
Kalopo merupakan legum pakan yang kurang disukai ternak karena
memiliki banyak bulu pada daun dan batang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Fanindi dan Prawiradiputra (2004) yang menyatakan bahwa kelemahan dari
tanaman ini adalah palatabilitasnya yang rendah. Hal ini disebabkan banyaknya
bulu-bulu dan daun pada batangnya. Selain itu terdapat perbedaan yang mecolok
antara kalopo dengan puero yaitu bulu-bulu yang terdapat pada batang dan daun
pada kalopo lebih banyak daripada puero, bentuk helaian daun pada kalopo lebih
bulat sedangkan pada puero membulat membentuk segitiga dan kapolo memiliki
polong yang berbentuk pipih pendek, sedangkan puero memiliki polong yang
beebentuk pipih dan sedikit melengkung. Hal ini sesuai dengan pendapat
Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa bentuk helaian daun kalopo membulat
dan polongnya pipih pendek, sedangkan pada puero helaian daun lebar, membulat
membentuk segitiga dan polongnya pipih sedikit melengkung dengan panjang
kurang dari 10 cm.
49
4.2.4. Sentro (Centrosema pubescens)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013.
Sumber : http://upload.wikimedia.org/wi
kipedia/ commons/3/31/Centr
osema_pubescens RHu1.JPG
Ilustrasi 9. Sentro (Centrosema pubescens)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
tanaman sentro (Centrosema pubescens) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh
menjalar, berdaun tiga di setiap tangkainya, memiliki bunga denga warna
keunguan, daunnya berbentuk elips dan berbulu pada kedua permukaannya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Purwantari et al., (2003) yang menyatakan bahwa
Centrosema memiliki batang yang langsing, daunnya berbentuk lonjong sampai
bulat dengan ukuran 3-9 x 1,5-5 cm dengan bulu pendek di dua permukaannya.
Bunga tersusun di tangkai yang pendek berwarna biru keuunguan dengan lebih
gelap kekuningan ukurannya 4 x 3 cm dengan taji yang panjangnya tidak
mencapai 1 mm. Hal ini diperkuat oleh pendapat Rukmana (2005) yang
menyatakan bahwa sentro termasuk subfamili Papilionaceae dengan ciri-ciri
tanaman sentro antara lain tumbuh menjalar, batang agak berbulu, daun majemuk,
50
trifoliat, warna daun hijau gelap, berbunga besar berbentuk kupu-kupu dan
berwarna ungu pucat, polong berbentuk pipih seperti pedang dengan panjang 10-
15 cm.
Sentro merupakan legum pakan yang paling palatable dibandingkan
kalopo dan puero. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahman (2006) yang
menyatakan bahwa Sentro adalah tanaman legum pakan penting, disukai ternak
(palatable), merupakan spesies pertama yang digunakan secara luas untuk
perbaikan padang penggembalaan karena sangat produktif dengan kualitas hijauan
yang tinggi. Tanaman sentro memiliki perbedaan dengan tanaman kalopo dan
puero yaitu pada bentuk daunnya. Bentuk daun pada sentro lebih lonjong sedang
kan pada tanaman kalopo dan puero berbentuk bulat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Purwantari et al., (2003) yang menyatakan bahwa daun sentro berbentuk
lonjong sampai bulat dengan ukuran 3-9 x 1,5-5 cm. Hal tersebut juga didukung
oleh pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa bentuk helaian daun
kalopo membulat dan polongnya pipih pendek, sedangkan pada puero helaian
daun lebar, membulat membentuk segitiga dan polongnya pipih sedikit
melengkung dengan panjang kurang dari 10 cm.
51
4.2.5. Puero (Pueraria phaseoloides)
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013.
Sumber : http://www.phytoimages.siu.e
edu/users/ pelserpb/9_22_12/
23sep12/Pueraria.jpg
Ilustrasi 10. Puero (Pueraria phaseoloides)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa ciri-
ciri tanaman puero adalah tumbuh merambat, membelit dan memanjat, warna
daunnya hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sumarsono (2007) yang menyatakan bahwa ciri-cirinya tumbuh
merambat, membelit dan memanjat. Sifat perakarannya dalam, daun muda
tertutup bulu berwarna coklat, daunnya berwarna hijau tua dan bunganya
berwarna ungu kebiruan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Novrida (2005)
bahwa puero mempunyai stolon yang dapat mengeluarkan akar dari tiap ruas
batangnya yang bersinggungan dengan tanah. Perakarannya dalam dan bercabang-
cabang, sehingga puero dapat berfungsi sebagai pencegah erosi, tahan musim
kemarau yang tak terlalu panjang.
52
Puero merupakan legume pakan yang sifatnya lebih palatable jika
dibandingkan dengan tanaman kalopo. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarsono
(2007) yang menyatakan bahwa puero termasuk tanaman legum pakan yang lebih
palatable dibandingkan kalopo. Tanaman puero memiliki perbedaan dengan
tanaman kalopo. Selain pada bentuk daun dan polongnya, perbedaan tersebut
terletak pada bunganya. Bunga pada puero terletak di dalam tandan pada aksilari,
sedangkan pada kalopo bunganya tersusun seperti tandan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fanindi dan Prawiradiputra (2004) yang menyatakan bahwa
Calopogonium mucunoides berbunga kupu-kupu tersusun rapi seperti tandan
berwarna kebiruan dibandingkan dengan Pueraria phaseoloides memuat bunga
pada axillary tandan terdiri dari 4-12 di atas peduncles yang berbulu.
53
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Hijauan pakan dibagi dalam dua golongan yaitu golongan Gramineae dan
Leguminoceae. Gramineae merupakan hijauan pakan yang memiliki ciri
perakaran serabut, pada batangnya terdapat buku-buku (nodus) yang melingkari
batang. Gramineae dibagi menjadi dua yaitu rumput potong dan rumput gembala.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tanaman
yang termasuk dalam jenis rumput potong antara lain rumput gajah (Pennisetum
purpureum), rumput raja (Pennisetum hybrida), rumput benggala (Panicum
maximum) dan rumput setaria (Setaria sphacelata), sedangkan yang termasuk
dalam jenis rumput gembala adalah rumput bebe (Brachiaria brizantha).
Leguminoceae termasuk dicotyledoneus dimana embrio mengandung dua
daun biji cotyledone. Menurut fungsinya legum dibedakan mendaji tiga, yaitu
legum untuk pangan dan pakan, legume untuk pakan dan legume multi fungsi
(untuk pakan, pagar, pelindung, penahan erosi). Berdasarkan hasil praktikum yang
telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tanaman yang termasuk dalam jenis legume
untuk pangan dan pakan adalah antara lain lamtoro (Leucaena leucocephala).
Tanaman yang termasuk dalam jenis legum untuk pakan adalah kalopo
(Calopogonium muconoides), sentro (Centrosema pubescens), dan puero
(Pueraria phaseoloides), sedangkan tanaman yang termasuk dalam jenis legum
54
multi fungsi yaitu daun gamal (Gliricidia maculate) dan lamtoro (Leucaena
leucocephala).
5.2. Saran
Praktikan sebaiknya lebih teliti dan cermat dalam melakukan pengamatan
terhadap hijauan pakan yang diamati karena setiap jenis hijauan pakan memiliki
ciri atau karakteristik yang berbeda sehingga diharapkan praktikan dapat benar-
benar mengetahui dan mengenali karakteristik dari setiap jenis hijauan pakan.
Pembaca sebaiknya melakukan pengamatan terhadap hijauan pakan
(gramineae dan leguminoceae) sehingga dapat mengetahui langsung karakter atau
ciri yang terdapat pada masing-masing jenis hijauan pakan dan sebaiknya mencari
referensi lain mengenai hijauan pakan karena pada laporan ini juga masih terdapat
beberapa kekurangan mengenai informasi tentang karakteristik hijauan pakan.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ella, A.2002. Produktivitas dan Nilai Nutrisi Beberapa Renis Rumput dan
Leguminosa Pakan yang Ditanam pada Lahan Kering Iklim Basah. Balai
Pe ngkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.
Fanindi, A. Purwantari dan B.R. Prawiradiputra. 2004. Karakterisasi dan
Pemanfaatan Rumput Brachiaria Sp. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan
Ternak.
Lilis Riyanti. D24080086. 2012. Efektivitas Isolat Bakteri Rumen Kerbau
Pencerna Serat dalam Fermentasi Hijauan Leguminosa dan Pemanfaatan
Urea in vitro. Skripsi. Departement Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Mannetje. 2000. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. PT Balai Pustaka, Jakarta.
Mufarihin, A., D. R. Lukiwati dan Sutarno. 2012. Pertumbuhan dan Bobot Bahan
Kering Rumput Gajah dan Rumput Raja pada Perlakuan Aras Auksin yang
Berbeda. Jurnal Animal Agriculture. Vol. 1 (2). Hlm. 1-15.
Natalia, H., Delly N., Sri, H. 2009. Keunggulan Gamal sebagai Pakan Ternak.
BPTU Sembawa, Palembang.
Purbajanti, E.D., D. Soetrisno., E.Hanudin dan S.P.S. Budi. 2007. Karakteristik
lima jenis rumput pakan pada berbagai tingkat salinitas. J. Pengembangan
Peternakan Tropis. 32 (3) : 186-197.
Purwantari, N.D., B.R. Prawiradiputra, Armiadi Semali, Siti Yuhaeni, E. Sutedi,
Sajimin dan A. Afanindi. 2003. Peningkatan Produktivitas Tanaman Pakan
Ternak. Laporan Penelitian. Balai Penelitin Ternak.
Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius, Yogyakarta
Rahman, A. 2006. Respons Pertumbuhan dan Adaptasi terhadap Cekaman
Kekeringan Tiga Jenis Tanaman Legum Pakan yang Diinokulasi
Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Rhizobium di Ultisol.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Rochani, S. 2010. Beternak Kelinci dan Manfaatnya. JP Books, Jakarta.
Rukmana, H. R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.
56
Sajimin, E.Sutedi, N.D. Purwantari Dan B.R. Prawiradiputra. 2004. Agronomi
Rumput Benggala (Panicum Maximum Jacq) dan Pemanfaatannya Sebagai
Rumput Potong. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak.
Sajimin,P., Nurhayati D., Sumarto. 2004. Ilmu Makanan Ternak. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Suyitman. 2003. Agrostologi. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas, Padang.
57
ACARA 3.
PENGOLAHAN LAHAN
58
BAB I
PENDAHULUAN
Pengolahan lahan bertujuan memperbaiki struktur tanah sehingga tanah
dapat berfungsi secara optimal. Pengolahan lahan yang biasa dilakukan meliputi
pembersihan areal, pembajakan dan penggaruan. Cara penanaman yang biasa
dilakukan berupa penanaman di dalam jalur yaitu bahan tanam berupa stek, bahan
yang digunakan penanaman dalam lubang berupa biji. Bahan tanam yang dipakai
biasanya berupa biji, stek, pols (sobekan rumpun) dan stolon. Bahan tanam untuk
rumput berupa biji, pols dan stek, dan untuk legum berupa biji dan stek. Jarak
tanam tergantung beberapa faktor, antara lain sifat tumbuh spesies tanaman dan
kesuburan tanah. Beberapa cara pemberian pupuk yaitu disebar, dalam jalur dan
dalam baris.
Tujuan dari praktikum ini adalah dapat mengetahui cara pengolahan lahan
yang benar, mengetahui jarak tanam yang tepat, mampu memupuk dengan benar,
memilih bahan tanam yang benar, mampu memprediksi produksi hijauan pakan
serta dapat mengetahui lama interval pemotongan yang tepat. Manfaat dari
praktikum ini adalah mahasiswa dapat melakukan pengolahan lahan, menanam
tanaman pakan, dan memanen sehingga dapat menghasilkan produksi yang
maksimal.
59
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hijauan Pakan
Sumber energi yang diperlukan ternak ruminansia terutama berasal dari
komponen serat pada hijaun pakan, yang terdiri atas selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Sumber hijauan pakan ternak adalah rumput alam dan daun leguminosa
yang terdapat di padang penggembalaan, pinggir jalan, tepi sungai, pematang
sawah maupun kawasan sekitar hutan. Berkembangnya beternak dari
digembalakan menjadi semi-intensif atau intensif menyebabkan berkembang pula
sistem produksi hijauan dengan menggunakan spesies dan varietas tanaman pakan
ternak yang berproduksi tinggi. Produksi hijauan di daerah tropis berfluktuasi
sejalan dengan perubahan musim. Pada musim hujan, produksinya melimpah
tetapi kandungan bahan keringnya rendah, sedangkan pada musim kemarau,
produksinya berkurang bahkan pada daerah-daerah tertentu tidak ada produksi
sama sekali (Haryanto 2009).
2.1.1. Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
penting sebagai sumber karbohidrat. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung
juga akan ditanam sebagai pakan ternak, diambil minyaknya, dibuat tepung, dan
beberapa bahan industri (Buchori, 2012). Produksi tanaman jagung bervariasi
menurut varietas jagung, rata-rata produksi tanaman jagung berkisar antara 8.0 –
60
9.0 ton/ha/th. Rendahnya produksi tanaman jagung dapat disebabkan oleh
beberapa hal seperti kandungan unsur hara dalam tanah, pengairan, klimatologi
suatu daerah, dan keadaan iklim (Mejaya et al., 2005). Hasil produksi bahan
kering sebanyak 5,2 ton/ha. Produksi jagung dapat dimaksimalkan dengan
mengunakan pupuk yang cukup serta tersedianya kebutuhan air (irigasi) dan jarak
tanam untuk jenis jagung bersari bebas (Sudarsana 2000).
2.1.2. Sentro
Sentro atau centro termasuk subfamily Papilionoidae. Tanaman ini
berasal dari Amerika selatan. Tanaman Sentro tumbuh menjalar dan memanjat
dapat mencapai 30-50 cm. Sentro tumbuh tidak maksimal karena hanya beberapa
sentro yang dapat tumbuh menjalar dengan baik sesuai normal (Soegiri et al.,
2001). Daun pada sentro tiap tangkai berdaun 3 lembar, berbentuk elips dengan
ujung tajam, dan bulu halus pada kedua permukaannya (Soedomo, 2000).
Produksi bahan segar Centrosema pubescens di lahan petani sebesar 4,7
ton/ha/tahun (Sugandi, 2003). Produksi bahan segar Centrosema pubescens cukup
tinggi, yaitu 3-7,5 ton/ha/tahun (Rukmana, 2009). Komposisi zat gizi daun sentro
(dasar bahan kering) terdiri atas: abu 8,8 % ; EE 3,6 % ; SK 31,4 % ; BETN 34,4
% ; PK 22,0 % dan TDN 60,7 % (Rukmana, 2005).
Pertumbuhan legum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal/
faktor lingkungan yang terdiri iklim (cahaya, suhu,air, panjang hari, angin, dan
gas), edapik atau tanah (tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran
kation, PH, kejenuhan basa dan ketersediaan nutrien tanah). Sedangkan faktor
61
kedua yaitu faktor internal/ dari dalam tanaman itu sendiri seperti ketahanan
terhadap tekanan iklim dan tanah (Gardner, 2000). Sentro dapat beradaptasi
dengan baik sekalipun pada lingkungan yang baru karena sentro memiliki
frekuensi berbunga yang tinggi dan tahan terhadap hama (Salam, 2001).
2.2. Teknik Budidaya Tanaman
Teknik budidaya tanaman terdiri dari penyiapan lahan adalah kegiatan
penebasan rumput dan semak belukar, dimaksudkan agar pelaksanaan tanam
nantinya dapat lebih mudah dan memberikan hasil yang lebih baik. Penanaman
dilakukan apabila lahan sudah siap tanam, waktu yang paling tepat untuk
menanam adalah pada waktu hujan turun, hujan akan berakhir, dan apabila air
cukup tersedia selama pertumbuhannya. Penyiangan dan pemupukan, penyiangan
dilakukan dengan menyemprotkan herbisida disekitar tanaman pokok, Pemupukan
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ±15 hari dengan perbandingan 2:1
disebar di sekitar batang tanaman dengan jarak 5-10 cm. Panen, Jagung dapat di
panen pada umur 95-110 hari setelah tanam. Penanganan pasca panen, setelah
dipanen jagung segera diangkut dan dilakukan perontokan jagung dengan
menggunakan mesin perontok jagung yang sudah dirontok di jemur sampai kering
benar, kemudian di jual ke pabrik (Budiono et al., 2012).
2.2.1. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa- sisa gulma. Pengolahan dilakukan sebanyak 3
kali, yaitu pencangkulan tanah sedalam 20-30 cm. Pengolahan bertujuan
62
memperbaiki tekstur tanah, sirkulasi udara dalam tanah, tambahan humus dan
mendorong aktivitas mikroba tanah. Tanah yang telah dicangkul diratakan
sehingga bongkahan tanah menjadi halus (Irawan et al., 2013). Pengolahan tanah
sebelum penanaman dan pengolahan tanah pada waktu pemeliharaan tanaman
memegang peran penting bagi suburnya tanaman. Pengolahan tanah,
perbandingan kandungan zat padat, cair, dan udara di dalam lapisan tanah
menjadikan tanah gembur dan menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman
(Purwono dan Hartono, 2005).
Penyiapan lahan adalah kegiatan penebasan rumput dan semak belukar,
dimaksudkan agar pelaksanaan tanam nantinya dapat lebih mudah dan
memberikan hasil yang lebih baik. Pengolahan tanah dilakukan satu bulan
sebelum tanam. dengan menggunakan traktor dengan tujuan untuk
menggemburkan tanah karena tanaman jagung memerlukan aerase dan drainase
yang baik. Mula-mula tanah dibajak sedalam 15-20 cm sambil membenamkan
sisa-sisa rumput dan tanaman lain yang ada. Setelah itu tanah digaru sampai rata.
(Budiono et al., 2012).
2.2.2.Penanaman
Penanaman dilakukan apabila lahan sudah siap tanam, waktu yang paling
tepat untuk menanam adalah pada waktu hujan turun, hujan akan berakhir, dan
apabila air cukup tersedia selama pertumbuhannya. Benih jagung yang ditanam
adalah jagung hibrida bisi 2, pembuatan lubang tanam dengan cara ditugal
sedalam 5 cm. (Budiono et al., 2012). Sentro cocok ditanam didaerah yang
63
berketinggian rata-rata 600 mdpl. Dengan curah hujan antara 1.200-1.500 mm,
bahkan masih dapat tumbuh baik di tanah yang kurus dan berdrainase baik.
Namun, tanaman in tidak tahan terhadap genangan air. Sentro banyak ditanam di
perkebunan karet dan kelapa sawit sebagai penutup tanah. Penanaman dilakukan
dengan cara menyebarkan biji dalam larikan berjarak 1 m. Untuk mempercepat
perkecambahan, biji sentro yang akan ditanam dicelupkan dalam air panas selama
satu detik (Rukmana 2005).
2.2.3. Pemupukan
Pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk merangsang pembesaran diameter
batang serta pembentukan akar yang akan menunjang berdirinya tanaman disertai
pembentukan tinggi tanaman pada masa penuaian atau masa panen (Mamonto,
2005). Tanaman yang dibudidayakan saat ini umumnya membutuhkan unsure
hara dari berbagai jenis dan dalam jumlah banyak, sehingga hampir dapat
dipastikan bahwa tanpa dipupuk tanaman tidak mampu memberikan hasil seperti
yang diharapkan (Raihan, 2000). Tanaman legum pada umumnya responsiv
terhadap pemupukan fosfat untuk pertumbuhan dan aktifitas fiksasi N. Fosfor
yang terkandung di dalam pupuk fosfat diperlukan legum untuk pertumbuhan akar
dan sumber energy pada proses transpirasi dan fotosintesis (Kusmiyati et al.,
2007).
64
2.2.4. Pengairan
Pengairan merupakan salah satu faktor laju pertumbuhan tanaman.
Pengaturan ketersediaan air dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman atau usaha
pertanian sangatlah penting. Air yang terlampau dalam dari jangkauan akar atau
air yang terikat kuat pada butir-butir tanah tidak dapat dimanfaatkan tanaman.
Sebaliknya, air yang terlalu banyak sehingga menggenangi akar tanaman akan
membuat akar tanaman busuk (Purwono dan Hartono 2005).
2.2.5. Penyiraman
Penyiraman dilakukan disekitar perakaran tanaman. Penjarangan
dilakukan pada umur tanaman 14 hst dengan memotong tanaman yang tumbuhnya
tidak baik dan meninggalkan satu tanaman yang terbaik (Irawan et al., 2013).
jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak terutama
pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji. Kekurangan
air pada stadium tersebut akan menyebabkan hasil yang menurun. Faktor cahaya
matahari yang tidak merata juga dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat (Mamonto, 2005).
2.2.6. Defoliasi
Kriteria panen pada jagung yang berumur 98-100 hst. Biji jagung berwarna
kuning kemerahan, mengkilat dan telah mengeras. Daun dan klobot daun telah
menguning dan kering dengan rambut jagung berwarna coklat kehitaman (Irawan
et al., 2013).
65
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi Pengelolaan Hijauan
Pakan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 18 April 2013pukul 14.00-17.00
WIB sampai Sabtu, 22 Juni 2013 pukul 18.00 WIB di Lahan Praktikum
Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Bahan yang digunakan dalam pengolahan lahan adalah batang legume
sentro dan biji jagung manis serta pupuk Urea, KCl dan TSP. Alat yang
digunakan yaitu sabit digunakakn untuk membersihkan semak-semak, cangkul
untuk mencangkul tanah, meteran untuk mengukur luas lahan, tali rafia untuk
membatasi lahan, tongkat kayu sebagai tiang pengikat tali, ember untuk
mengambil air dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.
3.2. Metode
Praktikum Ilmu Tanaman Pakan menggunakan metode dalam
pengolahan lahan pada dasarnya ada tiga tahap yaitu pra pengolahan lahan,
pengolahan lahan dan pasca pengolahan lahan.
66
3.2.1. Pengolahan lahan
Pada metode pengolahan lahan pertama yang dilakukan adalah
pengukuran lahan, pada pengukuran lahan ada 2 pengukuran yaitu pengukuran
lahan untuk jagung dan pengukuran lahan untuk legum sentro yang masing-
masing memiliki luas 3 x 3 m untuk tanaman jagung dan 2 x 2 m untuk tanaman
legum sentro. Kemudian melakukan pembersihan terhadap semak-semak dengan
mengunakan sabit sampai lahan bersih dan siap untuk dilakukan pengolahan. Pada
pengolahan lahan sendiri, masing-masing lahan untuk tanaman jagung dan legum
dibuat dua gundukan yang bertujuan untuk mempermudah dalam penanaman,
pemupukan, penyiraman, dan penyiangan.
3.2.2. Penanaman
Pada metode penanam yang pertama yaitu melakukan penanaman legum
sentro, dengan jarak tanam antar biji yaitu 25 cm dan jarak tepi 12,5 cm.
Kemudian banyak benih yang ditanam sebanyak 64 biji pada luas lahan 2 x 2 m.
Menanam legum sentro dengan cara membuat lubang ditanah sedalam 2-5 cm
menggunakan tugal, kemudian memasukan biji satu persatu pada setiap lubang
serta menutup dengan tanah.
Tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam antar biji yaitu 50 cm dan
jarak dari tepi 25 cm. Banyak benih yang ditanam yaitu sebanyak 36 biji pada luas
lahan 3 x 3 m. Cara penanaman benih yaitu dengan membuat lubang ditanah
sedalam 2-5 cm menggunakan tugal dan kemudian memasukan biji satu persatu
tiap lubang serta mentup dengan tanah.
67
Keterangan :
A – B = Jarak tanaman jagung dan legum
C = Jarak tepi dengan tanaman jagung dan legume
A C
B
Tanaman Legum Sentro
A C
B
Tanaman Jagung
68
2.3.3. Pemupukan
Melakukan pemupukan terhadap tanaman yang telah ditanam seminggu
setelah penanaman menggunakan pupuk Urea, TSP dan KCl dengan komposisi
yang sesuai. Pemupukan dilakukan dengan cara mencampur homogen semua
pupuk yang dibutuhkan kemudian memupukkan kesetiap tanaman legume sentro
dan jagung disekitar tanaman. Melakukan pemupukan selanjutnya dengan jarak 2
minggu dan seterusnya sampai minggu ke sembilan pupuk yang diberikan hanya
pupuk urea saja. Dalam pemupukan tanaman jagung dan legum yang terpenting
adalah ketika memupuk diusahakan pupuk tidak terkena daun tanaman, karena
dapat mengakibatkan daun tanaman menjadi layu. Sedangkan untuk menghitung
kebutuhan pupuk dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Pupuk Urea =
100
46
𝑥 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘
Pupuk P =
100
36
𝑥 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘
Pupuk K =
100
50
𝑥 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘
3.2.4. Penyiraman
Peyiraman dilakukan secara rutin pada awal pertumbuhan, menyiram
setiap tanaman secara merata dengan ember yang telah disiapkan. Pada umumnya
penyiraman dilakukan setiap minggu sekali setelah penyiangan dan pemupukan.
Tetapi pada kelompok kami penyiraman dilakukan selama setiap hari dengan
tujuan agar tanaman tidak kekirangan dan tidak menyebabkan kematian pada
tanaman.
69
3.2.5. Defoliasi
Pada metode defoliasi memiliki beberapa tahapan yang meliputi
pemanenan atau pemotongan, pembersihan lahan pemanfaatan hasil tanam. Pada
tanaman legume sentro teknik yang digunakan ketika pemanenan adalah
melakukan pencabutan legume sentro yang menggunakan alat bantu tangan,
pencabutan dilakukan dengan hati-hati dengan tujuan agar tidak terputusnya akar
yang ada pada legume sentro. Kemudian mengambil sampel sebanyak empat titik
dari lahan kemudian melakukan penimbangan untuk mendapatkan berat kering
legum sentro. Menimbang berat segar legum sentro setelah itu melayukan
dibawah sinar matahari. Menimbang berat layu legum, kemudian mengambil
sampel dari empat titik sebanyak 100 gram sebanyak dua kali ulangan. Mengoven
sampel untuk mendapatkan berat kering sampel.
Sedangkan untuk jagung teknik yang digunakan ketiaka pemanenan
adalah melakukan pemotongan dengan menggunakan sabit. Kemudian mengambil
sampel sebanyak empat titik. Untuk tahap defoliasi pada jagung yang selanjutnya,
tahapannya sama, tetapi yang membedakan adalah ketika penggunaan sampel
sebanyak 100 gram hanya dengan satu kali ulangan. Untuk mencari nilai dari
defoliasi dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
1. Mencari nilai pada Jagung :
a. Berat Setelah Oven = Berat Keluar – Berat Amplop
b. Berat Kering
BK =
Berat Oven
Berat Sampel
x 100 %
70
c. Perhitungan Produksi Jagung
P = BS x 10000
Produksi =
(BB x 30)
IPBB
x P +
(BK x 30)
IPBK
x
1
2
P
Produksi Rata-rata = Berat Setelah Oven x Produksi
2. Mencari nilai pada Sentro :
a. Berat Setelah Oven = Berat Keluar – Berat Amplop
b. Berat Kering =
Berat Layu
Berat Segar
x
Berat Oven 1
Berat Sampel
x 100%
BK Rata-rata =
BK 1 + BK 2
2
c. Perhitungan Produksi Sentro
Produksi/ha = Produksi / m2 x 10000
Jarak Tanam =Produksi ha⁄
Produksi
BS
ha
/th =
(BB x 30)
IPBB
x P+
(BK x 30)
IPBK
x
1
2
P
= Y
Produksi BK/th/ha = BK x Y
71
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pertumbuhan Jagung (Zea mays)
4.1.1. Pertamabahan tinggi tanaman
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman jagung (Zea
mays) diperoleh hasil berupa tabel dan grafik sebagai berikut :
Tabel 7. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung
No Jenis
Pertumbuhan
I II III IV V VI VII VIII IX
1 Jagung 5,6 14,4 22,3 39,7 66,6 93,9 119,8 150,5 171,8
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
Grafik 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
5.6 14.422.3
39.7
66.6
93.9
119.8
150.5
171.8
0
50
100
150
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Laju Pertumbuhan
Laju
Pertumbuhan
72
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa laju pertumbuhan
tanaman jagung (Zea mays) mengalami peningkatan setiap minggunya. Hal
tersebut disebabkan oleh tanah yang digunakan sebagai media tanam dan faktor
pengairan pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetyo (2007) yang
menyatakan bahwa tanah merupakan salah satu faktor produksi pertanian dan
media tumbuh tanaman. Purwono dan Hartono (2005) yang menyatakan bahwa
pengaturan ketersediaan air dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman atau usaha
pertanian sangatlah penting. Air yang terlampau dalam dari jangkauan akar atau
air yang terikat kuat pada butir-butir tanah tidak dapat dimanfaatkan tanaman.
Sebaliknya, air yang terlalu banyak sehingga menggenangi akar tanaman akan
membuat akar tanaman busuk.
Selain jenis tanah yang digunakan dan pengairan, pengolahan tanah
sebelum penanaman dan pada saat penanaman jagung dan faktor pemupukan yang
dapat membantu memenuhi ketersediaan unsure hara dalam tanah. juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mamonto (2005) yang menyatakan bahwa pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk
merangsang pembesaran diameter batang serta pembentukan akar yang akan
menunjang berdirinya tanaman disertai pembentukan tinggi tanaman pada masa
penuaian atau masa panen. Selain itu, Purwono dan Hartono (2005) juga
menyatakan bahwa pada pengolahan tanah sebelum penanaman dan pengolahan
tanah pada waktu pemeliharaan tanaman memegang peran penting bagi suburnya
tanaman.
73
4.1.2. Pertambahan jumlah daun
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada jagung (Zea mays)
diperoleh hasil berupa tabel dan grafik sebagai berikut :
Tabel 8. Pertambahan Jumlah Daun Jagung
No Jenis
Jumlah Daun
I II III IV V VI VII VIII IX
1 Jagung 2,6 3,8 4,7 6,1 6,6 8,7 8,9 9,9 9,9
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
Grafik 2. Pertambahan Jumlah Daun Jagung
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa laju pertambahan
daun pada tanaman jagung mengalami peningkatan setiap minggunya. Hal ini
disebabkan oleh faktor pemupukan yang dapat mencukupi kebutuhan unsure hara
yang diperlukan tanaman, pengairan, tanah yang digunakan sebagi media tanam,
dan intensitas cahaya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Raihan (2000) juga
menyatakan bahwa tanaman yang dibudidayakan saat ini umumnya membutuhkan
unsure hara dari berbagai jenis dan dalam jumlah banyak, sehingga hampir dapat
dipastikan bahwa tanpa dipupuk tanaman tidak mampu memberikan hasil seperti
yang diharapkan. Faktor-faktor tersebut juga sesuai dengan pendapat Purwono
2.6
3.8 4.7
6.1 6.6
8.7 8.9 9.9 9.9
0
5
10
15
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah Daun
Jumlah Daun
74
dan Hartono (2005) yang menyatakan bahwa tanaman jagug akan tumbuh dengan
baik pada tanah yang subur, gembur, dan kaya humus. Selain itu, jagung termasuk
tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak terutama pada saat
pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji. Kekurangan air pada
stadium tersebut akan menyebabkan hasil yang menurun. Di samping itu, menurut
Mamonto (2005), faktor cahaya matahari yang tidak merata juga dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.
4.2. Pertumbuhan Legum
4.2.1. Pertamabahan tinggi tanaman
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman legum
(Centrosema pubescens) diperoleh hasil berupa tabel dan grafik sebagai berikut :
Tabel 9. Pertambahan Tinggi Tanaman Legum
No Jenis
Pertumbuhan
I II III IV V VI VII VIII IX
1 Legum 5,3 6,7 7,4 8,9 9,9 10,6 11,9 12,1 13,5
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,
75
Grafik 3. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sentro
Dari data hasil pertumbuhan pada sentro didaptkan bahwa sentro dapat
tumbuh dengan baik tetapi tidak maksimal. Sentro pada data tersebut memiliki
tinggi dari 2-50 cm sedangkan menurut Soegiri et al (2001) bahwa tanaman
Sentro tumbuh menjalar dan memanjat dapat mencapai 30-50 cm. Sentro tumbuh
tidak maksimal karena hanya beberapa sentro yang dapat tumbuh menjalar dengan
baik sesuai normal. Ketidakmaksimalan tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu
internal dan eksternal, hal ini seuai pendapat Gardner (2000) bahwa pertumbuhan
legum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal/ faktor lingkungan yang
terdiri iklim ( cahaya, suhu,air, panjang hari, angin, dan gas ), edapik atau tanah (
tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation, PH, kejenuhan basa
dan ketersediaan nutrien tanah ). Sedangkan faktor kedua yaitu faktor internal/
dari dalam tanaman itu sendiri seperti ketahanan terhadap tekanan iklim dan
tanah.
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
5.3
6.7 7.4
8.9 9.9 10.6
11.912.1
13.5
0
5
10
15
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Laju Pertumbuhan
Laju
Pertumbuhan
76
4.2.2. Pertambahan jumlah daun
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman legum
(Centrosema pubescens) diperoleh hasil berupa tabel dan grafik sebagai berikut :
Tabel 10. Pertambahan Jumlah Daun Legum (Sentro)
No Jenis
Jumlah Daun
I II III IV V VI VII VIII IX
1 Legum 3,7 3,8 3 3,2 3,4 3,5 3,6 3,8 3,9
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
Grafik 4. Pertumbuhan Jumlah Daun Sentro
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
Dari data hasil pertumbuhan daun pada legum didapatkan bahwa jumlah
daun pada legum dari 1 sampai 54. Pada kebanyakan legum setiap tangkai terdiri
dari 3 daun, hal itu sesuai pendapat Soedomo (2000) bahwa Daun pada sentro tiap
tangkai berdaun 3 lembar, berbentuk elips dengan ujung tajam, dan bulu halus
pada kedua permukaannya. Selain itu untuk daun yang tiap tangkai tidak mencapi
3 dimungkinkan terdapat faktor yang menyebabkannya yaitu faktor eksternal dan
internal, hal itu sesuai pendapat Gardner (2000) bahwa pertumbuhan legum
3.7 3.8
3 3.2 3.4 3.5 3.6 3.8 3.9
0
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah Daun
Jumlah Daun
77
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal/ faktor lingkungan yang terdiri
iklim ( cahaya, suhu,air, panjang hari, angin, dan gas ), edapik atau tanah ( tekstur,
struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation, PH, kejenuhan basa dan
ketersediaan nutrien tanah ). Sedangkan faktor kedua yaitu faktor internal/ dari
dalam tanaman itu sendiri seperti ketahanan terhadap tekanan iklim dan tanah.
4.3. Produksi Jagung
4.3.1. Produksi Bahan Segar
Berdasarkan praktikum pengolahan lahan diperoleh hasil produksi berat
segar jagung adalah 7,777 Ton BS/ha/th. Produksi jagung ini dinyatakan dibawah
standar, dimana standar produksi bahan segar jagung adalah 8.0 – 9.0 ton/ha/th.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Mejaya et al., (2005) yang menyatakan
bahwa produksi tanaman jagung bervariasi menurut varietas jagung, rata-rata
produksi tanaman jagung berkisar antara 8.0 – 9.0 ton/ha/th. Rendahnya produksi
tanaman jagung dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kandungan unsur hara
dalam tanah, pengairan, klimatologi suatu daerah, dan keadaan iklim. Hal ini di
tambah pendapat pendapat Sudarsana (2000) menyebutkan bahwa untuk
memaksimalkan produksi dapat dilakuakan dengan mengunakan pupuk yang
cukup serta tersedianya kebutuhan air (irigasi) dan jarak tanam untuk jenis jagung
bersari bebas.
78
4.3.2. Produksi Bahan Kering
Berdasarkan praktikum pengolahan lahan diperoleh hasil produksi berat
kering jagung adalah 0,1827 Ton BS/ha/th. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat
Sudarsana (2000) yang menyatakan bahwa hasil produksi bahan kering sebanyak
5,2 ton/ha. Rendahnya bahan kering dapat disebabkan karena banyak hal seperti
lama kering udara dilakukan, kandungan air dalam tanaman jagung banyak dan
sedikitnya unsur hara dalam tanah. Kaunang et al. (2013) menambahkan bahwa
ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap oleh
tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman.
4.4. Produksi Sentro
4.4.1. Produksi bahan segar
Berdasarkan hasil praktikum Pengolaan Hijauan akan diperoleh produksi
bahan segar legum Centrosema pubescens (Sentro) sebesar 5,4ton/ha/tahun. Hasil
ini melebihi hasil produksi legum sentro mernurut pendapat Sugandi (2003) yang
menyatakan bahwa produksi bahan segar Centrosema pubescens di lahan petani
sebesar 4,7 ton/ha/tahun. Perbedaan hasil praktikum dengan literature
dimungkinkan karena beberapa faktor, antara lain air untuk pertumbuhan legume
dan cara pemberian pupuk. Pemberian air yang berlebihan akan mengganggu
pertumbuhan sentro dan cara pemberian pupuk yang salah missal dosis pupuk
berlebihan atau peletakkan pupuk terlalu dekat dengan tanaman akan menghambat
pertumbuhan tanaman bahkan tanaman dapat mati. Hal ini sesuai dengan
79
pendapat Rukmana (2009) menyatakan bahwa sentro cocok ditanam di daerah
dengan ketinggian rata-rata 600 mdpl dengan curah hujan 1.200-1.500 mm,
namun tanaman ini tidak tahan terhadap genangan air. Salam (2001)
menambahkan bahwa sentro dapat beradaptasi dengan baik sekalipun pada
lingkungan yang baru karena sentro memiliki frekuensi berbunga yang tinggi dan
tahan terhadap hama.
4.4.2. Produksi bahan kering
Berdasarkan hasil praktikum Pengolaan Hijauan Pakan diperoleh
produksi bahan segar legum Centrosema pubescens (Sentro) sebesar 2,8
ton/ha/tahun. Hasil ini mendekati pendapat Rukmana (2009) yang menyatakan
bahwa produksi bahan segar Centrosema pubescens cukup tinggi, yaitu 3-7,5
ton/ha/tahun. Perbedaan produktifitas bahan kering ini dipengaruhi beberapa
faktor diantaranya jenis pupuk yang diberikan. Pemberian pupuk urea (N) berlebih
dimungkinkan akan menghambat pertumbuhan sentro selain itu pemupukan urea
pada legum termasuk sentro karena tanaman legum dapat melakukan fiksasi
nitrogen. Sesuai dengan pendapat Kusmiyati et al. (2007) yang menyatakan
bahwa tanaman legum pada umumnya responsiv terhadap pemupukan fosfat
untuk pertumbuhan dan aktifitas fiksasi N. Fosfor yang terkandung di dalam
pupuk fosfat diperlukan legum untuk pertumbuhan akar dan sumber energy pada
proses transpirasi dan fotosintesis. Rukmana (2005) menambahkan bahwa
komposisi zat gizi daun sentro (dasar bahan kering) terdiri atas: abu 8,8 % ; EE
3,6 % ; SK 31,4 % ; BETN 34,4 % ; PK 22,0 % dan TDN 60,7 %.
80
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi
pengolahan lahan dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah
dapat berfungsi secara optimal. Pengolahan lahan yang biasa dilakukan meliputi
pembersihan areal, pembajakan dan penggaruan. Pengolahan tanah dapat
dilakukan secara manual maupun mekanik. Penggemburan merupakan hal utama
yang dilakukan disamping pemupukan dan pengairan. Cara penanaman dapat
berupa penanaman di dalam jalur dengan menggunakan bahan tanam stek, biji,
dan pols (sobekan rumpun). Laju pertumbuhan tanaman pakan mengalami
peningkatan setiap minggunya. Hal tersebut disebabkan oleh tanah yang
digunakan sebagai media tanam, faktor pengairan pada tanaman, dan faktor
pemupukan yang dapat membantu memenuhi ketersediaan unsure hara dalam
tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
5.2. Saran
Praktikan sebaiknya harus berhati-hati dalam melakukan pemupukan,
karena sifat pupuk yang panas bila diberikan secara berlebihan dapat melayukan
daun. Pembaca sebaiknya melakukan pengamatan dan membaca refesensi lebih
lanjut mengenai pengolahan lahan agar mengetahui secara langsung hasil
pengamatan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, Adi., Kamiliah Wilda, dan Nuri Dewi Yanti. 2012. Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung di Kecamatan Batu Ampar
Kabupaten Tanah Laut Jurnal Agribisnis Perdesaan Volume 02 Nomor 02
Juni 2012. Alumni Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Unlam Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Unlam, Lampung.
Gardener, F.P. 2000. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Haryanto, Budi. 2009. Inovasi Teknologi Pakan Ternak dalam Sistem Integrasi
Tanaman-Ternak Bebas Limbah Mendukung Upaya Peningkatan Produksi
Daging. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Irawan, Denny, Hasanuddin, Lahmuddin Lubis. 2013. Uji Ketahanan Beberapa
Varietas Jagung (Zea mays L.). Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1,
No.3., Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan.
Kaunang, W.B, Frobel G. Dewanto, J. J. M. R. Londok, R. A. V. Tuturoong.
2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik Dan Organik Terhadap Produksi
Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek, Vol. 32, No. 5.
Fakultas Peternakan Universitas Samratulangi, Manado. Hal 1-8
Kusmiyati, F., E.D. Purbajanti dan S.D. Jayanti. 2007. Pertumbuhan dan produksi
hijauan alfalfa pada pemupukan fosfat dan interval waktu pemotongan
yang berbeda. Jurnal Pastura 11(4); 1-9
Made J. Mejaya, dkk,2005, Pola Heterosis Dalam Pembentukan Varietas Unggul
Jagung Bersari Bebas dan Hibrida, Makalah Disampaikan Dalam Seminar
Rutin Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor, 12 Mei 2005.
Mamonto, R. 2005. Pengaruh penggunaan dosis majemuk NPK Phonska terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays Saccharata slurt).
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Icshan, Gorontalo.
Prasetyo, B.H. 2007. Perbedaan sifat-sifat tanah vertisol dari berbagai bahan
induk. J. Ilmu-ilmu Pertanian. 9 (1): 20-31.
Purnomo dan R. Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul Seri Budidaya. Penebar
Swadaya, Bogor.
82
Raihan, H. S. 2000. Pemupukan NPK dan ameliorasi lahan pasang surut sulfat
masam berdasarkan nilai uji tanah untuk tanaman jagung. J. Ilmu Pertanian
9 (1): 20-28.
Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius,Yogyakarta.
Salam, R. 2001. Evaluation of Native and Introduced Herbaceous Forage
Legumes for Use in Sulawesi, Indonesia.Thesis M. Rur.Sc. Univ. of New
England, Armidale, N.S.W.
Soedomo, R 2000. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. PT
Gramedia, Jakarta
Soegiri, H. S. Ilyas dan Damayanti. 2001. Mengenal Beberapa Jenis Makanan
Ternak Daerah Tropis. Direktorat Biro Produksi Peternakan Departemen
Pertanian, Jakarta.
Sudarsana, Ketut. 2000. Pengaruh Effective Microorganism-4 (EM-4) Dan
Kompos Terhadap Produksi Jagung Manis ( Zea mays L. Saccharata )
Pada Tanah Entisols, Frontir No 32, Desember 2000 :1-6.
Sugandi, D, Uka K, M. Sabrani, M.E. Siregar dan D. Muslih. 2002. Budidaya
beberapa jenis tanaman pakan di lahan kering batu marta. Ilmu dan
Peternakan Vol.3.No 2.
Syafruddin, Faesal dan M. Akil., 2007. Pengelolaan Hara pada Tanaman Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Hlm. 213-214.
83
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Pengamatan Uji Perkecambahan Masing-Masing Jenis
Legume
Tabel 11. Data Uji Perkecambahan 14 Hari Benih Puero
Hari ke
Macam Skarifikasi Benih Puero
Fisik Mekanik Kimia
U1 U2 U1 U2 U1 U2
1 - - - - - -
2 - - - - - -
3 - - 1 - 3 2
4 1 - - - - -
5 - - - - - -
6 - - - 1 0 1
7 - - - - 1 1
8 - - - - - 1
9 - 1 - 1 - -
10 - - - - - -
11 1 - - - - -
12 - - - - - -
13 - - - - - -
14 - - - - - -
Jumlah 2 1 4 2 4 6
Persentase 20% 10% 40% 20% 40% 50%
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
84
Tabel 12. Data Uji Kecambah 14 Hari Benih Legum Sentro
Hari Ke
Macam Skarifikasi Benih Legum Sentro
Fisik Kimia Mekanik
U1 U2 U1 U2 U1 U2
1 - - - - - -
2 - - - - - -
3 1 - - - 4 -
4 - - 4 - 3 -
5 - - - - - -
6 - - - - - -
7 - - - - - -
8 - - - - - -
9 - - - - - -
10 - - - - - -
11 - - - - - -
12 - - - - - -
13 - - - - - -
14 - - - - - -
Jumlah 1 0 4 0 7 0
Persentase 10% 0% 40% 0% 70% 0%
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu TanamanPakan, 2013.
85
Tabel 13. Data Uji Kecambah 14 Hari Benih Kalopo
Hari Ke
Macam Skarifikasi Benih Kalopo
Fisik Kimia Mekanik
U1 U2 U1 U2 U1 U2
1 - - - - - -
2 - - - - - -
3 - - - 1 - -
4 - 1 - 1 1
5 1 - 2 1 - -
6 - - - - 1 -
7 1 - 1 1 - -
8 - 1 2 - 1 -
9 1 - - 1 - 1
10 1 - 1 1 - -
11 1 - 1 1 1 -
12 - - 1 - - -
13 - - - - - 1
14 - - - - - -
Jumlah 5 2 8 6 4 3
Persentase 50% 20% 80% 60% 40% 30%
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
86
Lampiran 2. Data Pengamatan Uji Muncul Tanah Masing-Masing Jenis
Legum
Tabel 14. Data Uji Muncul Tanah 14 Hari Benih Puero
Hari ke
Macam Skarifikasi Benih Puero
Fisik Mekanik Kimia
U1 U2 U1 U2 U1 U2
1 - - - - - -
2 - - - - - -
3 1 1 1 - 3 1
4 - - 1 1 1 1
5 - - - - 1 -
6 - - 1 1 3 1
7 1 - - - 1 2
8 - - 1 - - -
9 - 1 - - - 1
10 - - - - - -
11 1 - 1 - - -
12 - - - 1 - -
13 - - - - - -
14 - - - - - -
Jumlah 3 2 5 3 9 6
Presentase 40% 20% 50% 30% 90% 60%
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
87
Tabel 15. Data Uji Muncul Tanah 14 Hari Benih Legum Sentro
Hari Ke
Macam Skarifikasi Benih Legum Sentro
Fisik Kimia Mekanik
U1 U2 U1 U2 U1 U2
1 - - - - - -
2 - - - - - 4
3 5 1 0 1 5 2
4 - 1 - - 1 -
5 - 1 - - 2 -
6 - - - - 1 -
7 - - - - 1 -
8 - - - - - -
9 - - - - - -
10 - - - - - -
11 - - - - - -
12 - - - - - -
13 - - - - - -
14 - - - - - -
Jumlah 5 3 0 1 10 6
Persentase 50% 30% 0% 10% 100% 60%
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
88
Tabel 16. Data Uji Muncul Tanah 14 Hari Benih Kalopo
Hari Ke
Macam Skarifikasi Benih Kalopo
Fisik Kimia Mekanik
U1 U2 U1 U2 U1 U2
1 - - - - - -
2 - - - - - -
3 - - - 1 - -
4 - 1 - 1 1
5 1 - 2 1 - -
6 - - - - 1 -
7 1 - 1 1 - -
8 - 1 2 - 1 -
9 1 - - 1 - 1
10 1 - 1 1 - -
11 1 - 1 1 1 -
12 - - 1 - - -
13 - - - - - 1
14 - - - - - -
Jumlah 5 2 8 6 4 3
Persentase 50% 20% 80% 60% 40% 30%
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
89
Lampiran 3. Perhitungan Indeks Vigor Uji Perkecambahan
a. Skarifikasi puero secara fisik
Indeks Vigor
VI =
1
1
D
C
+
2
2
D
C
+ ……..+
14
14
D
C
U1 =
0
1
+
0
2
+
0
3
+
1
4
+
0
5
+
0
6
+
0
7
+
0
8
+
0
9
+
0
10
+
1
11
+
0
12
+
0
13
+
0
14
= 0 + 0 + 0 + 0,25 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0,09+ 0 + 0 + 0
=0,34
U2 =
0
1
+
0
2
+
0
3
+
0
4
+
0
5
+
0
6
+
0
7
+
0
8
+
1
9
+
0
10
+
0
12
+
0
13
+
0
14
= 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0,11 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0
= 0,11
b. Skarifikasi puero secara kimia
Indeks Vigor
VI =
1
1
D
C
+
2
2
D
C
+ ……..+
14
14
D
C
U1 =
0
1
+
0
2
+
3
3
+
0
4
+
0
5
+
0
6
+
1
7
+
0
8
+
0
9
+
0
10
+
0
11
+
0
12
+
0
13
+
0
14
= 0 + 0 + 1 + 0 + 0 + 0 + 0,14 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0
=1,14
U2 =
0
1
+
0
2
+
2
3
+
0
4
+
0
5
+
1
6
+
1
7
+
1
8
+
0
9
+
0
10
+
0
11
+
0
12
+
0
13
+
0
14
= 0 + 0 + 0,67 + 0 + 0 + 0,17 + 0,14 + 0,13 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0
=1,11
c. Skarifikasi puero secara mekanik
Indeks Vigor
VI=
1
1
D
C
+
2
2
D
C
+ ……..+
14
14
D
C
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH

More Related Content

What's hot

Perbanyakan tanaman
Perbanyakan  tanamanPerbanyakan  tanaman
Perbanyakan tanamanAli Babang
 
Presentasi Agroteknologi
Presentasi AgroteknologiPresentasi Agroteknologi
Presentasi AgroteknologiHaris Setiawan
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...UNESA
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Pertumbuhan dan Perkembangan TumbuhanPertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Pertumbuhan dan Perkembangan TumbuhanKenrick .
 
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanLaporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanNurma Fauzaniar
 
respon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganrespon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganmaya safitri
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkokFebrina Tentaka
 
Tanaman Transgenik
Tanaman TransgenikTanaman Transgenik
Tanaman Transgenikf' yagami
 
Proses pembuatan pupuk kompos
Proses pembuatan pupuk komposProses pembuatan pupuk kompos
Proses pembuatan pupuk komposAlline Arianne
 

What's hot (20)

Perbanyakan tanaman
Perbanyakan  tanamanPerbanyakan  tanaman
Perbanyakan tanaman
 
Presentasi Agroteknologi
Presentasi AgroteknologiPresentasi Agroteknologi
Presentasi Agroteknologi
 
Fisiologi Tumbuhan
Fisiologi TumbuhanFisiologi Tumbuhan
Fisiologi Tumbuhan
 
Agung_Nugroho_FP_UB_1999-2015_pipg
Agung_Nugroho_FP_UB_1999-2015_pipgAgung_Nugroho_FP_UB_1999-2015_pipg
Agung_Nugroho_FP_UB_1999-2015_pipg
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Pertumbuhan dan Perkembangan TumbuhanPertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
 
Fisiologi Biji
Fisiologi  BijiFisiologi  Biji
Fisiologi Biji
 
Botani 1 Pendahuluan
Botani 1 PendahuluanBotani 1 Pendahuluan
Botani 1 Pendahuluan
 
Dormansi
DormansiDormansi
Dormansi
 
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanLaporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
 
Budidaya tanaman semusim
Budidaya tanaman semusimBudidaya tanaman semusim
Budidaya tanaman semusim
 
respon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkunganrespon tanaman terhadap stress lingkungan
respon tanaman terhadap stress lingkungan
 
Bahan organik tanah
Bahan organik tanah Bahan organik tanah
Bahan organik tanah
 
Biokontrol
BiokontrolBiokontrol
Biokontrol
 
dormansi biji
dormansi bijidormansi biji
dormansi biji
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 
Tugas 1 ~ genetika dasar
Tugas 1 ~ genetika dasarTugas 1 ~ genetika dasar
Tugas 1 ~ genetika dasar
 
Tanaman Transgenik
Tanaman TransgenikTanaman Transgenik
Tanaman Transgenik
 
PPT PLANTAE
PPT PLANTAEPPT PLANTAE
PPT PLANTAE
 
Proses pembuatan pupuk kompos
Proses pembuatan pupuk komposProses pembuatan pupuk kompos
Proses pembuatan pupuk kompos
 

Viewers also liked

MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...Dewi Purwati
 
LAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKAN
LAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKANLAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKAN
LAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKANDewi Purwati
 
Bahan draft perbenihan indikator panen hortikultura
Bahan draft perbenihan indikator panen hortikulturaBahan draft perbenihan indikator panen hortikultura
Bahan draft perbenihan indikator panen hortikulturaAIAT East Java
 
LAPORAN BIOLOGI 2013
LAPORAN BIOLOGI 2013LAPORAN BIOLOGI 2013
LAPORAN BIOLOGI 2013Dewi Purwati
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
Peternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedagingPeternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedagingAlfin Nur
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiJosua Sitorus
 
RPP prakarya kelas 7 semester 1
RPP prakarya kelas 7 semester 1RPP prakarya kelas 7 semester 1
RPP prakarya kelas 7 semester 1kang dayat
 
Pemanfaatan arang sekam sebagai media tanaman sistem vertiminaponik
Pemanfaatan arang sekam sebagai media tanaman  sistem vertiminaponikPemanfaatan arang sekam sebagai media tanaman  sistem vertiminaponik
Pemanfaatan arang sekam sebagai media tanaman sistem vertiminaponikSyamsul Bahri Hs
 
Power poin makalah pak hendri
Power poin makalah pak hendriPower poin makalah pak hendri
Power poin makalah pak hendriHendra Harmi
 
Presentasi Peternakan
Presentasi PeternakanPresentasi Peternakan
Presentasi Peternakanproduknatural
 
2c esp8266 non-os_sdk_api_reference_en
2c esp8266 non-os_sdk_api_reference_en2c esp8266 non-os_sdk_api_reference_en
2c esp8266 non-os_sdk_api_reference_enle van hoa
 
Santa Barbara Polo & Racquet Club
Santa Barbara Polo & Racquet ClubSanta Barbara Polo & Racquet Club
Santa Barbara Polo & Racquet ClubFive Elements
 
Estabilidad Laboral
Estabilidad Laboral Estabilidad Laboral
Estabilidad Laboral miguel mendez
 

Viewers also liked (20)

MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
 
LAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKAN
LAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKANLAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKAN
LAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKAN
 
Laju digesti
Laju digestiLaju digesti
Laju digesti
 
Perkecambahan adalah
Perkecambahan adalahPerkecambahan adalah
Perkecambahan adalah
 
Makalah_61 Laporan praktikum benih rekalsitran
Makalah_61 Laporan praktikum benih rekalsitranMakalah_61 Laporan praktikum benih rekalsitran
Makalah_61 Laporan praktikum benih rekalsitran
 
Bahan draft perbenihan indikator panen hortikultura
Bahan draft perbenihan indikator panen hortikulturaBahan draft perbenihan indikator panen hortikultura
Bahan draft perbenihan indikator panen hortikultura
 
LAPORAN BIOLOGI 2013
LAPORAN BIOLOGI 2013LAPORAN BIOLOGI 2013
LAPORAN BIOLOGI 2013
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
 
Peternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedagingPeternakan ayam pedaging
Peternakan ayam pedaging
 
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman CabaiIdentifikasi Serangga Tanaman Cabai
Identifikasi Serangga Tanaman Cabai
 
Jurnal borneo desember 2016
Jurnal borneo desember 2016Jurnal borneo desember 2016
Jurnal borneo desember 2016
 
RPP prakarya kelas 7 semester 1
RPP prakarya kelas 7 semester 1RPP prakarya kelas 7 semester 1
RPP prakarya kelas 7 semester 1
 
Pemanfaatan arang sekam sebagai media tanaman sistem vertiminaponik
Pemanfaatan arang sekam sebagai media tanaman  sistem vertiminaponikPemanfaatan arang sekam sebagai media tanaman  sistem vertiminaponik
Pemanfaatan arang sekam sebagai media tanaman sistem vertiminaponik
 
Power poin makalah pak hendri
Power poin makalah pak hendriPower poin makalah pak hendri
Power poin makalah pak hendri
 
Presentasi Peternakan
Presentasi PeternakanPresentasi Peternakan
Presentasi Peternakan
 
Bioteknologi KEL 5
Bioteknologi KEL 5Bioteknologi KEL 5
Bioteknologi KEL 5
 
2c esp8266 non-os_sdk_api_reference_en
2c esp8266 non-os_sdk_api_reference_en2c esp8266 non-os_sdk_api_reference_en
2c esp8266 non-os_sdk_api_reference_en
 
Santa Barbara Polo & Racquet Club
Santa Barbara Polo & Racquet ClubSanta Barbara Polo & Racquet Club
Santa Barbara Polo & Racquet Club
 
Mj adeniyi
Mj adeniyi   Mj adeniyi
Mj adeniyi
 
Estabilidad Laboral
Estabilidad Laboral Estabilidad Laboral
Estabilidad Laboral
 

Similar to SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH

Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi bijiAlvadoc
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...UNESA
 
4.2. MODUL AJAR AGRIBISNIS TANAMAN.docx
4.2.  MODUL AJAR AGRIBISNIS TANAMAN.docx4.2.  MODUL AJAR AGRIBISNIS TANAMAN.docx
4.2. MODUL AJAR AGRIBISNIS TANAMAN.docxBsIsmail1
 
Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"
Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"
Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"Fitroh NH
 
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan bijipemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan bijiMelati Pambudi
 
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptxBAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptxPutriIndrastianingru
 
Modul praktikum-tpb-materi-1
Modul praktikum-tpb-materi-1Modul praktikum-tpb-materi-1
Modul praktikum-tpb-materi-1wiwaha17
 
Perkecambahan
PerkecambahanPerkecambahan
Perkecambahanf' yagami
 
393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx
393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx
393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docxDickySanjaya10
 
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...Fitroh NH
 
Luas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fix
Luas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fixLuas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fix
Luas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fixUnzila Illa Ika
 
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnyaBerikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnyaOperator Warnet Vast Raha
 
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnyaBerikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnyaOperator Warnet Vast Raha
 
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTeknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTidar University
 

Similar to SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH (20)

Acara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekbenAcara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekben
 
Acara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekbenAcara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekben
 
Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi biji
 
Dormansi biji gulma
Dormansi biji gulmaDormansi biji gulma
Dormansi biji gulma
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
 
4.2. MODUL AJAR AGRIBISNIS TANAMAN.docx
4.2.  MODUL AJAR AGRIBISNIS TANAMAN.docx4.2.  MODUL AJAR AGRIBISNIS TANAMAN.docx
4.2. MODUL AJAR AGRIBISNIS TANAMAN.docx
 
Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"
Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"
Karya ilmiah biologi "pertumbuhan kacang hijau"
 
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan bijipemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
 
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptxBAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
BAB 7 PERKECAMBAHAN DALAM DASAR AGRONOMIAN D.pptx
 
Modul praktikum-tpb-materi-1
Modul praktikum-tpb-materi-1Modul praktikum-tpb-materi-1
Modul praktikum-tpb-materi-1
 
Perkecambahan
PerkecambahanPerkecambahan
Perkecambahan
 
Acara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekbenAcara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekben
 
393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx
393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx
393491399 laporan-percobaan-kacang-media-kapas-basah-dan-tanah-docx
 
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
Proposal praktikum biologi "Pengaruh Kelembaban Tanah terhadap Pertumbuhan Ke...
 
Luas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fix
Luas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fixLuas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fix
Luas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fix
 
Perkecambahan benih
Perkecambahan benihPerkecambahan benih
Perkecambahan benih
 
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnyaBerikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
 
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnyaBerikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
 
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTeknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 

More from Dewi Purwati

LAPORAN RESMI BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN 2013
LAPORAN RESMI BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN 2013LAPORAN RESMI BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN 2013
LAPORAN RESMI BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN 2013Dewi Purwati
 
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakLaporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakDewi Purwati
 
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013 Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013 Dewi Purwati
 
Kelompok vi b fister
Kelompok vi b fisterKelompok vi b fister
Kelompok vi b fisterDewi Purwati
 
Hukum Gravitsi Umum
Hukum Gravitsi Umum Hukum Gravitsi Umum
Hukum Gravitsi Umum Dewi Purwati
 
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIPLaporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIPDewi Purwati
 
Produksi Ternak Perah
Produksi Ternak Perah Produksi Ternak Perah
Produksi Ternak Perah Dewi Purwati
 

More from Dewi Purwati (9)

LAPORAN RESMI BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN 2013
LAPORAN RESMI BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN 2013LAPORAN RESMI BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN 2013
LAPORAN RESMI BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN 2013
 
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakLaporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
 
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013 Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
 
Kelompok vi b fister
Kelompok vi b fisterKelompok vi b fister
Kelompok vi b fister
 
Hukum Gravitsi Umum
Hukum Gravitsi Umum Hukum Gravitsi Umum
Hukum Gravitsi Umum
 
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIPLaporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
 
Lembar pengesahan1
Lembar pengesahan1Lembar pengesahan1
Lembar pengesahan1
 
Pigeons
PigeonsPigeons
Pigeons
 
Produksi Ternak Perah
Produksi Ternak Perah Produksi Ternak Perah
Produksi Ternak Perah
 

Recently uploaded

Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 

Recently uploaded (20)

Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 

SKARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH

  • 1. 1 ACARA 1. SCARIFIKASI DAN UJI MUNCUL TANAH
  • 2. 2 BAB I PENDAHULUAN Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah karena produksi benih bermutu masih belum bisa mencukupi permintaan pengguna atau petani bahkan peternak. Mendapatkan benih yang bermutu bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih lagi benih hijauan makanan ternak (legum) kebanyakan mempunyai kulit yang keras, untuk membantu proses perkecambahan perlu dilakukan skarifikasi sehingga dapat mengubah kulit yang tidak permeabel menjadi permeabel terhadap gas-gas dan air. Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman. Tujuan dari praktikum ilmu tanaman pakan adalah agar mahasiswa mengetahui efek skarifikasi terhadap persentasi perkecambahan berbagai leguminosa pakan, dan mengetahui efek skarifikasi dan kedalaman terhadap persentasi muncul tanah berbagai leguminosa pakan, serta mampu melakukan skarifikasi. Manfaat dari praktikum ilmu tanaman pakan adalah mengetahui cara skarifikasi yang paling efektif agar mendapatkan hijauan pakan yang maksimal.
  • 3. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skarifikasi Skarifikasi adalah suatu upaya pada benih dengan cara memecah dormasi yang bertujuuan untuk mengubah kulit biji yang tidak permeabel menjadi permeabel terhadap gas-gas dan air. Skarifikasi menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas kulit benih sehingga laju imbibisi benih tinggi. Laju imbibisi yang tinggi diikuti dengan penguraian cadangan makanan yang tinggi. Impermeabilitas benih legume disebabkan oleh dua lapisan paling luar kulit benih yaitu kutikula dan palisade (Juhanda et al., 2013). Kulit benih yang permeable memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih sehingga proses imbibisi dapat terjadi. Skarifikasi dibagi menjadi tiga, yaitu skarifikasi mekanik, kimiawi dan fisik. Skarifikasi (pelukaan kulit benih) adalah cara untuk memberikan kondisi benih yang impermeabel menjadi permeabel melalui penusukan; pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan penggoresan dengan bantuan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat lainnya (Schmidt, 2000). 2.1.1. Skarifikasi fisik Beberapa jenis terkadang memerlukan perendaman dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Perlakuan fisik dengan merendam benih pada air panas dilakukan selama 10 menit dengan suhu 600C. Perkecambahan benih dengan skarifikasi fisik yaitu dengan cara perendaman ke
  • 4. 4 dalam air panas rata-rata 16%. Rendahnya presentase disebabkan karena kurang lamanya waktu perendaman, penyerapan air dimulai proses imbibisi (fase I) sampai 24 jam yang merupakan fase penyerapan dan diikuti oleh (fase II) yang ditandai dengan penyerapan air yang cenderung konstan (Bewley dan Black 2006). Benih tanaman legum pada umumnya mengalami dormansi fisik yang disebabkan oleh morfologis kulit benih yang menyebabkan kulit benih bersifat impermeable (Schmidt 2000). 2.1.2. Skarifikasi kimia Perlakuan secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia dengan tujuan agar kulit biji yang digunakan sebagai benih bersifat permeable terhadap air. Perendaman menggunakan asam sulfat pekat menyebabkan kulit biji mejadi permeabel terhadap air sehingga kulit biji mudah tumbuh dalam periode yang pendek (Soemarsono 2002). Perlakuan dengan menggunakan H2SO4 pada benih biasanya bertujuan untuk merusak kulit benih, akan tetapi apabila terlalu berlebihan dalam hal konsentrasi atau lama waktu perlakuan dapat menyebabkan kerusakan pada embrio. Penggunaan H2SO4 pada skarifikasi kimia terhadap benih puero dengan mengikuti tata cara yang sesuai akan menyebabkan benih menjadi permeable. Dengan adanya permeabilitas, biji akan dapat mensuplai kebutuhan untuk pertumbuhan (Lensari 2009).
  • 5. 5 2.1.3. Skarifikasi mekanik Skarifikasi mekanik umumnya digunakan memecah dormansi benih akibat impermeabilitas kulit, baik terhadap kulit maupun gas dan resistan mekanisme kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit buah. Benih tanaman legum umumnya mengalami dormansi fisik yang disebabkan oleh morfologis kulit benih yang menyebabkan kulit benih bersifat impermeable (Schmidth, 2000). Skarifikasi mekanik umumnya dilakukan dengan diamplas. Skarifikasi mekanik dengan amplas dilakukan dengan kulit cadangan makanan yang berwarna merah sehingga menyebabkan benih bersifat permeable sehingga air dapat masuk kedalam benih yang diskarifikasi ( Juhanda et al., 2013). 2.2. Perkecambahan Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Proses perkecanbahan merupakan suatu rangakain kompleks dari perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang telah tumbuh. Perkecambahan benih dimulai saat terjadi imbibisi air ke dalam benih (Copeland dan McDonal 2001). Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma Sutopo (2002). Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Proses perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji
  • 6. 6 menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air). Dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Schmidt 2002). Dengan adanya air, oksigen akan masuk ke dalam benih dan mengurai cadangan makanan yang digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan kecambah normal dalam waktu yang cepat dan serentak (Juhanda et al., 2013). 2.3. Uji muncul tanah Uji muncul tanah merupakan suatu cara pengujian kualitas tanah dalam hubungannya dengan ketersediaan unsur hara dan zat-zat yang terkandung di dalamnya yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Uji muncul tanah dilakukan untuk mengetahui kecepatan tumbuhnya biji atau muncul biji di atas tanah dan kedalaman efektif biji tanaman makanan ternak. Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo 2002). Letak benih yang tertanam tersebut kurang mendapatkan sinar matahari, sehingga benih terlambat pertumbuhannya. Cahaya berpengaruh pada laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Peter et al,. 2002)
  • 7. 7 2.4. Benih Kualitas benih dalam perkecambahan atau uji muncul tanah sangat mempengaruhi hasil produksi, semakin baik kualitas benih maka semakin baik pula hasil yang akan diperoleh. Faktor ketersediaan benih sangat penting dalam budidaya tanaman, untuk mendukung pengembangan dan budibayanya maka dibutuhkan bibit yang bermutu dalam jumlah yang banyak dan dapat disediakan dalam waktu singkat (Saleh, 2004). Dormansi benih merupakan sifat dormansi tersebut dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan dalam persemaian dan pembibitan. Keadaan dorman pada benih dapat berlangsung hanya beberapa hari atau minggu, tetapi dapat juga sampai beberapa bulan, bahkan ada yang sampai beberapa tahun. Setelah mendapat perlakuan khusus benih baru dapat berkecambah (Mustika et al., 2010) 2.4.1. Puero Puero merupakan legume yang memiliki ciri-ciri tumbuh merambat, membelit dan memanjat, warna daunnya hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan. Sifat perakarannya dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat, daunnya berwarna hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan (Sumarsono 2007). Puero mempunyai stolon yang dapat mengeluarkan akar dari tiap ruas batangnya yang bersinggungan dengan tanah. Perakarannya dalam dan bercabang- cabang, sehingga puero dapat berfungsi sebagai pencegah erosi, tahan musim kemarau yang tak terlalu panjang (Novrida 2005).
  • 8. 8 2.4.2. Sentro Tanaman sentro (Centrosema pubescens) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh menjalar, berdaun tiga di setiap tangkainya, memiliki bunga denga warna keunguan, daunnya berbentuk elips dan berbulu pada kedua permukaannya. Centrosema memiliki batang yang langsing, daunnya berbentuk lonjong sampai bulat dengan ukuran 3-9 x 1,5-5 cm dengan bulu pendek di dua permukaannya (Purwantari et. al 2003). Bunga tersusun di tangkai yang pendek berwarna biru keuunguan dengan lebih gelap kekuningan ukurannya 4 x 3 cm dengan taji yang panjangnya tidak mencapai 1 mm. Sentro termasuk subfamili Papilionoidae dengan ciri-ciri tanaman sentro antara lain tumbuh menjalar, batang agak berbulu, daun majemuk, trifoliat, warna daun hijau gelap, berbunga besar berbentuk kupu- kupu dan berwarna ungu pucat, polong berbentuk pipih seperti pedang dengan panjang 10 - 15 cm (Rukmana 2005). 2.4.3. Kalopo Kalopo (Calopogonium mucunoides) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh merambat dan membelit, batannya panjang dan berbulu dengan warna kecoklatan, daunnya berbentuk bulat, serta memiliki bunga yang berwarna biru keunguan. Pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, memiliki daun majemuk tiga dengan kedudukan berselang-seling (Purwanto 2007). Sifat tanaman kalopo adalah tumbuh perenial, menjalar dan membelit, dapat membentuk hamparan setinggi 45 cm, berbatang lunak dan berbulu coklat keemas-emasan, berdaun majemuk, pada setiap tangkai terdapat tiga anak daun, bentuk helaian daun membulat, berbulu
  • 9. 9 halus dan berwarna coklat keemas-emasan, bunga kecil berwarna biru dan berbentuk seperti kupu-kupu, polong pipih pendek (3-4 cm) dan berbulu coklat keemas-emasan (Rukmana 2005).
  • 10. 10 BAB III MATERI DAN METODE Praktikum ilmu tanaman pakan dengan acara skarifikasi benih dan uji muncul tanah dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 April 2013 sampai 29 April 2013 pada pukul 15.30-17.30 di Laboratorium Ilmu Tanaman PakanTernak dan Rumah Kaca, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. Materi Bahan yang digunakan dalam skarifikasi, perkecambahan dan uji muncul tanah adalah 60 benih sentro, 60 benih puero dan 60 benih kalopo, air panas 60o C, larutan H2SO4 96 %, air, kapas atau tissu, plastik, amplas, dan tanah. Alat yang digunakan adalah polibag sebagai media untuk uji muncul tanah. Amplas untuk menggosok benih dalam melakukan skarifikasi mekanik, alat tulis untuk menuliskan data hasil pengamatan. 3.2. Metode 3.2.1. Skarifikasi Metode praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi skarifikasi dilakukan dengan tiga metode yaitu secara fisik, kimiawi dan mekanik. Cara fisik yaitu dengan merendam masing-masing 20 benih puero, sentro dan kalopo kedalam larutan air panas 600C selama 10 menit, cara kimiawi dengan merendam
  • 11. 11 masing-masing 20 benih puero, sentro dan kalopo ke dalam larutan H2SO4 96% selama 3 menit untuk centro dan kalopo dan 5 menit untuk puero, cara mekanik dengan menggosok masing-masing 20 benih puero, sentro dan kalopo dengan menggunakan amplas. 3.2.2. Perkecambahan Metode yang digunakan dalam materi Perkecambahan dilakukan dengan mengambil 20 benih puero, sentro dan kalopo pada masing-masing skarifikasi, kemudian meletakkannya pada media, yaitu plastik yang sudah diberi tissu. menyemprotkan air secara merata supaya lembab. Langkah selanjutnya adalah menyimpan benih dalam suhu kamar, mengamati dan mencatat pertumbuhan benih selama 14 hari disertai dengan melakukan penyiraman setiap hari selanjutnya menghitung dan membuang benih yang tidak berkecambah, menghitung persen perkecambahan, Vigor Indeks (VI), dan Coefesien Vigor (CV). Cara menghitung persen perkecambahan, Vigor Indeks, dan Coefisien Vigor yaitu sebagai berikut: % Perkecambahan= Jml biji yang tumbuh x 100% Jml biji yang ditanam VI = C1 + C2 + ……………… + Cn D1 D2 Dn CV = 100(A1+A2+………………..An) A1T1 + A2T2……………..AnTn Keterangan: VI = Vigor Indeks C = Jumlah berkecambah pada hari tertentu
  • 12. 12 D = Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah kecambah CV = Coefisien Vigor T = Waktu yang berkorespondensi dengan A A = Jumlah benih yang berkecambah pada waktu teretentu 3.2.3. Uji Muncul Tanah Metode yang digunakan dalam materi uji muncul tanah adalah menanam masing-masing 20 benih puero, sentro, dan kalopo yang sudah diskarifikasi fisik, kimia dan mekanik pada polibag sebagai media tanah. Mengamati dan mencatat pertumbuhan benih selama 14 hari disertai dengan melakukan pengamatan setiap hari selanjutnya menghitung berkecambah, menghitung persen perkecambahan, Vigor Indeks (VI), dan Coefesien Vigor (CV). Cara menghitung persen perkecambahan, Vigor Indeks, dan Coefisien Vigor yaitu sebagai berikut: % Perkecambahan= Jml biji yang tumbuh x 100% Jml biji yang ditanam VI = C1 + C2 + ……………… + Cn D1 D2 Dn CV = 100(A1+A2+………………..An) A1T1 + A2T2……………..AnTn Keterangan: VI = Vigor Indeks C = Jumlah berkecambah pada hari tertentu D = Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah kecambah CV = Coefisien Vigor T = Waktu yang berkorespondensi dengan A A = Jumlah benih yang berkecambah pada waktu teretentu
  • 13. 13 BAB IV HASIL PEMBAHASAN 4.1. Perkecambahan 4.1.1. Perkecambahan fisik Berdasarkan praktikum pada perkecambahan dengan skarifikasi fisik diperoleh hasil data sebagai berikut: Tabel 1. Perkecambahan dengan Skarifikasi Fisik Jenis Legum Indeks Vigor Koefisien Vigor % PerkecambahanU1 U2 U1 U2 Puero 0,34 0,11 13,3 11,1 30% Sentro 0,33 0 33,3 0 40% Kalopo 0,5 0,37 11,9 16,67 35% Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013 Berdasarkan hasil data praktikum perkecambahan dengan skarifikasi fisik diperoleh bahwa jumlah benih yang berkecambah dan percepatan perkecambahan antara U1 dan U2 berbeda. Rata-rata indeks vigor pada U1 lebih banyak dibandingkan U2. Indeks vigor benih puero U1 0,34 dan U2 0,11, koefisien vigor nya U1 13,3 dan U2 11,1. Indeks vigor pada sentro U1 0,33 dan U2 0, koefisien vigornya U1 33,3 dan U2 0. Indeks vigor pada kalopo U1 0,5 dan U2 0,37, koefisien nya U1 11,9 dan U2 16,9. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu penyemprotan air yang kurang merata pada media tissue, posisi media dalam keadaan berdiri pada inkubator menyebabkan air yang ada di posisi atas turun ke bawah. benih yang terletak di posisi atas akan memperoleh kelembaban yang
  • 14. 14 rendah dibanding dengan yang di bawah, sehingga menyebabkan perkecambahan tumbuh tidak serentak. Hal ini sesuai dengan pendapat Juhanda et al., (2013) yang menyatakan bahwa dengan adanya air, oksigen akan masuk ke dalam benih dan mengurai cadangan makanan yang digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan kecambah normal dalam waktu yang cepat dan serentak. Diantara ketiga jenis benih legume, yang paling bagus adalah benih kalopo yaitu dengan indeks vigor 0,5 dan 0,37 dan koefisien vigor nya 11,9 dan 16,67. Persentase perkecambahan puero 30%, sentro 40% dan kalopo 35%. Perbedaan ini dipengaruhi oleh lamanya perendaman masing-masing jenis legume berbeda. Semakin lama direndam maka akan cepat berkecambah karena biji sudah membuka. Hal ini sesuai dengan pendapat Bewley dan Black (2006) yang menyatakan bahwa rendahnya presentase disebabkan karena kurang lamanya waktu perendaman, penyerapan air dimulai proses imbibisi (fase I) sampai 24 jam yang merupakan fase penyerapan dan diikuti oleh (fase II) yang ditandai dengan penyerapan air yang cenderung konstan. 4.1.2. Perkecambahan kimia Berdasarkan praktikum pada perkecambahan dengan skarifikasi kimia diperoleh hasil data sebagai berikut: Tabel 2. Perkecambahan dengan Skarifikasi Kimia Jenis Legum Indeks Vigor Koefisien Vigor % PerkecambahanU1 U2 U1 U2 Puero 1,14 1,11 25 18,5 45% Sentro 0,5 0,5 25 25 20% Kalopo 1,06 0,97 12,12 13,33 70% Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013
  • 15. 15 Berdasarkan hasil data praktikum perkecambahan dengan skarifikasi kimia diperoleh bahwa jumlah benih yang berkecambah dan percepatan perkecambahan antara U1 dan U2 berbeda. Rata-rata indeks vigor dan koefisien vigor dari ketiga jenis benih legum pada U1 lebih banyak dibandingkan U2. Benih puero yang diskarifikasi kimia memiliki indeks vigor U1 1,14 dan U2 1,11, koefisien vigor U1 25 dan U2 18,5. Indeks vigor benih sentro U1 0,5 dan U2 0,5 dan koefisien vigor U1 25 dan U2 25. Indeks vigor benih kalopo U1 1,06 dan U2 0,97 dan koefisien vigor 12,12 dan U2 13,33. Hal ini dipengaruhi penyemprotan air yang kurang merata pada media tissue, posisi media dalam keadaan berdiri pada inkubator menyebabkan air yang ada di posisi atas turun ke bawah sehingga penyerapan air pada benih kurang maksimal dalam proses perkecambahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2002) yang menyatakan bahwa tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Benih puero yang diskarifikasi kimia memiliki indeks vigor tertinggi dan kalopo. Koefisien vigor tertinggi pada jenis benih sentro. Persentase perkecambahan puero 45%, sentro 20% dan kalopo 70%. Rata–rata presentase lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang fisik dan mekanik. Hal ini dikarenakan H2SO4 yang bersifat asam dapat lebih meningkatkan permeabilitas biji dari pada dengan air panas dan pengamplasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemarsono (2002) yang menyatakan bahwa perendaman menggunakan asam sulfat pekat menyebabkan kulit biji mejadi permeabel terhadap air sehingga kulit biji mudah tumbuh dalam periode yang pendek.
  • 16. 16 4.1.3. Perkecambahan mekanik Berdasarkan praktikum pada perkecambahan dengan skarifikasi mekanik diperoleh hasil data sebagai berikut: Tabel 3. Perkecambahan dengan Skarifikasi Mekanik Jenis Legum Indeks Vigor Koefisien Vigor % PerkecambahanU1 U2 U1 U2 Puero 0,67 0,28 21,43 13,3 30% Sentro 2,08 2,33 29,17 33,3 35% Kalopo 0,88 0,68 13,79 11,53 35% Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013 Berdasarkan hasil data praktikum perkecambahan dengan skarifikasi mekanik diperoleh bahwa jumlah benih yang berkecambah dan percepatan perkecambahan antara U1 dan U2 berbeda. Indeks vigor pada benih puero U1 0,67 dan U2 0,28. Indeks vigor benih sentro U1 2,08 dan U2 2,33. Indeks vigor benih kalopo U1 0,88 dan U2 0,68. Koefisien Vigor pada benih puero U1 21,43 dan U2 13,3. Indeks vigor benih sentro U1 29,17 dan U2 33,3. Indeks vigor benih kalopo U1 13,79 dan U2 11,53. Rata-rata percepatan perkecambahan tertinggi adalah benih sentro yaitu dengan indeks vigor 2,08 dan 2,33 dan koefisien vigor nya 29,17 dan 33,3. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu penyemprotan air yang kurang merata pada media tissue, posisi media dalam keadaan berdiri pada inkubator menyebabkan air yang ada di posisi atas turun ke bawah. Benih yang terletak di posisi atas akan memperoleh kelembaban yang rendah dibanding dengan yang di bawah. Menurut pendapat Schmidt (2000) menyatakan bahwa dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik
  • 17. 17 untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya. Ditambahkan oleh pendapat Copeland dan McDonal (2001) menyatakan bahwa perkecambahan benih dimulai saat terjadi imbibisi air ke dalam benih. Percepatan perkecambahan terendah adalah benih puero dengan indeks vigor nya 0,67 dan 0,28 dan koefisien vigor nya 21,43 dan 13,3. Persentase perkecambahan puero 30%, sentro 35% dan kalopo 35%. Persentase yang rendah dapat terjadi karena pengamplasan yang kurang baik menyebabkan kulit biji tidak terkelupas dengan baik, sehingga air maupun gas tidak dapat masuk sehingga perkecambahan terhambat. Selain itu yang dapat menyebabkan tidak berkecambahnya biji adalah konsentrasi air yang terlalu banyak pada waktu penyiraman. Hal ini sesuai dengan pendapat Juhanda et al., (2013) Kulit benih yang permeabel memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih sehingga proses imbibisi dapat terjadi. 4.2. Uji muncul tanah 4.2.1. Uji muncul tanah fisik Berdasarkan praktikum pada uji muncul tanah dengan skarifikasi fisik diperoleh hasil data sebagai berikut: Tabel 4. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Fisik Jenis Legum Indeks Vigor Koefisien Vigor % PerkecambahanU1 U2 U1 U2 Puero 0,57 0,44 14,28 16,67 30% Sentro 1,67 0,78 33,33 25 35% Kalopo 0,64 0,32 11,9 16,67 35% Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013
  • 18. 18 Berdasarkan hasil pengamatan uji muncul tanah dengan skarifikasi fisik di dapatkan hasil U1 dan U2 yang berbeda pada indeks vigor maupun koefisien vigornya. Indeks vigor pada puero U1 dan U2 adalah 0,57 dan 0,44 sementara koefisien vigor puero U1 dan U2 adalah 14,28 dan 16,67. Indeks Vigor sentro pada U1 dan U2 adalah 1,67 dan 0,78 sementara koefisien vigor sentro pada U1 dan U2 adalah 33,33 dan 25. Indeks vigor kalopo pada U1 dan U2 adalah 0,64 dan 0,32 sementara koefisen vigor U1 dan U2 adalah 11,9 dan 16,67. Percepatan uji muncul tanah terendah adalah benih puero dengan indeks vigor skarifiksi fisik benih puero pada U1 dan U2 adalah 0,57 dan 0,44 sementara koefisien vigor skarifiksi fisik benih puero pada U1 dan U2 14,28 dan 16,67. Percepatan uji muncul tertinggi skarifikasi fisik adalah benih sentro dan kalopo. Hal itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kurangnya penyinaran matahari karena letak polibag berada dibawah meja, penyiraman benih yang tidak merata. Hal ini sesuai dengan pendapat Peter et al., (2002) menyatakan bahwa letak benih yang tertanam tersebut kurang mendapatkan sinar matahari, sehingga benih terlambat pertumbuhannya karena cahaya berpengaruh pada laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Persentase uji muncul tanah puero 30%, sentro 35% dan kalopo 35%. Diantara ketiga jenis benih legume tersebut, benih puero paling lambat daya tumbuhnya. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurang lama dalam perendaman air hangat. Hal ini sesuai dengan pendapat Bewley dan Black (2006) menyatakan bahwa rendahnya presentase disebabkan karena kurang lamanya waktu perendaman, penyerapan air dimulai proses imbibisi (fase I) sampai 24 jam
  • 19. 19 yang merupakan fase penyerapan dan diikuti oleh (fase II) yang ditandai dengan penyerapan air yang cenderung konstan. 4.2.2. Uji muncul tanah kimia Berdasarkan praktikum pada uji muncul tanah dengan skarifikasi kimia diperoleh hasil data sebagai berikut: Tabel 5. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Kimia Jenis Legum Indeks Vigor Koefisien Vigor % PerkecambahanU1 U2 U1 U2 Puero 1,86 1,15 18 18,75 75% Sentro 0 0,33 0 33,33 5% Kalopo 1,03 0,97 12,12 13,33 70% Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013 Berdasarkan hasil pengamatan uji muncul tanah dengan skarifikasi kimia terdapat perbedan indeks vigor dan koefisien vigor pada U1 dan U2.. Indeks vigor skarifikasi kimia puero pada U1 dan U2 adalah 1,86 dan 1,15 sementara koefisien vigor skarifikasi kimia puero pada U1 dan U2 adalah 18 dan 18,75. Indeks vigor skarifikasi kimia sentro pada U1 dan U2 adalah adalah 0 dan 0,33 sementara koefisien vigor skarifikasi kimia ssentro adalah 0 dan 33,33. Indeks vigor skarifikasi kimia kalopo pada U1 dan U2 adalah 1,037 dan 0,97 sementara koefisien vigor skarifikasi vigor kalopo pada U1 dan U2 adalah 12,12 dan 13,33. Percepatan uji muncul tanah terendah adalah pada benih puero dengan indeks vigor skarifikasi kimia U1 dan U2 adalah adalah 0 dan 0,33 sementara koefisien vigor skarifikasi kimia sentro adalah 0 dan 33,33. Percepatan uji muncul tanah tertinggi adalah benih puero dengan indeks vigor skarifikasi kimia pada U1 dan
  • 20. 20 U2 adalah 1,86 dan 1,15 sementara koefisien vigor skarifikasi kimia puero pada U1 dan U2 adalah 18 dan 18,75. Hal itu disebabkan karena terlalu lama perendaman larutan H2SO4 pada proses skarifikasi kimia terhadap benih sentro, sehingga menyebabkan pertumbuhan benih sentro menjadi terhambat karena terjadi kerusakan pada embrio. Hal ini sesuai dengan pendapat Lensari (2009) bahwa perlakuan dengan menggunakan H2SO4 pada benih biasanya bertujuan untuk merusak kulit benih, akan tetapi apabila terlalu berlebihan dalam hal konsentrasi atau lama waktu perlakuan dapat menyebabkan kerusakan pada embrio. Penggunaan H2SO4 pada skarifikasi kimia terhadap benih puero dengan mengikuti tata cara yang sesuai akan menyebabkan benih menjadi permeable. Dengan adanya permeabilitas, biji akan dapat mensuplai kebutuhan untuk pertumbuhan. Persentase uji muncul tanah puero 75%,sentro 5%, dan kalopo 70%. Terjadi perbedaan hasil pengujian viabilitas benih yang dipengaruhi oleh media tumbuh terkait dengan kemampuan media tersebut mensuplai kebutuhan benih untuk pertumbuhannya. Sifat fisik yang baik dan kemampuan mererap air merupakan salah satu kriteria media tumbuh yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo, (2002) yang menyatakan bahwa medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan.
  • 21. 21 4.2.3. Uji muncul tanah mekanik Berdasarkan praktikum pada uji muncul tanah dengan skarifikasi mekanik diperoleh hasil data sebagai berikut: Tabel 6. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Mekanik Jenis Legum Indeks Vigor Koefisien Vigor % PerkecambahanU1 U2 U1 U2 Puero 0,96 0,53 15,625 13,36 40% Sentro 2,63 2,66 13,81 42,85 85% Kalopo 0,63 0,43 13,79 11,54 35% Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013 Berdasarkan hasil pengamatan uji muncul tanah dengan skarifikasi mekanik di dapatkan hasil percepatan yang berbeda. Indeks vigor skarifikasi mekanik terhadap benih puero pada U1 dan U2 adalah adalah 0,96 dan 0,53 sementara koefisien vigor skarifikasi mekanik benih puero pada U1 dan U2 adalah 15,625 dan 13,36. Indeks vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1 dan U2 adalah 2,63 dan 2,66 sementara koefisien vigor benih sentro pada U1 dan U2 adalah 13,81 dan 42,85. Indeks vigor skarifikasi benih kalopo pada U1 dan U2 adalah 0,63 dan 0,43 sementara koefisien vigor skarifikasi benih kalopo pada U1 dan U2 adalah 13,79 dan 11,54. Percepatan muncul tanah tertinggi adalah benih sentro dengan indeks vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1 dan U2 adalah 2,63 dan 2,66 dan koefisien vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1 dan U2 adalah 13,81 dan 42,85. Percepatan uji muncul tanah terendah adalah benih kalopo dengan indeks vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1 dan U2 adalah 0,63 dan 0,43 dan koefisien vigor skarifikasi mekanik benih sentro pada U1 dan U2 adalah 13,79 dan 11,54. Persentase uji muncul tanah puero 40%, sentro
  • 22. 22 85%, dan kalopo 35%. Hal itu disebabkan oleh benih sentro yang diamplas sangat efektif dalam percepatan daya tumbuhnya. Perlakuan ini memungkinkan air masuk kedalam benih untuk memulai berlangsungnya proses perkecambahan benih. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2002) yang menyatakan bahwa tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Diperkuat oleh pendapat Juhanda et al., (2013) yang menyatakan bahwa skarifikasi mekanik dengan ampelas dilakukan dengan cadangan makanan yang berwarna merah sehingga menyebabkan benih bersifat permeabel sehingga air dapat masuk kedalam benih yang diskarifikasi.
  • 23. 23 BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi pengujian daya tumbuh dan uji muncul tanah. Skarifikasi kimia merupakan cara yang paling efektif dalam perkecambahan dan uji muncul tanah pada benih. Uji muncul tanah yang paling baik adalah jenis benih kalopo yang diskarifikasi kimia. Jenis benih puero yang discarifikasi kimia paling cepat perkecambahannya. 5.2. Saran Sebaiknya pada praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi skarifikasi uji perkecambahan dan uji muncul tanah, kita harus lebih berhati-hati dalam pengamatan biji selama 14 hari. Praktikan harus menyiapkan jadwal dan daftar tabel hasil pengamatan dengan rapi dan tertib, agar tidak terjadi kekeliruan dalam pendataan dan penghitungan perkecambahan.
  • 24. 24 DAFTAR PUSTAKA Bewley, J.D. and M. Black. 2006. Seeds, Physiology of Development And Germination. Plenum Press. New York. 367 p. Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science and Technology. Kluwer Academic Publishers. 467 p. Juhanda, Yayuk Nurmaity dan Ermawati. 2013. Jurnal Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993. Vol. 1, No. 1: 45-49. Pengaruh Skarifikasi Pada Pola Imbibisi Dan Perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss precatorius L.) Lensari , Delfy. 2009. Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi terhadap Kemampuan Perkecambahan Benih Angsana. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Peter, R. G. dan Fisher, H. M. 2002. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Purwantari, N.D., B.R. Prawiradiputra, Armiadi Semali, Siti Yuhaeni, E. Sutedi, Sajimin dan A. Afanindi. 2003. Peningkatan Produktivitas Tanaman Pakan Ternak. Laporan Penelitian. Balai Penelitin Ternak. Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius, Yogyakarta. Rukmana, H. R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta. Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis. Diterjemahkan oleh Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan. PT Gramedia.Jakarta. 530 hlm. Soemarsono. 2002. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Penerbit Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Sutopo, L., 2002. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Fakultas Pertanian UNBRAW. . Jakarta: PT Raja Grafindo Persad.
  • 26. 26 BAB I PENDAHULUAN Pengenalan jenis hijauan penting dilakukan mengingat semakin pentingnya arti hijauan pakan bagi kebutuhan ternak khususnya ruminansia. Identifikasi hijauan pakan dapat dilakukan berdasarkan karakteristik yang dimiliki tiap-tiap jenis hijauan pakan. Hijauan pakan dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu rumput dan legum. Rumput merupakan tumbuhan monokotil dan memiliki kandungan serat yang tinggi. Beberapa tanaman yang termasuk dalam jenis rumput antara lain Pennisetum purpureum, Pennisetum hybrida, Brachiaria brizantha, Panicum maximum dan Setaria sphacelata. Legum merupakan tumbuhan dikotil dan memiliki kandungan protein dan mineral (Ca dan P) yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput. Namun dalam pemberian legum untuk pakan ternak tidak boleh lebih dari 40% karena legum mengandung racun dan zat antinutrisi. Beberapa tanaman yang termasuk dalam jenis legum antara lain Gliricidia maculate, Leucaena leucocephala, Calopogonium muconoides, Centrosema pubescens, dan Pueraria phaseoloides. Tujuan praktikum pengenalan jenis hijauan pakan yaitu mengenali dan memahami tentang karakteristik jenis-jenis penting rumput dan legum pakan serta mengenali ciri khas masing-masing jenis hijauan pakan. Manfaat praktikum pengenlan jenis hijauan pakan yaitu agar dapat membedakan karakteristik masing- masing jenis hijauan pakan dan mengetahui morfologi atau bagian-bagian yang terdapat pada masing-masing jenis hijauan pakan (gramineae dan leguminoceae).
  • 27. 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput (Gramineae) Rumput atau gramineae mempunyai taksonomi sebagai berikut : Filum : Spermatophyta/Anthopita Sub filum : Angiospermae Kelas : Monocotiledoneae Ordo : Glumifora Familia : Gramineae Sub- familia : Panicoideae Tribus : Paniceae, eragrosteae, chloroideae, andropogoneae. Genus : Pennisetum Spesies : Pennisetum purpureum Rumput merupakan tumbuhan monokotil dengan siklus hidup annual dan perenial. Rumput mempunyai sifat tumbuh yaitu dengan membentuk rumpun, tanaman dengan batang merayap pada permukaan, tanaman horisontal dengan merayap tetapi batang tumbuh ke atas dan rumpun membelit (Soemarsono, 2002). Rumput dibedakan menjadi dua golongan yaitu rumput potong dan rumput gembala. Syarat rumput potong adalah produksi per satuan luas cukup tinggi, tumbuh tinggi secara vertikal, banyak anakan dan responsif terhadap pemupukan, contohnya adalah Pennisetum purpureum, Panicum maximum, Euchlaena mexicana, Setaria sphacelata, Panicum coloratum, Sudan grass. Syarat rumput gembala adalah pendek atau menjalar (stolon), tahan renggut dan injak, perakarannya kuat dan dalam, serta tahan kekeringan. Contohnya adalah Brachiaria brizantha, Brachiaria ruziziensis, Brachiaria mutica, Paspalum dilatatum, Digitaria decumbens, Chloris gayana (Sumarsono, 2007).
  • 28. 28 2.1.1. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) Rumput gajah merupakan salah satu jenis hijauan pakan. Rumput gajah (elephant grass) disebut juga naper (naper grass) atau rumput uganda (Uganda grass). Karakteristik morfologi rumput gajah adalah tumbuh tegak, merumpun lebat, tinggi tanaman dapat mencapai 7 meter, berbatang tebal dan keras, daun panjang dan berbunga seperti es lilin (Rukmana, 2005). Rumput gajah merupakan hijauan pakan yang disukai ternak. Rumput ini merupakan tipe tanaman tahunan yang dapat ditanam secara monokultur dan tumpangsari dengan legum, sehingga dapat diperoleh manfaat maksimal. Pertumbuhan rumput ini relatif lebih cepat, daun-daun dan perkarannya dapat menahan erosi (Mufarihin et al., 2012). Rumput gajah (Pennisetum purpureum), sebagai bahan pakan ternak yang merupakan hijauan yang unggul, dari aspek fisiologi dan produksi. Produksi rumput gajah dapat mencapai 20-30 ton/ ha/ tahun (Ella, 2002). 2.1.2. Rumput raja (Pennisetum hybrida) Rumput raja mempunyai karakteristik tumbuh membentuk rumpun, warna daun hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun kasar, dan tulang daun lebih putih dari rumput gajah (Mannetje, 2000). Rumput raja merupakan tanaman tahunan, tumbuh tegak membentuk rumpun, perakaran dalam, bentuk mirip dengan tanaman tebu, batang tebal dan keras. Rumput ini berdaun lebih lebar dan lebih panjang dibandingkan dengan daun rumput gajah, pada daun terdapat banyak bulu kasar dibandingkan rumput gajah. Selain itu, tanaman rumput raja tidak berbunga (Suyitman, 2003). Rumput raja dapat tumbuh pada tanah yang
  • 29. 29 subur di dataran rendah sampai di dataran tinggi dengan curah hujan tahunan lebih dari 1.000 mm. Produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput gajah yaitu dapat mencapai 40 ton rumput segar/hektar sekali panen atau antara 200-250 ton rumput segar/ hektar/ tahun (Rukmana, 2005). 2.1.3. Rumput bebe (Brachiaria brizantha) Rumput bebe (Brachiaria brizantha) merupakan salah satu jenis rumput yang digunakan untuk penggembalaan ringan (light grazing) pada umur 3-5 bulan setelah biji disebar. Brachiaria memiliki karakteristik antara lain tumbuh semi tegak sampai tegak, berumur panjang, tumbuh membentuk hamparan lebat, tinggi hamparan dapat mencapai 30-45 cm dan tangkai yang sedang berbunga dapat mencapai tinggi 1 m, bentuk daun linier, berambut atau berbulu dan berwarna hijau gelap (Fanindi dan Prawiradiputra, 2004). Karakteristik lain yang terdapat pada Brachiaria brizantha yaitu memiliki pangkal batang yang bercabang banyak sehingga terbentuk hamparan yang lebat, tinggi hamparan lebih kurang 1 m dan pangkal daun berbulu lebat (Rukmana, 2005). 2.1.4. Rumput benggala (Panicum maximum) Rumput benggala (Panicum maximum) merupakan salah satu jenis hijauan pakan yang memiliki karakteristik tumbuh tegak membentuk rumpun, mirip padi dengan tinggi tanaman 1,00–1,50 m, daun bentuk pita, berwarna hijau dengan panjang 40-105 cm dan lebar 10-30 mm (Sajimin et al., 2004). Rumput benggala merupakan tanaman pakan ternak yang tepat untuk memenuhi kebutuhan hijauan
  • 30. 30 pakan bagi ternak ruminansia karena rumput benggala termasuk tanaman berumur panjang, dapat beradaptasi pada semua jenis tanah, palatabel (disukai ternak) serta mempunyai komposisi nutrisi yang baik (Purbajanti et al., 2007). 2.1.5. Rumput setaria (Setaria sphacelata) Rumput setaria sering disebut setaria Lampung atau Timothy Emas Lampung. Rumput setaria berasal dari kawasan Afrika tropis, kemudian berkembang di Kenya dan Senegal. Rumput setaria memiliki karakteristik tumbuh tegak, berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun halus dan lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas (Rukmana, 2005). Rumput setaria merupakan rumput yang tahan terhadap panas dan cepat tumbuh (Rochani, 2010). 2.2. Legum (Leguminoceae) Umumnya legum pakan termasuk ke dalam sub famili Papilionacea, memiliki siklus hidup : annual, binneal, perennial. Lebih lanjut dijelaskan bahwa leguminose mempunyai taksonomi sebagai beriku: Filum : Spermatophyta/Anthopita Sub filum : Angiospermae Kelas : Dicotiledoneae Ordo : Rosales Famili : Leguminosae Sub- famili :Papilionaceae (Papilionadeae), Mimosaceae (Mimosa), Caesalpiniaceae (Caesalpiniadeae). Genus : Pueraria Spesies : Pueraria phaseloides
  • 31. 31 Famili tanaman kacangan / leguminoceae terbagi atas tiga sub famili yaitu mimosaceae, caesalpinaceae dan papilionaceae. Mimosaceae adalah tanaman perdu berkayu dengan bunga biasa, sedangkan caesalpinaceae mempunyai bunga irregular. Papilionaceae merupakan tanaman semak berkayu dengan bunga papilonate atau berbentuk kupu. Menurut fungsinya, kacangan dibagi menjadi 3 macam, yaitu : 1. Sebagai hijauan pangan dan bahan pakan (papilionaceae), misalnya kacang tanah (Arachis higogeae), kacang kedelai (Glycine soya), kacang panjang (Vigna sinensis). 2. Sebagai hijaun pakan ternak (mimosceae), misalnya kacang gude (Cayanus cayan), kalopo (Calopogonium mucunoides), sentro (Centrosema pubecens). 3. Multi fungsi (pakan, pagar, pelindung, penahan erosi), misalnya Gliricidia maculate, Albizzia falcata (Sumarsono, 2002). Legum termasuk dicotyledoneus dimana embrio mengandung dua daun biji cotyledone. Legume yang ada mempunyai siklus hidup secara annual, binneal atau perennial. Leguminosa diandalkan sebagai hijauan sumber protein untuk pakan ternak ruminansia di daerah tropika. Leguminosa mempunyai bintil akar yang berfungsi dalam pemanfaatan nitrogen dari udara dan mengkonversi nitrogen tersebut menjadi protein. Oleh karena itu leguminosa dapat memenuhi kebutuhan nitrogen untuk hidupnya dan tumbuh dengan subur walaupun persediaan nitrogen dalam tanah sedikit, melalui bakteri khusus (Rhizobium) menginfeksi rambut akar dan berasosiasi dengan bintil akar (Novrida, 2005).
  • 32. 32 2.2.1. Daun Gamal (Gliricidia maculate) Gamal merupakan tanaman sejenis perdu dari kerabat polong-polongan (suku Fabaceae alias Leguminoceae). Karakteristik gamal yaitu memiliki cabang banyak dengan tinggi tanaman 2-15 meter, batang berwarna hijau ketika masih muda dan berwarna putih keabu-abuan sampai kecoklatan ketika tua, bunga berbentuk kupu-kupu dan terkumpul pada ujung batang dengan warna mahkota bunganya putih ungu dan terdapat 10 benangsari berwarna putih, daun berbentuk elips (oval) dengan panjang rata-rata 2-7 cm dan lebar 1-3 cm (Natalia et al., 2009). Gamal memiliki daun majemuk menyirip yang terdiri dari 7-17 helai daun yang berhadapan dengan ujung runcing (Lilis, 2012). 2.2.2. Lamtoro (Leucaena leucocephala) Tanaman lamtoro berasal dari Amerika tropis. Tanaman ini mempunyai sistem perakaran yang dalam dan tahan kekeringan. Karakteristik tanaman ini adalah tumbuh cepat, daun tanaman berukuran kecil, berwarna hijau dan tersusun rapi bagai bulu burung dan tinggi pohon antara 5-7 m (Rukmana, 2005). Tanaman lamtoro merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang tumbuh tegak dan berupa pohon serta tidak berduri dan bunganya berbentuk bola dengan warna putih kekuningan atau merah muda (Sumarsono, 2007). Selain itu, di dalam tanaman lamtoro terkandung senyawa sekunder utama yang ditemukan berupa mimosin, namun jumlanya relatif kecil, yaitu sekitar 3-4 % (Winugroho, 2009).
  • 33. 33 2.2.3. Kalopo (Calopogonium mucunoides) Kalopo atau kalopogonium (Calopogonium sp.) merupakan leguminosa herba yang banyak ditemukan di perkebunan-perkebunan, khusunya perkebunan karet. Kalopo ditanam sebagai penutup tanah karena karakteristik tanaman ini yang dapat menekan gulma, menjadi pupuk hijau serta toleran terhadap naungan. Tanaman ini mampu menghasilkan hijauan dalam jumlah yang relatif tinggi dan stabil sepanjang tahun. Namun tanaman ini memiliki kelemahan yaitu palatabilitasnya yang rendah. Hal ini disebabkan oleh banyaknya bulu-bulu pada daun dan batangnya (Fanindi dan Prawiradiputra, 2004), tetapi tanaman kalopo akan disukai oleh ternak sapi selama musim kering (Rahman, 2006) Kalopo merupakan jenis legum pakan yang memiliki karakteristik tumbuh menjalar, merambat, memiliki daun majemuk tiga dengan kedudukan berselang- seling (Purwanto, 2007). Kalopo dapat membentuk hamparan setinggi 45 cm, berbatang lunak dan berbulu coklat keemas-emasan, berdaun majemuk dengan bentuk helaian daun membulat, berbulu halus dan berwarna coklat keemas- emasan, bunga kecil berwarna biru dan berbentuk seperti kupu-kupu, polong pipih pendek (3-4 cm) dan berbulu coklat keemas-emasan (Rukmana, 2005). 2.2.4. Sentro (Centrocema pubescens) Sentro atau centro termasuk subfamili papilionaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan. Sifat tanaman sentro adalah tumbuh menjalar dan memanjat, batang berbulu, berdaun majemuk, pada setiap tangkai daun terdapat tiga helai anak daun, warna daun hijau gelap, berbunga besar berbentuk kupu-
  • 34. 34 kupu dan berwarna ungu pucat, polong berbentuk pipih seperti pedang dengan panjang antara 10-15 cm (Rukmana, 2005). Sentro adalah tanaman legum pakan penting, disukai ternak (palatable), merupakan spesies pertama yang digunakan secara luas untuk perbaikan padang penggembalaan karena sangat produktif dengan kualitas hijauan yang tinggi (Rahman, 2006). Centrosema memiliki batang yang langsing, daunnya berbentuk lonjong sampai bulat dengan ukuran 3-9 x 1,5-5 cm dengan bulu pendek di dua permukaannya. Bunga pada tanaman sentro tersusun di tangkai yang pendek berwarna biru keuunguan dengan lebih gelap kekuningan ukurannya 4 x 3 cm dengan taji yang panjangnya tidak mencapai 1 mm (Purwantari et al., 2003). 2.2.5. Puero (Pueraria phaseoloides) Puero termasuk tanaman legume pakan yang lebih palatable dibandingkan kalopo. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah tropika basah dengan curah hujan tahunan 1.200-1.500 mm dan tahan terhadap periode kering yang singkat sekitar 2-3 bulan serta toleran terhadap tanah masam (pH 4.0-5.5) dan tanah yang kekurangan P (Rahman, 2006). Karakteristik puero yaitu memiliki perakaran yang dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat, daunnya berwarna hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan (Sumarsono, 2007). Puero tumbuh menjalar dan memanjat, tiap buku dapat bercabang banyak, membentuk hamparan dengan ketinggian 60-75 cm, daun majemuk, pada tiap tangkai terdapat tiga helai anak daun, helaian daun lebar, membulat membentuk segitiga, bunga seperti kupu-kupu, polong pipih sedikit melengkung dengan
  • 35. 35 panjang kurang dari 10 cm (Rukmana, 2005). Tanaman puero mempunyai stolon yang dapat mengeluarkan akar dari tiap ruas batangnya yang bersinggungan dengan tanah. Perakarannya yang dalam dapat berfungsi sebagai pencegah erosi, tahan musim kemarau yang tak terlalu panjang (Novrida, 2005).
  • 36. 36 BAB III MATERI DAN METODE Praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi pengenalan jenis hijauan pakan dilaksanakan pada hari Selasa, 23 April 2013 pukul 16.00 - 18.00 WIB di Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. Materi Alat-alat yang digunakan dalam pratikum ilmu tanaman pakan dengan materi pengenalan jenis hijaun pakan adalah kertas karton dan buku gambar ukuran A4 untuk media menggambar. Serta pensil, penghapus dan spidol sebagai alat yang digunakan untuk menggambar objek. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman rumput benggala (Panicum maximum), rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum hybrida), rumput setaria (Setaria sphacelata), rumput bebe (Brachiaria brizantha) dan tanaman legum lamtoro (Leucaena leucocephala), sentro (Centrosema pubescens), gamal (Gliricidia maculate), puero (Pueraria phaseoloides), kalopo (Calopogonium mucunoides) lengkap sebagai objek gambar. 3.2. Metode Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah menyiapakan macam- macam tanaman pakan rumput dan legum lengkap dengan bagian-bagiannnya.
  • 37. 37 Menggambar rumput dan legum tersebut dalam karton dan buku gambar ukuran A4 menggunakan pensil, penghapus dan spidol. Melengkapi gambar tersebut dengan memberikan keterangan masing-masing bagian, sistematika dan ciri khas dari masing-masing tanaman rumput dan legum.
  • 38. 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gramineae 4.1.1. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut : Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Sumber : http://tridian.files.wordpress. com/2010/12/11122010030.j pg Ilustrasi 1. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh membentuk rumpun, akarnya serabut, terdapat buku-buku pada batangya, batangya berbulu, tebal dan keras, daunnya panjang dan berjumbai serta bagian permukaan atas daunnya berlulu. Hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa karakteristik morfologi rumput gajah adalah tumbuh tegak, merumpun lebat, tinggi tanaman dapat mencapai 7 meter, berbatang tebal dan
  • 39. 39 keras, daun panjang dan berbunga seperti es lilin. Rumput gajah termasuk hijauan yang disuka ternak (palatable) dan termasuk dalam kategori rumput potong karena memiliki produksi yang tinggi setiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ella (2002) yang menyatakan bahwa rumput gajah (Pennisetum purpureum), sebagai bahan pakan ternak yang merupakan hijauan yang unggul, dari aspek fisiologi dan produksi. Produksi rumput gajah dapat mencapai 20-30 ton/ ha/ tahun. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Mufarihin et. al (2012) yang menyatakan bahwa rumput gajah merupakan hijauan pakan yang disukai ternak. Rumput ini merupakan tipe tanaman tahunan yang dapat ditanam secara monokultur dan tumpangsari dengan legum, sehingga dapat diperoleh manfaat maksimal. Pertumbuhan rumput ini relatif lebih cepat, daun-daun dan perkarannya dapat menahan erosi.
  • 40. 40 4.1.2. Rumput raja (Pennisetum hybrida) Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut : Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013 Sumber : http://images04.olx.co.id/ui/14/ 98/86/1351002115_446849286 _8-PANGG ER-JAYA-jual- kam bing-dombaanti- tipu- murah-.jpg Ilustrasi 2. Rumput raja (Pennisetum hybrida) Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ciri-ciri tanaman rumput raja (Pennisetum hybrida) adalah tumbuh membentuk rumpun, tulang daunnya lebih putih dari pada rumput gajah, daunnya berbulu dan memiliki tepi daun yang tajam, bentuknya mirip seperti rumput gajah, memiliki akar serabut, serta batangya tebal dan keras. Hal ini sesuai dengan pendapat Mannetje (2000) yang menyatakan bahwa karakteristik rumput ini tumbuh membentuk rumpun, warna daun hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun kasar, dan tulang daun lebih putih dari rumput gajah. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Suyitman (2003) yang menyatakan bahwa rumput raja
  • 41. 41 merupakan tanaman tahunan tumbuh tegak membentuk rumpun, perakaran dalam, bentuk mirip dengan tanaman tebu, batang tebal dan keras. Rumput ini berdaun lebih lebar dan lebih panjang dibandingkan dengan daun rumput gajah, pada daun terdapat banyak bulu kasar dibandingkan rumput gajah, tanaman ini tidak berbunga. 4.1.3. Rumput bebe (Brachiaria brizantha) Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut : Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Sumber : http://cdn.ruralcentro.net/Imag emProd uto/1/01708d30-8851- 4ed3-873f-246d Ilustrasi 3. Rumput Bebe (Brachiaria brizantha) Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ciri-ciri rumput bebe (Brachiaria brizantha) yaitu tumbuh cepat membentuk hamparan memiliki batang dan daun yang kaku serta kasar, batangnya kecil, beruas pendek dan berwarna merah tua kekuningan sampai keunguan, daunnya berbulu halus serta memiliki akar serabut. Hal ini sesuai dengan pendapat Fanindi dan Prawiradiputra (2004) yang menyatakan bahwa karakteristik Brachiaria yaitu
  • 42. 42 tumbuhnya semi tegak sampai tegak, merupakan rumput yang berumur panjang, tumbuh membentuk hamparan lebat, tinggi hamparan dapat mencapai 30-45 cm dan tangkai yang sedang berbunga dapat mencapai tinggi 1 m, bentuk daun linier, berambut atau berbulu dan berwarna hijau gelap. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa karakteristik rumput Brachiaria brizantha adalah tumbuh tegak, pangkal batang bercabang banyak sehingga terbentuk hamparan yang lebat, tinggi hamparan lebih kurang 1 m, dan pangkal daun berbulu lebat. 4.1.4. Rumput benggala (Panicum maximum) Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut : Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Sumber : http://www.hear.org/pier/imag es/starr_030626_0021_panicu m _maximum.jpg Ilustrasi 4. Rumput Benggala (Panicum maximum) Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ciri-ciri rumput benggala yaitu memiliki daun berpita, batang kuat dan tegak, tumbuh membentuk rumpun, buku dan lidah daunnya berbulu, bunganya
  • 43. 43 berwarna keunguan, berakar serabut dan memiliki banyak anakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sajimin et al., (2004) yang menyatakan bahwa rumput benggala adalah tanaman tumbuh tegak membentuk rumpun mirip padi dengan tinggi tanaman 1,00 – 1,50 m, daun bentuk pita, berwarna hijau dengan panjang 40–105 cm dan lebar 10–30 mm. Selain itu, rumput benggala merupakan hijauan pakan yang sifatnya palatable (disuka ternak) hal ini sesuai dengan pendapat Purbajanti et al., (2007) yang menyatakan bahwa rumput benggala (Panicum maximum) merupakan tanaman pakan ternak yang tepat untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan bagi ternak ruminansia karena rumput ini termasuk tanaman berumur panjang, dapat beradaptasi pada semua jenis tanah dan palatable (di sukai ternak) serta mempunyai komposisi nutrisi yang baik. 4.1.5. Rumput setaria (Setaria sphacelata) Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut : Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Sumber : http://www.tropicalforages.inf o/key/Fo rages/Media/Html/i images/Setaria_spha celata_va r._splendida/Setaria_ var_sple ndida_05l.jpg Ilustrasi 5. Rumput Setaria (Setaria sphacelata)
  • 44. 44 Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa rumput setaria (Setaria spacelata) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh tegak membentuk rumpun, pangkal batangnya berwarna coklat keemasan dan tidak keras, berakar serabut, daunnya berpita serta agak berbulu pada bagian permukaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rochani (2010) yang menyatakan bahwa rumput setaria adalah sejenis rumput yang memiliki ciri-ciri antara lain berdaun dan berbatang lunak, tahan terhadap panas, cepat tumbuh. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun halus dan lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas. 4.2. Leguminosa 4.2.1. Gamal (Gliricidia maculate) Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut : Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Sumber : http://upload.wikimedia.org/ wikipedi a/commons/4/43/St arr_070111-3196_ Gliricidia _sepium.jpg Ilustrasi 6. Gamal (Gliricidia maculate)
  • 45. 45 Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa gamal (Gliricidia maculate) memiliki ciri-ciri antara lain berbentuk pohon, batangnya lurus, panjang dan berkayu dengan warna putih kecoklatan, bunganya berwarnya putih keunguan atau merah muda, perakarannya kuat dan dalam serta daunnya berbentuk oval dengan tulang daun menyirip. Hal ini sesuai dengan pendapat Natalia et al., (2009) yang menyatakan bahwa gamal merupakan tanaman jenis perdu, memiliki cabang banyak dengan tinggi tanaman 2-15 meter, batangnya berwarna hijau ketika masih muda dan berwarna putih keabu-abuan sampai kecoklatan ketika tua, memiliki daun berbentuk elips (oval) dengan panjang rata-rata 2-7 cm dan lebar 1-3 cm, bunganya berbentuk kupu-kupu dan terkumpul pada ujung batang dengan warna mahkota bunganya putih ungu dan terdapat 10 benangsari berwarna putih. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Lilis (2012) yang menyatakan bahwa gamal memiliki batang tunggal atau bercabang dengan tinggi 2–15 meter, mempunyai daun majemuk menyirip yang terdiri dari 7–17 helai daun yang berhadapan dengan ujung runcing. 4.2.2. Lamtoro (Leucaena leucocephala) Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
  • 46. 46 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Sumber : http://www.fao.org/ag/AGP/ /AGPC/d oc/Gallery/pictures /leuleu0.jpg Ilustrasi 7. Lamtoro (Leucaena leucocephala) Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, ciri-ciri tanaman lamtoro antara lain tanamannya tumbuh dengan tegak yang berupa pohon serta tidak berduri, bunganya berbentuk bola warna putih kekuningan, berakar dalam dalam dapat digunakan sebagai pencegahan erosi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarsono (2007) yang menyatakan bahwa tanaman lamtoro tumbuh tegak, berupa pohon dan tidak berduri, sistem perakarannya dalam dan bunganya berbentuk bola warna putih kekuningan atau merah muda. Petai cina atau lamtoro ini dapat ditanam sebagai tanaman annual dan perennial. Di dalam tanaman lamtoro terdapat kandungan protein yang tinggi serta terdapat zat anti nutrisi yaitu mimosin. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Winugroho (2009) yang menyatakan bahwa senyawa sekunder utama yang ditemukan dalam lamtoro adalah mimosin, namun jumlanya relatif kecil, yaitu sekitar 3-4 %
  • 47. 47 4.2.3. Kalopo (Calopogonium mucunoides) Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut : Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Sumber : http://farm3.staticflickr.com/ 2795/4476295580_bc8a8681 f2_o.jpg Ilustrasi 8. Kalopo (Calopogonium mucunoides) Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa kalopo (Calopogonium mucunoides) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh merambat dan membelit, batannya lunak, panjang dan berbulu dengan warna kecoklatan, daunnya majemuk, trifoliat dan berbentuk bulat, serta memiliki bunga yang berwarna biru keunguan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (2007) yang menyatakan bahwa pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, memiliki daun majemuk tiga dengan kedudukan berselang-seling. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa sifat tanaman kalopo adalah tumbuh perenial, menjalar dan membelit, dapat membentuk hamparan setinggi 45 cm, berbatang lunak dan berbulu coklat keemas-emasan, berdaun majemuk, pada setiap tangkai terdapat tiga anak daun, bentuk helaian daun membulat, berbulu halus dan berwarna coklat keemas-emasan, bunga kecil
  • 48. 48 berwarna biru dan berbentuk seperti kupu-kupu, polong pipih pendek (3-4 cm) dan berbulu coklat keemas-emasan. Kalopo merupakan legum pakan yang kurang disukai ternak karena memiliki banyak bulu pada daun dan batang. Hal ini sesuai dengan pendapat Fanindi dan Prawiradiputra (2004) yang menyatakan bahwa kelemahan dari tanaman ini adalah palatabilitasnya yang rendah. Hal ini disebabkan banyaknya bulu-bulu dan daun pada batangnya. Selain itu terdapat perbedaan yang mecolok antara kalopo dengan puero yaitu bulu-bulu yang terdapat pada batang dan daun pada kalopo lebih banyak daripada puero, bentuk helaian daun pada kalopo lebih bulat sedangkan pada puero membulat membentuk segitiga dan kapolo memiliki polong yang berbentuk pipih pendek, sedangkan puero memiliki polong yang beebentuk pipih dan sedikit melengkung. Hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa bentuk helaian daun kalopo membulat dan polongnya pipih pendek, sedangkan pada puero helaian daun lebar, membulat membentuk segitiga dan polongnya pipih sedikit melengkung dengan panjang kurang dari 10 cm.
  • 49. 49 4.2.4. Sentro (Centrosema pubescens) Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut : Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Sumber : http://upload.wikimedia.org/wi kipedia/ commons/3/31/Centr osema_pubescens RHu1.JPG Ilustrasi 9. Sentro (Centrosema pubescens) Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tanaman sentro (Centrosema pubescens) memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh menjalar, berdaun tiga di setiap tangkainya, memiliki bunga denga warna keunguan, daunnya berbentuk elips dan berbulu pada kedua permukaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwantari et al., (2003) yang menyatakan bahwa Centrosema memiliki batang yang langsing, daunnya berbentuk lonjong sampai bulat dengan ukuran 3-9 x 1,5-5 cm dengan bulu pendek di dua permukaannya. Bunga tersusun di tangkai yang pendek berwarna biru keuunguan dengan lebih gelap kekuningan ukurannya 4 x 3 cm dengan taji yang panjangnya tidak mencapai 1 mm. Hal ini diperkuat oleh pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa sentro termasuk subfamili Papilionaceae dengan ciri-ciri tanaman sentro antara lain tumbuh menjalar, batang agak berbulu, daun majemuk,
  • 50. 50 trifoliat, warna daun hijau gelap, berbunga besar berbentuk kupu-kupu dan berwarna ungu pucat, polong berbentuk pipih seperti pedang dengan panjang 10- 15 cm. Sentro merupakan legum pakan yang paling palatable dibandingkan kalopo dan puero. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahman (2006) yang menyatakan bahwa Sentro adalah tanaman legum pakan penting, disukai ternak (palatable), merupakan spesies pertama yang digunakan secara luas untuk perbaikan padang penggembalaan karena sangat produktif dengan kualitas hijauan yang tinggi. Tanaman sentro memiliki perbedaan dengan tanaman kalopo dan puero yaitu pada bentuk daunnya. Bentuk daun pada sentro lebih lonjong sedang kan pada tanaman kalopo dan puero berbentuk bulat. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwantari et al., (2003) yang menyatakan bahwa daun sentro berbentuk lonjong sampai bulat dengan ukuran 3-9 x 1,5-5 cm. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Rukmana (2005) yang menyatakan bahwa bentuk helaian daun kalopo membulat dan polongnya pipih pendek, sedangkan pada puero helaian daun lebar, membulat membentuk segitiga dan polongnya pipih sedikit melengkung dengan panjang kurang dari 10 cm.
  • 51. 51 4.2.5. Puero (Pueraria phaseoloides) Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut : Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Sumber : http://www.phytoimages.siu.e edu/users/ pelserpb/9_22_12/ 23sep12/Pueraria.jpg Ilustrasi 10. Puero (Pueraria phaseoloides) Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa ciri- ciri tanaman puero adalah tumbuh merambat, membelit dan memanjat, warna daunnya hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarsono (2007) yang menyatakan bahwa ciri-cirinya tumbuh merambat, membelit dan memanjat. Sifat perakarannya dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat, daunnya berwarna hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Novrida (2005) bahwa puero mempunyai stolon yang dapat mengeluarkan akar dari tiap ruas batangnya yang bersinggungan dengan tanah. Perakarannya dalam dan bercabang- cabang, sehingga puero dapat berfungsi sebagai pencegah erosi, tahan musim kemarau yang tak terlalu panjang.
  • 52. 52 Puero merupakan legume pakan yang sifatnya lebih palatable jika dibandingkan dengan tanaman kalopo. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarsono (2007) yang menyatakan bahwa puero termasuk tanaman legum pakan yang lebih palatable dibandingkan kalopo. Tanaman puero memiliki perbedaan dengan tanaman kalopo. Selain pada bentuk daun dan polongnya, perbedaan tersebut terletak pada bunganya. Bunga pada puero terletak di dalam tandan pada aksilari, sedangkan pada kalopo bunganya tersusun seperti tandan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fanindi dan Prawiradiputra (2004) yang menyatakan bahwa Calopogonium mucunoides berbunga kupu-kupu tersusun rapi seperti tandan berwarna kebiruan dibandingkan dengan Pueraria phaseoloides memuat bunga pada axillary tandan terdiri dari 4-12 di atas peduncles yang berbulu.
  • 53. 53 BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Hijauan pakan dibagi dalam dua golongan yaitu golongan Gramineae dan Leguminoceae. Gramineae merupakan hijauan pakan yang memiliki ciri perakaran serabut, pada batangnya terdapat buku-buku (nodus) yang melingkari batang. Gramineae dibagi menjadi dua yaitu rumput potong dan rumput gembala. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tanaman yang termasuk dalam jenis rumput potong antara lain rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum hybrida), rumput benggala (Panicum maximum) dan rumput setaria (Setaria sphacelata), sedangkan yang termasuk dalam jenis rumput gembala adalah rumput bebe (Brachiaria brizantha). Leguminoceae termasuk dicotyledoneus dimana embrio mengandung dua daun biji cotyledone. Menurut fungsinya legum dibedakan mendaji tiga, yaitu legum untuk pangan dan pakan, legume untuk pakan dan legume multi fungsi (untuk pakan, pagar, pelindung, penahan erosi). Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tanaman yang termasuk dalam jenis legume untuk pangan dan pakan adalah antara lain lamtoro (Leucaena leucocephala). Tanaman yang termasuk dalam jenis legum untuk pakan adalah kalopo (Calopogonium muconoides), sentro (Centrosema pubescens), dan puero (Pueraria phaseoloides), sedangkan tanaman yang termasuk dalam jenis legum
  • 54. 54 multi fungsi yaitu daun gamal (Gliricidia maculate) dan lamtoro (Leucaena leucocephala). 5.2. Saran Praktikan sebaiknya lebih teliti dan cermat dalam melakukan pengamatan terhadap hijauan pakan yang diamati karena setiap jenis hijauan pakan memiliki ciri atau karakteristik yang berbeda sehingga diharapkan praktikan dapat benar- benar mengetahui dan mengenali karakteristik dari setiap jenis hijauan pakan. Pembaca sebaiknya melakukan pengamatan terhadap hijauan pakan (gramineae dan leguminoceae) sehingga dapat mengetahui langsung karakter atau ciri yang terdapat pada masing-masing jenis hijauan pakan dan sebaiknya mencari referensi lain mengenai hijauan pakan karena pada laporan ini juga masih terdapat beberapa kekurangan mengenai informasi tentang karakteristik hijauan pakan.
  • 55. 55 DAFTAR PUSTAKA Ella, A.2002. Produktivitas dan Nilai Nutrisi Beberapa Renis Rumput dan Leguminosa Pakan yang Ditanam pada Lahan Kering Iklim Basah. Balai Pe ngkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar. Fanindi, A. Purwantari dan B.R. Prawiradiputra. 2004. Karakterisasi dan Pemanfaatan Rumput Brachiaria Sp. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Lilis Riyanti. D24080086. 2012. Efektivitas Isolat Bakteri Rumen Kerbau Pencerna Serat dalam Fermentasi Hijauan Leguminosa dan Pemanfaatan Urea in vitro. Skripsi. Departement Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Mannetje. 2000. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. PT Balai Pustaka, Jakarta. Mufarihin, A., D. R. Lukiwati dan Sutarno. 2012. Pertumbuhan dan Bobot Bahan Kering Rumput Gajah dan Rumput Raja pada Perlakuan Aras Auksin yang Berbeda. Jurnal Animal Agriculture. Vol. 1 (2). Hlm. 1-15. Natalia, H., Delly N., Sri, H. 2009. Keunggulan Gamal sebagai Pakan Ternak. BPTU Sembawa, Palembang. Purbajanti, E.D., D. Soetrisno., E.Hanudin dan S.P.S. Budi. 2007. Karakteristik lima jenis rumput pakan pada berbagai tingkat salinitas. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 32 (3) : 186-197. Purwantari, N.D., B.R. Prawiradiputra, Armiadi Semali, Siti Yuhaeni, E. Sutedi, Sajimin dan A. Afanindi. 2003. Peningkatan Produktivitas Tanaman Pakan Ternak. Laporan Penelitian. Balai Penelitin Ternak. Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius, Yogyakarta Rahman, A. 2006. Respons Pertumbuhan dan Adaptasi terhadap Cekaman Kekeringan Tiga Jenis Tanaman Legum Pakan yang Diinokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Rhizobium di Ultisol. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Rochani, S. 2010. Beternak Kelinci dan Manfaatnya. JP Books, Jakarta. Rukmana, H. R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.
  • 56. 56 Sajimin, E.Sutedi, N.D. Purwantari Dan B.R. Prawiradiputra. 2004. Agronomi Rumput Benggala (Panicum Maximum Jacq) dan Pemanfaatannya Sebagai Rumput Potong. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Sajimin,P., Nurhayati D., Sumarto. 2004. Ilmu Makanan Ternak. Universitas Sumatera Utara, Medan. Suyitman. 2003. Agrostologi. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas, Padang.
  • 58. 58 BAB I PENDAHULUAN Pengolahan lahan bertujuan memperbaiki struktur tanah sehingga tanah dapat berfungsi secara optimal. Pengolahan lahan yang biasa dilakukan meliputi pembersihan areal, pembajakan dan penggaruan. Cara penanaman yang biasa dilakukan berupa penanaman di dalam jalur yaitu bahan tanam berupa stek, bahan yang digunakan penanaman dalam lubang berupa biji. Bahan tanam yang dipakai biasanya berupa biji, stek, pols (sobekan rumpun) dan stolon. Bahan tanam untuk rumput berupa biji, pols dan stek, dan untuk legum berupa biji dan stek. Jarak tanam tergantung beberapa faktor, antara lain sifat tumbuh spesies tanaman dan kesuburan tanah. Beberapa cara pemberian pupuk yaitu disebar, dalam jalur dan dalam baris. Tujuan dari praktikum ini adalah dapat mengetahui cara pengolahan lahan yang benar, mengetahui jarak tanam yang tepat, mampu memupuk dengan benar, memilih bahan tanam yang benar, mampu memprediksi produksi hijauan pakan serta dapat mengetahui lama interval pemotongan yang tepat. Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat melakukan pengolahan lahan, menanam tanaman pakan, dan memanen sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal.
  • 59. 59 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hijauan Pakan Sumber energi yang diperlukan ternak ruminansia terutama berasal dari komponen serat pada hijaun pakan, yang terdiri atas selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Sumber hijauan pakan ternak adalah rumput alam dan daun leguminosa yang terdapat di padang penggembalaan, pinggir jalan, tepi sungai, pematang sawah maupun kawasan sekitar hutan. Berkembangnya beternak dari digembalakan menjadi semi-intensif atau intensif menyebabkan berkembang pula sistem produksi hijauan dengan menggunakan spesies dan varietas tanaman pakan ternak yang berproduksi tinggi. Produksi hijauan di daerah tropis berfluktuasi sejalan dengan perubahan musim. Pada musim hujan, produksinya melimpah tetapi kandungan bahan keringnya rendah, sedangkan pada musim kemarau, produksinya berkurang bahkan pada daerah-daerah tertentu tidak ada produksi sama sekali (Haryanto 2009). 2.1.1. Jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang penting sebagai sumber karbohidrat. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga akan ditanam sebagai pakan ternak, diambil minyaknya, dibuat tepung, dan beberapa bahan industri (Buchori, 2012). Produksi tanaman jagung bervariasi menurut varietas jagung, rata-rata produksi tanaman jagung berkisar antara 8.0 –
  • 60. 60 9.0 ton/ha/th. Rendahnya produksi tanaman jagung dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kandungan unsur hara dalam tanah, pengairan, klimatologi suatu daerah, dan keadaan iklim (Mejaya et al., 2005). Hasil produksi bahan kering sebanyak 5,2 ton/ha. Produksi jagung dapat dimaksimalkan dengan mengunakan pupuk yang cukup serta tersedianya kebutuhan air (irigasi) dan jarak tanam untuk jenis jagung bersari bebas (Sudarsana 2000). 2.1.2. Sentro Sentro atau centro termasuk subfamily Papilionoidae. Tanaman ini berasal dari Amerika selatan. Tanaman Sentro tumbuh menjalar dan memanjat dapat mencapai 30-50 cm. Sentro tumbuh tidak maksimal karena hanya beberapa sentro yang dapat tumbuh menjalar dengan baik sesuai normal (Soegiri et al., 2001). Daun pada sentro tiap tangkai berdaun 3 lembar, berbentuk elips dengan ujung tajam, dan bulu halus pada kedua permukaannya (Soedomo, 2000). Produksi bahan segar Centrosema pubescens di lahan petani sebesar 4,7 ton/ha/tahun (Sugandi, 2003). Produksi bahan segar Centrosema pubescens cukup tinggi, yaitu 3-7,5 ton/ha/tahun (Rukmana, 2009). Komposisi zat gizi daun sentro (dasar bahan kering) terdiri atas: abu 8,8 % ; EE 3,6 % ; SK 31,4 % ; BETN 34,4 % ; PK 22,0 % dan TDN 60,7 % (Rukmana, 2005). Pertumbuhan legum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal/ faktor lingkungan yang terdiri iklim (cahaya, suhu,air, panjang hari, angin, dan gas), edapik atau tanah (tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation, PH, kejenuhan basa dan ketersediaan nutrien tanah). Sedangkan faktor
  • 61. 61 kedua yaitu faktor internal/ dari dalam tanaman itu sendiri seperti ketahanan terhadap tekanan iklim dan tanah (Gardner, 2000). Sentro dapat beradaptasi dengan baik sekalipun pada lingkungan yang baru karena sentro memiliki frekuensi berbunga yang tinggi dan tahan terhadap hama (Salam, 2001). 2.2. Teknik Budidaya Tanaman Teknik budidaya tanaman terdiri dari penyiapan lahan adalah kegiatan penebasan rumput dan semak belukar, dimaksudkan agar pelaksanaan tanam nantinya dapat lebih mudah dan memberikan hasil yang lebih baik. Penanaman dilakukan apabila lahan sudah siap tanam, waktu yang paling tepat untuk menanam adalah pada waktu hujan turun, hujan akan berakhir, dan apabila air cukup tersedia selama pertumbuhannya. Penyiangan dan pemupukan, penyiangan dilakukan dengan menyemprotkan herbisida disekitar tanaman pokok, Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ±15 hari dengan perbandingan 2:1 disebar di sekitar batang tanaman dengan jarak 5-10 cm. Panen, Jagung dapat di panen pada umur 95-110 hari setelah tanam. Penanganan pasca panen, setelah dipanen jagung segera diangkut dan dilakukan perontokan jagung dengan menggunakan mesin perontok jagung yang sudah dirontok di jemur sampai kering benar, kemudian di jual ke pabrik (Budiono et al., 2012). 2.2.1. Pengolahan Lahan Lahan dibersihkan dari sisa- sisa gulma. Pengolahan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pencangkulan tanah sedalam 20-30 cm. Pengolahan bertujuan
  • 62. 62 memperbaiki tekstur tanah, sirkulasi udara dalam tanah, tambahan humus dan mendorong aktivitas mikroba tanah. Tanah yang telah dicangkul diratakan sehingga bongkahan tanah menjadi halus (Irawan et al., 2013). Pengolahan tanah sebelum penanaman dan pengolahan tanah pada waktu pemeliharaan tanaman memegang peran penting bagi suburnya tanaman. Pengolahan tanah, perbandingan kandungan zat padat, cair, dan udara di dalam lapisan tanah menjadikan tanah gembur dan menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman (Purwono dan Hartono, 2005). Penyiapan lahan adalah kegiatan penebasan rumput dan semak belukar, dimaksudkan agar pelaksanaan tanam nantinya dapat lebih mudah dan memberikan hasil yang lebih baik. Pengolahan tanah dilakukan satu bulan sebelum tanam. dengan menggunakan traktor dengan tujuan untuk menggemburkan tanah karena tanaman jagung memerlukan aerase dan drainase yang baik. Mula-mula tanah dibajak sedalam 15-20 cm sambil membenamkan sisa-sisa rumput dan tanaman lain yang ada. Setelah itu tanah digaru sampai rata. (Budiono et al., 2012). 2.2.2.Penanaman Penanaman dilakukan apabila lahan sudah siap tanam, waktu yang paling tepat untuk menanam adalah pada waktu hujan turun, hujan akan berakhir, dan apabila air cukup tersedia selama pertumbuhannya. Benih jagung yang ditanam adalah jagung hibrida bisi 2, pembuatan lubang tanam dengan cara ditugal sedalam 5 cm. (Budiono et al., 2012). Sentro cocok ditanam didaerah yang
  • 63. 63 berketinggian rata-rata 600 mdpl. Dengan curah hujan antara 1.200-1.500 mm, bahkan masih dapat tumbuh baik di tanah yang kurus dan berdrainase baik. Namun, tanaman in tidak tahan terhadap genangan air. Sentro banyak ditanam di perkebunan karet dan kelapa sawit sebagai penutup tanah. Penanaman dilakukan dengan cara menyebarkan biji dalam larikan berjarak 1 m. Untuk mempercepat perkecambahan, biji sentro yang akan ditanam dicelupkan dalam air panas selama satu detik (Rukmana 2005). 2.2.3. Pemupukan Pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk merangsang pembesaran diameter batang serta pembentukan akar yang akan menunjang berdirinya tanaman disertai pembentukan tinggi tanaman pada masa penuaian atau masa panen (Mamonto, 2005). Tanaman yang dibudidayakan saat ini umumnya membutuhkan unsure hara dari berbagai jenis dan dalam jumlah banyak, sehingga hampir dapat dipastikan bahwa tanpa dipupuk tanaman tidak mampu memberikan hasil seperti yang diharapkan (Raihan, 2000). Tanaman legum pada umumnya responsiv terhadap pemupukan fosfat untuk pertumbuhan dan aktifitas fiksasi N. Fosfor yang terkandung di dalam pupuk fosfat diperlukan legum untuk pertumbuhan akar dan sumber energy pada proses transpirasi dan fotosintesis (Kusmiyati et al., 2007).
  • 64. 64 2.2.4. Pengairan Pengairan merupakan salah satu faktor laju pertumbuhan tanaman. Pengaturan ketersediaan air dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman atau usaha pertanian sangatlah penting. Air yang terlampau dalam dari jangkauan akar atau air yang terikat kuat pada butir-butir tanah tidak dapat dimanfaatkan tanaman. Sebaliknya, air yang terlalu banyak sehingga menggenangi akar tanaman akan membuat akar tanaman busuk (Purwono dan Hartono 2005). 2.2.5. Penyiraman Penyiraman dilakukan disekitar perakaran tanaman. Penjarangan dilakukan pada umur tanaman 14 hst dengan memotong tanaman yang tumbuhnya tidak baik dan meninggalkan satu tanaman yang terbaik (Irawan et al., 2013). jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji. Kekurangan air pada stadium tersebut akan menyebabkan hasil yang menurun. Faktor cahaya matahari yang tidak merata juga dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat (Mamonto, 2005). 2.2.6. Defoliasi Kriteria panen pada jagung yang berumur 98-100 hst. Biji jagung berwarna kuning kemerahan, mengkilat dan telah mengeras. Daun dan klobot daun telah menguning dan kering dengan rambut jagung berwarna coklat kehitaman (Irawan et al., 2013).
  • 65. 65 BAB III MATERI DAN METODE Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi Pengelolaan Hijauan Pakan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 18 April 2013pukul 14.00-17.00 WIB sampai Sabtu, 22 Juni 2013 pukul 18.00 WIB di Lahan Praktikum Laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. Materi Bahan yang digunakan dalam pengolahan lahan adalah batang legume sentro dan biji jagung manis serta pupuk Urea, KCl dan TSP. Alat yang digunakan yaitu sabit digunakakn untuk membersihkan semak-semak, cangkul untuk mencangkul tanah, meteran untuk mengukur luas lahan, tali rafia untuk membatasi lahan, tongkat kayu sebagai tiang pengikat tali, ember untuk mengambil air dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. 3.2. Metode Praktikum Ilmu Tanaman Pakan menggunakan metode dalam pengolahan lahan pada dasarnya ada tiga tahap yaitu pra pengolahan lahan, pengolahan lahan dan pasca pengolahan lahan.
  • 66. 66 3.2.1. Pengolahan lahan Pada metode pengolahan lahan pertama yang dilakukan adalah pengukuran lahan, pada pengukuran lahan ada 2 pengukuran yaitu pengukuran lahan untuk jagung dan pengukuran lahan untuk legum sentro yang masing- masing memiliki luas 3 x 3 m untuk tanaman jagung dan 2 x 2 m untuk tanaman legum sentro. Kemudian melakukan pembersihan terhadap semak-semak dengan mengunakan sabit sampai lahan bersih dan siap untuk dilakukan pengolahan. Pada pengolahan lahan sendiri, masing-masing lahan untuk tanaman jagung dan legum dibuat dua gundukan yang bertujuan untuk mempermudah dalam penanaman, pemupukan, penyiraman, dan penyiangan. 3.2.2. Penanaman Pada metode penanam yang pertama yaitu melakukan penanaman legum sentro, dengan jarak tanam antar biji yaitu 25 cm dan jarak tepi 12,5 cm. Kemudian banyak benih yang ditanam sebanyak 64 biji pada luas lahan 2 x 2 m. Menanam legum sentro dengan cara membuat lubang ditanah sedalam 2-5 cm menggunakan tugal, kemudian memasukan biji satu persatu pada setiap lubang serta menutup dengan tanah. Tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam antar biji yaitu 50 cm dan jarak dari tepi 25 cm. Banyak benih yang ditanam yaitu sebanyak 36 biji pada luas lahan 3 x 3 m. Cara penanaman benih yaitu dengan membuat lubang ditanah sedalam 2-5 cm menggunakan tugal dan kemudian memasukan biji satu persatu tiap lubang serta mentup dengan tanah.
  • 67. 67 Keterangan : A – B = Jarak tanaman jagung dan legum C = Jarak tepi dengan tanaman jagung dan legume A C B Tanaman Legum Sentro A C B Tanaman Jagung
  • 68. 68 2.3.3. Pemupukan Melakukan pemupukan terhadap tanaman yang telah ditanam seminggu setelah penanaman menggunakan pupuk Urea, TSP dan KCl dengan komposisi yang sesuai. Pemupukan dilakukan dengan cara mencampur homogen semua pupuk yang dibutuhkan kemudian memupukkan kesetiap tanaman legume sentro dan jagung disekitar tanaman. Melakukan pemupukan selanjutnya dengan jarak 2 minggu dan seterusnya sampai minggu ke sembilan pupuk yang diberikan hanya pupuk urea saja. Dalam pemupukan tanaman jagung dan legum yang terpenting adalah ketika memupuk diusahakan pupuk tidak terkena daun tanaman, karena dapat mengakibatkan daun tanaman menjadi layu. Sedangkan untuk menghitung kebutuhan pupuk dapat menggunakan rumus sebagai berikut : Pupuk Urea = 100 46 𝑥 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 Pupuk P = 100 36 𝑥 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 Pupuk K = 100 50 𝑥 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘 3.2.4. Penyiraman Peyiraman dilakukan secara rutin pada awal pertumbuhan, menyiram setiap tanaman secara merata dengan ember yang telah disiapkan. Pada umumnya penyiraman dilakukan setiap minggu sekali setelah penyiangan dan pemupukan. Tetapi pada kelompok kami penyiraman dilakukan selama setiap hari dengan tujuan agar tanaman tidak kekirangan dan tidak menyebabkan kematian pada tanaman.
  • 69. 69 3.2.5. Defoliasi Pada metode defoliasi memiliki beberapa tahapan yang meliputi pemanenan atau pemotongan, pembersihan lahan pemanfaatan hasil tanam. Pada tanaman legume sentro teknik yang digunakan ketika pemanenan adalah melakukan pencabutan legume sentro yang menggunakan alat bantu tangan, pencabutan dilakukan dengan hati-hati dengan tujuan agar tidak terputusnya akar yang ada pada legume sentro. Kemudian mengambil sampel sebanyak empat titik dari lahan kemudian melakukan penimbangan untuk mendapatkan berat kering legum sentro. Menimbang berat segar legum sentro setelah itu melayukan dibawah sinar matahari. Menimbang berat layu legum, kemudian mengambil sampel dari empat titik sebanyak 100 gram sebanyak dua kali ulangan. Mengoven sampel untuk mendapatkan berat kering sampel. Sedangkan untuk jagung teknik yang digunakan ketiaka pemanenan adalah melakukan pemotongan dengan menggunakan sabit. Kemudian mengambil sampel sebanyak empat titik. Untuk tahap defoliasi pada jagung yang selanjutnya, tahapannya sama, tetapi yang membedakan adalah ketika penggunaan sampel sebanyak 100 gram hanya dengan satu kali ulangan. Untuk mencari nilai dari defoliasi dapat menggunakan rumus sebagai berikut : 1. Mencari nilai pada Jagung : a. Berat Setelah Oven = Berat Keluar – Berat Amplop b. Berat Kering BK = Berat Oven Berat Sampel x 100 %
  • 70. 70 c. Perhitungan Produksi Jagung P = BS x 10000 Produksi = (BB x 30) IPBB x P + (BK x 30) IPBK x 1 2 P Produksi Rata-rata = Berat Setelah Oven x Produksi 2. Mencari nilai pada Sentro : a. Berat Setelah Oven = Berat Keluar – Berat Amplop b. Berat Kering = Berat Layu Berat Segar x Berat Oven 1 Berat Sampel x 100% BK Rata-rata = BK 1 + BK 2 2 c. Perhitungan Produksi Sentro Produksi/ha = Produksi / m2 x 10000 Jarak Tanam =Produksi ha⁄ Produksi BS ha /th = (BB x 30) IPBB x P+ (BK x 30) IPBK x 1 2 P = Y Produksi BK/th/ha = BK x Y
  • 71. 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Jagung (Zea mays) 4.1.1. Pertamabahan tinggi tanaman Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman jagung (Zea mays) diperoleh hasil berupa tabel dan grafik sebagai berikut : Tabel 7. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung No Jenis Pertumbuhan I II III IV V VI VII VIII IX 1 Jagung 5,6 14,4 22,3 39,7 66,6 93,9 119,8 150,5 171,8 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Grafik 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. 5.6 14.422.3 39.7 66.6 93.9 119.8 150.5 171.8 0 50 100 150 200 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Laju Pertumbuhan Laju Pertumbuhan
  • 72. 72 Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa laju pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays) mengalami peningkatan setiap minggunya. Hal tersebut disebabkan oleh tanah yang digunakan sebagai media tanam dan faktor pengairan pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetyo (2007) yang menyatakan bahwa tanah merupakan salah satu faktor produksi pertanian dan media tumbuh tanaman. Purwono dan Hartono (2005) yang menyatakan bahwa pengaturan ketersediaan air dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman atau usaha pertanian sangatlah penting. Air yang terlampau dalam dari jangkauan akar atau air yang terikat kuat pada butir-butir tanah tidak dapat dimanfaatkan tanaman. Sebaliknya, air yang terlalu banyak sehingga menggenangi akar tanaman akan membuat akar tanaman busuk. Selain jenis tanah yang digunakan dan pengairan, pengolahan tanah sebelum penanaman dan pada saat penanaman jagung dan faktor pemupukan yang dapat membantu memenuhi ketersediaan unsure hara dalam tanah. juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan pendapat Mamonto (2005) yang menyatakan bahwa pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk merangsang pembesaran diameter batang serta pembentukan akar yang akan menunjang berdirinya tanaman disertai pembentukan tinggi tanaman pada masa penuaian atau masa panen. Selain itu, Purwono dan Hartono (2005) juga menyatakan bahwa pada pengolahan tanah sebelum penanaman dan pengolahan tanah pada waktu pemeliharaan tanaman memegang peran penting bagi suburnya tanaman.
  • 73. 73 4.1.2. Pertambahan jumlah daun Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada jagung (Zea mays) diperoleh hasil berupa tabel dan grafik sebagai berikut : Tabel 8. Pertambahan Jumlah Daun Jagung No Jenis Jumlah Daun I II III IV V VI VII VIII IX 1 Jagung 2,6 3,8 4,7 6,1 6,6 8,7 8,9 9,9 9,9 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Grafik 2. Pertambahan Jumlah Daun Jagung Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa laju pertambahan daun pada tanaman jagung mengalami peningkatan setiap minggunya. Hal ini disebabkan oleh faktor pemupukan yang dapat mencukupi kebutuhan unsure hara yang diperlukan tanaman, pengairan, tanah yang digunakan sebagi media tanam, dan intensitas cahaya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Raihan (2000) juga menyatakan bahwa tanaman yang dibudidayakan saat ini umumnya membutuhkan unsure hara dari berbagai jenis dan dalam jumlah banyak, sehingga hampir dapat dipastikan bahwa tanpa dipupuk tanaman tidak mampu memberikan hasil seperti yang diharapkan. Faktor-faktor tersebut juga sesuai dengan pendapat Purwono 2.6 3.8 4.7 6.1 6.6 8.7 8.9 9.9 9.9 0 5 10 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah Daun Jumlah Daun
  • 74. 74 dan Hartono (2005) yang menyatakan bahwa tanaman jagug akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, gembur, dan kaya humus. Selain itu, jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji. Kekurangan air pada stadium tersebut akan menyebabkan hasil yang menurun. Di samping itu, menurut Mamonto (2005), faktor cahaya matahari yang tidak merata juga dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. 4.2. Pertumbuhan Legum 4.2.1. Pertamabahan tinggi tanaman Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman legum (Centrosema pubescens) diperoleh hasil berupa tabel dan grafik sebagai berikut : Tabel 9. Pertambahan Tinggi Tanaman Legum No Jenis Pertumbuhan I II III IV V VI VII VIII IX 1 Legum 5,3 6,7 7,4 8,9 9,9 10,6 11,9 12,1 13,5 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,
  • 75. 75 Grafik 3. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sentro Dari data hasil pertumbuhan pada sentro didaptkan bahwa sentro dapat tumbuh dengan baik tetapi tidak maksimal. Sentro pada data tersebut memiliki tinggi dari 2-50 cm sedangkan menurut Soegiri et al (2001) bahwa tanaman Sentro tumbuh menjalar dan memanjat dapat mencapai 30-50 cm. Sentro tumbuh tidak maksimal karena hanya beberapa sentro yang dapat tumbuh menjalar dengan baik sesuai normal. Ketidakmaksimalan tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu internal dan eksternal, hal ini seuai pendapat Gardner (2000) bahwa pertumbuhan legum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal/ faktor lingkungan yang terdiri iklim ( cahaya, suhu,air, panjang hari, angin, dan gas ), edapik atau tanah ( tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation, PH, kejenuhan basa dan ketersediaan nutrien tanah ). Sedangkan faktor kedua yaitu faktor internal/ dari dalam tanaman itu sendiri seperti ketahanan terhadap tekanan iklim dan tanah. Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. 5.3 6.7 7.4 8.9 9.9 10.6 11.912.1 13.5 0 5 10 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Laju Pertumbuhan Laju Pertumbuhan
  • 76. 76 4.2.2. Pertambahan jumlah daun Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada tanaman legum (Centrosema pubescens) diperoleh hasil berupa tabel dan grafik sebagai berikut : Tabel 10. Pertambahan Jumlah Daun Legum (Sentro) No Jenis Jumlah Daun I II III IV V VI VII VIII IX 1 Legum 3,7 3,8 3 3,2 3,4 3,5 3,6 3,8 3,9 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Grafik 4. Pertumbuhan Jumlah Daun Sentro Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013. Dari data hasil pertumbuhan daun pada legum didapatkan bahwa jumlah daun pada legum dari 1 sampai 54. Pada kebanyakan legum setiap tangkai terdiri dari 3 daun, hal itu sesuai pendapat Soedomo (2000) bahwa Daun pada sentro tiap tangkai berdaun 3 lembar, berbentuk elips dengan ujung tajam, dan bulu halus pada kedua permukaannya. Selain itu untuk daun yang tiap tangkai tidak mencapi 3 dimungkinkan terdapat faktor yang menyebabkannya yaitu faktor eksternal dan internal, hal itu sesuai pendapat Gardner (2000) bahwa pertumbuhan legum 3.7 3.8 3 3.2 3.4 3.5 3.6 3.8 3.9 0 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah Daun Jumlah Daun
  • 77. 77 dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal/ faktor lingkungan yang terdiri iklim ( cahaya, suhu,air, panjang hari, angin, dan gas ), edapik atau tanah ( tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation, PH, kejenuhan basa dan ketersediaan nutrien tanah ). Sedangkan faktor kedua yaitu faktor internal/ dari dalam tanaman itu sendiri seperti ketahanan terhadap tekanan iklim dan tanah. 4.3. Produksi Jagung 4.3.1. Produksi Bahan Segar Berdasarkan praktikum pengolahan lahan diperoleh hasil produksi berat segar jagung adalah 7,777 Ton BS/ha/th. Produksi jagung ini dinyatakan dibawah standar, dimana standar produksi bahan segar jagung adalah 8.0 – 9.0 ton/ha/th. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Mejaya et al., (2005) yang menyatakan bahwa produksi tanaman jagung bervariasi menurut varietas jagung, rata-rata produksi tanaman jagung berkisar antara 8.0 – 9.0 ton/ha/th. Rendahnya produksi tanaman jagung dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kandungan unsur hara dalam tanah, pengairan, klimatologi suatu daerah, dan keadaan iklim. Hal ini di tambah pendapat pendapat Sudarsana (2000) menyebutkan bahwa untuk memaksimalkan produksi dapat dilakuakan dengan mengunakan pupuk yang cukup serta tersedianya kebutuhan air (irigasi) dan jarak tanam untuk jenis jagung bersari bebas.
  • 78. 78 4.3.2. Produksi Bahan Kering Berdasarkan praktikum pengolahan lahan diperoleh hasil produksi berat kering jagung adalah 0,1827 Ton BS/ha/th. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Sudarsana (2000) yang menyatakan bahwa hasil produksi bahan kering sebanyak 5,2 ton/ha. Rendahnya bahan kering dapat disebabkan karena banyak hal seperti lama kering udara dilakukan, kandungan air dalam tanaman jagung banyak dan sedikitnya unsur hara dalam tanah. Kaunang et al. (2013) menambahkan bahwa ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman. 4.4. Produksi Sentro 4.4.1. Produksi bahan segar Berdasarkan hasil praktikum Pengolaan Hijauan akan diperoleh produksi bahan segar legum Centrosema pubescens (Sentro) sebesar 5,4ton/ha/tahun. Hasil ini melebihi hasil produksi legum sentro mernurut pendapat Sugandi (2003) yang menyatakan bahwa produksi bahan segar Centrosema pubescens di lahan petani sebesar 4,7 ton/ha/tahun. Perbedaan hasil praktikum dengan literature dimungkinkan karena beberapa faktor, antara lain air untuk pertumbuhan legume dan cara pemberian pupuk. Pemberian air yang berlebihan akan mengganggu pertumbuhan sentro dan cara pemberian pupuk yang salah missal dosis pupuk berlebihan atau peletakkan pupuk terlalu dekat dengan tanaman akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan tanaman dapat mati. Hal ini sesuai dengan
  • 79. 79 pendapat Rukmana (2009) menyatakan bahwa sentro cocok ditanam di daerah dengan ketinggian rata-rata 600 mdpl dengan curah hujan 1.200-1.500 mm, namun tanaman ini tidak tahan terhadap genangan air. Salam (2001) menambahkan bahwa sentro dapat beradaptasi dengan baik sekalipun pada lingkungan yang baru karena sentro memiliki frekuensi berbunga yang tinggi dan tahan terhadap hama. 4.4.2. Produksi bahan kering Berdasarkan hasil praktikum Pengolaan Hijauan Pakan diperoleh produksi bahan segar legum Centrosema pubescens (Sentro) sebesar 2,8 ton/ha/tahun. Hasil ini mendekati pendapat Rukmana (2009) yang menyatakan bahwa produksi bahan segar Centrosema pubescens cukup tinggi, yaitu 3-7,5 ton/ha/tahun. Perbedaan produktifitas bahan kering ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya jenis pupuk yang diberikan. Pemberian pupuk urea (N) berlebih dimungkinkan akan menghambat pertumbuhan sentro selain itu pemupukan urea pada legum termasuk sentro karena tanaman legum dapat melakukan fiksasi nitrogen. Sesuai dengan pendapat Kusmiyati et al. (2007) yang menyatakan bahwa tanaman legum pada umumnya responsiv terhadap pemupukan fosfat untuk pertumbuhan dan aktifitas fiksasi N. Fosfor yang terkandung di dalam pupuk fosfat diperlukan legum untuk pertumbuhan akar dan sumber energy pada proses transpirasi dan fotosintesis. Rukmana (2005) menambahkan bahwa komposisi zat gizi daun sentro (dasar bahan kering) terdiri atas: abu 8,8 % ; EE 3,6 % ; SK 31,4 % ; BETN 34,4 % ; PK 22,0 % dan TDN 60,7 %.
  • 80. 80 BAB V KESIMPULAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil praktikum ilmu tanaman pakan dengan materi pengolahan lahan dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah dapat berfungsi secara optimal. Pengolahan lahan yang biasa dilakukan meliputi pembersihan areal, pembajakan dan penggaruan. Pengolahan tanah dapat dilakukan secara manual maupun mekanik. Penggemburan merupakan hal utama yang dilakukan disamping pemupukan dan pengairan. Cara penanaman dapat berupa penanaman di dalam jalur dengan menggunakan bahan tanam stek, biji, dan pols (sobekan rumpun). Laju pertumbuhan tanaman pakan mengalami peningkatan setiap minggunya. Hal tersebut disebabkan oleh tanah yang digunakan sebagai media tanam, faktor pengairan pada tanaman, dan faktor pemupukan yang dapat membantu memenuhi ketersediaan unsure hara dalam tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. 5.2. Saran Praktikan sebaiknya harus berhati-hati dalam melakukan pemupukan, karena sifat pupuk yang panas bila diberikan secara berlebihan dapat melayukan daun. Pembaca sebaiknya melakukan pengamatan dan membaca refesensi lebih lanjut mengenai pengolahan lahan agar mengetahui secara langsung hasil pengamatan.
  • 81. 81 DAFTAR PUSTAKA Budiono, Adi., Kamiliah Wilda, dan Nuri Dewi Yanti. 2012. Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut Jurnal Agribisnis Perdesaan Volume 02 Nomor 02 Juni 2012. Alumni Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Unlam Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Unlam, Lampung. Gardener, F.P. 2000. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Haryanto, Budi. 2009. Inovasi Teknologi Pakan Ternak dalam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Bebas Limbah Mendukung Upaya Peningkatan Produksi Daging. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Irawan, Denny, Hasanuddin, Lahmuddin Lubis. 2013. Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.). Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3., Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan. Kaunang, W.B, Frobel G. Dewanto, J. J. M. R. Londok, R. A. V. Tuturoong. 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik Dan Organik Terhadap Produksi Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek, Vol. 32, No. 5. Fakultas Peternakan Universitas Samratulangi, Manado. Hal 1-8 Kusmiyati, F., E.D. Purbajanti dan S.D. Jayanti. 2007. Pertumbuhan dan produksi hijauan alfalfa pada pemupukan fosfat dan interval waktu pemotongan yang berbeda. Jurnal Pastura 11(4); 1-9 Made J. Mejaya, dkk,2005, Pola Heterosis Dalam Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas dan Hibrida, Makalah Disampaikan Dalam Seminar Rutin Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor, 12 Mei 2005. Mamonto, R. 2005. Pengaruh penggunaan dosis majemuk NPK Phonska terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays Saccharata slurt). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Icshan, Gorontalo. Prasetyo, B.H. 2007. Perbedaan sifat-sifat tanah vertisol dari berbagai bahan induk. J. Ilmu-ilmu Pertanian. 9 (1): 20-31. Purnomo dan R. Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul Seri Budidaya. Penebar Swadaya, Bogor.
  • 82. 82 Raihan, H. S. 2000. Pemupukan NPK dan ameliorasi lahan pasang surut sulfat masam berdasarkan nilai uji tanah untuk tanaman jagung. J. Ilmu Pertanian 9 (1): 20-28. Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius,Yogyakarta. Salam, R. 2001. Evaluation of Native and Introduced Herbaceous Forage Legumes for Use in Sulawesi, Indonesia.Thesis M. Rur.Sc. Univ. of New England, Armidale, N.S.W. Soedomo, R 2000. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. PT Gramedia, Jakarta Soegiri, H. S. Ilyas dan Damayanti. 2001. Mengenal Beberapa Jenis Makanan Ternak Daerah Tropis. Direktorat Biro Produksi Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta. Sudarsana, Ketut. 2000. Pengaruh Effective Microorganism-4 (EM-4) Dan Kompos Terhadap Produksi Jagung Manis ( Zea mays L. Saccharata ) Pada Tanah Entisols, Frontir No 32, Desember 2000 :1-6. Sugandi, D, Uka K, M. Sabrani, M.E. Siregar dan D. Muslih. 2002. Budidaya beberapa jenis tanaman pakan di lahan kering batu marta. Ilmu dan Peternakan Vol.3.No 2. Syafruddin, Faesal dan M. Akil., 2007. Pengelolaan Hara pada Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Hlm. 213-214.
  • 83. 83 LAMPIRAN Lampiran 1. Data Pengamatan Uji Perkecambahan Masing-Masing Jenis Legume Tabel 11. Data Uji Perkecambahan 14 Hari Benih Puero Hari ke Macam Skarifikasi Benih Puero Fisik Mekanik Kimia U1 U2 U1 U2 U1 U2 1 - - - - - - 2 - - - - - - 3 - - 1 - 3 2 4 1 - - - - - 5 - - - - - - 6 - - - 1 0 1 7 - - - - 1 1 8 - - - - - 1 9 - 1 - 1 - - 10 - - - - - - 11 1 - - - - - 12 - - - - - - 13 - - - - - - 14 - - - - - - Jumlah 2 1 4 2 4 6 Persentase 20% 10% 40% 20% 40% 50% Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
  • 84. 84 Tabel 12. Data Uji Kecambah 14 Hari Benih Legum Sentro Hari Ke Macam Skarifikasi Benih Legum Sentro Fisik Kimia Mekanik U1 U2 U1 U2 U1 U2 1 - - - - - - 2 - - - - - - 3 1 - - - 4 - 4 - - 4 - 3 - 5 - - - - - - 6 - - - - - - 7 - - - - - - 8 - - - - - - 9 - - - - - - 10 - - - - - - 11 - - - - - - 12 - - - - - - 13 - - - - - - 14 - - - - - - Jumlah 1 0 4 0 7 0 Persentase 10% 0% 40% 0% 70% 0% Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu TanamanPakan, 2013.
  • 85. 85 Tabel 13. Data Uji Kecambah 14 Hari Benih Kalopo Hari Ke Macam Skarifikasi Benih Kalopo Fisik Kimia Mekanik U1 U2 U1 U2 U1 U2 1 - - - - - - 2 - - - - - - 3 - - - 1 - - 4 - 1 - 1 1 5 1 - 2 1 - - 6 - - - - 1 - 7 1 - 1 1 - - 8 - 1 2 - 1 - 9 1 - - 1 - 1 10 1 - 1 1 - - 11 1 - 1 1 1 - 12 - - 1 - - - 13 - - - - - 1 14 - - - - - - Jumlah 5 2 8 6 4 3 Persentase 50% 20% 80% 60% 40% 30% Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
  • 86. 86 Lampiran 2. Data Pengamatan Uji Muncul Tanah Masing-Masing Jenis Legum Tabel 14. Data Uji Muncul Tanah 14 Hari Benih Puero Hari ke Macam Skarifikasi Benih Puero Fisik Mekanik Kimia U1 U2 U1 U2 U1 U2 1 - - - - - - 2 - - - - - - 3 1 1 1 - 3 1 4 - - 1 1 1 1 5 - - - - 1 - 6 - - 1 1 3 1 7 1 - - - 1 2 8 - - 1 - - - 9 - 1 - - - 1 10 - - - - - - 11 1 - 1 - - - 12 - - - 1 - - 13 - - - - - - 14 - - - - - - Jumlah 3 2 5 3 9 6 Presentase 40% 20% 50% 30% 90% 60% Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
  • 87. 87 Tabel 15. Data Uji Muncul Tanah 14 Hari Benih Legum Sentro Hari Ke Macam Skarifikasi Benih Legum Sentro Fisik Kimia Mekanik U1 U2 U1 U2 U1 U2 1 - - - - - - 2 - - - - - 4 3 5 1 0 1 5 2 4 - 1 - - 1 - 5 - 1 - - 2 - 6 - - - - 1 - 7 - - - - 1 - 8 - - - - - - 9 - - - - - - 10 - - - - - - 11 - - - - - - 12 - - - - - - 13 - - - - - - 14 - - - - - - Jumlah 5 3 0 1 10 6 Persentase 50% 30% 0% 10% 100% 60% Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
  • 88. 88 Tabel 16. Data Uji Muncul Tanah 14 Hari Benih Kalopo Hari Ke Macam Skarifikasi Benih Kalopo Fisik Kimia Mekanik U1 U2 U1 U2 U1 U2 1 - - - - - - 2 - - - - - - 3 - - - 1 - - 4 - 1 - 1 1 5 1 - 2 1 - - 6 - - - - 1 - 7 1 - 1 1 - - 8 - 1 2 - 1 - 9 1 - - 1 - 1 10 1 - 1 1 - - 11 1 - 1 1 1 - 12 - - 1 - - - 13 - - - - - 1 14 - - - - - - Jumlah 5 2 8 6 4 3 Persentase 50% 20% 80% 60% 40% 30% Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
  • 89. 89 Lampiran 3. Perhitungan Indeks Vigor Uji Perkecambahan a. Skarifikasi puero secara fisik Indeks Vigor VI = 1 1 D C + 2 2 D C + ……..+ 14 14 D C U1 = 0 1 + 0 2 + 0 3 + 1 4 + 0 5 + 0 6 + 0 7 + 0 8 + 0 9 + 0 10 + 1 11 + 0 12 + 0 13 + 0 14 = 0 + 0 + 0 + 0,25 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0,09+ 0 + 0 + 0 =0,34 U2 = 0 1 + 0 2 + 0 3 + 0 4 + 0 5 + 0 6 + 0 7 + 0 8 + 1 9 + 0 10 + 0 12 + 0 13 + 0 14 = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0,11 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0 = 0,11 b. Skarifikasi puero secara kimia Indeks Vigor VI = 1 1 D C + 2 2 D C + ……..+ 14 14 D C U1 = 0 1 + 0 2 + 3 3 + 0 4 + 0 5 + 0 6 + 1 7 + 0 8 + 0 9 + 0 10 + 0 11 + 0 12 + 0 13 + 0 14 = 0 + 0 + 1 + 0 + 0 + 0 + 0,14 + 0 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0 =1,14 U2 = 0 1 + 0 2 + 2 3 + 0 4 + 0 5 + 1 6 + 1 7 + 1 8 + 0 9 + 0 10 + 0 11 + 0 12 + 0 13 + 0 14 = 0 + 0 + 0,67 + 0 + 0 + 0,17 + 0,14 + 0,13 + 0 + 0 + 0+ 0 + 0 + 0 =1,11 c. Skarifikasi puero secara mekanik Indeks Vigor VI= 1 1 D C + 2 2 D C + ……..+ 14 14 D C