1. 1
MEMAHAMI SUBJEK DIDIK SECARA HOLISTIK
Memahami subjek didik secara holistik mengandung makna bahwa guru
harus mengetahui dan mendalami berbagai karakteristik yang ada di dalam diri
subjek didiknya secara menyeluruh yang merupakan suatu kesatuan. Ini sangat
penting karena aktivitas subjek didik dalam proses pembelajaran sesungguhnya
melibatkan keseluruhan karakteristik yang mereka miliki yang berfungsi secara
berkaitan satu sama lain dalam suatu kesatuan. Keterkaitan fungsi berbagai
karakteristik dalam suatu kesatuan aktivitas subjek itu menghasilkan proses
belajar yang mereka lakukan. Mengabaikan atau menafikan salah satu atau
beberapa karakteristik subjek didik dalam suatu sistem proses pembelajaran akan
berakibat timbulnya ketimpangan proses belajar yang mereka lakukan. Akibatnya,
mereka tidak akan dapat melakukan proses belajar secara maksimal. Pemahaman
berbagai karakteristik subjek didik secara holistik ini akan mengantarkan para
guru atau pendidik kepada pemahaman dan penghayatan secara mendalam tentang
keberadaan individual (individual differences) subjek didik. Ini akan sangat
bermanfaat bagi para guru atau pendidik karena dengan demikian mereka akan
mampu menyelenggarakan proses pembelajaran secara arif dan bijaksana.
Berikut ini dipaparkan pembahasan berbagai pandangan klasik
berkenaan dengan pemahaman terhadap subjek didik sebagai suatu kesatuan
berbagai karakteristik secara holistik.
A. Individu sebagai Suatu Kesatuan Psiko-Fisik
Pandangan bahwa manusia sebagai individu yang merupakan satu
kesatuan dari aspek fisik/jasmani dan psikis/rokhani/jiwa yang tidak dapat
dipisahkan, sesungguhnya sudah berkembang pada pemikiran para filsuf klasik
sejak masih zaman Yunani Kuno. Mereka berpandangan bahwa fisik/jasmani
merupakan aspek yang bersifat kasat mata, konkrit, dapat diamati, dan tidak
2. 2
kekal, sedangkan psikis/rokhani/jiwa merupakan aspek yang sifatnya abstrak,
immaterial, tidak dapat diamati, dan kekal.
Plato (427-347 SM), misalnya, sebagai filosof yang amat tersohor
membagi jiwa menjadi tiga aspek kekuatan, yaitu:
1. Pikir atau kognisi berlokasi di kepala
2. Kehendak berlokasi di dada
3. Keinginan berlokasi di perut
Pembagian jiwa oleh Plato ke dalam tiga aspek ini kemudian dikenal
dengan istilah pendekatan “trikhotomi” (tiga dalam satu). Pandangan Plato
dengan konsep trikhotominya itu kemudian diikuti oleh para filosof terkenal
lainnya, di antaranya adalah jean Jaques Rousseau (Prancis, 1712-1778), J.N.
Tetens (Jerman, 1736-1805), dan Immanuel Kant (Jerman, 1724-1804).
Karena menariknya perenungan tentang jiwa manusia itu, maka
pengkajian terus menerus dilakukan. Pada perkembangan berikutnya, seorang
filosof terkenal yang merupakan salah seorang murid Plato yaitu Aristoteles,
(384-322 SM) mengemukakan hasil perenungannya tentang pembagian jiwa yang
agak berlainan dengan gurunya. Menurut Aristoteles, gejala jiwa tidak dibagi ke
dalam tiga aspek melainkan menjadi dua aspek saja, yaitu:
1. Kognisi, disebut juga sebagai gejala mengenal, berpusat pada pikir.
2. Konasi, disebut juga gejala menghendaki, berpusat pada kemauan.
Pandangan Aristoteles yang melakukan pembagian gejala jiwa
menjadi dua ini kemudian dikenal dengan istilah pendekatan “dikhotomi” (dua
dalam satu). Pengikut dikhotomi yang terkenal ialah Cristian Wolf (Jerman, 16701754).
Pembagian jiwa baik itu pendekatan trikhotomi maupun dikhotomi ini
merupakan hasil perenungan filosofis sehingga sifatnya teoritis. Dalam
kenyataannya, jiwa itu sendiri tidak dapat dipetak-petak atau dibagi-bagi. Oleh
karena itu, pada perkembangan berikutnya, terutama sejak zaman Abad
Pertengahan, para filsuf pada era itu mulai menyadari dan semakin
mengembangkan pemikiran dan pengkajian mengenai jiwa manusia ini.
3. 3
Pandangan para filosof Abad Pertengahan tentang aspek jasmani dan
rokhani dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Antara jasmani dan rokhani itu merupakan suatu kesatuan sehingga tidak dapat
dibagi atau dipisahkan sama sekali. Pandangan ini kemudian dikenal dengan
pendekatan “monoisme”.
2. Meskipun disadari bahwa aspek jasmani dan rokhani merupakan satu kesatuan,
tetapi antara jasmani dan rokhani itu dapat berdiri sendiri. Pandangan ini
kemudian dikenal dengan pendekatan “dualisme”.
Pandangan monoisme maupun dualisme itu sama-sama sepakat bahwa
individu merupakan suatu kesatuan jasmani dan rokhani yang tidak dapat
dipisahkan. Sebab, tidak mungkin seseorang berpikir tanpa ada unsur kemauan
dan tidak mungkin seseorang menginginkan sesuatu tanpa ada unsur berpikir.
Bahkan ketika pikiran sedang sibuk, roman muka yang bersifat fisik itu tampak
berbeda dengan keadaannya pada saat pikiran sedang santai. Keadaan jiwa yang
tengah bergembira karena mendapatkan suatu keberuntungan akan tercermin pada
gerak langkah dan ekspresi seseorang. Sebaliknya, seseorang yang sedang
kesusahan atau mendaapat suatu ketidak-beruntungan juga akan tampak dalam
ekspresi wajahnya.
B. Gejala-Gejala Berkembangnya Berbagai Aspek dalam Diri Individu
Subjek Didik
Karena manusia itu merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan
antara aspek jasmani dan rokhani, maka perkembangan berbagai aspek dalam diri
individu itu akan tampak gejala-gejalanya. Adapun sejumlah gejala-gejala yang
biasanya tampak sebagai gambaran berkembangnya berbagai aspek dalam diri
individu itu adalah sebagai berikut.
1. Aspek Jasmani atau Fisik
Gejala yang tampak pada aspek fisik sebagai perwujudan dari adanya
perkembangan dalam diri individu antara lain:
4. 4
a. Pertumbuhan payudara pada wanita
b. Lekum pada remaja pria
c. Kulit yang makin halus pada wanita
d. Otot yang makin kuat dan kekar pada pria
2. Aspek Intelek
Gejala yang tampak sebagai perkembangan individu dalam aspek
intelek antara lain:
a. Perubahan secara kuantitatif dan kualitatif mengenai kemampuan anak
dalam mengatasi berbagai masalah. Perubahan secara kuantitatif berarti
semakin banyak hal-hal yang dapat diatasi, sedangkan perubahan kualitatif
berarti semakin dapat mengatasi hal-hal yang lebih sulit.
b. Kemampuan berpikir abstrak semakin berkembang yaitu kemampuan
berpikir yang tidak terikat pada benda.
c. Semakin berkembangnya kemampuan memecahkan masalah-masalah
yang bersifat hipotetik. Artinya, semakin mampu membuat perencanaan,
penaksiran, atau bahkan prakiraan kecenderungan sesuatu di masa yang
akan datang.
3. Aspek Emosi
Gejala yang tampak sebagai perkembangan pada aspek emosi antara
lain:
a. Ketidakstabilan emosi pada anak remaja.
b. Mudahnya menunjukkan sikap emosional yang meluap-luap pada remaja,
seperti: mudah menangis, mudah marah, dan mudah tertawa terbahakbahak.
c. Semakin mampu mengendalikan diri.
4. Aspek Sosial
Gejala yang tampak sebagai perkembangan pada aspek sosial antara
lain:
5. 5
a. Semakin berkembangnya sifat toleran, empati, serta memahami dan
menerima pendapat orang lain.
b. Semakin santun dalam menyampaikan pendapat dan kritik kepada orang
lain.
c. Adanya keinginan untuk selalu bergaul dengan orang lain dan berkerja
sama dengan orang lain.
d. Semakin senang menolong kepada siapa yang membutuhkan pertolongan.
e. Adanya kesediaan memberikan sesuatu yang dibutuhkan orang lain.
f. Semakin mampu bersikap hormat, sopan, ramah, dan menghargai orang
lain.
5. Aspek Bahasa
Gejala yang tampak sebagai perkembangan pada aspek bahasa antara
lain:
a. Bertambahnya perbendaharaan kata.
b. Semakin bertambah mahir dan lancar dalam menggunakan bahasa dengan
memilih kata-kata secara tepat, penggunaan tekanan kalimat dengan tepat,
dan membuat variasi kalimat.
c. Dapat memformulasikan bahasa secara baik dan benar untuk menjabarkan
sesuatu ide atau konsep.
d. Dapat memformulasikan bahasa secara baik dan benar untuk meringkas
ide ke dalam deskripsi singkat.
6. Aspek Bakat Khusus
Bakat merupakan kemampuan potensial yang dibawa sejak lahir dan
apabila ditunjang dengan fasilitas dan usaha belajar yang minimal pun dapat
mencapai hasil secara cepat dan maksimal. Oleh karena itu, jika bakat khusus
telah diketahui secara dini, usaha-usaha pendidikan akan dapat dilakukan dengan
mudah sehingga hasil belajar pun menjadi sangat memuaskan. Seseorang
dikatakan mempunyai bakat khusus tertentu, jika dapat membuktikan bahwa
dirinya mampu dengan mudah mempelajari suatu bidang tertentu dengan hasil
6. 6
yang cepat dan memuaskan. Gejala yang tampak berkaitan dengan perkembangan
aspek bakat khusus ini adalah semakin jelasnya bakat khusus yang dimiliki oleh
seseorang yang ditandai dengan sangat cepatnya serta maksimalnya hasil yang
dicapai. Banyak juga orang yang tidak pernah menunjukkan hasil terbaik pada
bidang khusus tertentu, tetapi mampu mempelajari apa saja yang diajarkan
kepadanya. Orang demikian dikatakan memiliki bakat umum.
7. Aspek Nilai, Moral, dan Sikap
Gejala yang tampak pada perkembangan nilai, moral, dan sikap ini
antara lain adalah:
a. Terbentuknya pandangan hidup yang semakin jelas dan tegas.
b. Berkembangnya pemahaman tentang apa yang baik dan seharusnya
dilakukan serta apa yang dianggap tidak baik dan tidak boleh dilakukan.
c. Berkembangnya sikap untuk menghargai nilai-nilai dan mentaati normanorma yang berlaku serta mewujudkannya ke dalam kehidupan seharihari.
d. Berkembangnya sikap menentang terhadap kebiasaan-kebiasaan yang
dianggap tidak sesuai lagi dengan norma yang berlaku.
C. Perbedaan Karakteristik Individual Subjek Didik
Perbedaan perkembangan berbagai karakteristik individual itu tampak
dalam aspek-aspek yang ada pada setiap diri individu sebagaimana dijelaskan
berikut ini.
1. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Fisik
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek
fisik tampak dengan gejala-gejala:
a. Ada anak yang lekas lelah dalam pekerjaan fisik, tetapi ada yang tahan
lama.
b. Ada yang dapat bekerja secara fisik dengan cepat, tetapi ada yang
bekerjanya sangat lambat.
7. 7
c. Ada yang tahan lapar, tetapi ada yang tidak tahan lapar.
2. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Intelek
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek
intelek tampak dengan gejala-gejala:
a. Ada anak yang cerdas, tetapi ada juga yang kurang cerdas bahkan sangat
kurang cerdas.
b. Ada yang dapat dengan segera memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan pekerjaan intelektual, tetapi ada yang lambat atau bahkan
tidak mampu mengatasi suatu masalah yang mudah sekalipun.
c. Ada yang sanggup berpikir abstrak dan kreatif, tetapi ada yang hanya
sanggup berpikir hanya jika disodorkan wujud bendanya atau dengan
bantuan benda tiruannya.
3. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Emosi
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek
emosi tampak dengan gejala-gejala:
a. Ada anak yang mudah sekali marah, tetapi ada pula yang penyabar.
b. Ada anak yang perasa, tetapi ada pula yang tidak mau peduli.
c. Ada anak yang pemalu atau penakut, tetapi ada pula yang pemberani.
4. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Sosial
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek sosial
tampak dengan gejala-gejala:
a. Ada anak yang mudah bergaul dengan teman, tetapi ada pula yang sulit
bergaul.
b. Ada anak yang mudah toleransi dengan teman, tetapi ada pula yang egois.
c. Ada anak yang mudah memahami perasaan temannya, tetapi ada pula
yang maunya menang sendiri.
d. Ada anak yang mempunyai kepedulian sosial yang tinggi, tetapi ada pula
yang tidak peduli dengan lingkungan sosialnya.
8. 8
e. Ada anak yang selalu memikirkan kepentingan orang lain, tetapi ada pula
yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri.
5. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Bahasa
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek
bahasa tampak dengan gejala-gejala:
a. Ada anak yang dapat berbicara dengan lancar, tetapi ada juga yang mudah
gugup.
b. Ada anak yang dapat berbicara secara ringkas dan jelas, tetapi ada pula
yang terbelit-belit dan tidak jelas.
c. Ada anak yang dapat berbicara dengan intonasi suara menarik, tetapi ada
pula yang menonton.
6. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Bakat
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek bakat
tampak dengan gejala-gejala:
a. Ada anak yang sejak kecil dengan mudah belajar memainkan alat-alat
musik, tetapi ada juga yang sampai hampir dewasa belum juga dapat
memainkan satu jenis pun alat musik.
b. Ada anak yang sejak kecil begitu mudah dan kreatif melukis segala
sesuatu yang ada di sekelilingnya, tetapi ada juga yang sangat sulit kalau
harus melukis.
c. Ada anak yang demikian cepatnya menghafal dan menyanyikan lagu
dengan baik, tetapi ada pula yang sudah latihan berkali-kali masih saja
sumbang.
7. Perbedaan Karakteristik Individual pada Aspek Nilai, Moral, dan Sikap
Perbedaan perkembangan karakteristik secara individual pada aspek
nilai, moral, dan sikap tampak dengan gejala-gejala:
a. Ada anak yang bersikap taat pada norma, tetapi ada yang begitu mudah
dan enak saja melanggar norma.
9. 9
b. Ada anak yang berperilakunya bermoral tinggi, tetapi ada yang
perilakunya tak bermoral dan tak senonoh.
c. Ada anak yang penuh sopan santun, tetapi ada yang perilaku maupun tutur
bahasanya seenaknya sendiri saja.
Dari uraian di atas, jelas bahwa setiap aspek menunjukkan
karakteristik individual yang berbeda sehingga setiap individu sebagai kesatuan
jasmani dan rokhani mewujudkan dirinya secara utuh dalam keunikannya.
Keunikan dan perbedaan individual itu dipengaruhi oleh perbedaan faktor
pembawaan dan lingkungan yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Perbedaan individual tersebut membawa implikasi imperatif terhadap setiap
layanan pendidikan untuk memperhatikan karakteristik anak didik yang unik dan
bervariasi tersebut. Menyamaratakan layanan pendidikan terhadap individu yang
memiliki karakteristik berbeda satu sama lain berarti mengingkari hakikat dan
kodrat kemanusiaannya sehingga akan berakibat diperolehnya hasil yang kurang
memuaskan.