1. i
KATA PENGANTAR
Bismillahhirohmanirrohim
Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Perkembangan dan Bimbingan Peserta Didik yang berjudul “Variasi Individual Peserta Didik dan Kebuhan
Peserta Didik”.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan bantuan dan bimbingan berbagai pihak sehingga pembuatan makalah ini berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih banyak kepada Bapak Drs. Aam Nurjaman,
M.Pd. yang telah membimbing kami dalam perkuliahan sehari-hari.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna tetapi kami telah berusaha
semaksimal mungkin dengan kemampuan yang ada. Namun, dengan penuh harap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya dalam
pembuatan makalah kedepannya.
Bogor, 7 Oktober 2018
Penulis
2. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Variasi Individual Peserta Didik 3
1. Pengertian Peserta didik 3
2. Teori-Teori Psikologi tentang Hakikat Peserta Didik 4
a. Pandangan Psikodinamika 4
b. Pandangan Behavioristik 4
c. Pandangan Humanistik 5
d. Pandangan Psikologi Transpersonal 5
3. Peserta Didik sebagai Makhluk Individual 6
4. Perbedaan Individu Peserta Didik 6
a. Perbedaan fisik-motorik 7
b. Perbedaan Intelegensi 8
c. Perbedaan Kecakapan Bahasa 9
d. Perbedaan Psikologis 10
5. Karakteristik Individu dan Implikasinya terhadap Pendidikan
11
B. Kebutuhan Peserta Didik
1. Teori Psikologi tentang Kebutuhan 12
2. Kebutuhan Dasar Manusia 13
3. Kebutuhan Peserta Didik dan Implikasinya terhadap Pendidikan
16
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk yang dapat di pandang dari berbagai sudut pandang.
Sejak ratusan tahun sebelum Isa,manusia telah menjadi salah satu objek filsafat,
baik objek formal yang memepersoalkan hakikat manusia objek materil yang
mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai
kondisinya.
Pada hakikatnya manusia merupakan pribadi yang utuh, khas, dan memiliki
sifat-sifat sebagai mahluk individu. Istilah individu berasal dari
kata individera berarti satu kesatuan organisme yang tidak dapat di bagi-bagi lagi
atau tidak bisa di pisahkan. Individu merupakan kata benda dari individual yang
berarti orang atau peseorangan. Sejak lahir bahkan sejak masih di dalam
kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan psikopisis (jasmani dan rohani)
yang khas (unik) dan terus menerus mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Semakin bertumbuh dan berkembang manusia akan mempunyai kebutuhan-
kebutuhan yang sangat beragam dan berbeda satu dengan lainnya. Dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, manusia berusaha semampunya melakukan
segala aktivitas yang sangat beragam pula. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan
manusia sangat mempengaruhi tingkah laku manusia. Manusia akan merasa
tentram dan puas bila kebutuhannya terpenuhi dan sebaliknya, ia akan merasa
tertekan bila kebutuhannya tidak terpenuhi. Ini menunjukan bahwa kebutuhan
sangat mempengaruhi tingkah laku manusia.
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk
mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan dan kenyamanan.
Sedangkan berdasarkan ensiklopedi Indonesia Kebutuhan adalah salah satu aspek
psikologis yang menggerakan makhluk hidup dalm akifitas-aktifitassnya dan
menjadi dasar (alasan) berusaha. Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai
tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari
5. 2
kebutuhan sehari-hari. Selama hidup manusia memerlukan bermacam-macam
kebutuhan, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan kesehatan.
Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu dan agama. Semakin
tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi / banyak pula macam
kebutuhan yang harus dipenuhi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis
merumuskan permasalahan pokok dalam makalah ini adalah :
1. Jelaskan tentang variasi individual peserta didik!
2. Jelaskan tentang kebutuhan peserta didik!
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Menjelaskan tentang variasi individual peserta didik.
2. Menjelaskan tentang kebutuhan peserta didik.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Variasi Individual Peserta Didik
1. Pengertian Peserta didik
Dalam proses pendidikan peserta didik merupakan salah satu komponen
manusiawi yang menempati posisi yang paling sentral. Peserta didik menjadi
pokok persoalan dan tumpuhan perhatian dalam semua proses transformasi yang
disebut pendidikan.
Dalam definisi peserta didik ini banyak berbagai penyebutan bahwa peserta
didik banyak memiliki berbagai karakteristik,diantaranya :
a. Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik yang khas, sehingga
ia merupakan insane yang unik. Potensi-potensi yang dimilikinya perlu
dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga mampu mencapai taraf
perkembangan yang optimal.
b. Peserta didik adalhindividu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik
telah mengalami perubahan didalam dirinya secara wajar, baik yang
ditunjukkan pada diri sendiri maupun maupun yang diarahkan pada penyesuain
dengan lingkungannya.1
1 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 36.
7. 4
2. Teori-Teori Psikologi tentang Hakikat Peserta Didik
Karena peserta didik merupakan komponen manusiawi yang terpenting dalam
proses pendidikan. maka guru sebagai pengajar diharapkan mampu menguasai
pemahaman tentang hakikat peserta didik.
Berikut ini akan diungkapkan teori psikologi tentang hakikat manusia agar
pendidik mudah untuk memahami sifat-sifat dari peserta didik satu dengan yang
lain.
a. Pandangan Psikodinamika
Teori psikodinamika adalah psikologi yang berusaha menjelaskan hakikat dan
perkembangan tingkah laku (kepribadian) manusia. Teori psikodinamika ini
dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939). Model psikodinamika yang diajukan
Freud “teori psiko analisis” (psycho analytic theory). Menurut teori ini tingkah
laku manusia hasil tenaga yang beroprasi didalam pikirannya, yang sering tidak
disadari oleh individu. Bagi Frued, ketidak sadaran merupakan bagian dari pikiran
yang terletak di luar kesadaran yang umum dan berisi dorongan-dorongan
instinktual. Hanya sebagian kecil dari tingkah laku manusia yang muncul dari
proses mental yang didasari, sebaliknya yang paling besar mempengaruhi tingkah
laku manusia adalah ketidaksadaran.
b. Pandangan Behavioristik
Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia
yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi
diamerika, pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Asumsi
dasar menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya dipengaruhi oleh
aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan.
Waston dan teoritikus behavioristik lainnya, seperti Skinner (1904-1990)
meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis
dan pengaruh lingkungan atau situasional.
Jadi menurut teori behavioristik ini tingkah laku manusia dari mulai awal dia
lahir sampai dewasa adalah merupakan hasil dari bawaan dari dirinya sendiri dan
juga terpengaruh dari lingkungan sekitar kita.
8. 5
c. Pandangan Humanistik
Teori Humanistik ini muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi
terhadap teori psikodinamika dan behavioristik dan behavioristik. Para teoritikus
behavioristik, seperti Carl Rogers (1902-1987) dan Abraham Maslow (1908-
1970) meyakini bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil
konflik-konflik yang tidak disadari maupun sebagai hasil pengondisian
(conditioning) yang sederhana. Teori ini menyiratkan penolokan terhadap
pendapat bahwa tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh faktor diluar
dirinya. Sebaliknya, teori ini melihat manusia sebagai aktor dalam drama
kehidupannya, bukan reaktor terhadap instink atau tekanan lingkungan. Teori ini
berfokus pada pentingnya pengalaman disadari yang bersifat subjektif danself-
direction.
Para teoritikus humanistik mempertahankan bahwa manusia memiliki
kecenderungan bawaan untuk melakukanself-actualization untuk berjuang
menjadi yang mereka mampu.
Jadi dalam teori humanistik, manusia digambarkan secara optimistik dan penuh
harapan. Terdapat potensi-potensi untuk menjadi sehat dan tumbuh secara kreatif.
Manusia digambarkan sebagai individu yang aktif, bertanggung jawab,
mempunyai potensi kreatif, bebas (tidak terikat oleh belenggu masa lalu),
beriorentasi kedepan, dan selalu berusaha untuk self-fulfillment (mengisi diri
sepenuhnya untuk beraktualisasi). Kegagalan mewujudkan potensi-potensi ini
lebih disebabkan oleh pengaruh yang bersifat menjerat dan keliru dari pendidikan
dan latihan yang diberikan oleh orangtua serta pengaruh-pengaruh sosial lainnya.
d. Pandangan Psikologi Transpersonal
Psikologi transpersonal sebenarnya merupakan kelanjutan atau lebih tepatnya
pengembangan dari psikologi Humanistik. Aliran ini disebut aliran keempat
psikologi. S.I. Shapiro dan Denise H. Lajoie (1992) menggambarkan psikologi
transpersonal terdapat dua unsur penting yang menjadi perhatian psikologis
transpersonal, yaitu potensi-potensi (the highest potentials) dan fenomena
kesadaran (state of conciousness) manusia. Dengan kata lain
9. 6
Psikologitranspersonal memfokuskan perhatian pada dimensi spiritual dan
pengalaman-pengalaman ruhaniah manusia.
3. Peserta Didik sebagai Makhluk Individual
Sebagai organisme yang sedang tumbuh dan berkembang, peserta didik
dipandang sebagai individu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Secara
etimologi, Istlah individu berasal dari kata latin “individuum”, yang berarti tidak
dapat dibagi, perseorangan dan pribadi. Dalm bahasa inggris, individu berasal dari
kata “in” dan “divided”. Kata “in” salah satunya mengandung pengertian “tidak”,
sedangkan “divided” artinya “terbagi”. Jadi artinya individu adalah tidak terbagi,
atau satu kesatuan.
Dalam bahasa Indonesia, individ diartikan sebagai: “orang seorang diri atau
pribadi sebagai perseorangan”. Menurut Zakiah Daradjat (1995), individu adalah
“manusia perseorangan yang memiliki pribadi/jiwa sendiri, dimana dengan
kekhususan jiwa tersebut menyebabkan individu yang satu berbeda dengan
individu yang lain.
Dari pengertian dapat dipahami bahwa manusia sebagai makhluk individual
berarti bahwa manusia itu merupakan keseluruhan atau totalitas yang tidak dapat
dibagi. Menurut pengertian ini, maka manusia tidak dapat dipisahkan dari jiwa
dan raganya, baik rohani maupun jasmaninya.
4. Perbedaan Individu Peserta Didik
Setiap anak adalah unik. Ketika kita memperhatikan anak-anak dalam kelas,
kita akan melihat perbedaan individual yang sangat banyak. Bahkan anak-anak
dengan latar belakang usia hampir sama, akan memperlihatkan penampilan,
kemampuan, tempramen, minat dan sikap yang sangat beragam.
Dalam kajian Psikologi, masalah individu mendapatkan perhatian yang sangat
besar, sehingga melahirkan suatu cabang psikologi yang dikenal
dengan Individual psychology, atau differential Psychology, yang memberikan
perhatian besar terhadap penelitian tentang perbedaan antar individu. Ini
didasarkan atas kenyataan bahwa didunia ini tidak ada dua orang yang persis
10. 7
sama. Bahkan anak kembarpun ditemukan beberapa dimensi perbedaan antara
keduanya.
Secara umum, perbedaan individu dibagi menjadi dua, yaitu perbedaan secara
vertikal dan perbedaan secara horizontal. Perbedaan vertikal adalah perbedaan
individu dalam aspek jasmaniah, seperti bentuk, berat, kekuatan, dan sebagainya.
Sedangkan dalam aspek horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental
seperti tingkat kecerdasan, bakat, mianat, ingatan, emosi,tempramen, dan
sebagainya. Berikut adalah beberapa aspek perbedaan individual peserta didik:
a. Perbedaan fisik-motorik
Perbedaan individual dalam fisik tidak hanya terbatas pada aspek-aspek yang
teramati oleh pancaindra, seperti: bentuk atau tinggi badan, warna kulit, warna
mata atau rambut, jenis kelamin, nada suara atau bau keringat, melainkkan juga
mencakup aspek-aspek fisik yang tidak di amati melalui pancaindra, tetapi hanya
dapat di ketahui setelah di adakan pengukuran, seperti usia, kekuatan badan atau
kecepatan lari, golongan darah, pendengaran, penglihatan, dan sebagainya.
Aspek fisik lain dapat di lihat dari kecakapan motorik, yaitu kemampuan
melakukan koordinasi kerja sistem syaraf motorik yang menimbulkan reaksi
dalam bentuk gerakan-gerakan atau kegiatan secara tepat, sesuai antara
rangsangan dan responssnya. Dalam hal ini, akan di temui ada anak yan cekatan
dan terampil, tetapi ada juga anak yang lamban dalam mereaksi sesuatu.
Perbedaan aspek fisik juga dapat di lihat dari kesehatan peserta didik, seperti
kesehatan mata, telinga, yang berkaitan langsung dengan penerimaan materi di
kelas. Dalam hal kesehatan mata misalnya, akan di temui adanya peserta didik
yang mengalami gangguan penglihatan, seperti: rabun jauh, rabun dekat, rabun
malam, buta warna, dan sebagainya. Sedangkan dalam hal kesehatan teliinga,
akan di temui adanya peserta didik yang mengalami penyumbatan pada saluran
liang telinga, ketegangan pada gendang telinga, terganggunya tulag-tulang
pendengaran, dan sebagainya.
11. 8
b. Perbedaan Intelegensi
Intelegensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran antara intelektual dan
merupakan bagian dari proses-proses kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi.
Secara umum intelegensi dapat di pahami sebagai kemempuan untuk beradaptasi
dengan situasi baru secara cepat dan efektif, kemampuan ntuk menggunakan
konsep yang abstrak secara efektif, dan kemampuan untuk memahami hubungan
dan mempeajari dengan cepat.
Dalam proses pendidikan di sekolah, intelegensi di yakini sebagai unsur
penting yang sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Namun
intelegensi merupakan salah satu aspek perbedaan individual yang perlu di
cermati. Setiap peserta didik memiliki intelgensi yang berlainan. Ada anak yang
memilliki intelegensi tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mengetahui tinggi
rendahanya intelegensi peserta didik, para ahli telah mengembangkan instrumen
yang di kenal dengan “tes intelegensi”, yang kemudian lebih populer dengan
istilah intellegence quotient,di singkat IQ. Berdasarkan hasil tes intelegensi ini,
peserta didik dapat di klasifikasi sebagai
Anak genius IQ di atas 140
Anak pintar 110-140
Anak normal 90-110
Anak kurang pintar 70-90
Anak debil 50-70
Anak dungu 30-50
Anak idiot IQ di bawah 30
Sejumlah hasil penelitian menujukan bahwa prasentase orang yang genius dan
idiot sangat kecil, dan yang terbanyak adalah anak normal. Genius adalah sifat
bawaan yang luar bisa yang dimiliki seseorang, sehingga ia mampu mengatasi
kecerdasan orang-orang bisa dalam bentuk pemikiran dan hasil karya. Sedangkan
12. 9
idiot atau pandir adalah penderita lemah otak, yang memiliki kemampuan berpikir
setingkat dengan kkecerdasan anak yang berumur tiga tahun (mursal, 1981).
Dengan adanya perbedaan individual dalam aspek intelegensi ini, maka guru di
sekolah akan mendapati anak dengan kecerdasan yang luar biasa, anak yang
mampu menyelesaikan masalah dengan cepat, mampu berfikir abstrak dan kreatif.
Sebaliknya, guru juga akan menghadapi anak-anak yang kurang cerdas, sangat
lambat dan bahkan hampir tidak mampu mengatasi satu masalah yang mudah
sekalipun.
c. Perbedaan Kecakapan Bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting proses
belajar di sekolah. Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang untuk
menyatakan buah fikiranya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang
bermakana, logis dan sistemaatis. Kemampuan berbahasa anak berbeda-beda, ada
anak yang dapat berbicara dengan lancar, singkat dan jelas, tetapi ada pula anak
yang gagap, berbicara berbelit-belit dan tidak jelas.
Perbedaan individual dalam perkembangan dan kecakapan bahasa anak ini
menjadi wilayah pengkajian dan penelitian yang menarik bagi sejumlah psikolog
dan pndidik. Banyak penelitian eksperimental telah di lakukan untuk menemukan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan dalam penguasa
bahasa anak. Dari sejumlah hasil penelitian tersebut di ketahui bahwa faktor
nature dan nurture (pembawaan dan lingkungan) sangat mempengaruhi
perkembangan bahasa anak. berhubungan faktor-faktor nature dan nurture
individu itu bervariasi, maka pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa juga
bervariasi. Karena itu, tidak heran kalau antara individu yang satu dan individu
lainnya berbeda dalam kecakapan bahasanya. Perbedaan kecakapan bahasa anak
ini sangat di pengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor kecerdasan,
pembawaan, lingkungan, fisik, terutama organ bicara dan sebagainya.
13. 10
d. Perbedaan Psikologis
Perbedaan individual peserta didik juga terlihat dari aspek psikologisnya. Ada
anak yang mudah tesenyum, ada anak yang gampang marah, ada yang berjiwa
sosial, ada yang sangat egoistis, ada yang cengeng, ada yang pemalas, ada yang
rajin, ada yang pemurung, dan sebagainya.
Dalam proses pendidikan di sekolah, perbedaan aspek psikologisnya ini sering
menjadi persoalan, terutama aspek psikologis yang menyangkut masalah minat,
motivasi dan perhatian peserta didik terhadap materi pelajaran yang di sajikan
oleh guru. Dalam penyajian suatu materi pelajaran guru sering menghadapi
kenyataan betapa tidak semua peserta didik yang mampu menyerapnya secara
baik. Realitas ini mungkin di sebabka oleh cara penyampaian guru yang kurang
tepat atau menarik, dan mungkin pula disebabkan oleh faktor psikologis peserta
didik yang kurang memperhatikan. Secara fisik mungkin terlihat bahwa perhatian
peserta didik terarah pada pembicaraan guru. Namun secara psikologis,
pandangan mata atau kondisi tubuh mereka yang terlihat duduk dengan rapi dan
tenang belum dapat di pastikan bahwa mereka memperhatikan semua penjelasan
guru. bisa saja pandangan mata anak hanya terarah pada gerak, sikap dan gaya
mengajar guru, tetapi dalam pikiranya terarah pada masalah lain yang lebih
menarik minat dan perhatianya.
Persoalan psikologis memang sangat kompleks dan sangat sulit di pahami
secara tepat, sebab menyangkut apa yang ada di dalam jiwa dan perasaan peserta
didik. Meskipun demikian, bukan berarti seorang guru mengabaikan begitu saja.
Tanpa berusaha untuk memahaminya. Guru di tuntut untuk mampu memahami
fenomena- fenomena psikologis peserta didik yang rumit tersebut. Salah satu cara
yang mungkin dilakukan dalam menyelami aspek psikologis peserta didik ini
adalah dengan melakukan pendekatan kepada peserta didik secara pribadi. Guru
harus menjalin hubungan yang akrab dengan peserta didik, sehingga mereka mau
mengungkapkan isi hatinya secara terbuka. Dengan cara ini memungkinkan guru
untuk dapat mengenal siapa sebenarnya peserta didik sebagai individu, apa
14. 11
keinginan-keinginannya, kebutuhan- kebutuhan apa yang aingin dicapainya,
masalah-masalah apa yang tengah di hadapinya, dan sebagainya. Dengan
mendekati dan mengenal peserta didik secara mendalam, guru pada giliranya
dapat mencari cara-cara yang tepat untuk memberikan bmbingan dan
membangkitkan motivasi belajar mereka.
5. Karakteristik Individu dan Implikasinya terhadap Pendidikan
Karaktarteris individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada
pada individu sebagai hasil pembawaan dan lingkungannya. Untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu, baik dalam hal fisik, mental dan emosiaonal,
ini biasanya digunakan istilah naturedan nurture. Nature (alam, sifat dasar) adalah
karakteristik individu dan sifat khas seseorang yang dibawa sejak kecil atau yang
diwarisi sebagai sifat bawaan, sedangkan nurture (pemeliharaan, pengasuhan)
adalah faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi individu sejak dari masa
pembuahan sampai selanjutnya.
Jadi intinya kedua faktor tersebut sama-sama sangat mempengaruhi
perkembangan individu dari masa pembuahan sampai berkelanjutan terus yang
pada akhirnya akan membentuk karakteristik individu yang berbeda antara satu
dengan yang lain.
Dalam pembelajaran mengenai karakteristik individu peserta didik, ada tiga hal
yang perlu diperhatikan oleh pengajar yaitu:
a. Karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite
skills, seperti kemampuan intelektual, kemampuan berfikir, dan hal-hal yang
berkaitan dengan psikomotor.
b. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosio-
kultural.
c. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan kepribadian, seperti sikap,
perasaan, minat dan lain-lain.
15. 12
B. Kebutuhan Peserta Didik
1. Teori Psikologi tentang Kebutuhan
Kebutuhan merupakan suatu keperluan asasi yang harus dipenuhi untuk
mencapai keseimbangan organisme. Kebutuhan muncul ketika seseorang merasa
merasa kekurangan, ketidaksempurnaan yang dapat merusak kesejahteraannya.
Dengan kata lain, kebutuhan muncul karena adanya ketidakseimbangan dalam diri
individu, sehingga membuat individu bersangkutan melakukan tindakan, tindakan
itu mengarah pada suatu tujuan, dan tujuan tersebut diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan yang ada.
Dalam kajian psikologi, kebutuhan mendapat perhatian bagi sejumlah ahli
psikologi, salah satunya teori kebutuhan oleh Abraham H. Maslow. Menurut
Maslow, manusia mempunyai kecenderungan-kecenderungan untuk mencapai
kebutuhan-kebutuhan yang sehingga penuh makna dan memuaskan. Manusia
sebagaimana dilukiskan oleh Maslow adalah makhluk yang tidak pernah ada
dalam keadaan sepenuhnya puas. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi, maka
kebutuhan-kebuttuhan yang lain akan muncul dan menuntut pemuasan.
Disamping itu terdapat juga teori yang dikembangkan oleh McClelland. Dalam
teorinya, McClelland membedakan tiga jenis kebutuhan manusia yaitu:
a. Need For Achievement (kebutuhan untuk berprestasi), yaitu kebutuhan untuk
bersaing atau melampaui standar pribadi.
Ciri-ciri orang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi
1) Menyenangi adanya feedback yang cepat, nyata dan efisien atas segala
perbuatannya .
2) Berusaha melakukan sesuatu dengan cara yang baru dan kreatif .
3) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
b. Need For Power (kebutuhan untuk berkuasa), yaitu suatu kebutuhan atau
kecendrungan untuk memberi kesan atau mempunyai pengaruh atas orang lain
dengan tujuan untuk dianggap sebagai seorang yang kuat.
16. 13
Ciri-ciri tingkah laku individu yang memiliki need for power:
1) Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari suatu organisasi.
2) Berusaha menolong orang lain meskipun pertolongan itu tidak diminta.
c. Need For Affiliation (kebutuan untuk berafiliasi), yaitu suatu kecenderungan
dari beberapa individu untuk mencari atau menjalin hubungan persahabatan
dengan orang lain, tentang memandang status, kedudukan, jabatan, ataupun
pekerjaan.
Ciri-ciri tingkah laku orang yang memiliki need for affiliation:
1) Lebih senang berkumpul bersama orang lain dari pada sendirian.
2) Sering berhubungan dengan orang lain termasuk bersilaturahmi dengan orang
lain.
3) Lebih memperhatikan aspek hubungan pribadi dalam pekerjaan dari pada
aspek tugas-tugas itu sendiri.
4) Mencari persetujuan atau kesepakatan dengan orang lain
5) Lebih aktif melakukan pekerjaan dalam suasana kooperatif .
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan menuju kejenjang kedewasaan,
kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan sosial psikologi semakin
banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik, karena pengalaman kehidupan
sosialnya semakin luas. Kebutuhan ini timbul, disebabkan oleh dorongan-
dorongan (motif). Lefton (1982) dalam Sunarto menyatakan bahwa kebutuhan
dapat mencul karena keadaan psikologis yang mengalami goncangan atau ketidak
seimbangan.
2. Kebutuhan Dasar Manusia
Pentingnya teori kebutuhan Maslow dalam pendidikan terletak dalam
hubungan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Jelas bahwa siswa yang
sangat lapar atau yang dicekam bahaya akan memiliki energi psikologis yang
kecil yang dapat dikerahkan. Dengan kata lain ia hampir tidak memiliki motivasi
17. 14
belajar. Sekolah dan lembaga pemerintahan menyadari bahwa apabila kebutuhan
dasar siswa tidak dipenuhi, belajar akan terganggu.
Dalam teori hirarki kebutuhan yang dikembangkan oleh Maslow, terdapat lima
kebutuhan dasar manusia, diantaranya:
a. Physiological needs ( kebutuhan-kebutuhan fisiologi)
Kebutuhan-kebutuhan fisiologi adalah sejumlah kebutuhan yang paling
mendesak dan mendapat prioritas utama dalam pemenuhannya karena berkaitan
langsung dengan kebutuhan fisik dan kelangsungan hidup. Contohnya makanan,
minuman, sandang, tempat tinggal, istirahat dan lain-lain. Karena kebutuhan
fisiologi merupakan kebutuhan yang paling dasar, maka sebelumnya kebutuhan
ini terpenuhi, orang akan berusaha menekan kebutuhan-kebutuhan lain.
b. Need for self-security and security (kebutuhan akan rasa aman dan
perlindungan)
Kebutuhan rasa aman merupakan kebutuhan yang mendorong individu untuk
memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari lingkungannya, jaminan
keamanan, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang dan kemiskinan.
c. Need for love and belongingness (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan
memiliki)
Merupakan kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan
afeksi atau ikatan emosional dengan orang lain, yang diaktulisasikan dalam
bentuk kebutuhan akan rasa memiliki, mencintai dan dicintai, kebutuhan akan rasa
diakui dan diikutsertakan sebagai anggota kelompok, merasa dirinya penting, rasa
setia kawan, kerjasama, dan sebagainya.
d. Need for self-esteem ( kebutuhan akan rasa harga diri)
Kebutuhan akan rasa harga diri merupakan kebutuhan individu untuk merasa
berharga dalam hidupnya. Kebutuhan ini mencakup:
18. 15
1) Kebutuhan akan penghargaan dari diri sendiri, seperti rasa percaya diri, hasrat
untuk memperoleh kompetensi, kekuatan pribadi, dan kemandirian
2) Esteem atau pengharaan dari orang lain, yaitu penghargaan atas apa ynag telah
ia lakukan, seperti pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, pangkat, dan
nama baik.
e. Need for self-actulization (kebutuhan akan aktualisasi diri)
Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk memenuhi dorongan hakiki
manusia untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi dirinya.
Dengan kata lain, self-actulization adalah kecenderungan untuk berjuang menjadi
apa saja yang mampu diraih oleh individu, motif yang mendorong individu untuk
mencapai potensi secara penuh dan mengekspresikan kemampuannya yang unik.
Aktualisasi diri ditandai dengan penerimaan diri dan orang lain, spontanitas,
keterbukaan, hubungan dengan orang lain yang relatif dekat dan demokratis,
kreativitas, humoris, dan mandiri pada dasarnya, memiliki kesehatan mental yang
bagus atau sehat secara psikologis. Maslow menempatkan perjuangan untuk
aktualisasi diri pada puncak hierarki kebutuhannya, hal ini berarti bahwa
pencapaian dari kebutuhan paling penting ini bergantung pada pemenuhan seluruh
kebutuhan lainnya.
Untuk memenuhi kelima jenjang kebutuhan tersebut Maslow membedakan
motivasi manusia atas 2 kategori, yaitu:
1) Deficit Motive (motif kekurangan), yang mencakup motif untuk kebutuhan
fisiologis dan rasa aman.
2) Metaneeds (motif pertumbuhan atau metapertumbuhan), merupakan motif yang
muncul apabila motif kekurangan telah terpenuhi dan mendorong individu
untuk mengungkapkan potensi-potensi. Motif ini menuntut pemuasan dalam
bentuk kesehatan psikologis yang terpelihara dan memungkinkan tercapainya
perkembangan individu yang maksimal.
Sama seperti kebutuhan-kebutuhan dasar, apabila kebutuhan akan pertumbuhan
ini tidak terpenuhi akan menyebabkan individu mengalami sakit secara psikologis,
19. 16
atau yang disebut metapatologi. Bentuk-bentuk metapatologi diantaranya
kehilangan kepercayaan, tidak adil, kehilangan semangat hidup, depresi, kasar,
kebingungan, individualitas, dan kehilangan rasa harga diri.
3. Kebutuhan Peserta Didik dan Implikasinya terhadap Pendidikan
Kegiatan belajar di sekolah pada prinsipnya juga merupakan manifestasi
kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh sebab itu, seorang guru perlu
mengenal dan memahami jenis dan tingkat kebutuhan peserta didiknya, sehingga
membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui aktivitas
kependidikan.
Kebutuhan peserta didik sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kebutuhan-
kebutuhan manusia pada umumnya. Beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu
mendapatkan perhatian dari guru, di antaranya:
a. Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang bersifat
instinktif dan tidak dipengruhi oleh lingkungan dan pendidikan. Apabila
kebutuhan jasmani ini tidak terpenuhi dapat mempengaruhi pembentukan pribadi
dan perkembangan psikososial peserta didik dan proses belajar mengajar di
sekolah. Kebutuhan jasmani peserta didik yang perlu diperhatikan oleh guru di
sekolah adalah makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani,
gerak-gerak jasmani serta terhindar dari berbagai ancaman.
Untuk memenuhi kebutuhan jasmani perserta didik, sekolah melakukan upaya-
upaya:
1) Memberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang pentingnya pola hidup
sehat dan teratur.
2) Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk mengkonsumsi makanan-
makanan yang mengandung gizi dan vitamin tinggi.
3) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk istirahat.
4) Memberikan pendidikan jasmani dan latihan-latihan fisik, seperti berolahraga.
20. 17
5) Menyediakan berbagai sarana di lingkungan sekolah yang memunginkan
peserta didik dapat bergerak bebas.
6) Merancang bangunan sekolah sedemikian rupa dengan memperhatikan
pencahayaan, sirkulasi udara, suhu, dan sebagainya, yang memungkinkan
peserta didik dapat belajar dengan nyaman.
7) Mengatur tempat duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan kondisi
fisik mereka masing-masing.
b. Kebutuhan Akan Rasa Aman
Rasa aman merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan peserta
didik terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Karena perasaan tidak aman
akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah. Sejumlah penelitian
membuktikan bahwa rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting
bagi peserta dididk dan sangat mempengaruhi tingkah laku mereka.
c. Kebutuhan akan Kasih Sayang
Semua peserta didik sangat membutuhkan kasih sayang baik dari orang tua,
guru, teman-teman sekolah dan dari orang-orang yang berada di sekitarnya.
Peserta didik yang mendapatkan kasih sayang akan tenang, betah dan bahagia
berada di dalam kelas serta memiliki motivasi untuk berpatisipasi aktif dalam
kegiatan belajar mengajar. Sebaliknya peserta didik yang merasa kurang
mendapatkan kasih sayang akan merasa terisolir, rendah diri, merasa tidak
nyaman, sedih, gelisah, bahkan akan mengalami kesulitan belajar.
d. Kebutuhan akan Penghargaan
Kebutuhan ini akan terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk di akui dan
diperlakukan sebagai orang yang berharga diri. Mereka ingin dikenal dan ingin
diakui keberadaannya di tengah-tengah orang lain. Mereka yang dihargai akan
merasa bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan dan sikap mereka
terhadap dirinya dan orang lain akan positif.
21. 18
Untuk menumbuhkan rasa harga diri dikalangan peserta didik, guru dituntut
untuk:
1) Menghargai anak sebagai pribadi yang utuh.
2) Menghargai pendapat dan pilihan siswa.
3) Menerima kondisi siswa apa adanya serta menempatkan mereka dalam
kelompok secara tepat.
4) Dalam proses pembelajaran guru tidak menunjukan kemampuan secara
maksimal dan penuh percaya diri dihadapan peserta didiknya.
5) Secara terus menerus guru harus mengembangkan konsep diri siswa yang
positif,menyadarkan siswa akan kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya.
6) Memberikan penilaian terhadap siswa secara objektif berdasarkan
pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
e. Kebutuhan akan Rasa Bebas
Pada kebutuhan ini peserta didik membutuhkan rasa bebas dan terhindar dari
ikatan-katan tertentu. Peserta didik yang merasa tidak bebas dalam
mengungkapkan pendapatnya atau melakukan apa yang diinginkannya, akan
mengalami frustasi dan merasa tertekan, oleh sebab itu guru harus memberikan
kebebasan kapada peserta didik dalam batas-batas kewajaran serta memberi
kesempatan dan bantuan secara memadai untuk mendapatkan kebebasan.
f. Kebutuhan akan Rasa Sukses
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan pokok bagi peserta didik, karena
kebutuhan ini sangat mempengaruhi motivasi dalam belajar. Peserta didik akan
merasa senang dan puas apabila pekerjaan yang dilakukannya dan merasa kecewa
apabila tidak berhasil. Untuk itu, guru harus mendorong para peserta didiknya
untuk mencapai keberhasilan dengan prestasi yang tinggi, serta memberikan
penghargaan atas prestasi yang mereka capai, baik itu berupa ungkapan verbal
melelui ungkapan non-verbal.
22. 19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari paparan materi yang terdapat di makalah di atas dapat disimpulkan
bahwa individu berasal dari kata individera berarti satu kesatuan organisme yang
tidak dapat di bagi-bagi lagi atau tidak bisa dipisahkan. Dalam bidang pendidikan,
siswa atau peserta didik yang mengikuti proses pendidikan disebut individu.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan
karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan sifat keturunan yang dimiliki sejak lahir, sedangkan karakeristik yang
diperoleh daripengaruh lingkungan merupakan hasil interaksi individu dengan
sekitarnya. Peserta didik merupakan individu yang belum bisa dikatakan dewasa.
Ia memerlukan usaha, bantuan serta bimbingan seseorang untuk mencapai tingkat
kedewasaannya.
Manusia sebagai makhluk individual yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani
memiliki potensi-potensi yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan
untuk membentuk individu yang optimal.
Aspek perbedaan individu peserta didik yaitu perbedaan fisik-motorik,
intelegensi, kecakapan bahasa, dan psikologis.
Karakteristik setiap individu peserta didik itu berbeda-beda, untuk itu guru
sebaiknya memahami karakteristik masing-masing setiap individu agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancar dan mudah.
Kebutuhan merupakan suatu keperluan asasi yang harus dipenuhi untuk
mencapai keseimbangan organisme. Kebutuhan muncul ketika seseorang merasa
merasa kekurangan, ketidaksempurnaan yang dapat merusak kesejahteraannya.
Dengan kata lain, kebutuhan muncul karena adanya ketidakseimbangan delam diri
individu, sehingga membuat individu bersangkutan melakukan tindakan, tindakan
23. 20
itu mengarah pada suatu tujuan, dan tujuan tersebut diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan yang ada.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan pengetikan dan kekurangan dalam bahan yang tidak disengaja,
melainkan karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah
ini di masa datang.
24. 21
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
http://fumiki-fujita.blogspot.com/2015/05/kebutuhan-peserta-didik.html
http://bangdonie.blogspot.com/2015/12/variasi-individual-peserta-didik.html