Produsen adalah pelaku yang melakukan kegiatan memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Tujuan produsen memproduksi adalah untuk memaksimalkan keuntungan dengan mempertimbangkan biaya produksi dan pendapatan.
6. KONSUMEN
Perilaku
Konsumen
Apa itu
Konsumen?
Apakah
tujuan
mengonsumsi?
Apa saja teori
perilaku
konsumen?
Apa saja
pendekatan
perilaku
konsumen?
Apa itu
pendekatan
ordinal?
Apa itu
pendekatan
guna batas
(marginal
utility) ?
Apa itu
perilaku
konsumen?
Apa itu nilai
guna total (total
utility) ?
Apa itu
pendekatan
kardinal?
8. Pengertian Konsumen
Apa itu
konsumen?
Konsumen adalah pelaku
yang melakukan kegiatan
menggunakan atau
mengurangi kegunaan
barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan.
Dan kegiatan itu sendiri
disebut konsumsi.
10. Tujuan Konsumen
Lalu apa tujuan
dari kegiatan
konsumsi? Dari pengertian
konsumsi kita dapat
mengambil kesimpulan
bahwa konsumsi
bertujuan untuk
MEMENUHI KEBUTUHAN
MANUSIA
12. Perilaku Konsumen
Bagaimana
dengan perilaku
konsumen?
Apakah itu?
Perilaku konsumen
adalah proses dan
aktivitas ketika seseorang
berhubungan dengan
pencarian, pemilihan,
pembelian, penggunaan,
serta pengevaluasian
produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan
keinginan.
14. Teori Perilaku Konsumsi
a. Fungsi permintaan konsumen terbentuk akibat
perilaku/selera konsumen, ketersediaan dan harga barang
sejenis pengganti dan pelengkap, pendapatan/penghasilan
konsumen, perkiraan harga di masa depan dan
banyaknya/intensitas kebutuhan konsumen.
b. Menurut hukum Gossen I, Kepuasaan maksimal yang
dicapai konsumen terjadi saat diawal mengonsumsi.
Maka, semakin lama kepuasan konsumen menurun.
c. Ketika konsumen mengambil keputusan dalam
menghadapi “trade-off(pengorbanan)”, maka
mayoritas diantara mereka lebih mandahulukan apa
yang diinginkan daripada yang dibutuhkan.
d. Para konsumen merespons perubahan-parubahan di
lingkungan mereka dengan cara memilah perubahan
yang ada disekitar konsumen. Mereka akan memilih
perubahan yang lebih menguntungkan.
16. Pendekatan Perilaku Konsumsi
a. Pendekatan Kardinal
(Cardinal Approach)
Kardinal : Dapat
dihitung
Menurut pendekatan
kardinal daya guna
dapat diukur dengan
satuan uang dan util,
dan tinggi rendahnya
nilai atau daya guna
bergantung kepada
subjek yang menilai.
b. Pendekatan Ordinal (Ordinal
Approach)
Ordinal : Tidak perlu
dihitung.
Menurut pendekatan
ordinal daya guna tidak
perlu diukur. Cukup
diketahui dan konsumen
mampu membuat urutan
tinggi rendahnya daya
guna yang diperoleh dari
mengkonsumsi dari
sekelompok barang.
18. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)
▪ Asumsi Pendekatan Kardinal
1. Kepuasaan dapat diukur.
2. Konsumen rasional, artinya konsumen bertujuan
memaksimalkan kepuasannya dengan batasan
pendapatannya.
3. Berlaku hukum Diminishing marginal utility, artinya
yaitu besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun
dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi
secara terus menerus.
19. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)
▪ Asumsi Pendekatan Kardinal
4. Pendapatan konsumen tetap.
5. Constan marginal utility of money, artinya
uang memiliki nilai subjektif yang tetap.
6. Total utility adalah additive dan
independent. Additive artinya daya guna dari
sekumpulan barang adalah fungsi dari
kuantitas masing-masing barang yang
dikonsumsi. Sedangkan independent berarti
bahwa daya guna X1 tidak dipengaruhi oleh
tindakan mengkonsumsi barang X2, X3, X4 …. Xn
dan sebaliknya.
20. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)
Dalam pendekatan kardinal yang digunakan
adalah pendekatan nilai guna batas (Marginal
Utility, MU).
MU adalah tambahan kepuasaan sebagai akibat
bertambahnya satu satuan barang yang
dikonsumsi.
Marginal Utility ini diturunkan dari Total
Utility, dimana Total Utility menunjukkan
jumlah kepuasaan yang diperoleh dari
mengkonsumsi berbagai jumlah barang.
22. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
Dalam pendekatan Marginal
Utility (nilai guna marginal)
kita mengenal 2 hukum, yaitu:
1.Hukum Gossen I
2.Hukum Gossen II
23. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
1. Hukum Gossen I
Bunyi hukum gossen I : “Jika pemenuhan
kebutuhan dilakukan secara terus menerus,
maka rasa nikmatnya mula-mula akan
meningkat, namun semakin lama semakin
menurun sampai akhirnya mencapai titik
jenuh.”
24. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
1. Hukum Gossen I
Berikut perandaian dari hukum gossen I :
Ketika kita makan sesuatu, rasa nikmat
itu akan bertambah dan pada saat kita telah
merasa kenyang atau cukup, rasa kejenuhan
akan mengganti rasa nikmat yang kita rasakan
sebelumnya.
25. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
0 1 2 3 4 5 6
TU/MU
JUMLAH KONSUMSI
Kurva Konsumsi Marginal
Total
Utility
(TU)
Marginal
Utility
(MU)
Konsumsi
Makanan
Total
Utility
(TU)
Marginal
Utility
(MU)
Pertama 20 20
Kedua 40 10
Ketiga 50 0
Keempat 40 -10
Kelima 20 -20
26. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
Kamus Kecil
Nilai guna total (Total Utility) : Kepuasaan total
akan barang dan jasa yang dikonsumsi secara
keseluruhan.
Nilai guna marginal (Marginal Utility) : tambahan
kepuasaan setiap orang mengonsumsi barang dan jasa
terus menerus.
27. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
2. Hukum Gossen II
Bunyi hukum gossen II: “Orang akan
melakukan konsumsi sedemikian rupa sehingga
nilai guna marginal setiap barang dan jasa
yang dikonsumsi akan sama.”
Artinya, di dalam hidupnya orang memiliki
beberapa macam kebutuhan. Konsumsi barang
yang satu dengan yang lain nilai gunanya
sama pada jumlah terakhir barang yang
dikonsumsi atau saat penghentian konsumsi
karena telah merasa cukup.
28. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
Dalam pendekatan Marginal
Utility (nilai guna marginal)
kita mengenal 2 keseimbangan
jenis barang, yaitu:
1.Keseimbangan 1 jenis barang
2.Keseimbangan 2 jenis barang
29. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
1. Keseimbangan 1 Jenis Barang
Apabila harga barang X adalah Px, maka
pegeluaran konsumen pada barang X adalah: Px
. X.
Anggap fungsi utilitasnya adalah U(x) maka
dapat dicari nilai guna maksimumnya, yaitu
selisih terbesar antara U (X) dan Px . X,
sebagai berikut:
Max. M = U(X) – Px.X
30. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
1. Keseimbangan 1 Jenis Barang
Syaratnya adalah: dM ÷ dX =
0, sehingga: dTU(X) ÷ dX –
d(Px.X) ÷ dX = 0
Karena dTU(X) ÷ dX = Mux, dan
d(Px.X) ÷ dX = Px, maka:
Mux – Px = 0
atau
MUx = Px
31. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
1. Keseimbangan 1 Jenis Barang
KESIMPULAN
a. Keseimbangan terjadi jika daya guna
marjinal sama dengan harga barang.
b. Tambahan kepuasan yang diperoleh
konsumen harus sama dengan sejumlah
pengorbanannya yaitu uang yang dapat
dibelikan orang lain yaitu sebesar Px.
32. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
1. Keseimbangan 1 Jenis Barang
Berdasarkan aksioma, bahwa nilai
guna marjinal akan turun karena
bertambahnya jumlah barang yang
dikonsumsi, maka fungsi permintaan
barang X dapat diturunkan sebagai
berikut:
34. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
1. Keseimbangan 1 Jenis Barang
Paradoks Berlian dan Air
a. Hal-hal dengan nilai terbesar dalam
penggunaannya sering memiliki nilai sedikit
atau tidak ada nilainya, dan sebaliknya
b. Hal-hal dengan nilai terbesar dalam
pertukarannya (jual-beli) sering kali memiliki
sedikit atau tidak ada nilai dalam
penggunaanya (konsumsi).
35. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
2. Keseimbangan 2 Jenis Barang
Apabila konsumen mengkonsumsi dua macam barang,
misalnya X1 dan X2, maka fungsi utilitasnya
menjadi:
U = f(X1 , X2 ) , atau U = UX1 + UX2
Pengeluaran konsumen menjadi
I = Px1 . X1 + Px2 . X2
Sehingga maksimum kepuasannya menjadi:
M = UX1 + UX2, λ (I – Px1 . X1 – Px2 . X2)
36. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
2. Keseimbangan 2 Jenis Barang
Syarat maksimum adalah turunan pertamanya
sama dengan nol, maka:
dM ÷ dX1 = dU (X1) ÷ (X1) – λ . Px1= 0 ; atau
λ = MUx1 ÷ Px1
dM ÷ dX2 = dU(X2) ÷ (X2) – λ . Px2= 0 ; atau
λ = MUx2 ÷ Px2
37. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
2. Keseimbangan 2 Jenis Barang
Jadi kepuasaan konsumen akan dicapai (konsumen
akan membelanjakan uangnya) jika:
a. MUx1 ÷ Px1 = MUx2 ÷ Px2 , dalam hal ini MUx1 adalah
marginal utility dari barang X 1 terakhir,
sedangkan MUx2 adalah marginal utility dari
barang X2 terakhir.
38. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
2. Keseimbangan 2 Jenis Barang
b. Karena konsumen mempunyai pendapatan
yang terbatas maka harus dipenuhi
juga syarat:
I = Px1 . X1 + Px2 . X2, di mana I =
pendapatan konsumen.
46. Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach)
▪ Asumsi Pendekatan Ordinal
1. Konsumen rasional;
2. Konsumen memiliki pola preferensi terhadap
barang yang disusun berdasarkan besar kecilnya
daya guna;
3. Konsumen memiliki jumlah uang tertentu;
4. Konsumen berusaha mencapai kepuasaan maksimum;
47. Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach)
▪ Asumsi Pendekatan Ordinal
5. Konsumen konsisten, artinya bila A lebih
dipilih daripada B karena A lebih
disukai daripada B, dan tidak berlaku
sebaliknya B lebih disukai daripada A;
6. Berlaku hukum transitif, artinya bila A
lebih disukai daripada B, dan B lebih
disukai daripada C, maka A lebih disukai
daripada C.
48. Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach)
Dalam pendekatan ordinal yang digunakan
adalah Indefference Curve (IC).
Indefference Curve (IC) yaitu kurva yang
menunjukkan kombinasi dua macam barang
konsumsi yang memberikan tingkat kepuasan
yang sama.
Dasar pemikiran dari pendekatan ini adalah
semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin
memberikan kepuasan kepada konsumen.
49. Pendekatan Guna Batas (Marginal Utility)
W
x
Y
Z
0
5
10
15
20
25
30
35
0 2 4 6 8 10
Nasi(SendokMakan)
Air Minum (Gelas)
Kurva Konsumsi Marginal
Nasi (Sendok makan)
Nasi
(Sendok
Makan)
Air
minum
(gelas)
Titik
Utility
32 2 W
25 4 X
15 6 Y
10 8 Z
57. Faktor-Faktor Produksi
Faktor produksi adalah segala
sesuatu yang diperlukan dalam proses
produksi. Antara lain:
a. Faktor produksi alam
b. Faktor produksi tenaga kerja
c. Faktor produksi modal
d. Faktor produksi keahlian manajerial
59. Teori Produksi
Teori produksi antara lain:
a. Fungsi Produksi
b. Kurva Isokuen (Isoquant Curve)
c. Produk Total, Produk Marjinal, dan
Produk Rata-rata
d. Hukum Produk Marjinal
61. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah fungsi yang
menunjukkan hubungan antara input dan
output produksi. Secara matematis,
fungsi produksi dapat ditulis dalam
persamaan berikut.
Q=f(R,L,C,T)
62. Fungsi Produksi
Keterangan :
Q = output yang dihasilkan
f = symbol persamaan fungsi
R = bahan baku
L = tenaga kerja
C = kapital (modal)
T = teknologi
64. Kurva Isokuan (Isoquant Curve)
Kurva Isokuan
(Isoquant
Curve)
Quant =
Kuantitas
Iso =
samaPengertian
Bahasa
Jadi, kurva
isokuan adalah
kurva yang
menggambarkan
berbagai kombinasi
2 faktor produksi
yang menghasilkan
jumlah output yang
sama.
Berikut ini (slide selanjutnya) grafik
dan tabelnya :
65. Kurva Isokuan (Isoquant Curve)
Mesin
Tenaga
Kerja
Output
(Isokuan)
4 1 105
3 2 105
2 3 105
1 5 105
67. Produk Total, Produk Marjinal,
dan Produk Rata-rata
1. Produk Total (Total Product/TP)
seluruh produk (output) yang dihasilkan
selama satu hari proses produksi.
Ket:
TP = total produk f = fungsi (suatu tetapan
R = kekayaan alam L= tenaga kerja
T = teknologi yang digunakan
TP = f (L, R,T)
68. Produk Total, Produk Marjinal,
dan Produk Rata-rata
2. Produk Marjinal (Marginal Product/MP)
Produk yang dihasilkan dari proses
produksi tambahan.
Ket:
TP = total produk
Δ = selisih (perubahan)
R = seluruh bahan baku yang
digunakan untuk produksi
MP = ΔTP ÷ ΔR
69. Produk Total, Produk Marjinal,
dan Produk Rata-rata
3. Produk Rata-rata (Average Product/AP)
Hasil bagi antara produk total dengan
factor produksi.
Ket:
TP = total produk
R = seluruh bahan baku yang
digunakan untuk produksi
AP = TP ÷ R
70. Produk Total, Produk Marjinal,
dan Produk Rata-rata
3. Produk Rata-rata (Average Product/AP)
Hasil bagi antara produk total dengan
factor produksi.
Ket:
TP = total produk
R = seluruh bahan baku yang
digunakan untuk produksi
AP = TP ÷ R
72. Hukum Produk Marjinal
Bunyi hukum produk marjinal:
“faktor produksi yang
ditingkatkan terus menerus
akan mengalami kenaikan
kemudian semakin menurun.”